FARMAKOTERAPI

13
FARMAKOTERAPI Disusun Oleh: Tri Eka Julianto Amrullah 1081700021 Pembimbing : dr. Dwi Anna PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

Transcript of FARMAKOTERAPI

Page 1: FARMAKOTERAPI

FARMAKOTERAPI

Disusun Oleh:

Tri Eka Julianto Amrullah

1081700021

Pembimbing :

dr. Dwi Anna

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

STASE KEDOKTERAN KELUARGA DAN KOMUNITAS

2014

Page 2: FARMAKOTERAPI

ASAM MEFENAMAT

Asam Mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk kedalam golongan

obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS). Bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin

dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) sehingga mempunyai

efek analgesik, antiinflamasi dan antipiretik. Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau

melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang

menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa

nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.

1.1 Farmakokinetik

Tablet asam mefenamat diberikan secara oral. Diberikan melalui mulut dan diabsorbsi

pertama kali dari lambung dan usus selanjutnya obat akan melalui hati diserap darah dan dibawa

oleh darah sampai ke tempat kerjanya. Pemberian dosis tunggal secara oral sebesar 1000 mg

memberikan konsentrasi puncak asam mefenamat dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam.

Pada manusia, sekitar 50% dosis asam mefenamat diekskresikan dalam urin dan 20% obat ini

ditemukan dalam feses (Goodman, 2007).

1.2 Farmakodinamik

Asam Mefenamat termasuk ke dalam golongan (NSAIDS), maka kerja utama

kebanyakan nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDS) adalah sebagai penghambat sintesis

prostaglandin.

1.3 Indikasi

Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, nyeri

karena trauma, nyeri otot dan nyeri sehabis operasi.

1.4 Kontra indikasi

1. Pasien yang urtikaria dan hipersensitif terhadap Asam Mefenamat.

2. Penderita asma

3. Penderita dengan tukak lambung dan usus.

Page 3: FARMAKOTERAPI

4. Penderita dengan ganguan ginjal yang berat

1.5 Efek samping

Efek samping dari asam mefenamat terhadap saluran cerna yang sering timbul adalah

diare, diare sampai berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa lambung, selain itu dapat juga

menyebabkan eritema kulit, memperhebat gejala asma dan kemungkinan gangguan ginjal.

1.6 Interaksi Obat

Obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspirin) dan insulin.

1.7 Dosis

Dewasa 500mg pemakaian 3x sehari. Nyeri akut dan demam bisa di atasi dengan 325 –

500 mg empat kali sehari.

PARACETAMOL

2.1 Nama Generik dan Nama Dagang

Nama Generik : Parasetamol

Nama Dagang : Sanmol, Procet, Panadol, Progesic, Tempra. Nalgesik, Paracetol, Xepamol,

dll.

2.2 Farmakologi

Paracetamol adalah suatu analgesik antipiretik terpilih yang cepat diabsorbsi tanpa

menimbulkan iritasi pada lambungdan bebas dari sifat-sifat toksis seperti methemoglobinemia

dan anemia,sehingga Paracetamol relatif lebih aman dibanding dengan obat-obat analgesik-

antipiretik yang lain.

2.3 Farmakodinamik

. Mekanisme utama yang diusulkan adalah penghambatan siklooksigenase (COX).

Meskipun memiliki sifat analgesik dan antipiretik sebanding dengan aspirin atau NSAID lainnya,

perangkat anti-inflamasi aktivitas biasanya dibatasi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah

Page 4: FARMAKOTERAPI

tingginya tingkat kadar peroksida dalam lesi inflamasi. Namun, dalam beberapa keadaan,

aktivitas anti-inflamasi sebanding dengan NSAID lainnya.

Parasetamol mengurangi bentuk teroksidasi enzim COX, mencegah dari pembentukan

senyawa kimia pro-inflamasi. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah prostaglandin E2 di

SSP, sehingga menurunkan set point hipotalamus di pusat termoregulasi.

2.4 Farmakokinetik

Parasetamol diabsorbsi cepat dan semprna melalui saluran cerna. Konsentras tertunggi

dalam plasma dicapai dalm waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini

tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% parasetamol terikat protein plasma. 4

Parsetamol dimetabolisme utamanya di hati, 3 jalur yang diketahui yaitu, glucoronidation

(40)%), sulfonition (20-40%), N-hidroxylation dan GSH conjugation (15%). Semua tiga jalur

menghasilkan produk akhir yang sudah tidak aktif, tidak beracun, dan akhirnya diekskresikan

oleh ginjal.

2.5 Indikasi

Parasetamol disetujui untuk mengurangi demam pada orang-orang dari segala usia,

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bahwa parasetamol hanya dapat

digunakan untuk mengobati demam pada anak-anak mereka jika suhu lebih besar dari 38,5. ° C

(101,3 ° F). Pemberian tunggal parasetamol pada anak dengan demam telah dipertanyakan dan

sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa kurang efektif daripada ibuprofen. Parasetamol

memiliki peran yang mapan dalam pengobatan pediatrik sebagai analgesik dan antipiretik yang

efektif.

Parasetamol digunakan untuk menghilangkan nyeri yang terkait dengan banyak bagian

tubuh. Ia memiliki sifat analgesik sebanding dengan aspirin, sedangkan anti-inflamasi efek lebih

lemah. Hal ini lebih baik pada aspirin pada pasien yang berlebihan sekresi asam lambung atau

perpanjangan waktu perdarahan dapat menjadi perhatian.

Parasetamol dapat meredakan nyeri pada arthritis ringan tetapi tidak berpengaruh pada

peradangan yang mendasarinya, kemerahan, dan pembengkakan sendi. Hal ini sama efektifnya

dengan ibuprofen non-steroid anti-inflamasi dalam mengurangi rasa sakit osteoarthritis lutut.

Page 5: FARMAKOTERAPI

Parasetamol memiliki relatif sedikit aktivitas anti-inflamasi, dibandingkan analgesik umum

lainnya seperti aspirin dan ibuprofen NSAID.

Mengenai keberhasilan komparatif, studi menunjukkan hasil yang bertentangan bila

dibandingkan dengan NSAID. Sebuah uji coba terkontrol secara acak dari nyeri kronis dari

osteoarthritis pada orang dewasa menemukan manfaat serupa dari parasetamol dan ibuprofen. 2

Efektivitas parasetamol bila digunakan dalam bentuk kombinasi dengan opioid lemah

(seperti kodein) telah dipertanyakan oleh studi data terakhir; jumlah kecil data yang tersedia

telah membuat mencapai kesimpulan yang sulit. Kombinasi obat parasetamol dan morfin opioid

kuat seperti telah ditunjukkan untuk mengurangi jumlah opioid yang digunakan dan

meningkatkan efek analgesik.

2.9 Kontraindikasi

penderita dengan hipersensitif/alergi terhadap parasetamol

penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal

penderita dengan defisiensi enzin Glukosa 6 fosfat dehidroginase

2.10Efek Samping

Reaksi alergi terhadap derivate para-aminofenol jarnag terjadi. Manifestasinya berupa

eritema atau urtkaria dan gejala yang lebh berat berupa demam dan lesi pada mukosa. Anemia

hiporomik dapat terjadi terutama pada pemakaian kronik. Anemia hemolitik dapat terjadi

berdasarkan mekanisme autoimun, defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit yang abnormal.

Efek samping lain dari parasetamol antar lain mual, berkurang nafsu makan, dan pemberian

dosis tinggi pada anak usia dibawah 1 tahun diteliti mampu meningkatkan resiko anak terkena

asma dan eksem pada usia 6 atau 7 tahun. 5

2.11 Bentuk Sediaan Obat 6

Dalam hal bentuk sediaan, parasetamol terdapat dalam bentuk tablet, kapsul, sirup,

suppositoria, dan larutan.. Rute pemberian parasetamol dapat melalui oral, intravena, dan rectal.

Yang paling sering digunakan adalah tablet dan cairan suspensi. Sediaan untuk tablet dan kapsul

325 mg, 500mg, 650mg. Untuk sediaan elixir (sirup) 120, 160, 325mg/5 ml. Sedangkan untuk

Page 6: FARMAKOTERAPI

sediaan larutan 100mg/ml; 120 mg/2,5ml. Untuk anak-anak dapat diberikan supositoria yang

sediaannya 120 mg, 125 mg, 325mg, 600mg, 650mg.

2.12 Dosis

1. Dewasa: Oral 2-3 x 0,5-1 g/kali (maximal 4gr)

2. Anak : Oral 4-6 x 10-15 mg/KgBB

rectal : 20mg/KgBB/kali

tidak dianjurkan untuk anak dibawah 3 bulan

anak usia 3-12 bulan : 2-3 x 120 mg

anak usia 1-4 tahun : 2-3 x 240 mg

anak usia 4-6 tahun : 4 x 240 mg

anak usia 7-12 tahun : 2-3 x 0,5 mg

2.13 Interaksi Obat

1 Pemberian pada pasien dnegan alkoholik kronik dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas.

2 Pemberian bersama dengan obat antikejang dan isoniazid akan meningkatkan resiko

hepatotoksisitas

3 pemberian terhadap antikoaguan oral dapat meningkatkan efek dari warfarin.

4 Pemberian bersama dengan fenotiazin dapat menyebabkan hipotermia yang parah.

2.14 Over dosis / Keracunan

Akibat dosis toksis yang paling serius adalah nekrosis hati. Nekrosis tubulus renalis serta

koma hipoglikemik dapat juga terjadi. Hepatotoksisistas dapat terajdi pada pemberian dosis

tunggal 10-15 gram (200-250 mg/KgBB) parasetamol. gejala pada hari pertama keracunan akut

parasetamol belim mencerminkan bahaya yang mengancam. Anoreksia,mual, dan muntah serta

sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung selama seminggu atau lebih.

Gangguan hepar dpaat terjadi pada hari kedua, dengan gejala peningkatna aktivitas serum

transaminase, laktat dehidroginase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protrombin.

Aktivitas alkali fosfatase dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan hati dapat

mengakibatkan ensefalopati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat pulih dalam

beberapa minggu sampai beberapa bulan.

Page 7: FARMAKOTERAPI

Masa paruh parasetamol pada hari pertama keracunan merupakan petunjuk beratnya

keracunan. Masa paruh lebih dari 4 jam merupakan pertunjuk akan terjadinya nekrosis hatu dan

masa paruh lebih dari 12 jam meramalkan akan terjadinya koma hepatik. Penentuan kadar

parasetamol sesaat kurang peka untuk meramalkan terjadinya kerusakan hati. kerusakan hati ini

tidak hanya disebabkan poleh parasetamol, teteapi juga oleh radikal bebas, metabolit yang sangat

reaktif yang berikatan secara kovalen dengan makromolekul vital sel hati. karena itu

hepatotoksisitas parasetamol meningkat pada pasien yang juga mendapat barbiturate,

antikonvulsi lain ataau pada lakoholik kronik. Kerusakan yang timbul berupa sentrilobilaris.

keracunan akut ini biasanyadiobati secara simtomatik dan suportif, tetapi pemberian senyawa

sulfhidril tampaknya dapat bermanfaat, yaitu dengan memperbaiki cadangan gluttation hati. N-

asetilsistein cukup efektif bila deberikan per oral24 jam setelah minum dosis toksik parasetamol.

IBUPROFEN

Ibuprofen merupakan turunan asam propionat dengan efek analgesik, antipiretik, dan

anti-inflamasi yang menonjol, mencerminkan suatu penghambatan dari sintesis prostaglandin.

Turunan asam propionat sama bergunanya dengan salisilat dalam mengobati berbagai bentuk

dari arthritis termasuk osteoarthritis, rheumatoid arthritis, arthritis gout akut.1 Ibuprofen sering

diresepkan dalam dosis rendah yang bersifat analgesik tetapi mempunyai efek anti-inflamasi

rendah.

Farmakokinetik

Secara umum ibuprofen beserta turunannya sangat cepat dan sangat efektif diserap

setelah pemberian peroral, dengan bioavailabilitas lebih besar dari 85%. Puncak konsentrasi

plasma terjadi antara 0,5 dan 3 jam tergantung jenis obat yang dipilih. Seluruh jenis obat tersebut

mengalir ke dalam cairan sinovial secara perlahan dan masih terdapat dalam konsentrasi yang

cukup tinggi di sinovial walaupun konsentrasinya dalam plasma telah menurun. Distribusi

flurbiprofen relatif cepat ke dalam cairan sinovial dan konsentrasinya sebanding dengan

konsentrasi plasma setelah 6 jam pemberian peroral.

Page 8: FARMAKOTERAPI

Ibuprofen dieliminasi terutama melalui metabolisme secara luas di hati menjadi hidroksil

atau konjugasi karboksil dengan kurang dari 1% obat ditemukan dalam urin dalam keadaan tidak

dimetabolisme. Ibuprofen memiliki volume distribusi yang relatif rendah (0,1 sampai 0,12 L/kg).

Waktu paruh eliminasinya berkisar antara 2 hingga 4 jam.

Farmakodinamik

Mekanisme kerja ibuprofen melalui inhibisi sintesis prostaglandin dengan menghambat

Cyclooxygenase I (COX I) dan Cyclooxygenase II (COX II). Namun tidak seperti aspirin,

hambatan yang diakibatkan olehnya bersifat reversibel. Dalam pengobatan dengan ibuprofen,

terjadi penurunan pelepasan mediator dari granulosit, basofil, dan sel mast, terjadi penurunan

kepekaan terhadap bradikinin dan histamin, mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T,

melawan vasodilatasi, dan menghambat agregasi platelet.

Penggunaan Klinis

Ibuprofen dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yang ringan hingga sedang,

khususnya nyeri oleh karena inflamasi seperti yang terdapat pada arthritis dan gout.4 Beberapa

pasien dengan rheumatoid arthritis dapat ditangani dengan baik menggunakan ibuprofen, namun

secara umum ibuprofen lebih berguna untuk pasien dengan peradangan yang ringan dan arthritis

degeneratif. Flurbiprofen lebih potensial sebagai anti-inflamasi dibandingkan dengan ibuprofen

dan biasanya dapat ditoleransi dengan baik. Ketoprofen dan fenoprofen sering digunakan sebagai

terapi pengganti naproxen.

Dosis

Untuk mengurangi nyeri ringan hingga sedang dosis dewasa penggunaan ibuprofen

peroral adalah 400 mg untuk nyeri haid 400 mg peroral kalau perlu. Untuk arthritis rheumatoid

400-800 mg. Untuk demam pada anak-anak 5mg/kgbb, untuk nyeri pada anak-anak 10mg/kgbb,

untuk arthritis juvenil 30-40mg/kgbb/hari.

Efek Samping

Secara umum semua turunan asam propionat memiliki efek iritasi gastrointestinal dan

ulserasi yang lebih kecil dibandingkan dengan pemberian salisilat. Fungsi platelet mungkin

Page 9: FARMAKOTERAPI

dipengaruhi dan bervariasi dari masing-masing turunannya. Inhibisi dari sintesis prostaglandin

dapat memperburuk disfungsi ginjal pada pasien dengan kelainan ginjal yang mana

prostaglandin diperlukan untuk mempertahankan aliran darah ginjal. Dapat juga menimbulkan

suatu reaksi alergi pada pasien yang hipersensitif. Efek terhadap ginjal dapat berupa gagal ginjal

akut, nefritis interstisialis, dan sindrom nefrotik

Efek samping dari ibuprofen dapat berupa kemerahan, pruritus, tinitus, pusing, nyeri

kepala, cemas, meningitis aseptik, dan retensi cairan di samping efek gastrointestinal (dapat

diubah dengan penelanan bersama makanan). Pemberian ibuprofen dalam jangka waktu yang

lama berhubungan dengan agranulositosis dan aplasia sumsum tulang granulositik

Interaksi Obat

Pemberian dengan aspirin meningkatkan pembersihan obat bebas (free drug clearance).

Dapat juga terjadi interaksi dengan koagulan namun jarang terjadi.

Perbandingan Dengan NSAID Lainnya

Efek anti-inflamasi dari ibuprofen lebih besar daripada aspirin. Pada dosis sekitar

2400mg per hari, efek anti inflamasi ibuprofen setara dengan 4g aspirin.