GAMBARAN UMUM TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS …repository.poltekkes-kdi.ac.id/110/1/KTI...

of 76 /76
1 KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN UMUM TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS WUNDULAKO KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Disusun Oleh : SARMITA NIM : P00324014030

Embed Size (px)

Transcript of GAMBARAN UMUM TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS …repository.poltekkes-kdi.ac.id/110/1/KTI...

  • 1

    KARYA TULIS ILMIAH

    GAMBARAN UMUM TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI TETANUSTOKSOID (TT) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS WUNDULAKO

    KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada

    Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

    Disusun Oleh :

    SARMITA

    NIM : P00324014030

  • 2

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN KEBIDANAN

    PROGRAM STUDI DIII

    TAHUN 2017

    LEMBAR PERSETUJUAN

    GAMBARAN UMUM TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI TETANUSTOKSOID (TT) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS WUNDULAKO

    KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

    KARYA TULIS ILMIAH

    Disusun Oleh :

    SARMITA

    NIM : P00324014030

    KTI ini Telah Disetujui

    Tanggal Agustus 2017

  • 3

  • 4

  • 5

    RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas Penulis1. Nama : Sarmita2. Tempat Tangal Lahir : Lamekongga, 8 Juli 1995

    3. Jenis Kelamin : Perempuan

    4. Agama : Islam

    5. Suku/Bangsa : Mekongga / Indonesia

    6. Alamat : Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 43

    Kemaraya Kota Kendari

    B. Riwayat Pendidikan1. SD Negeri 1 Lamekongga, Tamat Tahun 2007

    2. SMP Negeri 2 Wundulako, Tahun Tamat 2010

    3. SMA Negeri 1 Wundulako, Tamat Tahun 2013

    4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan Tahun

    2014 sampai sekarang.

  • 6

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan judul

    Gambaran Umum Tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu

    Hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016.

    Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan dan

    bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung dalam

    memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan awal sampai

    pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

    kepada Ibu Hasmia Naningsih, SST., M.Keb., selaku Pembimbing I dan Ibu Wahida

    S., S.Si.T, M.Keb., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikiran

    dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab guna memberikan bimbingan dan

    petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

    Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

    terhormat:

    1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.

    2. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

    Kemenkes Kendari.

    3. Bapak dr. Muhammad Aris., selaku Kepala Puskesmas Wundulako Kabupaten

    Kolaka dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi selama

    pengambilan data awal penelitian ini berlangsung.

    4. Ibu Hj. Sitti Zaenab, SKM., S.ST., M.Keb., selaku Penguji I, Ibu Aswita, S.Si.T.,

    MPH., selaku Penguji II, dan Ibu Fitriyanti, SST., M.Keb., selaku Penguji III.

  • 7

    5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

    Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu pengetahuan

    maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes Kendari.

    6. Teristimewa kepada ayahanda Hasan N., dan Ibunda tercinta Suhaena yang

    telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih sayang, serta

    memberikan dorongan moril, material dan spiritual, serta saudara-saudaraku,

    terima kasih atas pengertiannya selama ini.

    7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

    Kebidanan angkatan 2014.

    Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah SWT,

    semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua pihak selama ini

    mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis mengharapkan semoga

    proposal karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan serta

    dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

    Kendari, Februari 2017

    Penulis

  • 8

    ABSTRAK

    Gambaran Umum Tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada IbuHamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka

    Tahun 2016

    Sarmita 1, Hasmia Naningsih 2, Wahida S. 3

    Latar Belakang: Imunisasi tetanus toxoid merupakan perlindungan terbaik untukmelawan penyakit tetanus. Oleh karena itu, imunisasi tetanus toxoid sangat pentingbagi wanita dan sebaiknya dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

    Tujuan Penelitian: untuk mengetahui gambaran umum tentang pemberianimunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas WundulakoKabupaten Kolaka Tahun 2016.

    Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif.Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka pada bulanJuni 2017. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakankehamilannya di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka tahun 2016 sebanyak152 ibu hamil, dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden. Variabel independenyakni pekerjaan, graviditas dan usia kehamilan, sedangkan variabel dependen yaknipemberian imunisasi TT.

    Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa Imunisasi TT lengkap lebih banyak diberikanpada ibu hamil yang tidak bekerja, yakni sebanyak 32 responden (53,3%). ImunisasiTT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil multigravida, yakni sebanyak 31responden (51,7%). Imunisasi TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamildengan usia kehamilan trimester III, yakni sebanyak 32 responden (53,1%).Sebagian besar ibu hamil diberikan imunisasi Tetanus Toksoid lengkap, yaknisebanyak 47 orang (78,3%)

  • 9

    Kata Kunci : Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

    Daftar Pustaka : 30 (2007-2015)

    1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

    2.3 Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

  • 10

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

    RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iv

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

    INTISARI ......................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

    D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6

    E. Keaslian Penelitian ................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Tentang Kehamilan ................................................... 8

    B. Tinjauan Tentang Imunisasi ..................................................... 15

  • 11

    C. Tinjauan Tentang Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ..................... 23

    D. Tinjauan Tentang Variabel yang Diteliti .................................... 26

    E. Landasan Teori ........................................................................ 29

    F. Kerangka Konsep ..................................................................... 31

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ......................................................................... 32

    B. Tempat Penelitian .................................................................... 32

    C. Waktu Penelitian ...................................................................... 32

    D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 32

    E. Variabel Penelitian ................................................................... 33

    F. Definisi Operasional ................................................................. 34

    G. Sumber Data ........................................................................... 35

    H. Pengolahan Data ..................................................................... 35

    I. Penyajian Data ........................................................................ 36

    J. Analisis Data ............................................................................ 36

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ......................................................................... 38

    B. Pembahasan ........................................................................... 45

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ............................................................................... 52

    B. Saran ....................................................................................... 52

  • 12

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 13

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Distribusi Ketenagaan Sesuai Bidang Profesi Puskesmas

    Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2017 .................................................. 40

    2. Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil di Puskesmas Wundulako

    Kabupaten Kolaka Tahun 2016 .................................................................... 40

    3. Distribusi Graviditas Ibu Hamil di Puskesmas Wundulako

    Kabupaten Kolaka Tahun 2016 .................................................................... 41

    4. Distribusi Usia Kehamilan Ibu Hamil di Puskesmas Wundulako

    Kabupaten Kolaka Tahun 2016 .................................................................... 41

    5. Distribusi Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016 ............................... 42

    6. Distribusi Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil Berdasarkan

    Pekerjaan di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016............ 42

    7. Distribusi Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil Berdasarkan

    Graviditas di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016 ........... 43

    8. Distribusi Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil Berdasarkan

    Usia Kehamilan di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka

    Tahun 2016 .................................................................................................. 44

  • 14

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................. 31

  • 15

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran

    1. Master Tabel Hasil Penelitian

    2. Surat Ijin Penelitian

    3. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian

  • 16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Imunisasi tetanus toxoid merupakan perlindungan terbaik untuk

    melawan penyakit tetanus. Oleh karena itu, imunisasi tetanus toxoid

    sangat penting bagi wanita dan sebaiknya dilakukan sesuai dengan jadwal

    yang telah ditentukan. Wanita dan keluarganya harus merencanakan

    untuk memilih tempat persalinan yang bersih dan aman serta tenaga

    kesehatan yang terampil untuk mencegah penyakit tetanus neonatorum,

    selain itu tali pusat bayi harus tetap dijaga agar tetap bersih dan kering

    setelah lahir sampai lepas (Ranuh, 2008).

    Menurut survey yang dilakukan WHO (World Health Organization) pada

    tahun 2008, derajat kesehatan penduduk dengan membandingkan angka

    kematian penduduk terhadap beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan

    imunisasi, diperoleh data sebagai berikut: Measles (morbiliti, Campak) ada

    540.000 kematian, Pertusis ada 249.000 kematian, tetanus neonatorum ada

    198.000 kematian, Diphteria ada 4.000 kematian, dan poliomyelitis ada

  • 17

    dibayangkan meningkatnya sakit berat dan kematian akibat tetanus pada bayi

    baru lahir, anak-anak atau orang dewasa (Hadinegoro, dkk., 2011).

    Proporsi kematian janin yang disebabkan karena tetanus neonatorum di

    Indonesia cukup tinggi yaitu 67%. Dalam upaya pencegahan tetanus

    neonatorum maka imunisasi diarahkan kepada pemberian perlindungan bayi

    baru lahir dalam minggu-minggu pertama melalui ibu. Eliminasi Tetanus

    Neonatorum (ETN) merupakan salah satu target yang harus dicapai sebagai

    tindak lanjut dari world summit for children yaitu insidens 1/10.000 kelahiran

    hidup pada tahun 2000 (Marimbi, 2010). Namun program ETN belum

    terlaksana dengan sepenuhnya (Ranuh, 2011).

    Dalam program imunisasi seorang wanita diharuskan untuk

    mendapatkan vaksin tetanus toxoid sebanyak 5 kali. Hal ini dimaksudkan

    untuk memberikan perlindungan seumur hidup bagi dirinya. Dengan demikian,

    setiap wanita usia subur (wus) telah mendapat perlindungan untuk bayi yang

    akan dilahirkannya terhadap bahaya tetanus neonatorum. Menurut WHO 85

    99% imunisasi tetanus toxoid telah berhasil merangsang tubuh untuk membuat

    antibody (Lisnawaty, 2011).

    Di Indonesia 9,8% (18.032) dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi

    kematian karena cakupan imunisasi Tetanus Toksoid yang rendah (WHO,

    2013). Imunisasi dilakukan dengan maksud untuk menurunkan angka

    mortalitas dan morbiditas yang merupakan salah satu program dari

    Puskesmas. Bila ibu hamil tidak mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

    dapat menyebabkan bayi rentan terhadap penyakit Tetanus Neonatorium.

    Pada saat ibu memeriksakan kehamilan, ibu hamil diberikan suntikan

  • 18

    imunisasi Tetanus Toksoid. Pemberian vaksin tetanus toksoid melalui suntikan

    diperlukan untuk melindungi ibu dan bayi terhadap Tetanus Neonatorium.

    Sosialisasi imunisasi TT perlu dilakukan mengingat masih banyak ibu hamil

    yang belum mengetahui manfaat imunisasi TT bagi ibu itu sendiri dan bayi

    yang dikandungnya dan berapa kali pemberian imunisasi TT serta jarak antara

    pemberian imunisasi TT1 dan TT2.

    Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan tahun 2014, cakupan

    imunisasi TT di Indonesia masih tergolong cukup rendah, ini dapat dilihat

    dengan jumlah ibu hamil sebanyak 5.290.235 yang melakukan TT1 sebanyak

    1.239.173 (23,4%) dan untuk TT2 sebanyak 1.155.907 (21,8%) (Kemenkes RI,

    2014).

    Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan hasil sensus penduduk tahun

    2010, jumlah penduduk mencapai 12.985.075 jiwa, dengan jumlah penduduk

    perempuan 6.506.024 jiwa. Cakupan imunisasi Tetanus Toksoid tahun 2013

    dengan jumlah ibu hamil sebanyak 331.834, pencapaian imunisasi TT1

    131.034 (39,6%) dan TT2 112.027 (33,8%). Pada tahun 2014 dengan jumlah

    ibu hamil sebanyak 338.258 untuk TT1 38.689 (11.4%) dan TT2 35.548

    (10,5%) (Dinkes Prov. Sultra, 2015).

    Kesadaran masyarakat khususnya ibu-ibu hamil untuk melakukan

    Imunisasi Tetanus Toksoid masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dengan

    rendahnya cakupan imunisasi Tetanus Toksoid. Adapun jumlah ibu hamil se-

    kabupaten kolaka sebanyak 7.921 orang tentang perkembangan cakupan

    imunisasi TT1 pada ibu hamil tahun 2015 yaitu 3.938 atau 49,7%, cakupan

    TT2 sebanyak 3,283 atau 41,4% (Dinkes Kab. Kolaka, 2016).

  • 19

    Sasaran ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Wundulako pada

    tahun 2016 sebanyak 152 ibu hamil. Berdasarkan jumlah sasaran

    tersebut, target pemberian imunisasi TT1 pada ibu hamil yang dicapai

    sebanyak 126 (82,9%) dengan cakupan sebanyak 59 (38,8%). Target

    pemberian imunisasi TT2 pada ibu hamil yang dicapai sebanyak 96

    (63,2%) dengan cakupan sebanyak 63 (41,5%). Target pemberian

    imunisasi TT3 pada ibu hamil yang dicapai sebanyak 107 (70,4%) dengan

    cakupan sebanyak 46 (30,3%). Target pemberian imunisasi TT4 pada ibu

    hamil yang dicapai sebanyak 101 (66,4%) dengan cakupan sebanyak 37

    (24,3%). Sedangkan target pemberian imunisasi TT5 pada ibu hamil yang

    dicapai sebanyak 94 (61,8%) dengan cakupan sebanyak 40 (26,3%)

    (Puskesmas Wundulako, 2016).

    Berdasarkan data tersebut, jumlah target pencapaian imunisasi TT

    di Puskesmas Wundulako tidak sesuai dengan jumlah cakupan imunisasi

    TT yang diberikan karena masih banyak ibu hamil yang tidak

    mendapatkan imunisasi TT secara lengkap pada tahun 2016. Walaupun

    program imunisasi TT telah dilaksanakan, tetapi jangkauan imunisasi TT bagi

    ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Wundulako masih jauh dari harapan,

    disebabkan masih kurangya informasi tentang manfaat dan pelaksanaan

    program imunisasi TT.

    Faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi TT di wilayah

    kerja Puskesmas Wundulako adalah kurangnya kegiatan promosi kesehatan

    di Puskesmas Wundulako serta rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap

  • 20

    imunisasi TT walau imunisasi tersebut dapat diperoleh secara gratis di tempat

    pelayanan kesehatan pemerintah.

    Berdasarkan uraian di atas, maka penulis telah melakukan

    penelitian dengan judul Gambaran Umum Tentang Pemberian Imunisasi

    Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten

    Kolaka Tahun 2016.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah gambaran umum pemberian

    imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas Wundulako

    Kabupaten Kolaka Tahun 2016?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui gambaran umum tentang pemberian imunisasi

    Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas Wundulako

    Kabupaten Kolaka Tahun 2016.

    2. Tujuan Khusus

    Tujuan khusus penelitian ini adalah:

    a. Untuk mengetahui gambaran umum pemberian imunisasi Tetanus

    Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten

    Kolaka Tahun 2016 berdasarkan pekerjaan.

  • 21

    b. Untuk mengetahui gambaran umum pemberian imunisasi Tetanus

    Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten

    Kolaka Tahun 2016 berdasarkan graviditas.

    c. Untuk mengetahui gambaran umum pemberian imunisasi Tetanus

    Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten

    Kolaka Tahun 2016 berdasarkan usia kehamilan.

    d. Untuk mengetahui gambaran umum pemberian imunisasi Tetanus

    Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten

    Kolaka Tahun 2016.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi masyarakat khususnya ibu hamil

    Dapat memberikan informasi tentang kelengkapan imunisasi

    TT, sehingga masyarakat khususnya ibu hamil mendapatkan

    pelayanan imunisasi TT secara lengkap

    2. Bagi petugas kesehatan

    Dapat memberikan masukan dan dapat digunakan sebagai

    bahan pertimbangan dalam meningkatkan hasil cakupan imunisasi TT

    pada ibu hamil untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

    akibat Tetanus Neonaturum dan meningkatkan keterampilan

    pengetahuan tentang kelengkapan imunisasi TT.

    3. Bagi peneliti

    Dengan dilaksanakannya penelitian ini penulis mendapat

    pengetahuan tentang ilmu penelitian yang didapatkan di bangku kuliah,

  • 22

    serta dapat meningkatkan keterampilan dan wawasan terhadap

    penelitian

    E. Keaslian Penelitian

    1. Diah Windari (2011) tingat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi

    tetanus toksoid di bidan praktek swasta djamin damun Surabaya. Jenis

    penelitian umum adalah penelitian deskriptif, populasi dalam penelitian

    ini 166 orang ini dengan besar sampel 70 orang. Cara pengambilan

    sampel pada penelitian ini adalah probability sampling dengan teknik

    simple random sampling. Hasil penelitian ini adalah 20% ibu hamil

    memiliki pengetahuan baik, 24,3% ibu hamil memiliki pengetahuan

    cukup dan 55,7% ibu hamil memiliki pengetahuan kurang.

    2. Sri Lestari (2012), tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi

    tetanus toksoid di forum kesehatan desa purwosunon sidoharjo sragen.

    Penelitian ini adalah deskriptif kuantitaif.sampel penelitian ini sebanyak

    40 ibu hamil analisa data menggunakan analisis univariat. Hasil

    penelitian ini 25% ibu hamil memiliki pengetahuan baik, 60% ibu hamil

    memiliki pengetahuan cukup, 15% ibu hamil memiliki pengetahuan

    kurang.

    Perbedaan peneliti yang di lakukan peneliti dengan keaslian di atas

    adalah lokasi, waktu dan sampel penelitian sedangkan persamaan

    penelitian ini adalah jenis penelitian dan variabel penelitian .

  • 23

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Tentang Kehamilan

    1. Definisi Kehamilan

    Kehamilan adalah bersatunya sel telur dan sperma. Kehamilan

    adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun psikososial

    seorang wanita karena pertumbuhan dan perkembangan alat

    reproduksi dan janinnya (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2009).

    Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari

    (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Bila kehamilan

    lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara

    28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur (Wiknjosastro, 2009).

    Menurut Kushartanti (2004), kehamilan adalah dikandungnya

    janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperms. Masa kehamilan

    dimulai dari konsepsi sampai Iahirnya janin.

    Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.

    Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah

    mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan

    seorang pria sangat besar kemungkinan akan mengalami kehamilan

    (Pudiastuti, 2012).

    2. Gejala dan Tanda kehamilan

    Menurut Mansjoer (2007) mengemukakan tanda-tanda

    kehamilan yaitu:

    8

  • 24

    a. Gejala kehamilan tidak pasti

    1) Amenore (tidak mendapat haid)

    Amenore dapat muncul akibat gangguan endokrin,

    kelemahan dan keletihan dapat merupakan tanda anemia atau

    infeksi. Rumus taksiran Naegle bila siklus haid 28 hari adalah:

    tanggal + 7, bulan -3, tahun + 1.

    2) Mual dan muntah (nausea and vomiting). Dapat disebabkan oleh

    gangguan pada saluran cerna atau alergi.

    3) Mangidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu).

    4) Pingsan dan mudah lelah.

    5) Anoreksi pada bulan-bulan pertama sering terjadi.

    6) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang

    membesar.

    b. Tanda hamil tidak pasti

    1) Pigmentasi kulit. Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih. Di pipi,

    hidung dan dahi, di kenal sebagai kloasma gravidarum. Terjadi

    karena pengaruh hormon plasenta yang merangsang melanofor

    dan kulit.

    2) Leukorhea. Sekret serviks meningkat karena pengaruh

    Peningkatan hormone progesteron

    3) Perubahan payudara. Payudara menjadi tegang dan membesar

    karena pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang

    duktuli dan alveoli payudara. Daerah areola menjadi lebih hitam

  • 25

    karena deposit pigmen berlebihan. Terdapat kolustrum bila

    kehamilan lebih dari 12 minggu.

    4) Uterus membesar: terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan

    konsistensi dari rahim.

    5) Perubahan organ dalam pelvis. Tanda Hegar adalah melunaknya

    segmen bawah uterus, tanda Chadwick adanya bendungan

    vaskuler sehingga adanya perubahan warna pada vagina dan

    cervix, tanda Piscaseck: uterus membesar kesalah satu jurusan,

    kontraksi Braxton-Hicks: uterus berkontraksi bila terangsang.

    c. Tanda pasti (tanda positif)

    1) Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak

    janin.

    2) Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin. Dengan stetoskop

    Laennec DJJ terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Alat

    Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu.

    3) Dengan ultrasonografi (USG) dapat di lihat gambaran janin.

    3. Pemeriksaan Kehamilan

    Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan

    menghasilkan kelahiran bayi yang sehat, cukup bulan, melalui jalan

    lahir namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena

    itu, pelayanan antenatal merupakan cara sangat penting untuk

    memonitor dan mendukung kesehatan normal dan mendeteksi ibu

    dengan kelahiran abnormal. Ibu hamil sebaiknya mengunjungi dokter,

  • 26

    bidan atau perawat sedini mungkin sejak ia merasa dirinya hamil untuk

    mendapatkan pelayanan antental care.

    Pemeriksaan yang perlu dilakukan meliputi: anamnesis,

    pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan obstetrik, pemeriksaan

    tambahan. Jika kehamilan masih muda, maka pemeriksaan ginekologik

    (pemeriksaan dalam) perlu dilakukan. Menurut Wiknjosastro (2009),

    pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu tahapan penting menuju

    kehamilan yang sehat. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan melalui

    dokter kandungan atau bidan dengan minimal pemeriksaan 4 kali

    selama kehamilan yaitu:

    a. Umur kehamilan sampai 28 minggu dilakukan tiap 4 minggu

    (Trimester pertama minimal satu kali kunjungan).

    b. Umur kehamilan 28 36 minggu dilakukan tiap 2 minggu (Trimester

    kedua minimal satu kali kunjungan).

    c. Umur kehamilan 36 minggu ke atas dilakukan tiap minggu

    (Trimester ketiga minimal dua kali kunjungan).

    Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan

    kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,

    hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan

    pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar

    (Manuaba, 2010).

    Pelayanan Antenatal Care (ANC) sesuai dengan kebijakan

    program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar 14 T, yaitu:

  • 27

    a. Penimbangan Berat Badan: Timbang berat badan setiap kali

    kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil ialah

    sebesar pada Trimester 10,5 Kg perbulan dan Trimester II-III 0,5 Kg

    perminggu.

    b. Ukur Tekanan Darah: Pengukuran tekanan darah/tensi dilakukan

    secara rutin setiap ANC, diharapkan tekanan darah selama

    kehamilan tetap dalam keadaan normal (120/80 mmHg). Hal yang

    harus diwaspadai adalah apabila selama kehamilan terjadi

    peningkatan tekanan darah (hipertensi) yang tidak terkontrol,

    karena dikhawatirkan dapat terjadinya preeklamsia atau eldamsia

    dan dapat menyebabkan ancaman kematian bagi ibu dan janin.

    c. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU): Perhatikan ukuran TFU Ibu apakah

    sesuai dengan Umur Kehamilan atau tidak

    d. Pemberian tablet besi: Wanita hamil cenderung terkena anemia

    (kadar Hb darah rendah) pada 3 bulan terakhir mass kehamilannya,

    karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat besi untuk

    dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.

    Tablet besi diberikan minimal 90 tablet selama 3 bulan.

    e. Pemberian imunisasi TT: Imunisasi ini diberikan untuk memberikan

    perlindungan terhadap ibu dan janin terhadap penyakit tetanus.

    Pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali.

    f. Pemeriksaan Hb: Hb pada ibu hamil tidak boleh kurang dari 11 gr%

    karena ditakutkan ibu akan mengalami anemia.

    g. Pemeriksaan VDRL

  • 28

    h. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara

    i. Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil

    j. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

    k. Pemeriksaan protein urine atas indikasi

    l. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi

    m. Pemberian terapi kapsut yodium untuk daerah endemis gondok

    n. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (Lia,

    2009).

    4. Umur Kehamilan

    Menurut Wiknjosastro (2007), ditinjau dari tuanya kehamilan.

    Kehamilan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

    a. Kehamilan trimester pertama (0-12 minggu), yang mana alat-alat

    mulai dibentuk.

    b. Kehamilan trimester kedua (12-28 minggu), yang mana alatalat

    telah dibentuk namun belum sempurna dan viabilitas janin masih

    disangsikan.

    c. Kehamilan trimester ketiga (28-40 minggu), yang mana janin yang

    dilahirkan dapat viable (dapat hidup).

    Umur kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-

    kira 280 hari (40 minggu). Bila ditinjau dari tuanya kehamilan maka

    kehamilan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

    a. Kehamilan triwulan (trimester) pertama : 0 12 minggu.

    b. Kehamilan triwulan (trimester) kedua : 12 28 minggu.

    c. Kehamilan triwulan (trimester) ketiga : 28 40 minggu.

  • 29

    Dalam triwulan pertama organ-organ mulai terbentuk. Dalam

    triwulan kedua organ telah dibentuk tetapi belum sempurna dan

    viabilitas janin masih disangsikan. Janin yang dilahirkan dalam triwulan

    ketiga telah viable (dapat hidup di dunia luar) (Depkes RI, 2011).

    5. Kelainan Kehamilan

    Kelainan dalam kehamilan dapat diketahui dari kenaikan berat

    badan ibu hamil terutama bila kenaikan berat badan itu mendadak lebih

    banyak dari biasanya. Kenaikan berat badan dari biasa akan menjadi

    tanda kelainan, karena dalam keadaan kenhamilan biasa wanita itu

    pasti akan sepintas lalu saja badannya makin gemuk montok perutnya,

    makin tua kehamilannya makin besar, karena anak yang ada dalam

    kandungan makin lama makin besar pula. Kecuali bertambahnya berat

    badan disebabkan adanya plasenta (ari), air ketuban, rahim (uterus)

    yang membesar, buah dada yang membesar, tambahnya volume

    darah, cairan ekstraseluler yang lebih banyak karena jaringan sifatnya

    longgar dan lebih mengikat garam dan persediaan protein dalam

    badan. Tanda kelainan kehamilan antara lain pusing hebat, muntah

    terus menerus, kaki bengkak, pucat, pendarahan (Depkes RI, 2011).

    6. Faktor Risiko Kehamilan

    Faktor risiko umumnya berpengaruh secara tidak langsung

    dalam meningkatkan morbiditas dan mortabilitas ibu maupun janin.

    Walaupun demikian, adanya kombinasi beberapa faktor risiko pada ibu

    hamil dapat mengakibatkan kehamilan tersebut berisiko tinggi/risti.

  • 30

    Makin banyak faktor risiko yang ditemukan dalam kehamilan makin

    buruk prognosisnya.

    Kehamilan pada ibu yang mempunyai faktor risiko perlu

    diwaspadai, dipantau secara intensif dan sejak dini dicegah agar faktor

    risiko tidak menjadi pemicu timbulnya komplikasi daam masa

    kehamilan, persalinan dan nifas.

    Untuk itu, tindakan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan

    kehamilan yang lebih sering, penjelasan khusus pada ibu mengenai

    faktor risiko yang dimilikinya serta bahaya yang mungkin

    mengancamnya, rujukan ke tingkat yang lebih lengkap. Faktor risiko

    pada ibu hamil diantaranya adalah umur kurang dari 20 tahun dan atau

    lebih dari 35 tahun, paritas 0 (primigravida, belum pernah melahirkan

    dan jumlah anak lebih dari 4), jarak persalinan terakhir dengan

    kehamilan sekarang kurang dari dua tahun, tinggi badan kurang dari

    145 cm, lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, kelainan bentuk tubuh

    misalnya kelainan tulang belakang (klifosis, lordosis, skoliosis) dan

    kelainan panggul (Depkes RI, 2011).

    B. Tinjauan Tentang Imunisasi

    1. Pengertian

    Imunisasi berasal dari kata immune yang artinya kebal atau

    resisiten. Imunisasi dimaksudkan sebagai suatu tindakan pencegahan

    dengan jalan mengembangkan kekebalan anak sehingga terlindung

    dari penyakit tertentu. Pencegahan tertentu dimaksudkan agar jika

  • 31

    anak dihinggapi kuman penyakit tidak sampat sakit ataupun sakit tidak

    sempat cacat atau meninggal. Jadi imunisasi dapat menurunkan

    morbilitas dan cacat. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan

    terhadap suatu penyakit tertentu, tetapi belum tentu kebal terhadap

    penyakit lain (Notoatmodjo, 2007). Imunisasi adalah suatu usaha yang

    dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga

    dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu (Depkes RI,

    2008).

    Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi

    dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh

    membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Tujuan

    diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap

    penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas

    serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu (Achmadi,

    2008).

    Imunisasi merupakan proses pengimunan yaitu proses, cara,

    perbuatan menjadikan kebal terhadap penyakit. Sedangkan dalam ilmu

    kedokteran imunisasi diartikan sebagai membentuk kekebalan tubuh

    terhadap sesuatu penyakit dengan memberikan antigen atau vaksin

    kepada bayi dan anak.

    Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

    seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia

    terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit

    tersebut. Sedangkan penyakit dasar adalah pemberian imunisasi awal

  • 32

    untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan.

    University Child Immunization (UCI) adalah suatu keadaan tercapainya

    imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi. Bayi adalah anak

    dibawah umur satu tahun (Depkes RI, 2008).

    Depkes RI (2008) mendefinisikan imunisasi sebagai upaya yang

    dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi

    atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi

    didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan

    upaya penting dalam memelihara kesehatan anak. Sedangkan vaksin

    adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen

    kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan

    berguna untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang.

    Dengan kemajuan teknologi, tekhnik pembuatan vaksin

    diharapkan semakin efektif untuk dapat menimbulkan kekebalan, juga

    diharapkan semakin aman, semakin mudah tekhnik pembayarannya

    dan tentu saja harganya harus semakin terjangkau (Achmadi, 2008).

    2. Tujuan dan Sasaran Imunisasi

    Menurut Depkes RI (2008) tujuan, sasaran, target, dan pokok

    kegiatan imunisasi adalah sebagai berikut:

    a. Tujuan

    1) Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka

    kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah

    dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit tersebut yaitu Disentri,

  • 33

    Tetanus, Batuk Rejan (Pertusis), Campak, Polio dan

    Tuberculosis.

    2) Tercapainya target UCI (Universal Child Immunization) yaitu

    cakupan imunisasi lengkap minimal 80% pada bayi di 100

    desa/kelurahan.

    b. Sasaran

    Sasaran imunisasi adalah:

    1) Bayi di bawah umur 1 tahun (0 11 bulan)

    2) Ibu hamil (awal kehamilan 8 bulan)

    3) Wanita usia subur (calon pengantin wanita)

    4) Anak sekolah dasar (kelas I VI)

    c. Target imunisasi

    1) Pencapaian program imunisasi 80% dari target yang

    direncanakan berarti programnya cukup berhasil.

    2) Pencapaian program imunisasi < 80% dari target yang

    direncanakan berarti program kurang berhasil.

    d. Pokok-pokok kegiatan

    1) Pencegahan terhadap bayi (imunisasi lengkap)

    a) Imunisasi BCG 1 kali

    b) Imunisasi DPT 3 kali

    c) Imunisasi Hepatitis B 3 kali

    d) Imunisasi Polio 4 kali

    e) Imunisasi Campak 1 kali

  • 34

    2) Pencegahan terhadap anak sekolah dasar

    a) Imunisasi DT dan TT

    b) Pencegahan lengkap terhadap ibu hamil dan PUS/calon

    pengantin wanita imunisasi TT 2 kali.

    3. Jenis-Jenis Imunisasi

    Menurut Depkes RI (2008) jenis-jenis imunisasi adalah sebagai

    berikut:

    a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)

    Vaksin BCG digunakan untuk pemberian kekebalan aktif

    terhadap tuberculosis. Cara pemberian vaksin BCG sebelum

    disuntikkan, vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.

    Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).

    Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali pada bayi yang berusia 0

    12 bulan. Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan

    atas dengan menggunakan ADS 0,05 ml. Vaksin yang sudah

    dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam. Kontra indikasi

    Vaksin BCG adalah adanya penyakit kulit yang berat/menahun

    (seperti eksim, furunkulosis, dan sebagainya) dan mereka yang

    sedang menderita TB.

    Efek samping Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi

    yang bersifat umum seperti demam. Setelah 1 2 minggu akan

    timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah

    menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu

    pengobatan, akan sembuh sendiri secara spontan dan

  • 35

    meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran

    kelenjar regional diaksila atau leher terasa padat, tidak sakit dan

    tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan

    pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya (Depkes RI, 2008)

    b. Vaksin DPT

    Vaksin jerap DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin

    yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta

    bakteri pertusis yang telah diinaktivasi. Vaksin DPT digunakan

    untuk pemberian kekebalan secara stimulan difteri, pertusis dan

    tetanus. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu

    agar suspensi menjadi homogen. Disuntikkan secara intramuscular

    dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 kali. Dosis pertama

    diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan

    interval paling cepat 4 minggu (1 bulan).

    Vaksin DPT dikontra indikasikan pada gejala-gejala

    keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius

    keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak

    yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama,

    komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk

    meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT. Efek samping DPT

    berupa gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas,

    demam, kemerahan pada tempat penyuntikan. Kadang-kadang

    terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan meracau

    yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi (Depkes RI, 2008).

  • 36

    c. Vaksin Polio

    Vaksin oral polio hidup adalah vaksin polio trivalent yang

    terdiri dari suspensi virus polimyelitis tipe 1, 2 dan 3 (strain sabin)

    yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera

    dan distabilkan dengan sukrosa. Vaksin polio digunakan untuk

    pemberian kekebalan aktif terhadap polimyelitis.

    Vaksin polio diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis

    adalah 2 tetes sebanyak 4 kali pemberian dengan interval setiap

    dosis minimal 4 minggu. Setiap membuka vial baru harus

    menggunakan penetes (dropper) yang baru.

    Vaksin polio tidak dapat diberikan pada pasien individu yang

    menderita immune deficiency. Tidak ada efek yang berbahaya

    yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.

    Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka

    dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. Pada umumnya

    tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang

    disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (Depkes RI, 2008).

    d. Vaksin Campak

    Vaksin campak merupakan vaksin virus yang dilemahkan.

    Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infektif

    unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mg residu

    kanamycin dan 30 mg residu eritroycin. Vaksin Campak digunakan

    untuk pemberian kekebalan terhadap penyakit campak.

  • 37

    Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus

    dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml

    cairan pelarut. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara

    subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9 11 bulan. Dan

    ulangan (booster) pada usia 6 7 tahun (kelas 1 SD) setelah

    catch up campaign campak pada anak sekolah dasar kelas 1 6.

    Vaksin campak dikontraindikasikan pada individu yang

    mengidap immune deficiency atau individu yang diduga menderita

    gangguan respon imun karena leukimia, lemfoma. Hingga 15 %

    pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3

    hari yang dapat terjadi 8 12 hari setelah vaksinasi. (Depkes RI,

    2006).

    e. Vaksin Hepatitis B

    Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinasi yang

    telah diinaktivasi dan bersifat non infection, berasal dari HbsAg

    yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha)

    menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin hepatitis B

    digunakan untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang

    disebabkan oleh virus hepatitis B.

    Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu

    agar suspensi menjadi homogen. Vaksin disuntikkan dengan dosis

    0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan secara

    intramuscular, sebaiknya pada anterolateral. Pemberian sebanyak

  • 38

    3 dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 0 7 hari, dosis

    berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan).

    Vaksin Hepatitis B dikontra indikasikan pada hipersensitifitas

    terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin

    lain, vaksin ini tidak boleh diberikan pada penderita infeksi berat

    yang disertai kejang. Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan

    dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan yang terjadi

    bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari (Depkes RI,

    2008).

    C. Tinjauan Tentang Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

    1. Pengertian

    Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/ meningkatkan

    kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga

    bila kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit

    ringan (Depkes RI, 2007).

    Imunisasi TT adalah suntikan vaksin tetanus untuk

    meningkatkan kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi

    tetanus (Maryunani, 2010).

    Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah

    dilemahkan dan kemudian dimumikan (Proverawati, 2010). Kemasan

    vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box

    vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk

    cairan (Depkes RI, 2007).

  • 39

    2. Manfaat Imunisasi TT

    Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil menurut BKKBN (2009),

    yaitu:

    a. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonaturum.

    b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka Kedua

    manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari

    program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal

    dan tetanus neonaturum.

    Pada pemeriksaan kehamilan, ibu hamil diberikan suntikan TT.

    Pemberian vaksin TT melalui suntikan, diperlukan untuk melindungi ibu

    hamil saat bersama bayinya terhadap tetanus neonaturum. Sosialisasi

    imunisasi TT perlu dilakukan mengingat masih ada sebagian

    masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan yang akan menikah

    mendapat imunisasi TT maka setelah menikah dia akan terlambat

    hamil. Sehingga ibu hamil menjadi tidak subur lagi setelah melahirkan.

    Setiap ibu hamil harus mengetahui, memahami manfaat dan jarak

    waktu pemberian imunisasi TT (Achsin, 2010).

    3. Waktu Pemberian Imunisasi TT

    Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil dengan jumlah pemberian

    sebanyak 2 kali pada trimester ke II, interval waktu 4-6 minggu.

    Sehingga diharapkan dapat memberikan kekebalan selama 3 tahun.

    Menurut Depkes RI (2008), jadwal pemberian imunisasi TT pada WUS

    (wanita usia subur) sebagai berikut:

  • 40

    a. TT1, diberikan segera setelah ada tanda kehamilan dengan dosis

    0,5 cc dengan lama perlindungan 4 minggu.

    b. TT2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 6

    bulan, dosis pemberian 0,5 cc

    c. TT3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 1

    tahun, dosis pemberian 0,5 cc

    d. TT4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 5

    tahun, dosis pemberian 0,5 cc

    e. TT5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT4, masa perlindungan 25

    tahun/seumur hidup, dosis pemberian 0,5 cc

    Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dilakukan sebanyak 2

    kali, dimana pemberian imunisasi TT sebanyak 2 kali pada interval

    waktui 4 minggu. Bila ibu hamil belum pernah di vaksinasi TT, diberikan

    2 kali selama kehamilan. Bila pada waktu kontak berikurnya ibu sudah

    bersalin, TT2 tetap diberikan dengan maksud memberikan

    perlindungan untuk kehamilan selanjutnya. Bila ibu hamil pernah

    mendapat imunisasi TT 2 kali pada waktu catin atau pada kehamilan

    sebelumnya, cukup mendapat imunisasi TT satu kali (Depkes RI,

    2008).

    Pada sasaran calon pengantin wanita diberikan imunisasi TT

    sebanyak 2 kali, yakni sebelum akad nikah (waktu melapor atau waktu

    menerima nasihat perkawinan.

    Walaupun tidak hamil maka bila wanita usia subur belum

    mencapai status T5 diharapkan mendapatkan dosis TT sehingga

  • 41

    tercapai status T5 dengan interval yang ditentukan. Hal ini penting

    untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang akan dilahirkan dan

    keuntungan bagi wanita untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap

    tetanus (Putriazka, 2012).

    4. Efek Samping Imunisasi TT

    Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya

    seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat

    sementara dan kadang-kadang gejala demam (Depkes RI, 2008).

    Efek samping biasanya hanya gejala ringan saja seperti

    kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat suntikan.

    Tetanus Toksoid adalah antigen yang sangat aman dan juga aman

    untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil

    mendapatkan imunisasi TT. Efek samping tersebut berlangsung 1-2

    hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan tindakan atau

    pengobatan (Cahyono, 2010).

    5. Tempat Pelayanan untuk Mendapatkan Imunisasi TT

    Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit, Rumah

    Bersalin, Polindes, Posyandu, Rumah Sakit Swasta, Dokter Praktik,

    dan Bidan Praktik (Depkes RI, 2008).

    D. Tinjauan Tentang Variabel yang Diteliti

    1. Pekerjaan

    Dengan adanya pekerjaan seseorang memerlukan banyak

    waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting

  • 42

    memerlukan perhatian masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu

    yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat

    pengetahuan yang mereka miliki jadi berkurang.

    Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan

    nafkah atau pencaharian. Masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau

    pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebih sedikit untuk

    memperoleh informasi. Dengan adanya pekerjaan seseorang akan

    memerlukan banyak waktu dan memerlukan perhatian. Masyarakat

    yang sibuk hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh informasi,

    sehingga pengetahuan yang mereka peroleh kemungkinan juga

    berkurang. Pekerjaan diklasifikasikan menjadi:

    a. Bekerja: buruh, tani, swasta, dan PNS.

    b. Tidak bekerja: Ibu rumah tangga (Notoatmodjo, 2012).

    2. Graviditas

    Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah

    dialami oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilannya. Semakin

    tinggi graviditas maka semakin besar risiko kematian maternal (Denisa,

    2006).

    Graviditas adalah keadaan wanita yang sedang hamil. Keadaan

    ini dapat menunjukkan pengalaman atau hal yang pernah dialami oleh

    seorang wanita berkaitan dengan kehamilannya, baik itu kehamilan

    sebelumnya, kehamilan saat ini, ataupun kehamilan selanjutnya

    (Wiknjosastro, 2009).

  • 43

    Tingkat graviditas telah menarik perhatian para peneliti dalam

    hubungan dengan pengalaman ibu. Dikatakan bahwa terdapat

    kecenderungan kesehatan ibu yang memiliki graviditas tinggi namun

    jika ditinjau dari segi pemahaman ibu dengan graviditas lebih tinggi

    akan lebih berpengalaman terlebih lagi jika sudah sering mengikuti

    penyuluhan-penyuluhan kesehatan termasuk tentang pentingnya

    pemeriksaan kesehatan, khususnya kelengkapan imunisasi Tetanus

    Toksoid.

    Istilah-istilah yang terkait dengan kehamilan, antara lain: (1)

    primigravida, yakni wanita yang hamil untuk pertama kalinya; (2)

    secondigravida, yakni wanita yang hamil untuk kedua kalinya; dan (3)

    multigravida, yakni wanita yang pernah hamil untuk beberapa kalinya

    (Manuaba, 2010).

    Graviditas adalah jumlah janin yang pernah dilahirkan, hidup

    maupun mati. Penggolongan graviditas bagi ibu yang masih hamil atau

    yang pernah hamil berdasarkan jumlahnya menurut WHO yaitu:

    a. Primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kalinya.

    b. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali,

    dimana kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali.

    c. Grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5

    kali (Wikanjosastro, 2009).

    3. Usia Kehamilan

    Kehamilan berlangsung selama 9 bulan menurut penanggalan

    internasional, 10 bulan menurut penanggalan luar, atau sekitar 40

  • 44

    minggu. Kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau trimester.

    Trimester pertama adalah periode minggu pertama sampai minggu ke

    13. trimester kedua adalah periode minggu ke 14 sampai ke 26.

    sedangkan trimester ke tiga adalah minggu ke 27 sampai kehamilan

    cukup bulan 38-40 minggu (Varney, 2009).

    Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dilakukan sebanyak 2

    kali, dimana pemberian imunisasi TT sebanyak 2 kali pada interval

    waktu 4 minggu. Bila ibu hamil belum pernah di vaksinasi TT, diberikan

    2 kali selama kehamilan. Bila pada waktu kontak berikutnya ibu sudah

    bersalin, TT2 tetap diberikan dengan maksud memberikan

    perlindungan untuk kehamilan selanjutnya. Bila ibu hamil pernah

    mendapat imunisasi TT 2 kali pada waktu catin atau pada kehamilan

    sebelumnya, cukup mendapat imunisasi TT satu kali (Depkes RI,

    2008).

    E. Landasan Teori

    Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan meningkatkan

    kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila

    kelak seseorang terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau

    sakit ringan (Depkes RI, 2008). Imunisasi TT adalah suntikan vaksin

    tetanus untuk meningkatkan kekebalan sebagai upaya pencegahan

    terhadap infeksi tetanus (Marimbi, 2010).

    Beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi Tetanus

    Toxoid antara lain, yakni: graviditas, pekerjaan dan usia kehamilan.

  • 45

    Graviditas adalah jumlah janin yang pernah dilahirkan, hidup maupun

    mati.dengan adanya pekerjaan seseorang memerlukan banyak waktu

    untuk menyelesaikan pekerjaan yang di anggap penting memerlukan

    perhatian masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk

    memerlukan informasi, sehingga tingkat pengetahuan yang mereka miliki

    jadi berkurang. Selain itu, imunisasi TT diberikan pada ibu hamil dengan

    jumlah pemberian sebanyak 2 kali pada trimester ke II, interval waktu 4-6

    minggu. Sehingga diharapkan dapat memberikan kekebalan selama 3

    tahun.

  • 46

    F. Kerangka Konsep

    Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka

    penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut :

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Tentang Pemberian Imunisasi TTpada Ibu Hamil di Puskesmas Wundulako

    Pekerjaan

    Pemberian ImunisasiTetanus Toxoid (TT)

    Usia Kehamilan

    Graviditas

  • 47

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui

    gambaran umum tentang pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di

    Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016.

    B. Tempat Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Wundulako

    Kabupaten Kolaka.

    C. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017.

    D. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang

    memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Wundulako Kabupaten

    Kolaka tahun 2016 sebanyak 152 ibu hamil.

    2. Sampel

    Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil sebagai sasaran

    imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Wundulako Kabupaten

    Kolaka. Besar pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan

    dengan menggunakan rumus:

    32

  • 48

    ).(1 2eN

    Nn

    Keterangan:

    n = jumlah sampel

    N = jumlah populasi

    e = Standar Eror (10%)

    Sehingga didapatkan:

    ).(1 2eN

    Nn

    )01.0152(1

    152

    52,2

    152

    6031,60

    Sehingga jumlah sampel yang digunakan sebanyak 60 orang

    responden.

    E. Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:

    1. Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

    pekerjaan, graviditas dan usia kehamilan.

    2. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu

    pemberian imunisasi TT.

  • 49

    F. Definisi Operasional

    1. Pemberian Imunisasi TT

    Pemberian imunisasi TT adalah pemberian kekebalan terhadap

    penyakit tetanus terhadap ibu dan janin yang dikandungannya,

    sehingga pada saat melahirkan ibu dan bayi terhindari dari penyakit

    tetanus, dengan kriteria:

    Lengkap : Apabila ibu hamil diberikan imunisasi TT

    sebanyak 2 kali pada Trimester II dan III

    Tidak Lengkap : Apabila ibu hamil tidak diberikan imunisasi TT

    sebanyak 2 kali

    2. Pekerjaan

    Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-

    hari, dengan kategori:

    a. Bekerja : Pegawai Negeri/Swasta, Wiraswasta, dll

    b. Tidak Bekerja : Ibu Rumah Tangga (Notoatmodjo, 2012).

    3. Graviditas

    Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah

    dialami oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilannya, dengan

    kriteria objektif.

    a. Primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kalinya

    b. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali,

    dimana kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali

    c. Grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5

    kali (Wiknjosastro, 2009).

  • 50

    4. Usia Kehamilan

    Usia kehamilan adalah bilangan yang dihitung dari Hari Pertama

    Haid Terakhir hinga saat dilakukan penelitian, dengan kategori:

    a. Trimester I : 0 3 bulan

    b. Trimester II : 4 6 bulan

    c. Trimester III : 7 9 bulan (Varney, 2009).

    G. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

    sekunder bersumber dari laporan-laporan yang telah didokumentasikan

    melalui buku registrasi ibu di Poli KIA dan gambaran umum lokasi

    penelitian.

    H. Pengolahan Data

    Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

    memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

    mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

    informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:

    1. Pengeditan (editing)

    Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan yang

    diisi agar lengkap untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan

    pengisian atau jawaban yang tidak jelas, sehingga jika terjadi

    kesalahan atau kekurangan data dapat dengan mudah terlihat dan

    segera dilakukan perbaikan.

  • 51

    2. Pengkodean (coding)

    Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap

    berikutnya adalah mengkode data, yaitu melakukan pemberian kode

    untuk setiap responden untuk memudahkan dalam pengolahan data.

    Pengkodean yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu

    dengan memberi nomor yang mewakili dan berurutan pada tiap

    responden yang mewakili identitas responden.

    3. Pemasukan data (entry)

    Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel

    berdasarkan variabel penelitian.

    4. Tabulasi (tabulating)

    Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel

    yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing

    variabel (Sugiyono, 2008).

    I. Penyajian Data

    Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi

    secukupnya.

    J. Analisis Data

    Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan

    kalkulator, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi

    disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan dalam pengolahan data maka

    digunakan rumus:

  • 52

    %100N

    fP

    Keterangan:

    f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

    N : Number Of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)

    P : Angka persentase (Sugiyono, 2008).

  • 53

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    a. Keadaan Geografis

    Puskesmas Wundulako adalah salah satu Puskesmas yang

    berada dalam naungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka

    Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak tepat Kecamatan

    Wundulako. Wilayah kerja Puskesmas Wundulako terdiri dari lima

    desa dan enam Kelurahan dengan luas wilayah kerja adalah

    157,97 km2.

    Wilayah Kerja Puskesmas Wundulako secara administratif

    berbatasan dengan beberapa wilayah lain yaitu:

    1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kolaka

    2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baula

    3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tirawuta dan

    Kecamatan Ladongi

    4) Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Bone.

    b. Kebijakan Pembangunan Kesehatan

    Untuk melaksanakan fungsi yang telah disebutkan

    sebelumnya, Puskesmas Wundulaki bertanggung jawab

    menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya

    38

  • 54

    Kesehatan Masyarakat yang terdiri dari Upaya Kesehatan Wajib

    dan Upaya Kesehatan Pengembangan.

    Selama ini Puskesmas Wundulako telah menyelenggarakan

    semua upaya kesehatan wajib yang terdiri dari:

    1) Upaya Promosi Kesehatan

    2) Upaya Penyehatan Lingkungan

    3) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

    4) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

    5) Keluarga Berencana

    6) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

    Namun untuk Upaya Kesehatan Pengembangan, Puskesmas

    Wundulako baru mampu melaksanakan 5 dari 9 upaya kesehatan

    yang ada, yakni:

    1) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

    2) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

    3) Upaya Kesehatan Jiwa

    4) Upaya Kesehatan Mata

    5) Upaya Kesehatan Usia Lanjut

    c. Kependudukan

    Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Wundulako

    pada tahun 2016 sebanyak 20.704 jiwa yang terhimpun dalam

    4.573 KK.

  • 55

    d. Tenaga Kesehatan

    Distribusi ketenagaan sesuai bidang profesi di Puskesmas

    Wundulako disajikan sebagai berikut:

    Tabel 1. Distribusi Ketenagaan Sesuai Bidang ProfesiPuskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun2017

    Bidang Keprofesian Jumlah (Orang)Dokter UmumDokter GigiApotekerS1 FarmasiS1 KesmasD3 BidanD3 PerawatPerawat SPKD3 GiziS1 GiziD3 KeslingS1 LaboratoriumD3 LaboratoriumPerawat GigiSPRG/SMA/SMEA

    31135243353111216

    Jumlah 90 OrangSumber: Profil Puksesmas Wundulako, 2016.

    2. Variabel Penelitian

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil

    sebagai berikut:

    a. Pekerjaan Ibu Hamil

    Tabel 2. Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil di PuskesmasWundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016

    Pekerjaan Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)Bekerja 21 35,0

    Tidak Bekerja 39 65,0Total 60 100,0

    Sumber: Data Primer, 2017.

  • 56

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

    responden terbanyak adalah ibu hamil yang tidak bekerja atau ibu

    rumah tangga, yakni sebanyak 39 orang (65,0%), dan terendah

    adalah ibu hamil yang bekerja sebanyak 21 orang (35,0%).

    b. Graviditas Ibu Hamil

    Tabel 3. Distribusi Graviditas Ibu Hamil di PuskesmasWundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016

    Graviditas Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)Primigravida 18 30,0Multigravida 40 66,7

    Grandemultigravida 2 3,3Total 60 100,0

    Sumber: Data Primer, 2017.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

    responden terbanyak adalah ibu hamil multigravida, yakni

    sebanyak 40 orang (66,7%), dan terendah adalah ibu hamil

    grandemultigravida sebanyak 2 orang (3,3%).

    c. Usia Kehamilan Ibu Hamil

    Tabel 4. Distribusi Usia Kehamilan Ibu Hamil di PuskesmasWundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016

    Usia Kehamilan Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)Trimester I 19 31,7Trimester II 8 13,3Trimester III 33 55,0

    Total 60 100,0Sumber: Data Primer, 2017.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

    responden terbanyak memiliki usia kehamilan trimester III, yakni

  • 57

    sebanyak 33 orang (55,0%), dan terendah adalah ibu hamil dengan

    usia kehamilan trimester II sebanyak 8 orang (13,3%).

    d. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

    Tabel 5. Distribusi Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid PadaIbu Hamil di Puskesmas Wundulako KabupatenKolaka Tahun 2016

    Imunisasi TT Frekuensi (f) Persentase (%)Lengkap 47 78,3

    Tidak Lengkap 13 21,7Total 60 100,0

    Sumber: Data Primer, 2017.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

    responden terbanyak diberikan imunisasi Tetanus Toksoid lengkap,

    yakni sebanyak 47 orang (78,3%), dan terendah tidak diberikan

    Imunisasi Tetanus Toksoid lengkap sebanyak 13 orang (21,7%).

    3. Analisis Variabel Penelitian

    a. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Pekerjaan

    Tabel 6. Distribusi Pemberian Imunisasi TT pada Ibu HamilBerdasarkan Pekerjaan di Puskesmas WundulakoKabupaten Kolaka Tahun 2016

    Pekerjaan IbuImunisasi TT JumlahLengkap Tidak Lengkap

    n % n % n %Bekerja 15 25,0 6 10,0 21 35,0

    Tidak Bekerja 32 53,3 7 11,7 39 65,0Total 47 78,3 13 21,7 60 100,0

    Sumber: Data Primer, 2017.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, 21

    responden (35,0%) yang bekerja, terdapat 15 responden (25,0%)

    yang diberikan imunisasi TT lengkap dan 6 responden (10,0%)

  • 58

    yang tidak diberikan imunisasi TT lengkap. Sedangkan dari 39

    responden (65,0%) yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga,

    terdapat 32 responden (53,3%) yang diberikan imunisasi TT

    lengkap dan 7 responden (11,7%) yang tidak diberikan imunisasi

    TT lengkap.

    Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa imunisasi

    TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil yang tidak

    bekerja, yakni sebanyak 32 responden (53,3%).

    b. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Graviditas

    Tabel 7. Distribusi Pemberian Imunisasi TT pada Ibu HamilBerdasarkan Graviditas di Puskesmas WundulakoKabupaten Kolaka Tahun 2016

    GraviditasImunisasi TT JumlahLengkap Tidak Lengkap

    n % n % n %Primigravida 14 23,3 4 6,7 18 30,0Multigravida 31 51,7 9 15,0 40 66,7Grandemulti 2 3,3 0 0 2 3,3

    Total 47 78,3 13 21,7 60 100,0Sumber: Data Primer, 2017.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, 18

    responden (30,0%) ibu hamil primigravida, terdapat 14 responden

    (23,3%) yang diberikan imunisasi TT lengkap dan 4 responden

    (6,7%) yang tidak diberikan imunisasi TT lengkap. Dari 40

    responden (66,7%) ibu hamil multigravida, terdapat 31 responden

    (51,7%) yang diberikan imunisasi TT lengkap dan 9 responden

    (15,0%) yang tidak diberikan imunisasi TT lengkap. Sedangkan dari

    2 responden (3,3%) ibu hamil grandemultigravida, terdapat 2

  • 59

    responden (3,3%) yang diberikan imunisasi TT lengkap dan tidak

    ada responden yang tidak diberikan imunisasi TT lengkap.

    Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa imunisasi

    TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil multigravida,

    yakni sebanyak 31 responden (51,7%).

    c. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Usia Kehamilan

    Tabel 8. Distribusi Pemberian Imunisasi TT pada Ibu HamilBerdasarkan Usia Kehamilan di PuskesmasWundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016

    UsiaKehamilan

    Imunisasi TT JumlahLengkap Tidak Lengkapn % n % n %

    Trimester I 11 18,3 8 13,4 19 31,7Trimester II 4 6,6 4 6,6 8 13,3Trimester III 32 53,1 1 1,7 33 55,0

    Total 47 78,3 13 21,7 60 100,0Sumber: Data Primer, 2017.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, 19

    responden (31,7%) memiliki usia kehamilan trimester I, terdapat 11

    responden (18,3%) yang diberikan imunisasi TT lengkap dan 8

    responden (13,4%) yang tidak diberikan imunisasi TT lengkap. Dari

    8 responden (13,3%) memiliki usia kehamilan trimester II, terdapat

    4 responden (6,6%) yang diberikan imunisasi TT lengkap dan 4

    responden (6,6%) yang tidak diberikan imunisasi TT lengkap.

    Sedangkan dari 33 responden (55,0%) memiliki usia kehamilan

    trimester III, terdapat 32 responden (53,1%) yang diberikan

    imunisasi TT lengkap dan 1 responden (1,7%) yang tidak diberikan

    imunisasi TT lengkap.

  • 60

    Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa imunisasi

    TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil dengan usia

    kehamilan trimester III, yakni sebanyak 32 responden (53,1%).

    B. Pembahasan

    1. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Pekerjaan

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

    responden terbanyak adalah ibu hamil yang tidak bekerja atau ibu

    rumah tangga, yakni sebanyak 39 orang (65,0%), dan terendah adalah

    ibu hamil yang bekerja sebanyak 21 orang (35,0%). Imunisasi TT

    lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil yang tidak bekerja,

    yakni sebanyak 32 responden (53,3%).

    Sebagian besar ibu tidak bekerja karena ibu adalah ibu rumah

    tangga, di mana penghasilan dan pendapatan keluarga diperoleh dari

    suami selaku kepala keluarga. Pekerjaan merupakan simbol status

    sosial di masyarakat. Ibu yang tidak bekerja tidak mempunyai

    kesempatan untuk bertukar informasi dengan rekan kerja atau atasan

    tentang imunisasi TT, sehingga ibu tidak mengerti dan kurang

    memahami manfaat imunisasi TT.

    Dari penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2005) menyatakan

    bahwa pekerjaan seseorang merupakan salah satu proses perubahan

    tingkah laku, ibu yang bekerja dapat memilih tempat-tempat pelayanan

    kesehatan. Ibu yang bekerja mempunyai status sosial yang menunjang

    untuk peningkatkan status kesehatan selama kehamilan, tetapi disisi

  • 61

    lain bisa menjadi masalah waktu untuk memeriksakan kehamilannya

    ke unit pelayanan kesehatan pada saat jam kerja ibu. Ibu bekerja dan

    ibu tidak bekerja tentang pemberian imunisasi TT dapat dijadikan

    bahan pertimbangan terutama bagi perusahaan tempat ibu bekerja

    melalui poliklinik kesehatan untuk lebih memberi perhatian, dan lebih

    banyak penjelasan tentang arti imunisasi. Ibu yang bekerja dengan

    status imunisasi TT lengkap karena bekerja diluar rumah lebih cepat

    untuk mendapatkan informasi misalnya tentang kesehatan kehamilan

    dan mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan ditempat kerja,

    disetiap perusahaan memiliki poliklinik yang bisa dimanfaatkan oleh

    ibu-ibu untuk fasilitas kesehatan keluarga. Dengan adanya poliklinik

    perusahaan, maka diharapkan kerjasama antara perusahaan dan

    petugas kesehatan setempat untuk meningkatkan kesehatan didesa

    terutama mengenai kegiatan imunisasi bagi ibu hamil.

    2. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Graviditas

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

    responden terbanyak adalah ibu hamil multigravida, yakni sebanyak 40

    orang (66,7%), dan terendah adalah ibu hamil grandemultigravida

    sebanyak 2 orang (3,3%). Imunisasi TT lebih banyak diberikan pada

    ibu hamil multigravida, yakni sebanyak 31 responden (51,7%). Hal ini

    disebabkan karena pada kelompok multigravida lebih banyak

    mengetahui manfaat imunisasi TT terkait dengan pengalamannya

    terdahulu yang sudah beberapa kali mengalami kehamilan dan

    persalinan sedangkan primigravida yang kurang disebabkan karena

  • 62

    belum mengetahui pentingnya imunisasi TT sehingga ada responden

    yang tidak patuh melakukan imunisasi TT ke tempat pelayanan

    kesehatan yang terdekat dan persepsi mereka yang salah terhadap

    resiko yang terjadi setelah melakukan imunisasi TT di mana dari hasil

    wawancara dari sebagian responden primigravida beranggapan bahwa

    resiko setelah melakukan imunisasi TT yaitu dapat mencegah

    kehamilan, sehingga ibu ragu untuk melakukan imunisasi TT ke

    tempat pelayanan kesehatan terdekat. Namun, ibu yang primigravida

    cenderung lebih telat memulai perawatan kehamilan dibandingkan

    kelompok ibu multigravida.

    Seorang ibu hamil akan mengharapkan persalinan berjalan

    dengan aman, nyaman tanpa komplikasi. Agar proses persalinan ibu

    dan bayinya sehat, ibu harus mempersiapkan diri dengan berbagai

    informasi tentang hal-hal yang menyangkut persalinan dalam hal

    memilih tempat bersalin maupun tenaga penolong persalinan sehingga

    apabila ditemui kesulitan (komplikasi) persalinan dapat segera

    dilakukan dan lebih memadai. Ibu primipara seharusnya lebih banyak

    melakukan persiapan diri seperti mencari informasi baik dari media

    maupun dari ibu-ibu yang pernah melakukan persalinan, bertujuan

    untuk dalam proses persalinan tidak terjadi komplikasi.

    Secara teori, Ibu dengan kehamilan pertama dengan ibu dengan

    kehamilan kedua atau seterusnya akan memiliki kekhawatiran yang

    berbeda pada masa kehamilan. Ibu dengan kehamilan pertama akan

    mengalami krisis maturitas yang dapat menimbulkan stress akan tetapi

  • 63

    wanita tersebut akan lebih mempersiapkan diri untuk memberi

    perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Lain

    halnya ibu dengan kehamilan kedua atau lebih, ibu tersebut akan

    cenderung kurang memperhatikan kehamilan atau sebaliknya. Hal ini

    bergantung kepada individu ibu hamil itu sendiri (Bobak, 2010).

    3. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Usia Kehamilan

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

    responden terbanyak memiliki usia kehamilan trimester III, yakni

    sebanyak 33 orang (55,0%), dan terendah adalah ibu hamil dengan

    usia kehamilan trimester II sebanyak 8 orang (13,3%). Imunisasi TT

    lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil dengan usia kehamilan

    trimester III, yakni sebanyak 32 responden (53,1%).

    Pada usia kehamilan trimester III, pada umumnya ibu hamil

    cenderung lebih sering memeriksakan kehamilannya untuk mengontrol

    kondisi bayi yang dikandungnya. Pada trimester III tersebut, para

    bidan di layanan kesehatan mengecek kelengkapan imunisasi yang

    telah diberikan selama kehamilan sehubungan dengan pemberian

    imunisasi TT.

    Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dilakukan sebanyak 2

    kali, dimana pemberian imunisasi TT sebanyak 2 kali pada interval

    waktu 4 minggu. Bila ibu hamil belum pernah di vaksinasi TT, diberikan

    2 kali selama kehamilan. Bila pada waktu kontak berikutnya ibu sudah

    bersalin, TT2 tetap diberikan dengan maksud memberikan

    perlindungan untuk kehamilan selanjutnya. Bila ibu hamil pernah

  • 64

    mendapat imunisasi TT 2 kali pada waktu catin atau pada kehamilan

    sebelumnya, cukup mendapat imunisasi TT satu kali (Depkes RI,

    2008).

    4. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Pekerjaan

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dari 60 responden,

    jumlah responden terbanyak diberikan imunisasi Tetanus Toksoid,

    lengkap yakni sebanyak 47 orang (78,3%), dan terendah tidak

    diberikan Imunisasi Tetanus Toksoid lengkap sebanyak 13 orang

    (21,7%). Besarnya jumlah proporsi yang telah memperoleh imunisasi

    TT, disebabkan oleh berbagai faktor terutama faktor pengetahuan,

    sikap, serta ada tidaknya anjuran dari petugas kesehatan atau orang

    terdekat responden untuk memberikan dukungan.

    Masih adanya responden yang tidak diberikan imunisasi TT, hal

    ini disebabkan ibu menyakini bahwa imunisasi TT yang dilakukan pada

    ibu hamil itu tidak terlalu penting. Ketidakyakinan ibu terhadap

    keberhasilan imunisasi TT didasarkan pada sumber-sumber keyakinan

    ibu tentang imunisasi yang berasal dari pengalaman, sebab

    kebanyakan dari keluarganya juga tidak melakukan imunisasi TT.

    Faktor yang sangat mempengaruhi keyakinan ibu tentang imunisasi

    TT adalah dari keluarga, persepsi tentang fungsi dari imunisasi yang

    tidak terlalu penting untuk dilakukan dan dari pengalaman keluarga

    terhadap imunisasi TT. Ibu beranggapan bahwa apapun budaya yang

    diyakini keluarga, yang penting nilai dan keyakinan tersebut

  • 65

    mendukung pemeliharaan dan peningkatan kesehatan anak selama

    dalam proses tumbuh-kembangnya maka ibu akan mengikutinya.

    Pemberian pelayanan imunisasi TT masih banyak dilakukan

    dalam kegiatan sweeping Wanita Usia Subur (WUS). Artinya, secara

    aktif petugas kesehatan berkunjung ke lapangan. Kegiatan pelayanan

    imunisasi TT dengan sweeping WUS masih menjadi alternatif terbaik

    untuk meningkatkan cakupan imunisasi TT. Pemberian imunisasi TT

    yang sesuai dengan jadwal yang ditetapkan menemui beberapa

    hambatan baik dari pihak provider maupun sasaran. Beberapa

    kemungkinan kendala yang dapat muncul dari provider adalah

    terlambatnya logistik, terutama penyediaan alat suntik atau kesibuhan

    ganda dari petugas karena adanya prioritas program lain. Sementara

    hambatan dari WUS terutama adalah ketidakpatuhan untuk mengikuti

    jadual pelayanan yang ditetapkan.

    Menurut Prawirohardjo (2010), faktor risiko untuk terjadinya

    Tetanus Neonatorum salah satunya adalah akibat pemberian

    imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil yang tidak dilakukan, tidak

    lengkap, atau tidak sesuai dengan ketetapan program. Sedangkan

    menurut Poerwadarminta, bahwa kelengkapan adalah alat atau segala

    sesuatu yang sudah tersedia dengan lengkap.

    Dalam hal ini, kelengkapan imunisasi adalah terpenuhinya jumlah

    pemberian imunisasi yang seharusnya didapatkan oleh seseorang dan

    sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Sikap ibu hamil terhadap

    imunisasi TT kurang begitu respon dan bersikap menghiraukan karena

  • 66

    merasa tidak khawatir dirinya akan terkena penyakit tetanus, maka

    pelaksanaan imunisasi tidak akan dilakukan oleh ibu yang

    menyebabkan status imunisasi TT pada ibu hamil tidak lengkap.

  • 67

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

    dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

    berikut:

    1. Imunisasi TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil yang tidak

    bekerja, yakni sebanyak 32 responden (53,3%).

    2. Imunisasi TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil

    multigravida, yakni sebanyak 31 responden (51,7%).

    3. Imunisasi TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil dengan

    usia kehamilan trimester III, yakni sebanyak 32 responden (53,1%).

    4. Sebagian besar ibu hamil diberikan imunisasi Tetanus Toksoid

    lengkap, yakni sebanyak 47 orang (78,3%)

    B. Saran

    1. Bagi pendidikan kebidanan perlu diberikan penekanan materi

    mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi TT

    pada ibu hamil sehingga bidan dapat memberi informasi yang benar

    tentang pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil.

    2. Bagi Bidan di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka, perlu

    ditingkatkan lagi komunikasi terapeutik pada tenaga kesehatan

    terutama dalam memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi

    TT pada ibu hamil melalui pelatihan-pelatihan khusus, seminar serta

    52

  • 68

    peningkatan pengawasan terhadap ibu-ibu saat melakukan kegiatan

    posyandu supaya angka kejadian infeksi pasca persalinan dapat

    ditekan.

    3. Diharapkan bagi Puskesmas Wundulako untuk melakukan penyuluhan

    dan lebih memberikan informasi kepada ibu hamil tentang pentingnya

    imunisasi tetanus toksoid (TT).

    4. Bagi ibu hamil, diharapkan lebih termotivasi untuk melakukan

    imunisasi tetanus toksoid, terutama pada ibu dengan pendidikan SD

    dan SMP, berpengetahuan kurang baik, serta ibu dengan paritas

    primipara dan pada setiap kunjungan ANC ibu hamil wajib

    mendapatkan imunisasi tetanus toksoid agar meningkatkan cakupan

    imunisasi tetanus toksoid.

    5. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa

    dengan penelitian ini agar menambah jumlah variabel penelitian

    sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

  • 69

    DAFTAR PUSTAKA

    Achmadi, UF., 2008. Imunisasi Mengapa Perlu? Jakarta: Kompas MediaNusantara.

    Achsin, A. 2010. Untukmu Ibu Tercinta. Jakarta : Erlangga.

    BKKBN, 2009. Kartu Informasi KHIBA (Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi, danAnak Balita). Jakarta: BKKBN.

    Bobak, Lowdermilk, & Jensen. 2009. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC.

    Depkes RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

    Departemen Kesehatan RI. 2011. Asuhan Persalinan Normal (Buku Acuan).Jakarta : Departemen Kesehatan.

    Depkes RI, 2008. Modul Pelatihan Pelaksanaan dan Penilaian Imunisasi.Jakarta: Depkes RI.

    _________, 2007. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Jakarta:Depkes RI.

    Dinkes Kab Kolaka, 2015. Laporan Kesehatan Kab. Kolaka Tahun 2014.Kolaka: Dinkes Kab. Kolaka.

    Dinkes Prov. Sultra. 2015. Profil Kesehatan Sultra Tahun 2015. Kendari:Dinas Kesehatan

    Hadinegoro dkk, 2011. Panduan Imunisasi Anak. Jakarta: Badan PenerbitIkatan Dokter Anak Indonesia .

    Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2013. Jakarta:Depkes RI.

    Kushartanti, W. 2009. Senam Hamil: Menyamankan Kehamilan,Mempermudah Persalinan. Yogyakarta: Lintang Pustaka.

    Lisnawati, Lilis, 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta: Trans InfoMedia.

    Mansjoer et al., 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media AesculapiusFakultas Kedokteran UI.

  • 70

    Manuaba IBG, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KeluargaBerencana, Jakarta: YBP.

    Marimbi H, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar padaBalita. Yogyakarta: Nuha Medika.

    Maryunani, Anik, 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: CV.Trans Info.

    Notoatmodjo S, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cetakan Kedua, Jakarta:Rineka Cipta.

    Poltekkes Kendari, 2014/2015. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.Kendari: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari.

    Proverawati, A. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Jakarta: Nuha Offset.

    Pudiastuti, RD., 2012. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal dan Patologi.Yogyakarta: Nuha Medika.

    Puskesmas Wundulako, 2016. Laporan Tahunan Kesehatan 2016. Kolaka:Puskesmas Wundulako.

    Putriazka. 2012. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada ibu hamil:www.putriazka.wordpress.com.

    Ranuh, I.G.N., et. al., 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Edisi ketigaTahun 2008. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

    Simkin, Penny., 2008. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi.Jakarta: Arcan.

    Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Alfa Beta.

    Varney. H, Kriebs. J.M dan Gegor C.L., 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan,Ed. 4 Vol. I. Jakarta: EGC

    Winkjosastro, H. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

    World Health Organisation, 2013. Immunization. Available fromhttp://www.who.int/topics/immunization/en/ (Diakses 5 Februari 2017)

  • 71

    Lampiran 1.

    MASTER TABEL PENELITIAN

    Gambaran Umum Tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) padaIbu Hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016

    No. Nama(Inisial) Umur Pekerjaan GraviditasUsia

    KehamilanPemberian

    Imunisasi TT12345678910111213141516171819202122232425262728293031323334

  • 72

    3536373839404142434445464748495051525354555657585960

  • 73

  • 74

  • 75

  • 76