farmakoterapi diare

71
Tugas Farmakoterapi 4 Diare Anggota Kelompok: Aivi Yola Dwiputri ( 1011013012) Annisa ur !alasa ( 101101304") Dian #usti an$a (10110130%&) 'er egovina (10110130&3) Annisa ukmina* ( 10110130&+) !u,an$a Dwina ( 10110130"2) Desi -l.ra ( 10110130"4)

description

farmakoterapi

Transcript of farmakoterapi diare

Slide 1

Tugas Farmakoterapi 4DiareAnggota Kelompok:Aivi Yola Dwiputri ( 1011013012)Annisa Nur Salasa ( 1011013047)Dian Gusti Nanda (1011013056)Hercegovina (1011013063)Annisa Mukminah ( 1011013069)Suyanda Dwina ( 1011013072)Desi Elfira ( 1011013074)

I. PendahuluanLatar BelakangDinegara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi.

-Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare infeksi pada dewasa terjadi setiap tahunnya. -Sekitar 4 miliar kasus diare infeksi setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.

( WHO, 1992. Reading on Diarrhoe.)

Di Indonesia, Penyakit diare termasuk dalam 10 penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar biasa. Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data KLB (STP KLB) tahun 2010, diare menempati urutan ke 6 frekuensi KLB terbanyak setelah DBD, Chikungunya, Keracunan makanan, Difteri dan Campak. Keadaan ini tidakberbeda jauh dengan tahun 2009, menurut data STP KLB 2009, KLB diare penyakit ke 7 terbanyak yang menimbulkan KLB.II. Penyebab Infeksi internalInfeksi parenteralFaktor malabsorbsiFaktor makananFaktor psikologis Infeksi internal1. Bakteri a. Diarrheagenic Escherichia coliSemua bentuk dapat menyebabkan penyakit pada anak-anak di negara berkembang, tetapi enterohemorrhagic E. coli (EHEC, termasuk E. coli O157: H7) menyebabkan penyakit yang lebih sering di negara-negara majuEnterotoksigenik E. coli (ETEC)ETEC dapat menyebabkan traveler`s diare. traveler`s diare merupakan diare yang banyak dijumpai pada bayi dan anak-anak di negara berkembang.

Enteropathogenic E. coli (EPEC) EPEC dapat menyebabkan diare kronis pada anak-anak (anak 2000) bersifat patogen bagi manusia. Bayi dan orang tua memiliki risiko terbesar terserang salmonella. Hewan merupakan sumber infeksi utama untuk salmonella. Salmonella dapat menyebabkan onset akut mual, muntah, dan diare yang dapat berair atau disentri. Demam berkembang pada 70% anak yang terkena. Bakteremia terjadi pada 1-5%, terutama pada bayi. Demam enterik yang terjadi dapat disebakan oleh Salmonella typhi atau paratyphi A, B, atau C (demam tifoid). Diare (dengan atau tanpa darah) terjadi dan disertai demam 3 minggu atau lebih.

2. Virus

a. RotavirusRotavirus penyebab utama keparahan, dehidrasi gastroenteritis diantara anak-anak. Rotavirus menyebabkan sepertiga dari rawat inap diare dan 500.000 kematian di seluruh dunia setiap tahun.

b. Human caliciviruses (HuCVs).Merupakan family Caliciviridae, noroviruses dan sapoviruses. HuCVs sebelumnya dikenal dengan nama "Norwalk-like virus" dan "Sapporo-like virus." Norovirus adalah penyebab paling umum wabah gastroenteritis, yang mempengaruhi semua kelompok umur.

c. AdenovirusInfeksi adenovirus paling sering menyebabkan penyakit pada sistem pernapasan. Namun, tergantung pada serotipe menginfeksi dan terutama pada anak-anak. Adenovirus juga bisa menyebabkan gastroenteritis.

3. Parasit

Giardia intestinalis, Cryptosporidium parvum, Entamoeba histolytica, dan Cayetanensis cyclospora merupakan penyebab paling sering penyakit diare akut pada anak. Parasit-parasit tersebut memiliki proporsi yang relatif kecil dari kasus-kasus penyakit diare menular pada anak-anak di negara berkembang.

Infeksi parenteralYaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti tonsilofaringitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi atau anak dibawah tiga tahun. Makanan dan miniman yang terkontaminasi melalui tangan yang kotor, lalat, dan alat-alat makan yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit diare tersebut (Azrul Azwar, 1989)Adapun umber-sumber penularan penyakit dapat terjadi melalui : air, makanan, minuman, tanah, tangan dan alat yang digunakan secara pribadiFaktor malabsorbsiFaktor malabsorbsi ini meliputi :Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerans laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terserang ialah intoleransi laktosaMalabsorbsi lemakMalabsorbsi protein

Factor makanan basiBeracunalergi terhadap makanan,

Faktor psikologisFactor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang tetapi menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar

III. Penyebaran World Gastroentrology Organization (WGO) pada tahun 2008, memperkirakan penyakit diare menyerang sekitar 1,4 sampai 2,5 juta manusia.Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian anak-anak di negara-negara berkembang.Pada kebanyakaan kasus diare banyak menyerang anak yang berusia dibawah satu tahun. Konsekuensi langsung lainnya dari diare pada anak-anak termasuk gizi buruk, pertumbuhan berkurang, dan gangguan perkembangan kognitif terutama pada negara yang terbatas sumber dayanya. Di negara-negara industri, relatif sedikit pasien meninggal akibat diare, tapi tetap termasuk penyebab penting morbiditas dan mempengaruhi substansial biaya perawatan kesehatan nasional (WGO, 2008).

V. DiagnosisDiagnosa diare ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Amati konsistensi tinja dan frekuensi buang air besar bayi atau balita. Jika tinja encer dengan frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari, maka bayi atau balita tersebut menderita diare.Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah putih. Namun, untuk mengetahui organisme penyebab diare, perlu dilakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

Keluhan Pokok

DiareSakit perut sampai kejang,kolikDemam Haus Dehidrasi

Tanda-tanda pentingMata cekung Lidah kering Tulang pipi menonjolTurgor kulit menurun Suara serak

TakikardiaTensi turun Gelisah Muka pucat HipokalemiaPemeriksaan tinja Pemeriksaan penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Secara makroskopik, warna tinja dan bentuk tinja serta ada atau tidak darah dan lendir pada tinja.

Pemeriksaan lain Pemeriksaan urin Pemeriksaan darah periferAnalisis gas darah Elektrolit Ureum atau kreatin Tinja Kalium turun VI. Siklus Hidup E.coliBentuk yang infektif adalah kista. Setelah tertelan, kista akan mengalami eksistasidi ileum bagian bawah menjadi trofozoit kembali. Trofozoit kemudian memperbanyak diri dengan cara belah pasang. Trofozoit kerap mengalami enkistasi (merubah diri menjadi bentuk kista). Kista akan dikeluarkan bersama tinja. Bentuk trofozoit dan kista dapat dijumpai di dalam tinja, namun trofozoit biasanya dijumpai pada tinja yang cair.

Siklus Hidup Salmonella sp.Saat suhu udara mulai menghangat mulailah jenis bakteri ini berkembang dengan pesatnya. Terlebih lagi bila ia berkembang pada jenis makanan tertentu yang memang rawan salmonella, yaitu makanan yang mengandung protein tinggi. Bila kondisinya sangat menunjang, bakteri ini akan membelah diri setiap 20 menit sekali, satu bakteri akan berkembang dalam waktu 5 jam menjadi 45 000.

Siklus Hidup Vibrio cholerae

Siklus hidup Campylobacter jejuniSiklus hidup dari Campylobacter jejuni masih diperdebatkan, jadi masih belum ada siklus hidup yang pasti dari bakteri ini.

VIII. Perkembangan VaksinVaksin Rotavirus

Rotavirus adalah salah satu virus penyebab diare, Virus ini pertama kali ditemukan oleh Ruth Bishop dari Australia pada tahun 1976.

Hal utama untuk menangani infeksi virus penyebab diare ini yaitu pemberian cairan yang berguna mencegah dan mengatasi dehidrasi. Sampai saat ini, belum ada obat antivirus yang efektif mengobati rotavirus, virus penyebab diare.Oleh karena itu salah satu tindakan pencegahan infeksi dikarenakan virus ini adalah dengan cara pemberian vaksin rotavirus. Vaksin ini dapat membuat tubuh menjadi kebal terhadap virus penyebab diare, rotavirus.

vaksin rotavirus untuk saat ini belum banyak digunakan di Indonesia. Penyebabnya mungkin karena harganya yang relatif masih mahal. Saat ini hampir semua negara Eropa, Amerika Serikat, Cina, India, Bangladesh, dan Filipina sudah menggunakan vaksin rotavirus. Bahkan, pemerintah Filipina dan Amerika Serikat mewajibkan bayi vaksinasi rotavirus yang diberikan 2-3 kali pada bayi usia 6-8 minggu.

Vaksin rotavirus mampu mencegah kasus infeksi rotavirus yang menyebabkan diare. Ada dua jenis vaksin rotavirus:Rota Teq RotarixRotaTeqRotaTeq adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi rotavirus pada anak-anak.

Komposisi:RotaTeq mengandung 5 strain virus Rotavirus yang dilemahkan yaitu G1, G2, G3, G4 dan P1. RotaTeq juga mengandung sukrosa, natrium nitrat, natrium fosfat monobasic monohidrat, natrium hidroksida, polysorbate 80 dan fetal bovine serum.Komponen Porcine circovirus tipe 1 dan 2 (virus yang menginfeksi babi) ditemukan di dalam RotaTeq. Porcine circovirus tipe 1 dan 2 tidak menyebabkan penyakit pada manusia.

Cara Pemberian:Vaksin RotaTeq, vaksin rotavirus ini diberikan melalui mulut. Vaksin RotaTeq diberikan dalam 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 6 12 minggu, Dosis kedua diberikan 4 10 minggu kemudian setelah dosis pertama Dosis ketiga diberikan 4 10 minggu kemudian setelah dosis kedua. Dosis terakhir (dosis RotaTeq yang ketiga) diberikan sebelum usia 32 minggu.

RotarixRotarix adalah vaksin yang melindungi bayi dari virus (rotavirus) yang dapat menyebabkan diare dan muntah berat. Rotavirus dapat menyebabkan diare dan muntah berat sehingga bayi dapat kehilangan banyak cairan.Vaksin Rotarix berupa cairan yang diberikan melalui mulut (vaksin oral)Komposisi RotarixRotarix mengandung virus rotavirus hidup yang dilemahkan. Rotarix juga mengandung dextran, sorbitol, xanthan, dan Dulbeccos Modified Eagle Medium (DMEM)Porcine circovirus type 1 (PCV-1), adalah virus yang ditemukan pada bayi, terkandung dalam Rotarix. PCV-1 tidak menyebabkan penyakit pada manusia.Rotarix tidak mengandung bahan pengawet.

Cara PemberianDosis pertama pada usia 6 minggu. Dosis kedua diberikan setidaknya 4 minggu setelah dosis pertama, sebelum usianya 6 bulan. Rotarix dapat diberikan bersama dengan imunisasi suntik lainnyaIX. Penatalaksanaan DiareTujuan daripada pengobatan diare akut

Mencegah dehidrasi, jika tidak ada tanda-tanda dehidrasiMengobati dehidrasi, jika adaMencegah kerusakan nutrisi, dengan memberi makanan selama dan setelah dehidrasi,danMengurangi durasi dan keparahan diare, dan timbulnya pada episode mendatang, dengan memberikan suplemen zinc.

I. Penatalaksanaan Diare Akut Tanpa Darah

Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi

1. Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, untuk mencegah dehidrasi

Komposisi larutan oralit Natrium klorida 2,6 gram/literGlukosa 13,5 gram/literKalium klorida 1,5 gram/literTrisodium sitrat 2,9 gram/liter

Umur (tahun)Jumlah Cairan Yang Harus Diberikan50-100 ml cairan2-10100-200 ml> 10> 200 atau sebanyak yang mereka mau2. Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama 10 -14 hari3. Berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi4. Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau masalah lainnya

Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi ringan-sedangJika pasien menginginkan lebih banyak oralit, maka dapat diberikan

Dorong ibu untuk terus menyusui anaknya.Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak menyusui jika menggunakan larutan oralit osmolaritas rendah mengandung 75mmol / L natrium, tidak perlu menambah air bersih.Jumlah Cairan yang Harus Diberikan Dalam 4 Jam PertamaUsiaa4 11 bulan12 23 bulan2 4 tahun5 14 tahun> 15 tahunBerat Badan57.9 kg8-10.9 kg11-15.9kg16-29.9kg> 30 kgJumlah (ml)200-400400-600600-800800-12001200-22002200-4000Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi. Jika hal ini terjadi, hentikan penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI atau air putih, dan makanan. Jangan beri diuretik. Bila edema telah hilang, lanjutkan pemberian oralit atau cairan rumah sesuai dengan Terapi A.

Keluarga harus diajarkan cara memberikan larutan oralit. Larutan dapat diberikan pada anak-anak menggunakan sendok atau cangkir. Botol minum tidak boleh digunakan. Untuk bayi dapat digunakan pipet atau syringe.Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah muncul, terapi intravena (IV) harus dimulai

Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat

Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena cepat, mengikuti Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah sakit.

Anak-anak yang masih dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit secaraperoral sampai infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum tanpa kesulitan, semua anak harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5 ml/kg/jam), yang biasanya dalam waktu 3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang lebih tua). Ini memberikan tambahan dasar dan potasium, yang mungkin tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan infus.

Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai denyut a. radialis teraba kuat. Setelah itu, pasien harus dinilai ulang setidaknya setiap 1 (satu) jam untuk memastikan bahwa hidrasi membaik. Jika tidak, maka infus harus diberikan lebih cepat.

II. Penatalaksanaan Diare Pasien KoleraUntuk pasien dengan dehidrasi berat dan shock, infus intravena harus diberikan segera untuk memulihkan volume darah, dan perbaikan dinilai dari tekanan darah yang normal dan denyut nadi radial yang kuat.Biasanya, orang dewasa dengan berat 50 kg dan dengan dehidrasi berat akan memiliki defisit cairan kira-kira 5 (lima) liter. Dari jumlah ini, 2 (dua) liter harus diberikan dalam waktu 30 menit, dan sisanya dalam waktu tiga jam.Dengan kolera, dibutuhkan oralit dalam jumlah besar yang diperlukan untuk mengganti kehilangan akibat diare setelah dehidrasi dikoreksi. Antibiotik Pilihan

DoxycyclineDewasa: 300 mg sekaliAtau

TetracyclineAnak-anak: 12.5 mg/kg4 kali per harix 3 hariDewasa: 500 mg4 kali per harix 3 hariAlternatif

ErythromycinAnak-anak: 12.5 mg/kg4 kali per harix 3 hariDewasa : 250 mg4 kali per harix 3 hari

Jika pasien menjadi lelah, sering muntah atau distensi perut, larutan oralit harus dihentikan dan rehidrasi harus diberikan secara IV menggunakan larutan Ringer laktat (50 ml/kg dalam tiga jam), dengan menambahkan kalium klorida.Penatalaksanaan diare yang disebabkanVibrio choleraehampir sama dalam pemberian antibiotik pilihan eritromycin.

III. Penatalaksanaan Diare Akut BerdarahPengobatan juga harus mencakup terapi rehidrasi oral untuk mengobati atau mencegah dehidrasi, dan teruskan makan,termasuk menyusui.

Penggunaan antimikroba oral efektif untuk Shigella. Cukup memberikan antimikroba untuk 3 sampai 5 hari.

Antibiotik Pilihan

CiprofloxacinAnak: 15 mg/kg2 kali per harix 3 hariDewasa: 500 mg2 kali per harix 3 hariPengobatan Amoebiasis

Jika E. histolytica trophozoites terlihat pada pemeriksaan faeses, pengobatan amoebiasis harus diberikan.MetronidazoleAnak-anak: 10 mg/kg3 kali per harix 5 hari (10hari pada kasus berat)Dewasa: 750 mg3 kali per harix 5 hari (10hari pada kasus berat)Alternatif

PivmecillinamAnak-anak: 20 mg/kg4 kali per harix 5 hariDewasa: 400 mg4 kali per harix 5 hariCeftriaxoneAnak-anak: 50-100 mg/kg1 kali per hari IM x 2 to 5 hari

IV.Penatalaksanaan Diare Persisten

Tujuan pengobatannya yaitu mengembalikan berat badan dan fungsi normal usus.Terapi diare persisten meliputi :Cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi sesuai dengan rencana terapi A, B,dan C.Nutrisi agar tidak memperparah diareSuplemen vitamin dan mineral, termasuk pemberian zinc untuk 10-14 hariAntimikroba untuk mengobati infeksi.

V. Penatalaksanaan Diare Dengan Malnutrisi Berat

1. Penatalaksanaan Dehidrasi

Rehidrasi oral dilakukan perlahan-lahan, memberikan 70-100ml/Kg selama 12 jam. Mulai berikan 10 ml/Kg/jam selama 2 (dua) jam pertama. Dapat diteruskan atau dikurangi sesuai dengan kehilangan cairan lewat diare dan kehausan anak. Meningkatnya timbulnya edema menandaka overhidrasi. Cairan diberikan untuk menjaga hidrasi setelah dehidrasi dikoreksi, dan harus berdasarkan jumlah kehilangan cairan, sesuai terapi A.2. Memberi Makan3. Vitamin, Mineral, dan GaramZat di bawah ini harus ditambahkan setiap 2 (dua) liter cairan yang dijelaskan di atas.KCl 3.6 gK3 sitrat1.3 gMgCl2.6H2O 1.2 gZn asetat.2H20 130 mgCuSO4.7H2O 22 mgNaSeO4.10H2O 0.44 mgKI 0.20 mg

4. AntimikrobaPasien malnutrisi harus menerima antibiotik spektrum luas, seperti gentamicin dan ampicillin, untuk beberapa hari setelah dimasukkan ke RS. Kombinasi ini atau kombinasi lainnya yang berspektrum luas harus diberikan kepada anak dengan tanda syok septik. Anak harus dicek setiap hari untuk infeksi lain dan kemudian diobati.

5. Anti secretory agents

Bismuth subsalicylate dapat mengurangi pengeluaran tinja pada anak-anak atau gejala diare, mual, dan nyeri perut pada traveler`s diare. Racecadotril adalah inhibitor enkephalinase (nonopiate) dengan aktivitas antisekresi, dan sekarang berlisensi di banyak negara di dunia untuk digunakan pada anak-anak. Racecedotril telah ditemukan berguna pada anak dengan diare, tetapi tidak pada orang dewasa dengan kolera.

6. AdsorbensAdsorbens yang dapat digunakan adalah kaolin-pektin, arang aktif, atapulgit. 7. AntimikrobaTerapi menggunakan antimikroba biasanya tidak diindikasikan untuk anak-anak. Antimikroba hanya diberikan apabila anak-anak mengalami diare yang disertai pendarahan (kebenyakan disebabkan oleh shigellosis), Kolera dengan dehidrasi berat, dan infeksi nonintestinal yang serius (seperti pneumonia). Obat antiprotozoa efektif untuk diare pada anak khususnya yang disebabkan oleh Giardia, Entamoeba histolytica, dan Cryptosporidium dengan pemberian Nitazoxanide.

Daftar Pustaka1. WHO, 1992. Reading on Diarrhoe. Geneva.2. Depkes RI, 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Edisi 4. Ditjen PPM dan PL, Jakarta.3. Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New York: Lange Medical Books, 2003. 131 - 50. 4. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf 5. Manatsathit S, Dupont HL, Farthing MJG, et al. Guideline for the Management of acute diarrhea in adults. Journal of Gastroenterology and Hepatology 2002;17: S54-S71. 6. Jones ACC, Farthing MJG. Management of infectious diarrhoea. Gut 2004; 53:296-305. 7. Tatalaksana Penderita Diare. Available from http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf. 8. Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM, Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1996. 451-57.

10. Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa. Dalam: Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI, 2002. 49-56. 11. Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York: Lange Medical Books, 2003. 225 - 68. 12. Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the Management of Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases 2001;32:331-51. 13. Zein, Umar. 2004. Diare Akut Infeksius Pada Dewasa. Library.usu.ac.id/dwoanload/fk/penydalam-umar4.pdfDipiro, 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7th edition, Mc Graw Hill, New York.WGO, 2008, Practice Guidelines: Acute Diarrhea,

WHO, 2005, The Treatment of Diarrhoea: A manual for physician and other senior health workers, Deparment of Child and Adolescense Health an Development, Geneva.Noer HMS, Waspdji S, Rachman AM, dkk. Buku aja Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-penatalaksanaan-diare-menurut_166.htmlGandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.Margono, Sri S. 1998. Nematoda dalam Gandahusada, S. Ilahude, H. Pribadi, Wita. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: FK UI.