Fragmen Askep Farmako Napza

9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENGOBATAN PENYALAHGUNAAN NAPZA A. PENGKAJIAN Prinsip pengkajian yang dilakukan dapat menggunakan format pengkajian di ruang psikiatri atau sesuai dengan pedoman yang ada di masing-masing ruangan tergantung pada kebijakan rumah sakit dan format pengkajian yang tersedia. Adapun pengkajian yang dilakukan meliputi : a. Perilaku (dapat dilihat pada tabel perilaku klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA) TINGKAH LAKU PASIEN PADA PENGGUNAAN GANJA Kontrol diri menurun, bahkan bisa hilang sama sekali. Menurunnya motivasi perubahan Euforia ringan TINGKAH LAKU PASIEN PADA PENGGUNAAN OPIOIDA Terkantuk-kantuk Bicara cadel Koordinasi motorik terganggu Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian Perilaku manipulatif untuk mendapatkan zat adiktif Kontrol diri kurang 15

Transcript of Fragmen Askep Farmako Napza

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENGOBATAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

A. PENGKAJIANPrinsip pengkajian yang dilakukan dapat menggunakan format pengkajian di ruang psikiatri atau sesuai dengan pedoman yang ada di masing-masing ruangan tergantung pada kebijakan rumah sakit dan format pengkajian yang tersedia. Adapun pengkajian yang dilakukan meliputi :a. Perilaku (dapat dilihat pada tabel perilaku klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA)TINGKAH LAKU PASIEN PADA PENGGUNAAN GANJA

Kontrol diri menurun, bahkan bisa hilang sama sekali.

Menurunnya motivasi perubahan

Euforia ringan

TINGKAH LAKU PASIEN PADA PENGGUNAAN OPIOIDA

Terkantuk-kantuk

Bicara cadel

Koordinasi motorik terganggu

Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian

Perilaku manipulatif untuk mendapatkan zat adiktif

Kontrol diri kurang

TINGKAH LAKU PASIEN PADA PENGGUNAAN KOKAIN

Hiperaktif

Euforia, elasi sampai agitasi

Iritabilitas

Halusinasidan waham, mirip seperti pasien skizofernia paranoid

Kewaspadaan berlebihan

Sangat tegang

Gelisah, insomnia

Tampak membesar-besarkan sesuatu

Dalam keadaan overdosis: kejang, delirium, dan paranoid.

TINGKAH LAKU PASIEN PADA PENGGUNAAN HALUSINOGEN

Tingkah lakunya tidak dapat diramalkan

Tingkah lakunya merusak diri

Halusinasi, ilusi

Distorsi waktu dan jarak, seolah waktu berjalan lambat dan jarak terasa panjang, hal yang menyebabkan pasien cenderung mendapat kecelakaan dalam berkendara

Sikap merasa diri besar

Kewaspadaan meningkat

Depersonalisasi

Pengalaman yang gaib/ ajaib

b.Faktor penyebab dan faktor pencetus 1. Faktor Penyebab / Faktor Internal - Faktor KepribadianLebih cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan untuk memecahkan masalah secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan cara melarikan diri. InteligensiaPada umumnya berada pada taraf di bawah rata-rata dari kelompok usianya. Usia. Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu Pemecahan MasalahPada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada permasalahan yang ada.2. Faktor Pencetus / Faktor Eksternal- KeluargaTerdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu:1)Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan narkoba.2)Keluarga dengan manajemen yang kacau.3)Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. 4)Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini, peran orang tua sangat dominan.5)Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.6)Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu.- Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu.

Faktor KesempatanKetersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai pemicu seseorang menjadi pecandu. Pengalaman feel good saat mencoba drugs akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan dan akhirnya menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi pecandu karena disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus atau secara bersamaan. Karena ada juga faktor yang muncul secara beruntun akibat dari satu faktor tertentu.

c. Mekanisme koping yang digunakan oleh penyalahguna zat meliputi: - Penyangkalan (denial) terhadap masalah - Rasionalisasi - Memproyeksikan tanggung jawab terhadap perilakunya - Mengurangi jumlah alkohol atau obat yang dipakainyad. Sumber-sumber koping (support system) yang digunakan oleh klien

B. DIAGNOSIS KEPERAWATANMasalah keperawatan yang sering terjadi di ruang detoksifikasi adalah selain masalah keperawatan yang berkaitan dengan fisik juga masalah keperawatan seperti:a. Koping individu tidak efektif: ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptifb. Gangguan konsep diri: harga diri rendahc. Risiko mencederai diri: penyalahgunaan zat Sedangkan masalah keperawatan di ruang rehabilitasi bisa sama dengan di ruang detoksifikasi, maka fokus utama diagnosa keperawatan NANDA di ruang rehabilitasi adalah:a. Koping keluarga tidak efektif: ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptifb. Defisiensi aktivitas pengalih berhubungan dengan kurang aktivitas pengalihan di lingkunganDiagnosis lain:1.Gangguan persepsi sensori pada penggunaan halusinogen 2.Gangguan hubungan sosial manipulatif 3.Gangguan konsep diri:HDR Alkohola)Risiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi afektif)b)Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologisHalusinogena)Ansietas berhubungan dengan penyalahgunaan zatStimulana)Gangguan pola tidur berhubungan dengan sensori sistem saraf pusatb)Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agens farmasi/obatDepresana)Gangguan pola tidur berhubungan dengan hipersensitifitasb)Kerusakan pertukaran gas: pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

C. PERENCANAAN1. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan ketidakadekuatan koping sebelumnya dengan substitusi obatKriteria hasil:- Mengungkapkan kesadaran hubungan tentang penyalahgunaan zat pada situasi saat ini-Mengidentifikasikan perilaku/konsekuensi koping takefektif- Menggunakan keterampilan koping/pemecahan masalah- Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan- Ikut serta dalam kelompok pendukung (bila ada) secara teraturIntervensi:a. Mandiri- Pastikan dengan apa pasien ingin dipanggil- Tentukan pemahaman situasi saat ini dan metode koping sebelumnya/yang lain terhadap masalah kehidupan- Tetap bersikap tidak menghakimi- Berikan umpan balik positif untuk mengekspresikan kesadaran terhadap menyangkal pada diri sendiri/orang lain- Pertahankan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam kelompok pemulihan/terapi secara teratur- Atur aktivitas hiburan yang berhubungan denagn pemulihan- Gunakan dukungan sebaya untuk mendapatkan cara-cara koping pada kebutuhan obat- Berikan informasi tentang penggunaan adiktif- Dorong dan dukung pengambilan tanggung jawab pasien untuk pemulihannya sendiri- Susun batasan dan hadapi upaya untuk membuat pemberi menanggung kebutuhan khusus- Bantu pasien untuk belajar/mendorong penggunaan keterampilan relaksasi, bimbingan imajinasi, visualisasi.b. Kolaborasi- Berikan obat-obat sesuai indikasi- Dorong keterlibatan dalam asosiasi bantuan diri

D. IMPLEMENTASIDilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan

E. EVALUASIEvaluasi penyalahgunaan dan ketergantungan zat tergantung pada penanganan yang dilakukan perawat terhadap klien dengan mengacu kepada tujuan khusus yang ingin dicapai. Sebaiknya perawat dan klien bersama-sama melakukan evaluasi terhadap keberhasilan yang telah dicapai dan tindak lanjut yang diharapkan untuk dilakukan selanjutnya.Jika penanganan yang dilakukan tidak berhasil maka perlu dilakukan evaluasi kembali terhadap tujuan yang dicapai dan prioritas penyelesaian masalah apakah sudah sesuai dengan kebutuhan klien.Klien relaps tidak bisa disamakan dengan klien yang mengalami kegagalan pada sistem tubuh. Tujuan penanganan pada klien relaps adalah meningkatkan kemampuan untuk hidup lebih lama bebas dari penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Perlunya evaluasi yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan, akan lebih baik perawat bersama-sama klien dalam menentukan tujuan ke arah perencanaan pencegahan relaps.21