Download - GAMBARAN UMUM TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS …repository.poltekkes-kdi.ac.id/110/1/KTI SARMITA.pdf8 ABSTRAK Gambaran Umum Tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada

Transcript

1

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN UMUM TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI TETANUSTOKSOID (TT) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS WUNDULAKO

KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada

Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

Disusun Oleh :

SARMITA

NIM : P00324014030

2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI DIII

TAHUN 2017

LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN UMUM TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI TETANUSTOKSOID (TT) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS WUNDULAKO

KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :

SARMITA

NIM : P00324014030

KTI ini Telah Disetujui

Tanggal Agustus 2017

3

4

5

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Penulis1. Nama : Sarmita2. Tempat Tangal Lahir : Lamekongga, 8 Juli 1995

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Mekongga / Indonesia

6. Alamat : Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 43

Kemaraya Kota Kendari

B. Riwayat Pendidikan1. SD Negeri 1 Lamekongga, Tamat Tahun 2007

2. SMP Negeri 2 Wundulako, Tahun Tamat 2010

3. SMA Negeri 1 Wundulako, Tamat Tahun 2013

4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan Tahun

2014 sampai sekarang.

6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan judul

“Gambaran Umum Tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu

Hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016”.

Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung dalam

memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan awal sampai

pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada Ibu Hasmia Naningsih, SST., M.Keb., selaku Pembimbing I dan Ibu Wahida

S., S.Si.T, M.Keb., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikiran

dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab guna memberikan bimbingan dan

petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.

2. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Kendari.

3. Bapak dr. Muhammad Aris., selaku Kepala Puskesmas Wundulako Kabupaten

Kolaka dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi selama

pengambilan data awal penelitian ini berlangsung.

4. Ibu Hj. Sitti Zaenab, SKM., S.ST., M.Keb., selaku Penguji I, Ibu Aswita, S.Si.T.,

MPH., selaku Penguji II, dan Ibu Fitriyanti, SST., M.Keb., selaku Penguji III.

7

5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu pengetahuan

maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes Kendari.

6. Teristimewa kepada ayahanda Hasan N., dan Ibunda tercinta Suhaena yang

telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih sayang, serta

memberikan dorongan moril, material dan spiritual, serta saudara-saudaraku,

terima kasih atas pengertiannya selama ini.

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

Kebidanan angkatan 2014.

Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah SWT,

semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua pihak selama ini

mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis mengharapkan semoga

proposal karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan serta

dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Kendari, Februari 2017

Penulis

8

ABSTRAK

Gambaran Umum Tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada IbuHamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka

Tahun 2016

Sarmita 1, Hasmia Naningsih 2, Wahida S. 3

Latar Belakang: Imunisasi tetanus toxoid merupakan perlindungan terbaik untukmelawan penyakit tetanus. Oleh karena itu, imunisasi tetanus toxoid sangat pentingbagi wanita dan sebaiknya dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Tujuan Penelitian: untuk mengetahui gambaran umum tentang pemberianimunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas WundulakoKabupaten Kolaka Tahun 2016.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif.Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka pada bulanJuni 2017. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakankehamilannya di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka tahun 2016 sebanyak152 ibu hamil, dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden. Variabel independenyakni pekerjaan, graviditas dan usia kehamilan, sedangkan variabel dependen yaknipemberian imunisasi TT.

Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa Imunisasi TT lengkap lebih banyak diberikanpada ibu hamil yang tidak bekerja, yakni sebanyak 32 responden (53,3%). ImunisasiTT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil multigravida, yakni sebanyak 31responden (51,7%). Imunisasi TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamildengan usia kehamilan trimester III, yakni sebanyak 32 responden (53,1%).Sebagian besar ibu hamil diberikan imunisasi Tetanus Toksoid lengkap, yaknisebanyak 47 orang (78,3%)

9

Kata Kunci : Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

Daftar Pustaka : 30 (2007-2015)

1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

2.3 Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

INTISARI ......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6

E. Keaslian Penelitian ................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kehamilan ................................................... 8

B. Tinjauan Tentang Imunisasi ..................................................... 15

11

C. Tinjauan Tentang Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ..................... 23

D. Tinjauan Tentang Variabel yang Diteliti .................................... 26

E. Landasan Teori ........................................................................ 29

F. Kerangka Konsep ..................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 32

B. Tempat Penelitian .................................................................... 32

C. Waktu Penelitian ...................................................................... 32

D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 32

E. Variabel Penelitian ................................................................... 33

F. Definisi Operasional ................................................................. 34

G. Sumber Data ........................................................................... 35

H. Pengolahan Data ..................................................................... 35

I. Penyajian Data ........................................................................ 36

J. Analisis Data ............................................................................ 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ......................................................................... 38

B. Pembahasan ........................................................................... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................... 52

B. Saran ....................................................................................... 52

12

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

13

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Ketenagaan Sesuai Bidang Profesi Puskesmas

Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2017 .................................................. 40

2. Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil di Puskesmas Wundulako

Kabupaten Kolaka Tahun 2016 .................................................................... 40

3. Distribusi Graviditas Ibu Hamil di Puskesmas Wundulako

Kabupaten Kolaka Tahun 2016 .................................................................... 41

4. Distribusi Usia Kehamilan Ibu Hamil di Puskesmas Wundulako

Kabupaten Kolaka Tahun 2016 .................................................................... 41

5. Distribusi Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil di

Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016 ............................... 42

6. Distribusi Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil Berdasarkan

Pekerjaan di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016............ 42

7. Distribusi Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil Berdasarkan

Graviditas di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016 ........... 43

8. Distribusi Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil Berdasarkan

Usia Kehamilan di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka

Tahun 2016 .................................................................................................. 44

14

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................. 31

15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Master Tabel Hasil Penelitian

2. Surat Ijin Penelitian

3. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi tetanus toxoid merupakan perlindungan terbaik untuk

melawan penyakit tetanus. Oleh karena itu, imunisasi tetanus toxoid

sangat penting bagi wanita dan sebaiknya dilakukan sesuai dengan jadwal

yang telah ditentukan. Wanita dan keluarganya harus merencanakan

untuk memilih tempat persalinan yang bersih dan aman serta tenaga

kesehatan yang terampil untuk mencegah penyakit tetanus neonatorum,

selain itu tali pusat bayi harus tetap dijaga agar tetap bersih dan kering

setelah lahir sampai lepas (Ranuh, 2008).

Menurut survey yang dilakukan WHO (World Health Organization) pada

tahun 2008, derajat kesehatan penduduk dengan membandingkan angka

kematian penduduk terhadap beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi, diperoleh data sebagai berikut: Measles (morbiliti, Campak) ada

540.000 kematian, Pertusis ada 249.000 kematian, tetanus neonatorum ada

198.000 kematian, Diphteria ada 4.000 kematian, dan poliomyelitis ada <1000

kematian (Lisnawaty, 2011).

Di seluruh dunia, tetanus pada bayi baru lahir masih merupakan

masalah besar, setiap tahun tetanus mengakibatkan kematian 300.000 bayi

baru lahir dan ada 30.000 ibu melahirkan yang tidak mendapat vaksinasi

tetanus. Jika banyak bayi, anak dan ibu hamil tidak divaksinasi, maka dapat

1

17

dibayangkan meningkatnya sakit berat dan kematian akibat tetanus pada bayi

baru lahir, anak-anak atau orang dewasa (Hadinegoro, dkk., 2011).

Proporsi kematian janin yang disebabkan karena tetanus neonatorum di

Indonesia cukup tinggi yaitu 67%. Dalam upaya pencegahan tetanus

neonatorum maka imunisasi diarahkan kepada pemberian perlindungan bayi

baru lahir dalam minggu-minggu pertama melalui ibu. Eliminasi Tetanus

Neonatorum (ETN) merupakan salah satu target yang harus dicapai sebagai

tindak lanjut dari world summit for children yaitu insidens 1/10.000 kelahiran

hidup pada tahun 2000 (Marimbi, 2010). Namun program ETN belum

terlaksana dengan sepenuhnya (Ranuh, 2011).

Dalam program imunisasi seorang wanita diharuskan untuk

mendapatkan vaksin tetanus toxoid sebanyak 5 kali. Hal ini dimaksudkan

untuk memberikan perlindungan seumur hidup bagi dirinya. Dengan demikian,

setiap wanita usia subur (wus) telah mendapat perlindungan untuk bayi yang

akan dilahirkannya terhadap bahaya tetanus neonatorum. Menurut WHO 85–

99% imunisasi tetanus toxoid telah berhasil merangsang tubuh untuk membuat

antibody (Lisnawaty, 2011).

Di Indonesia 9,8% (18.032) dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi

kematian karena cakupan imunisasi Tetanus Toksoid yang rendah (WHO,

2013). Imunisasi dilakukan dengan maksud untuk menurunkan angka

mortalitas dan morbiditas yang merupakan salah satu program dari

Puskesmas. Bila ibu hamil tidak mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

dapat menyebabkan bayi rentan terhadap penyakit Tetanus Neonatorium.

Pada saat ibu memeriksakan kehamilan, ibu hamil diberikan suntikan

18

imunisasi Tetanus Toksoid. Pemberian vaksin tetanus toksoid melalui suntikan

diperlukan untuk melindungi ibu dan bayi terhadap Tetanus Neonatorium.

Sosialisasi imunisasi TT perlu dilakukan mengingat masih banyak ibu hamil

yang belum mengetahui manfaat imunisasi TT bagi ibu itu sendiri dan bayi

yang dikandungnya dan berapa kali pemberian imunisasi TT serta jarak antara

pemberian imunisasi TT1 dan TT2.

Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan tahun 2014, cakupan

imunisasi TT di Indonesia masih tergolong cukup rendah, ini dapat dilihat

dengan jumlah ibu hamil sebanyak 5.290.235 yang melakukan TT1 sebanyak

1.239.173 (23,4%) dan untuk TT2 sebanyak 1.155.907 (21,8%) (Kemenkes RI,

2014).

Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan hasil sensus penduduk tahun

2010, jumlah penduduk mencapai 12.985.075 jiwa, dengan jumlah penduduk

perempuan 6.506.024 jiwa. Cakupan imunisasi Tetanus Toksoid tahun 2013

dengan jumlah ibu hamil sebanyak 331.834, pencapaian imunisasi TT1

131.034 (39,6%) dan TT2 112.027 (33,8%). Pada tahun 2014 dengan jumlah

ibu hamil sebanyak 338.258 untuk TT1 38.689 (11.4%) dan TT2 35.548

(10,5%) (Dinkes Prov. Sultra, 2015).

Kesadaran masyarakat khususnya ibu-ibu hamil untuk melakukan

Imunisasi Tetanus Toksoid masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dengan

rendahnya cakupan imunisasi Tetanus Toksoid. Adapun jumlah ibu hamil se-

kabupaten kolaka sebanyak 7.921 orang tentang perkembangan cakupan

imunisasi TT1 pada ibu hamil tahun 2015 yaitu 3.938 atau 49,7%, cakupan

TT2 sebanyak 3,283 atau 41,4% (Dinkes Kab. Kolaka, 2016).

19

Sasaran ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Wundulako pada

tahun 2016 sebanyak 152 ibu hamil. Berdasarkan jumlah sasaran

tersebut, target pemberian imunisasi TT1 pada ibu hamil yang dicapai

sebanyak 126 (82,9%) dengan cakupan sebanyak 59 (38,8%). Target

pemberian imunisasi TT2 pada ibu hamil yang dicapai sebanyak 96

(63,2%) dengan cakupan sebanyak 63 (41,5%). Target pemberian

imunisasi TT3 pada ibu hamil yang dicapai sebanyak 107 (70,4%) dengan

cakupan sebanyak 46 (30,3%). Target pemberian imunisasi TT4 pada ibu

hamil yang dicapai sebanyak 101 (66,4%) dengan cakupan sebanyak 37

(24,3%). Sedangkan target pemberian imunisasi TT5 pada ibu hamil yang

dicapai sebanyak 94 (61,8%) dengan cakupan sebanyak 40 (26,3%)

(Puskesmas Wundulako, 2016).

Berdasarkan data tersebut, jumlah target pencapaian imunisasi TT

di Puskesmas Wundulako tidak sesuai dengan jumlah cakupan imunisasi

TT yang diberikan karena masih banyak ibu hamil yang tidak

mendapatkan imunisasi TT secara lengkap pada tahun 2016. Walaupun

program imunisasi TT telah dilaksanakan, tetapi jangkauan imunisasi TT bagi

ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Wundulako masih jauh dari harapan,

disebabkan masih kurangya informasi tentang manfaat dan pelaksanaan

program imunisasi TT.

Faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi TT di wilayah

kerja Puskesmas Wundulako adalah kurangnya kegiatan promosi kesehatan

di Puskesmas Wundulako serta rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap

20

imunisasi TT walau imunisasi tersebut dapat diperoleh secara gratis di tempat

pelayanan kesehatan pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis telah melakukan

penelitian dengan judul “Gambaran Umum Tentang Pemberian Imunisasi

Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten

Kolaka Tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah gambaran umum pemberian

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas Wundulako

Kabupaten Kolaka Tahun 2016?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran umum tentang pemberian imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas Wundulako

Kabupaten Kolaka Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui gambaran umum pemberian imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten

Kolaka Tahun 2016 berdasarkan pekerjaan.

21

b. Untuk mengetahui gambaran umum pemberian imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten

Kolaka Tahun 2016 berdasarkan graviditas.

c. Untuk mengetahui gambaran umum pemberian imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten

Kolaka Tahun 2016 berdasarkan usia kehamilan.

d. Untuk mengetahui gambaran umum pemberian imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) pada ibu hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten

Kolaka Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat khususnya ibu hamil

Dapat memberikan informasi tentang kelengkapan imunisasi

TT, sehingga masyarakat khususnya ibu hamil mendapatkan

pelayanan imunisasi TT secara lengkap

2. Bagi petugas kesehatan

Dapat memberikan masukan dan dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam meningkatkan hasil cakupan imunisasi TT

pada ibu hamil untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

akibat Tetanus Neonaturum dan meningkatkan keterampilan

pengetahuan tentang kelengkapan imunisasi TT.

3. Bagi peneliti

Dengan dilaksanakannya penelitian ini penulis mendapat

pengetahuan tentang ilmu penelitian yang didapatkan di bangku kuliah,

22

serta dapat meningkatkan keterampilan dan wawasan terhadap

penelitian

E. Keaslian Penelitian

1. Diah Windari (2011) tingat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi

tetanus toksoid di bidan praktek swasta djamin damun Surabaya. Jenis

penelitian umum adalah penelitian deskriptif, populasi dalam penelitian

ini 166 orang ini dengan besar sampel 70 orang. Cara pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah probability sampling dengan teknik

simple random sampling. Hasil penelitian ini adalah 20% ibu hamil

memiliki pengetahuan baik, 24,3% ibu hamil memiliki pengetahuan

cukup dan 55,7% ibu hamil memiliki pengetahuan kurang.

2. Sri Lestari (2012), tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi

tetanus toksoid di forum kesehatan desa purwosunon sidoharjo sragen.

Penelitian ini adalah deskriptif kuantitaif.sampel penelitian ini sebanyak

40 ibu hamil analisa data menggunakan analisis univariat. Hasil

penelitian ini 25% ibu hamil memiliki pengetahuan baik, 60% ibu hamil

memiliki pengetahuan cukup, 15% ibu hamil memiliki pengetahuan

kurang.

Perbedaan peneliti yang di lakukan peneliti dengan keaslian di atas

adalah lokasi, waktu dan sampel penelitian sedangkan persamaan

penelitian ini adalah jenis penelitian dan variabel penelitian .

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah bersatunya sel telur dan sperma. Kehamilan

adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun psikososial

seorang wanita karena pertumbuhan dan perkembangan alat

reproduksi dan janinnya (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2009).

Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari

(40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Bila kehamilan

lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara

28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur (Wiknjosastro, 2009).

Menurut Kushartanti (2004), kehamilan adalah dikandungnya

janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperms. Masa kehamilan

dimulai dari konsepsi sampai Iahirnya janin.

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.

Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah

mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan

seorang pria sangat besar kemungkinan akan mengalami kehamilan

(Pudiastuti, 2012).

2. Gejala dan Tanda kehamilan

Menurut Mansjoer (2007) mengemukakan tanda-tanda

kehamilan yaitu:

8

24

a. Gejala kehamilan tidak pasti

1) Amenore (tidak mendapat haid)

Amenore dapat muncul akibat gangguan endokrin,

kelemahan dan keletihan dapat merupakan tanda anemia atau

infeksi. Rumus taksiran Naegle bila siklus haid ± 28 hari adalah:

tanggal + 7, bulan -3, tahun + 1.

2) Mual dan muntah (nausea and vomiting). Dapat disebabkan oleh

gangguan pada saluran cerna atau alergi.

3) Mangidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu).

4) Pingsan dan mudah lelah.

5) Anoreksi pada bulan-bulan pertama sering terjadi.

6) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang

membesar.

b. Tanda hamil tidak pasti

1) Pigmentasi kulit. Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih. Di pipi,

hidung dan dahi, di kenal sebagai kloasma gravidarum. Terjadi

karena pengaruh hormon plasenta yang merangsang melanofor

dan kulit.

2) Leukorhea. Sekret serviks meningkat karena pengaruh

Peningkatan hormone progesteron

3) Perubahan payudara. Payudara menjadi tegang dan membesar

karena pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang

duktuli dan alveoli payudara. Daerah areola menjadi lebih hitam

25

karena deposit pigmen berlebihan. Terdapat kolustrum bila

kehamilan lebih dari 12 minggu.

4) Uterus membesar: terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan

konsistensi dari rahim.

5) Perubahan organ dalam pelvis. Tanda Hegar adalah melunaknya

segmen bawah uterus, tanda Chadwick adanya bendungan

vaskuler sehingga adanya perubahan warna pada vagina dan

cervix, tanda Piscaseck: uterus membesar kesalah satu jurusan,

kontraksi Braxton-Hicks: uterus berkontraksi bila terangsang.

c. Tanda pasti (tanda positif)

1) Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak

janin.

2) Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin. Dengan stetoskop

Laennec DJJ terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Alat

Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu.

3) Dengan ultrasonografi (USG) dapat di lihat gambaran janin.

3. Pemeriksaan Kehamilan

Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan

menghasilkan kelahiran bayi yang sehat, cukup bulan, melalui jalan

lahir namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena

itu, pelayanan antenatal merupakan cara sangat penting untuk

memonitor dan mendukung kesehatan normal dan mendeteksi ibu

dengan kelahiran abnormal. Ibu hamil sebaiknya mengunjungi dokter,

26

bidan atau perawat sedini mungkin sejak ia merasa dirinya hamil untuk

mendapatkan pelayanan antental care.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan meliputi: anamnesis,

pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan obstetrik, pemeriksaan

tambahan. Jika kehamilan masih muda, maka pemeriksaan ginekologik

(pemeriksaan dalam) perlu dilakukan. Menurut Wiknjosastro (2009),

pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu tahapan penting menuju

kehamilan yang sehat. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan melalui

dokter kandungan atau bidan dengan minimal pemeriksaan 4 kali

selama kehamilan yaitu:

a. Umur kehamilan sampai 28 minggu dilakukan tiap 4 minggu

(Trimester pertama minimal satu kali kunjungan).

b. Umur kehamilan 28 – 36 minggu dilakukan tiap 2 minggu (Trimester

kedua minimal satu kali kunjungan).

c. Umur kehamilan 36 minggu ke atas dilakukan tiap minggu

(Trimester ketiga minimal dua kali kunjungan).

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan

kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,

hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan

pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar

(Manuaba, 2010).

Pelayanan Antenatal Care (ANC) sesuai dengan kebijakan

program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar 14 T, yaitu:

27

a. Penimbangan Berat Badan: Timbang berat badan setiap kali

kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil ialah

sebesar pada Trimester 10,5 Kg perbulan dan Trimester II-III 0,5 Kg

perminggu.

b. Ukur Tekanan Darah: Pengukuran tekanan darah/tensi dilakukan

secara rutin setiap ANC, diharapkan tekanan darah selama

kehamilan tetap dalam keadaan normal (120/80 mmHg). Hal yang

harus diwaspadai adalah apabila selama kehamilan terjadi

peningkatan tekanan darah (hipertensi) yang tidak terkontrol,

karena dikhawatirkan dapat terjadinya preeklamsia atau eldamsia

dan dapat menyebabkan ancaman kematian bagi ibu dan janin.

c. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU): Perhatikan ukuran TFU Ibu apakah

sesuai dengan Umur Kehamilan atau tidak

d. Pemberian tablet besi: Wanita hamil cenderung terkena anemia

(kadar Hb darah rendah) pada 3 bulan terakhir mass kehamilannya,

karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat besi untuk

dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.

Tablet besi diberikan minimal 90 tablet selama 3 bulan.

e. Pemberian imunisasi TT: Imunisasi ini diberikan untuk memberikan

perlindungan terhadap ibu dan janin terhadap penyakit tetanus.

Pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali.

f. Pemeriksaan Hb: Hb pada ibu hamil tidak boleh kurang dari 11 gr%

karena ditakutkan ibu akan mengalami anemia.

g. Pemeriksaan VDRL

28

h. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara

i. Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil

j. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

k. Pemeriksaan protein urine atas indikasi

l. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi

m. Pemberian terapi kapsut yodium untuk daerah endemis gondok

n. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (Lia,

2009).

4. Umur Kehamilan

Menurut Wiknjosastro (2007), ditinjau dari tuanya kehamilan.

Kehamilan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Kehamilan trimester pertama (0-12 minggu), yang mana alat-alat

mulai dibentuk.

b. Kehamilan trimester kedua (12-28 minggu), yang mana alatalat

telah dibentuk namun belum sempurna dan viabilitas janin masih

disangsikan.

c. Kehamilan trimester ketiga (28-40 minggu), yang mana janin yang

dilahirkan dapat viable (dapat hidup).

Umur kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-

kira 280 hari (40 minggu). Bila ditinjau dari tuanya kehamilan maka

kehamilan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a. Kehamilan triwulan (trimester) pertama : 0 – 12 minggu.

b. Kehamilan triwulan (trimester) kedua : 12 – 28 minggu.

c. Kehamilan triwulan (trimester) ketiga : 28 – 40 minggu.

29

Dalam triwulan pertama organ-organ mulai terbentuk. Dalam

triwulan kedua organ telah dibentuk tetapi belum sempurna dan

viabilitas janin masih disangsikan. Janin yang dilahirkan dalam triwulan

ketiga telah viable (dapat hidup di dunia luar) (Depkes RI, 2011).

5. Kelainan Kehamilan

Kelainan dalam kehamilan dapat diketahui dari kenaikan berat

badan ibu hamil terutama bila kenaikan berat badan itu mendadak lebih

banyak dari biasanya. Kenaikan berat badan dari biasa akan menjadi

tanda kelainan, karena dalam keadaan kenhamilan biasa wanita itu

pasti akan sepintas lalu saja badannya makin gemuk montok perutnya,

makin tua kehamilannya makin besar, karena anak yang ada dalam

kandungan makin lama makin besar pula. Kecuali bertambahnya berat

badan disebabkan adanya plasenta (ari), air ketuban, rahim (uterus)

yang membesar, buah dada yang membesar, tambahnya volume

darah, cairan ekstraseluler yang lebih banyak karena jaringan sifatnya

longgar dan lebih mengikat garam dan persediaan protein dalam

badan. Tanda kelainan kehamilan antara lain pusing hebat, muntah

terus menerus, kaki bengkak, pucat, pendarahan (Depkes RI, 2011).

6. Faktor Risiko Kehamilan

Faktor risiko umumnya berpengaruh secara tidak langsung

dalam meningkatkan morbiditas dan mortabilitas ibu maupun janin.

Walaupun demikian, adanya kombinasi beberapa faktor risiko pada ibu

hamil dapat mengakibatkan kehamilan tersebut berisiko tinggi/risti.

30

Makin banyak faktor risiko yang ditemukan dalam kehamilan makin

buruk prognosisnya.

Kehamilan pada ibu yang mempunyai faktor risiko perlu

diwaspadai, dipantau secara intensif dan sejak dini dicegah agar faktor

risiko tidak menjadi pemicu timbulnya komplikasi daam masa

kehamilan, persalinan dan nifas.

Untuk itu, tindakan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan

kehamilan yang lebih sering, penjelasan khusus pada ibu mengenai

faktor risiko yang dimilikinya serta bahaya yang mungkin

mengancamnya, rujukan ke tingkat yang lebih lengkap. Faktor risiko

pada ibu hamil diantaranya adalah umur kurang dari 20 tahun dan atau

lebih dari 35 tahun, paritas 0 (primigravida, belum pernah melahirkan

dan jumlah anak lebih dari 4), jarak persalinan terakhir dengan

kehamilan sekarang kurang dari dua tahun, tinggi badan kurang dari

145 cm, lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, kelainan bentuk tubuh

misalnya kelainan tulang belakang (klifosis, lordosis, skoliosis) dan

kelainan panggul (Depkes RI, 2011).

B. Tinjauan Tentang Imunisasi

1. Pengertian

Imunisasi berasal dari kata immune yang artinya kebal atau

resisiten. Imunisasi dimaksudkan sebagai suatu tindakan pencegahan

dengan jalan mengembangkan kekebalan anak sehingga terlindung

dari penyakit tertentu. Pencegahan tertentu dimaksudkan agar jika

31

anak dihinggapi kuman penyakit tidak sampat sakit ataupun sakit tidak

sempat cacat atau meninggal. Jadi imunisasi dapat menurunkan

morbilitas dan cacat. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan

terhadap suatu penyakit tertentu, tetapi belum tentu kebal terhadap

penyakit lain (Notoatmodjo, 2007). Imunisasi adalah suatu usaha yang

dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga

dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu (Depkes RI,

2008).

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi

dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh

membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Tujuan

diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap

penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas

serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu (Achmadi,

2008).

Imunisasi merupakan proses pengimunan yaitu proses, cara,

perbuatan menjadikan kebal terhadap penyakit. Sedangkan dalam ilmu

kedokteran imunisasi diartikan sebagai membentuk kekebalan tubuh

terhadap sesuatu penyakit dengan memberikan antigen atau vaksin

kepada bayi dan anak.

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia

terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit

tersebut. Sedangkan penyakit dasar adalah pemberian imunisasi awal

32

untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan.

University Child Immunization (UCI) adalah suatu keadaan tercapainya

imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi. Bayi adalah anak

dibawah umur satu tahun (Depkes RI, 2008).

Depkes RI (2008) mendefinisikan imunisasi sebagai upaya yang

dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi

atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi

didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan

upaya penting dalam memelihara kesehatan anak. Sedangkan vaksin

adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen

kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan

berguna untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang.

Dengan kemajuan teknologi, tekhnik pembuatan vaksin

diharapkan semakin efektif untuk dapat menimbulkan kekebalan, juga

diharapkan semakin aman, semakin mudah tekhnik pembayarannya

dan tentu saja harganya harus semakin terjangkau (Achmadi, 2008).

2. Tujuan dan Sasaran Imunisasi

Menurut Depkes RI (2008) tujuan, sasaran, target, dan pokok

kegiatan imunisasi adalah sebagai berikut:

a. Tujuan

1) Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit tersebut yaitu Disentri,

33

Tetanus, Batuk Rejan (Pertusis), Campak, Polio dan

Tuberculosis.

2) Tercapainya target UCI (Universal Child Immunization) yaitu

cakupan imunisasi lengkap minimal 80% pada bayi di 100

desa/kelurahan.

b. Sasaran

Sasaran imunisasi adalah:

1) Bayi di bawah umur 1 tahun (0 – 11 bulan)

2) Ibu hamil (awal kehamilan – 8 bulan)

3) Wanita usia subur (calon pengantin wanita)

4) Anak sekolah dasar (kelas I – VI)

c. Target imunisasi

1) Pencapaian program imunisasi ≥ 80% dari target yang

direncanakan berarti programnya cukup berhasil.

2) Pencapaian program imunisasi < 80% dari target yang

direncanakan berarti program kurang berhasil.

d. Pokok-pokok kegiatan

1) Pencegahan terhadap bayi (imunisasi lengkap)

a) Imunisasi BCG 1 kali

b) Imunisasi DPT 3 kali

c) Imunisasi Hepatitis B 3 kali

d) Imunisasi Polio 4 kali

e) Imunisasi Campak 1 kali

34

2) Pencegahan terhadap anak sekolah dasar

a) Imunisasi DT dan TT

b) Pencegahan lengkap terhadap ibu hamil dan PUS/calon

pengantin wanita imunisasi TT 2 kali.

3. Jenis-Jenis Imunisasi

Menurut Depkes RI (2008) jenis-jenis imunisasi adalah sebagai

berikut:

a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)

Vaksin BCG digunakan untuk pemberian kekebalan aktif

terhadap tuberculosis. Cara pemberian vaksin BCG sebelum

disuntikkan, vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.

Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).

Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali pada bayi yang berusia 0

– 12 bulan. Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan

atas dengan menggunakan ADS 0,05 ml. Vaksin yang sudah

dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam. Kontra indikasi

Vaksin BCG adalah adanya penyakit kulit yang berat/menahun

(seperti eksim, furunkulosis, dan sebagainya) dan mereka yang

sedang menderita TB.

Efek samping Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi

yang bersifat umum seperti demam. Setelah 1 – 2 minggu akan

timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah

menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu

pengobatan, akan sembuh sendiri secara spontan dan

35

meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran

kelenjar regional diaksila atau leher terasa padat, tidak sakit dan

tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan

pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya (Depkes RI, 2008)

b. Vaksin DPT

Vaksin jerap DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin

yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta

bakteri pertusis yang telah diinaktivasi. Vaksin DPT digunakan

untuk pemberian kekebalan secara stimulan difteri, pertusis dan

tetanus. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu

agar suspensi menjadi homogen. Disuntikkan secara intramuscular

dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 kali. Dosis pertama

diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan

interval paling cepat 4 minggu (1 bulan).

Vaksin DPT dikontra indikasikan pada gejala-gejala

keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius

keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak

yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama,

komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk

meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT. Efek samping DPT

berupa gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas,

demam, kemerahan pada tempat penyuntikan. Kadang-kadang

terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan meracau

yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi (Depkes RI, 2008).

36

c. Vaksin Polio

Vaksin oral polio hidup adalah vaksin polio trivalent yang

terdiri dari suspensi virus polimyelitis tipe 1, 2 dan 3 (strain sabin)

yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera

dan distabilkan dengan sukrosa. Vaksin polio digunakan untuk

pemberian kekebalan aktif terhadap polimyelitis.

Vaksin polio diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis

adalah 2 tetes sebanyak 4 kali pemberian dengan interval setiap

dosis minimal 4 minggu. Setiap membuka vial baru harus

menggunakan penetes (dropper) yang baru.

Vaksin polio tidak dapat diberikan pada pasien individu yang

menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya

yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.

Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka

dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. Pada umumnya

tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang

disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (Depkes RI, 2008).

d. Vaksin Campak

Vaksin campak merupakan vaksin virus yang dilemahkan.

Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infektif

unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mg residu

kanamycin dan 30 mg residu eritroycin. Vaksin Campak digunakan

untuk pemberian kekebalan terhadap penyakit campak.

37

Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus

dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml

cairan pelarut. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara

subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9 – 11 bulan. Dan

ulangan (booster) pada usia 6 – 7 tahun (kelas 1 SD) setelah

catch up campaign campak pada anak sekolah dasar kelas 1 – 6.

Vaksin campak dikontraindikasikan pada individu yang

mengidap immune deficiency atau individu yang diduga menderita

gangguan respon imun karena leukimia, lemfoma. Hingga 15 %

pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3

hari yang dapat terjadi 8 – 12 hari setelah vaksinasi. (Depkes RI,

2006).

e. Vaksin Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinasi yang

telah diinaktivasi dan bersifat non infection, berasal dari HbsAg

yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha)

menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin hepatitis B

digunakan untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang

disebabkan oleh virus hepatitis B.

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu

agar suspensi menjadi homogen. Vaksin disuntikkan dengan dosis

0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan secara

intramuscular, sebaiknya pada anterolateral. Pemberian sebanyak

38

3 dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 0 – 7 hari, dosis

berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan).

Vaksin Hepatitis B dikontra indikasikan pada hipersensitifitas

terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin

lain, vaksin ini tidak boleh diberikan pada penderita infeksi berat

yang disertai kejang. Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan

dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan yang terjadi

bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari (Depkes RI,

2008).

C. Tinjauan Tentang Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

1. Pengertian

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/ meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga

bila kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit

ringan (Depkes RI, 2007).

Imunisasi TT adalah suntikan vaksin tetanus untuk

meningkatkan kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi

tetanus (Maryunani, 2010).

Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah

dilemahkan dan kemudian dimumikan (Proverawati, 2010). Kemasan

vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box

vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk

cairan (Depkes RI, 2007).

39

2. Manfaat Imunisasi TT

Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil menurut BKKBN (2009),

yaitu:

a. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonaturum.

b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka Kedua

manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari

program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal

dan tetanus neonaturum.

Pada pemeriksaan kehamilan, ibu hamil diberikan suntikan TT.

Pemberian vaksin TT melalui suntikan, diperlukan untuk melindungi ibu

hamil saat bersama bayinya terhadap tetanus neonaturum. Sosialisasi

imunisasi TT perlu dilakukan mengingat masih ada sebagian

masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan yang akan menikah

mendapat imunisasi TT maka setelah menikah dia akan terlambat

hamil. Sehingga ibu hamil menjadi tidak subur lagi setelah melahirkan.

Setiap ibu hamil harus mengetahui, memahami manfaat dan jarak

waktu pemberian imunisasi TT (Achsin, 2010).

3. Waktu Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil dengan jumlah pemberian

sebanyak 2 kali pada trimester ke II, interval waktu 4-6 minggu.

Sehingga diharapkan dapat memberikan kekebalan selama 3 tahun.

Menurut Depkes RI (2008), jadwal pemberian imunisasi TT pada WUS

(wanita usia subur) sebagai berikut:

40

a. TT1, diberikan segera setelah ada tanda kehamilan dengan dosis

0,5 cc dengan lama perlindungan 4 minggu.

b. TT2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 6

bulan, dosis pemberian 0,5 cc

c. TT3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 1

tahun, dosis pemberian 0,5 cc

d. TT4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 5

tahun, dosis pemberian 0,5 cc

e. TT5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT4, masa perlindungan 25

tahun/seumur hidup, dosis pemberian 0,5 cc

Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dilakukan sebanyak 2

kali, dimana pemberian imunisasi TT sebanyak 2 kali pada interval

waktui 4 minggu. Bila ibu hamil belum pernah di vaksinasi TT, diberikan

2 kali selama kehamilan. Bila pada waktu kontak berikurnya ibu sudah

bersalin, TT2 tetap diberikan dengan maksud memberikan

perlindungan untuk kehamilan selanjutnya. Bila ibu hamil pernah

mendapat imunisasi TT 2 kali pada waktu catin atau pada kehamilan

sebelumnya, cukup mendapat imunisasi TT satu kali (Depkes RI,

2008).

Pada sasaran calon pengantin wanita diberikan imunisasi TT

sebanyak 2 kali, yakni sebelum akad nikah (waktu melapor atau waktu

menerima nasihat perkawinan.

Walaupun tidak hamil maka bila wanita usia subur belum

mencapai status T5 diharapkan mendapatkan dosis TT sehingga

41

tercapai status T5 dengan interval yang ditentukan. Hal ini penting

untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang akan dilahirkan dan

keuntungan bagi wanita untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap

tetanus (Putriazka, 2012).

4. Efek Samping Imunisasi TT

Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya

seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat

sementara dan kadang-kadang gejala demam (Depkes RI, 2008).

Efek samping biasanya hanya gejala ringan saja seperti

kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat suntikan.

Tetanus Toksoid adalah antigen yang sangat aman dan juga aman

untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil

mendapatkan imunisasi TT. Efek samping tersebut berlangsung 1-2

hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan tindakan atau

pengobatan (Cahyono, 2010).

5. Tempat Pelayanan untuk Mendapatkan Imunisasi TT

Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit, Rumah

Bersalin, Polindes, Posyandu, Rumah Sakit Swasta, Dokter Praktik,

dan Bidan Praktik (Depkes RI, 2008).

D. Tinjauan Tentang Variabel yang Diteliti

1. Pekerjaan

Dengan adanya pekerjaan seseorang memerlukan banyak

waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting

42

memerlukan perhatian masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu

yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat

pengetahuan yang mereka miliki jadi berkurang.

Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan

nafkah atau pencaharian. Masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau

pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebih sedikit untuk

memperoleh informasi. Dengan adanya pekerjaan seseorang akan

memerlukan banyak waktu dan memerlukan perhatian. Masyarakat

yang sibuk hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh informasi,

sehingga pengetahuan yang mereka peroleh kemungkinan juga

berkurang. Pekerjaan diklasifikasikan menjadi:

a. Bekerja: buruh, tani, swasta, dan PNS.

b. Tidak bekerja: Ibu rumah tangga (Notoatmodjo, 2012).

2. Graviditas

Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah

dialami oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilannya. Semakin

tinggi graviditas maka semakin besar risiko kematian maternal (Denisa,

2006).

Graviditas adalah keadaan wanita yang sedang hamil. Keadaan

ini dapat menunjukkan pengalaman atau hal yang pernah dialami oleh

seorang wanita berkaitan dengan kehamilannya, baik itu kehamilan

sebelumnya, kehamilan saat ini, ataupun kehamilan selanjutnya

(Wiknjosastro, 2009).

43

Tingkat graviditas telah menarik perhatian para peneliti dalam

hubungan dengan pengalaman ibu. Dikatakan bahwa terdapat

kecenderungan kesehatan ibu yang memiliki graviditas tinggi namun

jika ditinjau dari segi pemahaman ibu dengan graviditas lebih tinggi

akan lebih berpengalaman terlebih lagi jika sudah sering mengikuti

penyuluhan-penyuluhan kesehatan termasuk tentang pentingnya

pemeriksaan kesehatan, khususnya kelengkapan imunisasi Tetanus

Toksoid.

Istilah-istilah yang terkait dengan kehamilan, antara lain: (1)

primigravida, yakni wanita yang hamil untuk pertama kalinya; (2)

secondigravida, yakni wanita yang hamil untuk kedua kalinya; dan (3)

multigravida, yakni wanita yang pernah hamil untuk beberapa kalinya

(Manuaba, 2010).

Graviditas adalah jumlah janin yang pernah dilahirkan, hidup

maupun mati. Penggolongan graviditas bagi ibu yang masih hamil atau

yang pernah hamil berdasarkan jumlahnya menurut WHO yaitu:

a. Primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kalinya.

b. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali,

dimana kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali.

c. Grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5

kali (Wikanjosastro, 2009).

3. Usia Kehamilan

Kehamilan berlangsung selama 9 bulan menurut penanggalan

internasional, 10 bulan menurut penanggalan luar, atau sekitar 40

44

minggu. Kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau trimester.

Trimester pertama adalah periode minggu pertama sampai minggu ke

13. trimester kedua adalah periode minggu ke 14 sampai ke 26.

sedangkan trimester ke tiga adalah minggu ke 27 sampai kehamilan

cukup bulan 38-40 minggu (Varney, 2009).

Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dilakukan sebanyak 2

kali, dimana pemberian imunisasi TT sebanyak 2 kali pada interval

waktu 4 minggu. Bila ibu hamil belum pernah di vaksinasi TT, diberikan

2 kali selama kehamilan. Bila pada waktu kontak berikutnya ibu sudah

bersalin, TT2 tetap diberikan dengan maksud memberikan

perlindungan untuk kehamilan selanjutnya. Bila ibu hamil pernah

mendapat imunisasi TT 2 kali pada waktu catin atau pada kehamilan

sebelumnya, cukup mendapat imunisasi TT satu kali (Depkes RI,

2008).

E. Landasan Teori

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila

kelak seseorang terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau

sakit ringan (Depkes RI, 2008). Imunisasi TT adalah suntikan vaksin

tetanus untuk meningkatkan kekebalan sebagai upaya pencegahan

terhadap infeksi tetanus (Marimbi, 2010).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi Tetanus

Toxoid antara lain, yakni: graviditas, pekerjaan dan usia kehamilan.

45

Graviditas adalah jumlah janin yang pernah dilahirkan, hidup maupun

mati.dengan adanya pekerjaan seseorang memerlukan banyak waktu

untuk menyelesaikan pekerjaan yang di anggap penting memerlukan

perhatian masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk

memerlukan informasi, sehingga tingkat pengetahuan yang mereka miliki

jadi berkurang. Selain itu, imunisasi TT diberikan pada ibu hamil dengan

jumlah pemberian sebanyak 2 kali pada trimester ke II, interval waktu 4-6

minggu. Sehingga diharapkan dapat memberikan kekebalan selama 3

tahun.

46

F. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka

penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Tentang Pemberian Imunisasi TTpada Ibu Hamil di Puskesmas Wundulako

Pekerjaan

Pemberian ImunisasiTetanus Toxoid (TT)

Usia Kehamilan

Graviditas

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui

gambaran umum tentang pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di

Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Wundulako

Kabupaten Kolaka.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang

memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Wundulako Kabupaten

Kolaka tahun 2016 sebanyak 152 ibu hamil.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil sebagai sasaran

imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Wundulako Kabupaten

Kolaka. Besar pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan

dengan menggunakan rumus:

32

48

).(1 2eN

Nn

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = Standar Eror (10%)

Sehingga didapatkan:

).(1 2eN

Nn

)01.0152(1

152

52,2

152

6031,60

Sehingga jumlah sampel yang digunakan sebanyak 60 orang

responden.

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:

1. Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

pekerjaan, graviditas dan usia kehamilan.

2. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu

pemberian imunisasi TT.

49

F. Definisi Operasional

1. Pemberian Imunisasi TT

Pemberian imunisasi TT adalah pemberian kekebalan terhadap

penyakit tetanus terhadap ibu dan janin yang dikandungannya,

sehingga pada saat melahirkan ibu dan bayi terhindari dari penyakit

tetanus, dengan kriteria:

Lengkap : Apabila ibu hamil diberikan imunisasi TT

sebanyak 2 kali pada Trimester II dan III

Tidak Lengkap : Apabila ibu hamil tidak diberikan imunisasi TT

sebanyak 2 kali

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-

hari, dengan kategori:

a. Bekerja : Pegawai Negeri/Swasta, Wiraswasta, dll

b. Tidak Bekerja : Ibu Rumah Tangga (Notoatmodjo, 2012).

3. Graviditas

Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah

dialami oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilannya, dengan

kriteria objektif.

a. Primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kalinya

b. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali,

dimana kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali

c. Grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5

kali (Wiknjosastro, 2009).

50

4. Usia Kehamilan

Usia kehamilan adalah bilangan yang dihitung dari Hari Pertama

Haid Terakhir hinga saat dilakukan penelitian, dengan kategori:

a. Trimester I : 0 – 3 bulan

b. Trimester II : 4– 6 bulan

c. Trimester III : 7 – 9 bulan (Varney, 2009).

G. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder bersumber dari laporan-laporan yang telah didokumentasikan

melalui buku registrasi ibu di Poli KIA dan gambaran umum lokasi

penelitian.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:

1. Pengeditan (editing)

Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan yang

diisi agar lengkap untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan

pengisian atau jawaban yang tidak jelas, sehingga jika terjadi

kesalahan atau kekurangan data dapat dengan mudah terlihat dan

segera dilakukan perbaikan.

51

2. Pengkodean (coding)

Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap

berikutnya adalah mengkode data, yaitu melakukan pemberian kode

untuk setiap responden untuk memudahkan dalam pengolahan data.

Pengkodean yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu

dengan memberi nomor yang mewakili dan berurutan pada tiap

responden yang mewakili identitas responden.

3. Pemasukan data (entry)

Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel

berdasarkan variabel penelitian.

4. Tabulasi (tabulating)

Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel

yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing

variabel (Sugiyono, 2008).

I. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi

secukupnya.

J. Analisis Data

Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan

kalkulator, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi

disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan dalam pengolahan data maka

digunakan rumus:

52

%100N

fP

Keterangan:

f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N : Number Of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)

P : Angka persentase (Sugiyono, 2008).

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Keadaan Geografis

Puskesmas Wundulako adalah salah satu Puskesmas yang

berada dalam naungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka

Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak tepat Kecamatan

Wundulako. Wilayah kerja Puskesmas Wundulako terdiri dari lima

desa dan enam Kelurahan dengan luas wilayah kerja adalah

157,97 km2.

Wilayah Kerja Puskesmas Wundulako secara administratif

berbatasan dengan beberapa wilayah lain yaitu:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kolaka

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baula

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tirawuta dan

Kecamatan Ladongi

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Bone.

b. Kebijakan Pembangunan Kesehatan

Untuk melaksanakan fungsi yang telah disebutkan

sebelumnya, Puskesmas Wundulaki bertanggung jawab

menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya

38

54

Kesehatan Masyarakat yang terdiri dari Upaya Kesehatan Wajib

dan Upaya Kesehatan Pengembangan.

Selama ini Puskesmas Wundulako telah menyelenggarakan

semua upaya kesehatan wajib yang terdiri dari:

1) Upaya Promosi Kesehatan

2) Upaya Penyehatan Lingkungan

3) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

4) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

5) Keluarga Berencana

6) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Namun untuk Upaya Kesehatan Pengembangan, Puskesmas

Wundulako baru mampu melaksanakan 5 dari 9 upaya kesehatan

yang ada, yakni:

1) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

2) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

3) Upaya Kesehatan Jiwa

4) Upaya Kesehatan Mata

5) Upaya Kesehatan Usia Lanjut

c. Kependudukan

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Wundulako

pada tahun 2016 sebanyak 20.704 jiwa yang terhimpun dalam

4.573 KK.

55

d. Tenaga Kesehatan

Distribusi ketenagaan sesuai bidang profesi di Puskesmas

Wundulako disajikan sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Ketenagaan Sesuai Bidang ProfesiPuskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun2017

Bidang Keprofesian Jumlah (Orang)Dokter UmumDokter GigiApotekerS1 FarmasiS1 KesmasD3 BidanD3 PerawatPerawat SPKD3 GiziS1 GiziD3 KeslingS1 LaboratoriumD3 LaboratoriumPerawat GigiSPRG/SMA/SMEA

31135243353111216

Jumlah 90 OrangSumber: Profil Puksesmas Wundulako, 2016.

2. Variabel Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil

sebagai berikut:

a. Pekerjaan Ibu Hamil

Tabel 2. Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil di PuskesmasWundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016

Pekerjaan Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)Bekerja 21 35,0

Tidak Bekerja 39 65,0Total 60 100,0

Sumber: Data Primer, 2017.

56

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

responden terbanyak adalah ibu hamil yang tidak bekerja atau ibu

rumah tangga, yakni sebanyak 39 orang (65,0%), dan terendah

adalah ibu hamil yang bekerja sebanyak 21 orang (35,0%).

b. Graviditas Ibu Hamil

Tabel 3. Distribusi Graviditas Ibu Hamil di PuskesmasWundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016

Graviditas Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)Primigravida 18 30,0Multigravida 40 66,7

Grandemultigravida 2 3,3Total 60 100,0

Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

responden terbanyak adalah ibu hamil multigravida, yakni

sebanyak 40 orang (66,7%), dan terendah adalah ibu hamil

grandemultigravida sebanyak 2 orang (3,3%).

c. Usia Kehamilan Ibu Hamil

Tabel 4. Distribusi Usia Kehamilan Ibu Hamil di PuskesmasWundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016

Usia Kehamilan Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)Trimester I 19 31,7Trimester II 8 13,3Trimester III 33 55,0

Total 60 100,0Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

responden terbanyak memiliki usia kehamilan trimester III, yakni

57

sebanyak 33 orang (55,0%), dan terendah adalah ibu hamil dengan

usia kehamilan trimester II sebanyak 8 orang (13,3%).

d. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

Tabel 5. Distribusi Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid PadaIbu Hamil di Puskesmas Wundulako KabupatenKolaka Tahun 2016

Imunisasi TT Frekuensi (f) Persentase (%)Lengkap 47 78,3

Tidak Lengkap 13 21,7Total 60 100,0

Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

responden terbanyak diberikan imunisasi Tetanus Toksoid lengkap,

yakni sebanyak 47 orang (78,3%), dan terendah tidak diberikan

Imunisasi Tetanus Toksoid lengkap sebanyak 13 orang (21,7%).

3. Analisis Variabel Penelitian

a. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 6. Distribusi Pemberian Imunisasi TT pada Ibu HamilBerdasarkan Pekerjaan di Puskesmas WundulakoKabupaten Kolaka Tahun 2016

Pekerjaan IbuImunisasi TT JumlahLengkap Tidak Lengkap

n % n % n %Bekerja 15 25,0 6 10,0 21 35,0

Tidak Bekerja 32 53,3 7 11,7 39 65,0Total 47 78,3 13 21,7 60 100,0

Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, 21

responden (35,0%) yang bekerja, terdapat 15 responden (25,0%)

yang diberikan imunisasi TT lengkap dan 6 responden (10,0%)

58

yang tidak diberikan imunisasi TT lengkap. Sedangkan dari 39

responden (65,0%) yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga,

terdapat 32 responden (53,3%) yang diberikan imunisasi TT

lengkap dan 7 responden (11,7%) yang tidak diberikan imunisasi

TT lengkap.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa imunisasi

TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil yang tidak

bekerja, yakni sebanyak 32 responden (53,3%).

b. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Graviditas

Tabel 7. Distribusi Pemberian Imunisasi TT pada Ibu HamilBerdasarkan Graviditas di Puskesmas WundulakoKabupaten Kolaka Tahun 2016

GraviditasImunisasi TT JumlahLengkap Tidak Lengkap

n % n % n %Primigravida 14 23,3 4 6,7 18 30,0Multigravida 31 51,7 9 15,0 40 66,7Grandemulti 2 3,3 0 0 2 3,3

Total 47 78,3 13 21,7 60 100,0Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, 18

responden (30,0%) ibu hamil primigravida, terdapat 14 responden

(23,3%) yang diberikan imunisasi TT lengkap dan 4 responden

(6,7%) yang tidak diberikan imunisasi TT lengkap. Dari 40

responden (66,7%) ibu hamil multigravida, terdapat 31 responden

(51,7%) yang diberikan imunisasi TT lengkap dan 9 responden

(15,0%) yang tidak diberikan imunisasi TT lengkap. Sedangkan dari

2 responden (3,3%) ibu hamil grandemultigravida, terdapat 2

59

responden (3,3%) yang diberikan imunisasi TT lengkap dan tidak

ada responden yang tidak diberikan imunisasi TT lengkap.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa imunisasi

TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil multigravida,

yakni sebanyak 31 responden (51,7%).

c. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Usia Kehamilan

Tabel 8. Distribusi Pemberian Imunisasi TT pada Ibu HamilBerdasarkan Usia Kehamilan di PuskesmasWundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016

UsiaKehamilan

Imunisasi TT JumlahLengkap Tidak Lengkapn % n % n %

Trimester I 11 18,3 8 13,4 19 31,7Trimester II 4 6,6 4 6,6 8 13,3Trimester III 32 53,1 1 1,7 33 55,0

Total 47 78,3 13 21,7 60 100,0Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, 19

responden (31,7%) memiliki usia kehamilan trimester I, terdapat 11

responden (18,3%) yang diberikan imunisasi TT lengkap dan 8

responden (13,4%) yang tidak diberikan imunisasi TT lengkap. Dari

8 responden (13,3%) memiliki usia kehamilan trimester II, terdapat

4 responden (6,6%) yang diberikan imunisasi TT lengkap dan 4

responden (6,6%) yang tidak diberikan imunisasi TT lengkap.

Sedangkan dari 33 responden (55,0%) memiliki usia kehamilan

trimester III, terdapat 32 responden (53,1%) yang diberikan

imunisasi TT lengkap dan 1 responden (1,7%) yang tidak diberikan

imunisasi TT lengkap.

60

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa imunisasi

TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil dengan usia

kehamilan trimester III, yakni sebanyak 32 responden (53,1%).

B. Pembahasan

1. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

responden terbanyak adalah ibu hamil yang tidak bekerja atau ibu

rumah tangga, yakni sebanyak 39 orang (65,0%), dan terendah adalah

ibu hamil yang bekerja sebanyak 21 orang (35,0%). Imunisasi TT

lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil yang tidak bekerja,

yakni sebanyak 32 responden (53,3%).

Sebagian besar ibu tidak bekerja karena ibu adalah ibu rumah

tangga, di mana penghasilan dan pendapatan keluarga diperoleh dari

suami selaku kepala keluarga. Pekerjaan merupakan simbol status

sosial di masyarakat. Ibu yang tidak bekerja tidak mempunyai

kesempatan untuk bertukar informasi dengan rekan kerja atau atasan

tentang imunisasi TT, sehingga ibu tidak mengerti dan kurang

memahami manfaat imunisasi TT.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2005) menyatakan

bahwa pekerjaan seseorang merupakan salah satu proses perubahan

tingkah laku, ibu yang bekerja dapat memilih tempat-tempat pelayanan

kesehatan. Ibu yang bekerja mempunyai status sosial yang menunjang

untuk peningkatkan status kesehatan selama kehamilan, tetapi disisi

61

lain bisa menjadi masalah waktu untuk memeriksakan kehamilannya

ke unit pelayanan kesehatan pada saat jam kerja ibu. Ibu bekerja dan

ibu tidak bekerja tentang pemberian imunisasi TT dapat dijadikan

bahan pertimbangan terutama bagi perusahaan tempat ibu bekerja

melalui poliklinik kesehatan untuk lebih memberi perhatian, dan lebih

banyak penjelasan tentang arti imunisasi. Ibu yang bekerja dengan

status imunisasi TT lengkap karena bekerja diluar rumah lebih cepat

untuk mendapatkan informasi misalnya tentang kesehatan kehamilan

dan mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan ditempat kerja,

disetiap perusahaan memiliki poliklinik yang bisa dimanfaatkan oleh

ibu-ibu untuk fasilitas kesehatan keluarga. Dengan adanya poliklinik

perusahaan, maka diharapkan kerjasama antara perusahaan dan

petugas kesehatan setempat untuk meningkatkan kesehatan didesa

terutama mengenai kegiatan imunisasi bagi ibu hamil.

2. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Graviditas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

responden terbanyak adalah ibu hamil multigravida, yakni sebanyak 40

orang (66,7%), dan terendah adalah ibu hamil grandemultigravida

sebanyak 2 orang (3,3%). Imunisasi TT lebih banyak diberikan pada

ibu hamil multigravida, yakni sebanyak 31 responden (51,7%). Hal ini

disebabkan karena pada kelompok multigravida lebih banyak

mengetahui manfaat imunisasi TT terkait dengan pengalamannya

terdahulu yang sudah beberapa kali mengalami kehamilan dan

persalinan sedangkan primigravida yang kurang disebabkan karena

62

belum mengetahui pentingnya imunisasi TT sehingga ada responden

yang tidak patuh melakukan imunisasi TT ke tempat pelayanan

kesehatan yang terdekat dan persepsi mereka yang salah terhadap

resiko yang terjadi setelah melakukan imunisasi TT di mana dari hasil

wawancara dari sebagian responden primigravida beranggapan bahwa

resiko setelah melakukan imunisasi TT yaitu dapat mencegah

kehamilan, sehingga ibu ragu untuk melakukan imunisasi TT ke

tempat pelayanan kesehatan terdekat. Namun, ibu yang primigravida

cenderung lebih telat memulai perawatan kehamilan dibandingkan

kelompok ibu multigravida.

Seorang ibu hamil akan mengharapkan persalinan berjalan

dengan aman, nyaman tanpa komplikasi. Agar proses persalinan ibu

dan bayinya sehat, ibu harus mempersiapkan diri dengan berbagai

informasi tentang hal-hal yang menyangkut persalinan dalam hal

memilih tempat bersalin maupun tenaga penolong persalinan sehingga

apabila ditemui kesulitan (komplikasi) persalinan dapat segera

dilakukan dan lebih memadai. Ibu primipara seharusnya lebih banyak

melakukan persiapan diri seperti mencari informasi baik dari media

maupun dari ibu-ibu yang pernah melakukan persalinan, bertujuan

untuk dalam proses persalinan tidak terjadi komplikasi.

Secara teori, Ibu dengan kehamilan pertama dengan ibu dengan

kehamilan kedua atau seterusnya akan memiliki kekhawatiran yang

berbeda pada masa kehamilan. Ibu dengan kehamilan pertama akan

mengalami krisis maturitas yang dapat menimbulkan stress akan tetapi

63

wanita tersebut akan lebih mempersiapkan diri untuk memberi

perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Lain

halnya ibu dengan kehamilan kedua atau lebih, ibu tersebut akan

cenderung kurang memperhatikan kehamilan atau sebaliknya. Hal ini

bergantung kepada individu ibu hamil itu sendiri (Bobak, 2010).

3. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Usia Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden, jumlah

responden terbanyak memiliki usia kehamilan trimester III, yakni

sebanyak 33 orang (55,0%), dan terendah adalah ibu hamil dengan

usia kehamilan trimester II sebanyak 8 orang (13,3%). Imunisasi TT

lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil dengan usia kehamilan

trimester III, yakni sebanyak 32 responden (53,1%).

Pada usia kehamilan trimester III, pada umumnya ibu hamil

cenderung lebih sering memeriksakan kehamilannya untuk mengontrol

kondisi bayi yang dikandungnya. Pada trimester III tersebut, para

bidan di layanan kesehatan mengecek kelengkapan imunisasi yang

telah diberikan selama kehamilan sehubungan dengan pemberian

imunisasi TT.

Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dilakukan sebanyak 2

kali, dimana pemberian imunisasi TT sebanyak 2 kali pada interval

waktu 4 minggu. Bila ibu hamil belum pernah di vaksinasi TT, diberikan

2 kali selama kehamilan. Bila pada waktu kontak berikutnya ibu sudah

bersalin, TT2 tetap diberikan dengan maksud memberikan

perlindungan untuk kehamilan selanjutnya. Bila ibu hamil pernah

64

mendapat imunisasi TT 2 kali pada waktu catin atau pada kehamilan

sebelumnya, cukup mendapat imunisasi TT satu kali (Depkes RI,

2008).

4. Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dari 60 responden,

jumlah responden terbanyak diberikan imunisasi Tetanus Toksoid,

lengkap yakni sebanyak 47 orang (78,3%), dan terendah tidak

diberikan Imunisasi Tetanus Toksoid lengkap sebanyak 13 orang

(21,7%). Besarnya jumlah proporsi yang telah memperoleh imunisasi

TT, disebabkan oleh berbagai faktor terutama faktor pengetahuan,

sikap, serta ada tidaknya anjuran dari petugas kesehatan atau orang

terdekat responden untuk memberikan dukungan.

Masih adanya responden yang tidak diberikan imunisasi TT, hal

ini disebabkan ibu menyakini bahwa imunisasi TT yang dilakukan pada

ibu hamil itu tidak terlalu penting. Ketidakyakinan ibu terhadap

keberhasilan imunisasi TT didasarkan pada sumber-sumber keyakinan

ibu tentang imunisasi yang berasal dari pengalaman, sebab

kebanyakan dari keluarganya juga tidak melakukan imunisasi TT.

Faktor yang sangat mempengaruhi keyakinan ibu tentang imunisasi

TT adalah dari keluarga, persepsi tentang fungsi dari imunisasi yang

tidak terlalu penting untuk dilakukan dan dari pengalaman keluarga

terhadap imunisasi TT. Ibu beranggapan bahwa apapun budaya yang

diyakini keluarga, yang penting nilai dan keyakinan tersebut

65

mendukung pemeliharaan dan peningkatan kesehatan anak selama

dalam proses tumbuh-kembangnya maka ibu akan mengikutinya.

Pemberian pelayanan imunisasi TT masih banyak dilakukan

dalam kegiatan sweeping Wanita Usia Subur (WUS). Artinya, secara

aktif petugas kesehatan berkunjung ke lapangan. Kegiatan pelayanan

imunisasi TT dengan sweeping WUS masih menjadi alternatif terbaik

untuk meningkatkan cakupan imunisasi TT. Pemberian imunisasi TT

yang sesuai dengan jadwal yang ditetapkan menemui beberapa

hambatan baik dari pihak provider maupun sasaran. Beberapa

kemungkinan kendala yang dapat muncul dari provider adalah

terlambatnya logistik, terutama penyediaan alat suntik atau kesibuhan

ganda dari petugas karena adanya prioritas program lain. Sementara

hambatan dari WUS terutama adalah ketidakpatuhan untuk mengikuti

jadual pelayanan yang ditetapkan.

Menurut Prawirohardjo (2010), faktor risiko untuk terjadinya

Tetanus Neonatorum salah satunya adalah akibat pemberian

imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil yang tidak dilakukan, tidak

lengkap, atau tidak sesuai dengan ketetapan program. Sedangkan

menurut Poerwadarminta, bahwa kelengkapan adalah alat atau segala

sesuatu yang sudah tersedia dengan lengkap.

Dalam hal ini, kelengkapan imunisasi adalah terpenuhinya jumlah

pemberian imunisasi yang seharusnya didapatkan oleh seseorang dan

sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Sikap ibu hamil terhadap

imunisasi TT kurang begitu respon dan bersikap menghiraukan karena

66

merasa tidak khawatir dirinya akan terkena penyakit tetanus, maka

pelaksanaan imunisasi tidak akan dilakukan oleh ibu yang

menyebabkan status imunisasi TT pada ibu hamil tidak lengkap.

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Imunisasi TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil yang tidak

bekerja, yakni sebanyak 32 responden (53,3%).

2. Imunisasi TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil

multigravida, yakni sebanyak 31 responden (51,7%).

3. Imunisasi TT lengkap lebih banyak diberikan pada ibu hamil dengan

usia kehamilan trimester III, yakni sebanyak 32 responden (53,1%).

4. Sebagian besar ibu hamil diberikan imunisasi Tetanus Toksoid

lengkap, yakni sebanyak 47 orang (78,3%)

B. Saran

1. Bagi pendidikan kebidanan perlu diberikan penekanan materi

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi TT

pada ibu hamil sehingga bidan dapat memberi informasi yang benar

tentang pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil.

2. Bagi Bidan di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka, perlu

ditingkatkan lagi komunikasi terapeutik pada tenaga kesehatan

terutama dalam memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi

TT pada ibu hamil melalui pelatihan-pelatihan khusus, seminar serta

52

68

peningkatan pengawasan terhadap ibu-ibu saat melakukan kegiatan

posyandu supaya angka kejadian infeksi pasca persalinan dapat

ditekan.

3. Diharapkan bagi Puskesmas Wundulako untuk melakukan penyuluhan

dan lebih memberikan informasi kepada ibu hamil tentang pentingnya

imunisasi tetanus toksoid (TT).

4. Bagi ibu hamil, diharapkan lebih termotivasi untuk melakukan

imunisasi tetanus toksoid, terutama pada ibu dengan pendidikan SD

dan SMP, berpengetahuan kurang baik, serta ibu dengan paritas

primipara dan pada setiap kunjungan ANC ibu hamil wajib

mendapatkan imunisasi tetanus toksoid agar meningkatkan cakupan

imunisasi tetanus toksoid.

5. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa

dengan penelitian ini agar menambah jumlah variabel penelitian

sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

69

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, UF., 2008. Imunisasi Mengapa Perlu? Jakarta: Kompas MediaNusantara.

Achsin, A. 2010. Untukmu Ibu Tercinta. Jakarta : Erlangga.

BKKBN, 2009. Kartu Informasi KHIBA (Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi, danAnak Balita). Jakarta: BKKBN.

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. 2009. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC.

Depkes RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2011. Asuhan Persalinan Normal (Buku Acuan).Jakarta : Departemen Kesehatan.

Depkes RI, 2008. Modul Pelatihan Pelaksanaan dan Penilaian Imunisasi.Jakarta: Depkes RI.

_________, 2007. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Jakarta:Depkes RI.

Dinkes Kab Kolaka, 2015. Laporan Kesehatan Kab. Kolaka Tahun 2014.Kolaka: Dinkes Kab. Kolaka.

Dinkes Prov. Sultra. 2015. Profil Kesehatan Sultra Tahun 2015. Kendari:Dinas Kesehatan

Hadinegoro dkk, 2011. Panduan Imunisasi Anak. Jakarta: Badan PenerbitIkatan Dokter Anak Indonesia .

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2013. Jakarta:Depkes RI.

Kushartanti, W. 2009. Senam Hamil: Menyamankan Kehamilan,Mempermudah Persalinan. Yogyakarta: Lintang Pustaka.

Lisnawati, Lilis, 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta: Trans InfoMedia.

Mansjoer et al., 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media AesculapiusFakultas Kedokteran UI.

70

Manuaba IBG, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KeluargaBerencana, Jakarta: YBP.

Marimbi H, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar padaBalita. Yogyakarta: Nuha Medika.

Maryunani, Anik, 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: CV.Trans Info.

Notoatmodjo S, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cetakan Kedua, Jakarta:Rineka Cipta.

Poltekkes Kendari, 2014/2015. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.Kendari: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari.

Proverawati, A. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Jakarta: Nuha Offset.

Pudiastuti, RD., 2012. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal dan Patologi.Yogyakarta: Nuha Medika.

Puskesmas Wundulako, 2016. Laporan Tahunan Kesehatan 2016. Kolaka:Puskesmas Wundulako.

Putriazka. 2012. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada ibu hamil:www.putriazka.wordpress.com.

Ranuh, I.G.N., et. al., 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Edisi ketigaTahun 2008. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Simkin, Penny., 2008. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi.Jakarta: Arcan.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Alfa Beta.

Varney. H, Kriebs. J.M dan Gegor C.L., 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan,Ed. 4 Vol. I. Jakarta: EGC

Winkjosastro, H. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

World Health Organisation, 2013. Immunization. Available fromhttp://www.who.int/topics/immunization/en/ (Diakses 5 Februari 2017)

71

Lampiran 1.

MASTER TABEL PENELITIAN

Gambaran Umum Tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) padaIbu Hamil di Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016

No. Nama(Inisial) Umur Pekerjaan Graviditas Usia

KehamilanPemberian

Imunisasi TT12345678910111213141516171819202122232425262728293031323334

72

3536373839404142434445464748495051525354555657585960

73

74

75

76