farmakokinetik

11
BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mampu menetapkan dan menghitung parameter farmakokinetika obat setelah pemberian dosis tunggal berdasarkan data kadar obat dalam darah atau plasma terhadap waktu. B. Latar Belakang Efek terapi suatu obat biasanya baru terlihat sesudah zat aktifnya melalui sistem pembuluh aorta lalu masuk ke hati dan kembali masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke seluruh jaringan badan. Ketersediaan hayati suatu obat dapat diukur pada keadaan pasien yang bersangkutan (secara in vivo) dengan menentukan kadar dalam plasma darah setelah mencapai keseimbangan antara serum cairan tubuh (kedaan tunak). Ada korelasi yang baik antara kadar obat dalam plasma dengan efek terapi. Ketersediaan hayati digunakan untuk gambaran mengenai

description

laporan

Transcript of farmakokinetik

BAB IPENDAHULUANA. Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mampu menetapkan dan menghitung parameter farmakokinetika obat setelah pemberian dosis tunggal berdasarkan data kadar obat dalam darah atau plasma terhadap waktu.

B. Latar BelakangEfek terapi suatu obat biasanya baru terlihat sesudah zat aktifnya melalui sistem pembuluh aorta lalu masuk ke hati dan kembali masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke seluruh jaringan badan. Ketersediaan hayati suatu obat dapat diukur pada keadaan pasien yang bersangkutan (secara in vivo) dengan menentukan kadar dalam plasma darah setelah mencapai keseimbangan antara serum cairan tubuh (kedaan tunak). Ada korelasi yang baik antara kadar obat dalam plasma dengan efek terapi. Ketersediaan hayati digunakan untuk gambaran mengenai keadaan dan kecepatan obat diabsorbsi dari bentuk sediaan dan digambarkan dengan kurva kadar waktu setelah obat diminum dan berada pada jaringan biologi atau larutan seperti darah dan urin (Andrie, 2013).Penentuan ketersediaan hayati kebanyakan hanya untuk bentuk sediaan obat seperti tablet dan kapsul yang digunakan peroral untuk memperoleh efek sistematik. Hal ini bukan berarti ketersediaan hayati tidak ada dalam bentuk sediaan obat yang lain selain bentuk padat/penggunaan bentuk obat melalui rute lain selain melalui mulut (Anief, 1995).Pada pengukuran konsentrasi obat dalam serum, suatu konsentrasi tunggal dari obat dalam serum dapat tidak menghasilkan informasi yang berguna kecuali jika faktor-faktor lain dipertimbangkan, sebagai contoh aturan dosis obat yang meliputi besaran dan jarak pemberian dosis, rute pemberian obat, serta waktu pengambilan cuplikan (puncak, palung, atau keadaan tunak) hendaknya diketahui. Mengkin ada keterbatasan dalam hal jumlah cuplikan darah yang dapat diambil, keseluruhan volume darah yang diperlukan untuk penetapan kadar, dan waktu untuk melakukan analisis obat, pengukuran konsentrasi serum hendaknya juga mempertimbangkan biaya penetapan kadar, resiko, dan ketidaksenangan penderita, dan kegunaan informasi yang diperoleh. Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar obat dalam serum hendaknya berkenaan dengan hal-hal berikut seperti spesifitas, linieritas, kepekaan, ketepatan, ketelitian, dan stabilitas (Sahrgel, 1985).Untuk menganalisis darah total, komponen sel darah harus dilisis demikian sehingga kandungannya bercampur merata dengan sonikator atau ditentukan dalam jangka waktu tertentu lalu disonikasi. Plasma berbeda dengan serum, serum adalah plasma yang fibrinogennya telah dihilangkan dengan proses penjendalan, sedangkan plasma diperoleh dengan menambahkan suatu pencegah penjendalan ke dalam darah. Bila darah tidak diberi antikoagulan terjadilah penjendalan dan bila contoh seperti dipusingkan maka beningannya adalah serum (James, 1991).Penilaian ketersediaan hayati dapat dilakukan dengan metode menggunakan data darah, data urin, dan data farmakologis atau klinis, namun lazimnya dipergunakan data darah atau data urin untuk menilai ketersediaan hayati sediaan obat yang metode analisis zat berkhasiatnya telah diketahui cara dan validitasinya. Jika cara dan validitas belum diketahui, dapat digunakan data farmakologi dengan syarat efek farmakologi yang timbul dapat diukur secara kuantitatif. Parameter-parameter yang berguna dalam penentuan ketersediaan hayati suatu obat meliputi data plasma, data urin, efek farmakologi akut, respon klinik. Ketersediaan hayati dilakukan baik terhadap bahan aktif yang telah disetujui maupun obat dengan efek terapeutik yang belum disetujui oleh FDA untuk dipasarkan. Setelah ketersediaan hayati dan parameter-parameter farmakokinetika dari bahan aktif diketahui aturan dosis dapat diajukan untuk mendukung pemberian label obat (Syukri, 2002).

BAB IIMETODE KERJAA. Alat Dan Bahan1. AlatAlat yang di gunakan pada percobaan ini adalah :a. x2. BahanBahan yang di gunakan pada percobaan ini adalah :a. c

B. Cara Kerja

BAB IIIHASIL PERCOBAAN A. Hasil Pengamatan

BAB IVPEMBAHASAN

BAB VKLESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA Andrie Mohamad,Wijianto Bambang,Simaremare Pinondang.,2013,. Pengaruh Jus Buah Durian (Durio Zibethinus Murr) Terhadap Profil Farmakokinetik Parasetamol Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus L.) Jantan Galur Wistar.Traditional Medicine Journal,18(3).Anief, Moh. 1995. Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. UGM. YogyakartaMunson James, W. 1991. Analisis Farmasi. Airlangga University Press. SurabayaShargel. 1985. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga University Press. SurabayaSyujri, Y. 2002. Biofarmasetika. UII Press. Yogyakarta