Depresi Berat

30

Click here to load reader

Transcript of Depresi Berat

Page 1: Depresi Berat

I.DEFINISI

Gangguan depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola

tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putu sasa, tak

berdaya dan gagasan bunuh diri. Terdapat gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam

perkembangan emosi jangka pendek atau masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini,

perasaan sedih yang mendalam dan perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai

reaksi terhadap stressor ) dengan kondisi mood yang menurun.

Depresi Mayor merupakan gangguan yang lebih berat, membutuhkan lima atau lebih

simptom-simptom selama dua minggu, salah satunya harus ada gangguan mood, atau

ketidaksenangan pada anak-anak. Sedangkan episode depresi berat menurut kriteria DSM-IV-

TR, adalah suasana perasaan ekstrem yang berlangsung paling tidak dua minggu dan meliputi

gejala-gejala kognitif (seperti perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang

terganggu (seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan dan berat badan yang

signifikan, atau kehilangan banyak energi) sampai titik dimana aktivitas atau gerakan yang

paling ringan sekalipun membutuhkan usaha yang luar biasa besar.

Gangguan depresi beratDEFINISIGangguan depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitandengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsumakan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasanbunuh diri.Terdapat gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan emosi jangkapendek atau masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini, perasaan sedih yang mendalamdan perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai reaksi terhadap stressor ) dengankondisimood yang menurun.Depresi Mayor merupakan gangguan yang lebih berat, membutuhkan lima atau lebihsimptom-simptom selama dua minggu, salah satunya harus ada gangguan mood, atauketidaksenangan pada anak-anak. Sedangkan episode depresi berat menurut kriteria DSM-IV-TR, adalah suasana perasaan ekstrem yang berlangsung paling tidak dua minggu dan meliputigejala-gejala kognitif (seperti perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang

1

Page 2: Depresi Berat

terganggu (seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan dan berat badan yang signifikan,atau kehilangan banyak energi) sampai titik dimana aktivitas atau gerakan yang paling ringansekalipun membutuhkan usaha yang luar biasa besar.Anonim. Major depressive disorder. Update on 2012: Availablefrom : http://www.Major_depressive_disorder.htmANAMNESIS Pasien depresi seringkali tidak mampu untuk bercerita secara spontan danadekuatmengenai penyakitnya karena faktor-faktor tertentu seperti retardasi psikomotordankeputusasaan. Dokter psikiatrik harus siap untuk bertanya secara spesifik pada seseorangyangmengalami depresi tentang riwayat dan gejala yang berhubungan dengan depresi.termasukpertanyaan tentang ide bunuh diri, di mana pasien pada awalnya tidak sukarela.Alasan lain untukbersikap spesifik dalam bertanya kepada pasien depresi adalah bahwa pasien mungkin tidakmenyadari bahwa gejala tertentu seperti berjalan selama malamatau meningkatnya keluhansomatik adalah berhubungan dengan gangguan depresi.Salah satu aspek yang paling sulit dalam menghadapi pasien depresi adalah mengalamikeputusasaannya. Banyak pasien yang mengalami depresi berat percaya bahwa perasaanya yangsekarang akan terus tidak terbatas dan tidak ada harapan. Dokter psikiatrik harus berhati-hatiuntuk tidak menentramkan pasien tersebut secara prematur bahwa segala sesuatu akan menjadibaik, karena pasien kemungkinan akan merasakan penentraman tersebut sebagai suatu indikasibahwa dokter psikiatrik tidak mengertiderajat penderitaan yang mereka rasakan. PendekataII.PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

Karena depresi merupakan gangguan kesehatan yang sering mucul dan kadang tidak

terdiagnosa, maka dokter sering melakukan pemeriksaan fisik dan mengajukan pertanyaan

tentang perasaan dan pikiran anda ketika anda memeriksakan diri ke dokter. Kadang dokter

juga memberikan formulir pertanyaan untuk diisi untuk mengathui ada tidaknya gejala

depresi. Bila dokter menduga adanya depresi, maka dokter biasanya akan mengajukan

beberapa pertanyaan dan melakukan pemeriksaan fisik dan psikologis. Hal tersebut

diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain yang menimbulkan

gejala seperti yang dikeluhkan oleh pasien, menemukan diagnose penyakit dan mendeteksi

adanya komplikasi. Beberapa pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:

2

Page 3: Depresi Berat

Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan berat badan tinggi badan, suhu tubuh, tekanan darah dan detak nadi, mendengarkan jantung dan paru paru serta memeriksa perut.

Pemeriksaan laboratorium. Dokter mungkin akan memerintahkan pemeriksaan darah rutin, atau pemeriksaan fungsi kelenjar gondok bila ada indikasi kearah gangguan fungsi kelenjar gondok.

Pemeriksaan psikologis. Untuk mengecek ada tidaknya depresi, dokter atau tenaga kesehatan akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran, dan pola perilaku pasien. Dokter atau petugas akan mengajukan pertanyaan tentang gejala, kapan mulainya, apakah pernah mengalami hal yang sama dulu. Dokter juga akan menanyakan apakah ada pemikiran kearah menganiaya diri sendiri atau bunuh diri. Pasien mungkin akan diminta untuk mengisi kuestionnaire (daftar pertanyaan) untuk membantu menentukan ada tidaknya depresi.

III. ANAMNESIS

No. Aspek penilaian

Mengawali dengan basmallah

A. Membina sambung rasa, menanyakan identitas, dan menanyakan keluhan utama

1. Memperlihatkan sikap menerima terhadap pasien yang datang

2. Memperkenalkan diri, mengucapkan salam Islami dan mempersilahkan duduk

3. Menanyakan nama, umur , agama, suka bangsa, pendidikan dan pekerjaan

4. Menanyakan keluhan – keluhan yang mendorong pasien untuk berobat

B. Menggali riwaya tpenyakit

A. Selama 2 mingguterakhir

5. Menanyakan apakah pasien secara terus menerus merasa sedih, depresif atau murung hampir sepanjang hari, hampir setiap hari

6. Menanyakan apakah pasien hampir sepanjang waktu kurang berminat terhadap banyak hal atau kurang bisa menikmati hal – hal yang biasanya pasien nikmati

7. Menanyakan apakah pasien merasa lelah atau tidak bertenaga hampir sepanjang waktu

B. Jika ada 2 atau lebih gejala diatas maka dilanjutkan dengan pertanyaan:

8. Menanyakan apakah nafsu makan pasien berubah secara mencolok atau apakah berat badan pasien meningkat atau menurun tanpa upaya yang disengaja

9. Menanyakan apakah pasien mengalami kesusahan tidur hampir setiap malam ( kesulitan untuk memulai tidur, terbangun tengah malam atau terbangun lebih dini, tidur berlebihan)

3

Page 4: Depresi Berat

10. Menanyakan apakah pasien berbicara atau bergerak lebih lambat dari pada biasanya, gelisah, tidak tenang atau mengalami kesulitan untuk tetap diam

11. Menanyakanapakahpasienkehilangankepercayadiri, atauapakahpasienmerasatakberhargaataubahkanlebihrendahdari orang lain

12. Menanyakan apakah pasien merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri

13. Menanyakan apakah pasien mengalami kesulitan berfikir atau berkonsentrasi, atau apakah pasien mempunyai kesulitan untuk mengambil keputusan

14. Menanyakan apakah pasien berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa pasein mati

Jika ada 4 item atau lebih dari seluruh pertanyaan A dan B yang di jawab YA maka memenuhi kriteria diagnosis DEPRESI

C. Mengakhiri Wawancara

15. Memperlihatkan sikap empati kepada pasien

16. Menyimpulkan hasil wawancara

17. Menjelaskan tindak lanjut terapi

18. Mengakhiri dengan hamdallah dan menutupi dengan salam Islami

IV.KRITERIA DIAGNOSIS

F32 EPISODE DEPRESIF

GEJALA UTAMA (Pada derajat ringan, sedang dan berat) :

o Afek depresif.

o Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

o Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keaadaan mudah lelah ( rasa

lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunya aktivitas.

GEJALA LAINYA

o Konsentrasi dan perhatian berkurang

o Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

o Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

o Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

o Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

o Tidur terganggu

4

Page 5: Depresi Berat

o Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa

sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih

pendek dapat dibenerakan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), berat (F32.2)

hanya digunakan untuk episode depresi tunggal ( yang pertama). Episode depresif

berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu diagnosis gangguan depresif

berulang (F33.-)

F32.2 EPISODE DEPRESIF BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK

Semua 3 gejala utama depresi harus ada

Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainya, dan beberapa di antaranya harus

berintensitas berat

Bila da gejala penting (misalnya agitasu atau retardasi psikomotot) yang mencolok,

maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan gejalanya

secara rinci.

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan

tetapi jika gejala amatberat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk

menegakan diagnosis dalam kurun waktukurang dari 2 minggu.

Sangat tidak mungkin pasien akan mampu menuruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau

urusan rumah tangga, keuali pada taraf yang sangat terbatas.

F32.2 EPISODE DEPRESIF BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK

Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F.32.2 tersebut diatas

Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide

tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa

bertanggug jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau atau olfaktorik biasanya

berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.

Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan waham

atau halusnasi dapat ditetentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek.

V.DIAGNOSIS BANDING

1. Bereavement (Kehilangan teman atau keluarga karena kematian)5

Page 6: Depresi Berat

Bereavement atau rasa kesedihan yang berlebihan karena putusnya suatu hubungan dapat memperlihatkan gejala yang sama dengan episode depresi

mayor. Tingkat keparahan dan durasi dari gejala dan dampaknya pada fungsi sosial dapat membantu dalam menyingkirkan antara kesedihan yang mendalam dan

MDD.

Tabel 1. Pembeda antara bereavement dan episode depresi mayor

Gejala Bereavement Episode depresi mayor

Waktu Kurang dari 2 bulan Lebih dari 2 bulan

Perasaan tidak berguna/tidak

pantas

Tidak ada Ada

Ide bunuh diri Tidak ada Kebanyakan ada

Rasa bersalah, dll Tidak ada Mungkin ada

Perubahan psikomotor Agitasi ringan Melambat

Gangguan fungsi Ringan Sedang –Berat

2. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Zat

Efek samping obat (baik yang diresepkan atau tidak) dapat memperlihatkan gejala depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi gangguan mood

harus dapat dipertimbangkan dalam mendiagnosis banding MDd. Bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratories digunakan untuk dapat

menentukan adanya suatu pengalahgunaan, ketergantungan, intoksikasi/keracunan, atau kondisi putus obat yang secara fisoilogis akan menyebabkan suatu

episode depresi. Selama gejala depresi karena pengaruh obat dapat disembuhkan dengan menghentikan penggunaan obat tersebut, gejala putus obat dapat

berlangsung selama beberapa bulan.

Tabel 2. Obat yang umum disalahgunakan dan menyebabkan

gangguan mood yang dipengaruhi zat

Alcohol

Amfetamin

Anxiolitik

Kokain

6

Page 7: Depresi Berat

Zat-zat halusinogen

Hipnotik

Inhalant

Opioid

Phencycline

Sedative

VI. PENATALAKSANAAN

Bila diagnosa depresi sudah dibuat, maka perlu dinilai taraf hebatnya gejala depresi

dan besarnya kemungkinan bunuh diri. Hal ini ditanyakan dengan bijkasana dan penderita

sering merasa lega bila ia dapat mengeluarkan pikiran-pikiran bunuh diri kepada orang yang

memahami masalahnya, tetapi pada beberapa penderita ada yang tidak memberitahukan

keinginan bunuh dirinya kepada pemeriksa karena takut di cegah. Bila sering terdapat

pikiran-pikiran atau rancangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit

dengan pemberian terapi elektrokonvulsi di samping psikoterapi dan obat anti depresan.

Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi psikoterapi dan

farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga

jenis psikoterapi jangka pendek yaitu terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku,

telah diteliti tentang manfaatnya di dalam pengobatan gangguan depresi berat.

Terapi Fisik dan Terapi Perubahan Perilaku

Electro Convulsive Therapy (ECT)

ECT adalah terapi dengan melewatkan arus listrik ke otak. Metode terapi semacam ini

sering digunakan pada kasus depresif berat atau mempunyai risiko bunuh diri yang besar dan

respon terapi dengan obat antidepresan kurang baik. Pada penderita dengan risiko bunuh diri,

ECT menjadi sangat penting karena ECT akan menurunkan risiko bunuh diri dan dengan

ECT lama rawat di rumah sakit menjadi lebih pendek.

Pada keadaan tertentu tidak dianjurkan ECT, bahkan pada beberapa kondisi tindakan

ECT merupakan kontra indikasi. ECT tidak dianjurkan pada keadaan:

Usia yang masih terlalu muda ( kurang dari 15 tahun )

Masih sekolah atau kuliah

Mempunyai riwayat kejang

7

Page 8: Depresi Berat

Psikosis kronik

Kondisi fisik kurang baik

Wanita hamil dan menyusui

Selain itu, ECT dikontraindikasikan pada : penderita yang menderita epilepsi, TBC

milier, tekanan tinggi intra kracial dan kelainan infark jantung. Depresif berisiko kambuh

manakala penderita tidak patuh, ketidaktahuan, pengaruh tradisi yang tidak percaya dokter,

dan tidak nyaman dengan efek samping obat. Terapi ECT dapat menjadi pilihan yang paling

efektif dan efek samping kecil. Terapi perubahan perilaku meliputi penghapusan perilaku

yang mendorong terjadinya depresi dan pembiasaan perilaku baru yang lebih sehat. Berbagai

metode dapat dilakukan seperti CBT (Cognitive Behaviour Therapy) yang biasanya

dilakukan oleh konselor, psikolog dan psikiater.

Psikoterapi

Psikoterapi merupakan terapi yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi

keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku

maladaptif. Terapi dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan profesional antar terapis

dengan penderita. Psikoterapi pada penderita gangguan depresif dapat diberikan secara

individu, kelompok, atau pasangan disesuaikan dengan gangguan psikologik yang

mendasarinya. Psikoterapi dilakukan dengan memberikan kehangatan, empati, pengertian dan

optimisme. Dalam pengambilan keputusan untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi

oleh penilaian dari dokter atau penderitanya.

Terapi Farmakologi

Saat merencanakan intervensi pengobatan, penting untuk menekankan kepada penderita

bahwa ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan perjalanan gangguan depresif:

Fase akut bertujuan untuk meredakan gejala

Fase kelanjutan untuk mencegah relaps

Fase pemeliharaan/rumatan untuk mencegah rekuren

Penggolongan Antidepresan

1. Antidepresan Klasik (Trisiklik & Tetrasiklik)

Mekanisme kerja : Obat–obat ini menghambat resorpsi dari serotonin dan

noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf.

8

Page 9: Depresi Berat

Efek samping :

Efek jantung ; dapat menimbulkan gangguan penerusan impuls jantung

dengan perubahan ECG, pada overdosis dapat terjadi aritmia berbahaya.

Efek anti kolinergik ; akibat blokade reseptor muskarin dengan menimbulkan

antara lain mulut kering, obstipasi, retensi urin, tachycardia, serta gangguan

potensi dan akomodasi, keringat berlebihan.

Sedasi

Hipotensi ortostatis dan pusing serta mudah jatuh merupakan akibat efek

antinoradrenalin, hal ini sering terjadi pada penderita lansia, mengakibatkan

gangguan fungsi seksual.

Efek antiserotonin; akibat blokade reseptor 5HT postsinaptis dengan

bertambahnya nafsu makan dan berat badan.

Kelainan darah; seperti agranulactose dan leucopenia, gangguan kulit

Gejala penarikan; pada penghentian terapi dengan mendadak dapat timbul

antara lain gangguan lambung-usus, agitasi, sukar tidur, serta nyeri kepala dan

otot.

Obat-obat yang termasuk antidepresan klasik :

a) Imipramin

Dosis lazim : 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai maksimum 250-300

mg sehari.

Kontra Indikasi : Infark miokard akut

Interaksi Obat : anti hipertensi, obat simpatomimetik, alkohol, obat penekan SSP

Perhatian : kombinasi dengan MAO, gangguan kardiovaskular, hipotensi,

gangguan untuk mengemudi, ibu hamil dan menyusui.

b) Klomipramin

Dosis lazim : 10 mg dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum dosis 250 mg

sehari.

Kontra Indikasi : Infark miokard, pemberian bersamaan dengan MAO, gagal

jantung, kerusakan hati yang berat, glaukoma sudut sempit.

Interaksi Obat : dapat menurunkan efek antihipertensi penghambat neuro

adrenergik, dapat meningkatkan efek kardiovaskular dari noradrenalin atau

adrenalin, meningkatkan aktivitas dari obat penekan SSP, alkohol.

9

Page 10: Depresi Berat

Perhatian : terapi bersama dengan preparat tiroid, konstipasi kronik, kombinasi

dengan beberapa obat antihipertensi, simpatomimetik, penekan SSP, anti

kolinergik, penghambat reseptor serotonin selektif, antikoagulan, simetidin.

Monitoring hitung darah dan fungsi hati, gangguan untuk mengemudi.

c) Amitriptilin

Dosis lazim : 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis maksimum 150-

300 mg sehari.

Kontra Indikasi : penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresif sumsum

tulang, kerusakan hati, penggunaan bersama dengan MAO.

Interaksi Obat : bersama guanetidin meniadakan efek antihipertensi, bersama

depresan SSP seperti alkohol, barbiturate, hipnotik atau analgetik opiate

mempotensiasi efek gangguan depresif SSP termasuk gangguan depresif saluran

napas, bersama reserpin meniadakan efek antihipertensi

Perhatian : ganguan kardiovaskular, kanker payudara, fungsi ginjal menurun,

glakuoma, kecenderungan untuk bunuh diri, kehamilan, menyusui, epilepsi.

d) Lithium karbonat

Dosis lazim : 400-1200 mg dosis tunggal pada pagi hari atau sebelum tidur

malam.

Kontra Indikasi : kehamilan, laktasi, gagal ginjal, hati dan jantung.

Interaksi Obat : diuretik, steroid, psikotropik, AINS, diazepam, metildopa,

tetrasiklin, fenitoin, carbamazepin, indometasin.

Perhatian : Monitor asupan diet dan cairan, penyakit infeksi, demam, influenza,

gastroentritis.

2. Antidepresan Generasi ke-2

Mekanisme kerja :

SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Obat-obat ini menghambat

resorpsi dari serotonin.

NaSA ( Noradrenalin and Serotonin Antidepressants ): Obat-obat ini tidak

berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari serotonin dan noradrenalin.

Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif daripada SSRI.

Efek samping :

10

Page 11: Depresi Berat

Efek seretogenik; berupa mual ,muntah, malaise umum, nyeri kepala,

gangguan tidur dan nervositas, agitasi atau kegelisahan yang sementara,

disfungsi seksual dengan ejakulasi dan orgasme terlambat.

Sindroma serotonin; berupa antara lain kegelisahan, demam, dan menggigil,

konvulsi, dan kekakuan hebat, tremor, diare, gangguan koordinasi.

Kebanyakan terjadi pada penggunaan kombinasi obat-obat generasi ke-2

bersama obat-obat klasik, MAO, litium atau triptofan, lazimnya dalam waktu

beberapa jam sampai 2- 3 minggu. Gejala ini dilawan dengan antagonis

serotonin (metisergida, propanolol).

Efek antikolinergik, antiadrenergik, dan efek jantung sangat kurang atau sama

sekali tidak ada.

Obat-obat yang termasuk antidepresan generasi ke-2 :

a) Fluoxetin

Dosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis

tunggal atau terbagi.

Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang berat,

penggunaan bersama MAO.

Interaksi Obat : MAO, Lithium, obat yang merangsang aktivitas SSP, anti

depresan, triptofan, karbamazepin, obat yang terkait dengan protein plasma.

Perhatian : penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati dan

ginjal, gagal jantung, jangan mengemudi / menjalankan mesin.

b) Sertralin

Dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hr.

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sertralin.

Interaksi Obat : MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik.

Perhatian : pada gangguan hati, terapi elektrokonvulsi, hamil, menyusui,

mengurangi kemampuan mengemudi dan mengoperasikan mesin.

c) Citalopram

Dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.

Kontra indikasi : hipersensitif terhadap obat ini.

Interaksi Obat : MAO, sumatripan, simetidin.

Perhatian : kehamilan, menyusui, gangguan mania, kecenderungan bunuh diri.

d) Fluvoxamine

11

Page 12: Depresi Berat

Dosis lazim : 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam hari,

maksimum dosis 300 mg.

Interaksi Obat : warfarin, fenitoin, teofilin, propanolol, litium.

Perhatian : Tidak untuk digunakan dalam 2 minggu penghentian terapi MAO,

insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan epilepsi, hamil dan laktasi.

e) Mianserin

Dosis lazim : 30-40 mg malam hari, dosis maksimum 90 mg/ hari

Kontra Indikasi : mania, gangguan fungsi hati.

Interaksi Obat : mempotensiasi aksi depresan SSP, tidak boleh diberikan dengan

atau dalam 2 minggu penghentian terapi.

Perhatian : dapat menganggu psikomotor selama hari pertama terapi, diabetes,

insufiensi hati, ginjal, jantung.

f) Mirtazapin

Dosis lazim : 15-45 mg / hari menjelang tidur.

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap mitrazapin.

Interaksi Obat : dapat memperkuat aksi pengurangan SSP dari alkohol,

memperkuat efek sedatif dari benzodiazepine, MAO.

Perhatian : pada epilepsi sindroma otak organic, insufiensi hati, ginjal, jantung,

tekanan darah rendah, penderita skizofrenia atau gangguan psikotik lain,

penghentian terapi secara mendadak, lansia, hamil, laktasi, mengganggu

kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin.

g) Venlafaxine

Dosis lazim : 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 150-250 mg

1x/hari.

Kontra Indikasi : penggunaan bersama MAO, hamil dan laktasi, anak < 18

tahun.

Interaksi Obat : MAO, obat yang mengaktivasi SSP lain.

Perhatian : riwayat kejang dan penyalahgunaan obat, gangguan ginjal atau sirosis

hati, penyakit jantung tidak stabil, monitor tekanan darah jika penderita mendapat

3. Antidepresan MAO

Inhibitor Monoamin Oksidase (Monoamine Oxidase Inhibitor, MAOI)

Farmakologi

12

Page 13: Depresi Berat

Monoamin oksidase merupakan suatu sistem enzim kompleks yang terdistribusi luas

dalam tubuh, berperan dalam dekomposisi amin biogenik, seperti norepinefrin,

epinefrin, dopamine, serotonin. MAOI menghambat sistem enzim ini, sehingga

menyebabkan peningkatan konsentrasi amin endogen.

Ada dua tipe MAO yang telah teridentifikasi, yaitu MAO-A dan MAO-B. Kedua

enzim ini memiliki substrat yang berbeda serta perbedaan dalam sensitivitas terhadap

inhibitor. MAO-A cenderungan memiliki aktivitas deaminasi epinefrin, norepinefrin,

dan serotonin, sedangkan MAO-B memetabolisme benzilamin dan fenetilamin.

Dopamin dan tiramin dimetabolisme oleh kedua isoenzim. Pada jaringan syaraf,

sistem enzim ini mengatur dekomposisi metabolik katekolamin dan serotonin. MAOI

hepatic menginaktivasi monoamin yang bersirkulasi atau yang masuk melalui saluran

cerna ke dalam sirkulasi portal (misalnya tiramin).

Semua MAOI nonselektif yang digunakan sebagai antidepresan merupakan inhibitor

ireversibel, sehingga dibutuhkan sampai 2 minggu untuk mengembalikan metabolism

amin normal setelah penghentian obat. Hasil studi juga mengindikasikan bahwa terapi

MAOI kronik menyebabkan penurunan jumlah reseptor (down regulation) adrenergic

dan serotoninergik.

Farmakokinetik

Absorpsi/distribusi – Informasi mengenai farmakokinetik MAOI terbatas. MAOI

tampaknya terabsorpsi baik setelah pemberian oral. Kadar puncak tranilsipromin dan

fenelzin mencapai kadar puncaknya masing-masing dalam 2 dan 3 jam. Tetapi,

inhibisi MAO maksimal terjadi dalam 5 sampai 10 hari.

Metabolisme/ekskresi – metabolisme MAOI dari kelompok hidrazin (fenelzin,

isokarboksazid) diperkirakan menghasilkan metabolit aktif. Inaktivasi terjadi terutama

melalui asetilasi. Efek klinik fenelzin dapat berlanjut sampai 2 minggu setelah

penghentian terapi. Setelah penghentian tranilsipromin, aktivitas MAO kembali dalam

3 sampai 5 hari (dapat sampai 10 Hari). Fenelzin dan isokarboksazid dieksresi melalui

urin sebagian besar dalam bentuk metabolitnya. Populasi khusus – “asetilator

lambat”: Asetilasi lambat dari MAOI hidrazin dapat memperhebat efek setelah

pemberian dosis standar

Indikasi

13

Page 14: Depresi Berat

Depresi: Secara umum, MAOI diindikasikan pada penderita dengan depresi atipikal

(eksogen) dan pada beberapa penderita yang tidak berespon terhadap terapi

antidpresif lainnya. MAOI jarang dipakai sebagai obat pilihan.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap senyawa ini; feokromositoma; gagal jantung kongestif; riwayat

penyakit liver atau fungsi liver abnormal; gangguan ginjal parah; gangguan

serebrovaskular; penyakit kardiovaskular; hipertensi; riwayat sakit kepala; pemberian

bersama dengan MAOI lainnya; senyawa yang terkait dibenzazepin termasuk

antidepresan trisiklik, karbamazepin, dan siklobenzaprin; bupropion; SRRI; buspiron;

simpatomimetik; meperidin; dekstrometorfan; senyawa anestetik; depresan SSP;

antihipertensif; kafein; keju atau makanan lain dengan kandungan tiramin tinggi.

Peringatan

Memburuknya gejala klinik serta risiko bunuh diri: Penderita dengan

gangguan depresif mayor, dewasa maupun anak-anak, dapat mengalami perburukan

depresinya dan/atau munculnya ide atau perilaku yang mengarah pada bunuh diri

(suicidality), atau perubahan perilaku yang tidak biasa, yang tidak berkaitan dengan

pemakaian antidepresan, dan risiko ini dapat bertahan sampai terjadinya pengurangan

jumlah obat secara signifikan. Ada kekhawatiran bahwa antidepresan berperan dalam

menginduksi memburuknya depresi dan kemunculan suicidality pada penderita

tertentu. Antidepresan meningkatkan risiko pemikiran dan perilaku yang mengarah

pada bunuh diri (suicidality) dalam studi jangka pendek pada anak-anak dan dewasa

yang menderita gangguan depresif mayor serta gangguan psikiatrik lainnya.

Krisis hipertensif: reaksi paling serius melibatkan perubahan tekanan darah;

tidak dianjurkan untuk menggunakan MAOI pada penderita lanjut usia atau

berkondisi lemah atau mengalami hipertensi, penyakit kardiovaskular atau

serebrovaskular, atau pemberian bersama obat-obatan atau makanan tertentu.

Karakteristik gejala krisis dapat berupa: sakit kepala pada daerah oksipital (belakang)

yang dapat menjalar ke daerah frontal (depan), palpitasi (tidak beraturannya pulsa

jantung), kekakuan/sakit leher, nausea, muntah, berkeringat (terkadang bersama

demam atau kulit yang dingin), dilatasi pupil, fotofobia. Takhikardia atau bradikardia

dapat terjadi dan dapat menyertai sakit dada. Pendarahan intrakranial (terkadang fatal)

14

Page 15: Depresi Berat

telah dilaporkan berkaitan dengan peningkatan tekanan darah paradoks. Harus sering

diamati tekanan darah, tapi jangan bergantung sepenuhnya pada pembacaan tekanan

darah, melainkan penderita harus sering pula diamati. Bila krisis hipertensi terjadi,

hentikan segera penggunaan obat dan laksanakan terapi untuk menurunkan tekanan

darah.

Jangan menggunakan reserpin parenteral. Sakit kepala cenderung mereda

sejalan dengan menurunnya tekanan darah. Berikan senyawa pemblok alfa adrenergik

seperti fentolamin 5 mg i.v. perlahan untuk menghindari efek hipotensif berlebihan.

Tangani demam dengan pendinginan eksternal.

Peringatan kepada penderita: Peringatkan penderita agar tidak memakan

makanan yang kaya tiramin, dopamine, atau triptofan selama pemakaian dan dalam

waktu 2 minggu setelah penghentian MAOI. Setiap makanan kaya protein yang telah

disimpan lama untuk tujuan peningkatan aroma diduga dapat menyebabkan krisis

hipertensif pada penderita yang menggunakan MAOI. Juga peringatkan penderita

untuk tidak mengkonsumsi minuman beralkohol serta obat- obatan yang mengandung

amin simpatomimetik selama terapi dengan MAOI. Instruksikan kepada penderita

untuk tidak mengkonsumsi kafein dalam bentuk apapun secara berlebihan serta

malaporkan segera adanya sakit kepala atau gejala lainnya yang tidak biasa,

Risiko bunuh diri: Pada penderita yang mempunyai kecenderungan bunuh diri,

tidak ada satu bentuk penanganan pun, seperti MAOI, elektrokonvulsif, atau terapi

lainnya, yang dijadikan sandaran tunggal untuk terapi. Dianjurkan untuk melakukan

penanganan ketat, lebih baik dilakukan perawatan di rumah sakit.

Pemberian bersamaan antidepresan: Pada penderita yang menerima suatu

SRRI dalam kombinasi dengan MAOI, telah dilaporkan reaksi serius yang terkadang

fatal termasuk hipertermia, kekakuan, mioklonus, instabilitas otonom disertai

fluktuasi cepat pada tanda vital, dan perubahan status mental termasuk agitasi hebat,

yang meningkat menjadi delirium dan koma. Reaksi ini telah terjadi pada penderita

yang baru saja menghentikan SRRI dan baru mulai menggunakan MAOI. Bila terjadi

pengalihan dari SRRI ke MAOI, maka harus ada selang 2 minggu diantara pergantian.

Setelah penghentian fluoxetin, maka harus ada selang 1 atau 2 minggu

sebelum mulai menggunakan MAOI. Jangan memberikan MAOI bersama atau segera

setelah antidepresan trisiklik. Kombinasi ini menyebabkan seizure, koma,

hipereksitabilitas, hipertermia, takhikardia, takhipnea, sakit kepala, midriasis,

15

Page 16: Depresi Berat

kemerahan kulit, kebingungan, koagulasi intravaskular meluas, dan kematian. Beri

selang paling tidak 14 hari diantara penghentian MAOI dan mulainya antidepresan

trisiklik.

VII.EDUKASI

Langkah pertama dalam mengendalikan stress adalah mengidentifikasi sumber stress

tersebut. Ini bukan pekerjaan mudah karena sumber stress sering tidak terlihat jelas. Sering

kali kita stress karena adanya tenggat waktu untuk menyelesaikan pekerjaan. Mungkin bukan

banyaknya pekerjaan yang jadi masalah, namun kebiasaan menunda-nunda pekerjaan yang

menjadi penyebab stress.

Langkah kedua adalah mengamati bagaimana selama ini anda atau penderita

gangguan jiwa bereaksi terhadap stres. Berikut ini cara berekasi terhadap stress yang tidak

sehat:

merokok

makan atau minum berlebihan atau tidak mau makan/minum

minum alkohol

menghindar dari kawan, saudara atau kegiatan

terlalu banyak tidur

minum obat tidur atau obat penenang

duduk didepan komputer atau TV selama berjam-jam

menunda pekerjaan atau kegiatan

melepaskan stress dengan marah atau membanting barang atau menyerang orang lain

Ada berbagai teknik untuk mengendalikan stress.Penderita depresi tentunya tidak bisa

melakukan semua hal dibawah ini untuk mengurangi stress. Oleh karena itu, mereka bisa

memilih yang sesuai dengan keadaan diri mereka.

Dibawah ini cara cara sehat mengendalikan stress:

1. Hindari situasi yang membuat stress dengan:

16

Page 17: Depresi Berat

belajar berkata “tidak”. Setiap orang perlu tahu batas-batas dan teguh

memegang batas batas tersebut. kapan kita harus setuju dan kapan harus

menolak.

hindari orang orang yang selama ini bikin kita stress

kendalikan lingkungan sekitar. Misalnya bila mendengar berita sore di TV

bikin stress, pindahkan saluran atau matikan TV

hindari bicara topik yang bikin stress. Bila bicara tentang politik atau

kematian bikin anda stress, maka hindari bicara tentang topik tersebut.

evaluasi jadwal kerja/ tugas harian. Bila terlalu banyak, maka tugas kegiatan

tersebut bisa dikurangi

2. Ubah situasi yang membuat stress dengan:

sampaikan bila anda tidak berkenan atau merasa terganggu dengan seseorang

atau suatu situasi.

bersedia kompromi. Bila kita ingin orang lain berubah perilaku, kita juga

harus mau berubah perilaku pula.

berperilaku assertive. Lakukan sesuatu untuk mencegah atau merubah sesuatu

yang tidak kita inginkan, jangan hanya diam saja. Misalnya, bila anda harus

belajar dan teman ngajak ngobrol terus, bilang bahwa anda harus belajar dan

hanya punya waktu 5 menit untuk mengobrol.

kelola waktu dengan baik. Jangan menunda-nunda pekerjaan, jangan terlalu

banyak janji, dll.

3. Menyesuaikan diri dengan sumber stress. Bila kita tidak bisa menghindar atau

mengubah penyebab stress, maka kita harus berusaha menyesuaikan diri. caranya:

formulasi ulang masalah. Bila kita terjebak macet, kita lihat hal tersebut

sebagai kesempatan untuk mendengarkan radio, misalnya.

lihat pada gambar besarnya. Apakah ada dampak masalah ini bulan depan

atau tahun depan?

sesuaikan standar, jangan ingin sempurna.

lihat sisi positifnya.

4. Terima apa apa yang tidak bisa diubah

jangan coba coba mengendalikan yang tidak bisa dikendalikan.

17

Page 18: Depresi Berat

belajar memaafkan

berbagi rasa. Bicara dengan orang orang yang bisa dipercaya.

lihat sisi positifnya.

5. Sediakan waktu untuk santai dan kegiatan yang menyenangkan

sediakan waktu untuk bersantai

sediakan waktu untuk bergaul dengan orang orang yang mendukung

lakukan kegiatan yang disenangi (main musik, dll)

6. Biasakan berperilaku hidup sehat :

berolah raga secara teratur

makan makanan yang sehat

kurang kopi dan gula

hindari alkohol, rokok, obat/ narkoba

tidur yang cukup.

VIII.PROGNOSIS

Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini

cenderung merupakan gangguan yang kronis dan pasien cenderung mengalami relaps. Pasien

yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif memiliki

kemungkinan 50 % untuk pulih di dalam tahun pertama.

Rekurensi episode depresi berat juga sering, kira-kira 30 sampai 50 % dalam dua

tahun pertama dan kira-kira 50 sampai 70 % dalam 5 tahun. Insidensi relaps adalah jauh lebih

rendah dari pada angka tersebut pada pasien yang meneruskan terapi psikofarmakologis

profilaksis dan pada pasien yang hanya mengalami satu atau dua episode depresi.

18

Page 19: Depresi Berat

Gambar 1. Algoritma untuk terapi depresi (Teter et al.,2007).

DAFTAR PUSTAKA19

Page 20: Depresi Berat

Wiguna, I Made. 2010. Gangguan Mood. Dalam : Kaplan – Sadock. Sinopsis Psikiatri. Jilid

I. Tangerang : Binarupa Aksara.

M Ismail, Irawati R dan Siste, Kristiana. 2013. Gangguan Depresi : Buku Ajar Psikiatri UI.

Edisi kedua. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.

Teter, C. S., Kando, J. C., Wells, B. G., & Hayes, P. E., 2007, Depressive Disorder ,dalam

Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G.,& Posey Micheal,

L.,(eds), Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach,7th Edition, Appleton and

lange, New York.

Tirto j, 2012. Depresi : Panduan Bagi Pasien, Keluarga dan Teman Dekat. Seri Depresi. Pusat

Pemulihan dan Pelatihan bagi Penderita Gangguan jiwa. Jawa tengah. Indonesia

Maslim r, 2003. BUKU SAKU DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA RUJUKAN RINGKAS

dari PPDGJ-III. Jakarta

Anonim.Major depressive disorder. Update on 2012: Availablefrom :   http://www.Major_depressive_disorder.htm l

W. Lam R, Mok H. Depression Oxford Psychiatry Library. Lunbeck Institutes. 2012. p. 1-57.

20