FARMAKOTERAPI
-
Upload
ajmal-unnas-arzt -
Category
Documents
-
view
22 -
download
2
Transcript of FARMAKOTERAPI
FARMAKOTERAPI
Disusun Oleh:
Tri Eka Julianto Amrullah
1081700021
Pembimbing :
dr. Dwi Anna
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
STASE KEDOKTERAN KELUARGA DAN KOMUNITAS
2014
ASAM MEFENAMAT
Asam Mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk kedalam golongan
obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS). Bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin
dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) sehingga mempunyai
efek analgesik, antiinflamasi dan antipiretik. Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang
menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa
nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
1.1 Farmakokinetik
Tablet asam mefenamat diberikan secara oral. Diberikan melalui mulut dan diabsorbsi
pertama kali dari lambung dan usus selanjutnya obat akan melalui hati diserap darah dan dibawa
oleh darah sampai ke tempat kerjanya. Pemberian dosis tunggal secara oral sebesar 1000 mg
memberikan konsentrasi puncak asam mefenamat dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam.
Pada manusia, sekitar 50% dosis asam mefenamat diekskresikan dalam urin dan 20% obat ini
ditemukan dalam feses (Goodman, 2007).
1.2 Farmakodinamik
Asam Mefenamat termasuk ke dalam golongan (NSAIDS), maka kerja utama
kebanyakan nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDS) adalah sebagai penghambat sintesis
prostaglandin.
1.3 Indikasi
Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, nyeri
karena trauma, nyeri otot dan nyeri sehabis operasi.
1.4 Kontra indikasi
1. Pasien yang urtikaria dan hipersensitif terhadap Asam Mefenamat.
2. Penderita asma
3. Penderita dengan tukak lambung dan usus.
4. Penderita dengan ganguan ginjal yang berat
1.5 Efek samping
Efek samping dari asam mefenamat terhadap saluran cerna yang sering timbul adalah
diare, diare sampai berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa lambung, selain itu dapat juga
menyebabkan eritema kulit, memperhebat gejala asma dan kemungkinan gangguan ginjal.
1.6 Interaksi Obat
Obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspirin) dan insulin.
1.7 Dosis
Dewasa 500mg pemakaian 3x sehari. Nyeri akut dan demam bisa di atasi dengan 325 –
500 mg empat kali sehari.
PARACETAMOL
2.1 Nama Generik dan Nama Dagang
Nama Generik : Parasetamol
Nama Dagang : Sanmol, Procet, Panadol, Progesic, Tempra. Nalgesik, Paracetol, Xepamol,
dll.
2.2 Farmakologi
Paracetamol adalah suatu analgesik antipiretik terpilih yang cepat diabsorbsi tanpa
menimbulkan iritasi pada lambungdan bebas dari sifat-sifat toksis seperti methemoglobinemia
dan anemia,sehingga Paracetamol relatif lebih aman dibanding dengan obat-obat analgesik-
antipiretik yang lain.
2.3 Farmakodinamik
. Mekanisme utama yang diusulkan adalah penghambatan siklooksigenase (COX).
Meskipun memiliki sifat analgesik dan antipiretik sebanding dengan aspirin atau NSAID lainnya,
perangkat anti-inflamasi aktivitas biasanya dibatasi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
tingginya tingkat kadar peroksida dalam lesi inflamasi. Namun, dalam beberapa keadaan,
aktivitas anti-inflamasi sebanding dengan NSAID lainnya.
Parasetamol mengurangi bentuk teroksidasi enzim COX, mencegah dari pembentukan
senyawa kimia pro-inflamasi. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah prostaglandin E2 di
SSP, sehingga menurunkan set point hipotalamus di pusat termoregulasi.
2.4 Farmakokinetik
Parasetamol diabsorbsi cepat dan semprna melalui saluran cerna. Konsentras tertunggi
dalam plasma dicapai dalm waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini
tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% parasetamol terikat protein plasma. 4
Parsetamol dimetabolisme utamanya di hati, 3 jalur yang diketahui yaitu, glucoronidation
(40)%), sulfonition (20-40%), N-hidroxylation dan GSH conjugation (15%). Semua tiga jalur
menghasilkan produk akhir yang sudah tidak aktif, tidak beracun, dan akhirnya diekskresikan
oleh ginjal.
2.5 Indikasi
Parasetamol disetujui untuk mengurangi demam pada orang-orang dari segala usia,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bahwa parasetamol hanya dapat
digunakan untuk mengobati demam pada anak-anak mereka jika suhu lebih besar dari 38,5. ° C
(101,3 ° F). Pemberian tunggal parasetamol pada anak dengan demam telah dipertanyakan dan
sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa kurang efektif daripada ibuprofen. Parasetamol
memiliki peran yang mapan dalam pengobatan pediatrik sebagai analgesik dan antipiretik yang
efektif.
Parasetamol digunakan untuk menghilangkan nyeri yang terkait dengan banyak bagian
tubuh. Ia memiliki sifat analgesik sebanding dengan aspirin, sedangkan anti-inflamasi efek lebih
lemah. Hal ini lebih baik pada aspirin pada pasien yang berlebihan sekresi asam lambung atau
perpanjangan waktu perdarahan dapat menjadi perhatian.
Parasetamol dapat meredakan nyeri pada arthritis ringan tetapi tidak berpengaruh pada
peradangan yang mendasarinya, kemerahan, dan pembengkakan sendi. Hal ini sama efektifnya
dengan ibuprofen non-steroid anti-inflamasi dalam mengurangi rasa sakit osteoarthritis lutut.
Parasetamol memiliki relatif sedikit aktivitas anti-inflamasi, dibandingkan analgesik umum
lainnya seperti aspirin dan ibuprofen NSAID.
Mengenai keberhasilan komparatif, studi menunjukkan hasil yang bertentangan bila
dibandingkan dengan NSAID. Sebuah uji coba terkontrol secara acak dari nyeri kronis dari
osteoarthritis pada orang dewasa menemukan manfaat serupa dari parasetamol dan ibuprofen. 2
Efektivitas parasetamol bila digunakan dalam bentuk kombinasi dengan opioid lemah
(seperti kodein) telah dipertanyakan oleh studi data terakhir; jumlah kecil data yang tersedia
telah membuat mencapai kesimpulan yang sulit. Kombinasi obat parasetamol dan morfin opioid
kuat seperti telah ditunjukkan untuk mengurangi jumlah opioid yang digunakan dan
meningkatkan efek analgesik.
2.9 Kontraindikasi
penderita dengan hipersensitif/alergi terhadap parasetamol
penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal
penderita dengan defisiensi enzin Glukosa 6 fosfat dehidroginase
2.10Efek Samping
Reaksi alergi terhadap derivate para-aminofenol jarnag terjadi. Manifestasinya berupa
eritema atau urtkaria dan gejala yang lebh berat berupa demam dan lesi pada mukosa. Anemia
hiporomik dapat terjadi terutama pada pemakaian kronik. Anemia hemolitik dapat terjadi
berdasarkan mekanisme autoimun, defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit yang abnormal.
Efek samping lain dari parasetamol antar lain mual, berkurang nafsu makan, dan pemberian
dosis tinggi pada anak usia dibawah 1 tahun diteliti mampu meningkatkan resiko anak terkena
asma dan eksem pada usia 6 atau 7 tahun. 5
2.11 Bentuk Sediaan Obat 6
Dalam hal bentuk sediaan, parasetamol terdapat dalam bentuk tablet, kapsul, sirup,
suppositoria, dan larutan.. Rute pemberian parasetamol dapat melalui oral, intravena, dan rectal.
Yang paling sering digunakan adalah tablet dan cairan suspensi. Sediaan untuk tablet dan kapsul
325 mg, 500mg, 650mg. Untuk sediaan elixir (sirup) 120, 160, 325mg/5 ml. Sedangkan untuk
sediaan larutan 100mg/ml; 120 mg/2,5ml. Untuk anak-anak dapat diberikan supositoria yang
sediaannya 120 mg, 125 mg, 325mg, 600mg, 650mg.
2.12 Dosis
1. Dewasa: Oral 2-3 x 0,5-1 g/kali (maximal 4gr)
2. Anak : Oral 4-6 x 10-15 mg/KgBB
rectal : 20mg/KgBB/kali
tidak dianjurkan untuk anak dibawah 3 bulan
anak usia 3-12 bulan : 2-3 x 120 mg
anak usia 1-4 tahun : 2-3 x 240 mg
anak usia 4-6 tahun : 4 x 240 mg
anak usia 7-12 tahun : 2-3 x 0,5 mg
2.13 Interaksi Obat
1 Pemberian pada pasien dnegan alkoholik kronik dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas.
2 Pemberian bersama dengan obat antikejang dan isoniazid akan meningkatkan resiko
hepatotoksisitas
3 pemberian terhadap antikoaguan oral dapat meningkatkan efek dari warfarin.
4 Pemberian bersama dengan fenotiazin dapat menyebabkan hipotermia yang parah.
2.14 Over dosis / Keracunan
Akibat dosis toksis yang paling serius adalah nekrosis hati. Nekrosis tubulus renalis serta
koma hipoglikemik dapat juga terjadi. Hepatotoksisistas dapat terajdi pada pemberian dosis
tunggal 10-15 gram (200-250 mg/KgBB) parasetamol. gejala pada hari pertama keracunan akut
parasetamol belim mencerminkan bahaya yang mengancam. Anoreksia,mual, dan muntah serta
sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung selama seminggu atau lebih.
Gangguan hepar dpaat terjadi pada hari kedua, dengan gejala peningkatna aktivitas serum
transaminase, laktat dehidroginase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protrombin.
Aktivitas alkali fosfatase dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan hati dapat
mengakibatkan ensefalopati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat pulih dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Masa paruh parasetamol pada hari pertama keracunan merupakan petunjuk beratnya
keracunan. Masa paruh lebih dari 4 jam merupakan pertunjuk akan terjadinya nekrosis hatu dan
masa paruh lebih dari 12 jam meramalkan akan terjadinya koma hepatik. Penentuan kadar
parasetamol sesaat kurang peka untuk meramalkan terjadinya kerusakan hati. kerusakan hati ini
tidak hanya disebabkan poleh parasetamol, teteapi juga oleh radikal bebas, metabolit yang sangat
reaktif yang berikatan secara kovalen dengan makromolekul vital sel hati. karena itu
hepatotoksisitas parasetamol meningkat pada pasien yang juga mendapat barbiturate,
antikonvulsi lain ataau pada lakoholik kronik. Kerusakan yang timbul berupa sentrilobilaris.
keracunan akut ini biasanyadiobati secara simtomatik dan suportif, tetapi pemberian senyawa
sulfhidril tampaknya dapat bermanfaat, yaitu dengan memperbaiki cadangan gluttation hati. N-
asetilsistein cukup efektif bila deberikan per oral24 jam setelah minum dosis toksik parasetamol.
IBUPROFEN
Ibuprofen merupakan turunan asam propionat dengan efek analgesik, antipiretik, dan
anti-inflamasi yang menonjol, mencerminkan suatu penghambatan dari sintesis prostaglandin.
Turunan asam propionat sama bergunanya dengan salisilat dalam mengobati berbagai bentuk
dari arthritis termasuk osteoarthritis, rheumatoid arthritis, arthritis gout akut.1 Ibuprofen sering
diresepkan dalam dosis rendah yang bersifat analgesik tetapi mempunyai efek anti-inflamasi
rendah.
Farmakokinetik
Secara umum ibuprofen beserta turunannya sangat cepat dan sangat efektif diserap
setelah pemberian peroral, dengan bioavailabilitas lebih besar dari 85%. Puncak konsentrasi
plasma terjadi antara 0,5 dan 3 jam tergantung jenis obat yang dipilih. Seluruh jenis obat tersebut
mengalir ke dalam cairan sinovial secara perlahan dan masih terdapat dalam konsentrasi yang
cukup tinggi di sinovial walaupun konsentrasinya dalam plasma telah menurun. Distribusi
flurbiprofen relatif cepat ke dalam cairan sinovial dan konsentrasinya sebanding dengan
konsentrasi plasma setelah 6 jam pemberian peroral.
Ibuprofen dieliminasi terutama melalui metabolisme secara luas di hati menjadi hidroksil
atau konjugasi karboksil dengan kurang dari 1% obat ditemukan dalam urin dalam keadaan tidak
dimetabolisme. Ibuprofen memiliki volume distribusi yang relatif rendah (0,1 sampai 0,12 L/kg).
Waktu paruh eliminasinya berkisar antara 2 hingga 4 jam.
Farmakodinamik
Mekanisme kerja ibuprofen melalui inhibisi sintesis prostaglandin dengan menghambat
Cyclooxygenase I (COX I) dan Cyclooxygenase II (COX II). Namun tidak seperti aspirin,
hambatan yang diakibatkan olehnya bersifat reversibel. Dalam pengobatan dengan ibuprofen,
terjadi penurunan pelepasan mediator dari granulosit, basofil, dan sel mast, terjadi penurunan
kepekaan terhadap bradikinin dan histamin, mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T,
melawan vasodilatasi, dan menghambat agregasi platelet.
Penggunaan Klinis
Ibuprofen dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yang ringan hingga sedang,
khususnya nyeri oleh karena inflamasi seperti yang terdapat pada arthritis dan gout.4 Beberapa
pasien dengan rheumatoid arthritis dapat ditangani dengan baik menggunakan ibuprofen, namun
secara umum ibuprofen lebih berguna untuk pasien dengan peradangan yang ringan dan arthritis
degeneratif. Flurbiprofen lebih potensial sebagai anti-inflamasi dibandingkan dengan ibuprofen
dan biasanya dapat ditoleransi dengan baik. Ketoprofen dan fenoprofen sering digunakan sebagai
terapi pengganti naproxen.
Dosis
Untuk mengurangi nyeri ringan hingga sedang dosis dewasa penggunaan ibuprofen
peroral adalah 400 mg untuk nyeri haid 400 mg peroral kalau perlu. Untuk arthritis rheumatoid
400-800 mg. Untuk demam pada anak-anak 5mg/kgbb, untuk nyeri pada anak-anak 10mg/kgbb,
untuk arthritis juvenil 30-40mg/kgbb/hari.
Efek Samping
Secara umum semua turunan asam propionat memiliki efek iritasi gastrointestinal dan
ulserasi yang lebih kecil dibandingkan dengan pemberian salisilat. Fungsi platelet mungkin
dipengaruhi dan bervariasi dari masing-masing turunannya. Inhibisi dari sintesis prostaglandin
dapat memperburuk disfungsi ginjal pada pasien dengan kelainan ginjal yang mana
prostaglandin diperlukan untuk mempertahankan aliran darah ginjal. Dapat juga menimbulkan
suatu reaksi alergi pada pasien yang hipersensitif. Efek terhadap ginjal dapat berupa gagal ginjal
akut, nefritis interstisialis, dan sindrom nefrotik
Efek samping dari ibuprofen dapat berupa kemerahan, pruritus, tinitus, pusing, nyeri
kepala, cemas, meningitis aseptik, dan retensi cairan di samping efek gastrointestinal (dapat
diubah dengan penelanan bersama makanan). Pemberian ibuprofen dalam jangka waktu yang
lama berhubungan dengan agranulositosis dan aplasia sumsum tulang granulositik
Interaksi Obat
Pemberian dengan aspirin meningkatkan pembersihan obat bebas (free drug clearance).
Dapat juga terjadi interaksi dengan koagulan namun jarang terjadi.
Perbandingan Dengan NSAID Lainnya
Efek anti-inflamasi dari ibuprofen lebih besar daripada aspirin. Pada dosis sekitar
2400mg per hari, efek anti inflamasi ibuprofen setara dengan 4g aspirin.