FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA...

110
FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA IKRAR WAKAF (PPAIW) TERHADAP PENDAFTARAN TANAH WAKAF (STUDI KASUS PPAIW KECAMATAN KEBAYORAN BARU) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SH.I) OLEH RIZAL ANSHOR NIM: 205040100581 KONSENTRASI PERADILAN AGAMA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H

Transcript of FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA...

Page 1: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT

PEMBUAT AKTA IKRAR WAKAF (PPAIW) TERHADAP

PENDAFTARAN TANAH WAKAF

(STUDI KASUS PPAIW KECAMATAN KEBAYORAN BARU)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam (SH.I)

OLEH

RIZAL ANSHOR

NIM: 205040100581

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H

Page 2: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT

PEMBUAT AKTA IKRAR WAKAF (PPAIW) TERHADAP

PENDAFTARAN TANAH WAKAF

(STUDI KASUS PPAIW KECAMATAN KEBAYORAN BARU)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam (SH.I)

Oleh

RIZAL ANSHOR

NIM: 205040100581

Di Bawah Bimbingan

Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, SH, MH.

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H

Page 3: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA

IKRAR WAKAF (PPAIW) TERHADAP PENDAFTARAN TANAH WAKAF. (STUDI

KASUS PPAIW KECAMATAN KEBAYORAN BARU). Telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Juni

2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam

(SH.I) pada program studi Ahwal Syaksiyyah/Peradilan Agama.

Jakarta 20 Juni 2011

Dekan

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM

NIP. 195505051982031012

Sidang Munaqasyah

1. Ketua

Drs. H. Ahmad Yani, MA.

NIP. 196404121994031004

2. Seketaris

Moch Syafii, SE.I

3. Penguji I

Dr. Djawahir Hejazziey, MA.

NIP. 195510151979031002

4. Penguji II

Dr. Moch. Ali Wafa, S.Ag. M.Ag

NIP. 150321584

5. Pembimbing

Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, SH, MH

NIP. 196911211994031001

Page 4: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada

hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Fungsi

dan Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) Terhadap

Pendaftaran Tanah Wakaf (Studi Kasus PPAIW Kecamatan Kebayoran

Baru)”. Sholawat serta salam atas nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa

penyelesaian skripsi ini bukan semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan

berkat bimbingan, dukungan, dan bantuan yang tidak ternilai harganya dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma,SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.

2. Drs. H. Asep Sarifuddin Hidayat, SH.,MH. Dosen pembimbing atas pendapat

dan saran yang diberikan kepada penulis.

3. Dr. A. Sudirman Abbas, S.Ag, MH. sebagai pembimbing akademik penulis

selama menimbah ilmu di Fakultas Syariah dan Hukum.

4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membantu dalam proses

pembelajaran.

5. Staf administrasi yang ada di akademik Fakultas Syariah dan Hukum.

6. Pegawai perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayahtullah

Jakarta.

7. Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru (H. AH.

Sobari, S.Ag, MH) beserta sumua setaf-staf KUA Kebayoran Baru yang tidak

Page 5: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

ii

mungkin saya sebutkan satu persatu, terimakasih banyak sudah mengizinkan atau

terlibat dalam penelitian ini.

8. Kedua Orang Tuaku yang sangat mencintai dan kubanggakan, Ayah (H. Jakfar

Hsb) dan Mama (Hj. Murni Hrp) yang tidak pernah berhenti mendoakan penulis,

yang kekuatan doanya selalu menyertai penulis yang tanpa henti memberikan

dukungan moril dan materil, hanya Allah yang bisa membalas jasa yang tak

terhingga yang telah kalian berikan kepada penulis.

9. Saudara-saudaraku yang ku sayangin, ke empat adikku (Amsal Arfah Hsb, Tuti

Chairani Hsb, Juni Dawati Hsb, dan Erwin Syahputra Hsb), terima kasih atas

motivasi, perhatian dan kasih sayang yang telah kalian berikan, dan bersedia

direpotkan oleh penulis selama proses penyelaisaian tugas akhirni ini. Terima

kasih buat adik ipar (Joni) telah banyak juga memberikan semangat dan

motivasinya untuk penulis.

10. Ade Irma Suryana Hrp, yang selalu memberikan Motivasi, semangat, dan

perhatiannya, telah memberikan/menambah warna baru dalam perjalanan

hidupku, terimakasih atas nasihat dan udah mau berbagi atas pengalaman hidup.

11. Sahabat sejatiku di kampus yang sudah saya anggap saudara dekat (Riswanto

SH.I beserta keluarga), yang juga salah satu Motivator dalam penyelesaian

skripsi ini, dan terima kasih atas nasihat dan masukan-masukan yang sangat baik

sekali untu penulis.

12. Teman-teman sekelas dan seperjuangan selama menimba ilmu dikampus, yang

tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terima kasih yang telah menemani

penulis selama berkuliah di fakultas syariah dan hukum.

13. Saudara-saudara seperantauan, teman-teman di IKAPDH, SEMARI Banten, febri

kasrilah, imam syafi’i, hambali, bayu musfofa arif, dan sadar rukmana, yang

tidak mungkin saya sebutkan satu persatu terimakasih atas persaudaraan yang

terjalin dari semenjak lulus dari pesantren sampai sekarang.

14. Teman-teman seperantauan satu daerah di IPEMAROHIL Jakarta, Thamri,

Idham, Hainuddin, Rival, dan teman-teman yang lain, terima kasih untuk

Page 6: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

iii

persaudaraan yang telah terjalin, serasa di kampung sendri kalau lagi berkumpul

dengan kalian semua.

Akhir kata, Mengikat kemampuan dan pengalaman penulis masih terbatas, maka

penulis mengetahui masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan

dan penyempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukan.

Jakarta Mei 2011

Penulis

Page 7: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi

DAFTAR BAGAN ............................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 9

D. Metode Penelitian.................................................................. 10

E. Sistematika Penulisan ........................................................... 10

BAB II WAKAF MENURUT FIQIH DAN HUKUM POSITIF

A. Pengertian Wakaf dan Dasar Hukum Wakaf ........................ 12

B. Rukun dan Syarat Perwakafan .............................................. 20

C. Peruntukan Tanah Wakaf ...................................................... 25

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI MEKANISME

PENDAFTARAN TANAH WAKAF

A. Pengertian Pendaftaran Tanah............................................... 28

B. Fungsi dan Tujuan Pendaftaran Tanah .................................. 33

Page 8: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

v

C. Proses Pendaftaran Tanah yang Bersertifikat yang Bersetatus Hak

Guna Bangunan dan Hak Pakai............................................. 35

D. Proses Pendaftaran Tanah yang Sudah Bersertifikat ............ 43

E. Proses Tanah Hak Milik yang Belum Bersertifikat (Bekas Tanah

Hak Milik Adat) .................................................................... 46

F. Tanah yang Belum Ada Haknya (yang Dikuasai/Tanah Negara) 51

BAB IV FAKTOR DAN PENGHAMBAT PENCATATAN TANAH

WAKAF

A. Profil KUA Kecamatan Kebayoran Baru .............................. 55

B. Fungsi dan Kewenangan PPAIW Terhadap Pendaftaran Tanah

Wakaf Pada PPAIW Kecamatan Kebayoran Baru................ 63

C. Faktor-faktor yang Menjadi Keberhasilan dan Hambatan Bagi

Mekanisme Pendaftaran Tanah Wakaf ................................. 78

D. Analisis Penulis ..................................................................... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 84

B. Saran ...................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 90

LAMPIRAN

Page 9: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

vi

DAFTAR GAMBAR

Peta Wilayah Kecamatan Kebayoran Baru ...................................................... 56

Page 10: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

vii

DAFTAR BAGAN

Bagan : Tata cara pembuatan akta ikrar wakaf peraturan pemerintah No. 42 tahun

2006 tentang pelaksanaan UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf ........ 71

Bagan : Dalam hal pembuatan akta pengganti akta ikrar wakaf (APAIW) ....... 72

Bagan : Tata cara pendaftaran harta benda wakaf ............................................. 73

Bagan : Tata cara pendaftaran sertifikat harta benda wakaf berdasarkan AIW atau

APAIW ................................................................................................. 74

Page 11: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan

sebagian hartanya yang berupa tanah milik, dan melembagakan untuk selama-

lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya, sesuai dengan

ajaran Islam.1

Bila dicermati, pengertian wakaf yang dimaksud dalam PP No. 28 Tahun 1977

tersebut di atas, tentulah sangat sempit dan hanya terbatas pada wakaf tanah saja, dan

tidak mengherankan jika sebagian masyarakat mengangap bahwa seolah-olah hanya

tanah saja yang boleh diwakafkan.

Melalui undang-undang No.41 Tahun 2004 pasal (1) angka 1 disebutkan wakaf

adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian

harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu

tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan umum

menurut syari‟ah.2

Sementara dalam undang-undang No.41 Tahun 2004 juga disebutkan dalam

pasal (1) angka 5, harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan

1 Lihat Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 (pasal 1)

2 Lihat Undang-undang No.41 tahun 2004

1

Page 12: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

2

lama atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syari‟ah

yang diwakafkan oleh wakif.3

Dari hal tersebut di atas dapat disebutkan bahwa uang, logam mulia, surat

berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa dan benda bergerak

lainnya yang sesuai dengan ketentuan syari‟ah dan peraturan perundang-undangan

termasuk bagian dari benda wakaf.4

Sebagai sebuah tradisi, wakaf telah dikenalkan serta dipraktekkan masyarakat

dunia semenjak zaman Romawi Kuno, sebelum datangnya islam. Dalam sejarah

islam wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah, pada tahun

kedua Hijriah. Sebagaian ulama berpendapat bahwa yang pertama kali melaksanakan

wakaf adalah Rasulullah SAW, yakni wakaf tanah milik Nabi SAW untuk dibangun

mesjid.5

Di Indonesia, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh umat Islam sejak agama

Islam masuk Indonesia. Sebagai salah satu institusi keagamaan yang erat

hubungannya dengan sosial ekonomi, wakaf telah banyak membantu pembangunan

secara menyeluruh di Indonesia, baik dalam pembangunan sumber daya manusia

maupun dalam pembangunan sumberdaya sosial. Tak dapat dipungkiri, bahwa

3 Ibid. hal. 2

4 Murat Cizakca, Awqaf in History And Its Implications For Modern Islamic

Econoies, Islamic Economi Studies, (Jakarta : terjemahan, 1999), hal. 48 5 John L.Esposito, The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World,

(Jakarta : terjemahan, 1995), hal, 31

Page 13: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

3

sebagian besar rumah ibadah, perguruan islam, dan lembaga-lembaga islam lainnya

dibangun diatas tanah wakaf.6

Pengelolaan wakaf mengalami masa yang cukup panjang, paling tidak ada tiga

periode besar pengelolaan wakaf di Indonesia. Pertama, periode tradisional yaitu

dimana pada periode ini wakaf masih ditempatkan sebagai ajaran murni yang

dimasukkan dalam kategori ibadah mahdhoh (pokok) dimana hampir semua benda-

benda wakaf diperuntukkan untuk kepentingan pembangunan fisik. Kedua, periode

semi professional. Yaitu di mana pengelolaan wakaf yang kondisinya relative sama

dengan periode tradisional, namun pada masa ini sudah mulai dikembangkan pola

pemberdayaan wakaf secara produktif, meskipun belum maksimal. Ketiga, periode

professional, yaitu periode di mana potensi wakaf di Indonesia sudah mulai dilirik

untuk diberdayakan secara professional-produktif.7

Untuk memajukan dunia perwakafan di Indonesia, pemerintah melalui

Depertemen Agama berupaya menjalankan fungsi dan perannya memfasilitasi

pengembangan administrasi perwakafan di Indonesia sesuai dengan ketentuan

perkembangan masyarakat.8

6

Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Bunga Rampai Perwakafan, Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, (tahun 2006), hal. 19 7

Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Bunga Rampai Perwakafan, Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, (tahun 2006), hal. 20 8 Ibid. hal. 25

Page 14: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

4

Pada awalnya berdasarkan keputusan menteri agama Nomor 18 Tahun 1975

tentang susunan organisasi dan tata kerja depertemen agama bahwa urusan wakaf

merupakan bagian tugas sub direktorat pada direktorat urusan agama Islam. Pada

tahun 2001 berdasarkan keputusan menteri agama Nomor 1 tahun 2001 tentang

kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja

departemen agama yang tadinya wakaf termasuk zakat merupakan sub direktorat

urusan agama Islam kedudukannya diwakaf menjadi direktorat pengembangan zakat

dan wakaf dengan sub-sub direktorat: sub direktorat pemberdayaan zakat sub

direktorat bina lembaga pengelolaan zakat, sub Direktorat pemberdayaan wakaf, sub

direktorat bina lembaga pengelolaan wakaf, sub direktorat pengendalian dan evaliasi,

dan bagian tata usaha.9

Setelah disahkannya UU No.41 tahun 2004 oleh Presiden Republik Indonesia

DR. Susilo Bambang Yodhoyono Pada Tanggal 27 Oktrober 2004 dan pada tahun

2006 pemerintah memecah Direktorat Zakat dan Wakaf menjadi dua direktorat yang

berdiri sendiri, dilingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan

Peneyelenggaraan Haji yang didasarkan pada Peraturan Menteri Agama Nomor 3

tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama.10

Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah No, 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik telah diatur bahwa

9 Departemen Agama RI, Peraturan Perwakafan Depag RI Ditjen Bimas Islam dan

Urusan Haji Direktorat Urusan Agama Islam, (Jakarta : 1998), hal. 51 10

Departemen Agama RI, Peraturan Perwakafan Depag RI Ditjen Bimas Islam dan

Urusan Haji Direktorat Urusan Agama Islam, (Jakarta : 1998), hal. 52

Page 15: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

5

Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan ditunjuk sebagai Pejabat Pembuat Akta

Ikrar Wakaf (PPAIW), dan administrasi perwakafan diselenggarakan oleh Kantor Urusan

Agama Kecamatan.

Melihat kewenangan penyelenggaraan administrasi wakaf terdapat pada Pejabat

Pembuat Akta Ikrar Wakaf tingkat Kecamatan. Hal ini menjadi sebuah peninjauan

terhadap salah satu wilayah di Jakarta Selatan yaitu wilayah Kecamatan Kebayoran

Baru.

Melihat kondisi tanah perwakafan di Kecamatan Kebayoran Baru yang cukup

baik dengan jumlah 85 lokasi tanah wakaf, namun masih adanya kendala mengenai

tanah wakaf sehingga memunculkan sengketa tanah wakaf yang beberapa tahun ini

terjadi seperti pada wilayah tanah wakaf di Kelurahan Senayan, Kelurahan Petogogan

terhadap tanah wakaf Wan Syarifah, hal ini menarik perhatian terhadap tugas, peran

serta implementasi kewenangan PPAIW di Wilayah Kecamatan Kebayoran Baru

terhadap mekanisme pendaftaran tanah wakaf yang ada.

Tugas, Peran, Fungsi dan Kewenangan PPAIW dibebankan oleh Kepala Kantor

Urusan Agama Kecamatan, yang memiliki tugas Tugas dan fungsi Kantor Urusan

Agama Kecamatan, sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 517 tahun 2001

sebagai upaya meningkatkan kinerja dan pelayanan masyarakat dibidang perkawinan

dan pengembangan keluarga sakinah dipandang perlu melaksanakan penataan

organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan.

Page 16: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

6

Sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 517 tahun 2001, Kantor

Urusan Agama Kecamatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor

Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah

kecamatan.(Bab I, Pasal 2)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kantor Urusan

Agama Kecamatan menyelenggarakan fungsi:

a. Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi;

b. Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan

dan rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan;

c. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid,

zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan

pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan

oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan

Haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.11

PPAIW adalah pejabat berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat

Akta Ikrar Wakaf, hal ini lah yang tertuang dalam Pasal 1 angka 6 dalam UU No.41

tahun 2004.12

Melihat dari uraian tersebut menunjukan adanya suatu bentuk pendelegasian

Menteri kepada PPAIW terhadap sistem permulaan dari perwakafan, tentunya sangat

11

KMA 517 tahun 2001 Pasal 3 12

Lihat Undang-undang No. 41 tahun 2004

Page 17: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

7

memiliki kewenangan yang cukup besar terhadap pendataan, maupun pengawasan

terhadap tanah wakaf yang telah di Ikrarkan.

Melihat kondisi ini jika dikatakan PPAIW hanya sebagai Pembuat Akta Ikrar

Wakaf lalu bagaimana sistem yang diterapkan oleh PPAIW dalam melaksanakan

Kewenangannya menurut Undang-undang atau hukum positif yang berlaku di

Indonesia terhadap tanah wakaf yang terletak di wilayah Kecamatan Kebayoran Baru.

Dari uraian di atas menarik perhatian penulis untuk dapat melakukan uji analisis

terhadap fungsi dan kewenangan yang telah dilaksanakan oleh PPAIW pada wilayah

Kecamatan Kebayoran Baru, dengan mengangkat judul skripsi Fungsi dan

Kewenangan PPAIW Terhadap Pendaftaran Tanah Wakaf (Studi Kasus PPAIW

Kecamatan Kebayoran Baru)

B. Rumusan Masalah

Pemilikan harta benda mengandung prinsip atau konsep bahwa semua benda

hakikatnya milik Allah SWT. Kepemilikan dalam ajaran Islam disebut juga amanah

(kepercayaan), yang mengandung arti, bahwa harta yang dimiliki harus dipergunakan

sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh Allah.

Untuk menjaga harta wakaf berupa benda tidak bergerak yaitu tanah. Tanah

tersebut harus didaftarkan kepada Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW),

sesuai dengan Undang-undang perwakafan, yang menyebutkan bahwa tugas PPAIW

adalah membuat Akta Ikrar Wakaf (AIW).

Page 18: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

8

Hal ini bertujuan agar tanah wakaf yang telah diserahkan oleh wakif atau pemilik

tanah kepada nadzir (pengelola tanah wakaf, dapat memiliki sebuah payung hukum

terhadap status tanah wakaf tersebut maupun setiap kegiatan yang berkaitan dengan

tanah wakaf tersebut agar dapat sesuai dengan syari'ah dan hukum positif yang

berlaku.

Namun dalam kenyataannya masyarakat masih sangat minim dalam pemahaman

terhadap sistem pendaftaran tanah wakaf yang telah diwakafkan oleh siwakif

sehingga ketika muncul sengketa tanah wakaf sulit menemukan payung hukum yang

dapat melindungi keberadaan tanah wakaf tersebut.

Adapun seharusnya tanah wakaf yang akan diwakafkan sebelumnya harus

didaftarkan kepada Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) sesuai dengan

dimana letak tanah wakaf tersebut berada. Hal ini bertujuan untuk menjaga dan

melakukan pengawasan dengan menerbitkan Akta Ikrar Wakaf (AIW) yang dibuat

oleh PPAIW.

Sehingga memunculkan suatu rumusan masalah yang menurut penulis perlu

untuk diketahui secara komprehensif.

1. Bagaimana fungsi dan kewenangan PPAIW terhadap pendaftaran tanah

wakaf?

Page 19: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

9

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi PPAIW dalam melaksanakan

fungsi dan kewenangannya tehadap pendaftaran tanah wakaf di wilayah

Kecamatan Kebayoran Baru?

C. Tujuan Penelitian

Harapan dalam penggalian suatu analisis terhadap pejabat pembuat akta ikrar

Wakaf (PPAIW) khususnya pada wilayah kecamatan kebayoran baru, penulis

berusaha untuk mendapat mencapai suatu tujuan penelitian, yaitu:

1. Berusaha untuk menyelesaikan tugas akhir dan menggapai gelar sarjana S1 di

Universitas Islam Negeri pada fakultas syariah dan hukum.

2. Berusaha memberikan suatu sosialisasi secara umum kepada masyarakat

untuk dapat mengetahui:

a. Tugas, fungsi dan kewenangan PPAIW terhadap mekanisme pendaftaran

tanah wakaf.

b. Mengetahui mekanisme dan tata cara pendaftaran tanah wakaf.

3. Berupaya menemukan solusi terbaik terhadap factor-factor yang dapat

memberikan peningkatan terhadap tanah wakaf dan menemukan solusi

penanganan terhadap faktor-faktor penghambat dalam mekanisme pendaftaran

tanah wakaf.

Page 20: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

10

D. Metode penelitian

Karya tulis ini disusun dengan menggunakan suatu metode penelitian untuk

dapat mendukung keakurasian data serta keobjektifan mengenai masalah-masalah

yang akan penulis coba analisis terkait dengan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.

Metode penelitian yang digunakan dengan metode Kuantitatif yaitu pengolahan

data dengan mengedepankan data statistik yang tersaji, adapun dalam melengkapi

karya tulis ini penulis menggunakan metode kutipan yang terambil dari beberapa

buku referensi, selain dari metode tersebut penulisan juga menggunakan metode

wawancara.

E. Sistematika Penulisan

Untuk dapat membantu dalam memudahkan penulis menyajikan analisis, sekripsi

ini tersusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama berisikan : pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah tujuan

penelitian, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan

Bab kedua menjelaskan : Wakaf menurut Fiqih dan Hukum Positif, Pengertian

Wakaf dan dasar Hukum Wakaf, Rukun dan Syarat Perwakafan, Peruntukan Tanah

Wakaf .

Bab ketiga menjelaskan : Mekanisme pendaftaran tanah wakaf, pengertian

pendaftaran tanah, fungsi pendaftaran tanah, proses pendaftaran tanah yang

Page 21: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

11

bersertifikat yang berstatus hak guna bangunan dan hak pakai, proses pendaftaran

tanah yang sudah bersertifikat, proses tanah hak milik yang belum bersertifikat (bekas

tanah hak milik) ,tanah yang belum ada haknya (yang dikuasai/tanah negara)

Bab empat menjelaskan : Profil KUA kecamatan kebayoran baru, Faktor dan

penghambat pencatatan tanah wakaf, fungsi dan kewenangan PPAIW terhadap

pendaftaran tanah wakaf pada PPAIW kecamatan kebayoran baru, faktor-faktor yang

menjadi keberhasilan dan hambatan sebagai mekanisme pendaftaran tanah wakaf,

analisis penulis

Bab lima berisikan : Penutup, Kesimpulan, Saran

Page 22: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

12

BAB II

WAKAF MENURUT FIQIH DAN HUKUM POSITIF

A. Pengertian Wakaf Dan Dasar Hukum Wakaf

1. Pengertian Wakaf

Kata wakaf atau “waqf” berasal dari bahasa arab “waqafa”. Asal kata waqafa

berarti “menahan”. Kata “waqafa-yaqifu-waqfan” sama artinya dengan “habasa-

yahbisu-tahbisan.13

Istilah wakaf didalam syarah, yaitu menahan suatu harta yang boleh

dimanfaatkannya dengan syarat kekal zatnya, yang dilarang tasharuf (tindakan) pada

zatnya itu, dibelanjakannya pada jalan kebijakan untuk tujuan taqarrub (pendekatan

diri) kepada Allah ta‟ala.14

1. Menurut istilah ahli fiqih

Para ahli fikih berpendapat mendefinisikan wakaf menurut istilah, sehingga

mereka berbeda dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri.berbagai pandangan

tentang wakaf menurut istilah sebagai berikut:

13 Drs. H. Suparman usman,SH. Hukum Perwakafan di Indonesia, (Darul

ulum press, 1999), hal. 7 14

Direktorat Pengembangan Zakat Dan Wakaf, Fiqih Wakaf, Direktorat

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji.(Jakarta : 2005),

hal. 18

12

Page 23: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

13

a. Abu Hanifah

Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap miliki siwakif

dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan.

b. Mazhab Maliki

Mazhab maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang di

wakafkan dari pemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif

melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta

tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan

manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya.

c. Mazhab Syafi‟i dan Ahmad bin Hambal

Syafi‟I dan ahmad berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang

diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan.

Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan.

Seperti : perlakuan pemilik dengan cara pemilikannya kepada yang lain, baik

dengan tukaran ataupun tidak.

d. Mazhab Lain

Mazhab lain sama dengan mazhab ketiga namun berbeda dari segi

kepemilikan atas benda yang diwakafkan yaitu menjadi milik mauquf „alaih

(yang diberikan wakaf), meskipun mauquf „ilaih tidak berhak melakukan

Page 24: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

14

suatu tindakan atas benda wakaf tersebut, baik menjual atau

menghabiskannya.15

Definisi wakaf menurut etimologis atau lughat yang bermakna menahan harta

dan memanfaatkan hasilnya dijalan Allah atau ada juga yang bermaksud

menghentikan seperti telah d sebutkan di atas. Menghentikan manfaat keuntungan

dan diganti untuk amal kebaikan sesuai dengan tujuan wakaf. Menghentikan segala

aktifitas yang pada mulanya diperbolehkan terhadap harta („ain benda itu), seperti

menjual, mewariskan menghibahkan mentransaksikanya, maka setelah dijadikan

harta wakaf, tidak boleh tidak, hanya untuk keperluan agama semata, bukan untuk

keperluan siwakif atau individual lainnya.

2. Menurut hukum positif

Ada beberapa pengertian tentang wakaf yang dirumuskan oleh hukum positif

yang mengatur masalah perwakafan, baik itu berupa UU, PP, maupun Kompilasi

Hukum Islam atau KHI.

a. Menurut PP No. 28 tahun 1977 pasal 1 (1)

Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang

memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan

15

Direktorat Pengembangan Zakat Dan Wakaf, Fiqih Wakaf, Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, (Jakarta : 2005), hal, 15

Page 25: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

15

melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan peribadatan atau

keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam16

b. Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Perbuaatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang

memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk

selama-lamanya guna kepentingan ibadah dan keperluan umum lainnya sesuai

dengan ajaran Islam.17

c. Menurut undang-undang No. 41 tahun 2004 tentang wakaf

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau

menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya

atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna

kepentingan ibadah dan / atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Diuraikan dalam hukum positif Indonesia yang mengatur masalah wakaf

khususnya, seperti redaksional dari pengertian wakaf itu tidak jauh berbeda, baik itu

yang ada di PP, Inpres, KHI, maupun UU No.41 tahun 2004 itu sendiri, baik itu dari

segi makna dan tujuan dari wakaf itu sendiri.

16

Idijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori dan Praktek,

(Jakarta : PT Raja Grapindo persada, 2002), hal. 26

17 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Akademika

Pressindo, 2007), cet, Ke 1, hal. 165

Page 26: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

16

Hal ini terjadi dikarenakan sumber pengambilan rujukan mengenai wakaf

memang berasal kitab-kitab klasik ulama mazhab, dan memang semua peraturan

mengenai perwakafan yang ada di Indonesia sumber pengambilan rujukannya

bersumber dari Hukum Islam yang terpetakan dalam berbagi mazhab fiqih.

Dapat disimpulkan dari defenisi diatas pada dasarnya mengandung makna yang

sama yaitu eksistensi benda wakaf itu harus bersifat tetap, artinya biarpun faedah atau

manfaat benda itu diambil, zat benda itu masih tetap ada selamanya, sedangkan hak

pemiliknya berakhir, tidak di jual, di wariskan, di hibahkan.

2. Dasar Hukum Wakaf

a. Al-Qur‟an

“ Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu

menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan

Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”(QS : Ali imran : 92)

“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dia dijalan Allah) sebagian dari

hasil ushamu yang baik-baik”.(QS : Al-Baqarah : 267)

Page 27: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

17

“ Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia

meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk

mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu

Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang”. (QS : Al An‟am : 165).

b. Hadits

اال عولَ اًقطع ادم ابي هاث ارا : قال ّسلن اهلل صلى اهلل رسْل اى ُرٌرة ابى عي

(.هسلن رّاٍ )ٌذعْلَ صالح ّلذ اّ , بَ ٌٌتفع علن اّ , جارٌت صذقت : ثالث هي

“Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Apabila anak Adam

(manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah,

ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya” (HR. Muslim).18

بخٍبر التى سِن الواائَ اى ّسلن علٍَ اهلل صلى للٌبً عور قال : قال عور ابً عي

اهلل صلى اللٌبى فقال, بِا اتصذق اى قذاردث هٌِا الى اعجب قط ُاال اصب لن

( هسلن ّ البخاري رّاٍ )ثورتِا ّسبل اصلِا احبسى : ّسلن علٍَ

18

Muhammad ibnu ismail Ash-Shan‟aniy, Subulus Salam, Juz.II , hal. 87

Page 28: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

18

Artinya : Dari Ibnu Umar, Ia berkata : “Umar mengatakan kepada Nabi Muhammad saw,

saya mempunyai seratus dirham saham di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta

yang paling saya kagumi seperti itu, tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi saw,

mengatakan kepada Umar : tahanlah (jangan di jual, hibah atau wariskan) asal (pokok) dan

jadikan buahnya sedekah untuk sabilillah. (HR. Bukhari dan Muslim).19

c. Dasar hukum yang mengatur perwakafan di Indonesia

Peraturan wakaf di Indonesia diatur dalam berbagai peraturan dalam Perundang-undangan.

1. Undang-undang pokok agraria nomor 5 tahun 1960, pada pasal 5, pasal 14 ayat 1 dan

pasal 49 memuat rumusan-rumusan antara lain sebagai berikut.

a. Pasal 5 UUPA menyatakan bahwa hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan

ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan

kepentingan Nasional dan Negara.

Segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum

agama.

Dalam rumusan pasal ini telah jelas bahwa hukum adat yang menjadi dasar

hukum agraria Indonesia, yaitu hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam

bentuk undang-undang republik Indonesia bahwa di sana sini mengandung unsur

agama yang di revisi dalam lembaga hukum adat, khusus nya lembaga wakaf.

b. Pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa pemerintah dalam rangka sosialisme

Indonesia, membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan, dan

penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung

19

Ibid., hal. 89

Page 29: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

19

di dalamnya untuk keperluan Negara, untuk keperluan peribadatan dan keperluan

suci lainya sesuai dengan dasar ketuhanan yang maha Esa.

c. Pasal 49 UUPA menyatakan bahwa hak tanah-tanah badan keagamaan dan sosial

sepanjang dipergunakan untuk dalam usaha dalam bidang keagamaan sosial telah

diakui dan di lindungi. Badan-badan tersebut di jamin akan memperoleh tanah

yang cukup untuk bangunan dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial.

Oleh karena itu, perwakafan tanah di atur dalam PP No. 28 tahun 1977.

2. Peraturan pemerintah Nomor 28. Tahun 1977.

Peraturan ini dikeluarkan untuk memberikan jaminan kepastian hukum mengenai

tanah wakaf secara pemanfaatannya sesuai dengan tujuan wakaf.

3. Peraturan mentri agama Nomor 1 Tahun 1978

Peraturan ini dikeluarkan sebagai perincian terhadap PP No.28 tahun 1977 tentang

tata cara perwakafan tanah milik, antara lain akta ikrar wakaf, hak dan kewajiban

nazir, perubahan perwakafan tanah milik, pengawasan dan bimbingan, penyelesaian

perselisihan wakaf, serta biaya perwakafan tanah milik.

4. Intruksi bersama mentri agama Republik Indonesia dan kepala badan pertanahan

nasional nomor 4 tahun 1990 , nomor 24 tahun 1990 tentang sertifikasi tanah wakaf.

5. Badan pertahanan Nasional Nomor 630.1-2782 tentang pelaksanaan pensertifikasian

tanah wakaf.

6. Intruksi presiden Nomor 1 tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam

Hukum mengenai perwakafan sebagaimana diatur dalam Kompilasi Hukum Islam

pada dasarnya sama dengan hukum perwakafan yang telah diatur dalam perundang-

undangan yang telah ada sebelumnya, sehingga Kompilasi Hukum Islam merupakan

Page 30: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

20

pengembangan dan penyempurnaan terhadap materi perwakafan yang ada pada

perundang-undangan sebelumnya.20

B. Rukun Dan Syarat Wakaf

1. Rukun Wakaf

Meskipun para pakar Hukum Islam berbeda pendapat dalam merumuskan defenisi

wakaf, namun mereka sepakat dalam menentukan rukun wakaf, tanpa ada nya rukun-rukun

sesuatu tidak akan berdiri tegak. Wakaf sebagai satu lembaga Islam mempunyai beberapa

rukun. Tanpa ada rukun-rukun yang ditetapkan, wakaf tidak dapat berdiri atau tidak sah.

Adapun unsur-unsur atau rukun wakaf menurut sebagian besar ulama dan fiqih Islam,

telah dikenal ada 6 (enam) rukun atau unsur wakaf adalah seperti diuraikan dibawah ini:

a. Orang yang berwakaf

Yang di maksud dengan wakif adalah pemilik harta benda yang melakukan perbuatan

hukum (yang menyerahkan harta bendanya).menurut para pakar hukum Islam, suatu

wakaf dianggap sah dan dapat dilaksanakan apabila wakif kecakapan untuk

melakukan (tabarru) yakni melepas hak milik dengan ikhlas tanpa mengharapkan

imbalan materil. Artinya mereka telah dewasa (baligh), berakal sehat, tidak dibawah

pengampuan dan tidak karena terpaksa berbuat.

b. Benda yang diwakafkan (mauquf)

20

Elsi Kartika sari, “Pengantar Hukum Zakat Dan Wakaf”, (Jakarta : PT Grapindo),

2006, hal. 48

Page 31: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

21

Mauquf dipandang sah apabila merupakan harta bernilai, tahan lama dipergunakan,

dan hak milik wakif murni. Benda yang dwakafkan dipandang sah apabila memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut, pertama: Benda harus memiliki nilai guna, tidak sah

hukumnya sesuatu yang bukan benda. Kedua: Benda tetap atau benda bergerak,

secara garis besar yang dijadikan sandaran golongan syafi‟iyyah dalam mewakafkan

hartanya dilihat dari kekekalan fungsi atau manfaat dari harta tersebut,baik berupa

barang tak bergerak, barang bergerak maupun barang kongsi (milik bersama). Ketiga:

benda yang diwakafkan harus tertentu (diketahui) ketika terjadi akad wakaf.

Keempat: benda yang diwakafkan benar-benar telah menjadi milik tetap (al-milk at-

tamm) si wakif (orang yang mewakafkan) ketika terjadi wakaf.

c. Tujuan/tempat di wakafkan harta itu adalah penerima wakaf (mauquf‟ alaih)

Mauquf‟ alaih tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah, hal ini disesuaikan

dengan sifat amalan wakaf sebagai salah satu bagian dri ibadah.

d. Pernyataan /lafaz penyerahan wakaf (sighat) ikrar wakaf

Sighat lafaz atau pernyataan wakaf dapat dikemukakan dengan tulisan, lisan atau

dengan suatu isyarat yang dapat dipahami maksudnya. Setiap pernyataan /ikrar wakaf

dilaksanakan oleh wakif kepada nazir dihadapan pejabat pembuat ikrar wakaf

(PPAIW) dengan dilaksakan oleh 2 (dua) orang saksi. Pejabat pembuat ikrar wakaf

(PPAIW) berdasarkan peraturan mentri agama No. 1 tahun 1979 maka kepada kantor

urusan agama (KUA) ditunjuk sebagai PPAIW untuk administrasi perwakafan

diselenggarakan oleh kantur urusan agama kecamatan. Ada pengelola wakaf (Nazhir)

Nazir wakaf adalah orang yang memegang amanat untuk memelihara dan

menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan tujuan perwakafaan. Dalam pasal 11

Page 32: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

22

Undang-Undang No. 41 tahun 2004, tugas dari nazir meliputi. Pertama: melakukan

pengadministrasian harta benda wakaf. Kedua: mengelola dan mengembangkan harta

benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan keperuntukannya. Ketiga: mengawasi

dan melindungi harta harta benda wakaf. Keempat: melaporkan pelaksanaan tugas

kepada Badan Wakaf Indonesia.

e. Ada jangka waktu yang tak terbatas

Dalam pasal 215 Kompilasi Hukum Islam bahwa wakaf adalah perbuatan hukum

seseorang atau kelompok orang yang memisahkan sebagian benda miliknya dan

melembagakan untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan

umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam. Maka berdasarkan pasal diatas wakaf

sementara adalah tidak sah, sedangkan dalam pasal 1 Undang-undang no 41 tahun

2004 dinyatakan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan

atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya

untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah

dan kesejahteraan umum menurut syariah maka berdasarkan pasal diatas wakaf

sementara diperbolehkan asalkan sesuai dengan kepentingannya.21

2. Syarat-Syarat Wakaf

Pelaksanaan wakaf dianggap sah bila terpenuhi syarat-syarat wakif pada pewakaf,

benda yang diwakafkan, pihak penerima wakaf, dan perkataan yang diucapkan saat wakaf.

a. Wakif

21

Elsi Kartika Sari,SH.,M.H., Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta : PT

Grasindo, 2006), hal. 59-65

Page 33: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

23

Orang yang mau memberikan harus memiliki kecakapan hukum dan dia bisa

dikatakan memiliki kecakapan hukum jika memenuhi 4 syarat yaitu:

1. Berakal

Tidak sah jika wakaf diberikan oleh orang gila, karena dia tidak berakal tidak

pula dapat membedakan sesuatu dan dia tidak layak untuk melakukan

kesepakatan (akad) dan aturan. Demikian juga wakaf orang lemah mental (idiot),

berubah akal, karena faktor usia, sakit atau kecelakaan, hukumnya tidak sah

karena akalnya tidak sempurna dan tidak cakap menggugurkan hak miliknya.

2. Merdeka

Wakaf yang dilakukan oleh seorang budak (hamba sahaya) tidak sah, karena

wakaf adalah pengguguran hak hak milik itu kepada orang lain.

3. Dewasa (baliqh)

Wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa (baliqh), hukumnya tidak

sah karena ia dipandang tidak cakap melakukan akad dan tidak cakap pula untuk

menggugurkan hak milik.

4. Tidak berada di bawah pengampuan (boros/lalai)

Orang yang berada di bawah pengampuan dipandang tidak cakap untuk membuat

kebaikan (tabarru‟), maka wakaf yang dilakukan hukumnya tidak sah.22

b. Mauquf (benda diwakafkan)

22

Direktorat Pengembangan Zakat Dan Wakaf, Fiqih Wakaf, (Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005), hal. 25

Page 34: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

24

Harta wakaf diisyaratkan merupakan harta yang mempunyai nilai, milik wakif dan

dapat tahan lama dalam peggunaannya. Selain itu, objek wakaf harus kepunyaan

yang mewakafkan, walaupun musya (bercampur dan tidak dapat dipisahkan dengan

lain).

Adapun Syarat-syarat harta yang diwakafkan diantaranya adalah:

1. Benda yang diwakafkan harus bernilai ekonomis, tetap zatnya dan boleh

dimanfaatkan menurut ajaran Islam dalam kondisi apapun.

2. Benda yang diwakafkan harus jelas wujudnya dan pasti batas-batasnya.

3. Harta yang diwakafkan itu harus benar-benar kepunyaan wakif secara sempurna,

artinya bebas dari segala beban.

4. Benda yang diwakafkan harus kekal.

c. Mauquf „ alaih (yang diberikan wakaf)

Syarat Mauquf „ alaih adalah Qurbat atau mendekatkan dari pada allah SWT.

d. Sighat (pernyataan pemberi wakaf)

Adapun syarat-syarat sighat antara lain adalah:

1. Sighat wakaf itu harus mengandung kepastian

2. Sighat itu harus tidak diikat sebagai syarat yang batil

3. Sighat itu harus mengandung arti tegas dan tidak boleh ditinggalkan untuk masa

yang akan datang, sebab wakaf itu mengandung ketentuan pemindahan dalam

kepemilikan ketika akad diucapkan.

Page 35: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

25

C. Peruntukan Tanah Wakaf

Pembentukan wakaf dan pertumbuhannya yang berkembang sangat pesat dalam

Islam serta pemeliharaannya yang baik, telah menjadikan aset wakaf berlimpah.

Wakaf yang jumlahnya melimpah ini berasal dari berbagai jenis wakaf, berbagai

macam bentuk, tujuan dan targetnya, substansi ekonominya, serta bentuk wakaf

berdasarkan jenis wakifnya atau bentuk manajemennya.

Dalam sejarah pelaksanaan wakaf, yang terpenting dalam macam-macam wakaf

adalah wakaf berdasarkan tujuannya. Sejak dulu, umat Islam dikenal kreatif dalam

menciptakan tujuan-tujuan baru wakaf yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Kemudian setelah itu, wakaf berkembang sangat luas, sekalipun pertamanya

untuk tujuan kekerabatan, namun tidak berapa lama berkembang menjadi wakaf

social atau umum. Realita ini telah menjadikan wakaf sebagai lembaga sosial yang

sangat besar dan turut membantu pemerintah dalam merealisasikan agenda

kemasyarakatan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Adapun wakaf ditinjau

dalam tujuannya adalah sebagai berikut;23

1. Wakaf air minum. Wakaf ini termasuk di antara tujuan wakaf yang pertama

dalam Islam dan tercermin dalam wakaf Usman bin Affan Radhiyallahu anhu

yang berupa sumur Raumah.

23

DR. Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif”Khalifa, (Jawa Timur :

Pustaka Al-kautsar Grup), hal. 25-28

Page 36: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

26

2. Wakaf sumur dan sumber mata air dijalan-jalan yang biasa menjadi lalu lintas

jamaah haji yang datang dari Iraq, Syam, Mesir dan Yaman, serta kafilah yang

berpergian menuju India dan Afrika.

3. Wakaf Jalan dan jembatan untuk memberi pelayanan umum kepada

masyarakat.

4. Wakaf khusus bantuan fakir miskin dan orang-orang yang sedang bepergian.

5. Wakaf pembinaan sosial bagi mereka yang membutuhkan.

6. Wakaf sekolah dan universitas serta kegiatan Ilmiah lainnya.

7. Wakaf asrama pelajar dan mahasiswa.

8. Wakaf pelayanan kesehatan.

9. Wakaf pelestarian lingkungan.

Dalam perkembangan dinamika saat ini yang lebih mengenalkan terhadap fungsi

wakaf yang lebih baik, dengan mengedepankan system wakaf produktif, peruntukan

wakaf yang terlihat saat ini di Indonesia, wakaf digunakan sebagai24

;

1. Penggunaan wakaf sebagai sarana ibadah sepeti Musholla dan masjid.

2. Penggunaan wakaf sebagai sarana sosial umum, seperti, yayasan pendidikan

dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah dasar hingga perguruan

tinggi, yayasan sosial seperti yatim-piatu, panti jompo dan fungsi umum

lainnya.

24

Direktorat Pengembangan Zakat dan wakaf “Fiqih Wakaf” (Jakarta :

Departemen Agama RI Direktorat Pengembangan Zakat Wakaf, 2005), hal. 14

Page 37: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

27

Dengan demikian, wakaf dan segala manfaatnya, telah memainkan peranan yang

sangat penting dalam pembangunan masyarakat muslim sepanjang sejarah. Hal

tersebut tidak terlepas dari inti ajaran yang terkandung dalam wakaf itu sendiri, yakni

semakin banyak manfaat harta wakaf dinikmati orang, maka semakin besar pula

pahala yang mengalir kepada pihak yang berwakaf (wakif).25

25

Bunga Rampai Perwakafan, (Jakarta : Depertemen Agama Direktorat

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006), hal.

84

Page 38: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

28

BAB III

GAMBARAN UMUM MENGENAI MEKANISME PENFTARAN TANAH

WAKAF

A. Pengertian Pendaftaran Tanah

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan pengertian mengenai tanah, yaitu

permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali. Pengertian tanah diatur dalam

pasal 4 UUPA dinyatakan sebagai berikut.”atas dasar hak menguasai dari Negara

sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas

permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh

orang-orang, baik sendri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan

hukum”.

Maka permukaan bumi sebagai bagian dari tanah yang dapat dihaki oleh setiap

orang atau badan hukum. Persoalan hukum yang dimaksud adalah persoalan yang

berkaitan dengan dianutnya asas-asas yang berkaitan dengan hubungan antara tanah

dengan tanaman dan bangunan yang terdapat diatasnya.26

Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan oleh Negara/

pemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau

data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada diwilayah-wilayah tertentu,

pengolahan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam rangka

26 Supriadi, S.H., M.Hum, Hukum Agrari, (Jakatra: Sinar Grafika). hal. 153

28

Page 39: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

29

memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan, termaksud penerbitan

tanda buktinya dan pemeliharaannya.

Penyelenggaraan pendaftaran tanah dalam masyarakat modern merupakan tugas

Negara yang dilaksanakan oleh pemerintah bagi kepentingan rakyat, dalam rangka

memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan. Sebagian kegiatan yang

berupa pengumpulan data fisik tanah yang haknya didaftar, dapat ditugaskan kepada

swasta. Tetapi untuk memperoleh kekuatan hukum, hasilnya memerlukan pengesahan

pejabat pendaftaran yang berwenang, karena akan digunakan sebagai data bukti.27

Pendaftaran tanah merupakan persoalan yang sangat penting dalam UUPA,

karena pendaftaran tanah merupakan awal dari proses lahirnya sebuah bukti

kepemilikan hak atas tanah. Pentingnya persoalan pendaftaran tanah tersebut

sehingga UUPA memerintahkan kepada pemerintah untuk melakukan pendaftaran

tanah diseluruh wilayah Indonesia. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 19

UUPA dinyatakan sebagai berikut.

a. Untuk menjamin kepastian hukum, oleh pemerintah diadakan pendaftaran

tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan

yang diatur dengan peraturan pemerintah.

b. Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi:

Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah

27 Prof. Boedi harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-

Undang Pokok Agraria,Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Djambatan, 2008), hal. 519

Page 40: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

30

Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut

Pemberian surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat

c. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan demikian dengan mengingat

keadaan Negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas social ekonomi

serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Mentri

Agraria.

d. Dalam peraturan pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan

pendaftaran tanah termaksud dalam ayat (1) diatas dengan ketentuan

bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya

tersebut.28

Kegiatan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama

kali dan kegiatan pemeliharaan data yang tersedia. Pendaftaran tanah yang pertama

kali (initial registration) meliputi 3 (tiga) bidang kegiatan yaitu:

1. Bidang fisik atau teknis kadastral

2. Bidang yuridis dan

3. Penerbitan dokumen tanda bukti hak

Pendaftaran untuk pertama kali adalah kegiatan mendaftar utuk pertama kalinya

sebidang tanah yang semula belum didaftar menurut ketentuan peraturan pendaftaran

28

Supriadi, S.H., M.Hum. Hukum Agraria, (Jakarta: Sinar Grafika), hal. 153

Page 41: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

31

tanah yang bersangkutan. Pendaftaran tanah menggunakan sebagai dasar obyek

satuan-satuan bidang tanah yang d sebut persil, yang merupakan bagian-bagian

permukaan bumi tertentu yang berbatas dan berdimensi dua, dengan ukuran luas yang

umumnya dinyatakan dalam mater persegi.

Kegiatan Pendaftaran tanah untuk pertama kali (initial registration) dapat

dilakukan 2 (dua) cara yaitu:

1. Secara sistematik

Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah

untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak, yang meliputi semua

obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian

wilayah suatu desa atau kelurahan.

2. Secara sporadik

Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah

untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah

dalam wilayah atau bagian wilayah satu desa atau kelurahan secara

individual atau missal, yang dilakukan atas permintaan pemegang atau

penerima hak atas tanah yang bersangkutan.

Tanah yang diwakafkan harus merupakan tanah hak milik atau tanah milik yang

baik seluruhnya maupun sebagian harus bebas dari beban ikatan, jaminan, sitaan dan

Page 42: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

32

sengketa, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 4 peraturan pemerintah No.

28/1977

Pendaftaran dan pencatatan perwakafan tanah hak milik:

1. Semua Tanah yang diwakafkan sebagaimana yang dimaksud dalam

pengertian tanah yang diwakafkan diatas harus di daftarkan kepada kantor sub

direktorat agraria kabupaten/kotamadya setempat.

2. PPAIW berkewajiban untuk mengajukan permohonan pendaftaran kepada

kantor sub direktorat agraria kabupaten/kotamadya setempat atas tanah-tanah

yang telah dibuatkan akta ikrar wakaf.

3. Permohonan pendaftaran perwakafan tanah hak milik tersebut pada pengetian

diatas harus disampaikan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 3 bulan

sejak dibuatnya akta ikra wakaf.

Permohona pendaftaran perwakafan tanah-tanah milik yang belum terdaftar

dikantor sub direktorat agraria kabupaten/kotamadya atau belum ada sertifikatnya,

dilakukan bersama-sama dengan permohonan pendaftaran haknya kepada kantor sub

dorektorat agraria kabupaten/kotamadya setempat menurut ketentuan peraturan

pemerintah No. 10 tahun 1961.29

29

Prof. Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Himpunan Peraturan-Peraruran

Hukum Tanah, (Jakarta: Djambatan, 2008), hal. 134-135

Page 43: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

33

B. Fungsi dan Tujuan Pendaftaran Tanah

Pendaftaran yang berisikan sejumlah dokumen yang berkaitan merupakan

sejumlah rangkaian dari proses dari yang mendahuluinya sehingga sesuatu bidang

tanah terdaftar, dan demikian pula prosedur apa yang harus dilaksanakan dan

demikian pula hal-hal yang menghalangi pendaftaran tersebut ataupun larangan-

larangan bagi para pejabat yang bertanggung jawab dalam pendaftaran tanah tersebut.

Pendaftaran ini melalui sesuatu ketentuan yang sangat teliti dan terarah sehingga

tidak mungkin asal saja, lebih-lebih lagi bukan tujuan pendaftaran pendaftaran

tersebut untu sekedar diterbitkannya bukti pendaftaran tanah saja. (sertifikat hak atas

tanah)

Dalam ketentuan dari PP 24 tahun 1997 maka dikatakan adanya panitia ajudikasi

yang akan menilai dilapangan bukti-bukti hak dari yang dipegang oleh pemiliknya.

Pendaftaran tanah menurut PP 24 tahun 1997 pasal 3 menyatakan sebagai berikut:

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak

lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai

pemegang hak yang bersangkutan.

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan

termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang

Page 44: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

34

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang

tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.30

Fungsi dibidang pendaftaran tanah, Sesuai dengan pasal 22 keputusan kepala

badan pertahanan Nasional, No, 1 tahun 1989 tertanggal 31 januari 1989, maka badan

pengukuran dan pendaftaran tanah mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Menyiapkan dan melakukan identifikasi dan pengukuran untuk keperluan

kerangka dasar kadasteral pendaftaran desa demi desa pengukuran sporadis

dan pemeliharaan peralatan.

b. Menyiapkan dan melaksanakan analisa perhitungan penggambaran dan

pemetaan berdasarkan hasil pengukuran kerangka dasar kadasteral,

pendaftaran desa demi desa dan pengukuran sporadis serta memberikan

bimbingan analisa perhitungan dan pemetaan.

c. Mengumpulkan bahan-bahan untuk penyusunan sistem informasi pertanahan,

memberikan bimbingan pelaksanaan tata pendaftaran dan tata usaha

pendaftara tanah dan menyiapkan surat

d. keputusa pengakuan hak atas tanah adat.

e. Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan peralihan hak pembedaan hak,

petunjuk penyelesaian permasalahan Pendaftaran Tanah dan penyiapan saran

30 Prof. Dr. A. P. Parlindungan, SH. Pendaftaran Tanah di Indonesia, (Berdasarkan

PP. 24 Tahun 1997) Dilengkapi Dengan Peraturan Pejabatan Pembuat Akta Tanah (PP No.

37, 1998), CV Mandar Maju, 2009. Hal. 37

Page 45: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

35

yang berhubungan dengan tugas pendaftaran serta memberikan mimbingan

dan menyiapkan bahan penelitian pelaksanaan tugas pejabat pembuat akta

tanah (PPAT).

Maka bimbingan pengukuran dan pendaftaran tanah, mempunyai tugas kordinasi,

menyusun program dan memberikan bimbingan, pengendalian dan pelayanan di

bidang pengukuran dan pendaftaran tanah.31

C. Proses Pendaftaran Tanah yang Bersetifikat yang Bersetatus Hak Guna

Bangunan dan Hak Pakai

1. Hak guna bangunan

Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan atas

tanah yang bukan miliknya sendri dengan jangka waktu paling lama 30 tahun.

Dengan demikian hak guna bangunan adalah suatu hak memberikan wewenang

kepada pemegangnya untuk dapat mendirikan bangunan diatas tanah yang bukan

miliknya sendri. Hak guna bangunan diatur dalam pasal 35-40 UUPA. Yaitu:

a. Pendaftaran hak guna bangunan

Hak guna bangunan termasuk syarat-syarat pemberiannya juga setiap

peralihan dan hapusnya hak guna bangunan harus di daftarkan menurut

ketentuan pemerintah. Pendaftaran ini merupakan alat pembukti yang kuat

mengnai hapusnya hak guna bangunan serta sahnya peralihan hakguna

31

H. Ali Achmad Chomzah, SH. Hukum Agraria (Pertanahan) Indonesia, Jilid 2,

(Penerbit Prestasi Pustaka Publisher, 2004), hal. 12

Page 46: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

36

bangunan, kecuali dalam hal hak guna bangunan tersebut hapus karena

jangka waktunya berakhir.32

Hak guna bangunan merupakan salah satu hak-hak atas tanah yang bersifat

primer, selain hak milik, hak guna usaha, dan hak pakai atas tanah. Perkembangan

hak guna bangunan merupakan hak primer yang mempunyai peranan penting kedua,

setelah hak guna usaha setelah hak guna usaha.

Begitu pentingnya hak guna bangunan, maka pemerintah mengaturnya lebih

lanjut dalam peraturan pemerintah No 40 tahun 1996 mengatur hak guna bangunan

ini, seiring dengan pesatnya pembangunan perumahan , baik yang dibangun oleh

pemerintah maupun pihak suwasta. Oleh karena itu, dalam perkembangan

pembangunan perumahan atau gedung yang semakin marak akhir-akhir ini, objek

tanah yang dijadikan sasaran ada tiga, yaitu: Tanah Negara, Tanah Hak Pengelolaan,

dan Tanah Hak Milik (Pasal 21).

Salah satu yang paling mendasar dalam memberikan hak guna bangunan adalah

menyangkut adanya kepastian hukum mengenai jangka waktu pemberiannya.

Sehubungan dengan pemberian perpanjangan jangka waktu apabila hak guna

bangunan telah berakhir, maka hak guna bangunan atas tanah Negara, atas

permintaan pemegang haknya dapat diperpanjang atau diperbaharui, dengan

memenuhi syarat-syarat sebagai mana yang diatur dalam pasal 26 sebagai berikut:

32

Marihot Pahala Siahaan, SE , Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Teori

dan Praktek, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 141-142

Page 47: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

37

a. Tanahnya masih dipergunakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan

tujuan pemberian hak tersebut.

b. Syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh pemegang

hak.

c. Pemegang hak masih memenuhi syarat sebagaimana disebutkan dalam pasal

19.

d. Tanah tersebut masih sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang

bersangkutan.33

Dari berbagai masalah yang menyangkut tentang hak yang berada di atas tanah

terdapat hak guna bangunan. Dalam pemberian hak guna bangunan ini, dapat saja

tanah ini milik orang lain atau dengan kata lain, bangunan ini berdiri bukan di atas

tanah yang secara yuridis miliknya.

b. Pemegang hak guna bangunan

Dan suatu pemilikan hak di atas tanah orang lain yang bukan untuk usaha

pertanian. Dalam kaitan hak guna bangunan ini yang dapat mempunyai atau

siapa yang berhak mempunyai hak guna bangunan ini adalah sebagai berikut:

a. Warga Negara Indonesia.

33

Supriadi, SH, M.Hum, Hukum Agraria, (Jakarta: Sinar Garafika), hal. 116

Page 48: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

38

b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia(pasal 36 ayat 1 undang-undang pokok

agraria)

Hanya warga Negara Indonesia saja yang dapat mempunyai hak guna bangunan

ini, dan disini terlihat bahwa prinsip nasional tetap dipertahankan, sehingga orang

yang bukan warga Negara Indonesia hanya dapat mempunyai hak seperti yang

ditentukan pada huruf b diatas yaitu badan hukum yang didirikan menurut hukum

Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, oleh karena orang atau badan hukum yang

mempunyai hak guna bangunan dan tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagai

pemegang hak, dalam jangka waktu satu tahun wajib melepaskan atau mengalihkan

hak guna bangunan itu kepada orang lain yang memenuhi syarat. Dan ketentuan itu

juga berlaku terhadap pihak yang memperoleh hakguna bangunan, jika dia tidak

mempunyai syarat tersebut. Jika hak guna bangunan yang bersangkutan tidak

dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut di atas, hak itu hapus karena

hokum, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain akan diindahkan, menurut

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah (pasal 36 ayat 2

undang-undang pokok agraria).

Dalam rangka pemberian hak dapat saja terjadi, karena konversi yang telah di

keluarkan, yaitu peraturan mentri dalam negeri nomor 1 tahun 1977 tentang tata cara

permohonan dan pemberian hak atas bagian-bagian tanah hak pengelohaan serta

Pendaftarannya. Dalam peraturan mentri tersebut dihubungkan dengan surat Nomor

Page 49: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

39

BTU. 3/692/3/1977 yang ditunjukkan kepada Gubernur kepala daerah Tk. 1 seluruh

Indonesia sebagai pedoman pelaksanaan atas peraturan mentri dalam negeri No. 1

tahun1977 diatas, tentang tata cara permohonan dan penyelesaian pemberian hak atas

bagian-bagian tanah hak pengolahaan serta pendaftaran. Karena pemerintah

menyadari sepenuhnya bahwa pengembangan hasil-hasil pembangunan yang telah

dicapai akan memerlukan penyediaan tanah yang sangat luas, oleh karena setiap

jengkal tanah harus dimanfaatkan secara efisien dengan dilandasi asas-asas tata guna

tanah.34

2. Hak pakai

Hak pakai adalah hak untuk mengunakan dan/atau memungut hasil dari tanah

yang langsung dikuasai oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang member

wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam putusan pemberiannya oleh pejabat

yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya,

yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala

sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan UUPA.35

Hak pakai diatur

dalam pasal 41-43 UUPA. Yaitu:

34

Soedharyo Soimin, SH,. Status Hak dan Pembebasan Tanah,(Jakarta: Sinar

Grafika. 2008), hal. 23

35 Marihot Pahala Siahaan, SE, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Teori

dan Praktek, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 141-142

Page 50: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

40

1. Ciri-ciri hak pakai

Pemberian atas hak tentuan melihat status, sejauh manakah hak itu akan

diberikan dengan melihat kegunaan dan manfaat dari pada penerimaan hak itu,

walupun kita tahu bahwa hak-hak atas tanah apa pun yang melekat diatasnya

mempunyai fungsi sosial, hak pakai misalnya adalah merupakan salah satu hak yang

diatur dalam hukum agraria yang juga mempunyai fungsi sosial, yang artinya apabila

kepentingan umum lebih menghendakidapat saja haknya dicabut. Pengertian hak

pakai dalam rangka pemilikan tanah yang dikenal di dalam undang-undang pokok

agararia, dimana Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil

dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain yang

memberikan wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan

pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian

sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah. Segala sesuatu asal tidak

bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang pokok agraria

(pasal 41 ayat 1 undang-undang pokok agraria). Maka pemberian hak pakai atas tanah

itu hanya dapat diberikan:

a. Selama jangkau waktu yang tertentu dan selama tanahnya dipergunakan untuk

keperluan yang tertentu.

b. Dengan Cuma-Cuma dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa apa

pun.

c. Perjanjian pemberian hak pakai tidak boleh bertentangan dengan UUPA

Page 51: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

41

d. Hak pakai diberikan atas tanah yang dikuasai oleh Negara maupun tanah milik

seseorang atau badan hukum

e. Pemberian Hak pakai tidak boleh disertai syarat-syarat yang mengandung

unsur-unsur pemerasa.

2. Pemegang hak pakai

Dengan pengertian hak pakai atas tanah, kepada siapa saja dapat diberikan

akan tetapi secara tegas hak pakai ini hanya dapat diberikan kepada:

a. Warga Negara Indonesia

b. Orang-orang yang berkedudukan di Indonesia

c. Badan-badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia

d. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia

Maka jelas bahwa hak pakai ini hanya boleh dipunyai oleh warga Negara

Indonesia saja atau orang-orang asing yang menjadi penduduk Indonesia atau badan

hukum yang mempunyai perwakilan di Indonesia serta perwakilan-perwakilan

Negara-negara sahabat dapat pula diberikan hak pakai.36

36

Soedharyo Soimin, SH,. Status Hak dan Pembebasan Tanah, (Jakatra: Sinar

Grafika, 2008), hal. 20

Page 52: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

42

3. Terjadinya hak pakai

Terjadinya hak pakai terbagi 2 sesuai dengan siapa yang memberikan hak

pakai tersebut, yaitu:

a. Diatas tanah Negara yaitu terjadi sesuai dengan keputusan pejabat yang

berwenang untuk memberikan hak pakai atas tanah Negara

b. Diatas tanah milik orang lain yaitu terjadi karena perjanjian yang bersifat

autentik, yang bermaksud menimbulkan hak pakai, antara pemilik tanah

dan orang yang akan memperoleh hak pakai itu

4. Peralihan dan berakhirnya hak pakai

Peralihan hak pakai atas tanah yang dikuasai langsung oleh Negara hanya

dapat dilakukan kepada pihak lain dengan izin pejabat yang berwenang. Sedangkan

hak pakai atas tanah hak milik hanya dapat diliahatkan kepada pihak lain jika hal itu

dimungkinkan dalam perjanjian yang bersangkuta. Karena jangka waktu

berlangsungnya hak pakai adalah tertentu, maka hak pakai berakhir sesuai dengan

waktu yang ditentukan dalam surat keputusan pejabat yang berwenang memberikan

hak pakai ataupun perjanjian yang dilakukan antara pemilik tanah dengan pihak yang

memproleh hak pakai.37

37

Marihot Pahala Siahaan, SE, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Teori

dan praktek, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 145-146

Page 53: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

43

D. Proses Pendaftaran Tanah yang Sudah Bersertifikat.

Hal yang sangat penting dalam hukum untuk membuktikan adanya suatu hak atas

tanah adalah dengan melakukan pendaftaran atas tanah tersebut. Pendaftaran tanah

maksudnya adalah meminta kepada kantor badan pertahan nasional agar tanah yang

dimiliki atau dikuasai oleh seseorang atau badan hukum dicatat identitasnya dikantor

badan pertanahan nasional dan kepada pemegang hak yang sah diberikan sertifikat

tanah. Dalam pendaftaran tanah yang penting adalah adanya catatan identitas atas

tanah yang dimiliki dan dikuasai. Identitas tanah adalah keterangan-keterangan

mengenai sebidang tanah tersebut jelas jenis haknya, luasnya, batasa-batasanya,

keadaannya, siapa yang memiliki dan menguasai, dan cirri-ciri khas lainnya.

Sertifikat hak atas tanah adalah tanda bukti sebagaimana dimaksud dalam pasal

19 ayat 2 huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolahan, tanah wakaf,

hakmilik atas sesuatu rumah susun, dan hak tanggungan, yang masing-masing sudah

dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. Sertifikat atas tanah diberikan

kepada setiap pemegang hak atas tanah dengan maksud untuk memberikan kepastian

hokum dan perlindungan hokum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah,

satuan rumah susun, dan hak-hak lain yang terdaftar.

Surat tanah terdiri dari 2 bagian yaitu, pertama: salinan surat ukur, kedua: buku

tanah. Salinan surat ukur merupakan salinan dari hasil pengukuran yang dilakukan

oleh BPN atas tanah yang didaftarkan, baik dengan pendaftaran tanah sistematik

Page 54: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

44

maupun pendaftaran tanah secara sporadik. Hasil pengukuran yang asli tersimpan

dikantor BPN setempat sebagai arsip sehingga kepada pemegang hak atas tanah

hanya diberikan salinan surat ukur yang sama dengan surat ukur asli yang ada di

BPN. Buku tanah merupakan dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data

yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.

Identitas tanah merupakan suatu hal yang penting karena berfungsi agar setiap

tanah mempunyai “keperibadian” sendri, sehingga setiap bidang tanah dapat dikenal

dan dibedakan dengan bidang tanah lainya. Sertifikat tanah memiliki nilai praktis.

Yang sangat penting dan menguntungkan bagi setiap pihak yang memiliki atau

menguasai sebidang tanah. Nilai praktis dari sertifikat tanah adalah:

a. Dengan sertifikat tanah maka dapat dibuktikan secara meyakinkan akan hak

milik atas sebidang tanah

b. Sertifikat tanah sangat perlu dalam pengajuan kredit bank sebab pihak bank

berpendapat bahwa sertifikat tanah adalah jaminan yang aman

c. Bagi ahli waris maka sertifikat tanah atas harta berupa tanah yang diwariskan

oleh pewaris akan menjamin hak-hak yang akan diperoleh ahli waris atas

tanah yang diwariskan tersebut

d. Biasanya dalam transaksi jual beli pembeli tanah akan menawar harga tanah

lebih tinggi apabila tanah yang diperjual belikan telah memiliki sertifikat

tanah

Page 55: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

45

e. Selain itu biasanya pula penjualan tanah yang telah bersertifikat akan lebih

mudah

Karena begitu banyak fungsi sertifikat tanah bagi masyarakat pemegang hak atas

tanah maka sudah selayaknya setiap pemegang atas tanah mendaftarkan tanahnya

untuk memproleh sertifikat tanah. Setiap pemegang hak atas tanah yang telah

bersertifikat akan lebih tenang karena memiliki kepastian hukum dengan adanya

pengakuan Negara atas haknya tersebut dan dapat dipertahankan secara mutlak

terhadap siapa pun.38

Kendala di dalam pensertifikatan tanah wakaf umumnya berkisar pada masalah

biaya, yang juga pernah dialami oleh muhammadiyah sehingga pempinan pusat

muhammadiyah meminta kepada dirjen agraria depdagri untuk ikut mempronakan

pensertifikatan tanah muhammadiyah. Sehubungan dengan hal tersebut, mentri dalam

negri telah mengeluarkan telah mengeluarkan keputusan mentri dalam negri Nomor

348 yang dicantumkan pertama menyatakan:

Dalam melaksanakan pensertifikatan tanah secara masal, maka tanah yang

dikuasai/dipunyai oleh Badan Hukum Keagamaan, Badan Hukum Sosial dan

Lembaga Pendidikan yang dipergunakan secara langsung unuk kepentingan

38 Marihot Pahala Siahaan, SE, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Teori

dan praktek, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 162-163

Page 56: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

46

di bidang keagamaan, sosial dan pendidikan, dapat dijadikan objek Proyek

Nasional Agraria.39

E. Proses Tanah Hak Milik Yang Belum Bersertifikat (Bekas Tanah Milik

Adat)

Mengenai pengertian hak ulayat atau tanah milik adat tertuang dalam pasal 3

undang-undang pokok agraria menetapkan bahwa “hak ulayat dan hak-hak yang

serupa itu dari masyarakat hukum adat” masih tetap dapat dilaksanakan oleh

masyarakat hukum adat yang bersangkutan sepanjang hak ulayat itu “menurut masih

adat”.

Hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat hukum adat,

didefenisikan sebagai “kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh

masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan

hidup para warganya untuk mengambil manfaat dari sumberdaya alam, termaksud

tanah, dalam wilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya, yang

timbul dari hubungan secara lahiriah dan batinia turun menurun dan tidak terputus

antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan.

Hak hulayat mengandung 2 (dua) unsure yaitu:

39

Adrian Sutedi,SH,M.h, Peralihan Hak atas Tanah dan Pendaftarannya, (Jakarta:

Sinar Grafika 2006), hal. 108

Page 57: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

47

1. Hukum perdata, yaitu sebagai hak kepunyaan bersama para warga masyarakat

hukum adat yang bersangkutan atas tanah ulayat, yang dipercayai berasal

mula-mula sebagai peninggalan nenek moyang mereka dan merupakan

karunia suatu kekuatan gaib.

2. Hukum publik, yaitu sebagai kewenangan untuk mengelola dan mengatur

peruntukan, penggunaan, dan penguasaan tanah ulayat tersebut, baik dalam

hubungan interen dengan para warganya sendri maupun eksteren dengan

orang-orang bukan warga atau “orang luat”.

Tanda-tanda yang perlu diteliti untuk menentukan masih adanya hak ulayat meliputi 3

(tiga) unsur yaitu:

1. Unsur masyarakat adat, yaitu terdapatnya sekelompok orang yang masih

merasa terikat oleh tatanan hukum adatnyasebagai warga bersama suatu

persekutuan hukum tertentu yang mengakui dan menerapkan ketentuan-

ketentuan persekutuan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.

2. Unsur wilayah, yaitu terdapatnya tanah ulayat tertentu yang menjadi

lingkungan hidup para warga persekutuan hukum tersebut dan tempatnya

mengambil keperluan hidupnya sehari-hari.

3. Unsur hubungan antara masyarakat tersebut dengan wilayahnya, yaitu

terdapatnya tatanan hukum adat mengenai pengurusan, penguasaan dan

penggunaan tanah ulayatnya yang masih berlaku dan ditaati oleh para warga

persekutuan hukum tersebut.40

40

Prof. Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Himpunan Peraturan-Peraturan

Hukum Tanah, (Jakarta: Djambatan, 2008), hal. 58-59

Page 58: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

48

Hak milik atas tanah sebagai salah satu jenis hak milik, sangat penting bagi

Negara, bangsa, dan rakyat Indonesia, sebagai masyarak agraria yang sedang

membangun ke arah perkembangan indusrti dan lain-lain. Akan tetapi tanah yang

merupakan kehidupan pokok bagi manusia akan berdampak dengan berbagi hal,

antara lain:

1. Keterbatasan tanah, baik dalam jumlah maupun kualitas dibanding dengan

keputusan yang harus dipenuhi.

2. Pergeseran pola hubungan antara pemilik tanah dan tanah sebagai akibat

perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh proses pembangunan dan

perubahan-perubahan social pada umumnya.

3. Tanah di suatu pihak telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat

penting, pada lain pihak telah tumbuh sebagai bahan perniagaan dan objek

spekulasi.

4. Tanah di suatu pihak harus dipergunakan dan dimanfaatkan untuk sebesar-

besarnya kesejahteraan rakyat lahir batin, adil dan merata, sementara dilain

pihak harus dijaga kelestarian.41

Berkenaan dengan hak-hak atas tanah yang berasal dari Hukum Adat dikaitkan

dengan pasal 2 ayat (1) ketentuan konversi UUPA, maka hak milik Yasan,

Andarbeni, Hak atas Druwe, Hak atas Druwe Desa, Pesini secara hukum dikonversi

41 Adrian Sutedi,SH,M.h, Peralihan Hak atas Tanah dan Pendaftarannya, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2006), hal. 1

Page 59: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

49

menjadi hak milik. Terhadap tanah-tanah tersebut menurut ketentuan pasal 19 UUPA

jo. Peraturan pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, harus

didaftarkan namun sebagian besar masih belum didaftar kan. Ini adalah kenyataan

mengenai keadaan tanah-tanah di Indonesia, tanah-tanah yang sudah didaftarkan

jumlahnya relative kecil dibandingkan dengan tanah-tanah yang belum didaftarkan.

Bagi tanah yang sudah didaftarkan memang tidak banyak mengalami hambatan

dalam hal adanya peralihan hak atas tanah tersebut, akan tetapi, untuk tanah yang

belum didaftarkan akan ditemukan banyak hambatan dalam hal adanya peralihan hak

atas tanah tersebut.42

Tidak sedikit tanah yang sudah diwakafkan diperkarakan. Sering terjadi

perwakafan tanah yang sudah berlangsung puluhan tahun dan wakif sudah meninggal

dunia. Ahli warisnya atau masyarakat adat menuntut tanah tersebut dan menyangkal

adanya perwakafan yang tidak sah, dan mengajukan banyak bukti hak milik atas

tanah. Dalam hal ini, pasal 50 UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama

(sebagaimana diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006) sudah memberikan batasan

bahwa yang menyangkut hak milik dan keperdataan bukan merupakan wewenang

Pengadilan Agama tetapi pengadilan Umum. Artinya jika timbul sengketa pemilikan

tanah wakaf, harus diputuskan melalui putusan perdata. Adapun Pengadilan Agama

42

Ibid, hal. 2

Page 60: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

50

hanya dapat mengadili mengenai proses perwakafan, ada tidaknya perbuatan

perwakafan tanah dan bukan pada status tanah.43

Sekalipun pada hakekatnya lembaga wakaf ini adalah berasal dari hukum Islam,

akan tetapi pada kenyataan seakan-akan sudah merupakan kesepakatan dikalangan

para ahli hukum kita untuk memandang masalah wakaf ini sebagai masalah dalam

hukum adat Indonesia. Hal ini adalah dikarenakan sudah meresapnya penerimaan

lembaga wakaf ini didalam masyarakat Indonesia dan dianggap sebagai suatu

lembaga hukum yang timbul sebagai hukum adat/kebiasaan dalam pergaulan hidup

mereka.44

F. Tanah Yang Belum Ada Haknya (Yang Dikuasai/Tanah Negara)

Pengunaan istilah tanah Negara bermula pada zaman Hindia Belanda. Sesuai

dengan konsep hubungan antara penguasa (pemerintah Hindia Belanda) dengan tanah

yang berupa hubungan kepemilikan, maka dikeluarkanlah suatu pernyataan yang

terkenal dengan nama Domein Verklaring pada tahun 1870, yang secara singkat

menyatakan bahwa semua tanah yang pihak lain tidak dapat membuktikan sebagai

hak egindom-nya, adalah domain (milik) Negara.

43

Adrian Sutedi,SH,M.h, Peralihan Hak atas Tanah dan Pendaftarannya, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2006), hal. 111

44 Abdurrahman, SH, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan Tanah

Wakaf di Negara Kita, (Bandung : Alumni, 1984), hal. 13

Page 61: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

51

Akibat hukum pernyataan tersebut ternyata merugikan hak atas tanah yang

dipunyai rakyat sebagai perseorangan serta hak ulayat yang dipunya oleh masyarakat

hukum adat karena, berbeda dengan tanah-tanah hak barat/eropa, diatas tanah-tanah

hak adat tersebut pada umumnya tidak ada alat bukti haknya.

Dalam konsep domein Negara tersebut, maka tanah-tanah hak milik adat disebut

sebagai tanah Negara tidak bebas/onvrij landsdomain (karena sudah dilekati dengan

suatu hak), tetapi diluar itu, semua tanah (termasuk tanah ulayat) disebut sebagai

tanah Negara bebas/urij landomaein.

Penguasan tanah Negara diletakkan dalam satu tangan dan instansi yang diserahi

tugas tersebut adalah kementrian dalam negeri. Sebagai konsekuensinya, maka tanah-

tanah Negara yang tidak diperlukan lagi atau tidak dipergunakan lagi oleh suatu

instansi sesuai tugas masing-masing harus diserahkan kembali kepada mentri dalam

negeri (sekarang mentri Negara agraria/kepada badan pertanahan Nasional). Dengan

dmikian bararti bahwa penyerahan tanah-tanah Negara tidak boleh dilakukan oleh

masing-masing instansi secara individual.45

Hak penguasaan atas tanah Negara sebagai dimaksud dalam peraturan

pemerintah No. 8 tahun 1953, yang diberikan kepada dapertemen-dapertemen,

direktorat-direktorat dan daerah-daerah Swatantra sebelum berlakunya peraturan ini

sepanjang tanah-tanah tersebut hanya dipergunakan untuk untuk kepentingan

45

Prof. Dr. Maria S.W, Sumardjono,SH,MCL,MPA, Kebijakan Pertanahan antara

Regulasi dan Implementsi,(Jakarta : Buku Kompas, 2005), hal. 61

Page 62: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

52

instansi-instansi itu sendri dikonversi menjadi hak pakai, sebagai dimaksud dalam

Undang-Undang Pokok Agraria, yang berlangsung selama tanah tersebut

dipergunakan untuk keperluan itu oleh instansi yang bersangkutan.

Jika tanah Negara sebagai dimaksud diatas, selain dipergunakan untuk

kepentingan instansi-instansi itu sendri, dimaksudkan juga untuk diberikan dengan

suatu hak kepada pihak ketiga, maka hak penguasaan tersebut diatas dikonversi

menjadi hak pengelolaan, yang berlangsung selama tanah tersebut dipergunakan

untuk keperluan itu oleh instansi yang bersangkutan.46

a. Hak menguasai

Hak menguasai itu ada pada negara atau instansi manakah yang akan

menjalankan wewenang-wewenang yang bersumber pada kekuasaan itu,sebagai

yang diperinci dalam pasal 2 ayat 2, di dalam penjelasan pasal 2 dinyatakan

bahwa, soal agraria menurut sifatnya dan pada azasnya merupakan tugas

pemerintah pusat. Mengenai hal-hal dalam bidang legislative wewenang itu di

jalankan oleh badan-badan Perundang-undangan, yaitu pemerintah bersama DPR

(pembentuk Undang-undang).

Mengenai soal mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,

persediaan, dan pemeliharaan bumi dan lain-lainnya. Terdapat ketentuan yang

46

Prof. Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan

Hukum Tanah, (Jakarta: Djambatan, 2008), hal. 53-54

Page 63: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

53

khusus dalam UUPA yaitu ketentuan pasal 14 UUPA mewajibkan pemerintah

membuat suatu rencana umum, suatu nasional plenning, yang kemudian yang

akan diperinci dengan plenning-plenning daerah yang dibuat oleh pemerintah

daerah. Terdapat pula didalam pasal 15 ketentuan kewajiban memelihara tanah

termaksud menambah kesuburannya serta menjaga kerusakannya yang disertai

sanksi pidana (pasal 52).

b. Hak menguasai dari Negara meliputi semua bumi

Klu hak domain Negara haknya mengenai tanah-tanah yang tidak dipunyai

dengan hak igendom dan agrarisch egindom, maka sebagai mana halnya dengan

hak ulayat, hak mengusai dari Negara meliputi semua bumi, air, ruang angkasa

dan kekayaan alam, yang terkandung didalamnya. Baik yang sudah dihaki

seseorang maupun yang tidak atau belum dihaki. Kekeuasan Negara mengenai

tanah yang sudah di punyai orang dengan sesuatu hak dibatasi oleh isi dari hak

itu.

Saat ini tidak mudah untuk menyatakan berapa luas tanah Negara itu. Di satu

pihak apabila pemerintah memerlukan tanah untuk kepentingan umum dengan

mengambil tanah yang dipunyai pemegang hak, alas an yang dikemukakan adalah

karena tanah Negara jumlahnya tidak memadai lagi. Namun, dilain pihak, ketika

timbul gagasan untuk membentuk lembaga yang berfungsi menyediakan,

mematangkan, dan menyalurkan tanah (Land Banking). Maka diusulkan bahwa

tanah Negara dijadikan salah satu alternative obyektif.

Page 64: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

54

BAB IV

FAKTOR DAN PENGHAMBAT PENCATATAN TANAH WAKAF

A. Profil Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan adalah sebuah instansi Kementerian

Agama yang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama

Kota di bidang urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan (PMA No.11 tahun

2007 tentang Pencatatan Nikah Pasal 1 angka 1.

KUA Kecamatan Kebayoran Baru adalah KUA Kecamatan yang terletak di kota

Jakarta Selatan. Wilayah KUA Kecamatan ini sebagian besar merupakan daerah

pemukiman, meskipun beberapa bagian juga merupakan daerah pertokoan ("Blok

M") dan pusat bisnis (Sudirman Business District, SBD). Bursa Efek Indonesia

berlokasi di sini. Di Kecamatan Kebayoran Baru berdiri gedung balaikota Jakarta

Selatan, markas Kepolisian Resor Jakarta Selatan, gedung pusat Kejaksaan Agung

Republik Indonesia, dan juga gedung Sekretariat Jenderal ASEAN. Kebayoran Baru

memiliki satu terminal bus dalam kota di Jakarta (terminal "Blok M")

55

Page 66: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

56

- Kepadatan - per km²

Desa/kelurahan 10

2. Batas dan Pembagian Administratif Wilayah

Di sebelah utara Kebayoran Baru berbatasan dengan Kecamatan Tanah Abang

dan Setiabudi. Sebagian kecil Jalan Hang Lekir dan Jalan Jendral Sudirman serta

Jalan Gatot Soebroto adalah batas utara kecamatan ini. Di sebelah barat Kali Grogol

memisahkan Kebayoran Baru dengan kecamatan Kebayoran Lama. Kali Krukut

membatasi di sebelah timur dengan kecamatan Mampang Prapatan, sedangkan di

sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Cilandak dengan batasnya adalah Jalan

Margaguna dan Jalan Haji Nawi Raya.

Kecamatan Kebayoran Baru terdiri atas 10 kelurahan berikut:

1. Selong, Kebayoran Baru dengan kode pos 12110

2. Gunung, Kebayoran Baru dengan kode pos 12120

3. Kramat Pela, Kebayoran Baru dengan kode pos 12130

4. Gandaria Utara, Kebayoran Baru dengan kode pos 12140

5. Cipete Utara, Kebayoran Baru dengan kode pos 12150

6. Pulo, Kebayoran Baru dengan kode pos 12160

Page 67: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

57

7. Melawai, Kebayoran Baru dengan kode pos 12160

8. Petogogan, Kebayoran Baru dengan kode pos 12170

9. Rawa Barat, Kebayoran Baru dengan kode pos 12180

10. Senayan, Kebayoran Baru dengan kode pos 12190

3. Sejarah Singkat Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran

Baru

Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru, kota Jakarta selatan

memiliki sejarah sejak pendiriannya hingga sekarang. Pada dasarnya Kecamatan

Kebayoran Baru adalah merupakan daerah hasil pemekaran dari wilayah KUA

Kecamatan Kebayoran lama. Di bawah ini point-point penting mengenai sejarah

KUA Kec. Kebayoran Baru, sebagia berikut:

1. Pada tahun 1952 sampai dengan 1964 KUA Kec. Kebayoran Baru bertempat

di Kantor Kelurahan Gunung (Jl. Hang Lekir I No. 5 Kel. Gunung)

2. Di tahun 1964 sampai tahun 1967 KUA Kec, Kebayoran Baru pindah ke

Kantor Kawedanan Kebayoran Baru (Jl. Barito Kebayoran Baru)

3. Sementara di tahun 1967 sampai dengan 1972 pindah kantor ke Blok O, yang

menempati salah satu ruangan Masjid Syarif Hidayatullah” (Jl. Iskandar

Syah Kel. Senayan)

Page 68: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

58

4. Selanjutnya di tahun 1972, KUA Kecamatan Kebayoran Baru pindah

menempati gedung baru yang berlantai 1 (satu) yang disediakan oleh PEMDA

DKI (Jl. Singgalang No. 20 Kel. Gunung)

5. Pada tahun 1986 gedung tersebut dibangun menjadi 2 (dua) lantai oleh

PEMDA DKI dengan luas tanah kurang lebih 450 m2. selama pembangunan

karyawan/ti menempati kantor pemiliki pendidikan agama Islam (Jl. Praja

Kebayoran Lama)

6. Setelah selesai dibangun tahun 1987 dan diresmikan oleh Walikota Jakarta

Selatan, Bpk. H. Muhtar Zakaria, karyawan/ti kembali menempati gedung

KUA yang berada di Jl. Singgalang No.20 yang sekarang bernama Jl. Kerinci

Raya No.20 Blok E Kel. Gunung, dan masih ditempati hingga sekarang.

4. Visi dan Misi

1. Visi

Visi dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru, adalah:

Visi

“UNGGUL DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN DI BIDANG

URUSAN AGAMA ISLAM YANG BERKUALITAS DAN PARSTISIPATIF

DI WILAYAH KEC. KEBAYORAN BARU”

Page 69: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

59

2. Misi

Sedangkan Misi yang diemban untuk mencapai visi yang diharapkan,

yaitu:

Misi

1. Meningkatkan kualitas pelayanan Nikah dan Rujuk (NR);

2. Meningkatkan pelayanan di bidang Keluarga Sakinah;

3. Meningkatkan Pelayanan dalam bidang Ibadah Sosial;

4. Meningkatkan pelayanan terhadap bidang Produk Halal;

5. Meningkatkan Pelayanan dalam bidang Perwakafan;

6. Meningkatkan pelayanan dalam bidang Kemitraan Umat Islam;

7. Melakukan kerjasama dalam bidang Konsultasi Haji;

8. Melakukan Pelayanan dalam bidang Kesejahteraan Masjid (BKM).

5. Tugas dan Fungsi

Tugas dan fungsi Kantor Urusan Agama Kecamatan, sesuai dengan

Keputusan Menteri Agama Nomor 517 tahun 2001 sebagai upaya meningkatkan

kinerja dan pelayanan masyarakat dibidang perkawinan dan pengembangan keluarga

sakinah dipandang perlu melaksanakan penataan organisasi Kantor Urusan Agama

Kecamatan.

Page 70: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

60

Sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 517 tahun 2001, Kantor

Urusan Agama Kecamatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor

Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah

kecamatan.(Bab I, Pasal 2)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kantor

Urusan Agama Kecamatan menyelenggarakan fungsi:

a. Menyelenggarakan statistic dan dokumentasi;

b. Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan

dan rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan;

c. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid,

zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan

pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan

oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan

Haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.47

6. Tata Kerja

Mengenai pelaksanaan tata kerja di Kantor Urusan Agama Kecamatan, sesuai

dengan Keputusan Menteria Agama RI No. 517 tahun 2001, disebutkan dalam Pasal

7 bahwa " Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan

47

KMA 517 tahun 2001 Pasal 3

Page 71: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

61

wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik di lingkungan

Kantor Urusan Agama dengan instansi vertical Departemen Agama lainnya maupun

antara unsure Departemen di Kecamatan dengan unsure Pemerintah Daerah".

Tata kerja yang dilakukan menurut Pasal 7 KMA 517 tahun 2001 tersebut,

sabagai berikut:

Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan bertanggung jawab memimpin

bawahannya masing-masing, serta memberikan pedoman, bimbingan dan

petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya. (KMA 517 tahun 2001 Pasal

8);

Sebagai bawahan , Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan wajib

mengetahui dan mematuhi atasannya dan melaporkan hasil pelaksanaan

tugasnya kepada atasan. (KMA 517 tahun 2001 Pasal 9);

Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan menyampaikan laporan kepada

Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota yang membawahinya

untuk selanjutnya disusun dan diolah sebagai laporan berkala Kantor

Departemen Agama Kabupaten/Kota. (KMA 517 tahun 2001 Pasal 10);

Dalam menyampaikan laporan, tembusan laporan disampaikan kepada satuan

organisasi lain yang berkaitan. (KMA 517 tahun 2001 Pasal 11);

Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Kantor Urusan Agama memberikan

bimbingan terhadap bawahannya, melalui rapat berkala. (KMA 517 tahun

2001 Pasal 12);

Page 72: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

62

Apabila Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan berhalangan, Kepala

Kantor Urusan Agama Kecamatan dapat menunjuk pejabat pimpinan

sementara melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan. (KMA 517

tahun 2001 Pasal 13);

B. Fungsi dan Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW)

Undang-undang pokok agraria adalah merupakan salah satu peraturan-

perundang-undangan di Negara Republik Indonesia yang mengatur mengenai hukum

pertanahan di Indonesia. Dalam pada itu hukum agraria yang berlaku sekarang ini,

yang seharusnya merupakan salah satu alat yang penting untuk membangun

masyarakat yang adil dan makmur tersebut, ternyata bahkan sebaliknya.

Tanah adalah merupakan salah satu sumber daya yang menjadi kebutuhan dan

kepentingan semua orang, badan hukum, dan atau sektor-sektor pembangunan. Salah

satu aset tanah yang dapat meningkatkan peningkatan ekonomi umat sacara sosial dan

memiliki nilai ibadah adalah tanah “wakaf”.

Dalam kedudukan harta wakaf dalam system perundang-undangan di Indonesia,

dapat terlihat dengan adanya produk-produk hukum yang dapat melindungi

keberadaan tanah wakaf seperti halnya kepemilikan tanah yang dikuasai oleh pribadi,

badan hukum atau sektor-sektor pembangunan lainnya.

Page 73: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

63

Kedudukan tanah wakaf di Indonesia semula diatur dalam UU No.5 tahun 1960

tentang Peraturan Dasar pokok-Pokok Agraria, namun hal ini proses dan

pemberlakuan administrasi tanah wakaf masih memerlukan peraturan yang mengatur

secara spesifik. Sehingga diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977

tentang Perwakafan Tanah Milik.

Dalam konsideran yang tertuang pada PP No.28 tahun 1977 tentang Perwakafan

Tanah Milik, menyebutkan wakaf dalah suatu lembaga keagamaan yang dapat

dipergunakan sebagai salah satu sarana guna pengembangan kehidupan keagamaan

yang dapat dipergunakan sebagai salah satu sarana guna pengembangan kehidupan

keagamaan, khususnya bagi umat Islam, dalam rangka mencapai kesejahteraan

spiritual dan materil menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.48

Kompilasi Hukum Islam pun mengatur mengenai hukum perwakafan hal ini

dituangkan pada Buku III. Perwkafan dalam system peraturan perundang-undangan

di Indonesia tidak hanya dilindungi dalam hal keberadaannya yang sesuai dengan

hukum syari‟ah (Islam).

Mengenai legalitas tanah wakaf tersebut dimulai dari pengesahaan ikrar wakaf

yang dilakukan oleh wakif dihadapan Nazir. Ikrar adalah pernyataan kehendak dari

wakif untuk mewakafkan tanah miliknya49

Pasal 223 Kompilasi hukum Islam

48

Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik 49

Peraturan Menteri Agama RI No.1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan

Peraturan pemerintah no.28 tahun 1977 tentang Perwakafan tanah Milik.

Page 74: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

64

menyebutkan „Pihak yang hendak mewakafkan dapat menyatakan ikrar wakaf

dihadapan Pejabat Pembuat akta Ikrar Wakaf (PPAIW).

Kompilasi Hukum Islam pasal 215 ayat 6 menyebutkan Pejabat Pembuat Akta

Ikrar wakaf yang selanjutnya disingkat PPAIW adalah petugas pemerintah yang

diangkat berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku, berkewajiban menerima ikrar

dan wakif dan menyerahkan kepada nadzir serta melakukan pengawasan untuk

kelestarian perwakafan. Pejabat pembuat akta ikrar wakaf seperti dimaksud dalam

ayat (6), diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama.50

Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 1 tahun 1978 tentang Peraturan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah

Milik, di dalam bab III pasal 5 menyebutkan, ayat 1 Kepala KUA (Kantor Urusan

Agama) ditunjuk sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar wakaf;

Ayat 2 Administrasi perwakafan diselenggarakan oleh Kantor Urusan Agama

Kecamatan;

Ayat 3 Dalam hal suatu kecamatan tidak ada Kantor Urusan Agamanya, maka kepala

kanwil Depag menunjuk Kepala KUA terdekat sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar

Wakaf di kecamatan tersebut.51

50

Kompilasi Hukum Islam 51

Peraturan Menteri Agama RI No.1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan

Peraturan pemerintah no.28 tahun 1977 tentang Perwakafan tanah Milik.

Page 75: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

65

Fungsi dan tugas Pejabat pembuat Akta Ikrar Wakaf adalah52

:

a. Meneliti kehendak wakif

b. Meneliti dan mengesahkan nadzir atau anggota nadzir yang baru sebagai

diatur dalam pasal 10 ayat (3) dan (4) pada peraturan ini;

c. Meneliti saksi ikrar wakaf;

d. Menyaksikan pelaksanaan ikrar wakaf;

e. Membuat Akta ikrar Wakaf;

f. Menyampaikan Akta ikrar Wakaf dan salinannya sebagai diatur dalam pasal 3

ayat (2) dan (3) peraturan ini selambat-lambatnya dalam waktu satu bulan

sejak dibuatnya;

g. Menyelenggarakan daftar Akta Ikrar wakaf;

h. Menyampaikan dan memelihara Akta dan Daftarnya;

i. Mengurus pendaftaran perwakafan seperti tercantumnya dalam pasal 10 ayat

(1) Peraturan Pemerintah.

Undang-undang No.41 tahun 2004 tentang wakaf, menyebutkan dalam pasal 28

“Pembuatan Akta Ikrar Wakaf benda tidak bergerak wajib memenuhi persyaratan

dengan menyerahkan sertifikat hak atas tanah atau sertifikat satuan rumah susun yang

bersangkutan atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya”.53

52

Peraturan Menteri Agama RI No.1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan

Peraturan pemerintah no.28 tahun 1977 tentang Perwakafan tanah Milik. 53

Undang-undang no.41 tahun 2004 tentang wakaf

Page 76: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

66

Pejabat Pembuat Akta Ikrar wakaf (PPAIW) dalam Undang-undang No.41 tahun

2004 tentang Wakaf pasal 37 menyebutkan:

Ayat (1) PPAIW harta benda wakaf tidak bergerak berupa tanah adalah kepala KUA

dan/atau pejabat yang menyelenggarakan urusan wakaf;

Ayat (2) PPAIW harta benda wakaf bergerak selain uang adalah kepala KUA

dan/atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Menter;

Ayat (3) PPAIW harta benda wakaf bergerak berupa uang adalah Pejabat Lembaga

Keuangan Syari‟ah paling rendah setingkat Kepala seksi LKS yang ditunjuk oleh

Menteri;

Ayat (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) tidak

menutup kesempatan bagi wakif untuk membuat AIW dihadapan Notaris;

Ayat (5) Persyaratan Notaris sebagai PPAIW ditetapkan oleh mentri.

Setelah melihat tugas atau fungsi kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan,

dalam hal selaku PPAIW yang diangkat oleh Pejabat lain yang ditunjuk oleh menteri.

Dalam hal ini pengertian atau maksud dari pejabat lain yang berhak mengangkat

PPAIW adalah pejabat dalam lingkungan Kementerian Agama RI di tingkat Provinsi

atau disebuut dengan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi.

Mengenai pengangkatan PPAIW dalam hal ini berdasarkan dari Keputusan

Menteri Agama no.73 tahun 1978 tentang Pendelegasian Wewenang kepada Kepala

Page 77: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

67

Kanwil Departemen Agama Provinsi/setingkat di Seluruh Indonesia untuk

mengangkat/memberhentikan setiap Kepala KUA Kecamatan sebagai PPAIW.

Jika dipandang perlu, Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama

Provinsi/setingkat dapat memberikan kuasa kepada Kepala Bidang Urusan Agama

Islam untuk dan atas nama Kepala kantor wilayah departemen Agama

Provinsi/setingkat mengangkat dan memberikan Pejabat Pembuat Akta ikrar Wakaf

(PPAIW). Jika dalam suatu wilayah hukum kecamatan belum terbentuk Kantor

Urusan Agama, maka yang diangkat sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf

(PPAIW) adalah kepala kantor urusan Agama Kecamatan yang terdekat.

Setalah melihat perkembangan peraturan perundang-undang mengenai wakaf,

dapat terlihat mengenai kewenangan PPAIW terhadap perwakafan, yaitu:

1. Membuat Akta Ikrar Wakaf benda tidak bergerak dan benda bergerak selain uang;

2. Memberikan Pengesahan Nadzir;

3. Menyampaikan pendaftaran tanah wakaf kepada BPN (Badan Pertanahan

Nasional);

4. Mengawasi pengelolaan tanah wakaf.

Fungsi PPAIW seperti yang telah dijelaskan di atas, terkait membuat Akta ikrar

wakaf dan mendaftarkan tanah wakaf, di bawah ini adalah bagan makanisme

pembuatan AIW dan Pendaftaran tanah wakaf. Adapun benda tidak bergerak yang

Page 78: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

68

dapat diwakafkan menurut Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2006 tentang

Pelaksanaan UU No.41 tahun 2004 tentang wakaf, pasal 16 yaitu:

a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan Perturan perundang-undangan baik

yang sudah maupun yang belum terdaftar;

b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana

dimaksud pada huruf a;

c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;

d. Hak milik atas tanah satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan Peraturan

Perundang-undangan; dan

e. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syari‟ah dan

Peraturan Perundang-undangan

Mengenai hak atas tanah yang dapat diwakafkan diatur dalam Peraturan

Pemerintah No. 42 tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No.41 tahun 2004 tentang

wakaf, pasal 17, terdiri dari :

a. Hak milik atas tanah baik yang sudah atau belum terdaftar;

b. Hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai di atas tanah Negara;

c. Hak guna bangunan atau hak pakai di atas hak pengelolaan atau hak milik

wajib mendapat izin tertulis pemegang hak pengelolaan atau hak milik;

d. Hak milik atas satuan rumah susun.

Page 79: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

69

Mengenai hak tanah pada pasal 17 ayat (1) huruf c disebutkan “apabila wakaf

sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) huruf c dimaksudkan sebagai wakaf untuk

selamanya, maka diperlukan pelepasan hak dari pemegang hak pengelolaan atau hak

milik.

Pasal 17 ayat 3 menjelaskan bahwa hak atas tanah yang diwakafkan sebagaimana

dimaksudkan pada ayat (1) wajib dimiliki atau dikuasai oleh wakif secara sah serta

bebas dari segala sitaan, perkara, sengketa, dan tidak dijaminkan.

Mengenai tata cara atau proses ikrar wakaf (AIW), proses pembuatan APAIW,

pendaftaran tanah wakaf, pendaftaran sertifikat tanah wakaf benda tidak bergerak

(tanah) dapat dilakukan melalui proses sebagai berikut:

Page 80: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

70

TATA CARA PEMBUATAN AKTA IKRAR WAKAF

PERATURAN PEMERINTAH NO.42 TAHUN 2006 TENTANG

PELAKSANAAN UU NO.41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

PASAL 34

Pasal 34 huruf b

PPAIW meneliti kelengkapan

persyaratan adminsyrasi

perwakafan dan keadaan fisik

benda wakaf

Pasal 34 huruf c

dalam hal ketentuan

sebagaimana dimaksud pada

huruf b terpenuhi, maka

pelaksanaan ikrar

wakaf dan pembuatan AIW

dianggap sah apabila dilakukan

dalam Majelis Ikrar Wakaf

sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (1).

Pasal 34 huruf d

AIW yang telah ditandatangani

oleh Wakif, Nazhir, 2 (dua) orang

saksi, dan/atau Mauquf alaih

disahkan oleh PPAIW.

Pasal 34 huruf e

Salinan AIW disampaikan

kepada:

1. Wakif;

2. Nazhir;

3. Mauquf alaih;

4. Kantor Pertanahan

kabupaten/kota dalam hal benda

wakaf berupa tanah; dan

5. Instansi berwenang lainnya

dalam hal benda wakaf berupa

benda tidak bergerak selain

tanah atau benda bergerak selain

uang.

Page 81: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

71

PERATURAN PEMERINTAH NO.42 TAHUN 2006 TENTANG

PELAKSANAAN UU NO.41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

DALAM HAL PEMBUATAN AKTA PENGGANTI AKTA IKRAR WAKAF

(APAIW)

Pasal 35 angka 2

Permohonan masyarakat atau 2 (dua)

orang saksi yang mengetahui dan

mendengar perbuatan

wakaf sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus dikuatkan dengan

adanya petunjuk (qarinah)

tentang keberadaan benda wakaf

.

Pasal 35 angka 3

Apabila tidak ada orang yang

memohon pembuatan APAIW, maka

kepala desa tempat benda

wakaf tersebut berada wajib meminta

pembuatan APAIW tersebut kepada

PPAIW setempat.

Pasal 35 angka 4

PPAIW atas nama Nazhir wajib

menyampaikan APAIW beserta

dokumen pelengkap lainnya

kepada kepala kantor pertanahan

kabupaten/kota setempat dalam

rangka pendaftaran wakaf tanah

yang bersangkutan dalam jangka

waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari

sejak penandatanganan

APAIW.

.

Page 82: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

72

PERATURAN PEMERINTAH NO.42 TAHUN 2006 TENTANG

PELAKSANAAN UU NO.41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

TATA CARA PENDAFTARAN HARTA BENDA WAKAF

Pasal 38 ayat (1)

Pendaftaran harta benda wakaf tidak

bergerak berupa tanah dilaksanakan

berdasarkan AIW atau

APAIW.

.

Pasal 38 ayat (2)

Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilampirkan persyaratan sebagai berikut:

a. sertifikat hak atas tanah atau sertifikat hak milik atas satuan

rumah susun yang

bersangkutan atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya;

b. surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tanahnya

tidak dalam sengketa, perkara,

sitaan dan tidak dijaminkan yang diketahui oleh kepala desa atau

lurah atau sebutan lain

yang setingkat, yang diperkuat oleh camat setempat;

c. izin dari pejabat yang berwenang sesuai ketentuan Peraturan

Perundang-undangan dalam

hal tanahnya diperoleh dari instansi pemerintah, pemerintah

daerah, BUMN/BUMD dan

pemerintahan desa atau sebutan lain yang setingkat dengan itu;

d. izin dari pejabat bidang pertanahan apabila dari sertifikat dan

keputusan pemberian haknya

diperlukan izin pelepasan/peralihan.

e. izin dari pemegang hak pengelolaan atau hak milik dalam hal

hak guna bangunan atau hak

pakai yang diwakafkan di atas hak pengelolaan atau hak milik.

Page 83: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

73

PERATURAN PEMERINTAH NO.42 TAHUN 2006 TENTANG

PELAKSANAAN UU NO.41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

TATA CARA PENDAFTARAN SERTIFIKAT HARTA BENDA WAKAF

BERDASARKAN AIW ATAU APAIW

Pasal 39 ayat (1) huruf a

terhadap tanah yang sudah berstatus

hak milik didaftarkan menjadi tanah

wakaf atas nama

Nazhir;

.

Pasal 39 ayat (1) huruf b

terhadap tanah hak milik yang diwakafkan hanya

sebagian dari luas keseluruhan harus

dilakukan pemecahan sertifikat hak milik terlebih

dahulu kemudian didaftarkan menjadi

tanah wakaf atas nama Nazhir;

.

Pasal 39 ayat (1) huruf c

terhadap tanah yang belum berstatus hak milik yang

berasal dari tanah milik adat langsung

didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir;

.

Pasal 39 ayat (1) huruf d

terhadap hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai di

atas tanah negara

sebagaimana dimaksuk dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b yang

telah mendapatkan

persetujuan pelepasan hak dari pejabat yang berwenang di

bidang pertanahan didaftarkan

menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir;

Pasal 39 ayat (1) huruf e

terhadap tanah negara yang diatasnya

berdiri bangunan masjid, musala,

makam,

didaftarkan menjadi tanah wakaf atas

nama Nazhir

.

Pasal 39 ayat (1) huruf f

Pejabat yang berwenang di bidang

pertanahan kabupaten/kota setempat

mencatat

perwakafan tanah yang bersangkutan

pada buku tanah dan sertifikatnya

.

Page 84: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

74

Salah satu masalah di bidang keagamaan yang menyangkut pelaksanaan tugas-

tugas keagrariaan adalah perwakafan tanah milik. Begitu pentingnya masalah

perwakafan tanah milik tersebut ditinjaun dari sudut Undang-undang Nomor 5 tahun

1960 tetang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Perkembangan tanah wakaf, di wilayah Kecamatan kebayoran Baru, kota Jakarta

Selatan hingga tahun 2011 ini cukup menunjukan jumlah yang baik dengan jumlah

lokasi tanah wakaf 85 lokasi yang terletak di 10 kelurahan. Adapun cakupan wilayah

Kecamatan Kebayoran Baru terdiri dari:

1. Kelurahan Senayan;

2. Kelurahan Rawa Barat;

3. Kelurahan Selong;

4. Kelurahan Gunung;

5. Kelurahan kramat Pela;

6. Kelurahan Melawai;

7. Kelurahan Petogogan;

8. Kelurahan pulo;

9. Kelurahan Gandaria Utara;

10. Kelurahan Cipete Utara.

Page 85: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

75

Perkembangan tanah wakaf yang terletak di wilayah KUA Kecamatan kebayoran

Baru, jika ditinjau dari alur perkembangan status tanah wakaf yang tercatat dalam

buku daftar Akta Ikrar Wakaf atau blanko W4.

Kelurahaan Senayan berjumlah 5 lokasi dengan luas tanah keseluruhan 6.164

m2, tanah wakaf yang bersertifikat berjumlah 4 lokasi jumlah tanah 5.904 M2, dan

yang berlum bersertifikat 1 lokasi dengan luas tanah 260 m2. Pengunaan tanah wakaf

di wilayah Kelurahan senayan terdapat 2 lokasi Masjid, 2 lokasi Langga/musholla

dan 1 lokasi sebagai sarana social.

Kelurahan Bawa Barat lokasi tanah wakaf 4 lokasi luas tnah 2.279 m2, dengan

status tanah bersertifikat 3 lokasi luas tanah 1.345 m2 sementara yang belum

bersrtifikat 1 lokasi luas tanah 934 m2. Perkembangan tanah wakaf sesuai dengan

kegunaannya 3 lokasi sebagai Masjid, 1 lokasi sebagai sarana sosial.

Kelurahan selong jumlah lokasi tanah wakaf 1 luas tanah 10.600 m2 tanah wakaf

tersebut digunakan sebagai Masjid. Sementara kelurahan gunung tanah wakaf

terdapat 2 lokasi luas tanah 566, status tanah yang bersertifikat 1 lokasi luas 232, dan

yang belum bersertifikat 1 lokasi luas tanah 334 m2. Penggunaan tanah wakaf sendiri

sebagai masjid.

Kelurahan keramat pela lokasi tanah wakaf terletak sebanyak 6 lokasi dengan

luas tanah 1.060,55 m2, status tanah wakaf yang bersertivikat 4 lokasi luas tanah 899

Page 86: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

76

m2, adapun yang belum bersertivikat 2 lokasi luas tanah 161,55 m2. Pruntukan tanah

wakaf sebagai 3 lokasi Masjid, 3 lokasi sebagai Langgar/Musholla.

Tanah wakaf yang terletak di Kelurahan melawai menunjukan hanya 1 lokasi

tanah wakaf dengan luas tanah 3.960 m2, penggunaan tanah wakaf ini sebagai

Masjid.

Tanah wakaf pada Kelurahan Petogogan tercatat 9 lokasi dengan luas tanah

10.871 m2, adapun status tanah wakaf yang bersertifikat tercatat 7 lokasi dengan luas

tanah 1.733 m2, dan belum bersertivikat 2 lokasi luas tanah 9.138 m2. Perkembangan

status tanah wakaf digunakan sebagai 4 lokasi masjid, 5 lokasi langgar/musholla, dan

1 lokasi sebagai masdrasah

Kelurahan Pulo tanah wakaf terdapat 6 lokasi dengan luas tanah 9.349 m2,

sementara status tanah wakaf yang bersertivikat 4 lokasi luas 1.158 m2 dan yang

belum bersertifikat 2 lokasi dengan luas 8.191. Data tanah wakaf yang terdapat pada

wilayah Kelurahan Pulo penggunaannya sebagai 1 lokasi digunakan sebagai mesjid, 4

lokasi sebagai musholla/langgar, dan 1 lokasi sebagai madarasah.

Kondisi tanah wakaf yang terletak di Kelurahan Gandaria Utara terdapat 29

lokasi dengan luas tanah 14.826 m2, tanah wakaf yang bersetifikat 26 lokasi luas

13.276 m2 dan yang belum bersertifikat 3 lokasi dengan luas 1.550 m2. Peruntukan

tanah wakaf di wilayah Kelurahan Gandaria Utara 10 lokasi sebagai masjid, 13 lokasi

Page 87: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

77

sebagai musholla/langgar, 1 lokasi sebagai makam, 3 lokasi sebagai bergerak

dibidang social.

Sementara tanah wakaf yang berada di wilayah kelurahan Cipete Utara sebanyak

22 lokasi dengan luas tanah 11.748 m2, status tanah wakaf yang bersertifikat

sebanyak 14 lokasi dengan luas 6.781 m2, dan yang belum bersertifikat 8 lokasi

dengan luas 4.967 m2. Perkembangan peruntukan lokasi wakaf digunakan sebagai 6

lokasi menjadi masjid, 11 lokasi sebagai musholla/langgar, 2 lokasi sebagai sarana

social.

Melihat perkembangan tanah wakaf baik dilihat dari segi perkembangan status

dan perkembangan peruntukannya dapat tersimpulkan dalam konsep perenetase, yaitu

tanah wakaf yang bersertifikat 75%, tanah wakaf yang belum bersertifikat 25%.

Adapun perkembangan peruntukan tanah wakaf penggunaan sebagai masjid 39%,

Musholla/langgar 45%, Madrasah/sekolah 7 %, Kuburan/makam 1%, social 8%.

C. Faktor Keberhasilan dan Faktor Penghambat

Perkembangan tanah wakaf di wilayah KUA Kec. Kebayoran Baru, jika dilihat

dari perkembangan statusnya masih menunjukan adanya lokasi tanah wakaf yang

belum bersertifikat. Mengenai perkembangan wakaf yang memiliki suatu potensi

peningkatan terhadap ekonomi umat Islam, tentunya tak terlepas dari paradigma baru

mengenai wakaf tunai, yang diharapkan adanya peningkatan wakaf produktif.

Page 88: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

78

Dari hasil observasi yang saya lakukan di Kantor Urusan Agama Kec. Kebayoran

Baru, kota Jakarta selatan,terkait dengan fungsi dan kewenangan PPAIW terhadap

tanah wakaf, masih terdapat beberapa administrasi yang dapat dikatakan belum

terlalu maksimal, meskipun pada dasarnya system adminstrasi pelayanan terhadap

tanah wakaf dapat dikatkan baik.

Faktor-faktor penghambat yang muncul terkait dengan tugas PPAIW terhadap

tanah wakaf muncul dari faktor internal itu sendiri dan faktor eksternal. Adapun

faktor-faktor tersebut dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal ini merupakan suatu kelemahan yang masih dirasakan dalam

pelaksanaan dalam administrasi perwakafan, hal ini berkaitan langsung dengan

fungsi PPAIW di wilayah Kantor urusan Agama Kec. Kebayoran Baru.

a. Minimnya sumber daya manusia yang benar-benar menguasai dalam

bidang pertanahan baik hukum maupun administrasi yang berkaitan

langsung;

b. Minimnya suatu penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang

berkaitan langsung dengan mekanisme administrasi perwakafan;

c. Minimnya penyelenggaraan sosialisasi terhadap masyarakat secara

umum dan khususnya terhadap nadzir wakaf dalam pengelolaan dan

legalitas tanah wakaf;

Page 89: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

79

d. Minimnya temu kerja secara lintas sektoral yang dilakukan antara

PPAIW, dan BPN (Badan Pertanahan Nasional) dan pihak-pihak

terkait;

e. Masih lemahnya system administrasi birokrasi yang berkaitan dengan

mekanisme pendaftaran tanah wakaf.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini berkaitan langsung dengan masyarakat secara umum.

Mengenai hal ini masyarakat secara luas memiliki rasa tanggung jawab terhadap

keberadaan tanah wakaf, dan yang lebih khusus peran wakif dan nadzir sangat

diperlukan dalam pengembangan tanah wakaf.

a. Kondisi tanah wakaf yang masih minim dalam lokasi yang dianggap

produktif;

b. Wakif atau pemilik hak atas tanah yang belum terlalu dapat memiliki

pemahaman atas hak tanah yang sudah diwakafkan;

c. Nadzir tanah wakaf yang belum dapat mengoptimalkan tanah wakaf

yang diamanatkan oleh wakif;

d. Penyelesaian mekanisme sertifikat tanah wakaf yang masih lama, dari

standar yang telah di atur sebelumnya oleh Badan Pertanahan

Nasional.

Page 90: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

80

3. Faktor Keberhasilan

Keberhasilan yang dapat mendukung terhadap kelancaran kinerja PPAIW dalam

menjalankan tugas fungsi dan kewenangan dalam perwakafan adalah sebagai

berikut:

a. Adanya administrasi wakaf yang dilakukan rutin setiap bulannya;

b. Tersedianya blanko Wakaf mengenai pendaftaran tanah wakaf;

c. Tersedianya buku pengawasan tanah wakaf yang tertuang dalam buku

catatan pengelolaan tanah wakaf (W6);

d. Tersedianya buku-buku pedoman mengenai perwakafan.

Faktor tersebut di atas bersifat internal atau langsung berkaitan dengan PPAIW,

penyelenggaraan administrasi tanah wakaf dapat terkontrol dengan baik jika

dilakukan sesuai dengan kondisi laporan yang dapat terlihat dari penyajian data.

D. Analisa Penulis

Melihat dari perkembangan tugas dan kewenangan PPAIW sejak undang-undang

No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria, Peraturan pemerintah No.

28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik , yang tertuang dalam lembaran

Negara 1977, dan saat ini pemerintah telah menerbitkan Undang-undang No. 41

tahun 2004 tentang wakaf Jo. Peraturan Pemerintah No.42 tahun 2006 tentang

Pelaksanaan UU No.41 tahun 2004 tentang wakaf.

Fungsi dan kewenangan PPAIW saat ini menunjukan adanya kualitas

peningkatan yang cukup baik, pada PP No. 28 tahun 1977 tentang perwakafan hak

Page 91: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

81

milik, fungsi dan kewenangan PPAIW hanya dapat menjadi PPAIW terhadap tanah

wakaf yang bersifat hak milik atau hanya berupa benda tidak bergerak.

Perkembangan fungsi dan kewenangan PPAIW saat ini berdasarkan PP No. 42

tahun 2006 tentang pelaksanaan UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf menyebutkan

dalam pasal 37 ayat (1) PPAIW harta benda wakaf tidak bergerak berupa tanah

adalah Kepala KUA dan/atau pejabat yang menyelenggarakan urusan wakaf, ayat (2)

PPAIW harta benda wakaf bergerak selain uang adalah Kepala KUA dan/atau pejabat

lain yang ditunjuk oleh Meneri.

Peningkatan kewenangan ini merupakan dari hasil perluasan benda yang dapat

diwakafkan semula benda yang dapat diwakafkan hanya benda tidak bergerak berupa

tanah milik, semenjak UU No.41 tahun 2004 tentang wakaf benda yang dapat

diwakafkan terbagi 2 (dua) benda bergerak berupa uang dan surat berharga sementara

benda yang tidak bergerak berupa tanah.

Kewenangan PPAIW ternyata tak sekedar mengesahkan AIW atau APAIW tetapi

juga mengesahkan nadzir, namun pada perkembangannya sekarang ini PPAIW tidak

dapat langsung mengesahkan nadzir tetapi pengesahan nadzir harus melalui Badan

Wakaf Indonesia.

Peraturan Pemerintah no. 42 tahun 2006 pasal 4 ayat (1) menyebutkan” Nadzir

perseorangan ditunjuk oleh wakil dengan memenuhi persyaratan menurut undang-

undang”. Ayat (2) Nadzir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didaftarkan

pada Menteri dan BWI melalui Kantor Urusan Agama setempat.

Page 92: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

82

Setelah dilakukan observasi dengan melihat perkembangan status tanah wakaf

ternyata masih ada sebeser 25% yang belum bersertifikat, namun pada dasarnya tanah

wakaf yang berjumlah 85 Lokasi sudah 100% memiliki akta ikrar wakaf (AIW).

Minimnya rapat kerja atau temu kerja lintas sektoral yang terkait dengan ruang

lingkup kerja fungsi dan tugas PPAIW, seperti dengan BPN di tingkat Kota. Juga

merupakan salah satu faktor penghambat lambatnya proses sertifikasi tanah wakaf.

Jika melihat dari fungsi kewenangan PPAIW, mengenai pengawasan terhadap

pengelolaan tanah wakaf yang dilakukan oleh nadzir, terlihat masih lemah. Hal ini

dikarenakan minimnya kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh PPAIW terhadap

nadzir, hambatan yang dirasakan juga muncul dari pihak nadzir wakaf sendiri yang

tidak melakukan pelaporan secara rutin nitas sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Sentuhan yang berkembangan saat ini terkait dengan paradigma baru tanah

wakaf yang mengedepankan terhadap system penglolaan tanah wakaf produktif,

tanah wakaf di wilayah Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan dari 85

Lokasi, sistem pengeloaan dan pengembangan tanah wakaf masih bersifat tradisional.

Artinya bahwa peruntukan tanah wakaf di wilayah itu sendiri tidak ada atau belum

dekelola secara professional oleh pihak nadzir.

Kondisi tersebut dikarenakan dengan lokasi tanah wakaf yang berada di wilayah

Kecamatan Kebayoran Baru, terletak pada lokasi yang tidak strategis, kesadaran dari

pihak nadzir pun masih sangat minim dalam pengelolaan.

Page 93: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan peraturan perundang-undangan mengenai wakaf sudah muncul

sejak UU No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria, pada tahun 1977

pemerintah meluncurkan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 tentang

Perwakafan Tanah Milik, dan pada Kompilasi Hukum Islam pun disinggung atau

diatur mengenai Perwakafan.

Sehingga perlu adanya suatu perhatian khusus dari Pemerintah melalui

kementerian Agama waktu itu, dengan mengeluarkan beberapa peraturan maupun

keputusan yang berkaitan langsung dengan Perwakafan, yaitu:

1. Peraturan Menteri Agama No.1 tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1977 tentang Perwakafan hak Milik;

2. Keputusan meneteri Agama No.73 tahun 1978 tentang Pendelegasian

Wewenang kepada kepala Kanwil Departemen Agama provinsi/setingkat di

seluruh Indonesia untuk mengangkat/memberhentikan setiap Kepala KUA

Kecamatan sebagai PPAIW;

3. Instruksi Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun

1978 tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 28 tentang Perwakafan

Tanah Milik;

84

Page 94: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

84

4. Instruksi Menteri Agama No.15 tahun 1989 tentang Bimbingan dan

Pembinaan kepada Badan Hukum Keagamaan yang Memiliki Tanah;

5. Surat Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. D.II/5/Ed/07/1981 tentang

Pendaftaran Perwakafan Tanah Milik.

Dalam studi kasus analisis yang saya lakukan terhadap PPAIW KUA Kecamatan

Kebayoran Baru Kota Jakarta selatan, dapat tersimpulkan bahwa yang menjadi tugas

fungsi dan kewenangan PPAIW saat ini sebagai berikut ;

1. Perkembangan tugas PPAIW terhadap Perwakafan dalam hal pembuatan

AIW/APAIW sudah luas yaitu dengan adanya kewenangan terhadap

pembuatan akta ikrar wakaf yaitu terhadap benda tidak bergerak dan benda

bergerak selain uang;

2. Kewenangan PPAIW dalam membuat akta ikrar wakaf (AIW) dan/atau Akta

Pengganti Akta Ikrar wakaf (APAIW) terhadap benda tidak bergerak sesuai

dengan UU No. 1 tahun 2004 tentang wakaf dan PP No.42 tahun 2006 tentang

pelaksaan UU No.41 tahun 2004 tentang Pelaksanaan Wakaf, bahwa tanah

yang dapat diwakafkan saat ini tidak hanya yang bersifat hak milik, tetapi juga

yang bersifat hak Guna Usaha, hak pakai, Satuan rumah susun;

3. Kewenangan PPAIW terhadap pengesahan Nadzir saat ini harus didaftarkan

lebih dulu kepada Menteri Agama dan Badan Wakaf Indonesia;

4. Dalam hal pendaftaran penerbitan Sertifikat tanah wakaf, PPAIW memiliki

tugas membantu dan mengantarkan Nadzir kepada pihak BPN tingkat Kota

Page 95: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

85

dimana tanah tersebut diatas dan selanjutnya BPN lah yang berhak dalam

menerbitkan sertifikat tanah wakaf;

5. Dalam hal pengawasan dan bimbingan terhadap nadzir dan pengelolaan tanah

wakaf PPAIW dibantu oleh Dirjen wakaf dibawah naungan Menteri Agama

RI, dan Badan wakaf Indonesia (BWI);

Mengenai kondisi tanah wakaf di wilayah KUA Kecamatan Kebayoran Baru,

Kota Jakarta Selatan saat ini menunjukan hal yang cukup baik, meskipun sebagai

hasil obserfasi menunjukan bahwa da beberapa hal admnistrasi perrwakafan yang

tidak sesuai peruntukannya seperti halnya pada tanah wakaf yang berupa Yayasan

atau badan hokum ternyata dalam lembaran pengesaah terdapat lembar pengesahan

nadzir yang seharusnya berbadan hokum atau W5a tetapi tertuang dalam lebaran

nadzir perorangan atau W5.

Kondisi ini bukan berarti menunjukan adanya penyimpangan peruntukan tanah

wakaf tersebut tetapi kondisi ini terjadi berdasarkan adanya ketidak pahaman dari

wakif dan nadzir ketika melakukan pendaftaran diawal, tetapi seharusnya PPAIW

juga dapat mengarahkan kepada mereka terkait pengesahan nadzir yang seharunya

dilakukan. Hal ini lah yang menunjukan adanya hambatan dalam penyelesaian tugas

dan fungsi kewenangan PPAIW.

Dapat disimpulkan secara umum bahwa tugas daan fungsi PPAIW hingga saat ini

dalam kepemimpinan Bapak H. AH. Sobari, S.Ag. MH, selaku PPAiW yang ditunjuk

Page 96: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

86

oleh Kepala Kanwil Kementerian Agama Prov. DKI. Jakarta, yang telah

mendapatkan pendelegasian dari Meneteri Agama.

Sejalannya waktu dari perkembangan tanah wakaf diwilayah kecamatan

kebayoran baru, kelemahan yang terjadi saat ini adalah minimnya suatu dana

anggaran yang peruntukan dalam pengawasan dan pembinaan baik terhadap PPAIW

dan wakif serta nadzir.

Sementara akta Ikrar wakaf dan Pengganti akta Ikrar yang telah diterbitakan

100% telah diterbitkan terhitung sejak tahun 1979 hingga tahun 2004 tercatat data

semua tersedia dengan baik yaitu berjumlah 85 lokasi tahan wakaf.

Kendala yang sulit hingga sekarang ini yaitu penerbitan sertifikat tanah wakaf

yang dikeluarkan oleh Badan Pertanaha Nasional , hal ini dikarenakan prosesnya

yang cukup panjang dengan berbagai kondisi yang dihadapi baik terkait birokrasi

maupun lapangan.

B. Saran

Perkembangan tanah wakaf saat ini di Indonesia sangat menunjukan kemajuan

yang berarti hal ini dapat terlihat dengan meningkatnya lokasi tanah wakaf. Perhatian

pemerintah pun dapat terlihat dengan terusnya pembaharuan dalam hal perlindungan

hukum terhadap tanah wakaf hal ini ditandai dengan munculnya UU No. 41 tahun

2004 tetntang wakaf dan Peraturan pemerintah No.42 tahun 2006 tentang pelaksanaan

UU No.41 tahun 2004 tentang wakaf.

Page 97: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

87

Bahkan dalam Undang-undang tersebut benda yang dapat di wakafkan tidak

hanya benda tidak bergerak melainkan benda yang bergerakpun dapat di wakafkan,

peran serta lembaga independen pun mendapat ruang dalam perkembangan tanah

wakaf itu sendiri yaitu Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Mengeinai tanah wakaf tidak terlepas dari Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf

(PPAIW), perkembangan tugas dan kewenangan PPAIW pun terlihat mengalami

perluasan. Tetapi dari perkembangan tanah wakaf tersebut khususnya di wilayah

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan,

mengenai penerapannya masih mengalami berbagai hambatan-hambatan yang

menghambat tugas dan kewenangan PPAIW.

Melihat kondisi yang telah dijelaskan dari bab-bab sebelumnya, penulis memiliki

beberapa saran yang sekiranya dapat meningkatkan kembali tugas fungsi dan

kewenangan PPAIW, yaitu;

1. Pemerintah Pusat dan Pihak terkait perlu dan terus menerus mengadakan

suatu pelatihan-pelatihan yang dapat menunjang tugas fungsi dan kewenangan

PPAIW;

2. PPAIW yang ada saat ini perlu diikutsertakan dalam pendidikan formal atau

informal yang secara khusus di tujukan dalam peningkatan sumberdaya

manusia yang memiliki kemampuan khusus dalam bidang agraria secara

umum wakaf sacara khusus;

Page 98: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

88

3. Perlu dibuatnya Undang-undang secara khusus dalam pelaksanaan tugas dan

fungsi PPAIW agar lebih tepat memliliki konsekuensi bertindak dalam hal

hukum agraria dan perwakafan;

4. Perlu adanya suatu perhatian khusus menganai kedudukan PPAIW dan PPAT

yang secara tidak langsung memiliki peran dan kewenangan yang hapir

serupa;

5. Peningkatan kerjasama antara pihak-pihak terkait khususnya Badan

Pertanahan Nasional (BPN) dalam hal pengawasan, pendaftaran dan

penerbitan sertifikat tanah wakaf;

6. Sosialisasi mengenai tanah wakaf terhadap wakif, nadzir dan masyarakat

secara umum pelu ditingkatkan;

7. Meminimalisasi sistem birokrasi yang terkadang membuat masyarakat merasa

enggan atau bahkan sulit untuk dapat melakukan proses wakaf

Page 99: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

89

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran Al Karim

Abdurrahman, SH, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf

di Negara Kita, Bandung: Penerbit Alumni,1984.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : Akademika Pressindo,

cet. Ke 1, 2007.

Al-Alabij, Idijani , Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam teori dan Praktek, Jakarta

: PT Raja Grapindo persada, 2002.

Bunga Rampai Perwakafan, Depertemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006.

Cizakca, Murat, Awqaf in History and Its Implications For Modern Islamic Econoies,

Islamic Economi Studies, terjemahan, 1999.

Chomzah, H. Ali Achmad, SH. Hukum Agraria Pertanahan Indonesia, Jilid 2,

Penerbit Prestasi Pustaka Publisher. 2004.

Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat

Pemberdayaan Wakaf, Bunga Rampai Perwakafan, Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006.

90

Page 100: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

90

Departemen Agama RI, Peraturan Perwakafan Depag RI Ditjen Bimas Islam dan

Urusan Haji Direktirat Urusan Agama Islam, 1998.

Direktorat Pengembangan Zakat Dan Wakaf, Fiqih Wakaf, Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, 2005.

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Depertemen Agama RI, Fiqih Wakaf, Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departeman Agama, 2006.

Esposito, John, L. The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, 1995,

terjemah.

Harsono, Boedi, Prof. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-

Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan 2008.

KMA. 517 tahun 2001 Pasal

Kompilasi Hukum Islam

Lihat Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977, Pasal 1.

Lihat Undang-Undang No. 41 Tahun 2004

Marias, Prof. Dr. S.W, Dan Sumardjono,SH,MCL,MPA, Kebijakan Pertanahan

Antara Regulasi dan Implementsi, Jakarta: Buku Kompas, 2005.

Muhammad ibnu ismail Ash-Shan‟aniy, Subulus Salam, Juz.II

Page 101: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

91

Parlindungan, A. P. Prof. Dr., SH. Pendaftaran Tanah di Indonesia, Berdasarkan PP.

24 Tahun 1997, Dilengkapin Dengan Peraturan Pejabatan Pembuat Akta

Tanah, PP No. 37 Tahun 1998, CV Mandar Maju, 2009.

Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik

Peraturan Menteri Agama RI No.1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan

Peraturan pemerintah No. 28 tahun 1977 tentang Perwakafan tanah Milik.

Qahaf, Mundzir, Dr. Manajemen wakaf Produktif”Khalifa, Jawa Timur : Al-kautsar

Grup.

Sari, Elsi Kartika , Pengantar Hukum Zakat Dan Wakaf, Jakarta : PT Grapindo, 2006.

Supriadi, S.H., M.Hum. Hukum Agraria, Penerbit Sinar Grafika.

Siahaan, Pahala Marihot, SE , Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Teori

dan Praktek, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Soimin, Soedharyo, SH, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Jakarta : Sinar Grafika,

2008.

Sutedi, Adrian, SH,M.h, Peralihan Hak atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta :

Sinar Grafika 2006.

Usman, Suparman.“Hukum Perwakafan di Indonesia,” Jakarta : Darul Ulum Press,

1999.

Page 102: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

92

Wadjdy, Farid dan Mursyid. Wakaf dan Kesejahteraan Umat. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2007.

Page 103: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 104: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan
Page 105: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan
Page 106: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan
Page 107: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan
Page 108: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan
Page 109: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan
Page 110: FUNGSI DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5270/1/RIZAL... · tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan