FIELDTRIP GUNUNG IJEN 25 MEI 2013 (EKO VIDHOTOMO - 0910933001).pdf

download FIELDTRIP GUNUNG IJEN 25 MEI 2013 (EKO VIDHOTOMO - 0910933001).pdf

of 32

description

Monitoring gunung api

Transcript of FIELDTRIP GUNUNG IJEN 25 MEI 2013 (EKO VIDHOTOMO - 0910933001).pdf

  • LAPORAN

    FIELDTRIP GUNUNG IJEN

    Disusun sebagai pengganti kuis mata kuliah Fisika Gunung Api dan sebagai pelaporan hasil kuliah

    lapang (Fieldtrip) yang dilaksanakan di Gunung Ijen, Banyuwangi pada tanggal 25 Mei 2013

    Disusun oleh :

    Eko Vidhotomo

    NIM. 0910933001

    \

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    2.1 Latar Belakang

    Secara geografis, Indonesia dilewati oleh jalur cincin api pasifik yang

    merupakan tempat bertemunya dua lempeng tektonik yang aktif bergerak

    bergeser. Ini menyebabkan hampir semua gunung api yang dilewati oleh jalur

    cincin api ini berstatus aktif. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 400 gunung

    api, dengan 130 diantaranya berstatus aktif. Oleh karena itu, Indonesia

    menyimpan bencana yang sewaktu waktu dapat terjadi oleh karena gunung api

    tersebut, seperti letusan, hembusan asap kawah.

    Salah satu gunung api aktif di Jawa Timur adalah Gunung Ijen. Secara

    administratif, Gunung Ijen terletak pada dua kabupaten yaitu Kabupaten

    Banyuwangi dan Bondowoso. Gunung Ijen mempunyai sebuah kawah yang

    merupakan kawah gunung api terbesar di dunia. Selain itu, gunung api ini

    menghasilkan belerang yang terdapat didekat kawah yang dalam kesehariannya

    dilakukan penambangan oleh para penambang belerang. Oleh karena itu, gunung

    api ini tergolong unik sehingga banyak dikunjungi wisatawan lokal dan

    mancanegara. Namun belum lama ini, Gunung Ijen ini mengalami peningkatan

    aktifitas sehingga statusnya dinaikkan dari waspada menjadi siaga dan aktifitas

    disekitar kawah dihentikan.

    Secara umum, Fisika Gunung Api merupakan suatu mata kuliah Pilihan

    konsentrasi geofisika yang berkaitan dengan kegunungapian. Mata kuliah ini

    bertujuan mempelajari gejala vulkanisme menggunakan metode geofisika untuk

    pemantauannya. Metode yang digunakan untuk pemantauannya dapat berupa

    pemantauan kegempaan, suhu, ataupun deformasi. Untuk lebih memahami jenis

    jenis pemantauannya di Pos Pengamatan Gunung Api, maka dilakukan Fieldtrip

    Gunung Api yang dilakukan di Pos Pengamatan Gunung Ijen.

    2.2 Tujuan

    Tujuan dari fieldtrip Fisika Gunung Api ini adalah

    1. Mengetahui pemantauan yang dilakukan oleh PPGA Ijen.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 2

    2. Mengetahui jenis jenis gempa yang terekam di PPGA Ijen.

    3. Mengetahui aktifitas Gunung Ijen selama satu tahun terakhir.

    4. Mengetahui potensi dan manfaat panas bumi di sekitar Gunung Ijen.

    2.3 Waktu dan Lokasi Fieldtrip

    Fieldtrip ini dilaksanakan pada hari sabtu, 25 Mei 2013 yang dilaksanakan

    dengan mengunjungi PPGA Ijen di dusun Panggungsari, desa Tamansari,

    kecamatan Glagah, Banyuwangi serta meninjau sumber air panas yang berada di

    lereng Gunung Ijen yaitu bertempat di Blawan.

    2.4 Manfaat Fieldtrip

    Adapun manfaat dari Fieldtrip Fisika Gunung Api ini adalah

    1. Dapat memahami dan melihat pemantauan gunung api secara langsung.

    2. Dapat mengetahui jenis jenis gempa yang terekam di PPGA Ijen.

    3. Dapat mengetahui perkembangan aktifitas Gunung Ijen selama setahun

    terakhir.

    4. Dapat diketahui potenasi dan manfaat panas bumi di sekitar Gunung Ijen.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Gunung Api

    Gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefenisikan sebagai

    suatu sistem saluran fluida panas (bantuan dalam wujud cair atau lava) yang

    memanjang dari kedalaman sekitar 10 km dibawah permukaan bumi sampai ke

    permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan

    pada saat meletus. Gunung api terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung api

    yang paling dikenali adalah gunung api yang berada di sepanjang busur Cincin

    Api Pasifik (Pasifik Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis

    bergeseknya antara dua lempengan tektonik. Gunung api terdapat dalam beberapa

    bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung api yang aktif mungkin berubah

    menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati.

    Bagaimanapun gunung api mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum

    berubah menjadi aktif kembali.

    2.2 Jenis jenis Gunung api

    2.2.1 Jenis Gunung api Berdasarkan Bentuknya

    a. Gunung api strato (Stratovolcano)

    Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah ubah

    sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis lapis dari beberapa

    jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang

    kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa

    ratus kali. Salah satu contoh dari gunung api ini adalah Gunung Merapi.

    b. Gunung api perisai (Shieldvolcano)

    Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih

    cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam),

    bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang

    bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung api ini terdapat di kepulauan

    Hawai.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 4

    c. Cinder Cone

    Merupakan gunung api yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik

    menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk

    mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya diatas 500 meter dari tanah

    di sekitarnya.

    d. Kaldera

    Gunung api jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang

    melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung

    Bromo merupakan jenis ini.

    2.2.2. Klasifikasi Gunung Api di Indonesia

    a. Gunung api Tipe A

    Gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang

    kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.

    b. Gunung api Tipe B

    Gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi

    magmetik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan

    solfatara.

    c. Gunung api Tipe C

    Gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia,

    namun masih terdapat tanda tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan

    solfatara/fumarola pada tingkat lemah.

    2.3 Tipe Erupsi Gunung Api

    2.3.1 Berdasarkan Energi dan Magma

    a. Magmatik: magma basaltik, encer dan rekahan (kawah gunung api) tidak

    tersumbat

    Gambar 2.1 Erupsi Magmatik

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 5

    b. Freatik (hidrovulkanik): tekanan erupsi dibentuk oleh tekanan gas.

    Gambar 2.2 Erupsi Freatik

    c. Freatomagmatik: tekanan erupsi sangat besar dan viskositas magma

    tinggi.

    2.3.2 Berdasarkan Kekuatan dan Materialnya

    a. Erupsi Eksplosif

    Erupsi eksplosif adalah erupsi atau letusan yang menyebabkan

    ledakan besar akibat tekanan gas magmatis yang sangat kuat. Material yang

    dikeluarkan bersifat padat dan cair. Akibat erupsi eksplosif terbentuk

    bentukan permukaan Bumi berupa danau kawah besar (eksplosif). Contoh

    Danau Batur di Bali.

    b. Erupsi Efusif

    Erupsi efusif adalah erupsi atau letusan yang tidak menimbulkan

    ledakan, karena tekanan gas kurang kuat. Pada proses ini material yang

    dikeluarkan adalah material cair atau sebagian besar lava dan sedikit

    material padat yang berukuran kecil. Contoh Gunung Maona Loa di Hawaii.

    2.4 Monitoring Gunung Api

    Dalam kaitannya dengan aktifitas vulkanisme, magma yang terkandung

    dalam gunung api merupakan faktor penting yang mengontrol proses aktifitas

    gunung api tersebut, mulai getaran yang diakibatkan, kepulan asap kawah,

    perubahan bentuk tubuh gunung, sampai keluarnya aliran lava atau erupsi. Untuk

    mengetahui aktifitas gunung api, dilakukan pemantauan aktifitas gunung api yang

    dilakukan oleh Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA).

    Pemantauan yang dilakukan oleh PPGA dapat berupa pemantauan visual

    dan pemantaun instrumen. Pemantauan visual merupakan pemantauan aktifitas

    gunung api yang dapat diamati secara langsung tanpa bantuan instrument atau alat

    pengukur, seperti pengamatan kepulan asap kawah, perubahan kondisi sekitar

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 6

    gunung api. Pemantauan instrumen merupakan pemantauan aktifitas gunung api

    yang tidak dapat diamati secara langsung melainkan dengan menggunakan

    bantuan alat, seperti pengamatan kegempaan, pengamatan deformasi, pengamatan

    suhu, pengamatan pH.

    2.5 Gunung Ijen

    2.5.1 Geografis Gunung Ijen

    Gunung api Ijen merupakan gunung api aktif yang memiliki danau kawah di

    puncak, dengan panjang dan lebar danau masing-masing sebesar 800 m dan 700

    m serta kedalaman danau mencapai 180 m. Secara geografis Gunung Ijen berada

    pada posisi 008 03 30 LS dan 114 14 30 BT dengan tinggi puncaknya 2386

    meter dari permukaan laut. Secara administratif terletak di dua Kabupaten, yaitu

    Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.

    Gambar 2.3 Letak geografis Gunung Ijen

    2.5.2 Terbentuknya kaldera Ijen

    Genesa Kaldera Gunung Ijen dibuat pertama kali oleh Van Bammelen tahun

    1941. Kemudian disempurnakan oleh beberapa penulis berikutnya. Kondisi pada

    Pra-kaldera (sebelum terbentuk kaldera), tidak diketahui apa yang terjadi

    sebelum 300.000 tahun lalu, namun diperkirakan sudah terbentuk Strato Volcano

    tunggal (Paleo Ijen) dengan perkiraan ketinggian 3500 m. Gunung yang berisi

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 7

    lava dan pyroclastics ini berada diatas endapan berumur Miosen (12.5 juta tahun)

    yang berupa batu gamping.

    Gambar 2.4 Skematis sejarah kaldera Ijen menurut

    Van Bemmelen (1941) dan Sitorius (1990).

    Pembentukan kaldera diperkirakan terkait dengan letusan dengan

    volume besar yang menghasilkan (~ 80 km3) endapan aliran piroklastik, yang

    mencapai ketebalan 100-150 m. Yang paling luas berada di bagian utara lereng

    kompleks gunungapi ini. Peristiwa ini diperkirakan terjadi beberapa waktu

    sebelum 50.000 tahun lalu, Ini disimpulkan berdasarkan pada analisa umur dari

    K-Ar (50 20 ka) dari aliran lava dari Gunung Blau yang dianggap menjadi unit

    pasca-kaldera tertua. Pada saat itu juga diperkirakan terjadi pembentukan danau di

    lantai kaldera. Danau sedimen yang terdiri dari serpih, pasir dan saluran sungai

    endapan yang terkena di daerah utara dekat Blawan.

    Kegiatan vulkanik pasca pembentukan kaldera diantaranya fase letupan

    phreatomagmatic, freatik, strombolian dan Plinian yang menghasilkan kerucut

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 8

    lingkaran, yang umumnya berupa bangunan-bangunan komposit, dan kerucut

    dalam, yang sebagian besar adalah dibangun oleh material abu vulkanik.

    Gambar 2.5 Profil Kaldera Ijen

    Gunung berapi ini menghasilkan abu vulkanik muda dan kerucut scoria

    (batu apung), serta lava, endapan aliran piroklastik dan endapan material hasil

    longsoran dan puing-puing yang sekarang mencakup aliran kaldera. Menurut

    Sitorus (1990) penanggalan radiokarbon dari endapan aliran piroklastik

    menghasilkan umur> 45.000 BP (di Jampit) 37.900 1850 (di Suket), 29.800

    700 (di Ringgih), 24.400 460 (di Pawenen Tua), 21.100 310 (di Malang) dan

    2.590 60 (di Ijen).

    2.5.3 Sejarah Aktifitas Gunung Ijen

    Letusan yang tercatat dalam sejarah adalah sebagai berikut:

    1796 : Merupakan letusan pertama yang tercatat, dan dianggap merupakan

    letusan preatik.

    1817 : 16 Januari Penduduk sekitar Banyuwangi mendengar suara gemuruh

    dahsya' seperti dentuman meriam, disertai dengan gempa bumi. Pada

    tanggal 15 Januari terjadi banjir Lumpur menuju Banyuwangi,

    (Junghuhn,1853, p.1022), sedangkan Taverne (1926, p. 102) menduga

    kemungkinan wakti letusan 1817, sebagian besar air danau dialirkan oleh

    K. Banyupait.

    1917 : Taverne (1926, p. 102) Menulis bahwa waktu itu air danau kelihatan

    mendidih bercampur lumpur dan uap kadang-kadang letusan terjadi di

    danau kawah, lumpur dilemparkan keatas sampai 8- 10 m diatas muka air.

    Hal yang sama terulang lagi pada 7-14 Maret. Neuman Van Padang (1951,

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 9

    p 158), menganggapnya letusan pada danau kawah, dan letusan preatik

    pada 25 Februari dan 13 Maret.

    1936 : Neuman van Padang (1936, p. 10 dan 1951, p. 158), menganggap pada 5-

    25 November terjadi letusan preatik dan letusan pada danau kawah

    menghasilkan lahar seperti dalam 1796 dan 1817. Korban manusia tidak

    ada.

    1952 : Pada 22 April pukul 6.30, terjadi letusan asap setinggi 1 km dan suara

    guguran terdengar dari Sempol. Di dalam kawah terjadi letusan Lumpur

    setinggi 7 m, hampir sama dengan peristiwa letusan 1936. Korban tidak

    ada. (Hadikusumo, 1950- 1957, p. 184).

    1962 : Pada tanggal 13 April, dibagian tengah permukaan danau kawan Ijen

    terjadi bualan gas di dua tempat yang masing-masing berdiameter sekitar

    10 m. dan tanggal 18 April jam 07.42 terjadi bualan air di bagian utara

    daiau kawah berdiameter sekitar 6 m, kemudian bualan air tersebut

    membesai menjadi 15 - 20 m. Pada jam 12.15 bualan air ini

    menyemburkan air setinggi sekitar 10 m. Warna air danau yang semula

    hijau muda berubah menjadi hijau keputihan.

    1976 : 30 Oktober, jam 09.44 tampak bualan air pada dua tempat dekat Silenong

    selama 30 menit.

    1991 : 15, 21 dan 22 Maret, terjadi bualan air berdiameter sekitar 5 m disertai

    perubahan warna air kawah dari hijau muda menjadi coklat. Menurut para

    penambang belerang terjadi semburan gas setinggi 25 - 50 m dengan

    kecepatan tinggi. Bualan ini tercacat oleh seismograf dalam bentuk gempa

    tremor terus menerus dari 16-25 Maret 1991.

    1993 : Pada tanggal 3 jam 08.45 terjadi letusan preatik ditengah danau disertai

    tekanan kuat dan bunyi yang keras dengan semburan setinggi 75 m, Warna

    air dari hijau keputihan berubah menjadi kecoklatan dan permukaar danau

    menjadi gelap. Tanggal 4 Juli, jam 08.35 terjadi letusan preatik ditandai

    dengan menyemburkan air setinggi sekitar 35 m. Tanggal 7 Juli jam 02.15

    terjadi letusan preatik disertai suara yang cukup keras dan terdengar

    sampai sejauh 1 km. Pada 1 Agustus jam 16.35, terjadi letusan preatik

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 10

    disertai dua suara letusan yang terdengar sampai sampai 1 km Letusan ini

    didahului oleh gempa terasa disekitar puncak. Gumpalan asap berwarna

    putih tebal dengan tekanan kuat terlihat mencapai tinggi sekitar 500 m.

    1999 : Pada tanggal 28 Juni sampai tanggal 28 Juli terjadi kenaikan aktifitas di

    danau kawah yang ditandai dengan kenaikan suhu air danau kawah

    mencapai 46 C (3 Juli) dan pada waktu yang bersamaan suhu solfatara 1

    ,4 dan 5 masing-masing 198C, 176 dan 168 C .Pada tanggal 8 Juli terjadi

    penurunan suhu air danau kawah pada lokasi yang sama menjadi 40 C

    sedangkan suhu solfatara mengalami penngkatan masing-masing menjadi

    210, 221 dan 207 C

    2000 : Pada tanggal 6 Juni 2000 terjadi peningkatan aktifitas yang ditandai

    dengan adanya kenaikan suhu danau kawah Ijen sampai mencapai 55 C

    dan terjadi letusan preatik. Dari data seismic tercatat adanya peningkatan

    jumlah gempa, terjadi juga gempa vulkanik dan tremor yang kemudian

    jumlahnya meningkat pada akhir bulan Juli. Tinggi asap diatas kawah

    yang semula 25 m, pada akhir pertengahan September naik menjadi 50 m

    diatas kawah.Seminggu kemudian aktifitas menurun antara lain ditandai

    dengan tinggi asap yang kembali menjadi 25 m dan air danau kawah turun

    menjadi kurang dari 40 C.

    2001 : Tanggal 8 januari terjadi peningkatan aktifitas vulkanik ditandai dengan

    adanya bualan air danau seperti mendidih, bau gas solfatara sangat tajam,

    terdengar suara blaser yang nyaring dan asap putih tebal dengan tekanan

    yang kuat (arah asap tegak lurus) dan pada lokasi penambangan belerang

    terjadi kebakaran belerang, menurut pegawai solfatara telah terjadi letusan

    di air danau kawah kemungkinan letusan preatik. Pada tanggal 14 Januar

    suhu permukaan air danau kawah di Dam mencapai 48 C.

    2002 : Selama Januari 7 sampai setidaknya 19 Mei 2002 di Ijen, kegempaan

    Gunung Ijen meningkat. Tercatat gempa vulkanik dan tektonik dangkal

    yaitu satu gempa dangkat tercatat selama minggu 28 Januari - 3 Februari

    dan sebanyak tiga gempa vulkanik dalam (tipe A) tercatat selama awal

    Mei. Terekam tremor terus menerus terjadi dengan amplitudo maksimum

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 11

    0,5-4 mm sampai pertengahan Maret, dan turun menjadi 0,5-2 mm. Selama

    8-14 April, segumpal asap putih tipis, mengepul setinggi 50 m di atas

    kawah puncak. Minggu berikutnya, tremor meningkat dengan amplitudo

    maksimum 0,5-6 mm sampai setidaknya 19 Mei. Selama 27 Mei sampai

    setidaknya 8 September 2002, aktifitas di atas normal.Kegempaan

    didominasi oleh gempa vulkanik dangkal (tipe B). Satu ledakan kecil

    terjadi pada tanggal 29 Juli, yang menyertai peningkatan jumlah gempa

    jenis tipe B (tabel 4). Terekam tremor terus menerus terjadi dengan

    amplitudo maksimum 0,5-6 mm.

    2003 : Selama tanggal 9 Desember 2002-26 Januari 2003, Survei Vulkanologi

    Indonesia (VSI) melaporkan bahwa kegempaan di Ijen didominasi oleh

    gempa vulkanik dan tektonik dangkal. Jumlah gempa vulkanik mingguan

    menurun secara signifikan pada bulan Desember dibandingkan Juli-

    November 2002. Satu gempa vulkanik dalam yang terekam selama 13-19

    Januari. Rekaman tremor terus menerus terjadi.

    2.5.4 Periode Letusan Gunung Ijen

    Dari sejarah kegiatannya, sejak tahun 1991 letusan preatik terjadi setiap satu

    sampai 3 tahun sekali. Sedangkan tahun 1917 sampai 1991 periode letusan

    tercatat 6 sampai 16 tahun sekali. Letusan besar yang menelan korban manusia

    adalah pada tahun 1817.

    2.5.5 Morfologi Gunung Ijen

    Daerah Ijen dan sekitarnya terdiri dari dataran tinggi, bukit-bukit gunungapi

    dalam kaldera, lereng dan dataran yang merupakan daerah pengendapan.

    Kemmerling (1921, hal 5) membagi morfologi Ijen menjadi lima satuan yaitu :

    a. Runtuhan gunungapi Ijen tua, Gunung Kendeng dan Gunung Ringgih

    (kira-kira 2000 m).

    b. Kelompok gunungapi sebelah timur, termasuk Gunung Merapi, Kawah

    Ijen, Gunung Papak, Widodaren dan Pawenan.

    c. Kelompok gunungapi sebelah selatan termasuk Gunung Rante, Cilik (1600

    m).

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 12

    d. Kelompok gunungapi sebelah barat termasuk Gunung Jampit, merupakan

    bendungan jebol dariGunung Raung dan Suket.

    e. Dataran tinggi Ijen dengan kelompok gunungapi parasit yang tediri dari

    kumpulan gunungapi yang terletak ditengah-tengah. Dataran tinggi Ijen

    dan gunungapi kecil seperti Gunung Kukusan, Deleman, Pendil dengan

    kawahnya sedalam 100 m; Gunung Kenteng, Panduan, Anyar dan Gunung

    Lingker.

    Sesuai dengan kebutuhan Direktorat Vulkanologi yaitu untuk penentuan

    daerah bahaya maka Reksowirogo (1971), membagi daerah Gunung Ijen menjadi

    tiga satuan morfologi, yaitu ;

    a. Tanah Tinggi Ijen

    Tanah tinggi Ijen terdiri dari puncak-puncak gunung, dataran dan bukit-

    bukit. Di dalam daerah ini terdapat gunungapi yang masih aktif maupun

    yang sudah padam (tidak ada lagi kegiatan volkanik). Gunungapi yang

    masih aktif diantaranya Kawah Ijen dan Gunung Raung, sedangkan

    gunungapi padam disantaranya Gunung Blau, Pawenan, Papak,

    Widodaren, Lempuyangan Rante, Lebu agung, Kukusan, Delaman, Pedot,

    Cilik, Pendil, Jampit, Genteng, Anyar, Lingker, Melaten dan Merapi.

    b. Dataran di tanah tinggi

    Batas-batas dataran tersebut adalah disebelah utara Gunung Pendil,

    Blawan, Blau dan Gunung Rante disebelah barat laut. Dataran ini sebagian

    besar terdiri dari perkebunan kopi Blawan, Jampit dan Kali Sat.

    c. Bukit-bukit di Tanah Tinggi

    Terdiri dari puncak-puncak tinggi dab hulu sungai. Puncak tinggi hampir

    semuanya gunungapi parasit yang terjadi setelah terbentuknya kaldera Ijen

    yang meliputi Kawah Ijen, Gunung Ranti, Pawenan, Merapi, Ringgih,

    Widodaren, Kukusan dan Papak. Sungai yang berhulu langsung di tepi

    kawah Ijen adazlah sungai Banyupait dan Bendo.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 13

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1 Pos Pengamatan Gunung Api Ijen

    Pengamatan aktifitas Gunung Ijen dilakukan di Pos Pengamatan Gunung

    Api (PPGA) Ijen yang terletak di Dusun Panggungsari, Desa Tamansari/Licin,

    Kecamatan Glagah, Kab. Banyuwangi. PPGA Ijen bertugas melakukan analisis

    dasar tentang aktifitas Gunung Ijen sebelum dikirim ke PVMBG Bandung.

    Gambar 3.1 Foto Kantor PPGA Ijen

    Dalam proses monitoring, PPGA Ijen melakukan pengamatan secara

    Instrumental dan visual. Pengamatan secara instrumental dilakukan dengan

    menempatkan stasiun seismometer di dekat kawah Gunung Ijen, serta pemantauan

    suhu dan pH kawah Gunung Ijen. Sedangkan pengamatan secara visual dilakukan

    dengan menggunakan CCTV yang ditempatkan di puncak Gunung Ijen,

    pengamatan suhu udara sekitar, pengamatan arah angin, bau gas belerang serta

    pengamatan curah hujan.

    Seismometer ditempatkan untuk mengamati aktifitas kegempaan Gunung

    Ijen. PPGA Ijen menempatkan 2 stasiun seismometer short periode yaitu di utara

    dan selatan kawah, serta 3 stasiun broadband yaitu ditempatkan di paltuding, di

    selatan dan utara kawah. Seismometer ini terkoneksi dengan PPGA Ijen dengan

    menggunakan sinyal radio yang dikirimkan oleh pengirim sinyal pada

    seismometer. Kemudian sinyal radio tersebut diterima oleh penerima sinyal di

    PPGA Ijen. Dengan menggunakan perangkat ADC (Analog Digital Converter),

    sinyal radio yang berupa sinyal analog diubah menjadi sinyal digital sehingga

    dapat diolah dengan menggunakan perangkat komputer.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 14

    Gambar 3.2 Instrumen monitoring kegempaan Gunung Ijen

    Kegempaan yang tercatat oleh PPGA ini berupa gempa vulkanik dalam

    (Tipe A), gempa vulkanik dangkal (Tipe B), gempa hembusan, gempa runtuhan,

    gempa tremor harmonic dan splasmodic, gempa tektonik jauh, dan gempa low

    frekuensi. Sinyal gelombang seismik dari kegempaan ini diolah dengan

    menggunuakan software Swam sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk

    seismogram, spectrogram dan spectral di monitor komputer. Kemudian analisis

    dari seismogram, spectrogram dan spectral dapat ditentukan jenis gempanya.

    Untuk monitoring secara visual yang dilakukan menggunakan CCTV

    dilakukan secara realtime memantau kondisi kawah Gunung Ijen. Pemantauan

    yang dilakukan meliputi kondisi visual air pada kawah, kepulan asap pada kawah

    dan kepulan asap pada solfatara. Namun sayangnya kamera CCTV yang

    digunakan untuk pemantauan belum dilengkapi dengan inframerah, sehingga

    pemantauan tidak bisa dilakukan pada malam hari. Parameter terjadinya

    peningkatan aktifitas Gunung Ijen diketahui bila terjadi kepulan asap yang tinggi

    diatas 100 meter dan warna air kawah berubah dari hijau keputihan menjadi

    keputihan.

    Selain itu, untuk monitoring secara visual, baiasanya petugas dari PPGA

    Ijen juga melakukan pengamatan secara langsung datang ke kawah Gunung Ijen.

    Pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui bau dari kepulan gas solfatara dan

    kondisi kawah yang tidak terjangkau oleh kamera CCTV. Pemantaun juga

    dilakukan sehari hari di PPGA Ijen dengan mengamati suhu sekitar, keadaan

    flora dan fauna dan arah angin.

    Seismograf analog

    Perangkat ADC

    Perangkat Komputer

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 15

    Sedangkan pemantauan suhu dan pH di kawah Gunung Ijen dilakukan

    dengan mengunjungi kawah dan mendownload rekaman data suhu dan pH kawah

    yang terekam. Data suhu yang terekam didownload setiap 2 minggu sekali,

    sedangkan data pH yang terekam didownload setian 1 minggu sekali. Pemantauan

    suhu dan pH ini menggunakan suatu alat dengan sensor suhu dan pH yang dapat

    merekam kondisi suhu dan pH di kawah Gunung Ijen setiap 1 jam. Sensor alat ini

    ditempatkan di kawah Gunung Ijen pada kedalaman 5 meter. Parameter dari

    peningkatan aktifitas Gunung Ijen dapat diketahui bila pH yang terekam pada

    kawah kurang dari 1.

    3.2 Kegempaan Gunung Ijen

    Dari rekaman gempa yang terekam oleh seismograf analog yang terdapat di

    PPGA Ijen, dapat diketahui beberapa jenis gempa yang terjadi di Gunung Ijen.

    Beberapa jenis gempa yang terjadi tersebut antara lain,

    a. Gempa Vulkanik Dalam (Tipe A)

    Dari rekaman gempa yang terlihat di seismogram di PPGA Ijen, gempa

    vulkanik tipe A Gunung Ijen ini dapat dibedakan antara gelombang primer

    dan gelombang sekundernya. Selisih waktu tiba antara gelombang primer

    dan gelombang sekunder pada gempa vulkanik tipe A ini antara 1 4

    detik. Gempa ini biasanya bersumber pada kedalaman 2 30 km dibawah

    puncak gunung api dan bentuk gelombang yang tertangkap hampir sama

    dengan gempa tektonik. Gempa ini biasanya terjadi menjelang letusan

    suatu gunung api atau menandakan gunung api mulai aktif.

    Gambar 3.3 Gempa Vulkanik Dalam Gunung Ijen

    Intensitas gempa vulkanik dalam yang terekam di PPGA Ijen terlihat

    fluktuatif. Ini dapat dilihat di bulan april sampai juli 2012, gempa vulkanik

    dalam yang terekam bisa dibilang jarang dibandingkan dengan gempa

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 16

    vulkanik dangkal. Berikut ini jumlah gempa vulkanik dalam yang tercatat

    dari bulan januari sampai juli 2012

    Gambar 3.4 Jumlah Kegempaan Vulkanik Dalam Gunung Ijen

    b. Gempa Vulkanik Dangkal (Tipe B)

    Gempa vulkanik tipe B yang terekam di PPGA ijen hampir sama dengan

    gempa vukanik tipe B(VB) pada gunung lainnya yaitu sulit dibedakan

    antara gelombang primer dan gelombang sekundernya. Amplitudo dari

    gempanyapun relative lebih besar daripada amplitudo gempa vulkanik tipe

    A. Sumber dari gempa ini biasanya kurang dari 2 km dibawah puncak

    gunung api, dan biasanya timbul mendekati terjadinya letusan.

    Gambar 3.5 Gempa Vulkanik Dangkal Gunung Ijen

    Intensitas gempa vulkanik dangkal yang terekam di PPGA Ijenn juga

    terlihat fluktuatif. Gempa vulkanik dangkal pada 14 28 Juli 2012

    meningkat dengan jumlah gempa yang tercatat mencapai 115 gempa pada

    periode itu. Gempa vulkanik dangkal lebih sering muncul dibandingkan

    dengan gempa vulkanik dalam. Berikut ini jumlah gempa vulkanik

    dangkal yang tercatat dari bulan januari sampai juli 2012.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 17

    Gambar 3.6 Jumlah Kegempaan Vulkanik Dangkal Gunung Ijen

    c. Gempa Tremor Harmonik

    Gempa tremor harmonik yang terekam di PPGA Gunung Ijen mempunyai

    frekuensi yang relatif hampir sama, walaupun memiliki amplitudo yang

    berbeda. Gempa tremor harmonik yang terekam dapat dilihat pada gambar

    dibawah dengan lingkaran warna kuning. Gempa tremor harminik ini

    menandakan adanya aktifitas vulkanik di dekat permukaan gunung.

    Gambar 3.7 Gempa Tremor Harmonik

    Intensitas gempa tremor harmonik yang terekam di PPGA Ijen terlihat

    meningkat pada bulan januari dan maret 2012, jumlah kegempaannya

    mencapai 80 gempa tremor harmonic dalam waktu 2 minggu. Namun pada

    periode bulan april sampai juni tidak terekam gempa tremor harmonik, dan

    kemudian terekam kembali pada bulan juli 2012. Berikut ini jumlah

    gempa vulkanik dalam yang tercatat dari bulan januari sampai juli 2012.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 18

    Gambar 3.8 Jumlah Kegempaan Tremor Harmonik Gunung Ijen

    d. Gempa Tremor Plasmodik

    Gempa tremor plasmodik pada seismogram dari PPGA ini terlihat

    mempunyai frekuensinya yang tidak sama. Frekuensi pada awal gempa

    terlihat rendah, kemudian menjadi lebih tinggi dan menjadi rendah lagi.

    Dari segi amplitudonya, amplitudo dari tremor plasmodik juga tidak selalu

    stabil.

    Gambar 3.9 Gempa Tremor plasmodik

    Selain gempa gempa di atas, terdapat beberapa gempa lainnya yang

    terekam di PPGA Ijen yaitu gempa hembusan, gempa tektonik jauh, gempa

    tektonik local dan gempa low frekuensi.

    3.3 Aktifitas Gunung Ijen

    Dari data yang didapatkan di PPGA Ijen, aktifitas dari Gunung Ijen pada

    akhir tahun 2011 tepatnya di bulan desember, gunung mengalami peningkatan

    aktifitas sehingga status berubah dari normal (level I) menjadi waspada (level II).

    Pada awal sampai pertengahan 2012, aktifitas Gunung Ijen fluktuatif dengan

    seringnya perubahan status. Sampai pada pertengahan tahun 2012, terjadi

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 19

    peningkatan aktifitas Gunung Ijen sehingga statusnya menjadi siaga (level III)

    kembali. Sampai dilakukannya fieldtrip ini, aktifitas Gunung Ijen belum

    mengalami penurunan aktifitas sehingga statusnya tetap siaga (level III).

    No Tanggal Penetapan Status Status

    1 15 Desember 2011 Normal Waspada

    2 18 Desember 2011 Waspada Siaga

    3 8 Februari 2012 Siaga Waspada

    4 12 Maret 2012 Waspada Siaga

    5 13 Mei 2012 Siaga Waspada

    6 24 Juli 2012 Waspada Siaga

    Tabel 3.1 Perkembangan Status Gunung Ijen

    Tabel di atas merupakan perkembangan status gunung ijen sejak akhir 2011,

    sampai terakhir pada 24 Juli 2012. Berikut ini diskripsi singkat tentang aktifitas

    gunung ijen sehingga terjadi perubahan status.

    a. Pada bulan Desember 2011, status Gunung Ijen mengalami 2 kali

    perubahan status, yang pertama pada tanggal 15 Desember 2011, status

    Gunung Ijen berubah dari normal (level I) menjadi waspada (level II). Ini

    ditandai dengan aktifitas meningkatnya aktifitas kegempaan yang terekam

    di PPGA. Kemudian pada tanggal 18 Desember 2011 status naik lagi dari

    waspada (level II) menjadi siaga (level III). Peningkatan status ini ditandai

    dengan meningkatnya aktifitas vulkanik Gunung Ijen sejak bulan Oktober

    14 Desember 2011 yang ditandai oleh peningkatan aktifitas baik secara

    visual, jumlah per bulan Gempa Vulkanik Dalam (Tipe A), Vulkanik

    Dangkal (Tipe B) dan Gempa Tremor. Sejak tanggal 5 14 Desember

    2011 peningkatan aktifitas vulkanik diikuti juga oleh Gempa Tremor

    Harmonik yang menandakan aktifitas dekat permukaan di bawah danau

    kawah sudah semakin intensif. Dalam periode tanggal 15 17 Desember

    2011 telah terjadi peningkatan aktifitas yang signifikan yang ditandai oleh

    lonjakan tajam jumlah Gempa Vulkanik Dalam dan Gempa Vulkanik

    Dangkal.

    b. Kemudian pada tanggal 8 Februari 2012 status Gunung Ijen diturunkan

    dari siaga menjadi waspada. Hal ini dirdasarkan penurunan seismisitas dan

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 20

    pengamatan visual dari asap putih yang naik hingga setinggi 300 m di atas

    kawah. Selain itu, penurunan suhu air danau yang telah diukur, berkisar

    antara 42 derajat Celcius pada tanggal 20 Januari sampai 37 derajat pada

    tanggal 2 Februari.

    c. Pada periode pengamatan 3 12 Maret 2012 terjadi peningkatan aktifitas

    jumlah kegempaan berupa gempa vulkanik dangkal (tipe B), gempa

    hembusan, gempa tremor harmonik dan gempa tremor dengan amplitudo >

    30 mm. Selain itu, dari rekaman suhu air di kawah terjadi peningkatan

    suhu. Sehingga pada 12 Maret 2012 status Gunung Ijen dinaikkan dari

    waspada menjadi siaga.

    d. Pada periode pengamatan 1 30 April 2012, asap putih muncul dari Ijen

    naik hingga 100 - 200 m di atas kawah, kemudian pada periode

    pengamatan 1 - 11 Mei 2012 asap putih muncul menyebar dan naik sampai

    50 - 100 m diatas kawah. Dari awal April sampai 13 Mei 2012, amplitudo

    dan jumlah kegempaannya secara bertahap menurun dan suhu air kawah

    juga mengalami penurunan. Sehingga status gunung ijen diturunkan dari

    siaga menjadi waspada pada 13 Mei 2012.

    e. Pada periode pengamatan 1 Juli 24 juli 2012 terjadi peningkatan aktifitas

    kegempaan di Gunung Ijen diantaranya gempa hembusan, gempa vulkanik

    dalam, gempa vulkanik dangkal dan gempa tremor harmonik. Terutama

    periode tanggal 15 24 Juli 2012 terdapat peningkatan yang terlihat jelas

    pada gempa tremor harmonik > 30 mm, gempa hembusan dan gempa

    vulkanik dalam bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selain itu

    menurut foto termal permukaan, suhu bualan air pada kawah juga lebih

    tinggi 5 oC dibanding suhu air sekitar. Dari peningkatan aktifitas tersebut

    maka status Gunung Ijen ditingkatkan dari waspada menjadi siaga pada

    tanggal 25 Juli 2012.

    Sampai pada dilaksanakannya fieldtrip ini, status Gunung Ijen masih tetap

    siaga. Masih kerap terjadi gempa tremor gempa tremor harmonik, gempa vulkanik

    dangkal, gempa vulkanik dalam dan gempa hembusan. Ini masih menandakan

    belum terjadi penurunan aktifitas vulkanisme. Saat dilakukan pengamatan visual

    di kawah ijen saat dilaksanakannya filedtrip ini, kepulan gas dari solfatara masih

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 21

    tinggi dan tertiup angin. Bau dari gas SO2 masih menyengat bila meskipun

    digunakan masker. Namun warna air pada kawah masih tetap hijau keputihan dan

    belum berubah menjadi keputihan. Suhu air pada kawah menurut data dari PPGA

    juga masih tergolong tinggi.

    Gambar 3.10 Kondisi Kawah Gunung Ijen saat Fieldtrip 25 Mei 2013

    3.4 Sumber Air Panas Blawan

    Daerah Blawan, Kabupaten Bondowoso Banyuwangi Jawa Timur

    merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber daya panas bumi di

    Indonesia. Secara geografis daerah blawan terletak pada 007 59' 22.94" LS; 114

    10' 16.12" BT, secara geografis lokasi ini merupakan daerah yang berada pada

    sekitar jajaran pegunungan ijen.

    Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di ketahui di daerah tersebut

    terdapat beberapa sumber mata air maupun aliran air panas (panas bumi). Menurut

    Mulyadi, 1998 menyatakan bahwa daerah blawan merupakan daerah aliran air

    panas netral dengan suhu sekitar 45 0C dari kawasan gunung ijen yang bertipe

    bikarbonat yang terdapat di dalam kaldera ijen sebelah utara yakni di Blawan,

    Kabupaten Bondowoso. Dari keadaan geologi daerah blawan tersebut dapat

    diduga bahwa terdapat banyak sebaran air panas atau panas bumi yang mengalir

    dari aliran kawah ijen.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 22

    Dari pengamatan yang dilakukan saat fieldtrip, daerah potensi panas bumi

    ini masih dimanfaatkan secara tradisional sebagai tempat rekreasi pemandian air

    panas. Tidak jauh dari pemandian air panas juga terdapat sebuah sumber air panas

    lainnya yang berada di dekat sebuah air terjun. Bau dari air panas tersebut masih

    mengandung bau belerang, yang dimungkinkan berasal dari kawah ijen.

    Gambar 3.11 Salah satu sumber air panas di Blawan

    Menurut salinan surat keputusan menteri Dinas ESDM Nomor

    2472/k/30/MEN/2008 dijelaskan bahwa potensi panas bumi di daerah Blawan Ijen

    sebesar 270 MW. Potensi tersebut terdapat pada 29 titik panas bumi di lahan

    seluas 62.620 hektar diperkirakan menghasilkan energi listrik sebesar 270 Mega

    Watt. Ke 29 titik tersebut diketahui berdasarkan survey pendahuluan dan

    eksplorasi yang dilakukan oleh PVMBG dan Pertamina. Kemudian pada Oktober

    2012 lalu, PT Medco Geothermal Indonesia memegang kuasa eksplorasi yang

    meliputi dua daerah yakni di Blawan dan Kawah Gunung Ijen.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 23

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil fieldtrip fisika gunung api pada 25 Mei 2013 di Gunung

    Ijen dapat disimpulkan:

    1. Saat ini PPGA Ijen melakukan monitoring secara visual berupa

    pengamatan kondisi kawah (asap solfatara dan perubahan warna air

    kawah), pengamatan suhu sekitar, pengamatan arah angin, bau gas

    belerang serta pengamatan curah hujan.

    2. Saat ini PPGA Ijen melakukan monitoring secara instrument berupa

    monitoring kegempaan, monitoring suhu air kawah dan monitoring pH air

    kawah.

    3. Gempa gempa yang terekam di PPGA Ijen adalah gempa vulkanik

    dalam, gempa vulkanik dangkal, gempa tremor harmonik, gempa tremor

    plasmodik, gempa low frekuensi, gempa tektonik jauh, gempa tektonik

    lokal dan gempa hembusan.

    4. Aktifitas Gunung Ijen masih fluktuatif dimulai dengan perubahan status

    dari normal menjadi waspada yang ditetapkan pada 15 Oktober 2011 dan

    status terakhir adalah siaga yang ditetapkan per 25 Juli 2012 yang sampai

    dilakukannya fieldtrip statusnya masih tetap siaga.

    5. Aktifitas Gunung Ijen dapat diketahui dengan melihat parameter jumlah

    kegempaan, suhu air kawah, pH air kawah, bau gas SO2 di kawah,

    perubahan warna air kawah dan kepulan asap belerang dari solfatara,

    dimana semakin tinggi aktifitas Ijen, maka nilai dari parameter

    parameter tersebut juga semakin tinggi.

    6. Di lereng Gunung Ijen tepatnya di daerah Blawan, terdapat potensi panas

    bumi yang diperkirakan menghasilkan energy listrik sebesar 270 MW,

    namun masih dimanfaatkan sebagai pemandian air panas.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 24

    4.2 Saran.

    Saran saat melaksanakan fieldtrip fisika gunung api, peserta fieldtrip

    sebelumnya harus lebih memahami tentang jenis jenis monitoring yang

    dilakukan oleh PPGA. Selain itu perlu dipahami juga tentang jenis jenis

    gempa yang terekam di PPGA agar pesrta langsung dapat menganalisis

    gempa yang terekam di seismogram.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 25

    Daftar Pustaka

    Kusumadinata, K., Hadian R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L., D., 1979,

    "Data Dasar Gunungapi indonesia", Direktorat Vulkanologi,

    Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen

    Pertambangan dan Energi, RI

    Manfaat Panas Bumi Gunung Ijen (Berita Seputar Banyuwangi).

    http://www.kabarbanyuwangi.info/manfaat-panas-bumi-gunung-ijen

    Di akses pada tanggal 4 Juni 2013.

    Purwanto, H. B dkk, 1999 - 2001, Catatan Pengamatan aktivitas Gunung

    Kawah Ijen, Jawa Timur.

    PVMBG Tingkatkan Status G. Ijen Menjadi Siaga Selasa, 13 Maret 2012

    00:00 WIB. http://www.esdm.go.id/berita/geologi/42-geologi/5548-

    pvmbg-tingkatkan-status-g-ijen-menjadi-siaga-.pdf Diakses pada

    tanggal 4 Juni 2013

    PVMBG Turunkan Status G. Ijen Dari SIAGA Menjadi WASPADA.

    Kamis, 09 Februari 2012 00:10 WIB.

    http://www.esdm.go.id/berita/geologi/42-geologi/5452-pvmbg-

    turunkan-status-g-ijen-dari-siaga-menjadi-waspada.pdf Diakses pada

    tanggal 4 Juni 2013

    Status G. Ijen Diturunkan dari SIAGA menjadi WASPADA, Selasa 15

    Mei 2012 00:00 WIB. http://www.esdm.go.id/berita/geologi/42-

    geologi/5722-status-g-ijen-diturunkan-dari-siaga-menjadi-waspada-

    .pdf Di akses pada tanggal 4 Juni 2013.

    Sumintadireja, Prihadi. 2012. Volkanologi. Penerbit ITB : Bandung.

    Sutaningsih, N. E. dkk , 2001, "Penyelidikan Pengaruh Unsur Vulkanik G.

    ijen, (Penyelidikan Kimia Gas dan Survey Kependudukan Awal Di

    Gunung ijen)", Laporan Proyek, BPPTK, Yogyakarta

    Syarifudin M. Z., 1978, Pemetaan Geologi Teliti Dataran Tinggi ijen Jawa

    Timur, Laporan Proyek Penyelidikan Pengawasan Gunungapi, Bagian

    Proyek Penelitian dan Pemetaan Gunungapi, Direktorat Vulkanologi,

    Bandung.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 26

    Takkano, B, dkk, 2000, "Bathimetric and Geochemical study on Kawah

    ijen Crater lake, in Java, indonesia", Abstract and address, General

    Assembly 2000, IAVCEI, Bali, Volcanological Survey of Indonesia.

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 27

    Lampiran 1

    Grafik Jumlah Gempa Gunung Ijen

    Periode 1 Desember 2011 29 April 2012

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 28

    Lampiran 2

    Grafik Jumlah Gempa Tektonik Lokal Gunung Ijen

    Periode 14 Januari 2012 28 Juli 2012

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 29

    Lampiran 3

    Grafik Jumlah Gempa Tektonik Jauh Gunung Ijen

    Periode 14 Januari 2012 28 Juli 2012

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 30

    Lampiran 4

    Grafik Perubahan Suhu Temperatur Kawah Gunung Ijen

    Periode 1 Oktober 2011 27 April 2013

  • Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 31

    Lampiran 5

    Foto Kegiatan Fieldtrip Fisika Gunung Api

    Gunung Ijen 25 Mei 2013

    Jalan Menuju Kawah Gunung Ijen

    Foto Bersama saat di kawah Gunung Ijen