FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

37
Farmakoterapi hipertensi Yohana Ika Chrisanti S. Farm., Apt.

Transcript of FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Page 1: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Farmakoterapihipertensi

Yohana Ika Chrisanti S. Farm., Apt.

Page 2: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

definisi

• Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arteri secara persisten

• Diagnosa hipertensi ditegakkan dari pengukuran berulang tekanan darah dan diperoleh hasil tekanan darah yang tinggi (> 140/90 mmHg)

Page 3: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

ETIOLOGI

• Hipertensi primer / esensial– 90% dari kasus hipertensi– Penyebab tidak diketahui– Tidak dapat disembuhkan hanya

dapat dikontrol– Faktor genetik memegang peranan

penting pada hipertensi esensial

Page 4: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

ETIOLOGI

• Hipertensi sekunder– < 10% kasus hipertensi– Disebabkan penyakit komorbid atau

obat, seperti:oPenyakit penyerta: Gagal Ginjal

Kronis, Gangguan tiroid & paratiroid, dll

oObat: Steroid, dekongestan, AINS, dlloSubstansi makanan: Natrium, etanol

Page 5: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

patofisiologi• Tekanan darah arteri

– Tekanan darah sistolik: nilai puncak yang dicapai selama kontraksi jantung

– Tekanan darah diastolik: nilai yang dicapai setelah kontraksi, menggambarkan nilai terendah

– Pada kondisi normal mengikuti ritme sirkardian yaitu tekanan darah terendah saat tidur, kemudian peningkatan tekanan darah dimulai setelah bangun tidur dan mencapai puncak pada pagi menjelang siang.

Page 6: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Mekanisme humoral

Page 7: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

patofisiologi

• Regulasi neural– Stimulasi reseptor α presinaptik (α2) →

menghabat pelepasan norephineprine– Stimulasi reseptor β presinaptik →

memfasilitasi pelepasan norephineprine

– Stimulasi α postsinaptik (α1) → vasokontriksi

– Stimulasi reseptor β1 postsinaptik → meningkatkan heart rate dan kontraktilitas

– Stimulasi reseptor β2 postsinaptik → vasodilatasi

Page 8: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Klasifikasi

KlasifikasiTekanan darah sistolik (mmHg)

Tekanan darah diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi stage 1

140 – 159 90 – 99

Hipertensi stage 2

> 160 > 100

Page 9: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Klasifikasi

• Krisis HipertensiPeningkatan tekanan darah yang sangat

tinggi, biasanya lebih dari 180/120 mmHg:–Hipertensive EmergencyPeningkatan tekanan darah secara ekstrim dengan adanya proses kerusakan organ target–Hipertensive UrgencyPeningkatan tekanan darah secara ekstrim tanpa adanya proses kerusakan organ target

Page 10: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Faktor resiko• Usia (≥55 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun

untuk wanita)• Diabetes mellitus• Dislipidemia (peningkatan LDL, Total kolesterol

dan trigliserida, serta rendahnya nilai HDL)• Mikroalbuminuria• Riwayat keluarga penyakit kardiovaskuler• Obesitas(body mass index ≥30 kg/m2)• Tidak ada aktivitas fisik• Merokok

Page 11: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

target organ damage

Kerusakan organ target adalah komplikasi yang muncul dari hipertensi•Otak : Stroke, Transient ischemic attack•Mata : Retinopati•Jantung : LVH, Angina, MI, Heartfailure•Ginjal : Chronic Kidney Disease•Perifer : Peripheral Arterial Disease

Page 12: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Tujuan terapi

Menurunkan tekanan darah sampai tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung maupun kualitas hidup serta mencegah mortalitas dan morbiditas

Page 13: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Target terapi

Kelompok pasien Target terapi

Pasien tanpa penyakit penyerta

< 140/90 mmHg

Pasien dengan DM, CKD < 130/80 mmHg

Pasien dengan Coronary Artery Disease (Angina, MI), Stroke iskemik, TIA, PAD

< 130/80 mmHg

Pasien dengan disfungsi ventrikel kiri / gagal jantung

< 120/80 mmHg

Page 14: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Terapi non-farmakologi

Modifikasi gaya hidup

RekomendasiPenurunan TD sistolik (mmHg)

Penurunan berat badan

Menjaga berat badan norma ( BMI 18,5-24,9)

5-20/10 kg penurunan BB

Pola makan DASH

Konsumsi buah, sayur dan produk yang rendah lemak

8-14

Mengurangi konsumsi natrium

Mengurangi konsumsi natrium 1,5 gr/hari

2-8

Aktivitas fisikAktivitas fisik minimal 30 menit per hari

4-9

Mengurangi konsumsi alkohol

Membatasi komsumsi alkohol

2-4

Page 15: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Terapifarmakologi

Page 16: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI
Page 17: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI
Page 18: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Penggolongan

• Diuretik• ACE Inhibitor• ARB• Beta Blocker• Calcium Chanel

Blocker

• Alpha 1 blocker

• Central alpha 2 agonis

• Vasodiator

Page 19: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

DIURETIK1.Tiazid

– Merupakan diuretik pilihan pada terapi hipertensi– Mekanisme Aksi : Menghambat reabsorbsi air dan

NaCl di tubulus distal ginjal– Contoh : Hidroklorotiazid, Klortalidon, Indapamide2.Loop diuretik– Lebih poten menyebabkan diuresis, dipilih untuk

mengatasi edea dan terapi hipertensi pada pasien CKD

– Mekanisme Aksi: Menghambat reabsorbsi NaCl dan air di lengkung Henle asenden

– Contoh : Furosemid

Page 20: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

3. Diuretik hemat kalium– Merupakan diuretik yang lemah, digunakan

sebagai kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah hipokalemia

– Mekanisme Aksi: Menurunkan reabsorpsi Na+ (ekskresi Na+ ↑ dan sekresi K+ ↓)

– Contoh : Amiloride4. Antagonis Aldosteron– ~ diuretik hemat kalium– Contoh: SpironolactonEfek samping:– Hipokalemia, hipomagneseia, hiperkalemia– Hiperurisemia– Hiperglikemia, dislipidemia

Page 21: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI
Page 22: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Sistem Renin-Angiotensin

Page 23: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

ACE INHIBITOR• Mekanisme Obat ACE Inhibitor :

– Menghambat kerja ACE sehingga Angiotensin I tidak dapat diubah menjadi Angiotensin II → penurunan sekresi aldosteron dan reabsorbsi air & Na → Vasodilatasi

– Menghambat degradasi bradikinin menjadi peptida aktif → Bradikinin berperan menyebabkan vasodilatasi → Bila tidak terdegradasi menyebabkan batuk kering

• Efek samping : hiperkalemia, GGA, angioedema, batuk

• Contoh : Captopril , Lisinopril, Enalapril, Ramipril

Page 24: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

ARB (Angiotensin reseptor blocker)

• ARB menghabat Angiotensin II dari semua jalur• Mekanisme Aksi :

Berikatan dengan reseptor Angiotensin II tipe 1 (AT1) sehingga Angiotensin II tidak dapat lagi berikatan dengan reseptor AT1 → Vasodilatasi

• Tidak melibatkan Bradykinin ≠ Batuk kering• Efek samping: setara dengan ACE Inhibitor• Kombinasi ARB dengan ACE inhibitor tidak

memberikan manfaat namun meningkatkan ESO

• Contoh : Valsartan ,Candesartan, Losartan , Irbesartan, Olmesartan

Page 25: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

CCB (CALCIUM CHANEL BLOCKER)

• Mekanisme Aksi :

Menghambat Ca2+ ekstrasel masuk ke intrasel elalui ebran sel→ relaksasi otot polos → vasodilatasi → TD ↓

• Subkelas:

1.Non dihidropiridin– Efek pada jantung menurunkan HR dan konduksivitas– Hindari penggunaan bersama beta bloker heart block– Contoh : Verapamil ,Diltiazem

2.Dihidropiridin– Efek pada jantung minimal efek vasodilatasi perifer– Contoh : Amlodipin, Nifedipin, Nicardipin

Page 26: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI
Page 27: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Reseptor beta Adrenergik

• Reseptor Beta 1– Berada di jantung dan ginjal– Aktivasi reseptor beta 1 mengakibatkan

meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung, meningkatkan pelepasan renin

• Reseptor Beta 2– Berada di paru-paru, liver, pankreas, otot polos– Aktivasi reseptor beta 2 mengakibatkan

vasodilatasi, bronkodilatasi, relaksasi uterus, penurunan motilitas GI, meningkatkan sekresi insulin dan glycogenolisis

Page 28: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Beta bloker• Beta bloker tidak digunakan sebagai terapi awal lini

pertama karena tidak ada bukti menunjukkan penurunan resiko CV event

• Mekanisme Aksi :Berikatan dengan reseptor beta adrenergik sehingga tidak dapat diaktivasi → kontraktilitas jantung ↓ → Curah jantung ↓ → TD ↓

• Beta bloker bersifat sangat lipofilik sehingga dapat menebus SSP → dapat digunakan sebagai terapi pada tirotoxicosis, tremor, pencegahan migrain (Propranolol adalah agen dengan lipofilisitas tertinggi)

• Dosis inisial tinggi dapat menyebabkan gagal jantung

Page 29: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Beta bloker• Jenis Beta Bloker1.Non selektif :

– Menghambat reseptor Beta 1 dan Beta 2 → Bronkospasme

– Contoh: Propranolol, Karvedilol , Labetalol2.Selektif : – Menghambat hanya pada reseptor Beta 1– Lebih aman pada pasien asma dan DM– Contoh: Asebutolol, Atenolol, Bisoprolol,

Metoprolol

Page 30: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI
Page 31: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Alpha 1 blocker• Mekanisme aksi:

Menghambat reseptor alpha 1 di pembuluh darah terhadap efek vasokontriksi dari epinephrine dan norephineprine → dilatasi arteriol dan vena → menurunkan resistensi perifer

• Menghambat reseptor alpha 1 di kapsul prostat relaksasi vasodilatasi terapi pada BPH

• Efek samping: hipotensi orthostatik– Hindari pada pasien lansia– Berikan pada malam hari sebelum tidur

• Contoh : Doxazosin, Prazosin, Terazosin

Page 32: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Central alpha 2 agonis

• Mekanisme aksi:Menstimulasi reseptor alpha 2 adrenergik di otak → menurunkan simpatetik dari pusat vasomotor di otak diikuti peningkatan aktivitas parasimpatik → penurunan frekuensi heart rate

• Efek samping: hipotensi orthostatik tinggi hindari pada pasien lansia

• Contoh : Clonidine, Methyldopa, Reserpin

Page 33: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

vasodilator

• Mekanisme :Meningkatkan diameter vaskuler baik sistem arteri atau vena melalui mekanisme relaksasi langsung pada otot polos vaskuler

• Contoh : Hydralazine, Minoxidil

Page 34: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

terapi krisis hipertensi• Hipertensi Urgency

– Pemberian akut antihipertensi short acting oral (Captopril, Clonidin, Labetalol) diikuti observasi selama beberapa jam terhadap penurunan tekanan darah

• Hipertensi Emergency– Mebutuhkan terapi parenteral, paling tidak untuk

terapi awal– Tujuan terapi: tekanan darah tidak lebih rendah dari

140/90 Hg. Bila tekanan darah turun terlalu cepat dapat menyebabkan iskmeik atau infark

– Jika pasien dapat menoleransi terapi yang diberikan penurunan secara bertahap dapat dilakukan setelah 24-48 jam

– Nitropruside adalah agen pilihan pada sebagian besar kasus kecuali pada pasien dengan CKD

Page 35: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Monitoring• Perkembangan penyakit

Monitoring tanda dan gejala terjadinya kerusakan organ target

• EfikasiMonitoring tekanan darahMonitor 2-4 minggu setelah terapi dimulai atau mengganti terapi. Bila target tercapai monitor tiap 3-6 bulan

• ToksisitasMonitor ESO, parameter laboratorium (BUN, SCr, Serum elektrolit)Monitor 2-4 minggu setelah terapi dimulai atau mengganti terapi. Bila pasien stabil monitor tiap 6-12 bulan

• Kepatuhan

Page 36: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

studi kasus

Page 37: FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Bapak ART berusia 45 tahun dengan berat badan 80 kg, seorang perokok yang bisa menghabiskan 4-6 batang rokok perhari, mengeluh adanya rasa sakit pada kaki. Sebelumnya bapak ART telah mendapatkan terapi antihipertensi selama 2 tahun dengan Hidrochlorthiazide 12,5 mg 1x sehari.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium beliau :TD : 150/90 mmHgHR : 70x per menitKolesterol : 150 mg/dl Normal 110-200 mg/dlTrigliserida : 100 mg/dl Normal 30-160 mg/dlGDN : 100 mg/dl Normal 70-110 mg/dlKreatinin : 1,72 mg/dl Normal 0,5-1,5 mg/dlAsam urat : 11 mg/dl Normal 3,5-8,5 mg/dl

Diagnosa : Hipertensi Grade I