FIELDTRIP GUNUNG IJEN 25 MEI 2013 (EKO VIDHOTOMO - 0910933001).pdf
-
Upload
vidho-tomodachi -
Category
Documents
-
view
123 -
download
3
description
Transcript of FIELDTRIP GUNUNG IJEN 25 MEI 2013 (EKO VIDHOTOMO - 0910933001).pdf
-
LAPORAN
FIELDTRIP GUNUNG IJEN
Disusun sebagai pengganti kuis mata kuliah Fisika Gunung Api dan sebagai pelaporan hasil kuliah
lapang (Fieldtrip) yang dilaksanakan di Gunung Ijen, Banyuwangi pada tanggal 25 Mei 2013
Disusun oleh :
Eko Vidhotomo
NIM. 0910933001
\
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 1
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Secara geografis, Indonesia dilewati oleh jalur cincin api pasifik yang
merupakan tempat bertemunya dua lempeng tektonik yang aktif bergerak
bergeser. Ini menyebabkan hampir semua gunung api yang dilewati oleh jalur
cincin api ini berstatus aktif. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 400 gunung
api, dengan 130 diantaranya berstatus aktif. Oleh karena itu, Indonesia
menyimpan bencana yang sewaktu waktu dapat terjadi oleh karena gunung api
tersebut, seperti letusan, hembusan asap kawah.
Salah satu gunung api aktif di Jawa Timur adalah Gunung Ijen. Secara
administratif, Gunung Ijen terletak pada dua kabupaten yaitu Kabupaten
Banyuwangi dan Bondowoso. Gunung Ijen mempunyai sebuah kawah yang
merupakan kawah gunung api terbesar di dunia. Selain itu, gunung api ini
menghasilkan belerang yang terdapat didekat kawah yang dalam kesehariannya
dilakukan penambangan oleh para penambang belerang. Oleh karena itu, gunung
api ini tergolong unik sehingga banyak dikunjungi wisatawan lokal dan
mancanegara. Namun belum lama ini, Gunung Ijen ini mengalami peningkatan
aktifitas sehingga statusnya dinaikkan dari waspada menjadi siaga dan aktifitas
disekitar kawah dihentikan.
Secara umum, Fisika Gunung Api merupakan suatu mata kuliah Pilihan
konsentrasi geofisika yang berkaitan dengan kegunungapian. Mata kuliah ini
bertujuan mempelajari gejala vulkanisme menggunakan metode geofisika untuk
pemantauannya. Metode yang digunakan untuk pemantauannya dapat berupa
pemantauan kegempaan, suhu, ataupun deformasi. Untuk lebih memahami jenis
jenis pemantauannya di Pos Pengamatan Gunung Api, maka dilakukan Fieldtrip
Gunung Api yang dilakukan di Pos Pengamatan Gunung Ijen.
2.2 Tujuan
Tujuan dari fieldtrip Fisika Gunung Api ini adalah
1. Mengetahui pemantauan yang dilakukan oleh PPGA Ijen.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 2
2. Mengetahui jenis jenis gempa yang terekam di PPGA Ijen.
3. Mengetahui aktifitas Gunung Ijen selama satu tahun terakhir.
4. Mengetahui potensi dan manfaat panas bumi di sekitar Gunung Ijen.
2.3 Waktu dan Lokasi Fieldtrip
Fieldtrip ini dilaksanakan pada hari sabtu, 25 Mei 2013 yang dilaksanakan
dengan mengunjungi PPGA Ijen di dusun Panggungsari, desa Tamansari,
kecamatan Glagah, Banyuwangi serta meninjau sumber air panas yang berada di
lereng Gunung Ijen yaitu bertempat di Blawan.
2.4 Manfaat Fieldtrip
Adapun manfaat dari Fieldtrip Fisika Gunung Api ini adalah
1. Dapat memahami dan melihat pemantauan gunung api secara langsung.
2. Dapat mengetahui jenis jenis gempa yang terekam di PPGA Ijen.
3. Dapat mengetahui perkembangan aktifitas Gunung Ijen selama setahun
terakhir.
4. Dapat diketahui potenasi dan manfaat panas bumi di sekitar Gunung Ijen.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gunung Api
Gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefenisikan sebagai
suatu sistem saluran fluida panas (bantuan dalam wujud cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km dibawah permukaan bumi sampai ke
permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan
pada saat meletus. Gunung api terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung api
yang paling dikenali adalah gunung api yang berada di sepanjang busur Cincin
Api Pasifik (Pasifik Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis
bergeseknya antara dua lempengan tektonik. Gunung api terdapat dalam beberapa
bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung api yang aktif mungkin berubah
menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati.
Bagaimanapun gunung api mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum
berubah menjadi aktif kembali.
2.2 Jenis jenis Gunung api
2.2.1 Jenis Gunung api Berdasarkan Bentuknya
a. Gunung api strato (Stratovolcano)
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah ubah
sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis lapis dari beberapa
jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang
kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa
ratus kali. Salah satu contoh dari gunung api ini adalah Gunung Merapi.
b. Gunung api perisai (Shieldvolcano)
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih
cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam),
bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang
bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung api ini terdapat di kepulauan
Hawai.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 4
c. Cinder Cone
Merupakan gunung api yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik
menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk
mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya diatas 500 meter dari tanah
di sekitarnya.
d. Kaldera
Gunung api jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang
melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung
Bromo merupakan jenis ini.
2.2.2. Klasifikasi Gunung Api di Indonesia
a. Gunung api Tipe A
Gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang
kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
b. Gunung api Tipe B
Gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi
magmetik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan
solfatara.
c. Gunung api Tipe C
Gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia,
namun masih terdapat tanda tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan
solfatara/fumarola pada tingkat lemah.
2.3 Tipe Erupsi Gunung Api
2.3.1 Berdasarkan Energi dan Magma
a. Magmatik: magma basaltik, encer dan rekahan (kawah gunung api) tidak
tersumbat
Gambar 2.1 Erupsi Magmatik
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 5
b. Freatik (hidrovulkanik): tekanan erupsi dibentuk oleh tekanan gas.
Gambar 2.2 Erupsi Freatik
c. Freatomagmatik: tekanan erupsi sangat besar dan viskositas magma
tinggi.
2.3.2 Berdasarkan Kekuatan dan Materialnya
a. Erupsi Eksplosif
Erupsi eksplosif adalah erupsi atau letusan yang menyebabkan
ledakan besar akibat tekanan gas magmatis yang sangat kuat. Material yang
dikeluarkan bersifat padat dan cair. Akibat erupsi eksplosif terbentuk
bentukan permukaan Bumi berupa danau kawah besar (eksplosif). Contoh
Danau Batur di Bali.
b. Erupsi Efusif
Erupsi efusif adalah erupsi atau letusan yang tidak menimbulkan
ledakan, karena tekanan gas kurang kuat. Pada proses ini material yang
dikeluarkan adalah material cair atau sebagian besar lava dan sedikit
material padat yang berukuran kecil. Contoh Gunung Maona Loa di Hawaii.
2.4 Monitoring Gunung Api
Dalam kaitannya dengan aktifitas vulkanisme, magma yang terkandung
dalam gunung api merupakan faktor penting yang mengontrol proses aktifitas
gunung api tersebut, mulai getaran yang diakibatkan, kepulan asap kawah,
perubahan bentuk tubuh gunung, sampai keluarnya aliran lava atau erupsi. Untuk
mengetahui aktifitas gunung api, dilakukan pemantauan aktifitas gunung api yang
dilakukan oleh Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA).
Pemantauan yang dilakukan oleh PPGA dapat berupa pemantauan visual
dan pemantaun instrumen. Pemantauan visual merupakan pemantauan aktifitas
gunung api yang dapat diamati secara langsung tanpa bantuan instrument atau alat
pengukur, seperti pengamatan kepulan asap kawah, perubahan kondisi sekitar
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 6
gunung api. Pemantauan instrumen merupakan pemantauan aktifitas gunung api
yang tidak dapat diamati secara langsung melainkan dengan menggunakan
bantuan alat, seperti pengamatan kegempaan, pengamatan deformasi, pengamatan
suhu, pengamatan pH.
2.5 Gunung Ijen
2.5.1 Geografis Gunung Ijen
Gunung api Ijen merupakan gunung api aktif yang memiliki danau kawah di
puncak, dengan panjang dan lebar danau masing-masing sebesar 800 m dan 700
m serta kedalaman danau mencapai 180 m. Secara geografis Gunung Ijen berada
pada posisi 008 03 30 LS dan 114 14 30 BT dengan tinggi puncaknya 2386
meter dari permukaan laut. Secara administratif terletak di dua Kabupaten, yaitu
Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
Gambar 2.3 Letak geografis Gunung Ijen
2.5.2 Terbentuknya kaldera Ijen
Genesa Kaldera Gunung Ijen dibuat pertama kali oleh Van Bammelen tahun
1941. Kemudian disempurnakan oleh beberapa penulis berikutnya. Kondisi pada
Pra-kaldera (sebelum terbentuk kaldera), tidak diketahui apa yang terjadi
sebelum 300.000 tahun lalu, namun diperkirakan sudah terbentuk Strato Volcano
tunggal (Paleo Ijen) dengan perkiraan ketinggian 3500 m. Gunung yang berisi
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 7
lava dan pyroclastics ini berada diatas endapan berumur Miosen (12.5 juta tahun)
yang berupa batu gamping.
Gambar 2.4 Skematis sejarah kaldera Ijen menurut
Van Bemmelen (1941) dan Sitorius (1990).
Pembentukan kaldera diperkirakan terkait dengan letusan dengan
volume besar yang menghasilkan (~ 80 km3) endapan aliran piroklastik, yang
mencapai ketebalan 100-150 m. Yang paling luas berada di bagian utara lereng
kompleks gunungapi ini. Peristiwa ini diperkirakan terjadi beberapa waktu
sebelum 50.000 tahun lalu, Ini disimpulkan berdasarkan pada analisa umur dari
K-Ar (50 20 ka) dari aliran lava dari Gunung Blau yang dianggap menjadi unit
pasca-kaldera tertua. Pada saat itu juga diperkirakan terjadi pembentukan danau di
lantai kaldera. Danau sedimen yang terdiri dari serpih, pasir dan saluran sungai
endapan yang terkena di daerah utara dekat Blawan.
Kegiatan vulkanik pasca pembentukan kaldera diantaranya fase letupan
phreatomagmatic, freatik, strombolian dan Plinian yang menghasilkan kerucut
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 8
lingkaran, yang umumnya berupa bangunan-bangunan komposit, dan kerucut
dalam, yang sebagian besar adalah dibangun oleh material abu vulkanik.
Gambar 2.5 Profil Kaldera Ijen
Gunung berapi ini menghasilkan abu vulkanik muda dan kerucut scoria
(batu apung), serta lava, endapan aliran piroklastik dan endapan material hasil
longsoran dan puing-puing yang sekarang mencakup aliran kaldera. Menurut
Sitorus (1990) penanggalan radiokarbon dari endapan aliran piroklastik
menghasilkan umur> 45.000 BP (di Jampit) 37.900 1850 (di Suket), 29.800
700 (di Ringgih), 24.400 460 (di Pawenen Tua), 21.100 310 (di Malang) dan
2.590 60 (di Ijen).
2.5.3 Sejarah Aktifitas Gunung Ijen
Letusan yang tercatat dalam sejarah adalah sebagai berikut:
1796 : Merupakan letusan pertama yang tercatat, dan dianggap merupakan
letusan preatik.
1817 : 16 Januari Penduduk sekitar Banyuwangi mendengar suara gemuruh
dahsya' seperti dentuman meriam, disertai dengan gempa bumi. Pada
tanggal 15 Januari terjadi banjir Lumpur menuju Banyuwangi,
(Junghuhn,1853, p.1022), sedangkan Taverne (1926, p. 102) menduga
kemungkinan wakti letusan 1817, sebagian besar air danau dialirkan oleh
K. Banyupait.
1917 : Taverne (1926, p. 102) Menulis bahwa waktu itu air danau kelihatan
mendidih bercampur lumpur dan uap kadang-kadang letusan terjadi di
danau kawah, lumpur dilemparkan keatas sampai 8- 10 m diatas muka air.
Hal yang sama terulang lagi pada 7-14 Maret. Neuman Van Padang (1951,
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 9
p 158), menganggapnya letusan pada danau kawah, dan letusan preatik
pada 25 Februari dan 13 Maret.
1936 : Neuman van Padang (1936, p. 10 dan 1951, p. 158), menganggap pada 5-
25 November terjadi letusan preatik dan letusan pada danau kawah
menghasilkan lahar seperti dalam 1796 dan 1817. Korban manusia tidak
ada.
1952 : Pada 22 April pukul 6.30, terjadi letusan asap setinggi 1 km dan suara
guguran terdengar dari Sempol. Di dalam kawah terjadi letusan Lumpur
setinggi 7 m, hampir sama dengan peristiwa letusan 1936. Korban tidak
ada. (Hadikusumo, 1950- 1957, p. 184).
1962 : Pada tanggal 13 April, dibagian tengah permukaan danau kawan Ijen
terjadi bualan gas di dua tempat yang masing-masing berdiameter sekitar
10 m. dan tanggal 18 April jam 07.42 terjadi bualan air di bagian utara
daiau kawah berdiameter sekitar 6 m, kemudian bualan air tersebut
membesai menjadi 15 - 20 m. Pada jam 12.15 bualan air ini
menyemburkan air setinggi sekitar 10 m. Warna air danau yang semula
hijau muda berubah menjadi hijau keputihan.
1976 : 30 Oktober, jam 09.44 tampak bualan air pada dua tempat dekat Silenong
selama 30 menit.
1991 : 15, 21 dan 22 Maret, terjadi bualan air berdiameter sekitar 5 m disertai
perubahan warna air kawah dari hijau muda menjadi coklat. Menurut para
penambang belerang terjadi semburan gas setinggi 25 - 50 m dengan
kecepatan tinggi. Bualan ini tercacat oleh seismograf dalam bentuk gempa
tremor terus menerus dari 16-25 Maret 1991.
1993 : Pada tanggal 3 jam 08.45 terjadi letusan preatik ditengah danau disertai
tekanan kuat dan bunyi yang keras dengan semburan setinggi 75 m, Warna
air dari hijau keputihan berubah menjadi kecoklatan dan permukaar danau
menjadi gelap. Tanggal 4 Juli, jam 08.35 terjadi letusan preatik ditandai
dengan menyemburkan air setinggi sekitar 35 m. Tanggal 7 Juli jam 02.15
terjadi letusan preatik disertai suara yang cukup keras dan terdengar
sampai sejauh 1 km. Pada 1 Agustus jam 16.35, terjadi letusan preatik
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 10
disertai dua suara letusan yang terdengar sampai sampai 1 km Letusan ini
didahului oleh gempa terasa disekitar puncak. Gumpalan asap berwarna
putih tebal dengan tekanan kuat terlihat mencapai tinggi sekitar 500 m.
1999 : Pada tanggal 28 Juni sampai tanggal 28 Juli terjadi kenaikan aktifitas di
danau kawah yang ditandai dengan kenaikan suhu air danau kawah
mencapai 46 C (3 Juli) dan pada waktu yang bersamaan suhu solfatara 1
,4 dan 5 masing-masing 198C, 176 dan 168 C .Pada tanggal 8 Juli terjadi
penurunan suhu air danau kawah pada lokasi yang sama menjadi 40 C
sedangkan suhu solfatara mengalami penngkatan masing-masing menjadi
210, 221 dan 207 C
2000 : Pada tanggal 6 Juni 2000 terjadi peningkatan aktifitas yang ditandai
dengan adanya kenaikan suhu danau kawah Ijen sampai mencapai 55 C
dan terjadi letusan preatik. Dari data seismic tercatat adanya peningkatan
jumlah gempa, terjadi juga gempa vulkanik dan tremor yang kemudian
jumlahnya meningkat pada akhir bulan Juli. Tinggi asap diatas kawah
yang semula 25 m, pada akhir pertengahan September naik menjadi 50 m
diatas kawah.Seminggu kemudian aktifitas menurun antara lain ditandai
dengan tinggi asap yang kembali menjadi 25 m dan air danau kawah turun
menjadi kurang dari 40 C.
2001 : Tanggal 8 januari terjadi peningkatan aktifitas vulkanik ditandai dengan
adanya bualan air danau seperti mendidih, bau gas solfatara sangat tajam,
terdengar suara blaser yang nyaring dan asap putih tebal dengan tekanan
yang kuat (arah asap tegak lurus) dan pada lokasi penambangan belerang
terjadi kebakaran belerang, menurut pegawai solfatara telah terjadi letusan
di air danau kawah kemungkinan letusan preatik. Pada tanggal 14 Januar
suhu permukaan air danau kawah di Dam mencapai 48 C.
2002 : Selama Januari 7 sampai setidaknya 19 Mei 2002 di Ijen, kegempaan
Gunung Ijen meningkat. Tercatat gempa vulkanik dan tektonik dangkal
yaitu satu gempa dangkat tercatat selama minggu 28 Januari - 3 Februari
dan sebanyak tiga gempa vulkanik dalam (tipe A) tercatat selama awal
Mei. Terekam tremor terus menerus terjadi dengan amplitudo maksimum
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 11
0,5-4 mm sampai pertengahan Maret, dan turun menjadi 0,5-2 mm. Selama
8-14 April, segumpal asap putih tipis, mengepul setinggi 50 m di atas
kawah puncak. Minggu berikutnya, tremor meningkat dengan amplitudo
maksimum 0,5-6 mm sampai setidaknya 19 Mei. Selama 27 Mei sampai
setidaknya 8 September 2002, aktifitas di atas normal.Kegempaan
didominasi oleh gempa vulkanik dangkal (tipe B). Satu ledakan kecil
terjadi pada tanggal 29 Juli, yang menyertai peningkatan jumlah gempa
jenis tipe B (tabel 4). Terekam tremor terus menerus terjadi dengan
amplitudo maksimum 0,5-6 mm.
2003 : Selama tanggal 9 Desember 2002-26 Januari 2003, Survei Vulkanologi
Indonesia (VSI) melaporkan bahwa kegempaan di Ijen didominasi oleh
gempa vulkanik dan tektonik dangkal. Jumlah gempa vulkanik mingguan
menurun secara signifikan pada bulan Desember dibandingkan Juli-
November 2002. Satu gempa vulkanik dalam yang terekam selama 13-19
Januari. Rekaman tremor terus menerus terjadi.
2.5.4 Periode Letusan Gunung Ijen
Dari sejarah kegiatannya, sejak tahun 1991 letusan preatik terjadi setiap satu
sampai 3 tahun sekali. Sedangkan tahun 1917 sampai 1991 periode letusan
tercatat 6 sampai 16 tahun sekali. Letusan besar yang menelan korban manusia
adalah pada tahun 1817.
2.5.5 Morfologi Gunung Ijen
Daerah Ijen dan sekitarnya terdiri dari dataran tinggi, bukit-bukit gunungapi
dalam kaldera, lereng dan dataran yang merupakan daerah pengendapan.
Kemmerling (1921, hal 5) membagi morfologi Ijen menjadi lima satuan yaitu :
a. Runtuhan gunungapi Ijen tua, Gunung Kendeng dan Gunung Ringgih
(kira-kira 2000 m).
b. Kelompok gunungapi sebelah timur, termasuk Gunung Merapi, Kawah
Ijen, Gunung Papak, Widodaren dan Pawenan.
c. Kelompok gunungapi sebelah selatan termasuk Gunung Rante, Cilik (1600
m).
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 12
d. Kelompok gunungapi sebelah barat termasuk Gunung Jampit, merupakan
bendungan jebol dariGunung Raung dan Suket.
e. Dataran tinggi Ijen dengan kelompok gunungapi parasit yang tediri dari
kumpulan gunungapi yang terletak ditengah-tengah. Dataran tinggi Ijen
dan gunungapi kecil seperti Gunung Kukusan, Deleman, Pendil dengan
kawahnya sedalam 100 m; Gunung Kenteng, Panduan, Anyar dan Gunung
Lingker.
Sesuai dengan kebutuhan Direktorat Vulkanologi yaitu untuk penentuan
daerah bahaya maka Reksowirogo (1971), membagi daerah Gunung Ijen menjadi
tiga satuan morfologi, yaitu ;
a. Tanah Tinggi Ijen
Tanah tinggi Ijen terdiri dari puncak-puncak gunung, dataran dan bukit-
bukit. Di dalam daerah ini terdapat gunungapi yang masih aktif maupun
yang sudah padam (tidak ada lagi kegiatan volkanik). Gunungapi yang
masih aktif diantaranya Kawah Ijen dan Gunung Raung, sedangkan
gunungapi padam disantaranya Gunung Blau, Pawenan, Papak,
Widodaren, Lempuyangan Rante, Lebu agung, Kukusan, Delaman, Pedot,
Cilik, Pendil, Jampit, Genteng, Anyar, Lingker, Melaten dan Merapi.
b. Dataran di tanah tinggi
Batas-batas dataran tersebut adalah disebelah utara Gunung Pendil,
Blawan, Blau dan Gunung Rante disebelah barat laut. Dataran ini sebagian
besar terdiri dari perkebunan kopi Blawan, Jampit dan Kali Sat.
c. Bukit-bukit di Tanah Tinggi
Terdiri dari puncak-puncak tinggi dab hulu sungai. Puncak tinggi hampir
semuanya gunungapi parasit yang terjadi setelah terbentuknya kaldera Ijen
yang meliputi Kawah Ijen, Gunung Ranti, Pawenan, Merapi, Ringgih,
Widodaren, Kukusan dan Papak. Sungai yang berhulu langsung di tepi
kawah Ijen adazlah sungai Banyupait dan Bendo.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pos Pengamatan Gunung Api Ijen
Pengamatan aktifitas Gunung Ijen dilakukan di Pos Pengamatan Gunung
Api (PPGA) Ijen yang terletak di Dusun Panggungsari, Desa Tamansari/Licin,
Kecamatan Glagah, Kab. Banyuwangi. PPGA Ijen bertugas melakukan analisis
dasar tentang aktifitas Gunung Ijen sebelum dikirim ke PVMBG Bandung.
Gambar 3.1 Foto Kantor PPGA Ijen
Dalam proses monitoring, PPGA Ijen melakukan pengamatan secara
Instrumental dan visual. Pengamatan secara instrumental dilakukan dengan
menempatkan stasiun seismometer di dekat kawah Gunung Ijen, serta pemantauan
suhu dan pH kawah Gunung Ijen. Sedangkan pengamatan secara visual dilakukan
dengan menggunakan CCTV yang ditempatkan di puncak Gunung Ijen,
pengamatan suhu udara sekitar, pengamatan arah angin, bau gas belerang serta
pengamatan curah hujan.
Seismometer ditempatkan untuk mengamati aktifitas kegempaan Gunung
Ijen. PPGA Ijen menempatkan 2 stasiun seismometer short periode yaitu di utara
dan selatan kawah, serta 3 stasiun broadband yaitu ditempatkan di paltuding, di
selatan dan utara kawah. Seismometer ini terkoneksi dengan PPGA Ijen dengan
menggunakan sinyal radio yang dikirimkan oleh pengirim sinyal pada
seismometer. Kemudian sinyal radio tersebut diterima oleh penerima sinyal di
PPGA Ijen. Dengan menggunakan perangkat ADC (Analog Digital Converter),
sinyal radio yang berupa sinyal analog diubah menjadi sinyal digital sehingga
dapat diolah dengan menggunakan perangkat komputer.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 14
Gambar 3.2 Instrumen monitoring kegempaan Gunung Ijen
Kegempaan yang tercatat oleh PPGA ini berupa gempa vulkanik dalam
(Tipe A), gempa vulkanik dangkal (Tipe B), gempa hembusan, gempa runtuhan,
gempa tremor harmonic dan splasmodic, gempa tektonik jauh, dan gempa low
frekuensi. Sinyal gelombang seismik dari kegempaan ini diolah dengan
menggunuakan software Swam sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk
seismogram, spectrogram dan spectral di monitor komputer. Kemudian analisis
dari seismogram, spectrogram dan spectral dapat ditentukan jenis gempanya.
Untuk monitoring secara visual yang dilakukan menggunakan CCTV
dilakukan secara realtime memantau kondisi kawah Gunung Ijen. Pemantauan
yang dilakukan meliputi kondisi visual air pada kawah, kepulan asap pada kawah
dan kepulan asap pada solfatara. Namun sayangnya kamera CCTV yang
digunakan untuk pemantauan belum dilengkapi dengan inframerah, sehingga
pemantauan tidak bisa dilakukan pada malam hari. Parameter terjadinya
peningkatan aktifitas Gunung Ijen diketahui bila terjadi kepulan asap yang tinggi
diatas 100 meter dan warna air kawah berubah dari hijau keputihan menjadi
keputihan.
Selain itu, untuk monitoring secara visual, baiasanya petugas dari PPGA
Ijen juga melakukan pengamatan secara langsung datang ke kawah Gunung Ijen.
Pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui bau dari kepulan gas solfatara dan
kondisi kawah yang tidak terjangkau oleh kamera CCTV. Pemantaun juga
dilakukan sehari hari di PPGA Ijen dengan mengamati suhu sekitar, keadaan
flora dan fauna dan arah angin.
Seismograf analog
Perangkat ADC
Perangkat Komputer
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 15
Sedangkan pemantauan suhu dan pH di kawah Gunung Ijen dilakukan
dengan mengunjungi kawah dan mendownload rekaman data suhu dan pH kawah
yang terekam. Data suhu yang terekam didownload setiap 2 minggu sekali,
sedangkan data pH yang terekam didownload setian 1 minggu sekali. Pemantauan
suhu dan pH ini menggunakan suatu alat dengan sensor suhu dan pH yang dapat
merekam kondisi suhu dan pH di kawah Gunung Ijen setiap 1 jam. Sensor alat ini
ditempatkan di kawah Gunung Ijen pada kedalaman 5 meter. Parameter dari
peningkatan aktifitas Gunung Ijen dapat diketahui bila pH yang terekam pada
kawah kurang dari 1.
3.2 Kegempaan Gunung Ijen
Dari rekaman gempa yang terekam oleh seismograf analog yang terdapat di
PPGA Ijen, dapat diketahui beberapa jenis gempa yang terjadi di Gunung Ijen.
Beberapa jenis gempa yang terjadi tersebut antara lain,
a. Gempa Vulkanik Dalam (Tipe A)
Dari rekaman gempa yang terlihat di seismogram di PPGA Ijen, gempa
vulkanik tipe A Gunung Ijen ini dapat dibedakan antara gelombang primer
dan gelombang sekundernya. Selisih waktu tiba antara gelombang primer
dan gelombang sekunder pada gempa vulkanik tipe A ini antara 1 4
detik. Gempa ini biasanya bersumber pada kedalaman 2 30 km dibawah
puncak gunung api dan bentuk gelombang yang tertangkap hampir sama
dengan gempa tektonik. Gempa ini biasanya terjadi menjelang letusan
suatu gunung api atau menandakan gunung api mulai aktif.
Gambar 3.3 Gempa Vulkanik Dalam Gunung Ijen
Intensitas gempa vulkanik dalam yang terekam di PPGA Ijen terlihat
fluktuatif. Ini dapat dilihat di bulan april sampai juli 2012, gempa vulkanik
dalam yang terekam bisa dibilang jarang dibandingkan dengan gempa
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 16
vulkanik dangkal. Berikut ini jumlah gempa vulkanik dalam yang tercatat
dari bulan januari sampai juli 2012
Gambar 3.4 Jumlah Kegempaan Vulkanik Dalam Gunung Ijen
b. Gempa Vulkanik Dangkal (Tipe B)
Gempa vulkanik tipe B yang terekam di PPGA ijen hampir sama dengan
gempa vukanik tipe B(VB) pada gunung lainnya yaitu sulit dibedakan
antara gelombang primer dan gelombang sekundernya. Amplitudo dari
gempanyapun relative lebih besar daripada amplitudo gempa vulkanik tipe
A. Sumber dari gempa ini biasanya kurang dari 2 km dibawah puncak
gunung api, dan biasanya timbul mendekati terjadinya letusan.
Gambar 3.5 Gempa Vulkanik Dangkal Gunung Ijen
Intensitas gempa vulkanik dangkal yang terekam di PPGA Ijenn juga
terlihat fluktuatif. Gempa vulkanik dangkal pada 14 28 Juli 2012
meningkat dengan jumlah gempa yang tercatat mencapai 115 gempa pada
periode itu. Gempa vulkanik dangkal lebih sering muncul dibandingkan
dengan gempa vulkanik dalam. Berikut ini jumlah gempa vulkanik
dangkal yang tercatat dari bulan januari sampai juli 2012.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 17
Gambar 3.6 Jumlah Kegempaan Vulkanik Dangkal Gunung Ijen
c. Gempa Tremor Harmonik
Gempa tremor harmonik yang terekam di PPGA Gunung Ijen mempunyai
frekuensi yang relatif hampir sama, walaupun memiliki amplitudo yang
berbeda. Gempa tremor harmonik yang terekam dapat dilihat pada gambar
dibawah dengan lingkaran warna kuning. Gempa tremor harminik ini
menandakan adanya aktifitas vulkanik di dekat permukaan gunung.
Gambar 3.7 Gempa Tremor Harmonik
Intensitas gempa tremor harmonik yang terekam di PPGA Ijen terlihat
meningkat pada bulan januari dan maret 2012, jumlah kegempaannya
mencapai 80 gempa tremor harmonic dalam waktu 2 minggu. Namun pada
periode bulan april sampai juni tidak terekam gempa tremor harmonik, dan
kemudian terekam kembali pada bulan juli 2012. Berikut ini jumlah
gempa vulkanik dalam yang tercatat dari bulan januari sampai juli 2012.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 18
Gambar 3.8 Jumlah Kegempaan Tremor Harmonik Gunung Ijen
d. Gempa Tremor Plasmodik
Gempa tremor plasmodik pada seismogram dari PPGA ini terlihat
mempunyai frekuensinya yang tidak sama. Frekuensi pada awal gempa
terlihat rendah, kemudian menjadi lebih tinggi dan menjadi rendah lagi.
Dari segi amplitudonya, amplitudo dari tremor plasmodik juga tidak selalu
stabil.
Gambar 3.9 Gempa Tremor plasmodik
Selain gempa gempa di atas, terdapat beberapa gempa lainnya yang
terekam di PPGA Ijen yaitu gempa hembusan, gempa tektonik jauh, gempa
tektonik local dan gempa low frekuensi.
3.3 Aktifitas Gunung Ijen
Dari data yang didapatkan di PPGA Ijen, aktifitas dari Gunung Ijen pada
akhir tahun 2011 tepatnya di bulan desember, gunung mengalami peningkatan
aktifitas sehingga status berubah dari normal (level I) menjadi waspada (level II).
Pada awal sampai pertengahan 2012, aktifitas Gunung Ijen fluktuatif dengan
seringnya perubahan status. Sampai pada pertengahan tahun 2012, terjadi
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 19
peningkatan aktifitas Gunung Ijen sehingga statusnya menjadi siaga (level III)
kembali. Sampai dilakukannya fieldtrip ini, aktifitas Gunung Ijen belum
mengalami penurunan aktifitas sehingga statusnya tetap siaga (level III).
No Tanggal Penetapan Status Status
1 15 Desember 2011 Normal Waspada
2 18 Desember 2011 Waspada Siaga
3 8 Februari 2012 Siaga Waspada
4 12 Maret 2012 Waspada Siaga
5 13 Mei 2012 Siaga Waspada
6 24 Juli 2012 Waspada Siaga
Tabel 3.1 Perkembangan Status Gunung Ijen
Tabel di atas merupakan perkembangan status gunung ijen sejak akhir 2011,
sampai terakhir pada 24 Juli 2012. Berikut ini diskripsi singkat tentang aktifitas
gunung ijen sehingga terjadi perubahan status.
a. Pada bulan Desember 2011, status Gunung Ijen mengalami 2 kali
perubahan status, yang pertama pada tanggal 15 Desember 2011, status
Gunung Ijen berubah dari normal (level I) menjadi waspada (level II). Ini
ditandai dengan aktifitas meningkatnya aktifitas kegempaan yang terekam
di PPGA. Kemudian pada tanggal 18 Desember 2011 status naik lagi dari
waspada (level II) menjadi siaga (level III). Peningkatan status ini ditandai
dengan meningkatnya aktifitas vulkanik Gunung Ijen sejak bulan Oktober
14 Desember 2011 yang ditandai oleh peningkatan aktifitas baik secara
visual, jumlah per bulan Gempa Vulkanik Dalam (Tipe A), Vulkanik
Dangkal (Tipe B) dan Gempa Tremor. Sejak tanggal 5 14 Desember
2011 peningkatan aktifitas vulkanik diikuti juga oleh Gempa Tremor
Harmonik yang menandakan aktifitas dekat permukaan di bawah danau
kawah sudah semakin intensif. Dalam periode tanggal 15 17 Desember
2011 telah terjadi peningkatan aktifitas yang signifikan yang ditandai oleh
lonjakan tajam jumlah Gempa Vulkanik Dalam dan Gempa Vulkanik
Dangkal.
b. Kemudian pada tanggal 8 Februari 2012 status Gunung Ijen diturunkan
dari siaga menjadi waspada. Hal ini dirdasarkan penurunan seismisitas dan
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 20
pengamatan visual dari asap putih yang naik hingga setinggi 300 m di atas
kawah. Selain itu, penurunan suhu air danau yang telah diukur, berkisar
antara 42 derajat Celcius pada tanggal 20 Januari sampai 37 derajat pada
tanggal 2 Februari.
c. Pada periode pengamatan 3 12 Maret 2012 terjadi peningkatan aktifitas
jumlah kegempaan berupa gempa vulkanik dangkal (tipe B), gempa
hembusan, gempa tremor harmonik dan gempa tremor dengan amplitudo >
30 mm. Selain itu, dari rekaman suhu air di kawah terjadi peningkatan
suhu. Sehingga pada 12 Maret 2012 status Gunung Ijen dinaikkan dari
waspada menjadi siaga.
d. Pada periode pengamatan 1 30 April 2012, asap putih muncul dari Ijen
naik hingga 100 - 200 m di atas kawah, kemudian pada periode
pengamatan 1 - 11 Mei 2012 asap putih muncul menyebar dan naik sampai
50 - 100 m diatas kawah. Dari awal April sampai 13 Mei 2012, amplitudo
dan jumlah kegempaannya secara bertahap menurun dan suhu air kawah
juga mengalami penurunan. Sehingga status gunung ijen diturunkan dari
siaga menjadi waspada pada 13 Mei 2012.
e. Pada periode pengamatan 1 Juli 24 juli 2012 terjadi peningkatan aktifitas
kegempaan di Gunung Ijen diantaranya gempa hembusan, gempa vulkanik
dalam, gempa vulkanik dangkal dan gempa tremor harmonik. Terutama
periode tanggal 15 24 Juli 2012 terdapat peningkatan yang terlihat jelas
pada gempa tremor harmonik > 30 mm, gempa hembusan dan gempa
vulkanik dalam bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selain itu
menurut foto termal permukaan, suhu bualan air pada kawah juga lebih
tinggi 5 oC dibanding suhu air sekitar. Dari peningkatan aktifitas tersebut
maka status Gunung Ijen ditingkatkan dari waspada menjadi siaga pada
tanggal 25 Juli 2012.
Sampai pada dilaksanakannya fieldtrip ini, status Gunung Ijen masih tetap
siaga. Masih kerap terjadi gempa tremor gempa tremor harmonik, gempa vulkanik
dangkal, gempa vulkanik dalam dan gempa hembusan. Ini masih menandakan
belum terjadi penurunan aktifitas vulkanisme. Saat dilakukan pengamatan visual
di kawah ijen saat dilaksanakannya filedtrip ini, kepulan gas dari solfatara masih
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 21
tinggi dan tertiup angin. Bau dari gas SO2 masih menyengat bila meskipun
digunakan masker. Namun warna air pada kawah masih tetap hijau keputihan dan
belum berubah menjadi keputihan. Suhu air pada kawah menurut data dari PPGA
juga masih tergolong tinggi.
Gambar 3.10 Kondisi Kawah Gunung Ijen saat Fieldtrip 25 Mei 2013
3.4 Sumber Air Panas Blawan
Daerah Blawan, Kabupaten Bondowoso Banyuwangi Jawa Timur
merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber daya panas bumi di
Indonesia. Secara geografis daerah blawan terletak pada 007 59' 22.94" LS; 114
10' 16.12" BT, secara geografis lokasi ini merupakan daerah yang berada pada
sekitar jajaran pegunungan ijen.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di ketahui di daerah tersebut
terdapat beberapa sumber mata air maupun aliran air panas (panas bumi). Menurut
Mulyadi, 1998 menyatakan bahwa daerah blawan merupakan daerah aliran air
panas netral dengan suhu sekitar 45 0C dari kawasan gunung ijen yang bertipe
bikarbonat yang terdapat di dalam kaldera ijen sebelah utara yakni di Blawan,
Kabupaten Bondowoso. Dari keadaan geologi daerah blawan tersebut dapat
diduga bahwa terdapat banyak sebaran air panas atau panas bumi yang mengalir
dari aliran kawah ijen.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 22
Dari pengamatan yang dilakukan saat fieldtrip, daerah potensi panas bumi
ini masih dimanfaatkan secara tradisional sebagai tempat rekreasi pemandian air
panas. Tidak jauh dari pemandian air panas juga terdapat sebuah sumber air panas
lainnya yang berada di dekat sebuah air terjun. Bau dari air panas tersebut masih
mengandung bau belerang, yang dimungkinkan berasal dari kawah ijen.
Gambar 3.11 Salah satu sumber air panas di Blawan
Menurut salinan surat keputusan menteri Dinas ESDM Nomor
2472/k/30/MEN/2008 dijelaskan bahwa potensi panas bumi di daerah Blawan Ijen
sebesar 270 MW. Potensi tersebut terdapat pada 29 titik panas bumi di lahan
seluas 62.620 hektar diperkirakan menghasilkan energi listrik sebesar 270 Mega
Watt. Ke 29 titik tersebut diketahui berdasarkan survey pendahuluan dan
eksplorasi yang dilakukan oleh PVMBG dan Pertamina. Kemudian pada Oktober
2012 lalu, PT Medco Geothermal Indonesia memegang kuasa eksplorasi yang
meliputi dua daerah yakni di Blawan dan Kawah Gunung Ijen.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil fieldtrip fisika gunung api pada 25 Mei 2013 di Gunung
Ijen dapat disimpulkan:
1. Saat ini PPGA Ijen melakukan monitoring secara visual berupa
pengamatan kondisi kawah (asap solfatara dan perubahan warna air
kawah), pengamatan suhu sekitar, pengamatan arah angin, bau gas
belerang serta pengamatan curah hujan.
2. Saat ini PPGA Ijen melakukan monitoring secara instrument berupa
monitoring kegempaan, monitoring suhu air kawah dan monitoring pH air
kawah.
3. Gempa gempa yang terekam di PPGA Ijen adalah gempa vulkanik
dalam, gempa vulkanik dangkal, gempa tremor harmonik, gempa tremor
plasmodik, gempa low frekuensi, gempa tektonik jauh, gempa tektonik
lokal dan gempa hembusan.
4. Aktifitas Gunung Ijen masih fluktuatif dimulai dengan perubahan status
dari normal menjadi waspada yang ditetapkan pada 15 Oktober 2011 dan
status terakhir adalah siaga yang ditetapkan per 25 Juli 2012 yang sampai
dilakukannya fieldtrip statusnya masih tetap siaga.
5. Aktifitas Gunung Ijen dapat diketahui dengan melihat parameter jumlah
kegempaan, suhu air kawah, pH air kawah, bau gas SO2 di kawah,
perubahan warna air kawah dan kepulan asap belerang dari solfatara,
dimana semakin tinggi aktifitas Ijen, maka nilai dari parameter
parameter tersebut juga semakin tinggi.
6. Di lereng Gunung Ijen tepatnya di daerah Blawan, terdapat potensi panas
bumi yang diperkirakan menghasilkan energy listrik sebesar 270 MW,
namun masih dimanfaatkan sebagai pemandian air panas.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 24
4.2 Saran.
Saran saat melaksanakan fieldtrip fisika gunung api, peserta fieldtrip
sebelumnya harus lebih memahami tentang jenis jenis monitoring yang
dilakukan oleh PPGA. Selain itu perlu dipahami juga tentang jenis jenis
gempa yang terekam di PPGA agar pesrta langsung dapat menganalisis
gempa yang terekam di seismogram.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 25
Daftar Pustaka
Kusumadinata, K., Hadian R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L., D., 1979,
"Data Dasar Gunungapi indonesia", Direktorat Vulkanologi,
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen
Pertambangan dan Energi, RI
Manfaat Panas Bumi Gunung Ijen (Berita Seputar Banyuwangi).
http://www.kabarbanyuwangi.info/manfaat-panas-bumi-gunung-ijen
Di akses pada tanggal 4 Juni 2013.
Purwanto, H. B dkk, 1999 - 2001, Catatan Pengamatan aktivitas Gunung
Kawah Ijen, Jawa Timur.
PVMBG Tingkatkan Status G. Ijen Menjadi Siaga Selasa, 13 Maret 2012
00:00 WIB. http://www.esdm.go.id/berita/geologi/42-geologi/5548-
pvmbg-tingkatkan-status-g-ijen-menjadi-siaga-.pdf Diakses pada
tanggal 4 Juni 2013
PVMBG Turunkan Status G. Ijen Dari SIAGA Menjadi WASPADA.
Kamis, 09 Februari 2012 00:10 WIB.
http://www.esdm.go.id/berita/geologi/42-geologi/5452-pvmbg-
turunkan-status-g-ijen-dari-siaga-menjadi-waspada.pdf Diakses pada
tanggal 4 Juni 2013
Status G. Ijen Diturunkan dari SIAGA menjadi WASPADA, Selasa 15
Mei 2012 00:00 WIB. http://www.esdm.go.id/berita/geologi/42-
geologi/5722-status-g-ijen-diturunkan-dari-siaga-menjadi-waspada-
.pdf Di akses pada tanggal 4 Juni 2013.
Sumintadireja, Prihadi. 2012. Volkanologi. Penerbit ITB : Bandung.
Sutaningsih, N. E. dkk , 2001, "Penyelidikan Pengaruh Unsur Vulkanik G.
ijen, (Penyelidikan Kimia Gas dan Survey Kependudukan Awal Di
Gunung ijen)", Laporan Proyek, BPPTK, Yogyakarta
Syarifudin M. Z., 1978, Pemetaan Geologi Teliti Dataran Tinggi ijen Jawa
Timur, Laporan Proyek Penyelidikan Pengawasan Gunungapi, Bagian
Proyek Penelitian dan Pemetaan Gunungapi, Direktorat Vulkanologi,
Bandung.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 26
Takkano, B, dkk, 2000, "Bathimetric and Geochemical study on Kawah
ijen Crater lake, in Java, indonesia", Abstract and address, General
Assembly 2000, IAVCEI, Bali, Volcanological Survey of Indonesia.
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 27
Lampiran 1
Grafik Jumlah Gempa Gunung Ijen
Periode 1 Desember 2011 29 April 2012
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 28
Lampiran 2
Grafik Jumlah Gempa Tektonik Lokal Gunung Ijen
Periode 14 Januari 2012 28 Juli 2012
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 29
Lampiran 3
Grafik Jumlah Gempa Tektonik Jauh Gunung Ijen
Periode 14 Januari 2012 28 Juli 2012
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 30
Lampiran 4
Grafik Perubahan Suhu Temperatur Kawah Gunung Ijen
Periode 1 Oktober 2011 27 April 2013
-
Laporan Fieldtrip Fisika Gunung Api 2013 31
Lampiran 5
Foto Kegiatan Fieldtrip Fisika Gunung Api
Gunung Ijen 25 Mei 2013
Jalan Menuju Kawah Gunung Ijen
Foto Bersama saat di kawah Gunung Ijen