Eval - Yanuar & Rizal

13
EVALUASI PERENCANAAN Multicirteria Decision Analysis (MCDA) : A Comprehensive Decision Approach for Management of Contaminated Sediments Yanuar Akbar Anindita / 21040111130072 Arizal Yoga Pratama / 21040111140112

description

EVALUASIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII

Transcript of Eval - Yanuar & Rizal

Page 1: Eval - Yanuar & Rizal

EVALUASI PERENCANAAN

Multicirteria Decision Analysis (MCDA) : A

Comprehensive Decision Approach for

Management of Contaminated Sediments

Yanuar Akbar Anindita / 21040111130072 Arizal Yoga Pratama / 21040111140112

Page 2: Eval - Yanuar & Rizal

1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Metode sistematis untuk menentukan apakah suatu kegiatan mempunyai resiko yang dapat diterima atau tidak merupakan definisi dari evaluasi resiko (risk assessment). Resiko awal yang teridentifikasi tentunya akan dibandingkan dengan kriteria yang diinginkan, jika resiko dibawah kriteria yang dapat ditoleransi maka kegiatan dapat dilakukan, sebalikya jika tidak maka perlu dilakukan pencegahan/pengurangan resiko agar kegiatan dapat diterima.

Multi Criteria Decision Analysis (MCDA) dalam pendekatan komprehensif merupakan salah satu metode dalam evaluasi resiko lingkungan yang diakibatkan oleh sedimen yang terkontaminasi zat beracun. Metode ini memungkinkan keterlibatan berbagai stakeholder yang memiliki kepentingan serta penyertaan berbagai kriteria dalam proses analisis resiko lingkungan sehingga semua aspirasi bisa diakomodasikan serta konflik kepentingan yang terjadi, baik antar stakeholder maupun antar kriteria, bisa diseleksi agar menghasilkan solusi optimal yang bisa diterima semua pihak dan dapat menyelesaikan masalah.

Dalam pengelolaan masalah tersebut dibutuhkan keputusan yang tepat dan seimbang dalam berbagai sisi temuan ilmiah, dan kepentingan dari para stakeholder yang memiliki prioritas dan tujuan yang berbeda. MCDA menyediakan pendekatan sistematis dalam mengintegrasikan tingkat resiko, ketidakpastian, dan penilaian dalam mengelola masalah sedimen yang terkontaminasi dan secara spesifik menjadi suatu aturan dasar perspektif para stakeholder.

1.2 Pengantar Permasalahan

MCDA digunakan dalam mendukung penentuan keputusan dalam masalah pengelolaan sedimen yang terkontaminasi dan program program pendukungnya. Teknik Analisis Multikriteria Pengambilan Keputusan sudah digunakan dalam penentuan kebijakan di dalam proses pengikutsertaan stakeholder, pengurangan kontaminasi sedimen pada ekosistem perairan, pengoptimalan air dan sumber daya pesisir, dan pengelolaan sumber daya lainnya. Beberapa peneliti menyatakan bahwa pendapat dari masyarakat lokal dan stakeholder melalui focus group discussion, survey, yang terintegrasi memiliki peran penting dalam proses penentuan keputusan. Pengaplikasian metode MCDA bermanfaat dalam meningkatkan proses penentuan keputusan dan penentuan kebijakan.

1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan

Tujuan dari paper ini adalah untuk mengkaji Multicriteria Analysis Decision sebagai alat bantu dalam proses pengambilan keputusan dan

Page 3: Eval - Yanuar & Rizal

2

memberikan contoh kasus yang diringkas dari jurnal yang ditentukan (Linkov dkk. 2006. Multicriteria Decision Analysis (MCDA): A Comprehensive Decision Approach for Management of Contaminated Sediments)

1.3.2 Sasaran

Sasaran yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan diatas adalah :

1. Mengkaji pengertian, prinsip Multicriteria Decision Analysis (MCDA) 2. Mengidentifikasi peran MCDA dalam dunia perencanaan 3. Mengkaji metode dan tahapan – tahapan dalam MCDA 4. Mereview Jurnal (Linkov dkk. 2006. Multicirteria Decision

Analysis (MCDA) : A Comprehensive Decision Approach for Management of Contaminated Sediments) sebagai studi kasus penerapan MCDA di dunia perencanaan

II. KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Multi Criteria Decision Analysis

Multi Criteria Decision Analysis (MCDA) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran-ukuran atau aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputuasn. Secara umum dapat dikatakan bahwa MCDM menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif (Kusumadewi et al, 2006). MCDA adalah suatu identifikasi, penetapan alternatif dan analisis, berdasarkan nilai dan preferensi penentu keputusan (Harris dalam Soentoro, 2014). Tujuan dari MCDA adalah untuk menemukan solusi terbaik dari berbagai alternatif berdasarkan pada preferensi penentu keputusan yang termasuk dari kriteria-kriteria penilaian. Hasil proses MCDA adalah nilai perbandingan antara alternatif-alternatif (Baker dalam Soentoro, 2014). Menurut Diaby, dkk (2013) MCDA merupakan suatu metode yang sangat membantu dalam penentuan keputusan yang secara sekaligus menggabungkan beberapa pendapat yang tidak berhubungan, penuh konflik, dan menjadikan suatu keputusan yang baik dalam penentuan keputusan masalah kesehatan.

MCDA merupakan metode yang dikembangkan dan digunakan dalam masalah pengambilan keputusan dan dimaksudkan untuk bisa mengakomodasi aspek-aspek di luar kriteria ekonomi dan keuangan serta juga bisa mengikut sertakan berbagai pihak yang terkait dengan suatu proyek secara menyeluruh dan ilmiah (Karsaman, 1998). Pada prinsipnya metode ini membuat suatu matriks hubungan antara alternatif pilihan dengan kriteria pemilihan yang digunakan, yang juga dilengkapi dengna bobot masing-masing kriteria tersebut. Dalam hal ini aspirasi berbagai stakeholder bisa diakomodasikan dalam hal pemilihan kriteria (termasuk

Page 4: Eval - Yanuar & Rizal

3

pembobotannya) serta dalam hal pemberian nilai terhadap suatu alternatif untuk masing-masing kriteria tersebut (apabila diperlukan).

2.1 Prinsip-Prinsip Multi Criteria Decision Analysis

Dalam praktek sering terjadi adanya konflik kepentingan baik antar kriteria maupun antar stakeholder yang terlibat dan penggunaan metode multi kriteria ini dimaksudkan untuk bisa mengurangi konflik yang terjadi dan menghasilkan keputusan yang optimal dari semua segi yang dipertimbangkan. Di lain pihak kerugian penggunaan metode ini adalah bahwa proses evaluasi lebih kompleks serta perlu daya yang banyak dan ada kemungkinan memiliki tingkat kerumitan yang tinggi dalam penginterpretasian secara sederhana karena kompleksitas dalam proses analisis.

Pada dasarnya ada dua jenis pengembangan metode MCDA yaitu pertama adalah bersifat deskriptif dengna pilihan yang diskrit dan dalam hal ini evaluasi digunakan untuk memilih alternatif terbaik (atau urutannya) dari pilihan yang ada, sedangkan yang kedua berdasarkan fungsi-fungsi matematik dengan pilihan yang bisa tidak terbatas dengan tujuan untuk mencari solusi optimum dari suatu persolan.

Seperti disebutkan sebelumnya prinsip MCDA dilakukan dengan membuat matriks hubungan antara alternatif dengan kriteria pemilihan yang digunakan seperti tabel berikut:

Sumber: Karsaman, 1998

Tabel 2.1 Contoh Matriks Hubungan Antara Alternatif-Alternatif Versus Kriteria

Pemlihan

2.2 Peran Multi Criteria Decision Analysis dalam Perencanaan dan

Pembangunan Wilayah dan Kota Kebijakan strategis adalah kebijakan yang tidak sering dilakukan,

hanya dibuat oleh para pemimpin dari suatu lembaga / organisasi / pemerintahan yang secara kritis mempengaruhi keberlangsungan lembaga / organisasi / pemerintahan Negara tersebut (Montibeller & Franco, 2007). Dalam dunia perencanaan, terutama perencanaan wilayah dan kota, salah satu prodak perencanaan dari atas (top-down planning) adalah perencanaan strategis. Perencanaan strategis bisa juga

Page 5: Eval - Yanuar & Rizal

4

dikatakan sebagai perencanaan jangka panjang , komprehensif , rasional. Di Indonesia contoh dari prodak perencanaan strategis adalah RTRWN, RPJP, RTRK.

Lebih jauh lagi, proses membuat, mengevaluasi dan mengimplementasikan kebijakan strategis penuh dengan ketidakpastian yang tinggi dan konsekuensi yang berjangka panjang. Selain itu, kebutuhan dari para pemangku kepentingan kunci memberikan pengaruh signifikan dalam kegiatan ini (Montibiller & Franco, 2007).

Multicriteria Decision Analysis (MCDA) adalah alat yang dibuat untuk membantu memecahkan masalah dalam penentuan pilihan terbaik. MCDA membantu para pembuat kebijakan untuk mengkaji langkah – langkah yang akan dipilihnya berdasarkan ranking dari pembobotan suatu kumpulan paket kriteria evaluasi/ kriteria alternatif pilihan (Figueira et al, 2005; Lu et al, 2007; Simonovic, 2009). MCDA bisa dikategorikan kedalam pendekatan kuantitatif maupun kualitatif, mempunyai horizon yang luas dan dapat membantu menghadapi ketidakpastian dalam membuat kebijakan (NAMS, 2004). MCDA sangat terstruktur, rasional, konsisten dan transparan dalam menangani permasalahan pemilihan kebijakan yang kompleks pada dunia perencanaan (Lai et al, 2008).

MCDA adalah suatu kerangka kerja untuk menganalisis setiap permasalahan dari suatu kebijakan yang akan diambil, memiliki karakteristik seperti tujuan yang bermacam – macam dan kriteria yang beragam. MCDA sendiri terdiri dari berbagai variasi teknik seperti PROMETHEE (Morais dan Almeida, 2007; Silva et al, 2010), ELECTRE II (Bouchard et al , 2010), Multi Attribute Utility Theory (MAUT) (Edward, W, 1997). Simple Multi Attribute Rating Technique (SMART) (Edward, 1994) Analytical Hierarchial Process (AHP) (Saaty, TL, 1980) Fuzzy TOPSIS (Afshar et al, 2011) dan Fuzzy AHP (Wang et al, 2011). Setiap teknik yang diterapkan memiliki perbedaan dalam cara penentuan ranking, kekompleksan permasalahan dan keluaran yang diharapkan. Pada praktik perencanaan, metode yang seringkali digunakan juga tergantung akan bidang yang dihadapi, untuk permasalahan yang lebih komprehensif biasanya menggunakan MAUT atau AHP, pada kasus permasalahan lingkungan seperti pada contoh bahasan ini, metode yang dipilih adalah PROMETHEE.

Dalam dunia perencanaan, permasalahan yang sangat kompleks memaksa para pengambil keputusan untuk harus dengan bijak melihat semua aspek secara holistik. MCDA dapat membantu mereka untuk melihat dari berbagai perspektif para ahli, stakeholder dan masyarakat. Pada kenyataannya di dunia perencanaan, metode seperti ini sering dilakukan dalam bentuk Group Decision Making (GDM), di Indonesia biasanya diadakan dalam acara seperti Focus Group Discussion pada masa proyek pembuatan Rencana Tata Ruang yang melibatkan Bappeda, Kontrakor, Tenaga Ahli dan Perwakilan masyarakat. Meskipun,

Page 6: Eval - Yanuar & Rizal

5

pada penerapannya belum secara total menggunakan MCDA sebagai metode pengambilan keputusan, tetapi hakikatnya telah melibatkan banyak pihak.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Multi Criteria Decision Analysis

Beberapa program aplikasi MCDA yang cukup terkenal luas pemakaiyannya dan biasanya akan sangat berguna untuk menangani masalah-masalah yang cukup kompleks sifatnya adalah antara lain:

- Analytical Hierarchy Process (AHP) Method yang dikembangkan oleh Thomas Saaty dari Amerika dan program khusus untuk penggunaannya disebut Expert Choice (Haas & Meixner, tanpa angka tahun).

- Concordance Analysis yang salah satu penerapan metodenya yang dikembangkan oleh B. Roy dan diberi nama ELECTRE (Elimination and Choice Translating Reality), pada 1960-an.

- PROMETHEE (Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation) dikembangkan oleh Brans dari Belgia dengan program analisis disebut PROMCALC-GAIA. Secara umum, MCDA memiliki beberapa tahapan-tahapan analisis

yang dilakukan, tahapannya yaitu: 1) Penerapan Pengambil Keputusan atau Aktor yang Terlibat

Tahapan ini perlu diidentifikasi siapa yang akan menjadi pengambil keputusan atau stakeholder yang akan dilibatkan dalam proses analisis. Stakeholder bisa berupa individual ataupun kelompok yang mewakili pihak-pihak yang terlibat. 2) Penentuan Alternatif Pilihan

Penentuan alternatif pilihan merupakan hasil proses perencanaan ataupun scenario yang ditentukan sebelumnya. Perlu diperhatikan bahwa alternatif pilihan itu harus bisa dibandingkan satu sama lain dalam berbagai aspek. 3) Penentuan Kriteria Pemilihan

Penentuan kriteria yang akan digunakan dalam pemilihan harus mempertimbangkan siapa yang akan menjadi pengambil keputusan ataupun stakeholder yang akan dilibatkan, dilihat dalam segi intelektual, kepentingan dan lain-lain. Kriteria ini bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan syaratnya adalah lengkap, jumlahnya minimum, operasional, tidak merupakan hal yang sama serta independen (Koeney & Raiffa, 1976). Kriteria ini bisa dikelompokkan menurut waktu, ruang maupun sudut pandang group serta bisa dilakukan secara deduktif, induktif ataupun kombinasi keduanya. 4) Penentuan Nilai Utilitas

Dalam penentuan nilai, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, yaitu menyangkut skala pengukuran, arah penilaian, dan cara pengukuran. Sesuaikan dengan karakteristik kriteria yang

Page 7: Eval - Yanuar & Rizal

6

digunakan, kuantitatif dan kualitatif. Arah penilaian ditetapkan untuk menentukan positif atau negatifnya suatu penilaian. Cara pengukuran yang dapat dilakukan yaitu: kuantitatif langsung (perhitungan ataupun simulasi), kualitatif langsung (klasifikasi), kuantitatif tidak langsung (pembandingan pasangan), kualitatif tidak langsung (menggunakan skala ordinal). 5) Penentuan Bobot Kriteria

Dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: analisis preferensi (penilaian diberikan langsung oleh juri yang ditunjuk), analisis sifat (penilaian didasarkan pada pengamatan atas fenomena yang terjadi, terutama untuk pengkajian proyek yang berulang kali dilakukan dengan sifat yang serupa), penilaian langsung (bobot yang digunakan mewakili aspek yang bisa diukur, contohnya yaitu rencana anggaran per sektor), penilaian tidak langsung (jika pemilihan kriteria juga menjadi objek analisis maka nilai tiap kriteria dijadikan bobot analisis selanjutnya). 6) Penentuan Alternatif Terpilih

Pada prinsipnya penentuan alternatif bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai macam teknik pengolahan data dan analisis menurut Pearman (1978): metode penghilangan bertahap (bersifat langsung, tidak perlu pembobotan dan tidak terlalu teliti hasilnya, serta biasanya mencari solusi tunggal), metode leksikografis (nilai atau dampak dari alternatif yang bersangkutan diranking atau diklasifikasikan menurut tingkatan tertentu, selanjutnya alternatif yang ada diurutkan sesuai dengan banyaknya aspek yang mendapatkan penilaian bagus), metode pendekatan spasial (menggunakan bentuk geometrik untuk menggambarkan rentang nilai yang bisa diterima, dan alternatif yang masuk dalam rentang tersebut bisa dipilih sebagai alternatif terbaik), metode pembobotan (metode yang mengikutsertakan pembobotan kriteria sebagai salah satu elemennya), pendekatan frekuensi (data yang ada dirubah ke dalam binary atau skala nominal). 7) Analisis Sensitivitas

Untuk mengurangi resiko ketidaktepatan pengambilan keputusan yang diakibatkan oleh ketidakpastian atau kesalahan peramalan dan perkiraan tersebut, maka dalam MCDA dilakukan analisis sensitivas terhadap hasil yang ada. Dilakukan dengan mengubah scenario keadaan (mengubah nilai-nilai dampak, mengubah bobot kriteria, dan lain-lain) kemudia hasil berbagai scenario ini dibandingkan kembali dengan hasil dasar (yang biasanya dianggap sebagai scenario yang paling mendekati atau yang diharapkan terjadi) untuk melihat seberapa jauh pengaruh dari perubahan-perubahan tersebut bisa diantisipasi dengan hasil yang ada.

Page 8: Eval - Yanuar & Rizal

7

IV PEMBAHASAN IMPLEMENTASI METODE MULTI KRITERIA DALAM PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA

4.1 Multicirteria Decision Analysis (MCDA) : A Comprehensive Decision Approach for Management of Contaminated Sediments

Banyak endapan dapat kita temui pada sungai – singai, danai dan laut. Banyak dari endapan tersebut telah terkontaminasi sebagai akibat dari kegiatan manusia pada hulu aliran air tersebut. Kontaminan biasanya dikarenakan pembuangan kegiatan industri dan permukiman.

Penanganan sedimen yang terkontaminasi memerlukan perhatian banyak para ahli. Pengaruh yang begitu luas terhadap kehidupan masyarakat membuat manajemen penanganan sedimen terkontaminasi ini membutuhkan perhatian mulai dari para ahli kesehatan, ahli ekologi, geoligi, limnologi, ahli lingkungan, perencana kota, hingga stakeholder – stakeholder yang sangat terkait yaitu pemerintah, pemilik usaha, industri dan masyarakat luas. Penentuan kebijakan masalah kontaminasi lingkungan seperti ini melibatkan banyak pendapat dari para ahli. Tantangan dalam menentukan kebijakan ini dibuatlah wadah dan peraturan yang berupa suatu manajemen pengelolaan lingkungan.

Di dalam teknik menentukan kebijakan, ada 3 macam pendekatan yang dapat dilakukan manajemen pengelolaan lingkungan, pendekatan – pendekatan itu antara lain multicriteria decision analysis (MCDA) , Comparative Risk Assesment (CRA) dan Ad Hoc Decision Making. Perbedaannya terletak pada bagaimana elemen – elemen proses penentuan kebijakan, dimana tingkat keberpengaruhan stakeholder paling tinggi pada pendekatan MCDA. MCDA lebih sistematis dalam menentukan kebijakan karena setiap pendapat diberikan pembobotan yang sesuai dan penentuan alternatif kebijakan seluruhnya berdasarkan hasil dari pembobotan itu, bukan dilakukan oleh pengambil kebijakan itu sendiri.

Pendekatan MCDA mendukung pengambilan keputusan dalam manajemen pengelolaan sedimen terkontaminasi dan wilayah sekitar yang terpengaruh. Teknik ini telah diaplikaskan untuk mengoptimalkan pemilihan kebijakan. Kebijakan – kebijakan itu antara perbaikan area terkontaminasi, pengurangan kontaminasi dalam ekosistem air, dan pengoptimalan sumberdaya air dan pesisir serta manajemen terhadap sumberdaya lainnya disekitar area.

Penentuan program – program kebijakan diatas kemudian ditentukan konteks pemilihannya yang didapatkan dari metode – metode dari literature. Misalnya dalam program perbaikan area terkontaminasi, metode – metode yang dipakai seperti analisis resiko, AHP, SMART, MAUT. Pada program pengurangan kontaminan di ekosistem perairan seperti cost – benefit analysis, Fuzzy outranking, dll. Artinya semua program yang akan dijalankan dalam mengatasi suatu masalah, sebelumnya dilakukan pertimbangan – peritmbangan sedemikian rupa yang berdasarkan pendapat para ahli.

Page 9: Eval - Yanuar & Rizal

8

4.1.1 Aplikasi metode MCDA untuk Manajemen Pengelolaan Sedimen Terkontaminasi terkait Perencanaan Wilayah dan Kota Apapun konteks permasalahannya, keterlibatan para ahli, pemangku

kepentingan dan pengambil keputusan sangat penting dalam keberhasilan pengambilan keputusan terlebih mengenai lingkungan. Peran – peran mereka memiliki kedudukannya masing – masing. Para pengambil keputusan melakukan identifikasi masalah dan apa yang menjadi kendala – kendala dalam pengambilan keputusan. Sementara itu, para pemangku kepentingan memberikan kriteria – kriteria dan alternatif yang dapat dilakukan berupa input dari permasalahan itu, pembobotan terhadap permasalahan dan setiap kriterianya. Kemudian para ahli memberikan penilaian – penilaian berdasarkan metode – metode yang sudah teruji sesuai bidang pembahasannya, mereka memberikan ukuran / pertimbangan dari kriteria yang menentukan keberhasilan dari setiap alternatif kebijakan yang akan dilaksanakan.

Dalam lingkup Perencanaan Wilayah dan Kota, lingkungan menjadi salah satu aspek terpenting yang diperhatikan karena termasik dalam tujuan utama suatu perencanaan yang berkelanjutan adalah keberhasilan melestarikan lingkungan. Penggunaan MCDA sebagai suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis pengambilan keputusan terhadap rencana – rencana yang disusun merupakan hal yang cukup bijak dan transparan karena adanya pelibatan pengambil keputusan, stakeholder dan para ahli serta masyarakat.

Pada contoh kasus di Sunga Cocheco, New Hampshire tepatnya Kota Dover, penerapan MCDA telah dilakukan untuk penanganan sedimen terkontaminasi di kota tersebut. Secara garis besar, proses MCDA yang dilakukan pada kasus ini sebagai berikut :

Page 10: Eval - Yanuar & Rizal

9

Sumber: Linkov dkk, 2006

Tabel 4.1 Proses MCDA pada Manajemen Pengelolaan Sedimen Terkontaminasi

•Melakukan interview terstruktur kepada para pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi kriteria pemilihan dan tujuan

•WHAT LEVEL of INVOLVEMENT .....? , WHAT CONCERNS ..... ?, HOW ....? HOW'S YOUR PARTICIPATION....? WHAT DO YOU WANT .... ?

•Penilaian 4 aspek utama : ekonomi, kualitas lingkungan, habitat manusia dan habitat ekologis.

Identification of Criteria

•Pembobotan pada setiap kriteria dilakukan oleh stakeholder dan responden lain yang terkait

•Para ahli melakukan pengukuran dari setiap pembobotan dan analisis pada setiap aspek : Human Habitat, Ecological Habitat, Environmental Quality, Cost

Gatherig Value Judgement

•kebijakan yang ditentukan antara lain : Cement manufacture, Flowable Fill, Wetlands Restoration & Upland Disposal Cell

•hasil dari pengukuran (terhadap 4 kriteria) menentukan mana yang lebih penting

Determining performance

•setiap alternatif resiko dinilai sebagai sesuatu yang terpisah, saling menjatuhkan berdasarkan nilai performanya.

•dengan menggunakan metode pair - wise PROMETHEE (software Decision Lab) ranking yang dilakukan berdasarkan kalkulasidari nilai positif dan negatifnya.

•hasil dari kalkulasi dipilih yang memiliki nilai terbesar.

•hasil ini menjadi preferensi terkuat dalam pemilihan keputusan nantinya.

•resiko terkecil dengan tingkat kemendesakkan dan kebermanfaatan tertinggi menjadi prioritas pemilihan kebijakan utama.

Rank Final Alternatives

Page 11: Eval - Yanuar & Rizal

10

Sumber: Linkov dkk, 2006

Tabel 4.2 Proses MCDA pada Manajemen Pengelolaan Sedimen Terkontaminasi

berdasarkan pembobotan diatas, Cement manufacture memiliki bobot

tertinggi pada Cost diberi poin +3, tetapi tidak memberikan manfaat pada Ecological habitat & Human habitat sehingga mendapat poin negative -2, jika dijumlahkan hanya mendapatkan +2 poin saja. Bobot total yang sama juga didapatkan oleh Wetlands Restoration meskipun memakan Cost yang tinggi, tetapi memberikan dampak bagi ekologi dan manusia secara signifikan sehigga mendapatkan bobot total sebanyak +2 juga.

Ketika menghadapi keadaan demikian, maka perlu dibuat pengurutan ulang dengan melakukan penyederhanaan yang mana selanjutnya stakeholder harus menilai mana dari kebijakan yang paling penting, paling stabil, dan paling sedikit ketidakpastiannya berdasarkan pembobotan lagi dijumlahkan dengan hasil pembobotan sebelumnya. Berdasarkan hasil pembobotan ulang itu, maka ditemukan urutan kebijakan dari yang paling penting untuk dilaksanakan terlebih dahulu

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Prinsip pendekatan MCDA tidak begitu diperlukan dalam penentuan keputusan yang terbaik tetapi berguna dalam peningkatan pemahaman dari perbedaan kepentingan stakeholders. MCDA sebagai alternatif teknologi baru dalam pengolahan sedimen yang terkontaminasi pada proses penentuan keputusan. Stakeholders ikut terlibat dalam proses penentuan keputusan kepentingan namun kurang efektif dalam survey tertulis. Peneliti menyadari bahwa pentingnya stakeholders dalam pengelolaan masalah lingkungan tersebut, namun terdapat kesulitan pada proses menciptakan metrif kuantitatif yang dapat diukur. Sistematika MCDA lebih efektif pada identifikasi alternatif yang terbaik, menemukan sensitivitas pada alternatif-alternatif dalam pembobotan, dan mensortir proses tradeoff oleh stakeholder. Partisipasi dari stakeholder dan proses penentuan keputusan mendukung dalam pengelolaan lingkungan, sebagai panduan

Wetlands Restoration Cement Manufacture Upland Disposal Cell

Flowable Concrete Fill.

Page 12: Eval - Yanuar & Rizal

11

penentuan efektivitas biaya terhadap publik dan mempengaruhi masyarakat untuk ikut terlibat dlaam proses penentuan keputusan.

5.2 Rekomendasi

Multicriteria Decision Analysis sebagai alat bantu menentukan kebijakan yang paling bijak, transparan dan terpercaya ini sangat baik untuk diterapkan pada praktik perencanaan di Indonesia. Seringkali hasil dari perencanan atau suatu kebijakan tidak tepat sasaran mungkin dikarenakan kurang terbukanya para pengambil keputusan dalam menimbang – nimbang resiko, ketidakpastian, kebermanfaatan dan tingkat keberhasilannya kepada pihak – pihak terkait, para ahli dan masyarakat. Maka dari itu, alat analisis MCDA yang membantu menentukan kebijakan ini bisa dijadikan langkah awal para pengambil keputusan dalam membuat keputusan yang tepat, penuh kepastian, tepat sasaran dan memiliki kebermanfaatan yang berguna bagi kemaslahatan masyarakat.

Page 13: Eval - Yanuar & Rizal

12

DAFTAR PUSTAKA Barfod, Michael Bruhn Barfod. 2012. “An MCDA Approach for the Selection of

Bike Projects Based on Structuring and Appraising Activities”. Department of Transport, Technical University of Denmark. Bygningstorvet, Denmark.

Diaby, V., Campbell, K., and Goeree, Ron. 2013. “Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA) in Health Care: A Bibliometric Analysis”. Journal. Institute St. Joseph’s Hamilton. Ontario, Canada.

E. Harisson, dkk. 2011. “Multi-Criteria Decision Analysis: A Strategic Planning Tool for Water Loss Management”.

Haas, R., and Meixner, O. Tanpa Angka Tahun. “An Illustrated Guide to the Analytic Hierarchy Process”. Institute of Marketing and Innovation, University of Natural Resources and Applied Life Sciences. Vienna.

Keeney, R.L and Raiffa, H., 1976. “Decision with Multiple Objective: Preferences and Value of Trade-off”. Willey. New York, U.S.A.

Montibeller, Gilbert and Franco, Alberto. 2010. “Multicriteria Analysis, Applied Optimisation: Multi-Criteria Decision Analysis for Strategic Decision Making”. Springer-Verlag. Berlin, Germany.

Pearman, A.D., 1978. “An Assesment of Multiple Criteria Decision Making Methods and Their Potential Use in Comparability Studies Between Trunk Road and Rail Investment: A Report Prepared for the British Rail Road”. School of Economic Studies, University of Leeds. Leeds, U.K.

Polatidis, H., dkk. 2006. “Selecting an Appropriate Multi-Criteria Decision Analysis Technique for Renewable Energy Planning. University of Aegean.

Soentoro, Edy Anto dkk. 2014. “Fair Budgeting Formulation for O&M of Irrigation Using Multi-Criteria Decision Analysis: WA and AHP Methods”. Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil. Institut Teknologi Bandung, Indonesia.