farmakologi kita semuaaa.doc
Transcript of farmakologi kita semuaaa.doc
BAB I
OBAT-OBAT GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN
PENGERTIAN
Sistem pencernaan makanan dimulai didalam mulut dimana makanan
dihaluskan sambil diaduk dengan ludah yang mengandung suatu enzim amilase
yaitu ptialin, yang berfungsi menguraikan karbohidrat. Setelah itu ditelan dan
adukan dilanjutkan dengan gerakan peristalti, ke lambung dengan bantuan getah
lambung yang terdiri dari asam lambung dan persin, yang suatu enzim proteolitik
yang disekresi oleh selamput lendir lambung sehingga terbentuk chymus.
Pencernaan dilanjutkan didalam usus yang dibantu oleh enzim-enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh pencreas dan mukosa usus. Setelah terbentuk
zat-zat gizi yang sangat halus dan mudah diserap oleh tubuh maka sisa makanan
masuk ke usus besar dan diolah oleh flora normal usus hingga siap untuk dibuang
melalui anus.
Di seluruh lambung usus inilah dapat timbul pelbagai gangguan penyakit
baik yang disebabkan oleh terganggunya produksi enzim pencernaan maupun
yang disebabkan oleh infeksi-infeksi usus oleh kuman dan cacing.
Yang akan dibahas pada bab ini adalah :
a. Antasida
b. Digestiva
c. Anti diare
d. Pencahar / laxativa
e. Anti spasmodika
f. Kolagoga
g. Protektor hati
Pecernaan dibagi menjadi dua yaitu :
Pencernaan mekanik adalah proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi
ukuran yang lebih kecil dengan bantuan alat-alat pencernaan. Pada pencernaan
mekanik umumnya tidak mengubah susunan molekul bahan makanan yang
dicerna
Pencernaan Kimiawi adalah proses pencernaan dengan bantuan enzim. Enzim
pencernaan merupakan zat kimia yang berfungsi memecahkan molekul bahan
makanan yang besar dan kompleks menjadi lebih sederhana (Prasetyo, 2010).
Secara umum fungsi sistem pencernaan yaitu :
1. Menerima makanan-makanan
2. Memecah makan menjasi zat-zat gizi
3. Menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
4. Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna tubuh
1. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan. Disini terdapat alat-alat pencernaan
yaitu : Lidah adalah organ yang berguna dalam pelumatan makanan, membolak
balik makanan, membantu dalam menelan makanan, dan merupakan indra yang
dapat merasakan rasa makanan
Gigi memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi
bentuk yang lebih kecil. Terdapat tiga jenis gigi yaitu seri (untuk memotong
makanan menjadi bentuk yang lebih kecil, gigi taring (untuk mengayak makanan),
dan gigi geraham (berfungsi untuk melumat makanan sehingga makanan yang
mulanya menghasilkan air ludah. Dimana pada air ludah ini mengandung enzim
amilase yang berfungsi memecah amilum dari kelejar parotis (terletak di bawah
telinga, keluar menuju mulut melalui saluran stensen), kelenjar submaksilaris
(terletak pada bawah rongga mulut bagian belakang, bermuara di rongga mulut
bagian bawah lidah), kelenjar sublingualis (terletak di dasar rongga mulut,
bermuara di dasar rongga mulut) (Syaifudin, 1997)
2. Kerongkorangan
Kerongkorangan merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut
dengan lambung. Pada ujung saluran kerongkongan setelah mulut terdapat daerah
yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur
makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorakan). Fungsi esofagus adalah
menyalurkan makanan ke lambung, agar makanan dapat berjalan sepanjang
esofagus, terdapat gerakan peristaltik. Sehingga makan dapat didorong berjalan
menuju lambung.
3. Lambung
Lambung dibagi menjadi tiga bagiannya Fundus, Corpus, dan Pilorus. Fundus
adalah bagian membesar pada arak kiri dan atas pintu penghubung esophagus dan
lambung. Corpus adalah bagian yang menyempit pada tepi kanan. Pintu lambung
dibentuk oleh otot Sphincter Cardia yaitu pintu penghubung esophagus dan
lambung. Pintu yang lain dibentuk oleh otot Sphincter Pilorus yang
menghubungkan lambung dengan duodenum. Dinding lambung disusun oleh otot-
otot polos yang berfungsi mengerus makanan secara mekanik melalui kontraksi
otot-otot menyerong. Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi
pencernaan kimiawi dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung.
Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung adalah :
a. Asam HCL : Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin, sebagai
disinfektan
b. Lipase : Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol
c. Renin : Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu
(ASI) hanya dimiliki oleh bayi
d. Mukus : Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam
yaitu HCL (Basoeki, 1988)
Getah pencernaan pada lambung disekresikan oleh kelenjar grastric yang berada
pada dinding lambung. Sekresi ini terjadi saat dinding lambung berkontak dengan
bagian makanan (Guyton, 2008)
4. Usus halus
Usus halus adalah tempat terjadi pencernaan secara kimiawi saja dengan bantuan
senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar
pankreas yang dilepaskan ke usus halus
Duo denum disebut juga usus 12 jari bagian antara lambung dan jejunum. Pada
dinding duo denum terdapat ampulla hepatopancreatic yang merupakan tempat
bergabung antara Duktus biliaris komunis (saluran untuk empedu dari hepar dan
kandung empedu) dan duktus pankreatikus (saluran untuk keluarnya sekret dari
kelejar pankreas)
5. Jejunum
Jejunum adalah bagian kedua usus halus, dimana tempat ini merupakan tempat
proses penyerapan nutrien yang utama. Permukaan dalam jejunum berupa
membrane mucus yang terdapat jonjot usus (Vili) yang memperluas permukaan
usus sehingga makanan dapat terserap secara optimal. Ileum merupakan bagian
terakhir dari usus halus. Ileum memiliki PH 7-8 dan berfungsi menyerap vitamin
B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus Besar
Usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah meter panjangnya. Refleks
gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltic
di dalam usus besar. Reflex ini menyebabkan defeksi atau pembuangan air besar
(Pearce, 20202). Kolon mulai sebagai kantong yang mekar dan padanya terdapat
appendixveriformis atau umbai cacing. Lapisan summukosa pada apendix berisi
sejumlah besar jaringan limfe, yang dianggap mempunyai fungsi mirip dengan
tonsil. Sebagian terletak di bawah sekum dan sebagian di belakang sekum atau di
sebut retrosekum (Pearce, 2002). Pertemuan antara usus halus dan usus besar
terdapat buntu dan umbai cacing (appendiks). Belum diketahui fungsi utama
appendika. Usus besar memiliki ukuran yang lebih pendek daripada usus halus,
tetapi memiliki diameter lebih besar sampai 3x usus halus (mencapai 7 cm). Pada
usus besar terjadi penyerapan garam
Garam mineral dari sisa makanan serta penyerapan air (reabsorpsi) dalam jumlah
tertentu. Di dalam usus besar terdapat banyak mikroorganisme yang membantu
membusukkan sisa makanan seperti :
- Escherichia coli, sisa makan yang membususk ini disebut faeces
- Colon terdiri dari calon
Ascendeus
(naik), colon transcendens (mendatar) dan calon menurun (David, 2006). Kolon
naik (ascending colon) merambat ke atas di samping kanan rongga perut sampai
ke hati (right hepatix flexure). Kemudian, kolom berlanjut dengan melintasi
rongga perut yang disebut kolon melintang (transverse colon). Dan berlanjut lagi
menuju area limfa yang kemudian dilanjutkan dengan belok ke kanan menjadi
kolon turun (descending colon). Kolon turun (descending colon) berubah bentuk
menjadi bentuk S kolon sigmid (sigmoid colon). Akhir dari bentuk S tadi
kemudian menuju ke pertengahan tubuh untuk membentuk rectum. Sebelum
dibuang lewat anus, fases ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum.
Rektum terletak sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar, dimulai pada kolon
sigmodeus dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya.
Saluran ini berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan eksternal.
Sfinkrer eksterna menjaga saluran anus dan orifisium supaya tertutup (Pearce,
2002). Selama perjalanan di dalam kolon makanan akan semakin padat karena air
diabsorpsi. Dan ketika rectum dicapai maka feses bersifat padat lunak. Persitaltik
didalam kolon sangat lambat. Diperlukan waktu kra-kira enam belas sampai dua
puluh jam bagi isinya untuk mencapai rectum. Fungsi kolon dapat diringkas
sebagai berikut :
1. Absorpsi air, garam dan glukosa
2. Sekresi musin oleh kelenjar didalam lapisan dalam
3. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon didalam tumbuh-tumbuhan,
buah-buahan dan sayuran hijau dan penyiapan sisa protein yang belum
dicernakan oleh kerja bakteri gun ekskresi
4. Defekasi (pembuangan air besar)
5. Pembentukan vitamin K (Pearce, 2002)
Selain itu masih terdapat organ lain yang mendukung organ pencernaan
dimana berguna dalam mengeluarkan berbagai getah pencernaan.
Organ tersebut adalah hati, pancreas hati, dan empedu
1. Pancreas
Pankreas terhubung dengan usus halus. Sel pancreas dapat memproduksi getah
pancreas, yang disebut sel-sel pankreatik asinan yang membuat bulk pada
pancreas. Sel-sel ini mengelompok mengelilingi pembuluh yang kecil bersatu
untuk membentuk pembuluh besar, dimana dalam proses tersebut pembuluh
pankreatif menjadi lebih panjang dari pancreas. Pembuluh pankreatik biasanya
terhubung dengan duodenum ditempat yang sama dimana saluran air empedu
dari hati dan kantung empedu bergabung dengan duodenum, meskipun
kemungkinan terdapat koneksi lain. Sebuah hepatopan pankreatik sphineter
mengontrol pergerakan getah pancreas ke dalam duodenum (David, 2006),
setiap hari pancreas menghasilkan 1200-1500 cairan pancreas, suatu cairan
yang jernih dan tidak berwarna yang tersusun dari air, beberapa garam,
sodium bikarbonat dan enzim, sodium bikarbonat memberikan sedikit alkali
(pH 7,1-8,2) pada cairan pancreas yang akan menghentikan kerja pepsin dari
lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai bagi enzim dalam usus
kecil (Basoeki, 1988). Getah pancreas mengandung enzim yang mencerna
karbodihrat, lemak, asam nukleat dan protein. Pankreatik amylase, enzim yang
mencerna karbihidrat, memecah molekul dari amilum atau glikogen menjadi
disakarida. Pankreatik lipase, enzim yang mencerna lemak, memecah molekul
trigserida menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian terdapat Tripsin yang
mengubah pepton menjadi dipeptida (David, 2006).
2. Hati dan Empedu
Setiap sel hati mensekreasikan 800 – 100 ml cairan empedu, suatu cairan
berwarna kuning kecoklatan Phnya 7,6 – 8,6 cairan empedu. Sebagain besar
terdiri dari air dan garam empedu, kolestrol, suatu fofolipid yang disebut
lectitin, pigmen empedu dan beberapa ion. Cairan empedu merupakan
sebagian hasil ekskretori dan sebagian ekskreasi pencernaan. Garam empedu
menunjukkan suatu peran dalam emulsifikasi, pemecahan gumpulan lemak
menjadi suspense tetes lemak. Kolesterol dibuat larut dalam cairan empedu
oleh garam empedu dan lechitin. Pigmen utama empedu adalah billirubin.
Bilasel darah merah dipecah, besi globin dan billirubin dilepas. Besi dan
globindire siklus tetapi beberapa billirubin diekskresi ke saluran empedu.
Billirubin akhirnya dipecah dalam intestine dan suatu hasil pemecahan ini
memberi warna pada feses kita. Empedu yang telah disintesis oleh sel hati
akan disimpan dalam gallbladder dan diekskreasi melalui duodenum. Empedu
mengandung sebagian besar air dengan sedikit ion. Billirubin (pigmen
empedu) secara fisiologis tidak mempunyai peranan aktif, walaupun demikian
ia penting sebagai indicator penyakit hati dan saluran empedu, karena
billirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang bersentuhan dengan
billirubin.
Empedu memiliki peran :
a. Menghasilkan bilirubin dan biliverdin yang memberi warna coklat pada
feses
b. Mengandung garam empedu, pigmen empedu, air, kolesterol, lesitine
c. Memecah lemak menjadi butiran-butiran lebih kecil (Anonim, 200().
Kandungan empedu (Gallbladder) merupakan kantong otot kecil yang
berbentuk bulat dibawah lobus kanan hati dan berwarna kuning kehijauan.
Kandungan empedu memiliki panjang 7-10 cm dan merupakan membran
eberotot. Terletak didalam fossa dari permukaan visceral hati (Anonim,
2009). Fungsi kandungan empedu (Galbladder) adalah :
a. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang
ada didalamnya dengan mengabsorbsi air dan elektrolit. Kandung empedu
mampu menahan sekitar 45 ml empedu. Cairan empedu ini adalah cairan-
cairan elekrolit yang dihasilkan oleh sel hati. Untuk membuang limbah
tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan
kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Garam empedu menyebabkan meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak
dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapan dari
usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah
menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu)
A. ANTASIDA
Pengertian
Antasida (anti = lawan = asam) adalah basa-basa lemah yang digunakan
untuk menetralisir kelebihan asam lambung yang menyebabkan timbulnya
penyakit tukak lambung atau sakit maag, dengan gejala nyeri hebat yang berkala.
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala mempercepat
penyembuhan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Penggolongan
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antasida dapat digolongkan menjadi
dua yaitu :
1. Anti Hiperasiditas
Obat dengan kandungan aluminium dan atau magnesium ini bekerja secara
kimiawi dengan mengikat kelebihan HCL dalam lambung. Magnesium atau
alumnium tidak larut dalam air dan dapat bekerja lama di dalam lambung
sehingga tujuan pemberian antasida sebagaian besar dapat tercapai.
Sediaan yang mengandung magnesium dapat menyebabkan diare (bersifat
pencahar) sedangkan sediaan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan
konstipasi (sembelit) maka biasanya kedua senyawa ini dikombinasikan.
Persenyawaan molekul antara Mg dan Al disebut hidrotalisit (aluminium
hidroksida, magnesium karbonat, magnesium trisilikat, kompleks aluminium
magnesium hidrotalsit).
Obat dengan kandungan natrium bikarbonat merupakan antisida yang larut
dalam air, dan bekerja cepat. Tetapi bikarbonat yang terabsorbsi dapat
menyebabkan alkalosis bila digunakan dalam dosis berlebih, terlepasnya CO2
dapat menyebabkan sendawa.
Obat dengan kandungan bismut dan kalsium dapat membentuk lapisan
pelindung pada luka di lambung tetapi sebaiknya dihindari karena bersifat
neorotoksik sehingga dapat menyebabkan encefalopatia (kerusakan otak dengan
gejala kejang-kejang dan kekacauan) juga cenderung menyebabkan konstipasi.
Kalsium dapat menyebabkan sekresi asam lambung berlebih, kelebihan
menyebabkan hiper kalsemia.
Obat dengan kandungan sukralfat, aluminium hidroksida dan bismuth
koloidal dapat digunakan untuk melindungi tukak lambung agar tidak diiratsi oleh
asam lambanung.
2. Perintang resptor H2 (antagonis reseptor H2)
Semua antagonis reseptor H2 menyembuhkan tukak lambung dan
duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat
hambatan reseptor H2. Contoh perintang reseptor H2 adalah ranitidin dan simetidin
sekarang dikenal senyawa baru famotidin dan nizatidin.
Pengobatan dengan obat-obatan antasida bertujuan untuk mengurangi rasa
sakit, membuat penderita lebih tenang dan dapat beristirahat, juga agar penderita
tidak mengalami kembung. Antasida sering dikombinasikan dengan
a) Anti kolinergik, yaitu zat yang menekan produksi getah lambung dan
melawan kejang-kejang (contohnya ekstrak belladonae)
b) Obat penenang/sedativ, yaitu untuk menekan stress karena dapat memicu
sekres, asam lambung (contohnya klordiazepoksida)
c) Spasmolitik, yaitu untuk melemaskan ketegangan otot lambung – usus
dan mengurangi kejang-jekang (contohnya papaverin)
d) Dimetikon (dimetilpolisiloksan) berfungsi memperkecil gelembung gas
yang timbul sehingga mudah diserap dengan demikian dapat dicegah
masuk angin, kembung, dan sering buang angin (flatulensi)
Pedoman terapi antasid
1. Pemakaian jangka panjang dihindarkan
2. Mula kerja suspensi lebih cepat daripada table
3. Perhatikan urutan daya netralisasi : Ca…. Mg ….. Al
4. Campuran dua atau lebih antasida tidak lebih baik daripada satu macam
sediaan antasida. Untuk menghilangkan konstipasi atau diare lebih baik
diberikan dua preparat yang terpisah daripada sebagai campuran
5. Nilai biaya pengobatan berdasarkan biaya sehari
6. bersamaan dengan terapi lainnya Antasida meredakan gejala, membantu
penyembuhan luka, dan menurunkan kekambuhan. Obat ini relatif tidak
mahal tapi harus diminum 5-7 kali sehari. Aturan antasida optimal untuk
penyembuhan luka sekitar 15-30 ml, cairan atau 2-4 tablet 1 jam dan 3 jam
setelah makan dan sebelum tidur. Total dosis harian antadisa harus 200-
400 milieqivalen kapasitas penetralan. Bagaimanapun, antasida digantikan
dengan terapi penekan asam dalam pengobat anulkus peptik dan
digunakan hanya untuk menghilangkan gejala jangka pendek. Secara
umum ada 2 tipe antasida : menyerap dan tidak menyerap. Antasida yang
dapat menyerap (contoh Na bikarbonat, Kalsium karbonat) menyediakan
penetralan yang lengkap dan cepat tapi dapat menyebabkan kebasaan
(alkalosis) dan sebaiknya digunakan hanya dalam waktu singkat. Antasida
yang tidak menyerap contoh alumunium atau mangesium hidroksida
menyebabkan lebih sedikit efek samping sistemik dan disarankan
Antasida Dalam Terapi Tukak Peptik
Seringkali antasida digunakan dalam pengobatan sendiri (self medication)
untuk berbagai keluhan lambung. Akibat iklam yang berlebihan maka
masyarakat dan sebagian dokter percaya bahwa setiap keluhan dibagian
lambung akan sembuh dengan antasida, sehingga terjadi penggunaan antasida
yang berlebihan.
Dalam pengobatan tukak peptik antasida memegang peranan penting di
samping berbagai cara pengobatan lain. Dengan pemberian antasid, nyeri
lambung pasien tukak peptik akan hilang, tetapi tidak berarti pasien dalam
taraf penyembuhan, jadi bahaya perforasi tetap ada. Kegagalan pengobatan
simtomatik tukak peptik dengan antasida disebabkan karena :
- Frekuensi pengobatan yang tidak adekuat
- Dosis yang diberikan tidak cukup
- Pemilihan sediaan yang tidak tepat
- Sekresi asam lambung diwaktu tidur tidak terkontrol
Regimen dosis antasida bervariasi tergantung dari beratnya gejala. Untuk
tukak peptik tanpa komplikasi pemberian pada 1 dan 3 jam setelah makan dan
menjelang tidur malam umumnya memadai. Bentuk tablet maupun suspensi
menunjukkan efektivitas yang sama. Pada pasien tukak peptik yang berat
pengobatan dengan antasida perlu dilakukan bersamaan dengan segala usaha
pengobatan lainnya yaitu diet, istirahat, psikoterapi, pemberian antikolinergik.
Pemberian obat sedatif nyatanya tiada lebih baik dari plasebo
Sukralfat
Obat ini merupakan kompleks sukrosa-alumunium yang kemudian
memisahkan diri didalam asam lambung dan membentuk pelindung sekitar
daerah yang terluka, melindungi dari asam, pepsin dan garam empedu. Obat
ini juga menghambat interaksi pepsin-substrat, merangsang produksi
prostaglandin mukosa dan berikatan dengan garam empedu. Tidak ada efek
terhadap hasil asam atau pengeluaran gastrim. Sukralfat sepertinya memiliki
efek tropik pada mukosa yang luka, kemungkinan berikatan hormon
pertumbuhan dan menkonsentrasikan pada bagian luka. Penyerapan sistemik
sukralfat dapat diabaikan. Sembelit muncul pada 3-5% pasien sukralfat dapat
berikatan dengan obat lain dan mengganggu penyerapan obat lain tersebut.
Farmakokikinetik : a. sangat kecil, b. langsung ke mukosa farmakodinamik
dalam suasana asam akan membentuk gel lengket kedalam rongga ulkus.
Dosis : 4x1 g sehari. Bismuth Chelates dan Farmakodinamik : berikatan
langsung dengan ulkus dan membentuk kompleks polimer bismuth-
glokoprotein, khasnya untuk mengeradikasi kuman Helicobacter pylori
sediaan koloid misoprosto ialah analog metilester PGEI Prostaglandin bekerja
dengan menghambat sekreasi. HCL meningkatkan aliran darah ke mukosa
gaster, memiliki daya sitoprotektif. Efek samping : mual, pusing, diare.
Digunakan untuk pasien yang tetap butuh OAINS Dosis : 4 x 200 mg sehari .
Proton Pump linhibitor (Penghambat Pompa Proton) obat ini merupakan
penghambat yang kuat terhadap proton (H+, K+AT Pase). Enzim ini berlokasi
di sel parietal lambung dan memainkan peran kunci dalam pengeluaran H+
(proton). Obat-obatan ini menghambat pengeluaran asam dan memiliki durasi
kerja yang panjang. Obat-obatan ini membantu penyembuhan dan merupakan
komponen kunci membasmi H Pylori. Penghambat pompa proton
menggantikan blokade H2. penghambat pompa proton termasuk osemeprazol,
lansoprazol, and pantoprazol tersedia dalam bentuk oral (diminum) dan
intravena, lainnya omeprazol dan rabeprazol tersedia hanya dalam bentuk oral
di Amerika. Penghambat pompa proton jangka panjang berakibat
bertambahnya kadar gastrin (hormon yang bertugas merangsang keluarnya
asam lambung) yang berujung hiperlasia sel (keganasan sel). Bagaimanapun,
tidak ada bukti displasia atau bentuk keganasan pada pasien yang menerima
pengobatan ini. Beberapa pasien dapat memderita gangguan penyerapan
vitamin B12. (Anonymous 3.2007). Farmakokinetik : a. sebaiknya salut
enterik, b. langsung ke kanalikulim:lengkape: urin, tinja (20%)
farmkodinamik. Pada suasana asam, di dalam kanalikuli sel parietal, obat
diaktifkan dan berikatan dengan gugus sulfhidril enzim H+, K+, K+, AT Pase
secara ireversibel sehingga produksi HCL terhenti (> 90%). Indikasi sindrom
Zollinger-Ellison, GERD, kasus tukak peptikum berat. Contoh omeprazole,
dan lain-lain. Dosis min tab 20 mg sehari.
Prostaglandin
Prostaglandin tertentu terutama misoprolol menghambat sekreasi asam dengan
menurunkan generasi siklik AMP yang dipicu oleh rangsangan histamin pada
sel parietal dan meningkatkan pertahan mukosa. Turunan prostaglandin
sintesik digunakan terutama untuk menurunkan risiko luka mukosa yang
dipicu obat antiin flamasi non steroid. Pasien yang berisikan tinggi luka yang
dipicu obat antiin flamasi non steroid seperti lanjut usia, mereka yang berisiko
tinggi luka yang dipicu obat anti inlamasi non steroid seperti lanjut usia,
mereka yang berisiko luka atau komplikasi luka, mereka yang mengkonsumsi
kortikosteroid adalah kandidat yang dapat minum misoprostol dengan
makanan bersama obat anti inflamasi non steroid. Efek samping yang umum
kram perut dan diare yang muncul pada 30% pasien. Misoprolol memiliki efek
abortus sehingga dikontraidikasikan pada wanita usia subur yang tidak
menggunakan kontrasepsi Anonymous
Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Aluminium Hidroksida
Indikasi Nyeri radang lambung dan usus 12 jari
Kontra indikasi Hipofosfatemia
Efek samping -
Sediaan Antasida DOEN (generik) tablet, suspensi, tablet
Kunyah
Cara penyimpanan Pada suhu kamar
2. Simetidin
Indikasi Tukak lambung dan usus 12 jari sindrom Zollinger-
Ellison
Kontra indikasi -
Efek samping Pusing, ruam kulit, mengubah kebiasaan buang air
Besar
Sediaan Cimetidin (generik) tablet 200 mg
3. Famotidin
Indikasi lihat simetidin
Kontra indikasi -
Efek samping lihat simetidin
Sediaan Famotidin (generik) tablet 20 mg, 40 mg
4. Ranitidin
Indikasi Tukak lambung, usus 12 jari, tukak akibat anti
Inflamasi non steroid
Kontra indikasi -
Efek samping lihat simetidin
Sediaan Ranitidin (generik) tablet 150 mg, 300 mg
5. Sukralfat
Indikasi Tukak lambung, menetralkan asam lambung
Kontra indikasi -
Efek samping mulut kering, erythema
Sediaan -
Spesialite obat-obat antasida
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Aluminium hidroksida Alukol PIM
2 Kombinasi Al (OH)3 dan MG (OH) Gelusil
Aludona
Maalok
Antasida DOEN
Pfizer
Armoxindo
Aventis
Indo Farma
3 Simetikon/Dimetichone
(Dimethypolosiloxane)
Gastulen
Disflatyl
Flatunic
Zanith
Pharos, Solco
Nicholas
4 Kombinasi Al(OH)3 dan MG (OH)
Dan dimenthicon
Gelusil MPS
Mylanta
Polycrol
Pfizer
Pfizer
Nacholas
5 Simetidin Corsamet
Ulsikur
Tagamet
Corsa
Kalbe farma
Glaxo Smithkline
6 Famotidin Facid
Famos
Incifam
Kalbe farma
Dankos
Indofarma
7 Ranitidin (Ranitidini) Zanfac
Rantin
Glaxo Wellcome
Kalbe Farma
8 Omeprazole Losec
Pumptor
Solid
Astra Zeneca
Sanbe Farma
Soho
9 Sukralfat Inpepsa
Neoblok
Fahrenhet
Dankos
B. DIGESTIVA
Pengertian
Digestiva adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu proses
pencernaan lambung usus terutama pada keadaan defisiensi zat pembantu
pencernaan. Disebut juga obat-obat pencernaan
Penggolongan
1) Obat yang bekerja pada kandung empedu
Empedu terdiri dan asam empedu (sam kolat) dan asam kanodeoksikolat serta
kolesterol dan fosfolipid. Guna empedu yang berhubungan dengan pencernaan
dan absorbsi lemak yaitu :
membantu proses emulsifikasi dan absorpsi lemak
mempertinggi daya kerja lipase
membantu peroses absrobsi vitamin yang larut dalam lemak, A, D, E,
K)
Guna preparat empedu peroral adalah :
membantu pencernaan dan penyerapan dalam usus (lemak)
merangsang pengeluaran empedu dari hati (cholereatic)
melarutkan & mengeluarkan batu empedu (cholagoga)
mengobati dan melindungi hati terhadap penyakit kuning dan hati yang
mengeras
2) Enzym pencernaan
Yang sering digunakan adalah :
Asam hidroklorida (HCL)
Enzym lambung (pepsin)
Enzym pankreas (pancreatin)
Penggantian enzym pankreas (pankreatin suplemen) diperlukan bila
sekreasi pankreas terganggu (dapat karena pendebedahan pankreas, tersumbatnya
pankreas atau karena kancer pankreas)
Enzym ini terdiri dari :
1. Amylase (pencermaan K-hidrat)
2. Trypsin-chemotrypsin (pencerna protein)
3. Lipase (pencerna lemak dengan bantuan empedu)
Asam klorida (KCL) adalah suatu cairan yang dikeluarkan oleh dinding
lambung yang memiliki fungsi utama :
mengubah pepsinogen yang dihasilkan selaput lambung menjadi
pepsin
membuat suasana lambung jadi asam sehingga mempermudah
penguraian protein menjadi peptida
membuat proses absorpsi garam kalsium dan besi
membantu merangsang pengeluaran getah lambung, pankreas dan hati
Pada keadaan kekurangan asam lambung disebabkan aklorhidri, sehingga sebagai
pengganti perlu diberikan KCL dari luar. Pemakaian HCL tersebut harus dalam
keadaan cukup encer agar tidak menghancurkan selaput lendiri lambung.
Pepsin adalah enzym yang disekreasi mukosa lambung berfungsi menguraikan
protein menjadi peptida, enzym ini disebut juga protease.
Spesialite obat ligestive
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1
2
3
Pankreatin, empedu sapi, ekstrak lambung
Pancreatin, oxile, bromealin
Pancreatir, lipase, amilase
Panzynorm
Benozymizyam
Pankrean comp
Bordmark
Bernofarm
Solfay, Kimia
Farma
C. ANTI DIARE
Pengertian
Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau
mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau
keracuan makanan. Gejala diare adalah buang air besar berulang kali dengan
banyak cairan kadang-kadang disertai mulas (kejang-kejang perut) kadang-kadang
disertai darah atau lendir.
Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding
usus sehingga menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus, rangsangan ini
dapat ditimbulkan oleh :
infeksi oleh bakteri patogen misalnya bakteri colie
infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
infeksi oleh virus misalnya influenza perut dan “travellers diare”
(masuk angin akibat perjalanan)
akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
kerancunan makanan atau minuman
gangguan gizi
pengaruh enzim tertentu
pengaruh saraf (terkejut, takut dan sebagainya)
Diare juga dapat merupakan salah satu gejala penyakit seperti kanker pada usus
Penggolongan
Berdasarkan mekanisme kerjanya dalam menghentikan diare (terap simptomatis),
maka anti diare dibagi menjadi 4 (empat) yaitu :
1) menekan peristaltik usus, misalnya loperamid
2) menciutkan selaput usus atau adstrigen, contohnya tannin
3) pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atau racun
penyebab diare yang lain misalnya, carbo-adsorben , kaolin
4) pemberian mucilago untuk melindungi selaput lendir usus yang luka
Obat-obat lain yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :
1. Kemoterapi, untuk terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab
penyakit digunakan obat golongan sulfonamida atau antibiotika
2. Spasmolitik, zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri
perut) pada diare misalnya Atropin sulfat
3. Oralit, sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama
pengobatan diare akut seperti pada gastro enteritis ialah mencegah atau
mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi)
terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat
mengakibatkan kematian
Diare yang hebat (lebih dari 5 kali dalam waktu yang berdekatan) dapat
menyebabkan dehidrasi dengan gejala haus, mulut dan bibir kering, kulit
menjadi keriput (kehilangan turgor), berkurangnya air kemih, berat badan
turun dan gelisah.
Pencegahan dehidrasi dilakukan dengan pemberian larutan oralid yang
dilarutkan dalam segelas air, terdiri dari campuran
NaCl 3,5 gram
KCl 1,5 gram
NaHCO3 2,5 gram
Glukosa 20 gram
Atau dengan memberikan larutan infus secara intra vena antara lain :
Larutan NaVl 0,9 % (norma saline)
Larutan Na Laktat majemuk (ringer laktat)
Ada beberapa penyakit infeksi usus lain yang menyebabkan diare, antara lain :
Kolera
Penyakit infeksi usus disebabkan bakteri Vibrio cholarae asistica atau
Vibrio cholerae eltor. Gejala-gejala kolera adalah diare seperti air beras,
muntah-muntah dan kejang-kejang, anuna (terhentinya pengeluaran air
seni)
Pengobatannya adalah dengan pemberian oralit atau the susu untuk
menghindari bahaya dehidrasi disusul dengan pemberian antibiotik
(tetrasiklin, kloramfenicol) sebagai terapi kausal
Disentri basiner
Disebut juga shigellosis adalah penyakit infeksi usus yang diakibatkan
oleh beberapa jenis basil gram negatif genus shigella
Ciri-ciri penyakit :
- Kejang dan nyeri perut
- Mulas waktu buang air besar
- Diare berlendir dan berdarah
Obat-obat yang biasa dipakai antara lain :
- Golongan sulfanamida (sulfadiazin dan derivatnya serta
kotrimoksazol)
- Golongan antibiotik (ampisilin, tetrasiklin)
Thypus
Disebabkan oleh salmonella typhosa yang menyerang usus penderita
dengan gejala demam tinggi secara berkala, nyeri kepala. Lidah menjadi
putih dan bila terjadi perfoasi usus menyebabkan diare berdarah.
Pengobatan thypus :
- Chloramfenicol : merupakan obat pilihan (drug of choice), efek
samping mengakibatkan anemia aplastis
- Kotrimoksazol merupakan obat pilihan lainnya pada pemakaian lama
(lebih dari 14 hari) dapat menimbulkan gangguan darah
Antibiotik lain seperti ampisilin – amoksisilin dan tetrasiklin, baru
digunakan bila terjadi resistensi terhadap chlorampenicol atau
kotrimoksazol
Obat generik, indikasi, kotra indikasi, dan efek samping
1. Oralit
Indikasi Pencegahan dehidrasi pada diare atau kolera dengan
Cara mengantikan cairan tubuh yang hilang
Kontra indikasi Obstruksi dan perforasi usus
Efek samping Hiper kalemia
Sediaan Oralit (generik), serbuk
Cara penyimpanan Di tempat kering
2. Kaolin
Indikasi Pengobatan diare, bersifat adsorben
Kontra indikasi -
Efek samping -
Sediaan Umumnya yang beredar adalah kombinasi kaolin dan
pectin
3. Carbo adsorben
Indikasi Pengobatan diare, bersifat menyerap racun
Kontra indikasi -
Efek samping -
Sediaan Karbon Absorben (Kimia Farma)
Di Indonesia beredar Attapulgit
Spesialite obat anti diare
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Oralit OralitPharolitPedyalite
Kimia FarmaPharosAbbotPfizerCorsaKalbe Farma
23
Kaolin dan PectinAttalpulgit dan pectin
KaopectaNeo DiaformNeo Enterostop
PfizerCorsaKalbe Farma
4 Attapulgit BiodiarNew Enterostop
Novartis IndonesiaMedifarma Biomedis
5 Loperamid HCL ImodiumLodiaOramid
Johson cilaggSanbeUAP
6 Arang Jerap(Carbo Adsorbens) DOEN Bekarbon M\Kimia Farma
D. PENCAHAR (Laxativa)
Pengertian
Pencahar atau laxantia adalah obat-obat/zat yang dapat mempercepat
peristaltik usus sehingga mempermudah/ melancarkan buang air besar.
Mekanisme kerjanya adalah dengan cara merangsang susunan saraf otonom para-
sipatis agar usus mengadakan gerakan peristaltik dan mendorong isinya keluar
Penggunaan
Obat pencahar digunakan untuk :
Pada keadaan sembelit (konstipasi) karena pengaruh efek samping obat
kurang minum, kurang mengkonsumsi makanan berserat
Pada pasien penderita penyakit jantung dan pembuluh (PJP) seperti angina
pektrois
Pada pasien dengan resiko pendarahan rektal seperti pada heemoroid (wasir)
Untuk membersihkan saluran cerna sebelum pembedahan dan prosedur
radiologi
Untuk pengeluaran parasit setelah pemberian antelmintika
Pada setiap obat-obat pencahar diberi peringatan bahwa anak-anak tidak boleh
mengkonsumsi obat tersebut kecuali diresepkan oleh dokter.
Penggolongan
Berdasarkan mekanisme kerja dan sifat kimianya, pencahar digolongkan
sebagai berikut :
1) Zat-zat perangsang dinding usus
- Merangsang dinding usus besar misalnya glikosida antrakinon (rhei,
sennae, aloe, bisakodil, dantron)
- Merangsang dinding usus kecil misalnya oleum ricini / minyak jarak
(sudah tidak dipakai) dan kalomel
2) Zat-zat yang dapat memperbesar isi usus
- Obat yang bekerja dengan jalan menahan cairan dalam usus secara
osmosis (pencahan osmotik). Contohnya magnesium sifat (garam Inggris),
natrium fosfat. Enema fosfat bermanfaat dalam membersihkan usus
sebelum prosedur radiologi, endoskopi dan bedah. Natrium sulfat harus
dihindari karena pada individu yang rentah dapat menyebabkan retensi air
dan natrium
- Obat yang dapat mengembang dalam usus, misalnya agar-agar, carboksil
metil cellulose : CMC) dan tylose
- Serat juga dapat digunakan karena tidak dapat dicernakan, seperti buah-
buahan dan sayuran
3) Zat pelicin atau pelunak tinja
Zat ini dapat mempermudah defeksi karena memperlunak tinja dan
memperlicin jalannya defekasi. Contohnya paraffin cair, sippositoria dengan
gliserin, klisma dengan larutan sabun dan lain-lain
Kelompok Laksatif
1. Pencahar pembentuk tinja (baik laxative)
Pencahar jenis ini umum beredar di pasaran, baik yang berasal dari serat
alamiah seperti psyllium ataupun serat buatan sepertu metil selullosa.
Keduanya sama efektif dalam meningkatkan volume tinja. Obat ini cukup
aman digunakan dalam waktu yang lama tetapi memerlukan asupan cairan
yang cukup
2. Pelembut tinja/feses
Obat jenis ini dipakai oleh usia lanjut sebagai pelembut feses. Obat ini
mempunyai efek sebagai surfakan yang menurunkan tegangan permukaan
feses, sehingga dapat meresap dan feses jadi lembek
3. Pencahar stimulan/perangsang
Contoh golongan ini adalah senna, bisa cordil. Semua aman dipakai untuk usia
lanjut. Efek obat ini menstimulasi dan meningkatkan peristaltik atau gerakan
usus
4. Pencahar hipersmoler (osmotic laxative)
Mempunyai efek menahan cairan dalam usus dan mengatur distribusi cairan
dalam tinja. Jenis ini mempunyai cara kerja seperti spon sehingga tinja mudah
melewati usus. Jenis golongan ini seperti laktulosa dan sorbitol
5. Enema
Enema dimaksudkan untuk merangsang terjadinya evaluasi tinja sehingga
bisa keluar. Pemberian ini harus hati-hati pada usia lanjut karena sering
mengakibatkan efek samping
Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Bisakodil
Indikasi Kontipasi (tablet bekerja dalam 10-12 jam,
Suppositorla bekerja dalam 20-60 menit)
Kontra indikasi -
Efek samping Penggunaan jangka panjang dapat memicu alonia
coloin
Sediaan Bisakodil (generik) tablet 5 mg
2. Dantron
Indikasi Kontipasi pada pasien gagal jantung, pada orang
tua
Kontra indikasi Obstruksi usus, atonia calon
Efek samping -
Sediaan Dantron (generik) tablet 150 gr
3. Glycenin
Indikasi Kontipasi
Kontra indikasi -
Efek samping -
Sediaan Glyserin (generik) larutan
4. Magnesium sulfat/garam Inggris
Indikasi Kontipasi, pengosongan usus yang cepat sebelum
Prosedur radiologi, endoskopi dan bedah
Kontra indikasi Penyakit saluran cerna akut, gangguan ginjal,
Gangguan hati, usia lanjut & pasien lemah
Efek samping Kolik
Sediaan Magnesium sulfat (generik) serbuk 30 gr garam
Inggris (generik) serbuk
Spesialite obat-obat pencahar
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Ispaghula Sekam Mulax
Mucofalk
Fahreinbet
Darya Varia
2 Bisakodil Dulcolax Boehringar
Laxamex Konimex
3 Lactulosa Lactulax
Opilax
Duphalax
Ikapharmindo
Otto
Solvay
4 Garam Inggris
E. ANTI SPASMODIKA
Pengertian
Antispasmodik ialah zat atau obat-obat yang digunakan untuk mengurangi
atau melawan kejang-kejang otot, yang sering mengakibatkan nyeri perut (saluran
pencernaan). Obat golongan ini mempunyai sifat sebagai relaksan otot polos.
Termasuk senyawa yang memiliki efek anti kolinergik, lebih tepatnya anti
muskarinik. Meskipun dapat mengurangi spesme usus tapi penggunaannya dalam
sindrom usus pencernaan hanya bermanfaat sebagai pengobatan tambahan.
Obat generik, indikasi, kontra indiknasi dan efek samping
Atropin Sulfat dan Alkafoid Beladona
Indikasi Relaksan otot polos
Kontra indikasi Glaukoma sudut sempit
Efek samping Mulut kering, sulit menelan dan haus dan lain-lain
Sediaan Antropin sulfat (generik), serbuk intra ekstrak
beladona (generik) tablet 10 mg, 20 mg
Spesialite obat-obat anti spasmodik
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Hiosin Butilbromida Buscopan
Gitas
Scopamin
Schering Indonesia
Interbat
Otto
2 Propantelin Bromida Pro Banrhine Soho
3 Mebevenne HCL Duspatalin Solvat, Kimia
4 Extrac Belladonnao Ekstrak Beladon Kimia Farma
5 Pramivenn HCL Systabon Plain Merck
6 Papavenn HCL Ertavaf
Ifirin
Erela
Imfarmid
F. KOLAGOGA
Pengertian
Kolagoga adalah zat atau obat yang digunakan sebagai peluruh atau
penghancur batu empedu. Batu empedu merupakan penyakit yang terjadi di
saluran empedu. Faktor pencetusnya meliputi hiperkosterolemia, penyumbatan
disaluran empedu dan radang saluran empedu.
Terdapat tiga jenis batu empedu yakni batu kolesterol, batu pigmen dan
batu kalsium karbonat (kebanyakan yang terjadi batu empedu campuran). Terapi
batu empedu dengan obat perannya relatif kecil bila dibandingkan dengan tehnik
penbedahan atau endoskopi dan laparoskopi.
Terapi dengan obat cocok untuk pasien
Yang gejalanya ringan
Fungsi kandung empedu tidak terganggu
Ukuran batu empedu kecil sampai sedang
Pencegahan jangka panjang mungkin diperlukan setelah batu empedunya
melarut atau dibuang, karena dapat terjadi kembali pada sebagian pasien sesudah
pengobatan dihentikan.
Pengobatan
Obat yang sering digunakan untuk membantu melarutkan batu empedu
adalah asam kenadeoksikolat dan asam ursodeoksikolat. Pasien batu empedu
dianjurkan melakukan diet kolesterol dan pengobatan dilanjutkan sampai 3 atau
4 bulan sesedah batunya melarut.
Spesialite obat Kalogoga
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1
2
Asam Kenodeoksikolat
Asam Ursodeoksikolat
Chenofalk
Estazor
Pramur
Darya Varia
Fahrenhelt
Prata
Urdafalk Darya Varia
G. PROTEKTOR HATI (HEPATOPRATEKTOR)
Obat-obat protektor hati adalah obat-obat yang digunakan sebagai vitamin
tambahan untuk melindungi, meringankan atau menghilangkan gangguan fungsi
hati karena adanya bahan kimia, penyakit kuning atau gangguan dalam
penyaringan lemak oleh hati.
Pada umumnya obat-obat golongan ini mengandung asam-asam amino
kandungan dari tanaman kurkuma (kurkumin) dan zat-zat lipotropix seperti
methionin dan cholin. Methionin memiliki peranan penting dalam metabolisme
hati sehingga digunakan untuk melawan keracunan yang disebabkan oleh
hepatotoksin. Sedangkan choline adalah suatu zat yang dapat mencegah dan
menghilangkan perembesan lemak kedalam hati dan juga bekerja mewalan
keracunan.
Obat-obat ini sebaiknya jangan digunakan pada penderita penyakit hati
yang berat karena pada dosis besar dapat memperparah keadaan
Spesialite obat protektor hati
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Methionin dan Vitamin Methicol
Methioson
Otto
Soho
2 Curcuma Curcuma
Curson
Heparviton
Lanagogum
Soho
Soho
Tempo Scan P
Landson
3 Asam-asam Amino Aminofusin Hepar Baxter Kalbe
BAB II
OBAT-OBAT SUSUNAN SARAF PUSAT
Susunan syarat yang mengkoordinasi sistem-sistem saraf lainnya di dalam
tubuh manusia dibagi dalam dua golongan yaitu :
1. Susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri dari :
- Otak
- Sumsum ulang belakang (spinal cord)
2. Susunan saraf perifer yang terdiri atas :
- Saraf otak dan tulang belakang
- Saraf otonomi
Dalam bab ini kita hanya membahas rangsangan-rangsangan saraf yang
berhubungan dengan pusat sakit, pusat tidur dan kapasitas mental. Pusat tidur dan
pusat pengatur suhu tubuh terletak pada hipotalamus. Pusat rasa sakit terletak
pada cerebrum sedang kapasitas mental merupakan fungsi dari kulit otak (cerebral
cortex).
Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung
merangsang aktivitas otak, sum-sum tulang belakang beserta syaratnya
Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak langsung
memblokir proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan
saraf-sarafnya
Yang akan dibicarakan pada bab ini adalah :
A. Analgetika – antipiretika
B. Anti emetika
C. Anti epilesi
D. Psikofarmaka
E. Hipnotika dan sedativa
F. Anestetika
G. Anti parkinson
A. ANALGETIKA
Pengertian
Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika pada umumnya diartikan
sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot,
nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin,
dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit
dikendalikan. Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek antipirentik dan
efek anti inflamasi.
Asam salisilat. Paracetamol mampu mengatasi nyeri ringan sampai
sedang, tetapi nyeri yang hebat membutuhkan analgetik sentral yaitu analgetik
nurkotik. Efek antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu menurunkan suhu
tubuh pada keadaan demam sedangkan sifat anti inflamasi berguna untuk
mengobati radang sendir (artritis reumatoid) termasuk pirai/gout yaitu kelebihan
asam urat sehingga pada daerah sendi terhadi pembengkakan dan timbul rasa
nyeri.
Analgesik anti inflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan
sintesis prostaglandin (penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat dibedakan
dalam tiga kategori :
Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid dan lain-lain),
dapat diatasi dengan asetosal, paracetamol bahkan placebo
Nyeri sedang (sakit punggung, migrain, rheumatik), memerlukan analgetik
perifer kuat
Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu ginjal, kanker),
harus diatasi dengan analgetik sentral atau analgetik narkotik
Penggolongan
Analgetik dibagi dalam dua golongan besar :
1. Analgetik narkotik (analgetik sentral)
Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri
yang hebat sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum (mengurangi
kesadaran), mempunyai efek samping menimnulkan rasa nyaman (euforia).
Hampir semua perasaan tidak nyaman dapat dihilangkan oleh analgesik narkotik
kecuali sensasi kulit.
Harus hati-hati menggunakan analgesik ini karena mempunyai risiko besar
terhadap ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan penyalah gunaan obat.
Obat ini hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentil pada nyeri hebat (trauma
hebat, patah tulang, nyeri infark jantung, kolik batu empedu/batu ginjal.
Obat golongan ini hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentil pada
nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark) kolik batu empedu, kolik
ginjal. Tanpa indikasi kuat, tidak dibenarkan penggunaannya secara kronik,
disamping untuk mengatasi nyeri hebat, penggunaan narkotik diindikasikan pada
kanker stadiun lanjut karena dapat meringankan penderitaan. Fentanil dan
alfentanil umumnya digunakan sebagai premedikasi dalam pembedahan karena
dapat memperkuat anestesi umum sehingga mengurangi timbulnya kesadaran
selama anestesi.
Penggolongan analgesik – narkotik adalah sebagai berikut :
* alkaloid alam : morfin, codein
* derivat semi sintensis : heroin
* derivat sintetik : metadon, fentanil
* antagonis morfin : nalorfin, nalokson dan pentazocin
Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Morfin
Indikasi Analgesik selama dan setelah pembedahan,
analgesi pada situasi lain
Kontra indikasi Depresi, pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak
Efek samping Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/adiksi
pada over dosis menimbulkan keracunan dan
dapat menyebabkan kematian
Sediaan Morfin HCL (generik) siruf 5 mg/5 ml, tablet 10 mg
30 mg, 60 mg, injeksi 10 mg/ml, 20 mg/ml
2. Kodein fosfat
Indikasi Nyeri ringan sampai sedang
Kontra indikasi Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau
cedera kepala
Efek samping Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/adiksi
pada over dosis, menimbulkan keracunan dan dapat
menyebabkan kematian
Sediaan Kodein fosfat (generik) tablet 10 mg, 15 mg, 20 mg
3. Fentanil
Indikasi Nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker
Kontra indikasi Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau
cedera kepala
Efek samping Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/adiksi
pada over dosis, menimbulkan keracunan dan dapat
menyebabkan kematian
Sediaan Bentuk sediaan dapat berupa injeksi atau cakram
Transdermal (lama kerja yang panjang)
4. Petidin HCL
Indikasi Nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah
Kontra indikasi Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau
cedera kepala
Efek samping Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/adiksi
pada over dosis, menimbulkan keracunan dan dapat
menyebabkan kematian
Sediaan Petidin (generik) injeksi 50 mg/ml, tabl 50 mg
5. Tramadol HCL
Indikasi Nyeri sedang sampai berat
Kontra indikasi Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau
cedera kepala
Efek samping Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/adiksi
pada over dosis, menimbulkan keracunan dan dapat
menyebabkan kematian
Sediaan Tramadol (generik) injeksi 50 mg/ml, tabl 50 mg
Nalorfin, Nalokson
Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin, dan
bersifat analgesik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau antoksikasi obat-
obat bada pada saat demam.
Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor
hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya
pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya parasetamol,
asetosal dan lain-lain. Dan berkhasiat pula sebagai anti inflamasi, anti radang atau
anti flogistik.
Anti radang sama kuat dengan analgesik, digunakan sebagai anti nyeri atau
rematik contohnya asetosal, asam mefenamat, ibuprofen. Anti radang yang lebih
kuat contohnya fenibutazon. Sedangkan yang bekerja serentak sebagai anti radang
dari analgesik contohnya indometazin.
Penggolongan
Berdasarkan rumus kimianya analgesik perfer digolongkan menjadi
a. Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Obat
ini indikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Saat ini
asetosa makin banyak dipakai karena sifat anti plateletnya. Sebagai contoh aspirin
dosis kecil digunakan untuk pencegahan trombosis koroner dan cerebral.
Asetosal adalah analgetik antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas
digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Masalah efek samping yang
perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna dapat
dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau membuat menjadi sediaan
salienterik (enteric-coated). Karena salisilat bersifat hepatotoksik maka tidak
dianjurkan diberikan pada penderita penyakit hati yang kronis
b. Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasentamol). Tahun-tahun
terakhir penggunaan asetaminofen yang di Indonesia lebih terkenal dengan nama
parasetamol meningkat dengan pesat.
Efek analgesik golongan ini serupa dengan salisifat yaitu menghilangkan
atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh
dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Fenasetir karena
toksistasnya terhadap hati dan ginjal saat ini sudah dilarang penggunaannya.
Efek samping parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar
atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
c. Golongan prazolon (dipiron)
Fenibutazon dan turunannya saat ini yang digunakan adalah dipiron
sebagai analgesik antipirotik, karena efek inflamasinya lemah. Efek samping
semua derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulosilosis, anemia aplastik dan
trombositopenta.
Di beberapa negara penggunaannya sangat dibatasi bahkan dilarang karena
efek samping tersebut, tetapi di Indonesia freuensi pemakaian dipiron cukup
tinggi meskipun sudah ada laporan mengenai terjadinya agranulositosis.
Fenibutazon digunakan untuk mengobati arthritis rheumatoid
d. Golongan antranilat (asam mefenamat)
Digunakan sebagaian analgesik karena sebagai anti inlamasi kurang efektif
dibanding dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa lambung dan
gangguan saluran cerna sering timbul
AINS (Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid)
AINS adalah obat-obat analgesik yang selain memiliki efek analgesik juga
memiliki efek anti iflamasi, sehingga obat-obat jenis ini digunakan dalam
pengobatan rheumatik dan gout. Contohnya ibuprofen , indometasin, diklofenak,
fenibulatazon dan piroxicam.
Sebagaian besar penyakit rheumatik membutuhkan pengobatan
simptomatis, untuk meredakan rasa nyeri penyakit sendi degeneratif seperti
osteoartritis analgesik tunggal atau campuran masih bisa digunakan. Tetapi bila
nyeri dan kekakuan disebabkan penyakit rheumatik yang meradang harus
diberikan pengobatan dengan AINS.
1. Ibuprofen
Adalah turunan asam propionat yang berkhasiat anti inflamasi, analgesik
dan anti piretik. Efek sampingnya kecil dibanding AINS yang lain, tetapi efek anti
inflamasinya juga agak lemah sehingga kurang sesuai untuk peradangan sendi
hebat seperti gout akut
2. Diklofenak
Derivat fenilasetat ini termasuk AINS yang terkuat anti radangnya dengan
efek samping yang kurang keras dibandingkan dengan obat lainnya seperti
piroxicam dan indonetasin. Oba ini sering digunakan untuk segala macam nyeri,
juga pada migrain dan encok. Secara parenteral sangat efektif untuk
menanggulangi nyeri koli hebat (kandung kemih dan kandung empedu)
3. Indometasin
Daya analgelik dan anti radang sama kuat dengan asetosal, sering
digunakan pada serangan encok akut. Efek samping berupa gangguan lambung
usus perdarahan tersembunyi (okub), pusing, tremor dan lain-lain
4. Fenilbutazon
Derivat pirazolon ini memiliki khasiat antiflogistik yang lebih kuat
daripada kerja analgetiknya. Karena itu golongan ini khususnya digunakan
sebagai obat rematik seperti halnya juga dengan oksifeni;bulazon
Fenibutazon ada kalanya dimasukan dengan diam-diam (tidak tertera pada
etikat) dalam sediaan-sediaan dari pabrik-pabrik kecil asing, dengan maksud
untuk mengobati keadaan-keadaan lesu dan letih, otot-otot lemah dan nyeri.
Penyalahgunaannya dalam obat-obat penguat dan tonikum (dengan ginseng)
adalah sangat berbahaya berhubung efek merusaknya terhadap sel-sel darah.
5. Piroksikam
Bekerja sebagai anti radang, analgetik dan antipiretik yang kuat.
Digunakan untuk melawan encok. Efek samping berupa perdarahan dalam
lambung usus.
Obat Generik
1. Acetosal/asam asetil salisilat
Indikasi Nyeri ringan sampai sedang, demam, anti platelet
Kontra indikasi Anak dibawah usia 12 tahun, anak yang sedang
disusul, gangguan saluran cerna, hemofilia penting
untuk menjelasakan kepada keluarga bahwa
acetosal adalah obat yang tidak cocok untuk anak
yang berpenyakit ringan
Efek samping Ringan dan tidak sering yaitu iritasi saluran cerna
Sediaan Acetosal (generik) tablet 100 mg, 500 mg
2. Parasetamol paling cocok 4 anak
Indikasi Nyeri ringan sampai sedang, demam
Kontra indikasi -
Perlu peringatan berkurangnya fungsi hati dan ginjal
Efek samping Ringan dan tidak sering yaitu iritasi saluran cerna
Sediaan Parasetamol (generik) sirup 120 mg/5 ml, tablet
100 mg, 500 mg
3. Dipiron/Methampiron
Indikasi
Kontra indikasi
Efek samping
Sediaan Antalgin (generik) cairan injeksi 250 mg/ ml 500 ml
/ ml, tablet 500mg
4. Asam mefenamat
Indikasi Nyeri ringan sampai sedang dan kondisi yang
berhubungan dengan dismenore dan menoralgi
Kontra indikasi Harus digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut
peradangan usus besar, pada pengobatan jangka
lama harus dilakukan tes darah
Efek samping Mengantuk, diare, trombositopenia, anemia, dan
kejang-kejang pada over dosis
Sediaan Asam mefenamat (generik) kaptab 250 mg, 500 mg
5. Ibuprofen
Indikasi Nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan
gangguan otot skelet lainnya. Nyeri ringan sampai
berat, termasuk dismenorea, analgesik, pasca bedah,
nyeri dan demam pada anak-anak
Kontra indikasi Hati-hati pada pasien usia lanjut, gagal ginjal, payah
jantung, pengidap, tukak lambung aktif
Efek samping Gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare,
kadang-kadang pendarahan dan tukak lambung dan
lain-lain )
Sediaan Ibuprofen (generik) injeksi 200 mg/ml, 400 mg,
600 mg
6. Diklofenak
Indikasi Nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan
gangguan otot gout akut dan nyeri pasca bedah
Kontra indikasi Hati-hati pada pasien usia lanjut, gagal ginjal, payah
jantung, pengidap, tukak lambung aktif
Efek samping Gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare,
kadang-kadang pendarahan dan tukak lambung dan
lain-lain )
Sediaan Kalium diktofenak (generik) tablet 25 mg, 50 mg
7. Indometasin
Indikasi Nyeri dan peradagangan sedang sampai berat pada
kasus reumatik dan gangguan otot skeletal, gout
akut, dismenorea
Kontra indikasi Hati-hati pada pasien usia lanjut, gagal ginjal, payah
jantung pengidap tukak lambung akti. Hati-hati juga
pada kasus epilepsi, parkinson dan goncangan jiwa.
Tidak dianjurkan untuk anak
Efek samping Gangguan cerna, sakit kepala, pusing, kepala terasa
ringan, hati-hati khususnya pengemudi
Sediaan Indometasin (generik) kapsul 25 mg
8. Fenil butazon
Indikasi Penyakit jantung, gangguan paru ginjal, dan hati
kehamilan dengan riwayat tukak lambung, penyakit
tiroid, anak dibawah usia 14 tahun
Kontra indikasi Radang tenggorokan, sariawan, gangguan
penglihatan, gangguan darah
Efek samping Radang tenggorakan, sariawan, gangguan
penglihatan, gangguan darah
Sediaan Phenybutazone (generik) kapsul 200 mg
9. Piroksikam
Indikasi Nyeri dan radang pada penyakit reumatik, gangguan
otot skeler gout akut
Kontra indikasi Hati-hati pada anak umumnya tidak dianjurkan
Efek samping Gangguan saluran cerna, tukak lambung nyeri dapat
timbul ditempat penyuntikan. Suppositoria
menyebabkan iritasi rektum kadang-kadang
pendarahan
Sediaan Piroxicam (generik) tablet 10 mg, 20 mg
Spesialite Analgetika
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Acetosol
(Acidum Acetylosalicylicum)
Aspirin
Aspilets
Bodrexin
Naspro
Bayer
UAP
Tempo Scan P
Nicholas
2 Parasetamol
(Acetaminophenum)
Panadol
PCT
Tempra
Biogesic
Sterling
Aventis
Bristol M
Biomedis
3 Asam Mefenamat
(Acidum Mefenamicum)
Ponstan
Mefinal
Benostan
Asam Mefenamat
Pfizer
Sanbe Farma
Bernofarm
Prafa
Landson
4 Antalgin
(Methampyronum)
Novalgin
Ronalgin
Unagen
Sanofi Aventis
Dexa Medica
UAP
5 Tramadol Tramal Pharos
6 Diklofenak Kalium
Natrium
Cataflam
Voltaren
Novartis
Novartis
7 Piroksikam
(Piroxicamum)
Feldene
Indene
Infeld
Pfizer
Kalbe Farma
Interbat
8 Fenibutazon Irgapan Dexa Medica
9 Ibuprofen Arthrifen Armoxindo
10 Indomethacin
Dolofen f
Ibufen
Benocid
Confortif
Dialon
Tempo Scan P
Bernofarm
Bernofarm
Dumex A
Eisai
B. ANTI EMETIKA
Pengertian
Anti emetika adalah obat-obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan perasaan mual dan muntah. Karena muntah hanya suatu gejala,
maka yang penting dalam pengobatan adalah mencari penyebabnya. Muntah dapat
disebabkan antara lain
1. Rangsangan dari asam lambung-usus ke pusat muntah karena adanya
kerusakan mukosa lambung-usus, makanan yang tidak cocok, hepatitis, dan
lain-lain
2. Rangsangan tidak langsung melalui chemo reseptor trigger one (CTZ)
yaitu suatu daerah yang letaknya berdekatan dengan pusat muntah.
Rangsangan disebabkan oleh obat-obatan (seperti tetrasiklin, digoksin,
estrogen, morfin dan lain-lain), gangguan keseimbangan dalam labirin
gangguan metabolisme (seperti asidosis, uremia, tidak stabilnya hormon
estrogen pada wanita hamil)
3. Rangsangan melalui kulit konteks (cortex cerebri) dengan melihat,
membau, merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan
Penggunaan
Anti emetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :
1. Mabuk jalan (motion sickness)
Disebabkan oleh pergerakan kendaraan darat, laut maupun udara dengan
akibat stimulasi berlebihan di labirin yang kemudian merangsang pusat
muntah melalui chemo reseptor trigger one (CTZ)
2. Mabuk kehamilan (morning sickness)
Pada kasus ringan sebaiknya dihindari agar tidak berakibat buruk pada
janin, sedangkan pada kasus berat dapat dipakai golongan antihistamin
atau fenotiazin (prometazin) yang kadang dikombinasikan dengan vitamin
B6 penggunaannya sebaiknya dibahwa pengawasan dokter
3. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu, seperti pada
pengobatan dengan radiasi atau obat-obat sitostatika
Penggolongan
Dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Anti histamin
Sebenarnya kurang efektif tetapi nyaman dipakai dengan efek samping
mengantuk. Anti histamin yang dipakai adalah sinarizin omedrinat dan
prometazin teoklat
2. Dopamin Bloker
a. Metoklapramid dan fenotiazin
Bekerja secara selektif merintangi reseptor dopamin ke chemo reseptor
triger zone (CTZ) tetapi tidak efektif untuk motion sickness. Obat yang
dipakai adalah klorpromazin HCL, perfenazin, proklorperazin dan
trifluoperazin
b. Domperindon
Bekerja berdasarkan perintangan reseptor dopamin ke CTZ. Efek samping
jarang terjadi hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini dipakai pada
kasis mual dan muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika
3. Antagonis Serotonin
Bermanfaat pada pasien mual dan muntah yang berkaitan dengan obat-
obatan sitostatika
Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Sinarizin
Indikasi Kelainan vestibuler seperti vertigo, tinitis, mual dan
Muntah
Kontra indikasi Kehamilan/menyusui, hipotensi dan serangan asma
Efek samping Gejala ekstra piramidal, mengantuk, sakit kepala dll
Sediaan Cinnarizine (generik) tablet 25 mg
2. Dimenhidrinat
Indikasi Mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan
labirin
Kontra indikasi Serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan
Efek samping Mengantuk dan gangguan psikomotor
Sediaan Generik
3. Klorpromazin HCL
Indikasi Mual dan muntah
Kontra indikasi Gangguan hati dan ginjal
Efek samping Mengantuk gejala ekstra piramidal dan lain-lain
Sediaan Klorprormazin generik tablet 25, 100 mg
4. Perfenazin
Indikasi Mual dan muntah berat
Kontra indikasi dan efek samping : lihat klorpromazin HCL
Sediaan Perfenazin (generik) tablet 2, 4, 8 mg
5. Proklorperazin
Indikasi Mual dan muntah akibat gangguan pada labirin
Kontra indikasi dan efek samping : lihat klorpromazin HCL
Sediaan Generik
6. Trifluoperazin
Indikasi Mual dan muntah berat
Kontra indikasi dan efek samping : lihat klorpromazin HCL
Sediaan Trifluoperazin HCL (generik) table 1,5 mg
Spesialite Anti emetika
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Difenhidramin Teoklat
(Dimenhydrinatum)
Antimo
Dramamine
Pharpros
Pfizer Pharmacia
2 Betahisyine Mesylate Merislon Bisai
3 Metoclopramide Vomitrol
Primperan
Pharos
Soho
4 Hyoscine HBr Buscopan Buehringer
5 Klorpromazin HCL Largactil
Meprosetil
Promactil
Aventis
Naprofarm
Combiphar
6 Domperidom Motilium Jansen
7 Pyranthiazine Theoclate + Vitamin B6 Mediamer Darya Varia
8 Perfenazin Trilafon Schering
9 Sinarizin Nariz Tempo SP
10 Prometazin Teoklas Nufapreg Nufarindo
11 Ondansetron HCL Cedantron Soho
C. ANTI EPILEPSI
Pengertian
Epilepsi dari Bahasa Yunani berarti kejang atau di Indonesia lebih dikenal
dengan penyakit atan, adalah gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan
berkala biasanya disertai perubahan kesadaran. Penyebab epilepsi adalah
pelepasan muntan listrik yang cepat, mendadak dan berlebihan pada neuron-
neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di otak (abses, tumor,
arterisklerosis), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu dapat
memprodvokasi serangan epilepsi
Jenis-jenis epilepsi
1. Grand mal (tonik-klonik umum)
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat
dengan pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut
berbusa mata membeliak dan lain-lain disusul dengan pingsan dan sadar
kembali
2. Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang. Dalam kasus ini
bila serangan berlangsung berturut-turut dengan cepat dapat juga terjadi
status epileptikus
3. Psikomotor (serangan parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanpa hilangnya ingatan dengan
memperlihatkan prilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan
dalam lingkaran
Penggunaan
Tujuan pengobatan pada penderita epilepsi adalah :
Menghindari kerusakan sel-sel otak
Mengurangi beban sosial dan psikologi pasien maupun keluarganya
Profilaksis/pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang
Dewasa ini terapi obat pada pasien eplepsi apapun jenisnya selalu dimulai
dengan obat tunggal. Pilihan obat ditentukan dengan melihat tipis epilepsi.
Dengan pemberian obat tunggal diperoleh keuntungan sebagai berikut :
Mudah mengevaluasi hasil pengobatan
Mudah mengevaluasi kadar obat dalam darah
Efek samping obat minimal
Interaksi obat dapat dihindari
Tetapi dalam kenyataannya ternyata 1/3 kasus yang terjadi tidak dapat
dikendalikan dengan obat tunggal, harus dengan kombinasi. Pemberian obat anti
epilepsi selalu dimulai dengan dosis rendah dinaikkan bertahap sampai epilepsi
terkendali. Pemutusan obat secara mendadak harus dihindari terutama untuk
golongan barbiturat dan benzodiazepin karena dapat memicu kambuhnya
serangan.
Tindakan non medis yang dilakukan pada penderita epilepsi saat ini adalah
menghilangkan penyebab penyakit setelah dilakukan operasi otak serta
menjauhkan dari segala faktor penyebab (stress alkohol dan lain-lain).
Penggolongan
1. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hampir
semua epilepsi, contoh fenitoin
2. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagai anti konvulsi, paling sering
digunakan karena paling murah terutama digunakan pada serangan grand mal.
Biasanya untuk pemakaian lama dikombinasi dengan kofein atau efedrin guna
melawan efehipnotiknya. Tetapi tidak dapat digunakan pada jenis petit mal
karena dapat memperburuk kondisi penderita. Contoh fenobarbital dan
pirarrindon
3. Golongan karbamazeoin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif
dan arkonvulsif. Digunakan pada jenis grand mal dan psikomotor dengan
efektifitas sama dengan fenitoin
4. Golongan benzodiazeplin, memiliki khasiat anksiolitika, relaksasi otot,
hipnotika dan antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah diazepam
yang dalam hati akan biotransformasi menjadi desmetildiazepam yang aktif,
klorazepam yaitu derivat yang berdaya anti konvulsiv kuat dan klobazepam
yaitu derivat 1,5 benzodiazep yang berkhasiat sebagai anti konvulsiv sekuat
diazepam dipasarkan sebagai transquilizer
5. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsi umum
tetapi kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam
valproat didasarkan meningkatnya kadar asam gama amino butirat acid
(GABA) di dalam otak
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping
1. Fenitoin
Indikasi Semua jenis epilepsi, kecuali petit mal, status
epileptikus
Kontra indikasi Gangguan hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping Gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor.
insomnia
Sediaan Phenytoin (generik) kapsul 100 mg, 300 mg
2. Penobarbital
Indikasi Semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status
epileptikus
Kontra indikasi Depresi pernafasan berat, porfiria
Efek samping Mengantuk, Ketargi, depresi mental dan lain-lain
Sediaan Phenobarbital (generik) tabl. 30 lmg, 50 mg
cairan inj. 100 mg/ml
3. Karbamazepin
Indikasi Epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia
trigeminus
Kontra indikasi Gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum
tulang
Efek samping Mual, muntah, pusing, mengantuk, ataksia, bingung
Sediaan Karbamazepine (generik) tablet 200 mg
4. Klobazam
Indikasi Terapi tambahan pada epilepsi penggunaan jangka
pendek untuk ansietas
Kontra indikasi Depresi pernafasan
Efek samping Mengantuk, pandangan kabur, bingung, amenesia
ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo
hipotensi
Sediaan Clobazam (generik) tablet 10 mg
5. Diazepam
Indikasi Status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi Depresi pernafasan
Efek samping Mengantuk, pandangan kabur, bingung, ataksia,
amenesia, ketergantungan, kadang nyeri kepala,
vertigo hipotensi
Sediaan Diazepam (generik) tablet 2 mg, 5 mg
Spesialite Anti epilepsi
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Fenitoin Natrium/Difenilhidantoin Natrium Dilantin
Phenilep
Pfizer
Prafa
2 Karbomazepin
(Carbamazepinum)
Tegretol
Tetil
Novartis
Merck
3 Klozepam
(Clonazepamum)
Rivotrit Roche
D. PSIKOFARMAKA
Pengertian
Psikofarmako adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf
pusat dengan mempengaruhi fungsi psikis dan proses mental. Dalam pembahasan
psikofarmaka ini hanya akan dibicarakan obat-obatan penyakit jiwa sejati termauk
obat-obat hipnotika, sedatinya, anti konvulsi dan amfetamin.
Perubahan dan kemajuan farmakoterapi diawali dengan ditemukannya
klorpromazin, reserpin sampai ke meprobramat dan senyawa benzodiazapin yang
digunakan sebagai transquilizer, tetapi obat-obat modern tersebut tidak dapat
menggantikan terapi shock atau terapi renjatan listrik (ECT = Electro Convulsive
Therapy) yang masih digunakan oleh psikiater untuk mengatasi depresi hebat
dengan kecenderungan bunuh diri. Tetapi keuntungan pengobatan menggunakan
obat-obatan ini adalah mundah, muntah dan pasien tidak perlu menginap di rumah
sakit.
Obat-obatan psikofarmaka bekerja langsung terhadap saraf otak dengan
mempengaruhi kerja neurotransmitter yaitu suatu neurohormon yang meneruskan
impuls dari sistem adrenergik di otak seperti noradrenalin, serotonin dan dopamin.
Penggolongan
Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok besar, yaitu :
1. Obat-obat yang menekan fungsi psikis tertentu dalam SSP,
dibagi menjadi 2, yaitu :
Neuroleptika, yaitu obat yang bekerja sebagai anti psikotis dan sedatinya
yang dikenal dengan mayor tranquilizer
Ataraktika/ansiolitika, yaitu obat yang bekerja sedatinya, relaksasi otot dan
anti konvulsi yang digunakan dalam keadaan gelisah, takut dan stress,
dengan minor transquilizer
2. Obat-obat yang menstimulasi fungsi psikis tertentu dalam
SSP, dibagi menjadi yaitu :
Anti depressiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat
melawan melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeretika yaitu
menghilangkan inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana
jiwa
Psikostimulansia, yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif,
kewaspadaan dan prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk
ditangguhkan memberikan rasa nyaman (euforia) dan kadang perasaan
tidak nyaman tanpa bukan depresi (disforia)
3. Obat-obat yang mengacaukan fungsi mental tertentu antara
lain psikodiseptik seperti zat-zat halusinasi, contoh : LSD dan fenasklidin
a. Neuroleptika
Memiliki beberapa khasiat, yaitu :
Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi mengurangi
atau menghilangkan halusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal an
schizoprenia
Sedativa, yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh
tioridazina
Anti emetika, yaitu merintangi neurotransmiter ke pusat muntah,
contoh proklorperazin
Analgetika, yaitu menaikan ambang rasa nyeri, contoh holoperidol
Obat-obatan ini tidak dapat dikombinasikan dengan obat-obat golongan
adrenergik seperti adrenalin, afedrin dan wekamin, karena dapat mengakibatkan
penimbunan noradrenalin sehingga menyebabkan hipertensi dan aritmia
Hampir semua obat-obatan neuroleptika memiliki efek samping antara
lain:
Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota
gerak karena disebabkan kekurangan kadar dopamin dalam otak.
Gejala ini dapat dihilangkan dengan mengurangi dosis atau
menggunakan meuroleptika yang lain
Sedativa, disebabkan efek anti histamin antara lain mengantuk, lelah
dan pikiran keruh
Diskeriesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka
( bibir dan rahang)
Hipotensi, disebabkan adanya blokade reseptor alfa adrenergik dan
vasodilatasi
Efek anti kolinergik dengan ciri-ciri mulut kering, obstioasi napsu
makan
Galaktorea yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI
secara berlebihan
b. Ataraktika/Anksiolotika
Perbedaan antara afaraktika/anksiolitika dengan neuroleptika
adalah pada ataraktika/anksiolitika tidak berkhasiat anti psikotis, tidak
berkhasiat langsung terhadap system saraf otak serta tidak menyebabkan
efek ekstrapiramidal
Obat-obat ataraktika memiliki sifat-sifat lain yaitu toksisitasnya
ringan, indeks terapinya luas dan dapat menyebabkan adiksi terutama
meprobramat. Oleh karena itu pemberiannya harus hati-hati dengan jangka
waktu pemakaian paling lama 4-5 minggu.
Pada pemakaiannya golongan benzodiazepin seringkali
dikombinasikan dengan neuroleptika atau anti depresif untuk mendapatkan
efek yang lebih kuat. Sebaliknya dihindari pemakaian obat ini bersama
alkohol karena dapat memperkuat kerja obat tersebut.
Penggolongan obat-obat ataraktika, dibagi menjadi 2 yaitu :
Derivat Benzodiazepin
Golongan ini paling banyak digunakan diselurugh dunia. Menurut
lama kerjanya dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
(1) Yang berkeja long acting (plasma 1 ½ lebih dari 20 jam) dengan
pemberian dosis tunggal pada malam hari, contohnya
klordiazepoksida, klorazeparn, klobazam, diazepam dan
medazepam
(2) Yang bekerja short acting (plasma 1 ½ kurang dari 14 jam) dengan
pemberian beberapa kali sehari agar efeknya bertahan contohnya
oksazepam oksazolam, lorazepam dan temazepam
Kelompok lain
Contoh : Benzoklamin, Hidroksizin dan Meprobramat
c. Anti depresiva
Obat-obat anti depresive bekerja dengan jalan menghambat
penyerapan kembali neurotransmiter noradrenalin dan serotonin sehingga
otak kekurangan neurotransmiter tersebut.
Dikenal 5 macam depresi, yaitu :
Depresi endogen atau dikenal dengan melankolia
Dpresi eksogen yang disebabkan efek samping penggunaan obat
seperti obat hipertensi, kortikosteroid, pil KB dan benzodiazepin long
acting
Depresi post natal, terjadi pada sementara wanita pasca persalinan
Depresi post menapause, terjadi setelah haid terhenti
Depresi sinilis, terjadi pada usia lanjut diatas 70 – 75 tahun
ESO Anti depresi :
- Gangguan penerusan implus jantung
- Efek anti kolinergis = mulut kering, obstipasi
- Sedasi
- Hipotensi ortostatis
- Efek anti serotanin (penambah nafsu makan)
- Kelainan darah (leukimia, agranuloshesis)
- Gang saluran cerna
- Mual muntal
- Menggigil, demam, gelisah
Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan yaitu :
Anti depresive generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis
dengan efek samping gangguan pada sistem otonom dan jantung, contohnya
imipramin dan amitriptilin
Anti depresiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan
gangguan jantung, contohnya meprotilin dan mlansarin
Semua arti depresiva menunjukan kelambatan dalam efek anti depresivnya
setelah pengobatan dimulai yang dikenal dengan waktu laten berkisar 2-4 minggu.
Satu kurun pengobatan anti depresive umumnya diteruskan selama sedikitnya 4
bulan dan tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat menimbulkan
mimpi buruk. Penghentian dilakukan dengan mengurangi dosis sedikit demi
sedikit berangsu menurun. Anti depresiva tidak boleh diberikan kepada penderita
epilepsi, glaukoma daprostitis.
E. HIPNOTIKA DAN SEDATIVA
Pengertian
Hipnotika atau obat tidur berasal dari kata hypnos yang berarti tidur,
adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi
keinginan tubuh normal untuk tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur.
Sedangkan sedativa adalah obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP
tanpa menyebabkan tidur dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-
kejang.
Setiap mahluk hidup memerlukan waktu tidur yang cukup berkisar antara
6 sampai 8 jam guna mencegah timbulnya pengaruh yang merugikan karena
kurang tidur. Pusat tidur terletak di otak yang mengatur fisiologi yang sangat
penting bagi kesehatan tubuh. Pada saat tidur aktivitas saraf-saraf parasimpatis
dipertinggi yang menyebabkan penyempitan pupil mata (miosis), perlambatan
pernafasan dan sirkulasi darah (bronch kontriksi), menurunnya kegiatan jantung
dan stimulasi aktivitas saluran cerna dimana peristaltik dan sekresi getah lambung
diperkuat. Jadi pada saat tidur proses pengumpulan energi dan pemulihan tenaga
dari organisma diperkuat.
Insomnia dan Pengobatannya
Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti :
batuk rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan ataupun
depres. Faktor penyebab inilah yang pertama-tama harus dihilangkan dengan
obat-obatan yang sesuai seperti : antitussiva, analgetika, obat-obat vasodilator,
antidepresiva sedative atau transquilizer. Diajurkan agar penderita
mengembangkan kebiasaan tidak yang tetap dan teratur hindari kopi dan alkohol
untuk menahan kantuk.
Bila penanganan diatas tidak berhasil, barulah digunakan obat-obat
hipnotik dengan dosis serendah mungkin. Hipnotika ini efektid dalam
mempercepat dan memperpanjang waktu tidur dengan mengurangi frekuensi
bangun dan memperbaiki kualitas tidur. Penggunaannya sebaiknya dihentikan
segera setelah penderita dapat tidur normal untuk mencegah habituasi dan adiksi.
Persyaratan obat tidur yang ideal
Obat tidur yang ideal harus memenuhi beberapa persayaratan, antara lain :
Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur normal
Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari sistem saraf
pusat, maupun organ lainnya kecil
Tidak tertimbun dalam tubuh
Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negatif pada keesokan harinya
Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang
Efek samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yang mirip
dengan morfin, antara lain :
Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contohnya fluazepa,
kloralhidrat dan paraldehida
Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturat
Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan
ringan di kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan benzodiazepin dan
barbiturat
Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotika bersifat lipofil
Lain-lain, seperti toleransi dan ketergantungan dan bahaya bunuh diri,
contohnya glutetimid dan derivatnya metaqualon dan derivatnya serta
golongan barbiturat
Penggolongan
Secara kimiawi, obat-obat hipnotika digolongkan sebagai berikut :
Golongan barbiturat, seperti fenobarbitalm butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital dan lain-lain
Golongan benzodiazepin, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan
triazolam
Golongan alkohol dan aldehida, seperti kloralhidrat dan turunannya serta
paraldehida
Golongan bromida, seperti garam bromida (kalium, natrium dan amonium)
dan turunan urea seperti karbromal dan bromisoval
Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida) dan metaqualon
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
1. Diazepam
Indikasi Hipnotika dan sedativa, anti konvulsi, relaksasi otot dan
Anti ansietas (obat epilepsi)
Kontra indikasi -
Efek samping -
Sediaan Diazepam (generik) tablet 2 dan 5 mg
2. Nitrazepam
Indikasi lihat diazepam
Kontra indikasi -
Efek samping Pada penggunaan lama terjadi kumulasi dengan efek
Sisa (hangover), gangguan koordinasi dan melantur
Sediaan -
3. Flunitrazepam
Indikasi Hipnotik, sedativa, anestetik premedikasi operasi
Kontra indikasi -
Efek samping Amnesia (hilang ingatan)
Sediaan -
4. Kloral Hidrat
Indikasi Hipnotik dan sedativa
Kontra indikasi -
Efek samping Merusak mukosa lambung usus dan ketagihan
Sediaan Diazepam
5. Luminal
Indikasi Sedativa, epilepsi, tetanus dan keracunan strikhnin
Kontra indikasi -
Efek samping Adiksi dan habituasi
Sediaan Phenobarbital (generik) tablet 30 dan 50 mg injeksi
Spesialite hipnotika dan sedativa
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Nitazepam Dumolid Dumex
2 Estazolam Esilgan Takeda
3 Triazolam Halcion Pharmacia
F. ANESTETIKA
Istilah anestesi dikemukakan pertama kali oleh OW Holmes yang artinya
tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
Anestetika umum yaitu rasa sakit hilang disertai dengan kehilangan kesadaran
Anestetika lokal yaitu menghilangkan rasa sakit disertai hilang kesadaran
Tahun 1776 ditemukan anestetika gas yang pertama yaitu N2), karena
dirasa kurang efektif dicarilah zat yang lain. Tahun 1795 eter ditemukan sebagai
anestesi inhalasi.
Tehnik anestesi modern saat ini sudah merupakan praktek yang biasa
dilakukan yaitu dengan memberikan beberapa anestetika dengan mekanisme kerja
berbeda agar diperoleh keadaan, anestetika operasi dengan resiko efek toksik yang
minimal . Anestetika suntikan intra vena (i.v) biasa dipakai untuk taraf induksi
kemudian dilanjutkan dengan anestetik inhalasai untuk mempertahankan keadaan
tidak sadar. Obat khusus sering diberikan untuk menghasilkan relaksasi otot.
Untuk prosedur tertentu mungkin dibutuhkan hipotensi terkendali, untuk
itu digunakan labetolol dan gliseril trinitrat. Sedang beta bloker seperti adenosin,
amiodaron dan verapamil bisa digunakan untuk mengendalikan aritmia selama
anestesi. Dalam proses anestesi terdapat taraf-taraf narkosa tertentu yaitu
penekanan sistem saraf sentral secara bertingkat dan berturut-turut sebagai
berikut:
Taraf-taraf narkose
Anestetika umum dapat menekan susunan saraf sentral secara berurutan yaitu :
Taraf analgesia, yaitu kesadaran dan rasa nyeri berkurang
Taraf eksitasi, yaitu kesadaran hilang seluruhnya dan terjadi keghelisahan
Kedua taraf ini disebut taraf induksi
Taraf anestesis, yaitu refleksi mata hilang, nafas otomatis dan teratur seperti
tidur serta otot-otot melemas (relaksasi)
Taraf pelumpuhan sum-sum tulang, yaitu kerja jantung dan pernafasan
terhenti
Tujuan narkosa adalah untuk mencapai taraf anatesia dengan sedikit
mungkin kerja ikutan atau efek samping, oleh karena itu taraf pertama sampai
ketiga adalah yang paling penting sedangkan taraf ke empat harus dihindari. Pada
proses recovery (sadar kembali) terjadi dengan urutan taraf terbalik dan taraf
ketiga sampai kesatu
Persyaratan anestetika umum
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetika umum adalah :
Berbau enak dari tidak merangsang selaput lendir
Mula kerja cepat tanpa efek samping
Sadar kembalinya tanpa kejang
Berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan
Guna mencapai narkosa umum yang cukup dalam dan lama digunakan
suatu anestetika pokok dengan penambahan suatu obat pembantu, yang bertujuan
untuk menghindarikan atau memperkecil kerja ikutan dan memperkuat salah satu
khasiat anestetikanya seperti :
Sebelum narkosa (premedikasi), diberikan obat-obat sedatif (klorpromazin,
morfin dan pethidin) guna meniadakan kegelisahan dan obat-obat
parasimpatolitik (atropin) guna menekan sekreasi ludah yang berlebihan
Selama narkose, diberikan obat-obat relaksasi otot (tubokurarin, galamin dll)
Setalah narkose (post medikasi) diberikan obat-obat analgetika
(methampyron, dan lain-lain) sedativa (imanal, dan lain-lain) dan anti emetika
(klorpromazin HCL)
Kadangkala dipakai kombinasi dari anestetika pokok dengan suatu
anestetika lanjutan untuk memperpanjang lamanya narkose, seperti gas N2O dan
siklopropan pada narkosa pokok serta barbital-barbital.
Efek samping
Hampir semua anestetika inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping
yang terpenting diantaranya adalah :
Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O eter dan trikloretikan
Mengurangi kontraksi jantung, terutama halotan dan metoksifluran, yang
palung ringan pada eter
Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor
(kloroform)
Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
Penggolongan
Pemberian anestetika inhalasi dibagi menjadi 3 cara, yaitu :
Sistem terbuka, yaitu dengan penetesan langsung keatas kain kasa yang
menutupi mulut atau hidung penderita, contohnya eter dan trikloretilen
Sistem tertutup, yaitu dengan menggunakan alat khusus yang menyalurkan
campuran gas dengan oksigen dimana sejumlah CO2 yang dikeluarkan
dimasukan kembali (bertujuan memperdalam pernafasan dan mencegah
berhentinya pernafasan atau opnoe yang dapat terjadi bila diberikan dengan
sistem terbuka. Karena pengawasan penggunaan anestetika lebih teliti maka
cara ini banyak disukai, contohnya siklopropan, N2O dan halotan
Insuflasi gas yaitu uap atau gas ditiupkan kedalam mulut batang tenggorokan
atau trachea dengan memakai alat khusus seperti pada operasi amandel
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Dinitrogen Monoksida (N2O, gas gelak/gas tertawa)
Indikasi Anestesi inhalasi
Kontra indikasi -
Efek samping -
Sediaan -
2. Enfluran
Indikasi Anestesi inhalasi (untuk pasien yang tidak tahan eter)
Kontra indikasi -
Efek samping Menekan pernafasan, gelisah dan mual
Sediaan -
3. Halotan
Indikasi Anestesi inhalasi
Kontra indikasi -
Efek samping Menekan pernafasan, artimia dan hipotensi
Sediaan -
4. Droperindol
Indikasi Anestesi inhalasi
Kontra indikasi -
Efek samping -
Sediaan -
5. Eter
Indikasi Anestasi inhalasi
Kontra indikasi -
Efek samping Merangsang mukosa saluran pernafasan
Sediaan -
6. Ketamin Hidroklorida
Indikasi Anestesi inhalasi
Kontra indikasi -
Efek samping Menekan pernafasan (dosis tinggi), halusinasi dan
tekanan darah naik
Sediaan -
7. Tiopental
Indikasi Anestasi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut
Kontra indikasi Insufisiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping Menekan pernafasan
Sediaan -
Spesialite obat-obat anestetika umum
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Diaethyl Aether Aether Anaestheticus Kimia Farma2 Ketamin Hidroklorida
(Ketamini Hydrochloridum)Ketalar Pfizer
3 Tipental Natrium (Thiopentalum Natricum)
Pentothal Sodium Abbot
4 Enflurane Ethrane Abbot5 Halothanum Halothana MD Dexa Medica
2. Anestetika lokal
Pengertian
Obat anestetika lokal yang pertama dikenal adalah kokain yang diperoleh
dari Erythroxylon coca yang dapat memberikan masa nyaman dan mempertinggi
daya tahan tubuh. Pada awalnya di dunia kedokteran digunakan untuk
menghilangkan nyeri stempat oleh kedokteran gigi dan mata. Karena
kemampuannya untuk merintangi transmisi ke batang otak kemudian dipakai
sebagai anestesi blokade saraf pada pembedahan maupun dalam anestesi
spinal/umum. Barulah kemudian dibuat enestetika lokal sintesis seperti prokain
dan derivatnya seperti lidokain, prilokain dan tupivikain
Penggunaan
Anestetika lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya
pembedahan kecil dimana pemakaian anestetika umu tidak dibutuhkan.
Anestetika lokal dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Anestetika permukaan, digunakan secara lokal untuk melawan rasa nyeri dan
gatal, misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di
mulut atau leher, tetes mata untuk mengukur tekanan okuler mata atau
mengeluarkan benda asing dimata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri
akibat luka bakar dan suppositoria untuk penderita ambeien/wasir
Anestetika filtrasi, yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius ujung-
ujung sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi (pencabutan gigi)
Anestetika blok atau penyaluran saraf, yaitu dengan penyuntikan di suatu
tempat dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai daerah anestesi
yang luas, misalnya pada pergelangan tangan atau kaki
Obat-obat anestetika lokal umumnya yang dipakai adalah garam
kloridanya yang mudah larut dalam air. Untuk memperpanjang daya kerjanya
ditambahkan suatu vasokontriktor yang dapat menciutkan pembuluh darah
sehingga absorbsi akan diperlambat, toksisitas berkurang, mula kerja dipercepat
dengan khasiat yang lebih ampuh dan lokasi pembedahan praktis tidak berdarah
contohnya adrenelin. Tetapi kombinasi ini tidak boleh digunakan pada jari-jari
tangan karena dapat menyebabkan gangrein (jaringan mati)
Persyaratan anestetika lokal
Anestetika lokal dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persayaratan
sebagai berikut :
Tidak merangsang jaringan
Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral
Toksisitas sistemisnya rendah
Efektif pada penyuntikan dan penggunaan lokal
Mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu cukup lama
Larut dalam air dengan menghasilkan larutan yang stabil dan tahan pemanasan
(proses sterilisasi)
Efek Samping
Efek samping penggunaan anestetika lokal terjadi akibat khasiat dari
kardio depresifnya (menekan fungsi jantung), mengakibatkan hipersensitasi
berupa darmatitis alergi.
Penggolongan
Secara kimiawi anastetika lokal dibagi 3 kelompok, yaitu :
Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain dan
oksibuprokain
Senyawa amida, contohnya lidokain prilokain, mepivikain, bupivikain,
cinchokain dan lain-lain
Serba-serbi, contohnya jokain dan benzilalkohol
Selain kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintetis
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Bupivikain
Indikasi Anestetika lokal
Kontra indikasi -
Efek samping -
Sediaan -
2. Etil Klorida
Indikasi Anestetika lokal
Kontra indikasi -
Efek samping Menekan pernafasan, gelisah dan mual
Sediaan -
3. Lidokain
Indikasi Anestesi filtrasi dan Anestesi permukaan Antiaritmia
Kontra indikasi -
Efek samping Mengantuk
Sediaan -
4. Benzokain
Indikasi Anestesi permukaan dan Menghilangkan rasa nyeri dan
Gatal
Kontra indikasi -
Efek samping -
Sediaan -
5. Prokain (Novokain)
Indikasi Anestesi filtrasi dan permukaan
Kontra indikasi -
Efek samping Hipersensitasi dan kematian
Sediaan -
6. Tetrakain
Indikasi Anestasi filtrasi
Kontra indikasi -
Efek samping -
Sediaan Obat tetes mata dan tablet hisap
7. Benzilalkohol
Indikasi Menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan gigi
Kontra indikasi Insufisiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping Menekan pernafasan
Sediaan -
Spesialit obat-obat anestetika lokal
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Lidokain Hidroklorida
(Lidocaini Hydrochloridum)
Pehacain
Extracain
Xylocain
Phapros
Ethica
Zenecca
2 Bupivacain Hidroklorida Bupava Kain
marcain
Ethica
Astra Zaneka
G. ANTI PARKINSON
Pengertian
Penyakit parkinson atau penyakit gemetaran yang ditandai dengan gejala
tremor kaku otot atau kakuan anggota gerak, gangguan gaya berjalan (setapak
demi setapak) bahkan dapat terjadi gangguan persepsi dan daya ingat merupakan
penyakit yang terjadi akibat proses degrenerasi yang progresif dari sel-sel otak
(substansia nigra) sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi neurotransmiter
yaitu dopamin
Gejala-gejala Parkinson dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Gangguan motorik positif, misalnya terjadi tremor dan rigiditas. Gangguan
motorik negatif, misalnya terjadi hipokinesia
Gejala begetatif, seperti air liur dan air mata berlebihan, muka pucat dan kaku
(maks face)
Gangguan psikis, seperti berkurangnya kemampuan mengambil keputusan,
merasa tertekan
Penyebab penyakit parkinson
Idiopatik (tidak diketahui sebabnya)
Radang, trauma, aterosklerosis pada otak
Efek samping obat psikofarmaka
Penggunaan
Meskipun pengobatan parkinson tidak dapat mencegah progresi penyakit,
tetapi sangat memperbaiki kualitas dan harapan hidup kebanyakan pasien. Karena
pemberian obat sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan sedikit
demi sedikit.
Penggolongan
Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi :
1. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/benzheksol,
digunakan pada psien dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang
dominan
2. Obat ahli dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin.
Untuk penyakit parkinson idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa
3. Obat anti dopamin antikolinergik, seperti amantadine
4. Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol,
klorpromazine, primidon dll
Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Triheksifenidil
Mempunyai daya antikolinergik yang dapat memperbaiki tremor, tetapi
kurang efektif terhadap akinesia dan kekakuan. Kelaurnya liur yang berlebihan,
juga dipengaruhi secara baik olehnya. Dapat terjadi toleransi kombinasi dengan
levodopa sangat berguna
2. Biperiden
Derivat yang terutama efektif terhadap akinesia dan kekauan, kurang aktif
terhada[ tremor. Efek samping kurang lebih sama
Indikasi Parkinson, gangguan ekstrapiramidal karena obat
Kontra indikasi Rentensi urine, glaukoma, tersumbatnya saluran cerna
Efek samping Gangguan lambung usus, mulut kering gangguan
penglihatan dan efek-efek sentral (gelisah, suli tidur,
halusinasi)
Sediaan Trihexiphenidil (generik) tabl 2 mg, 5 mg
3. Levodopa
Zat pelopor dopamin ini udah memasuki cairan otak untuk diubah menajdi
Dopamin. Levodopa terutama efektif terhadap hipokinesia dan kekakuan,
sedangkan terhadap tremor umumnya kurang efektif dibandingkan dengan
antikolinergik. Efek samping mual dan muntah dapat dilawan dengan
domperidom, antagonis dopamin yang secara selektif menduduki resptor-reseptor
dopamin di lambung
Indikasi Parkinsonisme bukan karena obat
Kontra indikasi Glaukoma, penyakit psikiatri berat
Efek samping Anoreksia, mual, muntah, insomnia dan lain-lain
4. Bromokriptin
Bekerja sebagai dopamin ini mudah memasuki cairan otak untuk diubah
menjadi Dopamin. Levodopa terutama efektif terhadap hipokinesia dan kekauan,
sedangkan terhadap tremor umumnya kurang efektif dibandingkan dengan
antikolinergik. Efek samping mual dan muntah dapat dilawan dengan
domperidom, antagonis, dopamin yang secara selektif menduduki reseptor
dopamin dilambung
Indikasi Parkinsonisme bukan karena obat
Kontra indikasi -
Efek samping Gangguan lambung usus, pada dosis tinggi halusinaso,
gangguan psikomotor dan lain-lain
5. Amantadino
Obat anti influenza ini secara kebetulan ditemukan daya anti
parkinsonnya. Khasiatnya menyerupai levodopa, tetapi jauh lebih lemah dan
efeknya nampak setelah satu minggu. Mekanisme kerja melalui memperbanyak
pelepasan Dopamin dari ujung-ujung saraf.
Efeks samping lebih ringan dari levodopa pada dosis biasa tidak sering
terjadi antara lain mulut kering gangguan penglihatan, hipotensi ortostatik,
kadang-kadang terjadi uderma mata kaki
Spesialite antiparkinson
NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Trihexyphenidil Artane Lederle
2 Levodopa Madapar Roche
3 Bromocriptin Mesilate Parlodel Novartis
4 Selegiline Jumex Sanofi Aventis
H. NOOTROPIK /NEUROTROPIK
Pengertian dan Penggunaan
Adalah obat yang digunakan pada gangguan (insufisiensi) cerebral seperti
mudah lupa, kurang konsetrasi dan vertigo. Gangguan pada sirkulasi darah di
otak seringkali ditemukan pada lansia diatas usia 60 tahun. Gejalanya dapat
berupa kelemahan ingatan jangak pendek dan konsetrasi, bertigo, kuping
berdengung, jari-jari dingin dan depresi.
Usia harapan hidup penduduk dunia akan semakin panjang sehingga
jumlah sorang yang menderita gangguan sirkulasi di otak akan meningkat.
Dengan demikian diduga obat-obatan dikelompok ini akan menjadi semakin
penting.
Ada beberapa senyawa yang berfungsi sebagai Nontropik dan Neurotonik
yaitu :
1. Pyritinol. Merupakan antioksidan yang sangat bagi radikal hidroksil yang tak
terpakai. Juga meningkatkan pengambilan oksigen dan gula glukosa didalam
otak, dan menyalurkan glukosa lebih mudah melewati sawar darah otak.
Fungsinya meningkatnya fungsi umum otak. Pada penyelidikan ditemukan
peningkatan aliran darah sebanyak 12% ke substansia grisea dan 4% ke
substansia alba di daerah-daerah yang mempunyai sirkulasi patologik.
Peningkatan aliran darah ini merupakan akibat sekunder dari peningkatan
metabolisme. Dengan pemberian obat ini, komsumsi glukosa oleh otak
dinormalkan kembali. Piritinol juga menurunkan permeabilitas sawar darah
otak terhadap Fosfat, menurunkan kadar GABA dan GABA-transaminase dan
meningkatkan RNA residul dan RNA Ribosomal. Aktivasi umum yag
disebabkan obat ini diperkirakaan karena pengaruhnya terhadap membran
fosfolipid eritosit, di tempat mana terjadi peningkatan pengaturan molekul-
molekul pada lapisan ganda fosfolipid.
2. Ekstrak akar Ginkgo biloba. Meningkatkan aliran darah secara keseluruhan
termasuk otak, efek nootropiknya masih dalam perdebatan.
3. Pracetam adalah obat yang mengatur fungsi serebral yang diklaim dapat
meningkatkan kognitif pada otak yang menurun dengan bertambahnya usia
Obat ini adalah suatu derivat siklik gamma amino-butyric acid (GABA), tetapi
tidak mempunyai sifat-sifat GABA.
Obat ini disebut suatu Nootopik yang berarti :
a. Tidak mempunyai vasoaktivitas yang langsung, yakni tidak menyebabkan
vasodilatasi atau vasokonstruksi, tidak mempengaruhi aliran darah serebral
total (total CBF)
b. Dan tidak menyebabkan suatu steal phenomenon
c. Tidak menyebabkan perubahan pada aktivitas dasar EEG. Obat ini tidak
mengubah ritme dasar EEG, tetapi menurunkan jumlah gelombang-gelombang
delta
d. Melewati sawar darah otak (blood brain barrier) dalam keadaan normal
maupun patologik
e. Mempunyai efek samping yang minimal tidak mempengaruhi sistem
kardiovaskuler maupun pernapasan
Mekanisme kerja obat ini adalah sebagai berikut :
Aktivasi metabolik peredaran darah otak meningkatkan kecepatan metabolik
serebral oksigen dan glukosa regional menormalkan aliran darah ke daerah
iskemik, bukan dengan suatu aktivitas langsung tetapi sekunder menurunkan
rasio laktat/piruvat.
4. Sulbutiamine adalah prekursor dari Thiamin (Vitamin B1). Senyawa ini
digunakan untuk pengobatan Astenia. Lebih lanjut, dengan kemampuannya
untuk mengurangi kelelahan di pertimbangkan digunakan oleh atlit. Pada
penelitian terbukti dapat meningkatkan memori dari tikus dan pasien
Skizoprenia sehingga disarankan sebagai Nootropik
5. Mecobalamin merupakan bentuk vitamin B12 dengan gugus metil aktif yang
berperan dalam reaksi transmetilasi dan merupakan bentuk paling aktif
dibandingkan dengan homolog vitamin B12 lainnya dalam tubuh, dalam hal
kaitannya dengan metabolisme asam nukleat, protein dan lemak
Mecobalamin/methylcobalamin meningkatkan metabolisme asam nukleat,
protein dan lemak Mecobalamin bekerja sebagai koenzim dalam sintesa
metionin. Mecobalamin terlibat dalam sistensis timidin pada deoksiuridin dan
mempercepat sistesis DNA dan RNA. Pada penelitian lain ditemukan
mecobalamin mempercepat sintesis Lesitin, suatu komponen utama dari
selubung mielin.
Mecobalamin diperlukan untuk kerja normal sel saraf. Bersama Asam Folat
dan Vitamin B6, Mecobalamin bekerja menurunkan kadar Homosistem dalam
darah. Homosistein adalah suatu senyawa dalam darah yang diperkirakan
berperan dalam penyakit jantung.
6. Nimodipine adalah suatu penghambat saluran kalsium golongan Dihydropyridin
yang awalnya dikembangkan untuk pengobatan tekanan darah tinggi.
Sekarang ini sudah jarang digunakan sebagai obat tekanan darah tinggi, tetapi
menunjukkan hasil yang baik pada pencegahan komplikasi mayor dari
subarachnoid hemorrhage (salah satu bentuk Cerebral Hemorrhage) yang
dinamakan Vasospasm, yang merupakan fungsi utama dari Nimodipin
sekarang ini.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Piracetan
Obat ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua seperti daya
ingat berkurang terapi pada anak seperti kesulitan belajar
2. Pyritinol HCL
Obat ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, perdarahan otak, gejala
degenerasi otak sehubungan gangguan metabolisme
3. Mecobalamin
Obat ini diindikasikan untuk terapi neuropati perifer
Spesialite :
NONAMA GENERIK &
LATINNAMA
DAGANGSEDIAAN PABRIK
1 Pyritino HCL Enchepabol Dragee 100/200 mg
larutan 100 ml, amul
20 mg
Merck
2 Piracetam Nootropil Caps 400/800/1200
mg, sirup 10%,
ampul 1g/5 ml
UCB
Pharma
3 Mecobalamin Methycobal Kaps 250 g, 500 g,
ampul 500 g
Eisal
BAB III
OBAT-OBAT OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM
Peran susunan saraf otonom didalam klinik akan kita jumpai didalam :
1. Kehidupan vegetatif, yaitu proses-proses yang memelihara
pertumbuhan dan penyaluran bahan-bahan makanan dan sampah-sampahnya
secara otomatis dan dikelola diluar kemauan kita.
2. Perangai emosional
3. Proses neurohormonal
Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf somatik yang mengendalikan organ
dibawah kontrol volunter (terutama otot) dan sistem saraf autonom yang mengatur
fungsi organ individual dan homeostasisi, dan sebagian besar bukan merupakan
kerja volunter. (sistem saraf autonom adalah bagian susunan saraf tepi yang
mengurus semua proses badaniah yang involuntar dan homeostasis yang timbul
secara reflektorik, seperti vasodilatasi-kontriksi, bronkhodilatasi-bronkhokontriks,
peristaltik, berkeringat, merinding, dan seterusnya, sehingga pasien dapat
beradaptasi dengan lingkunganya.
Meskipun disebut sebagai “autonom”, sistem saraf ini sendiri tidaklah sepenuhnya
bersifat autonom. Artinya bahwa aksi sistem saraf ini dipengaruhi oleh konteks
serebri yang akan emmberikan pengarahan secara reflektorik.
Sistem saraf autonom menguasai transmisi impuls sistem saraf eferen dari sistem
saraf pusat ke sistem organ perifer. Pengaruhnya termasuk kontrol terhadap detak
jantung dan forced contraction, konstriksi dan dilatasi pembuluh darah, kontraksi
dan relaksasi otot polos pada berbagai organ, akomodasi penglihatan, ukuran
pupil dan sekresi eksokrin dari kelenjar eksokrin dan endokrin. Saraf autonom
merupakan seluruh serabut eferen ini menuju SSP melalui saraf autonom utama
seperti vagus, nervus splanknikus atau nervus pelvikus, meskipun serabut nyeri
aferen yang berasal dari pembuluh darah dapat dihantarkan oleh saraf somatik
Sistem saraf autonom terutama mencakup arkus refleks, termasuk cabang
aferen autonom atau somatik. Singkatnya, serabut aferen menghantarkan rangsang
dari reseptor nyeri, atau mekanoreseptor dan kemoreseptro pada jantung, paru,
gastrointerstinal, dan lain-lain.
Respon refleks dari serabut eferen autonom ini akan menyebabkan kontraksi dari
otot polos pada beberapa organ (misalnya pembuluh darah, mata, paru-paru,
kandung kemih, traktus gastrointestinal) dan mempengaruhi fungsi jantung dan
kelenjar. Cabang eferen dari reflek ini juga dapat mempengaruhi sistem saraf
somatik (seperti batuk dan muntah). Untuk refleks yang sederhana, refleksi terjadi
secara total pada organ yang bersangkutan, sementara refleks yang lebih kompleks
diatur oleh pusat autonom yang lebih tinggi di SSP, terutama hipotalamus.
Sistem saraf autonom dibagi menjadi 2 divisi berdasarkan perbedaan
anatomi dan fungsinya yaitu sistem parasimpatik dan sampatik. Kedua sistem ini
terdiri dari serabut preganglion bermielin yang membentuk hubungan sinaptik
dengan serabut postganglionik tak bermielin, dimana serabut ini akan
mempersarafi organ efektor. Sinap ini biasanya terjadi pada tempat yang disebut
ganglion. Sebagaian besar organ dipersarafi oleh serabut dari kedua divisi sistem
jantung, sementara saraf simpatik meningkatkan detak dan kontraktilitasnya),
meskipun ada beberapa yang serupa (contoh, kelenjar air liur)
Anatomi Susunan Saraf Autonom
Susunan saraf autonom dibagi dalam bagian pusat dan perifer. Bagian pusatnya
mencakup susunan limbik, hiptoalamus, dan jaras-jarasnya yang menghubungi
kolumna intermedio lateralis medulae spirialis. Bagian tepinya terdiri dari
sepasang rantai neuron-neuron yang dikenal sebagai ganglion paravertebrale serta
juluran aferen dan eferen mereka yang bersambung dengan neuron-neuron yang
berada di organ torakal abdominal pelvik. Baik secara fisiologik maupun
anatomik, sistem saraf autonom dibagi menjadi komponen simpatik dan
parasimpatik. Pembagian ini didasarkan pada dua jenis neurotrarismiter yang
diproduksi oleh neuron-neuron saraf autonom. Kedua jenis meurotransmiter itu
adalah asetilkolin dan norepinefrin.
Pengertian
Susunan saraf otonom adalah susunan saraf yang bekerja tanpa mengikuti
kehendak kita. Misalnya detak jantung, mata berkedip kesadaran pernafasan
maupun pencernaan makanan. Menurut fungsinya susunan saraf otonom dibagi
menjadi 2 bagian, antara lain :
Susunan saraf simpatis (adreherngi dan adrenoltik)
Susunan saraf parasipatis (kelinergik dan anti kolinergik)
Pada umumnya kedua saraf ini bekerja berlawanan tetapi dalam beberapa
hal khasiatnya berlainan sekali atau bahkan bersifat sinergis. Rangsangan dari
susunan saraf pusat untuk sampai ke ganglion elektor memerlukan suatu
penghantar yang disebut transmiter neurohorron atau neurotransmiter. Bila
rangsangan tersebut berasal dari saraf simpatis maka neurohormon yang bekerja
adalah noradrenalin (adrenalin) atau norepinephrin (epinefrin). Sebaliknya
apabila rangsangan tersebut berasal dari saraf parasispatis maka yang
neurohormon yang bekerja adalah asetilkolin.
Untuk menghindarkan kumulasi dan neurohormon yang dapat
mengakibatkan perangsangan saraf terus menerus maka neurohormon harus
diuraikan oleh, khusus yang terdapay dalam darah maupun jaringan. Untuk
neurohormon, noradregalin diuraikan oleh enzim metil transferase dan didalam
hati oleh Mono Amin Oksidase (MAO) sedangkan neurohormon asetilkolin
diuraikan oleh enzim kolinesterase.
Obat-obat otonom bekerja mempengaruhi penerusan implus dalam
susunan saraf otonom dengan jalan mengganggu sintesa penimbunan,
pembebasan atau penguraian neurohormon tersebut dan khasiatnya atas reseptor
spesifik
Penggolongan
Berdasarkan khasiatnya obat-obat saraf otonom dibagi menjadi
1. Obat yang berkhasiat terhadap saraf simpatis
a. Simpatomimetik/adrenergik, yaitu obat yang meniru efek perangsangan
dan saraf simpatis (oleh noradrenalin) cntohnya efedrin, isoprenalin dan
lain-lain
b. Simpatolitik/adrenolitik yaitu obat yang meniru efek bila saraf parasimpatis
ditekan atau melawan efek adrenergik contohnya alkoloida sekale,
propanoil dan lain-lain
2. Obat yang berkhasiat terhadap saraf parasimpatis
a. Para simpatormimetik/kolinergik yaitu obat yang meniru
perangsangan dari saraf parasimpatis oleh asetilkolin. Contohnya
pilokarpin dan phisostogmin
b. Parasimpatolitik/anti kolinergik yaitu obat yang meniru
bila saraf parasimpatis ditekan atau melawan efek kolinergik, contohnya
alkaloida belladonna
A. Saraf Simpatis
1. Adrenergik (simpatomimatik)
Berdasarkan titik kerjanya sel-sel efektor dari organ ujung adrenergik
dibagi menjadi reseptor α (alfa) β (beta) dan berdasarkan sfek fisiologisnya dibagi
menjadi α1 (alfa-1) dan α2 (alfa-2) serta β1 (beta-1) dan β2 (beta-2). Pada umunya
stimulasi pada reseptor menghasilkan efek-efek sebagian berikut :
Alfa-1, mengaktivasi organ-organ efektor seperti otot-otot polos
(vasokontriksi) dan sel-sel kelenjar dengan efek bertambahnya sekresi ludah
dan keringat
Alfa-2, yaitu menghambat pelepasan noradrenalin pada saraf adrenergik
dengan efek turunnya tekanan darah
Beta-1, yaitu memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung
Beta-2, yaitu bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak
Penggunaan
Penggunaan obat-obat adrenergik antara lain :
Shock dengan memperkuat kerja jantung (β) dan melawan hipotensi (α)
contohnya adrenalin dan noradrenalin
Asma dengan mencapai bronkodilatasi (β2) contohnya salbutamol dan
turunnya adrenalin dan efedrin
Hipertensi, dengan menurunkan daya tahan periler dari dinding pembuluh
melalui penghambatan pelepasan noradrenalin (α2) contohnya metildopa dan
klonidin
Vasodilator perfer, dengan menciutkan pembuluh darah di pangkal betis dan
paha (claudication intermiterns)
Pilek (rhinitis), guna menciutkan selaput lendir yang bengkuk (α) contohnya
imidazolin, efedrin dan adrenalin
Midriatikum, yaitu dengan memperlebar pupil mata (α) contohnya fenilefrin
dan nafazolin
Anoreksans, dengan mengurangi nafsu makan pada obesitas (β2), contohnya
fenfluramin dan mazindol
Penghambat ois dan nyeri hadi (dysmenore) dengan relaksasi pada oto rahim
(β2), contohnya isoxuprin dan ritordin
Zat tersendiri
Adrebalin atau epinefrin
Memiliki semua khasiat adrenergik α dan β dengan efek β lebih kuat seperti
stimulasi jantung dan bronkodilatasi
Obat ini digunakan pada :
- Kolaps, shock, atau jantung berhenti
- Asma (diberikan dalam bentuk injeksi karena terurai oleh asam lambung(
- Glaukoma dengan efek midriatik
- Pilek dan hidung tersumbat dengan efek dekongestif
- Anestetika lokal guna memperpanjang efeknya
Efek samping pada dosis tinggi adalah nekrosis jaringan menjadi mati karena
basokontriksi, dan akhirnya kolaps
Dopamin
Bekerja meningkatkan tekanan sistolik pada penderita shock serta meningtkan
aliran darah ginjal dan glomerulus. Efek samping pada dosis tinggi
menimbulkan efek adrenergik yang hebat dengan efek lain berupa nausea,
muntah, takikardia aritmia, nyeri dada kepala dan hipertensi
Efedrin
Alkaloida dari tumbuhan Ephedra vulgaris yang sekarang ini dibuat
secara sintetis. Digunakan pada penderita asma atas dasar efek
bronkodilatasinya yang lama dekongestiv dan midrinatik. Efek sampng dosis
tinggi pada jantung yaitu cemas gelisah sukar tidur, gemetaran dan takikandia
serta kerja sentral.
Psuudo efedrin merupakan isomer efedrin yang dikombinasikan
dengan obat-obat batuk dari pilek sedangkan nerefedriun adalah turunan
efedrin yang dikombinasikan dengan obat-obat asma dan batuk
Isoprenalin
Memiliki efek bronkodilatasi dan stimulasi jantung maka digunakan
untuk pengobatan dari pencegahan serangan asma. Karena absorbsi dalam
usus tidak sempurna maka biasanya digunakan dalam bentuk sublingual,
inhalasi atau spray.
Efek samping dosis tinggi pada jantung adalah berdebar, gelisah,
gemetaran dan muka merah. Turunan yang paling sering digunakan adalah
fenoterol, terbutalin dan salbutamol
Fenilefrin
Berdasarkan khasiat vasokontriksi perifer maka digunakan sebagai obat
* Hipotensi (kolaps)
* Midnatik pada mata (5-10%)
* Dekongesif untuk menciutkan mukosa hidung yang bengkak
Derivat imidazolin
Khusus digunakan sebagai dekongesif untuk meciutkan selaput lendir hidung
dan mata pada keadaan pilek atau selesma (rhinitis dan sinusitis) dengan kerja
lebih lama dari efedrin
Amfetamin
Adalah kelompok amin simpatomimetik yang berkhasiat bronchodilatasi
lemah. Memiliki khasiat kuat terhadap SSP terutama merangsang pusat
pernafasan dengan meningkatkan kecepatan dan volume nafas. Digolongkan
dalam psikostimulansia yaitu obat-obat yang merangsang aktivitas fisik dan
mental berupa :
* Mempertinggi inisiatif dan kelincahan
* Memperbesar prestasi dan kepercayaan diri serta daya konsentrasi
* Hilangnya rasa mengantuk lelah
* Dapat menimbulkan efek euleria atau rasa nyaman dan bersifat adiksi
* Menekan nafsu makan untuk andreksansia atau arti obestitas dan anti dotum
pada intoksikasi obat tidur
Adanya sifat adiktif dan euforia menyebabkan penyalagunaan obat atau drug
abuse terutama untuk meningkatkan prestasi dalam dunia olahraga
(dopping). Efek samping obat tersebut ialah mulut kering gelisah sakit
kepala dan tidak bisa tidur, sedangkan pada dosis tinggi dapat timbul rasa
lelah depresi halusinasi dan tekanan darah naik
2. Sistem saraf Simpatik
Pembagian simpatik dan parasimpatik secara tegas hanya bisa dilakukan
para saraf autonom perifer. Pada bagian pusat, kelompok neuron kolinergik saling
bergabung dan sulit untuk dibedakan satu dengan yang lainnya.
Badan neuron yang menyulurkan serabut preganglioner simpatik terletak
di semua segmen torakal dan lumbal 1 dan 2 neuron-neuron tersebut menduduki
kamu laterale substansia grisea medulla spinalis, dan dikenal sebagai kolumna
intermediolateralis. Serabut-serabut preganglionar meninggalkan medula spinalis
bersama-sama dengan radika ventralis setinggi foramen intervertebrale
menggabungkan diri dengan radiks dorsalis untuk menyusun saraf spinal. Pada
tempat itu juga, mereka meninggalkan saraf spiral sebagai rami komunikantes
alba dan menuju trunkus simpatikus. Trunkus ini tersusun oleh sepasang rantai di
kedua belah sisi tulang belakang. Dan rantai itu terdiri dari ganglion-ganglion
yang bersambung satu dengan yang lain melalui juluran-juluran mereka. Pada
umumnya ditemukan 3 pasang ganglion di daerah servikal, 12 pasang di daerah
torakal, 5 pasang di daerah lumbal, 2 pasang di daerah sakral dan satu ganglion
tunggal di garis tengah os kosigis. Serabut-serabut preganglionar tidak semuanya
berakhir pada ganglion yang setingkat, banyak juga yang berakhir di ganglion
yang terletak beberapa segmen lelah atas atau lebih bawah. Sebagian lagi
melewati saja ganglion trunkus simpatikus untuk meneruskan perjalannya ke
ganglion-ganglion yang terletak di organ dalam.
Ganglion yang terletak di kedua sisi belakang disebut ganglion
paavertebrale, dan ganglion yang terletak dekat dengan organ dalam disebut
ganglion prevertebrale. Kedua ganglion tersebut menjulurkan serabut yang
disebut sebagai postganglioner. Berbeda dengan serabut preganglioner yang
memiliki selubung melin, serabut postganglioner ini tidak bermielin.
Aktifitas simpaterik akan melebarkan diameter pupil, melebarkan fisura
palpebralis, meningkatkan denyut jantung, memperlancar penyaluran impuls
melalui karas atrioventrikuler, penyempitan lumen (kontriksi) hampir semua
pembuluh darah, terutama yang menuju ke kulit dan viscera abdominal, tetapi
melebarkan lumen (dilatasi) arteri koronaria, menghambat persitaltik saluran
pencernaan, mengenalkan sfinkter saluran pencernaan, menghambat otot detrusor
kemih, membangunkan bulu kulit, menggalakkan sekresi keringan dan adrenalin
(epinefrin) dan meningkatkan gula darah dengan jalan glikogenolisus hepar B
Susunan saraf autonioun pusat.
Bagian pusat susunan saraf autonom terdiri dari korteks limbik,
hipotaliamus, dan hipofisus. Dimana yang berperan sebagai pusat (sentral) adalah
hipotalamus. Sebagai pusat reseptif, hipotalamus menerima impuls-impuls dari
koreks limbik yang mengelilingi korpus kalosum. Sebagai pusat efektor,
hipotalamus membagi-bagikan aktifitasnya ke susunan saraf perfer, dan
mengelola fungsi hipofisus, baik para anterior (adnohiporfisis) maupun pars
posterior (neurohipofisis). Hipotalamus juga dapat dianggap sebagai :
1. Pusat penerima impuls viscero-autonom dan susunan saraf perifer dan
juga empuls psiko-vegetatif autonom dari korteks sendiri berikut sistem
limbik
2. Pusat yang mengatur dan membagi-bagikan aktifitas vegetatifnya kepada
susunan saraf perifer, dan
3. Pusat yang mengatur kegiatan neuro dan adenohiporfisis
3. Adrenolitik (Simpatolitik)
Berdasarkan mekanisme kerjanya pada adrenoreseptor dapat digolongkan
Alfa bloker
Adalah zat-zat yang memblokir dan menduduki reseptor alfa sehingga
melawan vasokontriksi perifer yang disebabkan noradrenalin. Efek utamanya
adalah vasokontriksi perifer dan digunakan pada gangguan sirkulasi untuk
memperlancar darah di bagian kulit. Contohnya derivat midazolin (tolazin,
fentolamin) derivat haloalkilamin (dibenamin, fenoksi-benzamin) alkalioda
secale (ergotaminrrgotoksin, dll) prazosin, tetrazosin dan yohimbin.
Beta Bloker
Zat0zat yang menduduki reseptor beta sehingga melawan efek stimulasi
noradrenalin pada jantung dan efek bronchodilatasinya. Digunakan pada
pengobatan gangguan jantung (angina pectoris dan aritma, hipertensi dan
meringankan kepekaan jantung oleh rangsangan stress, emosional dan kerja
berat. Contohnya : propanol dan turunannya
Penghambat neuron-neuron adrenergik post ganglon
Bekerja terhadap neuron-neuron post ganglon adrenergik dengan mencegah
pembentukan atau pembebasan neurohormon. Efeknya dilatasi otot-otot polos
dan dinding pembuluh darah dan turunnya tekanan darah.
Obat-obat tersendiri
Derivat imodazolin
Yang digunakan sebagai alfa bloker adalah tolazin dan fentolamin. Memiliki
bermacam-macam efek seperti anti hipertensi, anti histamin, adrenolitik dan
adrenergik
Derivat alkaoida sekale
Tiga kelompok alkaloida secale adalah
* Ergotamin dan ergosin
* Ergotoksin yang terdiri dari ergokristin, ergokriptin dan ergokornin
* Argotrin atau argonovin
Khasiat yang terpenting adalah stimulasi otot polos terutama pembuluh
darah perifet dan rahim dengan efek kontraksi otot uterus (oksitosik).
Vasokontribuksi dan tekanan darah naik. Efek samping pada penggunaan lama
dan dosis yang tinggi adalah matinya jaringan di ujung jari (gangrein) akibat
vasokontriksi. Digunakan untuk menghentikan pendarahan setelah persalinan dan
pada keadaan haid yang berlebihan
Ergotamin
Khasiat oksitosik dan vasokontriksinya kuat dengan khasiat adrenolitik lemah.
Efektif diberikan secara sublingual, ijeksi intra vena atau intra muskuler karena
absorbai di usus tidak teratur. Kombinasi dengan coffein dapat memperkuat efek
vasokontriksinya dan digunakan sebagai obat anti migrain.
Turunannya adalah dinidro ergometrin yang digunakan untuk mengurangi
frekuensi serangan migrain dan efektif untuk menaikkan tekanan darah pada
hipotensi
Ergometrin atau ergonovin
Khasiat oksitosiknya kuat tapi vasokortriksinya lemah, digunakan terutama pada
pendarahan setelah persalinan (post parhum) dan haid yang berlebihan
(menralgia). Turunannya adalah metil ergometrin yang berkhasiat oksitosik lebih
kuat dan lama
Ergotoksin/dihidroergotoksin atau kodergokrin
Tidak memiliki khasiat oksitosik dan vasokontriksi dengan efek adrenolitik yang
lebih kuat. Efek vasodifalatnasi perfer terutama pada kulit dan otak. Penggunaan
untuk memperbaiki gangguan sirkulasi darah pada otak dan kulit
Prazosin
Memblokir resptor alfa dengan efek vasodilatasi pada dinding arteri dan bena
sehingga dapat digunakan untuk pengobatan anti hipertensi
Propronolol
Digunakan sebagai pengobatan anti hipertensi dan gangguan jantung. Turunan
dari propranolol yang berkhasiat sama adalah atenolol, pindolol, sotalol dan
lain-lain
Yohimbin
Alkaloida dari corynathe yohimbe yang berkhasiat adrenolitik lemah dan
singkat dan digunakan sebagai anestetika lokal dan anti diuretika
B. Saraf Parasimpatis
1. Sistem Saraf Parasimpatik
Preganghonik parasimpatik sistem saraf timbul dari sel bodies dan inti
motorik nervus kranialis III, VII, IX, X pada batang otak dan dari segmen korda
spinalis sacral kedua, dan keempat. Disebut juga sebagai jalur
kronio-spiral/kranorsakral.
Serabut preganglionik berjalan hampir ke semua organ yang berpersarafi, dan
sinap pada ganglia yang dekat atau berada pada organ tersebut, meningkatkan
mplus ke serabut pestganglionok yang mempersarafi jaringan yang sesuai. Sel
ganglion dapat berorganisisir menjadi satu (mis. Pleksis mempersarafi terbanyak
pada nervus vagus (sidarta neural dasar)
Nerveus kranalis III, VII, dan IX mempengaruhi pupil dan sekresi glandula
salivarius, sementara nervus bagus (X) membawa serabut saraf ke jantung, paru,
lambung, upper intestine dan ureter. Serabut sacral membentuk pleksus yang
menginervasi calon distal, rektum, vesica urinaria, dan organ reproduksi.
Secara fisiologis sistem parasimpatis lebih digunakan pada penyimpanan
dan pemulihan energi, oleh karena itu, maka akan mengurangi frekuensi detak
jantung dan tekanan darah, menghambat lancarnya penghantaran implus melalui
jaras atraoventikuler, memfasilitasi digestif dan absorpsi nutrien, maka dari itu
akan mengeksikresikan produk buangan, menyempitkan diameter pupil,
melebarkan pembuluh darah, menyempitkan lumen bronkioli, menggalakkan
sekresi air liur dan air mata, menggalakkan peristailtik dan melonggarkan sfinker
saluran pencernaan, menggalakkan otot detrusor kandung lemih, dan sekresi
insulin, sehingga menurunkan gula darah. Transmiter kimia pada sistem
parasimpatik adalah Asetikolin (Ach) Ach juga merupakan meurotransmiter
junction (sistem saraf somatik), dan beberapa tempat di SSP. Serabut saraf yang
mengeluarkan asetilkolin dari end plate (ujung)-nya disebut sebagai serabut
kolinergik. Sintesis Ach terjadi di sitoplasma ujung neuron kemudian disimpan di
vesikel terminal presinaptik. Sintesis Ach terjadi di sitoplasma ujung neuron
kemudian disimpan di besikel terminal presinaptik. Adanya aksi presinaptik
menyebabkan influks ion kalsim dan menyebabkan pelepasan beberapa ratus
vesikel ke celaah sunaptik. Ach kemudian diikat oleh reseptor spesifik pada
membran postsinaptik dan meningkatkan permeabilitasi membran terhadap ion
sodium, potasium, dan kalsium, yang kemudian akan eksitasi postsnaptik. Aksi
dari Ach ini berakhir oleh enzim Acetyl Cholimesterase yang akan segera
menghidrolisisnya.
Reseptor Ach spesifik telah dibagi secara farmakologis berdasarkan aksi terhadap
alkloid muskarmik dan nikotin. Aksi Ach pada sinaps preganglionok baik sistem
parasimpatik maupun simpatik diperankan oleh nikotin, dan semua ganglion
autonomik juga disebut nikotimik oleh karenanya. Transmisi nikotinik juga terjadi
pada neuromuskular junction, pada SSP, medula adrenal, dan beberapa tempat
pada postganglionik simpatis. Meskipun demikian, aksi Ach pada ujung saraf
postganglionik parasimpatis diperankan oleh muskarinik. Transmisi musikarmik
juga terjadi pada beberapa tempat tertentu di SSP
2. Kolinergik (parasimpatomimetik)
Efek yang ditimbulkan oleh kolinergik adalah
- Stimulasi aktivitas saluran cerna, peristaltik diperkuat sekreasi
kelenjar-kelenjar ludah, getah lambung, air mata dan lain-lain
- Memperlambat sirkulasi darah dan mengurangi kegiatan jantung,
basodilatasi dan penurunan tekanan darah
- Memperlambat pernafasan dengan menciutkan saluran nafas
(bronkokontriksi) dan meningkatkan sekresi dahak
- Kontraksi otot mata dengan penyempitan pupil mata (miosis) dan
menurunkan tekanan intra okuler dan memperlancar keluarnya airmata
- Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar
keluarnya air seni.
Efek samping dari obat-obat kolinergik adalah mual muntah, diare,
sekreasi ludah dahak, keringat dan airmata yang berlebihan, penghamabatan kerja
jantung (bradikandia) bronkokontriksi) dan kelimpuhan pernafasan
Penggunaan
Kolinergik terutama digunakan pada
Glaikoma, yaitu suatu penyakit mata dengan ciri tekanan intra okuler
meningkat dengan akibat kerusakan mata dan dapat menyebabkan kebutaan.
Obat ini bekerja dengan jalan midriasis seperti pilokarpin karbokol dan
flustigmin
Myasternia gravis, yaitu suatu penyakit tergangguanya penerusan impuls di
pelat ujung motorik dengan gejala berupa kelemahan otot-otot tubuh hingga
kelumpuhan. Contohnya heostigmin dan pindostigmin.
Atonia, yaitu kelemahan otot polos pada saluran cerna atau kandung kemih
setelah operasi besar yang menyebabkan stres bagi tubuh. Akibatnya timbul
aktivitas saraf adrenergik dengan efek obstipasi, sukar buang air kecil atau
lumpuhnya gerakan peristiltik dengan tertututpnya usus (inlus paralitikus)
Contohnya prositigmen (neostigmin)
Obat-obat tersendiri
Asetilolin
Sudah tidak dipergunakan dalam pengobatan karena kurang bermanfaat
secara klinis saat ini hanya digunakan untuk penelitian. Persernyawaan uretan dari
asetikolin yang dipergunakan adalah karbokol yang digunakan sebagai miotikum
pada glaukoma dan atonia pada orhan dalam
Pilokarpin
Alkaloida dari Pilkarpus jaborandi ini digunakan sebagai mioktikum dan
mencegah rambut rontok dalam bentuk lation
Neostigmin
Digunakan pada kelemahan otot seperti atonia, kandung kemih dan usus,
melawan sifat toksis dan atropin, miotikum, niyastenia gravis dan antidotum
kurare (tubokuranin). Efek samping terhadap jantung dan peredaran darah lebih
ringan.
Endrortonium
Digunakan sebagai antagonis kurate dan pengobatan myastenia gravis
Pindostigmin
Senyawa turunan Neostigmin yang khasiatnya lebih lemah dari Neostimin
yang digunakan sebagai myastenia gravis
3. Antikolinergik (parasimpatolitik)
Semua antikolinergik memperlihatkan kerja yang hampir sama tetapi daya
afinitasinya berbeda terhadap berbagai organ, misalnya atropir hanya menekan
sekreasi liur, mukus bronkus dan keringat pada dosis kecil, tetapi pada dosis besar
dapat menyebabkan dilatasi pupil mata gangguan akomodasi dan penghambatan
saraf fagus pada jantung Antikolinergik juga memperlihatkan efek sebtral yaitu
merangsang pada dosis kecil tetapi mendepresi pada dosis toksik.
Penggunaan
Obat-obat ini digunakan dalam pengobatan untuk bermacam-macam
gangguan tergantung dari khasiat spesifiknya masing-masing antara lain :
Spasmolitika dengan meredakan ketegangan otot polos, terutama merelaksasi
kejang dan kolik di saluran lambung-usus, empedu dan kemih
Midriatikum, dengan melebarkan pupil mata dan melemahkan akomodasi
mata
Borok lambung-usus, dengan menekan sekreasi dan mengurangi peristaltik
Hiperhidrosis, dengan menekan sekresi keringat yang berlebihan
Berdasarkan efeknya terhadap sistim saraf sentral
o Sedatif pada premedikasi operasi bersama anestetika umum
o Parkinson
Obat-obat tersendiri
Alkaloida Belladonna
Alkalioda yang didapat dari tanaman Atropa Belladonnae seperti
hiosiamin atropia dan skopolamia. Didapatkan juga dari tanaman Datura
stramonium dan Hyoscyamus niger.
(1) Atropir
Khasiat antikolinergiknya kuat, sedatinya bronkodilatasi ringan
(guna melawan depresi pernafasan). Penggunaan sebagai mionetikum,
spasmolitikum asma, batuk rejan, kejang pada lambung-usus serta
antidotum yang paling efektif terhadap overdosis pilokarpin dan kolinergik
lainnya. Turunan sintetiknya adalah Homatropin dan Benzatropin yang
digunakan sebagai anti parkinson
(2) Skopolamin
Alkafoida ini lebih kuat dari atropin yang digunakan sebagai obat
mabuk perjalanan, midriatikum dan premedikasi operasi. Senyawa
sintetiknya adalah metil dan butil skopolamin yang digunakan sebagai
spasmoitik organ dalam seperti kejang pada usus, saluran empedu, saluran
kemih dan uterus
Senyawa-senyawa Ammonium Kwartener
Senyawa ini mengandung Nitrogen bervalensi 5, bersifat basa kua dan
terionisasi baik, maka sulit melewati sawar darah otak sehingga tidak
memiliki efek sentral. Khasiat antikolinergiknya lemah dengan kerja
spasmolitik yang lebih kuat dari atropin dan efek samping lebih ringan.
Penggunaan untuk meredakan peristaltik lambung-usus dan meredakan organ
dalam. Yang termasuk dalam golongan ini adalah propentelin, oksifenium,
mepenzolat, isopropamida dan ipratropium.
Zat-zat Amin Tersier
- Adifenin berkhasiat sebagai anestetika lokal
- Kamilofen (turun adifenin) memiliki kerja khusus pada saluran empedu
dan kemih
- Oksifensiklamin digunakan pada borok lambung dan kejang-kejang di
saluran empedu, lambung-usus serta organ urogenital
Obat-obat Parkinson
Contoh : Levodopa atau Dopa, Difenhidramin dan Trihensifenidil atau
Benzheksol
1. Gangguan Sistem Saaf Autonom Perifer
a. Gangguan Fungsi Vegetatif
Kandung kemih dan uretra, kedua-duanya memiliki persarafan
simpatik dan parasimpatik. Ganglion-ganglion kedua komponen susunan
autonom itu terletak di dekat bangunan yang dipersarafnya. Serabut-serabut
potsganglionar kedua komponen saraf autonom itu tiba di target organ
melalui pembuluh darah. Peran simpatetik bersifat inhibisi terhadap pengaruh
eksistasi dari komponen parasimpatik. Yang aktif dalam kontraksi otot
detrusor kandung kemih ialah komponen parasimpatik. Pusat parasimpatik
pada S3 dan S4 adalah yang paling penting dalam penggalakkan otot detrusor
kandung kemih.
Miksi, merupakan suatu refleks yang memiliki lengkung refleks
suparaspiral dan segmental intraspiral. Penuhnya kandung kemih terasa karena
lintasan ascenden menyalurkan impuls yang dicetuskan oleh ujung-ujung
serabut aferen perifer akibat teregangnya otot detrusor. Tibanya impuls
tersebut di korteks serebri menghasilkan kesadaran akan penuhnya kandung
kemih. Terputusnya lintasan tersebut, akanmenghilangkan perasaan ingin
kencing, yang sewajarnya timbul jika kandung kemih penuh. Oleh karena hal
tersebut, maka “inkontinensial melimpah keluar” (overflow incontinence).
Pada para penderita dengan lesi di medula spinalis diatas konus
medularis yang sudah menahun, kandung kemih dapat dikosongkan dengan
jalan perangsangan terhadap daerah disekitar os pubis dan lipatan inguinal.
Adakalanya miksi terjadi saat kedua tungkai bergerak secara involuntar. Hal
ini sering juga disebut “kandung kemih otomatik”. Pengosongan secara
reflektorik ini muncul, karena lengkung refleks yang berada di konus
medularisnya masih utuh. Lain halnya dengan lesi pada konus medularis.
Refleks miksi spinal sudah tidak mungkin dilaksanakan. Oleh karena itu,
pengosongan harus dilakukan dengan penekanan suprapubrik secara terus-
menerus sampai urin yang berada di kandung kemih keluar semua. Oleh
karena lengkung refleks terputus oleh lesi konus medularis atau S3 dan S4,
maka tonus kandung kemih akan hilang sehingga keadaan ini disebut sebagai
“kandung kemih atonik”. Keadaan ini akan menyebabkan masih terdapatnya
residu-residu urin yang cukup banyak setelah pengosongan dengan penekanan
suprapublik. Lama-kelamaan, sfingter akan menjadi lebar, dan pada akhirnya
terjadi inkontinensia.
Eneuresia
Eneuresia adalah suatu keadaan dimana terjadi pengeluaran air kecing
secara involunter pada saat tidur setelah berumur 5 tahun. Eneuresis ini
umumnya terjadi pada malam hari (disebut eneuresis noktural). Namun dapat
pula terjadi pada siang hari (eneuresis diurnal).
Kesadaran akan penuhnya kandung kemih berkembang antara usia 1
sampai 2 tahun. Pada usia 3 tahun seorang anak sudah bisa menahan air
kencing kalau kandung kemihnya sudah penuh pengelolaan secara sadar pada
siang hari sudah dapat dilaksanakan menjelang usia 3 dan 4 tahun. Namun
pada malam hari adakalanya pengelolaan terlambat, sehingga terjadilah
eneuresis tersebut.
Kebanyakan eneuresis adalah primer, yaitu suatu kebiasaan yang
familial. Dengan alkaloid beladona dan imipramine (obat antidepresan
golongan trisiklik) tonus otot sfinger menjadi lebih tinggi, sehingga ngompol
dapat ditiadakan. Dari hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa pada eneuresis
primer yang terjadi adalah rendahnya tonus otot sfingter sehingga urin yang
tertimbun dikandung kemih dapat keluar dengan mudah.
Eneuresis bisa juga berasal dari kelainan struktural maupun patologik.
Eneuresis yang demikian disebut sebagai eneuresis sekunder. Penyebabnya
yang tersering adalah obstruksi dalam uretra, kapasitas kandung kemih yang
kecil, uretrotigonitis, divertikulitis kandung kemih, dan stenosis uretra seperti
pada hipospadia.
Perlu diketahui bahwa presentase kejadian eneuresis sekunder hanya
berkisar 1% saja. Oleh karena itu, pemeriksaan-pemeriksaan akademis dan
psikologis tidak usah dilakukan secara lengkap, supaya penderita tidak
menjadi neurotik karena tindakan dokter.
Gangguan vegetatif Pada kulit
Berbeda dengan aktifitas parasimpatik dalam mekanisme miksi dan
defeksi, fungsi begetatif kulit lebih dominan dikendalikan oleh aktifitas
simpatik. Persarafan simpatik di kulit dapat terputus karena lesi perifer, atau
pada ganglia paravertebralia, beserta serabut preganglionik simpatik.
Terputusnya persyarafan ini akan ditandai dengan :
* Kulit sudah tidak dapat merinding lagi jika dirangsang dengan benda
dingin maupun goresan runcing, karena sudah tidak ada lagi efektor
terhadap pilomotor
* Kulit berwarna merah atau terasa panas, hal ini disebabkan karena
kontraksi pembuluh darah
* Kulit tidak lagi berkeringat karena hilangnya kontrol terhadap glandula
sudorifera
Fenomena Raynaud
Fenomena Raynaud terdiri dari beberapa gejala berupa ujung-ujung
jari yang sionatik dan dingin. Sebagai tambahan, apabila gejala tersebut tidak
diketahui penyebabnya, maka disebut sebagai penyakit Raynaud. Fenomena
Raynaud digunakan untuk pasien dengan gejala seperti diatas akan tetapi
sudah diketahui penyebabnya. Fenomena Raynaud biasanya dapat dijumpai
pada arteritis primer, penyakit kolagen, setelah trauma, intoksikasi ergor, atau
pada siringomelia, dan kompres pleksus brakhialis. Penyakit Raynaud lebih
sering ditemukan pada wanita, dimana belum diketahui penyebabnya.
Pemotongan serabut-serabut simpatetik mulai dari lengan dapat
menghilangkan penyakit Raynaud.
Sebagaian ahli berpendapat habwa penyakit Raynaud terjadi karena
adanya peningkatan epinefrin dan norepinefrin yang berlebihan di jaringan.
Sianosis dan dingin pada tangan disebabkan karena spasme pembuluh
darah yang dapat dicetuskan oleh udara dan emosi
Hiperhidrosis
Hiperhidrosis adalah keadaan berkeringat secara berlebihan.
Hiperhidrosis dapat terjadi secara lokal maupun menyeluruh. Mekanismenya
sampai sekarang belum dapat diketahui timbulnya. Pada orang dengan
hemiparese sering terjadi hiperhidrosis pada daerah yang mengalami
kelumpuhan. Pada orang-orang tertentu juga bisa terjadi hiperhidrosis
hemifasialis jika mereka tengah makan. Manifestasi ini dianggap sebagai
ketidakseimbangan antara simpatik dan parasimpatik.
Migraine
Disfungsi autonomik pembuluh darah dikulit kepala mengakibatkan
timbulnya nyeri kepala yang disebut migraine. Mekanismenya sampai
sekarang belum jelas. Tetapi banyak fakta-fakta menunjukkan bahwa migrain
didahului oleh vasokonstriksi arteri intrakranial, ditandai dengan skotoma dan
pucat pada wajah. Gejala prodormal itu akan diikuti oleh timbulnya nyeri
kepala sesisi dan merah pada wajah. Tidak lama kemudian dapat terjadi mual,
muntah, edema selaput lendiri hidung, jari tangan dan kaki. Hal ini disebabkan
karena vaodilatasi arteri ekstrakranial.
Apa penyebab terjadinya basoksonstriksi belum diketahui secara pasti,
namun diperkirakan merupakan faktor herediter dan familial.
Gangguan pada Pupil
Dilatasi dan kontraksi pupil disebabkan oleh aktifitas simpatik dan
parasimpatik. Pupil yang lebar (midriasis), yang tidak berespon terhadap
penyinaran cahaya dan akomodasi, bisa disebabkan karena hiperktifitas saraf
simpatik, atau lebih sering karena lesi pada komponen parasimpatiknya.
Kompresi pada nervus okulomotorius yang memiliki serabut parasimpatis
menimbulkan midriasis yang tidak bersepon pada penyinaran cahaya dan
akomodasi dengan penetesan metacholine (2,5%) pada pupil yang normal
tidak terdapat perubahan pupil. Akan tetapi bila dilakukan pada pupil yang
midriasis karena kompresi nervus okulomotorius akan terjadi konstriksi
(miosis). Dengan hal tersebut, maka bisa digunakan sebagai tes bahwa serabut
parasimpatik yang bersamaan dengan serabut simpatiknya tidak bekerja
dengan baik.
Begitu juga sebaliknya, aktifitas miosis yang disebabkan karena lesi
pada nervus simpatiknya, akan memberikan midriasis yang nyata dengan
pemberian hematropin. Sementara mosis yang disebabkan oleh hiperaktifitas
parasimpatik tidak memberikan perubahan yang nyata.
Gangguan sistem saraf autonom pusat
1. Gangguan Vegetatif
a. Regulasi suhu
Peran hipotalamus dalam pemeliharaan suhu tubuh adalah
sebagai regulator suhu tubuh. Jika tubuh mengalami rangsangan
perubahan suhu, maka hipotalamus akan segera melakukan aktifitas
reflektorik melalui serentetan rekasi untuk mengatasi perubahan
tersebut.
Pada penelitian didapatkan bahwa stimulasi bagian posterior
hipotalamus akan menyebabkan denyut jantung yang lebih kencang,
tekanan darah meningkat, dilatasi pupil, kulit merinding, dan inhibisi
peristaltik usus, dan menurunkan tonus kandung kemih (simpatetik).
Jika bagian posterior hipotalamus dibuang, timbiul letargi dan
hipersomnia. Aktivasi bagian anterior hipotalamus menyebabkan
rekasi parasimpatetik, seperti reaksi terhadap kepanasan, denyut
jantung menurun, peristaltik aktif, tonus kandung kemih meningkat.
Sangat mungkin bagian posterior hipotalamus merupakan termostat
terhadap suhu dingin, sementara bagian anteriornya adalah termostat
terhadap suhu panas.
Gangguan lesi pada daerah tuber sinerium akan menyebabkan
hiperpireksia. Gejala ini sering muncul pada perdarahan yang terjadi di
hipotalamus
a. Regulasi minum dan makan
Lesi di daerah ventromedialis menyebabkan adipasia (hilang
rasa haus) dan polifagia (rakus). Kemungkinan hipotalamus
mengendalikan ini dengan cara tersebut dan ditambah secara
neurohormonal yaitu dengan pengeturan ADH.
Pusat makan hipotalamus terletak di daerah nukleus lateralis
hipotalami, semntara pusat kenyang terdapat di ventromedial.
2. Gangguan neurohormonal
Pada dasarnya gangguan pada neurohormonal oleh hipotalamus
bergantung pada sekresi hormonal oleh hipofisis. Oleh karena itu sering
disebut istilah hormon hipotalamik yang bersifat hipofisiotopik, yaitu :
Faktor pelepas hormon kortikotropin
a. Faktor pelepas hormon tirotropin
b. Faktor pelepas hormon somatotrofin
c. Faktor penghambat hormon somatotropin
d. Folicle stimulating hormon
e. Faktor penghambat prolaktin
f. Faktir pelepas hormon laktasi
3. Gangguan psiko-vegatatif autonom
Gangguan psiko-vegetatif autonom pada sistem susunan saraf
autonom pusat terjadi karena gangguan emosi. Emosi, diekpresikan
sebagai perangai. Perangai ini dapat dimanifestasikan sebagai manifestasi
susunan somatomotorik (merengut, senang, dan sebagainya) dan susunan
autonom (pucat, wajah memerah, berkeringat dan sebagainya)
Manifestasi gangguan autonom sendiri seringkali didapatkan pada
pasien yang memeriksakan diri ke dokter. Seringkali psien mengalami
denyut jantung yang cepat meskipun tidak didapatkan kelainan
kardiovaskuler.
BAB IV
ANOREKSANSIA
Pengertian
Anoreksansia adalah zat-zat penekan nafsu makan yang digunakan untuk
menunjang terapi kegemukan (overweight) dan obesitas. Obesitas atau adipositas
didefinisikan sebagai terdapatnya lemak dalam jumlah yang abnormal, yang
mengakibatkan terlalu gemuk atau over weight pada keadaan tinggi badan dan
jumlah oto tertentu.
Obesitas juga memegang peranan penting pada terjadinya hipertensi,
diabetes dan hiperkolesterolemia, yang merupakan faktor-faktor resiko terpenting
untuk penyakit jantung dan pembuluh darah (PJP). Selain itu obesitas juga
mempertinggi resiko dan terjadinya artrosis, batu empedu dan varises.
Obat-obat Anoreksansia
Fenfluramin
Obat turunan amfetamin ini memperkuat rasa kenyang tanpa menekan
nafsu makan, bekerja dengan jalan menekan atau menghambat rangsangan-
rangsangan yang dikirim oleh reseptor-reseptor tertentu di lambung usus ke pusat
kenyang di otak (hipotalamus).
Disamping itu fenfluramin berdaya hipotensif dan antidiabetogen dengan
jalan memperbesar penyerapan glukosa oleh otot (bila ada insulin) dan dapat
dikombinasikan dengan anti hipetensinya dan anti diabetika. Zat ini juga
memiliki daya antilipemik, sehingga dapat menurunkan kadar trigliserida dan
kolestrol darah yang tinggi.
Efek samping yang sering terjadi adalah diare, mual dan muntah, rasa
ngantuk yang ringan, mulut kering dan depresi bila terapi dihentikan secara
mendadak
Mezindol
Berdaya menekan nafsu makan secara efektif. Efek sampingnya adalah
mulut kering obstipasi, nyeri kepala takikardia dan stimulasi sistem saraf sentral
berupa gelisah, nervositas, sukar tidu dan lain-lain
BAB V
OBAT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
(CARDIOVASKULAR DAN HEMATOPOIETIKA)
Pendahuluan
Di negara industri, penyakit jantung dan pembuluh (PJP) seperti anginan
pectoris, infrak jantung, gagal jantung dan hipertensi merupakan penyebab
kematian terbesar. Hal ini terutama disebabkan oleh faktor makanan yang kaya
kalori, protein dan lemah (jenuh) tetapi miskin serat-serat nabati
Beberapa Pengertian :
1. Atherosclerosis : adalah gangguan pembuluh yang disebabkan
karena menebal dan mengerasnya dinding pembuluh nadi (arteri) besar dan
sedang. Hal ini diakibatkan oleh endapan dari kolesterol, lemak, kalsium dan
fibrin (plak) di dinding pembuluh
2. Hipertensi : adalah tingginya tekanan darah yang berhubungan
dengan pengerasan/penebalan pembuluh darah
3. Angina pectoris adalah penyakit jantung dimana jantung tidak
menerima cukup darah (dan oksigen) karena cabang arteri jantung hampir
tertutup oleh plak.
4. Bila arteri jantung atau arteri otak tersumbat sama sekali, maka
timbul infark jantung atau infark otak (stroke)
5. Kalau jantung tidak sanggup lagi memeliharaan peredaran darah
selayaknya, maka akan timbul gagal jantung (dekompensasi)
A. Kardiaka / Obat Jantung
Obat-obat jantung atau cardiaca adalah obat yang secara langsung dapat
memulihkan fungsi otot jantung yang terganggu ke kedaan normal.
1. Gangguan-gangguan Jantung
a) Infark Jantung
Infark jantung atau trombosis koroner, umumnya disebut serangan jantung
adalah keadaan tersumbatnya suatu cabang pembuluh jantung yang
menyalurkan darah ke jantung oleh gumpalan darah beku (trombus).
Gejalanya berupa nyeri yang hebat di belakang tulang dada rasa gelisah, tidak
mampu menggerakkan tangan dan kaki, muka membiru dan debar jantung
(tachcardia)
b) Anginan Pectoris
Angina pectoris adalah gangguan yang timbul sebagai akibat hipoxia
(kekurangan oksigen) otot jantung karena kelelahan fisik atau emosional dan
dapat juga disebabkan oleh penciutan arteri jantung, infark, kejang-kejang atau
adanya tachycardia tertentu, anemia hebat atau penciutan aorta
Gejalanya adalah rasa sakit hebat dibawah tulang dada yang menjalar ke
pundak kiri dan lengan bagian atas, terutama bila berjalan atau sesudahnya,
nyeri tersebut akan hilang bila berhenti dan istirahat.
Tindakan umum untuk mengurangi serangan angina adalah berupa tindakan :
- tidak merokok (karena merokok dapat menciutkan pembuluh) dan diet
(kolesterol dan lemak)
- menghindari beban fisik maupun mental
- berolah raga, sekurang-kurangnya jalan kaki selama 1 jam sehari guna
memperbaiki sirkulasi di jantung
- mengobati hipertensi
c) Aritmia
Adalah gangguan ritme berupa kelainan dalam frekuensi (kecepatan) denyut
jantung karena serambi (atrium) dan bilik (ventrikel) berdenyut lebih cepat
(tachycardia) atau lebih lambat (bradycardia) dari normal. Dapat pula karena
terjadinya kekacauan dalam ritme (irama) denyutan jantung misalnya vibrasi
(flutter), getaran (fibrilasi) ataupun extrasistole.
Heartblock merupakan suatu jenis aritmia yang disebabkan oleh gangguan
penyaluran, listrik dari serambi kanan ke bilik kiri. Terapinya adalah dengan
pacemaker yaitu suatu alat kecil yang dapat mengirimkan impuls-impuls
listrik ke jantung guna menormalisir frekuensi kontraksinya
d) Dekompenasi Jantung
Adalah keadaan dimana sirkulasi darah jantung dan cardio, output menurun,
misalnya akibat infark atau katup-katup jantung yang tidak bekerja sempurna
atau karena proses penuaan.
Gejalanya adalah sukar bernafas bila berbaring (dyspnoe), muka membiru
(cynosis), dan oedema
e) Shock
Adalah salah satu komplikasi dan infark jantung yang sangat ditakuti karena
biasanya berakibat fatal. Sebabnya adalah tachycardia yang hebat, myocarditis
dan sebagainya
2. Penggolongan Obat Jantung
a) Kardiotonika
yaitu glikosida – glikosida jantung, yang berkhasiat mempertinggi
kontraktilitas jantung hingga cardic ouput (volume menitnya) bertambah,
sedangkan denyutnya dikurangi (efek chronotrop negatif). Disamping itu
glikosida jantung ini juga merintangi sistem penyaluran impuls A-V
(atrioventikuler, yakni dari serambi ke bilik) hingga penyaluran tersebut di
perlambat. Kegunaan utamanya adalah pada kelemahan otot jantung
(myocard) yang terjadi pada dekompensasi dan fibrilasi serambi.
Termasuk kedalam golongan obat ini adalah :
(1) Digitalis folium
Merupakan preparat galenika, berupa tinctura digitalis, yang diperoleh dari
digitalis pupurea dan digitalis lanata. Daun digitalis mengandung dua
glikosida yaitu lanatosida A dan lanatosida B. Sedangkan digitalis lanata
mengandung zat ke tiga, yaitu lanatosida C
Pada terapi dengan digitalis, dikenal dua jenis dosisi, yaitu dosis
digitalisasi (selama 1-6 hari pertama) dan dosis pemeliharaan. Dosis ini
sangat individual, tergantung pada kepekaan seseorang terhadap glikosida
jantung
(2) Digoksin
Zat ini mulai bekerja setelah 2 – 4 jam dan bertahan sampai 3 hari.
Umumnya diberikan peroral. Dalam hati mengalami biotransformasi
menjadi metabolit-metabolit inaktif yang dikeluarkan oleh ginjal. Kinidin
dapat memperlambat eliminasi digoksin, sehingga dosisnya perlu
dikurangi hingga setengahnya bila kedua obat ini digunakan secara
bersamaan.
(3) Digitoksin
Zat ini terutama digunakan pada terapi menahan dan dekompensasi. Mulai
kerjanya setelah 1 jam dan bertahan 2-3 minggu. Oleh karena itu bahaya
kumulasi lebih besar. Dalam hati diubah menjadi beberapa metabolit
aktif, antara lain digoksin, yang dengan perlahan diekskreasi oleh ginjal.
Disamping itu juga mengalami siklus enterohepatik, yang lebih besar
daripada digoksin
(4) Quabain
Glikosida ini diperoleh dari biji tumbuhan Strophantus gratus. Mulai
bekerjanya setelah injeksi adalah lebih kurang 5 menit dan bertahan lebih
kurang 24 jam. Zat ini tidak mengalami biotransformasi dan dikeluarkan
dalam keadaan utuh oleh ginjal juga tidak mengalami siklus entarohepatik,
sehingga kemungkinan kumulasi kecil
b) Obat-obat Angina Pectoris
Keadaan kekurangan darah (ischerma) pada angina pectoria dapat diobati
dengan vasodilator-vasodilator arteri jantung dan zat yang mengurangi
kebutuhan jantung akan oksigen diobati dengan :
* Vasodilator koroner
Memperlepas arteri jantung, memperlancar pemasukan darah beserta
oksigen sehingga meringankan beban jantung. Obat pilihan utama untuk
serangan akut adalah nitrogliserin. Obat lainnya adalah Dipiridamol
* Antagonis-antagonis kalsium
Kalsium merupakan elemen essensial bagi fungsi myocard dan otot polos
dinding arteriole. Pada kadar kalsium intrasel tertentu, sel mulai
berkontraksi ; otot jantung dan interiole-arteriole menciut (vasokonstriksi).
Antagonis kalsium menghambat pemasukan kalsium ke dalam sel-sel
myocard dan otot polos dinding arteriole, sehingga dapat mencegah
kontraksi dan vasokonstrikat. Termasuk ke dalam antagonis kalsium
antara lain Nifedipin, Diltiazem, Nerapamil
* Beta blockers
Pada reseptor β1 di jantung berefk inotrop negatif dan efek kronotrop
positif yaitu mengurangi daya dan frekwensi kontraksi jantung, serta
memperlambat penyaluran inplus pada nosus AV
Sedangkan pada reseptor β2 di bronchia (juga dinding pembuluh dan
usus), memberikan efek vasokonstriktor. Semua β- bleckers dapat
digunakan untuk mengobati angina pectoris, tachy aritmia, hipertensi,
infark jantung. Efek samping dan obat golongan ini adalah :
- dekompensasi jantung akibat bradycardia, dengan gejala sesak napas
- bronchokonstriksi dengan gejala sesak napas dan serangan serupa asma
- persaaan dingin (pada jari kaki-tangan) dan terasa lemah (akibat
berkurangnya sirkulasi perifer dan oksigen di otot)
- Hipoglikemia
- Efek sentral seperti gangguan tidur dengan mimpi-mimpi ganjil
(nightmare), lesu, bahkan depresi dan haluasinasi
- Gangguan lambung dan usus seperti mual, muntah, diare
- Penurunan HDL-kolesterol
Tergolong ke dalam obat ini antara lain Propanolol, Acebutolol
c) Antiaritmia
Adalah obat-obat yang dapat menormalisasi frekuensi dan ritme pukulan
jantung. Disamping menurunkan frekuensi denyutan jantung (efek chronotrop
negatif), umumnya obat-obatan ini juga mengurangi daya kontraksi jantung
(efek inotrop positif). Berdasarkan mekanisme kerjanya, pengobatan aritmia
dibagi 4 golongan yaitu :
Zat-zat dengan daya anestetika lokal, disebut juga efek kinidin atau efek
stabilisasi membran. Zat ini mengurangi kepekaan membran sel-sel
jantung untuk rangsangan dengan jalan menghambat pemasukan ion
natrium di membran dan memperlambat depolarisasinya. Akibatnya ritme
dan frekuensi jantung menjadi normal kembali. Termasuk zat ini adalah
kelompok kinidin dan lidokain.
Zat perintang reseptor β adrenergik atau beta blockers, yang mengurangi
aktivitas saraf adrenergik di otot jantung, sehingga frekuensi dan daya
kontraksi jantung menurun. Contohnya Timolol dan Propranolol
Zat yang memperpanjang masa refrakter, dengan jalan memperpanjang
aksi potensial. Contohnya Amiodaron dan Sotalol
Antagonis kalsium, contohnya Verapamil, Nifedipin, Diltiazem
3. Zat tersendiri
(a) Digoksin
Indikasi : Payah jantung kronik, payah jantung akut, payah
jantung pada lansia tanpa gangguan ginjal, payah
jantung pada anak-anak, aritmia
Kontra indikasi : Bradikardia, pasien dengan suntikan kalium
Efek samping : Dosis berlebihan berakibat anoreksia, mual, muntah
disorientasi, ataksia, urtikaria
Sediaan : Tablet 0,25 mg
(b) Propranolol
Indikasi : Angina pectoris, tachyaritmia, hipertensi, infark
jantung
Kontra indikasi : Asma, hipotensi
Efek samping : Gangguan saluran cerna, kelemahan ototm lelah
Sediaan : Tablet
(c) Acebutolol
Indikasi : Angina pectoris, hipertensi, mengontrol aritmia
Kontra indikasi : Shock kardiogenik, asma bronchial, obstruksi paru
bradikardia
Efek samping : Bradikardia, ekstremitas dingin, mata kering, ruam
bronkospasma, mialgia
Sediaan : Kapsul tablet
(d) Verapamil
Indikasi : Angina pectoris, hipertensi
Kontra indikasi : Hipetensi, bradychardia, gagal jantung akut, wanita
hamil dan menyusul
Efek samping : Konstipasi, hipotensi, pusing sakit kepala,
kemerahan pada wajah, ruam kulit, gangguan
lambung
Sediaan : Tablet 80 mg, kapusl sustained release 240 mg
(e) Nifediplin
Indikasi : Digunakan untuk profilaksis dan terapi angina
pectoris
Kontra indikasi : Zat ini mencegah transpor ion kalsium ke dalam
otot jantung dan otot dinding pembuluh dengan efek
vasodilatasi, sehingga pemasukan oksigen ke
myocard bertambah. Nifedipin mengalami
perombakan di hati menjadi metabolit ini aktif. Dan
75 % pengeluarannya melalui kemih
Efek samping : Udema pada mata kaki. Pada dosis awal yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan hipotensi
menyebabkan serangan anginan dan kadang-kadang
infrak
Interaksi obat : Efek hipotensi diperkuat oleh adanya alkohol, anti
hipertensi, antidepresan dan narkotika
Sediaan : Tablet 10 mg, 20 mg, 40 mg : tablet sub lingual 5
mg injeksi 10 mg/10 ml; aerosol 17g
(f) Dopamin
Indikasi : Payah jantung akut, penunjang pada pengobatan
dengan diuretika
Kontra indikasi : Phaechromocytoma, hipertropi ventrikel kiri
Efek samping : Mual, muntah, aritmia
Sediaan : Injeksi
(g) Nitroglyceryl
Indikasi : Mengontrol hipertensi sebelum, selama dan sesudah
operasi, gagal jantung kongestif yang berhubungan
dengan infar myocard; mengontrol hipotensi.
Efek pada penggunaan secara sub lingual sangat
cepat (lebih kurang setelah 1-3 menit)
Kontra indikasi : hipotensi, idiosinkrosi, anemia, hipoksemia arteri
Efek samping : perasaan nyeri di kepala dan tachycardia ringan,
pada dosis yang besar jantung berdebar, pusing,
penglihatan buram lalu menjadi pucat. Jika efek ini
terjadi, maka pasien harus mengeluarkan sisa tablet
dari mulut dan segera berbaring
Interaksi obat : efek hipotensi ditingkatkan oleh alkohol β-blocker
anti hipertensi. Meningkatkan efek anti histamibn,
anti kolinergik
Sediaan : kapusl 5 mg, injeksi 60 mg / 10ml
4. Spesilite :
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Prosedun
1
2
34
5
67
8
9101112
13
Digoksin
Digoksin
NifedipineDiltlazem
Isosorbid Diratrate
DipyridamolGlycery Trinirate
Nitroglicoryn
Propronolol HCLAtenololVerapamil HCLDopamin
Amilodipin
LanoxinFargoxinLanoxinFargoxinAdalatHerbesser
Cedocard
PersantinGlycery Trinitrate DBLNitracin
InderalBetablokIsoptinCetadopDopacIndopNorvask
0,25 mg/ tablet
0,25 mg/tablet
5 mg, 10 mg, 20 mg30 mg, 60 mg/tablet90mg, 180 mg/kapsul 5 mg, 10mg, 20 mg/tablet25 mg,50mg/tablet50 mg,/10 ml ampul
Tetes : 5mg, 10mg/ 24 jam10 mg, 40 mg,/tablet50 mg, 100mg /tab80 mg/dragee10 mg, 40mg/ml amp40 mg/5 ml ampul20 mg /ml ampul5 mg, 10 mg/tab
Glaxo-Wellcome FahrengeitGlaxo-Wellcome FahrenheitBayerTanaba-Abadi
Darya-Varia
BoehringerTempo ScanPacificPharos/Swarzs
Astra ZenecaKalbe FarmaAbbotEthicaKalbe FarmaPhaprosPfizer
B. Antihipertensi
1. Pendahuluan
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor, yaitu :
(a) Curah jantung
Ialah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup jantung. Besarnya isi
sekuncup ditentukan oleh kekuatan kotraksi otot jantung dan volume darah
yang kembali ke jantung
(b) Resistensi perifer
Adalah gabungan tekanan otot polos arteri dan viskositas darah. Resistensi
disebabkan oleh berkurangnya elastisitas dinding pembuluh darah akibat
adanya arteriousclerosis yang terjadi karena meningkatkan usia atau karena
pengendapan
Ada 2 macam tekanan darah, yaitu :
(a) Tekanan darah sistolik
Adalah luka dan darah yang terjadi pada saat jantung berkontrak. Tekanan
ini selalu lebih besar dari tekanan diastotik
(c) Tekanan darah diastolik
Adalah tekanan darah yang terjadi pada saat jantung berelaksasi
(mengembang)
Tekanan darah dinyatakan dengan satuan mm Hg, misalnya 150/80 mm
Hg, artinya tekanan darah sistolik 150 dan tekanan darah diastotik 80 mm Hg
Tabel tekanan darah menurut WHO :
Jenis tekanan darah Sistolik Diastolik
Normotensi < 140 < 90
Borderline 140 – 160 90 – 95
Hipertensi > 160 > 95
Dikatakan hipertensi bila ada peningkatan tekanan (lebih besar dari normal) darah
sistolik atau diastolik kronis.
Tekanan darah tubuh diatur oleh Sistem Tenni-Angiotensin-Aldosteron
(RAAS) hormon renin dihasilkan oleh ginjal. Bila aliran darah dalam glomeruli
berkurang, ginjal akan melepaskan renin. Dalam plasma renin bergabung dengan
protein membentuk Angiotensin I yang oleh enzim ACE (Angiotensin Converting
Enzyme) dirubah menjadi Angiotensin II, yang aktif dan bersifat vasokonstriksi
dan menstimulir normon aldosteron yang mempunyai efek retensi air dan garam,
sehingga volume darah bertambah mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Disamping RAAS tekanan darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, anatra
lain :
(a) Volume denyut jantung makin besar volume denyut jantung, tekanan darah
makin tinggi
(b) Elastisitas dinding arteri ; makin kurang elastis, tekanan darah makin tinggi
(c)Neurohormon (adrenalin dan noradrenalin) : lepasnya neurohcomon dirangsang
oleh emosi gelisah stress, takut, marah, telah atau rokok. Nourohormon
bersifat oleh vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah baik
Tekanan darah tinggi bukanlah penyakit, tapi hanya kelainan atau gejala yang
disebabkan oleh penyakit ginjal, penciutan aorta atau tumor pada anak ginjal
(menyebabkan produksi hormon berlebihan), yang mempunyai efek adanya
gangguan pada sistem regulasi tekanan darah. Hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya disebut hipertensi essensi
Hipertensi mengakibatkan resiko besar seperti kerusakan jantung (infark
jantung) pembuluh darah (bila pembuluh darah di otak pecah dapat menyebabkan
infark otak sehingga badan menjadi lumpuh separuh), kerusakan ginjal, selaput
mata dan komplikasi lain. Faktor lain yang menyebabkan hipertensi :
(a) Garam, ion Na+ bersifat retensi air sehingga memperbesar volume darah, juga
memperkuat noradrenalin, dengan demikian memperkuat vasokonstriksi
(b) Asam glisirizat (yang terkandung dalam succus) dapat mempertinggi tekanan
darah pada orang tertentu
(c) Hormon estrogen dalam pil KB bersifat menahan air dan garam, demikian juga
hormon androgen
(d) Stress (ketegangan emosional) akibat pelepasan hormon adrenalin yang
bersifat vasokonstriktif
(e) Kehamilan
Gejala hipertensi
Gejala yang khas tidak ada, penderita kadang-kadang hanya merasa nyeri kepala
pada bagi hari sebelum bangun tidur, tetapi setelah bangun rasa nyeri akan hilang
2. Macam-macam Hipertensi
Berdasarkan etiologi, hipertensi dibagi dua yaitu :
(a) Hipertens essensial atau hipertensi primer, disebut juga
hipertensi idiopatik, yaitu hipertensi yang tidak jelas penyebabnya.
Hipertensi ini merupakan 90% dari kasus hipertensi. Faktor yang
mempengaruhinya antara lain usia, jenis kelamin, merokok, kolesterol berat
badan dan aktifitas renin plasma
(b) Hipertensi sekunder, prevalensi hipertensi ini hanya 6-8
% dari seluruh penderita hipertensi. Disebabkan oleh penyakit, obat dan
lain-lain. Yang disebabkan oleh penyakit ginjal disebut hipertensi renal,
sedangkan yang disebabkan oleh penyakit endokrin disebut hipertensi
endokrin. Sedangkan obat-obat yang dapat menyebabkan hipertensi
misalnya hormon kontrasepsi, hormon kortikosteroid, antai depresan dan
lain-lain
3. Pencegahan
Berhubung gejala khas tidak ada, sedangkan hipertensi beresiko besar,
maka perlu mengenal lebih awal gangguan ini, yaitu dengan mengukur tekanan
darah secara berkala (minimal sekali dalam satu tahun), terutama bagi yang sudah
berusia 45 tahun ke atas.
Beberapa tindakan umum yang perlu dilakukan oleh pasien meskipun hanya
menderita hipertensi ringan antara lain :
(a) Bagi yang obesitas : menurunkan berat badan, sebab dengan menurunkan berat
badan, volume darah juga akan berkurang. Penurunan berat badan 1 kg akan
menurunkan tensi darah lebih kurang 0,5 / 0,7 mm Hg.
(b) Diet garam : maksimum 2 gram perhari. Mengurangi konsumsi lemak
termasuk daging, sebaliknya memperbanyak konsumsi makanan nabati
(c) Tidak merokok, mengurangi minum kopi dan alkohol, sebab nikotin
mempunyai efek vasokonstriksi dan karbondioksida dalam asap rokok
menggangu pernafasan. Kafein dapat menstimulir kontraksi jantung.
Demikian pula alkohol, karena tiap 10 gram alkohol dapat meningkatkan 0,5
mm Hg tekanan darah
(d) Istirahat yang cukup
(e) Olah raga teratur dapat merangsang saraf parasimpatik untuk lebih aktif
sedangkan saraf simpatis yang mempunyai efek vasokonstriksi kurang aktif.
4. Pengobatan
Prinsip pengobatan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah, bila
mungkin sampai pada tekanan normal atau pada tekanan yang tidak mengganggu
fungsi ginjal otak dan jantung. Ada dua cara pengobatan hipertensi, yaitu terap
farmakologi dan terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi, adalah terapi tanpa menggunakan obat-obatan,
misalnya dengan menurunkan berat badan, diet garam dan sebagainya (lihat
tindakan umum). Sedangkan Terapi farmakologi, ialah cara bertahap (stepped care
: SC), ada empat tahap, yaitu :
(a) Tahap pertama, dengan satu obat diuretika tiazida atau beta bloker dengan
dosis kecil kemudian dosis dinaikkan
(b) Tahap kedua, dengan dua obat : diuretika tiazida dan alfa atau beta bloker
(c) Tahap ketiga dengan tiga obat : diuretika tiazida dan beta bloker dan
vasodilator (biasanya Hidralazin) atau penghambat ACE
(d) Tahap keempat dengan empat obat : diuretika fiazida, beta bloker,
vasodilator dan guanetidin atau penghambat ACE
5. Penggolongan Obat Hipertensi
Tekanan darah ditentukan oleh volume menit jantung dan daya tahan
dinding arteriol, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dari rumus diatas tekanan darah dapat diturunkan dengan emngurangi
VIVI atau DTP. Obat-obat hipertensi bekerja atas dasar prinsip tersebut.
Penurunan VM dilakukan dengan blokade reseptor beta jantung dan
dengan mengecilkan volume darah oleh diuretika.
Penurunan DTP diatur oleh faktor yang bekerja melalui susunan saraf
sentral maupun perifer. Sedangkan zat-zat vasodilatasi bekerja langsung terhadap
perifer diluar sistem adrenergik. Menurut zat khasiat farmakologinya, anti
hipertensi dibagi 6 :
TD = VW x DTPTD = tekanan darahVM = volume menit jantungDTP = daya tahan perifer
a. Zat-zat penekan SSP, misalnya reserpin
b. Zat-zat penekan sistem adrenergik perifer, misalnya Propanolo
c. Zat-zat diluresis, lebih praktis bila diberikan dalam bentuk long acting atau
dosis tunggal, misalnya klortalidon
d. Zat-zat vasodilator, misalnya Hidralazin
e. Zat-zat antagonis kalsium, misalnya Nifedipine
f. Zat-zat ACE bloker dan Angiotensin ॥ antagonis, misalnya Losartan K dan
Captopril
6. Penggunaan
Kebanyakan obat hipertensi bekerja lambat, efeknya baru terlihat setelah
beberapa hari, sedangkan efek maksimal setelah beberapa minggu, obat-obat
dengan plasma t ½ antara 2-5 jam efek hipotensinya dapat bertahan sampai 20
jam, misalnya Reserpin, Metildipa, Hidralazin, Propanolol dan Metoprotol.
Kombinasi antara obat-obat tersebut menghasilkan potensial, dengan demikian
dosis dapat diturunkan dan efek samping lebih ringan. Obat-obat dengan titik
kerja sama (termasuk dalam satu kelompk) jika dikombinasikan tidak
menghasilkan potensiasi
7. Efek Samping
Semua obat hipertensi menimbulkan efek samping seperti hidung
tersumbat (karena vasodilator mukosa), mulut kering, rasa letih dan lesu,
gangguan lambung-usus (mual, diare), gangguan penglihatan dan bradycardia
(terkecuali Hidralazin yang justru menyebabkan badhycardia)
Waktu minum obat sebaiknya pada pagi hari setelah makan, sebab tekanan
darah paling tinggi pada pagi hari. Dosisi pemberian obat maupun penghentian
sebaiknya secara berangsur ini untuk menghindari penurunan dan kenaikan drastis
8. Obat-obat Tersendiri :
(a) Labetolot
Indikasi : Hipertensi sedang sampai berat
Kerjanya : Merupakan derivat Salbutamol dengan kerja
yang cepat setelah 2-4 jam. Efek menguat
dengan meningkatnya dosis. Obat ini dapat
diberikan pada wanita hamil
Efek samping : Hidung tersumbat, gangguan gastrointenstinal,
letih, lemah, kejang dan hipotensi ortistatik
(b) Klonidina
Indikasi : Semua bentuk hipertensi
Kontra indikasi : Sick-sinus syndroma
Mekanisme : Merupakan turunan imadazol yang kerjanya kuat
berdasarkan efek adrenolitik sentral. Dalam
dosis kercil bersifat vasokontrtriksi perifer
Sediaan : Injeksi 0,15 mg/ml
(c) Metildopa
Indikasi : Hipertensi ringan sampai sedang
Mekanisme kerja : Bekerja kuat pada SSP dengan stimulasi reseptor
pusat vasomotor, sehingga menekan saraf
adrenergik perifer
Kontra indikasi : Hepatitis, sirosis hati
Efek samping : -
Interaksi obat : Sering dikombinasi dengan diuratik
Sediaan : Tablet salut selaput 250 mg
(d) Hidralazin
Indikasi : Semua tingkatan hipertensi
Mekanisme kerja : Mempunyai efek vasodilatasi langsung terhadap
dinding arteri
Kontra indikasi : Hipotensi
Efek samping : Gangguan lambung-usus, nyeri kepala dan
tachycardia pada penggunaan dosis tinggi yang
lama berakibat borok kulit dan habituasi
Sediaan : Tablet
(e) Reserpin
Adalah salah satu alkaloida dari Rauwolfia serpentina
Indikasi : Hipertensi ringan dan sedang
Mekanisme kerja : Efek supresi yang tidak begitu kuat terhadap
SPP. Plasma ½ pendek, yaitu ¼ sampai 3 jam,
tetapi efek hipotensi bertahan sampai 36 jam,
sebab dapat terakumulasi
Efek samping : Depresi psikis dan hipotensi ortostatik, pada
permulaan pengobatan timbul gangguan
lambung, lelah, mengantuk dan hidung
tersumbat
Interkasi obat : Gagal ginjal dan hati, hipokalsemia
Sediaan : Tablet 0,1 mg
9. Spesialite
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1
2
345
6
7
89
10
11
1213
Kaptopril
Klonidin
MetildopaLabetololAtenolol
Atenolol HCL +KlortalidonReserpin + hidralazinPrazosin HCLReserpin
Propranolol
Atenolol + NifedipinLosartan KAmipril
Capoten
Catapres
DopametTrandateBetablokInternololTenoretic
Ser-ap-es
MinipressSerpasilResapinFarmadralInderalNif-ten
AngiotenTriatec
Tablet 12,5mg, 25mg, 50mgInjeksi 0,15 mg/ml;Tablet 0,075mg, 0,15 mgTablet 250 mgTablet 50 mg, 100mgTablet 50 mg, 100 mg
Tiap tablet atenolol 50mg, klortalidon 25mgTiap tablet : reserpin 0,1 mg hidralazin HCL 25 mgTablet 1mg, 2mgTablet 0,25 mg, 01mg
Tablet 10mg
Atenolol 50 mg + Nifedipin 20 mg50 mg/tab2,5mg, 2,5mg, 5mg, 10mg/tab
Bristol Myers
Boehringer
AlpharmaGlaxo WellcomeKalbe Farma InterbetAstra Zenecca
Novartis
PfizerNovartisSohoFahrenheitAstra ZeneccaAstra Zeneca
Kalbe FarmaSonofi Aventis
C. Vasodilator
Pendahuluan
Arterosklerocsis adalah gangguan arteri yang paling sering terjadi di mana
pembuluh arteri menyempit dan hilang kelenturannya. Penyempitan ini
menimbulkan iskemia, yaitu keadaan kekurangan darah dalam jaringan yang
pada:
1. Jantung, terjadi angina pectoris
2. Otak, terjadi kemunduran intelegensia atau dementia. Gejalan ini
menyertai proses menua dan meningkat antara usia 65-80 tahun, lebih dari
50 % adalah penyakit Alzheimer, luge ditemukan insufisiensi cerebral
dengan gejala lemah ingatan jangka pendek, vertigo kuping berdengung
(tinitus), jari-jari dingin dan depresi, gejala ini mirip dengan gejala
penyakit Alzheimer, yaitu apatis, hilang inisiatip, konsentrasi lemah,
kelambatan berpikir dan bergerak yang tidak dapat disembuhkan, kaku
otot, terhalangnya sirkulasi darah dan hipoksia oto kaki, akibat
penyempitan arteri setempat menimbulkan penyakit :
a) Claudication intermittens (CI), gejalanya jalan pincang secara
berkala disertai nyeri, kejang otot pada pangkal paha, betis atau kaki,
umumnya pada lansia diatas 50 tahun
b) Penyakit Burger, gejalanya sama dengan CI, penyebabnya radang
kronis pada arteri disertai pembentukan trombus
c) Sindroma Raynaurd, gejalanya jari tangan atau kaki menjadi buru
karena serangan kejang pembuluh, penyebab udara dingin atau emosi
Penggolongan Vasodilator
1. α-Bloker : bekerja dengan jalan merintangi reseptor alpha-blockers sehingga
memperlemah daya vasokonstriksi noradrenalin terhadap arteril contoh
Prazosin, Buflomedil, Kodergokrin
2. β-adrenergika : bekerja dengan jalan kerja menstimulasi reseptor Bala
adrenergik di arteiole dengan efek vasodilator di brochia dan oto, Contoh :
Isoxuprin
3. Antogonis Calsium : bekerja dengan jalan memblok saluran Calsium di sel
otot jantung dan otot polos pembuluh sehingga menghindarkan kontraksi
dengan efek vasodilatasi di arteriole, Contoh : Nipedipine, Nimodipin,
Bensiklan, Flunarizin, Sinarizin.
4. Derivat nikotirat : bekerja dengan jalan mendilatasi pembuluh kulit muka,
leher, dan oto lengan sedangkan penyaluran darah ke bagian bawah tubuh
justru berkurang sehingga zat ini kurang berguna pada gangguan sirkulasi
di betis atau kaki dan lebih efektif pada kulit, Contoh : nikotinil alkohol,
inositol nikotinat, tokoferol nikotinal
5. Obat-obat lain
Contoh : Ilopros, pentoksifilin, ekstrak Ginkgo Biloba
Faktor resiko bagi gangguan pembuluh perifer tersebut adalah :
1. merokok
2. diabetes
3. kolesterol tinggi
4. hipertensi yang juga memperburuk keluhan yang sudah ada
Semua vasodilator menimbulkan beberapa efek samping yang bertalian
dengan vasodilatasi yakni :
* turunnya tekanan darah (hipotensi) dengan pusing dan nyeri kepala
berdenyut-denyut
* tachyardia reflektoris (frekuensi jantung naik akibat aksi balasan), dengan
gejala debar jantung, perasaan panas pada muka (flushing) dan gatal-gatal
* gangguan lambung usus : seperti mual dan muntah-muntah
Guna mengurangi efek yang tidak diinginkan ini vasodilator sebaiknya
diminum pada waktu sesudah makan.
Pemakaian obat-obat vasodilator perifer belum tersedia data mengenai
keamananya bagi janin, maka sebaiknya jangan digunakan pada wanita hmil.
Pengecualian Isoxsuprin yang juga dapat diminum selama laktasi Antagonis
Calsium dan derivat nikotinat dapat mencapai air susus
Catatan : Obat-obat vasodilator juga dapat memperbaiki kekentalan darah dengan
mencegah pembekuan entriosit dan memperbaiki bentuk eritosit agar dapat
memasuki kapiler kecil, misalnya Buflomedil, isoxuprin, benziklan, siklandekat,
dan pentoksifilin
Spesialite :
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Prosedun
1
2
3
4
5
6
Buflomedil
Pentoxyfilin
Isoxuprin
Kodergokrin
Tocopherol Nikotinat
Ekstrak Gingko Biloba
Lofty
Trental
Duvadilan
Hydergin
Enico
Tebokan
150 mg/tablet
400 mg/tablet
100 mg/5 ml injeksi
20 mg/tablet
5 mg/ml injeksi
1 mg, 4,5 mg/tablet
0,3 mg/ml injeksi
100 mg/kapsul
Abbott
Aventis
Solvay, Kimia
Farma
Novartis
Eisai
Phapros
D. Diuretika
Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran urine
(diurisis) akibat pengaruh langsung terhadap ginjal. Zat-zat lain yang meskipun
juga menyebabkan diuresis tetapi tidak mempengaruhi ginjal secara langsung,
adalah :
a. Obat-obat yang memperkuat kontraksi jantung, misalnya Digitalis, Teofilin, dll
b. Zat-zat yang memperbesar volume darah, seperti Plasma, Dextran
c. Zat yang merintangi sekretasi hormon anti diuretik, misalnya air, alkohol, dan
larutan-larutan hipotonik
Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan
mengeluarkan semua zat asing dan sisa metabolisme dalam darah. Disamping itu
berperan juga memelihara homeostatis, yaitu keseimbangan dinamis antara cairan
intra dan ekstra sel serta memelihara volume total dan susunan cairan ekstra sel.
Proses diaresis dimulai dengan proses filtrasi yang terjadi di glomeruli,
yang hasilnya berupa ultra filtrat (mengandung air dan elektrolit), ditampung pada
kapsul Bowman yang terdapat disekeliling glomeruli. Kemudian disalurkan ke
kandung kemih dengan melintasi saluran-saluran seperti tubuli proksimal,
lengkung Henle, tubuli distal dan saluran pengumpul (ductus colligens). Pada tiap
saluran yang dilewati, terjadi reabsorpsi zat tertentu.
1. Mekanisme Kerja
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi ion-ion Na
sehingga pengeluarannya bersama air diperbanyak. Obat ini bekerja khusus
terhadap tubuli ginjal pada tempat yang berlainan, yaitu :
(a) Pada tubuli proksimal, disi 70% ultra filtrat diserap kembali (Glukosa, Ureum,
ion Na+ dan CI). Filtrat tidak berubah dan tetap isotonik terhadap plasma.
Diuretik osmotik (Manitol, Sorbitol, Gliserol) juga bekerja di tempat ini
dengan mengurangi reabsorpsi ion Na+ dan CI
(b) Pada lengkungan Henle (Nenle’s loop) disini 20% ion CL diangkut secara
aktif ke dalam sel tubuli dan disusul secara pasif oleh ion Na+, tetapi tanpa air,
sehingga filtrat menjadi hipotonik terhadap plasma, Diuretika lengkungan
(diuretika kuat seperti Furosemida, Bumetamida, Asam Etakrinat) bekerja di
sini dengan merintangi transpor CI
(c) Pada tubuli distal bagian depan ujung Henle’s loop dalam cortex disini ion
Na+ diserap kembali secara aktif tanpa penarikan air, sehingga filtrat menjadi
lebih cair dan lebih hipotonik. Saluretika (zat-zat Thiazida, Klortalidon,
Mefruzida dan Klopamida) bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi ion
Na+ dan CL
(d) Pada tubuli distal bagian belakang disini ion Na+ diserap kebali secara aktif,
dan terjadi pertukaran dengan ion K+, H+ dan NH4+. Proses ini dikendalikan
oleh hormon anak ginjal aldosteron. Zat-zat penghemat kalium
(Spironolakton, Triamteren dan Amilorida) bekerja di sini dengan mengurangi
pertukaran ion K+ dengan ion Na+ dengan demikian terjadi retensi kalium
(antagonis aldosteron) Reabsorpsi air terutama berlangsung di saluran
pengumpul (ductus colligents) dan disini bekerja hormon anti diuterik
(vasopresin)
2. Penggolongan
Diuretika dapat dibagi atas dua golongan yaitu :
(a) Diuretika dengan kerja umum
Berdasarkan daya diuretiknya, diuretik kerja umum dapat dibagi 3 golongan :
* Berdaya kerja kuat (diuretika lengkungan), misalnya Furosemida,
Bumetanida dan Asam Etakrinat. Diuretika ini bekerja cepat tetapi singkat,
hanya 4-6 jam. Lebih kurang 20% dari jumlah ion Na+ dalam filtrat
diekskresi. Digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak
atau paru-paru
* Berdaya kerja sedang (saluretika), misalnya Hidroklorothiazida,
Klortalidon, Klopamida, Indapamida, Mengekskresi 5% - 10% ion Na+
dalam tubuli distall bagian depan. Digunakan pada terapi pemeliharaan
hipertensi atau bermacam-macam udema
* Berdaya kerja lemah (diuretika hemat kalium), misalnya Spironolakton,
Amilorida dan Traimteren. Hanya sedikit mengekresi ion Na+ (kurang dari
5%) pada tubuli distal bagian atas.
(b) Diuretika dengan kerja khusus
Dibagi 2 kelompok, yaitu :
* Diuretika osmotika, misalnya Manitol, Sorbitol, Gliserol dan Ureum,
Reabsorpsinya bersifat non elektrolit dan tidak lengkap dengan demikian
tekanan osmotik ultra filtrat dipertinggi dan kadar Na menurun dalam
cairan tubuh
Kejelekan diuretika ini adalah :
Ureum : daya kerja lemah, rasa tidak enak, menyebabkan gangguan usus
Manitol dan Sorbitol, hanya dapat digunakan secara parenteral (i.v) dan
dapat menyebabkan uderma paru-oaru
Penggunaan kelompok diuretika ini sudah terdesak oleh Furosemida
* Perintang karbo-anhidrase, misalnya Asetazolamida dan Diklofenamida,
bekerja dengan merintangi enzim karbo-anhidrase di sel-sel tubuli,
sehingga ion-ion HCO3, Na+ dan K+ dieksresi bersama air. Penggunaan
sekarang hanya pada glaukoma, untuk mengurangi produksi cairan dalam
mata
3. Penggunaan
Diuretika digunakan pada keadaan dimana dikehendaki pengeluaran urine
lebih banyak, terutama pada :
(a) Udema
Yaitu suatu keadaan kelebihan air dijaringan misalnya pada dekompensris
jantung setelah infark, dimana sirkulasi darah tidak berlangsung sempurna lagi
dan air tertimbun di paru-paru, atau pada ascites (busung perut) dimana air
tertimbun di dalam rongga perut; atau pada penyakit-penyakit ginjal
(b) Hipertensi
Untuk mengurangi volume darah agar tekanan menurun. Diuretika
mempunyai sifat memperkuat obat-obat hipertensi sehingga sering
dikombinasi dengan obat-obat tersebut
(c) Diabetes inspidus
Produksi air kemih berlebihan, dalam hal ini diuretika justru mengurangi
polluca
(d) Batu ginjal
Untuk membantu mengeluarkan endapan kristal dari ginjal dan saluran kemih
4. Efek Samping
Efek samping yang sering timbul adalah :
(a) Hipokalemia, yaitu kekurangan kalium dalam darah. Disebabkan oleh
diuretika yang bekerja pada tubuli distal bagian depan memperbesar eksksresi
ion K+ dan H+ yang ditukar dengan in Na+
(b) Hiperurikemia, disebabkan oleh adanya saingan antara diuretika dengan asam
urat pada transportasi ditubuli. Dapat dicegah dengan pemberian Allourinol
dan Probenesid
(c) hiperlipidemika, yaitu meningginya kadar kolesterol dan trigliserida
disebabkan karena menurunnya kadar HDL terutama oleh Klortalidon.
Kecuali Indapamin tidak mempengaruhi lipida
(d) Hiponatremia dan alkosis, terutama oleh diuretika kuat sehingga kadar Na+
dalam plasma menurun drastis. Disamping itu juga meningkatkan ekskresi
asam, sehingga terjadi alkolosis. Gejalanya : gelisah, kejang otot, haus, letargi
(selalu mengantuk dan kolaps). Berkurang ion Na+ dan K+ dapat
menyebabkan hipotensi. Furosemida dan Asam Elakrinat dapat pula
menyebabkan alkalosis, karena banyaknya pengeluaran ion Cl
(e) Gangguan lain, pada lambung, usus, mual, muntah, diare, rasa letih, nyeri
kepala, dan pusing
5. Obat Tersendiri
(a) Amilorida
Indikasi : Udema dan hipertensi apabila hipokalemia sulit
dihindarikan dengan kalium tambahan
Mekanisme kerja : Turunan Triamterene ini bekerja lambat (setelah 6
jam) efeknya bertahan selama 24 jam
Kontra indikasi : Gagal ginjal kronik dan akut, anuria, hiperkalemia
anak-anak, pasien yang sedang diobati dengan
diuretika hemat kalium
Efek samping : Fotosensibilisasi, impotensi (jarang terjadi)
Sediaan : Tablet 50 mg (Lorinid)
(b) Furosemida
Indikasi : Efektif pada udema otak dan paru-paru yang akut
insufisiensi ginjal dan hipertensi, keracunan
barbiturat (diuresis paksa)
Mekanisme kerja : Merupakandiuretika kuat, bekerja pada Henle’s
loop. Efek per oral cepat (1/2 – 1 jam), bertahan
selama 4-6 jam
Kontra indikasi : Anuria, nefritis akut
Efek samping : Gangguan saluran cerna (mual dan mulut kering),
pada injeksi i.v yang terlalu cepat dapat terjadi
ketulian (jarang terjadi), hipotensi
Sediaan : Injeksi, tablet
(c) Hidroklotiazida
Sering dipakai dalam kombinasi dengan anti hipertensi yang berhubungan
dengan berkurangnya bolume plasma dan penurunan daya tahan dinding
pembuluh. Tititk kerja pada tubli distal bagian depan. Efek setelah 1 jam,
bertahan selama 12-18 jam
(d) Glukosa
Diuretika terhadap udema otak dan paru-paru
(e) Asam Etakrinat
Indikasi : Efektif pada udema otak dan paru-paru yang akut
Digunakan juga pada insufisiensi ginjal dan
hipertensi
Mekanisme kerja : Merupakan diuretika kuat, bekerja pada Henle’s
loop. Efek per oral cepat (1/2 – 1 jam), bertahan
selama 6-8 jam
Kontra indikasi : Tidak boleh diberikan pada anak-anak dibawah 2
tahun dan pada wanita hamil/menyusui
Efek samping : Gangguan lambung
(f) Klortalidon
Indikasi : Udema yang disebabkan gangguan fungsi hati,
ginjal jantung. Sering juga dipakai dalam
kombinasi dengan anti hipertensi yang
berhubungan dengan berkurangnya volume
plasma dan penurunan data tahan dinding
pembuluh
Mekanisme kerja : Titik kerja pada tubuli distal bagian depan. Efek
setelah 2 jam, bertahan selama 24-48 jam.
Kontra indikasi : Insufiensi ginjal, aterosklerosis koroner atau otak.
Hati-hati pada penderita diabetes meylitus
Efek samping :
Sediaan : Tablet
(g) Spironolakton
Indikasi : Daya diuresisnya lemah, karena itu digunakan
sebagai kombinasi bersama diuretik umum.
Penggunaannya pada hipertensi essensial, udema
pada payah jantung kongestif
Mekanisme kerja : Merupakan penghambat aldosteron, mulai kerja
lambat (sesudah 2-4 jam), efek bertahan selama
beberapa hari setelah pemberian dihentikan.
Termasuk diuretika hema kalium
Kontra indikasi : Hiperkalemia, gagal ginjal parah
Efek samping : Berupa umum, pada penggunaan yang lama dapat
menimbulkan impotensi (pada pria) dan nyeri
payudara dan gangguan haid (pada wanita)
Sediaan : Tablet
(h) Triamterene
Kerjanya mirip spironolakton, menghambat pertukaran ion Na+, K+ dan
H+ dalam tubuli distal. Efeknya setelah 2-4 jam, bertahan selama 8 jam
(i) Asetazolamida
Indikasi : Jarang digunakan sebagai diuretika. Hanya
digunakan untuk mengurangi sekresi cairan dalam
mata untuk menurunkan tekanan intra okuler
(pada kasus glaukoma)
Mekanisme kerja : Kerjanya sebagai perintang enzim karbo-
anhidrase, ekskresi ion Na+, K+ dan bikarbonat
bertambah
Kontra indikasi : Disfungsi ginjal dan tidak dianjurkan
penggunaannya pada wanita hamil
Efek samping : -
Sediaan : Tablet
(j) Kaptopril
Indikasi : Hipertensi, gagal jantung
Kontra indikasi : Tidak dianjurkan penggunaanya pada wanita hamil
karena dapat berakibat kelainan pada fetus
Efek samping : Ruam kulit, pruritus, fotosensitif, sakit kepala,
pusing, mual, insomnia
Sediaan : Tablet
6. Spesilite
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1 Spironolakton SpirolactonLetonal
Tablet 25 mgTablet 25 mg, 100 mg
PhaprosOtto
2 Hidroklortiazida TenazideCapozide
Tablet 25 mgTabelt 12,5 mg
CombipharBristol M
3 Klortalidon Hygroton Tabelt 50 mg Novartis4 Furosemida Furosemida
LasixImpugan
Tablet 40 mg Kimia FarmaEventisDumex
5 Asetazolamina Diamox Lederle
6 Kaptopril CapotenVapril
Tablet 12,5 mg, 25 mg, 50 mgTablet,5 mg, 50 mg
Bristol MPhapros
7 Alenolol + Klortalidon
Tenoret Atenolol 100 mg danKlotalidon 25 mg
Astra Zeneca
8 Manitol Manito Infus 1 lt Otsuka
E. Hematinika
1. Pendahuluan
Hematinika atau obat-obat pembentuk darah yaitu obat-obat yang khusus
digunakan untuk merangsang atau memperbaiki proses pembentukan sel darah
merah (eryhropoesis).
Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang yang pipih. Untuk itu
dibutuhkan zat besi, vitamin B12 dan asam folat. Zat besi untuk membentuk
hemoglobin, vitamin B12 dan asam folat untuk membentuk sel darah merah. Zat
tersebut diperoleh dari makanan dan ditimbun dalam jaringan, terutama hati dan
sumsum tulang. Vitamin B12 dapat disintesa dalam usus besar dalam bakteri
tetapi tidak dapat untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sebab vitamin ini terikat
dengan protein dan penyerapannya berlangsung dalam ileum.
Anemia adalah keadaan dimana kadar Hb dan atau eritrosit berkurang.
Orang dikatakan menderita anemi bila kadar Hp kurang dari 8 mmol/liter pada
pria atau 7 mmol/liter pada wanita.
(a) Anemi ferriprive
Disebabkan oleh kekurangan zat besi, dengan tanda-tanda kadar Hp dibawah
normal (hypochrom), eritrosit lebih kecil (microcyter). Anemi ini sering
disebut anemi hypochrom, anemi microcyter atau anemi sekunder
(b) Anemi megaloblaster
Disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 atau asam folat, dengan tanda-tanda
sel darah merah membesar (macrocyter) dengan kadar Hp normal atau lebih
tinggi (hyperchrom) disebut juga anemi primer. Dalam keadaan yang lebih
berat disebut anemi pernisiosa
(c) Anemia Permiciosa
Anemia yang disebabkan kerusakan lambung sehingga tidak terbentuk faktor
intrinsik yaitu faktor yang diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 (=ikatan
glukoprotein dari lambung dan vitamin B12)
Anemia lainnya
Merupakan bentuk anemia serius yang tidak ada hubungannya dengan
kekurangan zat besi atau vitamin. Termasuk kedalam golongan ini adalah :
Anemia aplastis, yaitu eritrosit atau unsur darah lainnya tidak terbentuk.
Penyebabnya antara lain karena faktor keturunan (disebut juga anemia
aplastic primer atau congenital); rusaknya sumsum tulang akibat efek
samping obat seperti kloramfenikol, karbimazol, sitostatika (disebut juga
anemia aplastis sekunder)
Anemia haemolitis, yaitu eritrosit dirusak, Hb dilarutkan dalam serum dari
diekskresikan lewat urin, misalnya pada malaria tropika
2. Pengobatan
Berhubung anemia hanya merupakan gejala, maka sebelum melakukan
pengobatan perlu ditentukan lebih dahulu jenis anemi dengan menentukan kadar
zat besi, vitamin B12 dan asam folat dalam darah, agar dapat diberikan terapi
yang tepat.
Anemia ferriprive dapat dihilangkan dengan pemberian preparat zat besi,
sedangkan penyebabnya mungkin tetap ada misalnya tumor atau borok lambung
yang juga harus diobati, sebab bila hanya memberi preparat zat besi tanpa
mengobati penyebabnya, anemi tidak akan dapat diatasi. Dalam hal ini pemberian
vitamin B12 asam folat tidak berguna bahkan dapat merugikan, karena
menyulitkan diagnosa anemi primer berhubung megaloblaster lenyap dari
sumsum tulang. Pada anemi pernisiaso asam folat tidak dapat diberikan.
3. Zat-zat anti anemi
(a) Asam folat
Sumbernya sayuran berwarna hijau, hati, ragi, buah-buahan. Dalam
makanan tersebut asam folat terdapat dalam senyawa konjungasi
(poliglutamal). Senyawa ini dalam hati akan diuraikan oleh enzim dan
direduksi menjadi zat aktifnya (letrahidro folisacid). Zat ini untuk sintesa
DNA dam RNA serta pembelahan sel.
(b) Zat besi (Fe)
Dalam makanan, zat besi terikat sebagai ferri komples, tetapi dalam
lambung diubah menjadi ferro klorida. Resorpsi hanya berlangsung dalam
duodenum, dalam lingkungan asam netral garam ferro lebih mudah larut.
Setelah diserap dalam darah, maka akan bergabung dalam protein menjadi
ferritin yang disimpan sebagai cadangan, sebagian diangkut ke sumsum
tulang, hati dan sel-sel lain untuk sintesa hemoglobin dan enzim zat besi
(metalo enzim). Kebutuhan zat besi sehari 1-2 mg.
Gejala kekurangan zat besi seperti anemi hipekrom, yaitu pucat, letih
dan lesu, jari-jari dingin, jantung berdebar, nyeri lidah, kuku dan kulit keriput.
Defisiensi ini dapat diobati dengan pemberian garam-garam ferro per-oral,
misalnya ferro fumarat, ferro sulfat, ferro klorida, dan lainnya. Pemberian
parenterel hanya bila ada kelainan lambung (perdarahan) atau ranagsangan
yang hebat. Lagipula ada bahaya over dosis, sedangkan peroral tidak akan
terjadi over dosis sebab ada rintangan kontrol usus, kecuali pada anak-anak
dimana kontrol usus belum sempurna
(c) Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Sumber vitamin ini adalah makanan dari hewani : hati daging, telur,
susu dalam bentuk ikatan dengan protein. Kebutuhan orang sehari 2-5 mog.
Dalam lambung vitamin B12 dilepas dari ikatan kompleksnya dengan
protein oleh HCL yang segera diikat oleh glukoprotein yang disebut instrinsik
faktor (Castle 1929) yang dihasilkan oleh mukosa lambung bagian dasar.
Dengan pengikatan ini zat tersebut baru dapat diserap oleh reseptor spesifik di
usus halus (ileum). Setelah diserap vitamin B12 diangkut dan ditimbun dalam
hati yang secara bertahap dilepas sesuai kebutuhan tubuh.
Defisiensi vitamin B12 dengan gejala-gejala megaloblaster, nyeri lidah
degenerasi otak, sumsum tulang dan depresi psikis. Pengobatan terutama
dengan injeksi oral vitamin B12 dengan kombinasi instrinsic faktor (serbuk
pylorus)
Obat-obat Anti Anemia (hematinika)
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1 Ferosi sulfas + Asam Folat
Ferolat Tiap tablet : Fe Sulfat eksikatus 200 mg, asam folat 0,25 mg
Indofarma
2 Cynakobalamin Vitamin B12 50 mg/tabelt500 g / 5ml ampul1000 g/ml vial
IPIKimia FarmaSoho
3 Fe fumarat + Vit V + Vit B dan lain-lain
Ferofort
Hemafort
Per KapsulFerro Fumarate + Vit C + Folic Acid + Vit B1 + Vit. B2 + Vit B6 + Vit B 12 + Niacinamide + Ca Panthothenat + Lysin + Dioctyl Na Sulfasuccinate Per
Kalbe Faram
tablet salut gula : Ferro Fumarate + Vit C + Folic Acid + Vit B12 + Mn Sulfate + CuSO4 + Soebitol + Intrinsik Faktor
Phapors
4 Fe Sulfat + Asam Folat + Vit C + Vit B
Iberet-500
Vitral
Per tabelt Salu Selaput Fe-Sulfat + Vit B1 + Vit B2 + Vit B6 + Vit B12 + Na Ascorbate + Nlacinamide + Ca Pantho – thenat Fe-Sulfat + Vit A + Vit B1 + Vit B2 + Vit B6 + Vit B12 + Vit C + Vit D2 + Vit E + Vit K3 + Nicotin-amide + Ca Panthothenat + Folic Acid_ inositol + Cholin + Dicalcium Phos + phate + Mg + Cu + F + I + Mn + Mo +Se + Zn
Abbot
Darya-varia
5 Fe Gluconat + As Folat + Vit C + Nicotinamida + Vit B1, B2, B5 B12
Livron B-Plex Per Tablet Salut Gula : Fe-Gluconate + CuSo4 + Vit C + Folic Acid + Ca Panthothenat + Vit B1 + Vit B2 + Vit B6 + Vit B12 + Nicotinamide + Dried Liver
Phapros
6 Fe Gluconat + Vit C + Asam Folat
Sangobion Per KapsulFe-Gluconate + CuSo4 + Mn Sulfate + Vit C + Folic Acid + Vit B 12 + Sorbitol
Merok
F. Hemostatikan dan Oksitosikum
Hemostatika
Hemostatika adalah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan
pendarahan dan diperlukan untuk mengatasi pendarahan
Proses pembekuan darah membutuhkan 13 faktor, contoh vitamin K,
Kasium, fibrinogen dan lain-lain. Perdarahan dapat disebaban oleh defisiensi salah
satu faktor pembekuan darah dan dapat pula akibat defisiensi banyak faktor yang
mungkin sulit untuk didiagnosis dan diobati. Hemostatik dibagi dua, yaitu
hemostatik lokal dan hemostatik sistemik.
1. Hemosta’il Lokal
Yang termasuk golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok
berdasarkan mekanisme hemostatiknya
(a) Absorbable haemostatic
Obat golongan ini menghentikan perdarahan dengan pembentukan
suatu bekuan buatan atau memberikan jaringan yang mempermudah
pembekuan. Termasuk golongan ini spons gelatih dan selulosa oksida
(oksisel)
(b) Adstringen
Zat ini bekerja dengan mengendapkan protein darah sehingga
perdarahan dapat dihentikan serta menciulkan pembuluh darah. Contoh
: Ferri Klorida, Nitras argenti dan asam tanat
(c) Koagulan
Dapat menimbulkan hemostasis dengan dua cara, yaitu dengan
mempercepat perubahan protrombin menjadi trombin dan secara
langsung menggumpalkan fibrinogan
(d) Vasokonstriktor
Dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler dan cara
pakainya dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan obat
ini pada permukaan luka. Contoh : Epinefrin,, Norepinefrin dan
Vasoprin
2. Hemostatik Sistemik
Dengan memberikan transfusi darah, seringkali perdarahan dapat
dihentikan segera. Hal ini terjadi karena penderita mendapatkan semua
faktor pembekuaan darah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan
lainnya ialah perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan
oleh defisiensi faktor pembekuan darah tertentu dapat diatasi dengan
menggantikan/memberikan faktor pembekuan yang kurang tersebut.