FARMAKOTERAPI ALERGI

29
Alergi Disusun Oleh : Bayu Kartiko Fadlikah Heni K. Syaiful R. Suryanti Yusnia Gulfa M. KELOMPOK 3 Apoteker - B Program Studi Profesi Apoteker Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka Jakarta 2012

Transcript of FARMAKOTERAPI ALERGI

Page 1: FARMAKOTERAPI ALERGI

AlergiDisusun Oleh :

Bayu KartikoFadlikahHeni K.

Syaiful R.Suryanti

Yusnia Gulfa M.

KELOMPOK 3Apoteker - B

Program Studi Profesi ApotekerUniversitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka

Jakarta2012

Page 2: FARMAKOTERAPI ALERGI

• Alergi (Lat: Berlaku berlainan) adalah kepekaan berbeda terhadap suatu antigen eksogen atas dasar proses imunologi. Pada dasarnya reaksi imun tersebut berfungsi melindungi organisme terhadap zat-zat asing yang menyerang tubuh.

Definisi

Page 3: FARMAKOTERAPI ALERGI

Mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung pada aktivasi sel limfosit B dan sel limfosit T. Aktivitas berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas atau alergi. Bila suatu protein asing (antigen) masuk berulangkali ke dalam aliran darah seorang yang berbakat hipersensitif, maka limfosit B akan membentuk antibodi dari tipe IgE (di samping IgG dan IgM). IgE ini yang juga disebut reagin, mengikat diri pada membran mast-cells tanpa menimbulkan gejala.

Apabila kemudian antigen (alergen) yang sama atau yang mirip rumus bangunnya memasuki darah lagi, maka IgE akan mengenali dan mengikat padanya. Hasilnya adalah suatu reaksi alergi akibat pecahnya membran mast-cells. Sejumlah zat perantara (mediator) dilepaskan, yakni histamin bersama serotonin, bradikinin dan asam arachidonat, yang kemudian diubah menjadi prostaglandin dan leukotrien. Reaksi terhadap masuknya antigen tersebut akan menyebabkan beberapa gejala antara lain bronchokonstriksi, vasodilatasi, dan pembengkakan jaringan.

Patofisiologi

Page 4: FARMAKOTERAPI ALERGI
Page 5: FARMAKOTERAPI ALERGI

Histamin • Histamin merupakan 2-(4-imidazol) etilamin, didapatkan pada tanaman

maupun jaringan hewan serta merupakan komponen dari beberapa racun dan sekret sengatan binatang.

• Histamin terdapat pada hampir semua organ dan jaringan dalam keadaan terikat dan inaktif yang terutama terdapat dalam sel-sel tertentu. Mast Cells atau Mastocyt menyerupai balon-balon kecil yang penuh dengan gelembung yang ditimbun dengan histamin dan zat-zat mediator lain. Sel-sel ini banyak ditemukan tepat di bagian tubuh yang bersentuhan langsung dengan lingkungan, yakni di kulit, mukosa mata, hidung, saluran nafas, dll.

• Faktor- faktor yang dapat membebaskan Mast Cells :1. Reaksi alergi2. Kecelakaan dengan cedera serius3. Sinar UV matahari4. Zat – zat kimia yang dapat membebaskan mast cells (Histamine

Liberators) seperti racun ular, tawon, obat – obat tertentu (kodein, klordiazepoksid)

Page 6: FARMAKOTERAPI ALERGI

Histamin • Aktivitas terpenting histamin diantaranya adalah :

1. Kontraksi otot polos bronchi, usus, dan rahim.2. Vasodilatasi semua pembuluh dengan penurunan

tekanan darah.3. Memperbesar permeabilitas kapiler untuk cairan dan

protein dengan akibat udema dan pengembangan mukosa

4. Hipersekresi ingus dan air mata, ludah, dahak dan asam lambung.

5. Stimulasi ujung syaraf dengan erytema dan gatal – gatal.

• Dalam keadaan normal, kadar histamin dalam darah rendah, yaitu ca 50 mcg/L sehingga tidak menimbulkan efek. Baru bila mast cells dirusak membrannya sebagai akibat dari salah satu faktor yang dapat membebaskan mast cells maka dibebaskanlah banyak histamin sehingga efek itu menjadi nyata. Setelah melakukan kegiatannya, kelebihan histamin diuraikan oleh enzim histaminase yang juga terdapat dalam jaringan.

Page 7: FARMAKOTERAPI ALERGI

• Histamin memegang peranan utama pada proses peradangan dan pada sistem daya tangkis. Kerjanya berlangsung melalui tiga jenis reseptor yaitu Reseptor H1, Reseptor H2 dan Reseptor H3.

• Reseptor H1 : Terdapat pada endotel dan sel otot polos. Menyebabkan kontraksi otot polos, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan sekresi mukus.

• Reseptor H2 : Terdapat pada mukosa lambung, sel otot jantung, dan beberapa sel imun. Aktivasinya terutama menyebabkan sekresi asam lambung.

• Reseptor H3 : Berfungsi sebagai penghambat umpan balik pada berbagai sistem organ. Aktivasinya didapatkan di beberapa daerah di otak mengurangi pelepasan transmitter baik histamin, maupun norepinefrin, serotonin, dan asetilkolin.

Histamin

Page 8: FARMAKOTERAPI ALERGI

• Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak kecil dan dengan eliminasi dan provokasi.

• Pemeriksaan yang dilakukan untuk mencari penyebab alergi sangat banyak dan beragam. Baik dengan cara yang ilmiah hingga cara alternatif, mulai yang dari yang sederhana hingga yang canggih. Diantaranya adalah uji kulit alergi, pemeriksaan darah (IgE, RASt dan IgG), Pemeriksaan lemak tinja, Antibody monoclonal dalam sirkulasi, Pelepasan histamine oleh basofil (Basofil histamine release assay/BHR), Kompleks imun dan imunitas seluler, Intestinal mast cell histamine release (IMCHR), Provokasi intra gastral melalui endoskopi, biopsi usus setelah dan sebelum pemberian makanan.

• Pemeriksaan laboratorium hanya memperkuat dugaan adanya penyakit alergi, jadi bukan untuk menetapkan diagnosis

Diagnosis

Page 9: FARMAKOTERAPI ALERGI

A. Tipe I (Reaksi Segera, “Immediate”)Alergi tipe I ini juga dinamakan alergi atopis atau reaksi anafilaksis dan terutama berlangsung di saluran nafas (serangan asma, rhinitis) dan di kulit (ekzema resam = dermatitis atopis), jarang di saluran lambung-usus (alergi makanan) dan di pembuluh (shock anafilaktis). Mulai reaksinya cepat (5-20 menit setelah terkena allergen), gejalanya bertahan lebih kurang 1 jam.

B. Tipe II (Reaksi Cytolisis)Reaksi ini terutama berlangsung di sirkulasi darah. Contohnya adalah gangguan autoimun seperti anemia hemolitis (akibat penisilin) dan agranulositosis (akibat sulfonamida). Reaksi autoimun ini umumnya sembuh dalam waktu beberapa bulan setelah penggunaan obat dihentikan.

C. Tipe III (Reaksi Arthus)Reaksi alergi dimulai 4-6 jam setelah terkena atau terekspos, dan lamanya 6-12 hari. Obat – obat yang dapat menginduksi reaksi ini adalah sulfonamida, penisili dan iodida.

D. Tipe IV (Reaksi Lambat “Delayed”)Mulai reaksinya sesudah 24-48 jam dan bertahan beberapa hari. Contohnya reaksi tuberkulin dan dermatitis kontak.

Tipe – Tipe Alergi

Page 10: FARMAKOTERAPI ALERGI

Lanjutan Tipe-Tipe AlergiTipe I-III dimediasi oleh antibodi dan dibedakan satu

sama lain dengan perbedaan antigen yang dikenali dan juga kelas dari antibodi yang terlibat pada peristiwa tersebut. Hipersensitif tipe I dimediasi oleh IgE yang menginduksi aktivasi dan degranulasi mast-cells dan khusus terjadi pada orang yang berbakat genetis. Hipersensitif tipe II, antigen yang terikat bereaksi dengan IgG atau IgM dalam darah dan menyebabkan sel musnah. Reaksi ini terutama berlangsung di sirkulasi darah. Tipe III, antigen dalam sirkulasi bergabung dengan IgG menjadi suatu imun kompleks, yang diendapkan pada endotel pembuluh. Di tempat itu sebagai respon terjadi peradangan, yang bercirikan urticaria, demam, nyeri otot dan sendi.

Page 11: FARMAKOTERAPI ALERGI

Lanjutan tipe-tipe alergi

Hipersensitif tipe IV dimediasi oleh sel T dan dapat dibagi menjadi tiga grup. Pada grup pertama, kerusakan jaringan disebabkan oleh aktivasi makrofag akibat rangsangan sel Th1. Pada mekanisme ini akan terjadi reaksi inflamasi. Pada grup kedua, kerusakan jaringan disebabkan oleh aktivasi sel TH2 akibat adanya reaksi inflamasi. Pada mekanisme ini eosinofil mempunyai peranan besar dalam menyumbangkan kerusakan jaringan itu. Pada grup ketiga, kerusakan jaringan disebabkan oleh aktivitas sel T sitotoksik, CD8.

Bentuk alergi tipe I-III berkaitan dengan imunoglobulin dan imunitas humoral, artinya ada hubungan dengan plasma. Hanya tipe IV yang berdasarkan imunitas seluler (limfosit-T).

Page 12: FARMAKOTERAPI ALERGI

Faktor Resiko Alergi• Riwayat keluarga

Perkembangan sistem imun dan kemampuannya untuk mengembangkan respon imun dalam bentuk reaksi alergi sudah terbentuk sejak dini pada masa gestasi.

• Allergic marchPerjalanan alamiah penyakit alergi mengikuti suatu kurve yang disebut dengan allergic march, dimana dermatitis atopik dan alergi makanan sering menjadi manifestasi klinis pertama penyakit atopi pada usia sekitar 6 bulan/tahun pertama dan dermatitis atopik ini akan menjadi asma atau rhinitis alergik di kemudian hari.

• Faktor lingkunganLingkungan adalah faktor yang cukup banyak berpengaruh terhadap timbulnya gejala penyakit alergi. Alergen yang sering mencetuskan penyakit asma antara lain serpihan kulit binatang peliharaan, tungau debu rumah, jamur dan kecoa.

• Faktor regulasi sitokinsel mast juga merupakan sumber dari beberapa sitokin yang mempengaruhi sel yang berperan pada reaksi alergi. Pada individu yang cenderung untuk alergi, paparan terhadap beberapa antigen menyebabkan aktivitas sel Th2 dan produksi IgE. Penyimpangan respon imun atau gangguan keseimbangan kearah Th2 akan memberikan kemudahan proses perkembangan alergi.

• Faktor dietatikMakanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekambuhan dermatitis atopik pada bayi dan anak, terutama makanan yang banyak mengandung protein, seperti susu sapi, telur ayam, ikan laut dan kacang-kacangan.

Page 13: FARMAKOTERAPI ALERGI

Gangguan Alergi Atas Dasar IgEA. Alergi Makanan

Alergi ini disebabkan oleh protein yang terdapat dalam makanan dan berlangsung melalui IgE dan pelepasan mediator. Alergen makanan diantaranya ikan, udang, kerang, putih telur, susu sapi, dll termasuk pula zat pengawet (asam benzoat, asam sorbat), zat warna (tartrazin kuning) zat rasa dan penyedap (MSG). Gejalanya dapat berupa serangan asma, urticaria, dan keluhan lambung-usus (nausea, muntah, kejang perut, diared, dsb). Bila penyebabnya dikeluarkan dari diet, gejala akan lenyap sendiri dalam waktu 1-2 hari.

B. Eksim Konstitusional (Dermatitis Atopis)Umumnya terjadi pada bayi dan anak kecil dengan resam atopis, terutama pada usia tersebut, eksim ini dapat diperhebat oleh alergi terhadap bahan makanan sering kali putih telur, susu sapi dan kacang tanah. Pada usia lebih tua, makanan pada umumnya tidak berperan lagi. Gejalanya berupa bercak kemerah-merahan tanpa batasan tajam, benjolan dan gelembung kecil yang menggerisik dan gatal-gatal. Lokasi eksim lazimnya di muka, juga di bagian dalam siku dan lutut, pergelangan tangan dan tengkuk. Lazimnya bentuk eksim ini lenyap pada usia 5-7 tahun dan pada usia pubertas dapat muncul lagi dalam bentuk asma, rhinitis atau alergi makanan.

Page 14: FARMAKOTERAPI ALERGI

C. Asma BronkialAsma sering kali timbul pada orang dengan resam atopis (alergis) yang dalam darah dan ludahnya terjadi peningkatan jumlah granulosit eusinofil. Pernapasan dipersulit oleh penyempitan bronkia akibat reaksi antigen IgE dan terlepasnya mediator dengan efek vasokonstriksi. Ditambah dengan obstruksi bronkia akibat peradangan kronis dan pembengkakan mukosa serta banyaknya dahak dan kejang-kejang turut mengakibatkan perasaan sesak napas.

D. Rhinitis AllergicaRadang mukosa hidung ini merupakan gangguan alergi yang paling sering terjadi. Sering kali disertai radang selaput ikat mata. Gejalanya antara lain selesma berat, banyak mengeluarkan ingus dan air mata, bersin, hidung mampat dan gatal – gatal di sekitar mata dan hidung. Umumnya gejala ini bertahan lebih dari 4 minggi atau sering kambuh. Terutama diderita pada usia 5-45 tahun dan sesudahnya dapat berkurang atau lenyap dengan sendirinya.

Gangguan Alergi Atas Dasar IgE

Page 15: FARMAKOTERAPI ALERGI

• Tujuan pengobatannya bukanlah menyembuhkan melainkan mengurangi gejala dan menghindari serangan yang lebih berat di masa yang akan datang. Gejala yang ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian. Pemberian Antihistamin dapat membantu meringankan berbagai gejala.

• Penanganan alergi yang paling tepat bukanlah dengan obat-obatan melainkan dengan cara menghindari allergen. Secara teoritis, alergi memang tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat dikurangi frekuensi dan berat serangannya. Namun sering sekali dalam keseharian, allergen sulit dihindari. Untuk itu, diperlukan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah alergi.

Tujuan Terapi

Page 16: FARMAKOTERAPI ALERGI

Obat – obat yang digunakan untuk pengobatan alergi diantaranya :1. Antagonis Reseptor-H1 (H1-Blockers)

• Etanolamin • Etilendiamin• Piperazin• Alkilamin• Derivat fenotiazin• Lain – lain

• Astemizol • Feksofenadin• Lain – Lain

PengobatanSebagai tindakan pertama perlu diusahakan identifikasi dari alergen penyebab alergi dan menyingkirkannya.

Antihistamin Generasi I

Antihistamin Generasi II

Page 17: FARMAKOTERAPI ALERGI

Lanjutan Pengobatan2. Antagonis Reseptor-H2 (H2-Blockers)• Simetidin• Ranitidin• Famotidin• Nizatidin

3. Anti alergi lain• Natrium Kromolin• Nedokromil• Ketotifen

Page 18: FARMAKOTERAPI ALERGI

1. Antagonis Reseptor-H1 (H1-Blockers)

• Mekanisme Kerja : Memblok reseptor H1 dengan menyaingi histamin pada reseptornya di otot licin dinding pembuluh sehingga dapat mencegah timbulnya reaksi alergi.

Derivat Nama Generik Bentuk Sediaan Dosis

Etanolamin Difenhidramin

Klemastin (Tavegyl)

Dimenhidrinat

Cairan Injeksi 10 mg/Ml, Sirup 12,5 mg/5 mL, Tablet salut selaput 25mg, Kapsul, Serbuk, Tablet 50mg

Cairan injeksi 2 mg/mL, Sirup 0,5 mg/5 mL, Tablet 1 mg

Tablet 50 mg (Anmum), Suspensi 12,5 mg/5 ml (Antimo Suspensi), Cairan injeksi 50 mg/ml (Dramamine Inj.)

Adult: As hydrochloride: 25-50 mg 3-4 times daily. Max: 300 mg/day. Child: 6.25-25 mg 3-4 times daily, up to 5 mg/kg in divided doses. Max: 300 mg/day.

1 mg, 2 kali sehari: ANAK dibawah 1 tahun tidak dianjurkan; 1-3 tahun: 250-500 mcg, 2 kali sehari; 3-6 tahun 500 mcg 2 kali sehari; 6-12 tahun 0,5-1 mg, 2 kali sehari.

50-100 mg, 2-3 kali sehari. ANAK: 16 tahun, 12,5-25 mg, 7-12 tahun: 25-50 mg. Motion sickness: dosis pertama: 30 menit sebelum perjalanan.

Page 19: FARMAKOTERAPI ALERGI

Derivat Nama Generik Bentuk Sediaan Dosis

Etilendiamin Antazolin Allergic conjunctivitisAdult: As ophthalmic solution containing antazoline 0.5% and xylometazoline HCI 0.05%. Apply 1-2 drops to affected eye(s) 2-3 times daily.

Piperazin Sinarizin

Hidroksizin

Tablet salut selaput 75 mg(Merron), Tablet 25 mg (Stugeron).

Tablet 25 mg (Bestalin), Sirup 10 mg/5ml (Bestalin), Kaplet Salut Selaput 25 mg (Iterax) .

Dosis awal 75 mg 3 kali sehari; dosis penunjang 75 mg 2-3 kali sehari.

Pruritus : dosis awal 25 mg malam hari dinaikkan bila perlu sampai 25 mg 3-4 kali sehari; ANAK 6 bulan-6 tahun, dosis awal 5-15 mg/hari dinaikkan bila perlu sampai 50 mg sehari dalam dosis terbagi; lebih dari 6 tahun dosis awal 15-25 mg sehari dinaikkan bila perlu sampai 50-100 mg/hari dalam dosis terbagi.

Page 20: FARMAKOTERAPI ALERGI

Derivat Nama Generik Bentuk Sediaan DosisAlkilamin Klorfeniramin Tablet (CTM), Kaplet (Alleron),

Sirup (Cohistan), Cairan Injeksi (Decaphenon), Kapsul (Ceteem), Larutan/Cairan (Piriton Expectorant Linctus)

Oral: 4 mg tiap 4-6 jam; maksimal 24 mg/hari. ANAK di bawah 1 tahun tidak dianjurkan; 1-2 tahun 1 mg 2 kali sehari; 2-5 tahun 1 mg tiap 4-6 jam, maksimal 6 mg/hari; 6-12 tahun 2 mg tiap 4-6 jam, maksimal 12 mg/hari. Injeksi subkutan atau intramuskular: 10-20 mg, diulang bila perlu maksimal 40 mg dalam 24 jam. Injeksi intravena lambat, lebih dari 1 menit: 10-20 mg dilarutkan dalam spuit dengan 5-10 ml darah atau dengan NaCl steril 0,9% atau air khusus untuk injeksi.

Fenotiazin Prometazin HCl Tablet (Prometazin), Cairan Injeksi (Phenergan), Kapsul (Bufagan), Sirup (Promex), Tablet Salut Gula (Phenergan)

Oral: 25 mg, malam hari, bila perlu dinaikkan sampai 50 mg, atau 10-20 mg 2-3 kali/hari. ANAK di bawah 2 tahun tidak dianjurkan; 2-5 tahun, 5-15 mg/hari, 5 10 tahun 10-25 mg/hari

Lain – lain Siproheptadin

Mebhidrolin napadisilat

Kapsul (Operma), Tablet (Lexahist), Kaplet Salut Selaput (Apeton), Tablet Salut Selaput (Heptasan), Kaplet (Sinapdin), Tablet Salut Gula (Prohessen), Kaplet Salut Gula (Prohys)

Kaplet Salut Selaput (Biolergy), Kapsul (Tralgi), Kaplet (Gabiten), Tablet Salut Selaput (Histapan), Sirup (Interhistin), Tablet (Interhistin)

Alergi: dosis lazim 4 mg 3-4 kali sehari; rentang dosis: 4-20 mg sehari maksimal 32 mg sehari; ANAK di bawah 2 tahun tidak dianjurkan; 2-6 tahun 2 mg 2-3 kali/hari, maksimal 12 mg/hari; 7-14 tahun 4 mg 2-3 kali/hari, maksimal 16 mg/hari.

DEWASA: dosis tunggal 50-100 mg

Page 21: FARMAKOTERAPI ALERGI

Nama Generik Bentuk Sediaan Dosis

Astemizol Tablet (Ikazol), Sirup (Hismanal), Suspensi (Hispral).

10 mg/hari (tidak boleh lebih); ANAK di bawah 6 tahun tidak dianjurkan, 6-12 tahun 5 mg/hari (tidak boleh lebih)

Loratadin Tablet, Kaplet, Sirup, Eliksir, Tablet effervescent, Kapsul lepas lambat, Tablet salut selaput, Kaplet, Kaplet lepas lambat.

10 mg/hari. ANAK: 2-12 tahun, di bawah 30 kg, 5 mg/hari; lebih dari 30 kg, 10 mg/hari

Antagonis Reseptor-H1 (H1-Blockers) Generasi II

Page 22: FARMAKOTERAPI ALERGI

2. Antagonis Reseptor-H2 (H2-Blockers) “Penghambat Asam”• Mekanisme Kerja : Obat – obat kelompok ini menghambat secara selektif

efek histamin terhadap reseptor H2 di lambung dengan jalan persaingan. Efeknya adalah berkurangnya hipersekresi asam klorida juga mengurangi vasodilatasi dan turunnya tekanan darah,

Nama Generik Bentuk Sediaan Dosis

Simetidin Tablet, Cairan injeksi, Kaplet, Tablet salut selaput, Kaplet salut selaput, Sirup.

Oral, 400 mg 2 kali sehari (setelah makan pagi dan sebelum tidur malam) atau 800 mg sebelum tidur malam (tukak lambung dan tukak duodenum) paling sedikit selama 4 minggu (6 minggu pada tukak lambung, 8 minggu pada tukak akibat AINS); bila perlu dosis dapat ditingkatkan sampai 4 x 400 mg sehari atau sampai maksimal 2,4 g sehari dalam dosis terbagi (misal: stress ulcer); anak lebih 1 tahun, 25-30 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi.

Ranitidin Cairan injeksi, Tablet salut selaput, Kaplet salut selaput, Tablet, Sirup

Oral, untuk tukak peptik ringan dan tukak duodenum 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg pada malam hari selama 4-8 minggu, sampai 6 minggu pada dispepsia episodik kronis, dan sampai 8 minggu pada tukak akibat AINS (pada tukak duodenum 300 mg dapat diberikan dua kali sehari selama 4 minggu untuk mencapai laju penyembuhan yang lebih tinggi);

Page 23: FARMAKOTERAPI ALERGI

3. Anti Alergi Lain

Nama Generik Bentuk Sediaan DosisNatrium Kromolin

Aerosol, Larutan Nebulizer

Larutan Nebulizer : dosis awal 20 mg diinhalasi 4 kali sehari dengan interval yang teratur. Aerosol : untuk penanganan asma bronkial pada dewasa dan anak 5 tahun atau lebih. Dosis awal biasanya 2 inhalasi, sehari 4 kali pada interval yang teratur.

A. Natrium KromolinMekanisme kerja : Obat-obat ini menghambat pelepasan mediator, histamin dan SRS-A (Slow Reacting Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast. Kromolin bekerja lokal pada paru-paru tempat obat diberikan.

B. NedokromilMekanisme kerja : menghambat aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator dari

berbagai tipe sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil, makrofag, sel mast, monosit dan platelet. Nedokromil menghambat perkembangan respon bronko konstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap antigen terinhalasi

Nama Generik Bentuk Sediaan DosisNedokromil Aerosol DEWASA dan ANAK di atas 6 tahun 4 mg

(2 hirupan) 4 x sehari, apabila telah teratasi dosis bisa dikurangi menjadi 2 x sehari.

Page 24: FARMAKOTERAPI ALERGI

Nama Generik Bentuk Sediaan DosisKetotifen Sirup, Tablet,

Drops1 mg 2 kali sehari waktu makan, bila perlu dinaikkan menjadi 2 mg 2 kali sehari; terapi awal pada pasien yang sudah tersedasi 0,5-1 mg malam; ANAK di atas 2 tahun 1 mg 2 kali sehari.

C. KetotifenMekanisme kerja : Ketotifen adalah suatu antihistamin yang mengantagonis secara

nonkompetitif dan relatif selektif reseptor H1, menstabilkan sel mast dan menghambat penglepasan mediator dari sel-sel yang berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas.

Page 25: FARMAKOTERAPI ALERGI

Contoh Kasus

Page 26: FARMAKOTERAPI ALERGI

Terminologi Medis

Page 27: FARMAKOTERAPI ALERGI

Terminologi Medis

Page 28: FARMAKOTERAPI ALERGI

Daftar Pustaka

• Suharti KS. 2007. Histamin dan Antialergi. Dalam : Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

• Tjay TH, Rahardja K. 2007. Obat – Obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek – Efek Sampingnya Edisi 5. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

• Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Dirjen Binfar dan Alkes, Jakarta.

• BPOM RI. 2012. Informatorium Obat Nasional Indonesia. http://ioni.pom.go.id

• Anonim. 2012. Mims Online. http://www.mims.com/• Dorland 201. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. EGC:

Jakarta.

Page 29: FARMAKOTERAPI ALERGI