Cbd Fadhli Rizal Makarim

37
CASE BASED DISCUSSION SEORANG ANAK LAKI-LAKI DENGAN BRONKOPNEUMONIA, HIPERTENSI PULMONAL, GAGAL JANTUNG, PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ASIANOTIK, DAN STATUS GIZI KURANG Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak Disusun Oleh: FADHLI RIZAL MAKARIM 01.210.6151 Pembimbing: dr. Catharina Rini Pratiwi, Sp. A 1

description

Cbd Fadhli Rizal Makarim

Transcript of Cbd Fadhli Rizal Makarim

CASE BASED DISCUSSION

SEORANG ANAK LAKI-LAKI DENGAN BRONKOPNEUMONIA, HIPERTENSI PULMONAL, GAGAL JANTUNG, PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ASIANOTIK, DAN STATUS GIZI KURANG

Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak

Disusun Oleh:

FADHLI RIZAL MAKARIM

01.210.6151

Pembimbing:

dr. Catharina Rini Pratiwi, Sp. A

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2015

1

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : An. A.F

b. Usia : 11 bulan

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Alamat: Blerong 2/3 Guntur, Demak

e. Tanggal Masuk: 9 April 2015

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara allo-anamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 11 April 2015 Bed 19 HND di bangsal Dahlia RSUD Sunan Kalijaga Demak:

a. Keluhan Utama

Kejang

b. Riwayat Penyakit Sekarang

1 hari pasien demam pasien demam, demam dirasa meningkat secara mendadak, dirasakan terus menerus, kemudian pasien kejang 15 menit. Kejang berawal dari tangan (bergerak-gerak), kemudian menjalar ke seluruh tubuh sehingga seluruh tubuh menjadi kaku, mata mendelik ke atas, dan gigi merapat, kedua tangan kaku dan menggenggam. Sebelum kejang pasien sadar, dan setelah kejang sadar dan menangis. Pasien tidak diberikan obat penurun panas, pasien hanya dikompres oleh ibunya. Setelahnya demam sempat mereda. Karena kejang tersebut, orang tua membawa pasien ke RS.

Pasien dibawa ke IGD RSUD Sunan Kalijaga Demak. Pasien kejang berulang 1x di IGD dengan lama serangan 2 menit. Saat kejang mata melotot serta kedua tangan kaku dan menggenggam. Sebelum kejang pasien sadar, dan setelah kejang sadar dan menangis.

Menurut penuturan Ibu, 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien batuk berdahak (+), dan dahak tidak dapat dikeluarkan. Pilek (+) warna bening dan cair. Tetapi, pasien masih terus bermain dan berlari-larian hingga kelelahan. BAK warna kuning, jumlah cukup. BAB normal.

Saat ini pasien mengeluh batuk (+) berdahak, dahak tidak dapat dikeluarkan, pilek (+), nafsu makan menurun (+), minum agak susah (+), sudah tidak demam, muntah (-), BAK dan BAB normal

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Belum pernah kejang sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Kejang:Tidak ada keluarga yang pernah mengalami-

kejang seperti ini.

Riwayat ISPA:Keluarga disangkal, tetapi teman sepermainan

pasien ada yang batuk dan pilek

e. Riwayat Persalinan dan Kehamilan

Anak laki-laki lahir dari ibu G1P0A0, usia kehamilan 39 minggu, lahir secara normal di bidan, langsung menangis, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan saat lahir 48 cm, lingkar kepala dan lingkar dada saat lahir ibu lupa.

Kesan: neonatus aterm, vigorous baby, lahir normal pervaginam.

f. Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal

Riwayat pemeriksaan :

Ibu mengaku rutin memeriksakan kehamilan di bidan 1x setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan. Saat usia kehamilan memasuki 8 bulan, ibu memeriksakan kehamilan di bidan 2x setiap bulan hingga lahir. Ibu juga mengaku mendapat suntikan TT 1x.

Riwayat penyakit selama kehamilan :

Ibu mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan

Riwayat perdarahan selama kehamilan

Disangkal

Riwayat trauma selama kehamilan

Disangkal

Riwayat konsumsi obat :

Minum obat tanpa resep dokter dan jamu disangkal. Obatobatan yang diminum selama masa kehamilan adalah vitamin dan obat penambah darah.

Kesan: riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik.

g. Riwayat Makan dan Minum Anak

ASI diberikan sejak lahir sampai usia 2 tahun, ASI ekslusif sampai 6 bulan.

Sejak usia 6 bulan diberikan makanan tambahan berupa bubur susu.

Mulai usia 10 bulan, anak diberi nasi lunak.

Jenis Makanan

Frekuensi

Nasi

3x sehari @ 1 piring

Tahu / tempe

2x sehari porsi tidak teratur

Telur

Frekuensi dan porsi tidak teratur

Ayam

1x sehari, porsi tidak teratur

Ikan

1x sehari porsi tidak teratur

Sayur

2x sehari, porsi tidak teratur

Buah

Frekuensi dan porsi tidak teratur

Susu

Frekuensi dan porsi tidak teratur

Kesan: kualitas dan kuantitas makanan dan minuman cukup baik

h. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak

i. Pertumbuhan

Lahir: Berat badan 3000 gram.

Panjang badan 48 cm.

Sekarang: Berat badan 14 kg.

Tinggi badan 93 cm.

Lingkar kepala 49,5 cm

Kesan Pertumbuhan normal

ii. Perkembangan (DENVER II) :

Kesan Perkembangan : Sesuai dengan grafik perkembangan

i. Riwayat Imunisasi

Vaksin

I

II

III

IV

BCG

1 bulan

Campak

9 bulan

DPT

3 bulan

4 bulan

5 bulan

Polio

Lahir

1 bulan

3 bulan

4 bulan

Hepatitis B

Lahir

3 bulan

4 bulan

Kesan: Riwayat imunisasi sesuai umur

menurut petugas kesehatan, imunisasi dasar dan ulangan lengkap diberikan berdasarkan informasi dari ibu pasien (tidak disertai bukti KMS)

j. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal bersama kedua orang tua. Ayah pasien bekerja sebagai buruh home industri tembakau, ibu tidak bekerja (ibu rumah tangga),

Biaya pengobatan ditanggung BPJS PBI.

Kesan ekonomi: kurang

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 2 Mei 2014, di bangsal dahlia RSUD Sunan Kalijaga Demak:

Keadaan Umum: tampak lemah, ikterik (-), tanda dehidrasi (-)

Kesadaran: compos mentis

a. Tanda Vital

i. Tekanan darah: 100/60 mmHg

ii. Nadi: 120 x/menit, reguler, isi tegangan cukup

iii. Pernapasan: 24 x/menit, reguler, adekuat

iv. Suhu: 37,9 0C

b. Status Gizi

BB:7,7 kg

TB:70,5 cm

LK:46 cm (mesocephal)

Pemeriksaan status gizi (Z-score) :

WAZ = BB median = 7.7 9.5 = - 2 (Status gizi baik)

SD 0,9

HAZ = TB median = 70,5 73.6 = -1,18 (perawakan tubuh normal)

SD 2,6

WHZ = BB median = 77 8,7 = -1,6 (normal)

SD 0,60

Kesan : berat badan normal, perawakan tubuh normal, status gizi baik

c. Status Generalis

i. Kepala: kesan mesocephal (LK: 49,5 cm), UUB datar

ii. Mata: conjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), reflek pupil (+/+), pupil isokor

iii. Telinga: normotia, low set ear (-), discharge (-)

iv. Hidung: secret (+) bening & kental , napas cuping hidung (-)

v. Mulut: bibir kering (-), lidah kotor (-), tepi hiperemis(-) lidah tremor, pernapasan mulut (-)

vi. Kulit: hipopogmentasi (-), hiperpigmentasi (-)

vii. Leher: pembesaran KGB (-), trachea terdorong (-)

viii. Thorax: Simetris, retraksi (-)

Jantung

Inspeksi: ictus cordis tak tampak

Palpasi: ictus cordis teraba dengan 1 jari dari ICS 5 linea midclavikula 2 cm ke medial, pulsus parasternal (-), pulsus epigastrium (-)

Perkusi:

Kanan jantung: ICS 5 linea sternalis dextra

Atas jantung: ICS 2 linea parasternal sinistra

Pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra

Kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula 2 cm ke medial

Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, bising (-)

Kesan: Normal

Paru

Inspeksi: Pengembangan hemithoraks simetris

Palpasi: Sterm fremitus simetris

Perkusi: Sonor

Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+),

Rhonki (-),Wheezing(-)

ix. Abdomen

Inspeksi: Datar, gerakan peristaltik (+)

Auskultasi: Peristaltik (+), bising usus (+) normal

Perkusi: Tymphani di seluruh kuadran

Palpasi: Supel (+), nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba besar

x. Ekstremitas

Superior

Inferior

Edema

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Pelebaran vena

-/-

-/-

Capillary refill time

< 2/ < 2

< 2/ < 2

xi. Status Neurologis

Rangsang Meningeal:

a. Kaku kuduk: negatif

b. Brudzinsky I IV

Neck sign: negatif

Cheek sign: negatif

Symphisis sign: negatif

Leg sign: negatif

c. Kernig sign: negatif

Pemeriksaan

Ekstremitas Superior

Ekstremitas Inferior

Gerakan

Bebas

Bebas

Kekuatan

5

5

Refleks fisiologis

(+) N / (+) N

(+) N / (+) N

Refleks patologis

(-) / (-)

(-) / (-)

Tonus

Normotonus/ Normotonus

Normotonus/ Normotonus

Klonus

(-) / (-)

3.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah Rutin, Elektrolit, Widal

Darah rutin

10 April 2015

Nilai normal

Hemoglobin (g/dL)

11,3

11,5-13

Ht (%)

34

33-42

Leukosit(x103/mm3)

9.100

6.000-17.500

Trombosit(x103/mm3)

365.000

150.000-400.000

GDS dan Elektrolit

Hasil Lab

(tanggal 10 April 2015 )

Nilai normal

GDS (mg/dl)

117

60-100

Kalsium (mg/dl)

9,71

9-11,5

Natrium (mEq/L)

143,3

135-145

Klorida (mEq/L)

110,5

98-120

Kalium (mEq/L)

5,22

3,5-5,5

Magnesium(mEq/L)

1,9

1,5-2,5

Kesan : gambaran darah rutin normal

GDS normal,

elektrolit normal,

IV. DIAGNOSIS BANDING

1. Observasi Kejang

DD:

i. Kejang serebral

a. Akut

Infeksi

Infeksi intrakranial: meningitis, ensefalitis, meningioensefalitis, abses otak

Infeksi ekstrakranial: kejang demam

Gangguan metabolik

Gangguan elektrolit

SOL

Malformasi

Bahan toksik

b. Kronik berulang: epilepsi

ii. Kejang non-serebral: tetanus

2. Observasi Febris

DD : -DHF

-ISPA

-Malaria

-Demam Thypoid

V. DIAGNOSIS KERJA

1. Diagnosis utama: Kejang Demam Kompleks

2. Diagnosis komorbid: ISPA

3. Diagnosis komplikasi: -

4. Diagnosis gizi: gizi baik

5. Diagnosis sosial ekonomi: kurang

6. Diagnosis Imunisasi: imunisasi dasar lengkap

7. Diagnosis Pertumbuhan : normal

8. Diagnosis Perkembangan: normal

VI. PENATALAKSANAAN

A. TERAPI AWAL

O2 nasal 2 L/menit

Medikamentosa

Infus RL 16 tpm

Stesolid supp. 5 mg

Inj. Diazepam 4 mg i.v. pelan (bila kejang)

Inj. Cefotaxime 3x400 mg i.v.

Inj. Dexamethason 3x Ampul

Inj. Paracetamol 4x100 mg i.v.

Pasien BLPL P/O Cefadroxil syrup 3 x 1 cth

Paracetamol syrup 4 x 1 cth

Ambroxol syrup 3 x cth

VII. PROGNOSIS

Qua ad vitam= ad bonam

Qua ad sanam= ad bonam

Qua ad fungsional= ad bonam

VIII. EDUKASI

a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis yang baik

b. Menjelaskan pada orang tua tentang bagaimana tahapan penanganan pertama kejang demam di rumah, yaitu:

Saat anak kejang, dibawa ke tempat yang aman

Tetap tenang dan tidak panik

Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher

Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut

Kompres dengan air hangat seluruh badan untuk menurunkan panas

Jika anak sadar, beri penurun panas

Ukur suhu, amati dan catat lama dan bentuk kejang

Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti

Segera bawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat

c. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali jika anak mengalami demam. Dan diberikan paracetamol jika panas.

d. Menjelaskan kepada orang tua efek samping dari terapi untuk mencegah rekurensi efektif tetapi harus diingat efek samping seperti mengantuk, depresi pernapasan.

e. Menjelaskan kepada orang tua untuk tidak memberikan makanan yang merangsang seperti berpengawet, berpemanis

f. Kompres hangat apabila anak panas

g. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

h. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

i. Menjelaskan kepada orang tua untuk menghindari faktor pencetus seperti kelelahan, makan dan minum jajan sembarangan, agar terhindar dari demam yang menyebabkan kejang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEJANG DEMAM

1. Definisi

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38% ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan-5 tahun. Anak pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Apabila kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.

(Konsensus kejang demam 2006)

2. Klasifikasi

Klasifikasi kejang demam umumnya dibagi menjadi dua golongan. Kriteria di bawah ini dikemukakan oleh berbagai pakar dimana terdapat perbedaan kecil dalam hal penggolongan tersebut.

Livingston membagi kejang demam menjadi dua golongan yaitu :

a. Kejang demam sederhana

b. Epilepsi yang dicetuskan oleh demam

Ciri kejang demam sederhana menurut Livingston yaitu kejang bersifat sederhana, lama kejang berlangsung singkat ( < 15 menit ), usia waktu kejang demam pertama muncul < 6 tahun, frekuensi serangan 1 4 kali dalam satu tahun, EEG normal. Kejang demam yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tersebut oleh Livingston disebut sebagai epilepsi yang dicetuskan oleh demam.

Menurut Fukuyama, kejang demam dibagi menjadi :

a. Kejang demam sederhana

b. Kejang demam kompleks

Kejang demam sederhana menurut Fukuyama harus memenuhi semua kriteria berikut yaitu :

1. Di keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi

2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun

3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan 6 tahun

4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit

5. Kejang tidak bersifat fokal

6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas perkembangan

8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

Bila tidak memenuhi kriteria di atas, maka digolongkan ke dalam kejang demam komplek.

Menurut ILAE, Commision on Epidemiology and prognosis.

1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)

Berlangsung singkat (< 15 menit)

Umumnya akan berhenti sendiri

Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal

Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam

Merupakan 80% diantara seluruh kejang demam

2. Kejang demam komplek (complex fibrile seizure)

Kejang lama > 15 menit

Kejang fokal satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial

Berulang atau lebih dari 1 x dalam 24 jam

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung > 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam.

Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial

Kejang berulang dalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam

Perbedaan kejang demam dengan kejang disertai demam (Proses intrakranial)

Kejang demam

Kejang disertai demam

Faktor predisposisi genetik

Besar

Kecil / tidak bermakna

Lama kejang

1-3 min, jarang kejang lama

> 10 mnt

Manifestasi klinis pada saat

kejang

Pada saat demam,

sebagian besar krn ISPA

Infeksi SSP

(ensefalitis,meningitis)

Kelainan patologi yang

mendasari

Tidak ada

Perubahan vaskular dan

edema

Status neurologi Post-iktal (paralisis Todds)

Jarang

Sering

3. Insiden

2-4% dari populasi anak 6 bulan - 4 tahun

80 90% merupakan kejang demam sederhana

20% kasus kejang demam kompleks

8% berlangsung > 15

16% berulang dalam waktu 24 jam

2 4% berkembang menjadi epilepsi

4. Penyebab Kejang Demam

Anak-anak pada usia kurang dari 6 tahun mempunyai ambang batas terhadap kejang yang relatif lebih rendah. Sehingga apabila terjadi demam, anak-anak mudah terjadi kejang. Risiko terjadinya kejang demam meningkat apabila terdapat anggota keluarga (orang tua atau saudara) yang pernah kejang demam.

Sedangkan demam pada anak-anak biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Sebagian besar demam pada anak-anak disebabkan infeksi saluran napas atas, diare, otitis media, dan infeksi saluran kemih.

5. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, tapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab, seperti darah perifer, elektrolit dan gula darah.

2. Pungsi Lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.

Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis, oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan

b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

c. Bayi >18 bulan tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

3. Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulang kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.

Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.

4. Pencitraan

Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti CT atau MRI jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi, seperti

a. kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

b. parese nervus VI

c. papiledema

6. Penatalaksanaan

Bagan Penghentian Kejang Demam

ABC tangani

(1)KEJANG

Diazepam rektal 2x pemberian

(5 menit)

Di Rumah Sakit

(2)KEJANG

Diazepam IV perlahan

Kecepatan 1-2 mg/menit (3-5 menit)

(depresi pernafasan dapat terjadi)

jika langsung ada IV line diberi diazepam 2 kali

(3)KEJANG

Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kg BB

Kecepatan 1mg/KgBB/menit atau

< 50mg/menit

(pastikan ventilasi adekuat)

(4)KEJANG

Phenobarbital IV 20 mg/kgBB

Transfer ke ICU

KEJANG (-) Dosis Rumatan

1. Diazepam rektal

0,5 mg/kgBB

BB 10 kg : 10 mg

2. Diazepam IV

0,3-0,5 mg/kgBB max. 20 mg

Tanpa pengenceran (larut dalam minyak)

Onset cepat, ESO banyak

3. Fenitoin IV

10-20 mg/KgBB/kali

Kejang (-) :

4-8 mg/KgBB/hari dibagi 2 dosis, per 12 jam setelah dosis inisial

4. Phenobarbital IV

20 mg/KgBB

Dosis rumatan IV:

4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis

Antikonvulsan pada saat kejang demam

Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan kejang. Diazepam rektal diberikan segera saat kejang berlangsung, dan dapat diberikan di rumah. Diazepam rektal yang dianjurkan adalah 0,3-0,5mg/kgBB. Untuk memudahkan dapat digunakan dosis: 5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg, 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.

Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila 2 kali dengan diazepam masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dan disini dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-05 mg/kgBB.

Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgBB/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal.

Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang intensif (ICU).

Pemberian obat pada saat demam

Pemberian antipiretik saat demam dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Antipiretik diberikan setelah kejang teratasi. Dosis acetaminofen adalah 10-15 mg/kgBB/kali, diberikan 4x sehari dan max pemberian 5x. Dosis ibuprofen adalah 5-10 mg/kgBB/kali, diberikan 3-4x sehari

Pemberian Anti Konvulsan dengan diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam saat demam dapat menurunkan resiko berulangnya kejang, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 C.

Pemberian obat rumatan

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan resiko berulangnya kejang. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat meskipun dapat menimbulkan hepatitis namun insidennya kecil.

Dosis asam valproat 15-40 mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis, fenobarbital 3-4 mg/kgbb/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu) :

Kejang lama lebih dari 15 menit

Adanya kelainan neurologist yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis,cerebral palsy, retardasi mental, hidrosephalus

Kejang fokal

Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :

Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.

Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan

Kejang demam 4x atau lebih per tahun.

Lama pengobatan rumat

Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

Obat untuk menghentikan kejang akut dan mencegah kejang berikutnya

Anti konvulsan dengan masa kerja singkat, penghentian kejang akut

Obat

Pemberian

Dosis

Ulangan

Kecepatan pemberian

komentar

Diazepam

IV,IO

0,3 mg/kg

Maks 10 mg

5 menit

< 2mg/menit

Tanpa dilarutkan

Diazepam

Rectal

0,5 mg/kg

Maks 10 mg

Tiap 5-10menit