FANI FIX
-
Upload
viayu-octavia -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
description
Transcript of FANI FIX
Analisis Kasus
1. Ibu Fani masih bingung menyekolahkan Fani ke SD.
2. Fani tidak suka bermain dengan dengan teman dan tidak pernah
mengganggu temannya. (Sosial)
3. Fani cenderung pendiam. (Sosioemosi)
4. Fani tidak suka maju ke depan kelas meskipun ia bisa. (Sosioemosi)
5. Fani cenderung terlambat mengerjakan tugas. (Kognitif)
6. Fani senang dengan aktivitas motorik halus serta memiliki rasa ingin tahu
yang besar. (Motorik)
Keluhan Klien:
Ibu Fani ingin mendaftarkan Fani ke jenjang Sekolah Dasar karena anak teman-
temanna Ibu Fani ada yang sudah duduk di Sekolah Dasar.
Diagnosis
Kesiapan sekolah untuk mengikuti pendidikan formal (school readiness)
Perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahapan yakni balita, batita,
anak-anak, remaja sampai dengan masa dewasa. Semua individu pastinya
melewati masa anak-anak. Orangtua pada masa anak-anak harus memberikan
perhatian lebih karena masa anak-anak merupakan pondasi dari kehidupannya
kelak di masa dewasanya dapat menjadi individu yang tangguh dan berkarakter.
Hurlock (dalam Halimah dan Kawuryan, 2010) menyatakan bahwa rentang masa
kanak-kanak dibagi lagi menjadi dua periode yang berbeda; awal dan akhir. Anak-
anak awal merupakan penutup masa balita. Anak-anak awal berlangsung mulai
umur dua sampai enam tahun sedangkan periode masa anak-anak akhir berada
pada umur enam sampai nantinya mereka matang secara seksual.
Pada masa anak-anak awal, praktis ketergantungan anak terhadap orangtua
secara bertahap akan berganti dengan tumbuhnya kemandirian anak-anak yang
berkembang dalam lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang dilewati anak-
anak awal berada pada Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar.
Ketika akan memasuki lingkungan sekolah, Orangtua harus
memperhatikan kesiapan sekolah atau school readiness anak. Definisi dan
pengertian School Readiness yang dikembangkan secara luas oleh National
Education Goals Panel dan dipublikasi oleh SECPTAN (State Early Childhood
Politechnical Assistance Network) tahun 2004, meliputi 5 dimensi, yaitu:
1. Kesehatan fisik dan perkembangan motorik
2. Perkembangan sosial dan emosional
3. Perkembangan bahasa
4. Pendekatan untuk belajar
5. Kognitif dan pengetahuan umum
Dimensi kesehatan fisik dan perkembangan motorik merupakan status ada
atau tidaknya penyakit berat atau penyakit kronik pada diri sang anak. Tak hanya
itu, energi serta kekebalan anak terhadap penyakit yang diakibatkan infeksi atau
virus pun juga diperhatikan dalam aspek ini. Kita seringkali melihat dan
mendapatkan ada beberapa anak seringkali tidak mengikuti kegiatan di sekolah
dikarenakan ‘sakit-sakitan’ sehingga anak tersebut tidak mampu mengikuti dan
menyerap ilmu-ilmu yang dapat diserap melalui institusi pendidikan yang
seharusnya. Perkembangan motorik seorang anak dapat ditinjau dan diperhatikan
melalui ketrampilan atau gerakan motorik kasar seperti merangkak, berjalan,
berlari, memanjat, dan juga melompat sehingga anak akan dengan mudah untuk
mengikuti teman sebayanya dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan ketika
pelajaran olahraga maupun istirahat dan pulang sekolah. Tak hanya motorik kasar,
motorik halus pun harus diperhatikan dengan melihat apakah anak dapat
memegang pensil, membuka halaman buku sendiri, melipat dan menggunting
kertas tanpa bantuan orang tua lagi.
Aspek kedua yaitu kematangan emosional seseorang anak dapat
diperhatikan melalui perilaku anak apakah ia dapat memperhatikan guru saat
pengajaran berlangsung, tidak asik berbicara dan bercanda dengan teman
sebangkunya, tahan melakukan kegiatan berulang di bangku sekolah, siap
menghadapi ujian atau ulangan yang diadakan sekolah dan ketika mengalami
kegagalan dalam ulangan tersebut, rasa percaya diri contohnya ketika
diperintahkan guru untuk maju di depan teman-temannya, semangat serta mau
menghadapi pengalaman baru adalah hal penting yang harus orangtua perhatikan
pada anak. Dimensi selanjutnya yaitu perkembangan sosial merupakan
keterampilan yang harus kita pelajari untuk berinteraksi dengan orang lain secara
baik dan dapat dimengerti oleh orang lain tersebut. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perkembangan sosial anak agar anak dapat diterima dalam
lingkungan sosialnya antara lain dengan mengajarkan perilaku yang bisa diterima
atau budi pekerti yang baik, cara menghargai orang lain, cara mengontrol emosi,
cara bekerja dalam kelompok serta mengajarkan cara berkomunikasi yang dapat
diterima dalam lingkungan.
Selanjutnya aspek bahasa, anak harus mampu memahami apa yang
dikatakan orang lain serta mampu berkomunikasi dengan cara yang dapat
dimengerti oleh orang lain. Terakhir adalah pengetahuan umum pada individu
berhubungan dengan kemampuan mengatur, menganalisis, mengingat dan
menceritakan kembali informasi yang telah didapatkan kepada orang lain.
Rancangan Asesmen
A. Data yang diperlukan
1. Kesehatan fisik dan perkembangan motorik
Apakah Fani memiliki penyakit kronis.
Apakah Fani sering sakit.
Apakah perkembangan motorik halus dan kasar Fani baik
2. Perkembangan sosial dan emosional
Bagaimana interaksi Fani dengan orangtua
Apakah Fani susah dibangunkan ketika akan berangkat sekolah
Bagaimana interaksi Fani dengan orang dewasa selain orangtua
(anggota keluarga atau orang lain yang tinggal di rumah, guru,
pengasuh)
Bagaimana interaksi Fani dengan sebaya di luar maupun di dalam
sekolah
Bagaimana interaksi Fani dengan saudaranya
Inisiatif Fani dalam kehidupan sehari-hari.
Apakah Fani menangis ketika ditinggal oleh orangtua ketika
sekolah
Apakah Fani dapat mengikuti aturan yang dibuat oleh orangtua
Bagaimana Fani merespon masalah
Bagaimana cara Fani mengungkapkan keinginannya
Bagaimana respon Fani ketika apa yang diinginkannya tidak
dikabulkan
3. Perkembangan bahasa
Apakah Fani mampu bercerita dan berbicara dengan jelas
Apakah orang lain dapat mengerti apa yang diceritakan dan
dibicarakan Fani
Apakah Fani sering bercerita tentang pengalamannya di sekolah
Apakah Fani mampu menceritakan kembali apa yang dia lihat,
misal setelah menonton kartun, dia dapat menceritakan kembali
cerita kartun tersebut
4. Pendekatan untuk belajar
Apakah orangtua Fani menyediakan alat bantu untuk Fani belajar,
misal permainan menyusun huruf, gambar-gambar untuk mengenal
nama hewan, kertas origami, dan lain-lain.
Apakah orangtua Fani pernah mengajak Fani ke tempat-tempat
yang dapat memberikan wawasan. Misal kebun binatang atau
taman belajar.
5. Kognitif dan pengetahuan umum
Apakah Fani sudah dapat menghafal angka
Apakah Fani sudah dapat mengenal huruf dengan baik
Apakah Fani sudah dapat menghitung sederhana. Misal 1+1, 2+2,
dan lain-lain.
6. Perkembangan subjek secara umum
Apakah Fani dapat mengikuti instruksi
Apakah Fani antusias ketika dibacakan buku cerita
7. Aktivitas subjek
Aktivitas apa saja yang sering dilakukan Fani di rumah
Aktivitas apa saja yang disukai Fani
Apakah Fani mempunyai kegiatan lain selain di sekolah
8. Inteligensi
IQ
Inteligensi numerik, bahasa, sosial, kreatifitas, memori, perseptual,
dan ketelitian
9. Pola asuh orangtua
Bagaimana cara orangtua menanamkan kebiasaan pada Fani.
Bagaimana cara orangtua memenuhi keinginan Fani
Bagaimana pola komunikasi yang orangtua ciptakan dengan Fani.
10. Harapan orangtua terhadap anak
Apa harapan orangtua, masing-masing ayah dan ibu terhadap Fani.
Apakah ada peristiwa yang membuat orangtua bangga dengan Fani
Apakah ada peristiwa yang membuat orangtua kecewa dengan
Fani.
11. Fasilitas
Letak televisi dan jumlah televisi
Perangkat yang diberikan kepada Fani
B. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan secara non-partisipan ketika di sekolah dan di
rumah
Lokasi Indikator
Sekolah
Interaksi dengan teman di kelas
Interaksi dengan teman ketika di luar kelas
Mampu berkonsentrasi ketika guru menjelaskan atau memberikan
instruksi
Interaksi dengan guru
Kesediaan mengikuti aturan dan instruksi atau perintah
Kemampuan mengikuti aktivitas di kelas.
Model pembelajaran di kelas (interaktif/ konvensional)
Rumah
Kebiasaan ketika di rumah: sebelum dan usai sekolah
Self-help activities misal memakai atribut dan seragam sekolah, memakai tas,
memakai sepatu, memakai pakaian, melepas pakaian, dan mandi.
Kemampuan mengikuti instruksi (membereskan mainan, tidur siang)
Interaksi dengan orangtua
Interaksi dengan teman sebaya
Interaksi dengan orang dewasa selain orangtua
Letak televisi dan jumlah televisi di rumah
Perangkat atau fasilitas apa saja yang diberikan kepada Fani
Adakah alat bantu untuk Fani belajar, misal permainan menyusun huruf,
gambar-gambar untuk mengenal nama hewan, kertas origami, dan lain-
lain.
Jumlah anggota keluarga di rumah
2. Interview
Interview dengan orangtua, guru, pengasuh (bila ada),dan Fani.
Panduan interview:
Interviewee Panduan
Orangtua 1. Bagaimana interaksi Fani dengan saudara kandungnya?
Apakah Fani sering berinteraksi dengan saudara
kandungnya?
Apakah Fani sering bermain dan melakukan aktivitas
bersama saudara kandungnya?
Apakah Fani pernah bertengkar dengan saudara
kandungnya di rumah?
2. Bagaimana interaksi Fani dengan teman sebayanya?
Apakah Fani sering bermain dengan teman sebayanya?
Apakah Fani mempunyai banyak teman sebaya di
lingkungan rumah?
Apakah Fani pernah bertengkar dengan teman sebayanya
di rumah?
Apakah Fani memiliki inisiatif ketika bermain dengan
teman sebayanya?
3. Apakah kegiatan Fani sebelum berangkat sekolah berjalan
lancar?
Apakah Fani susah dibangunkan ketika akan berangkat
sekolah?
Apakah Fani dapat memakai baju seragam sendiri?
Apakah Fani dapat mengenakan sepatu sendiri?
Apakah Fani dapat memakai tas sendiri?
4. Apakah kegiatan Fani setelah pulang sekolah?
Aktivitas apa saja yang sering dilakukan Fani di rumah?
Aktivitas apa saja yang disukai Fani?
Apakah Fani mempunyai kegiatan lain selain di sekolah
5. Apakah Fani masih sering menangis?
Bagaimana respon Fani ketika apa yang diinginkannya
tidak dikabulkan?
6. Bagaimana cara orangtua menanamkan kebiasaan dan
pengetahuan kepada Fani?
Apakah Fani pernah dibacakan buku cerita?
Apakah Fani antusias ketika dibacakan buku cerita?
Apakah orangtua Fani menyediakan alat bantu untuk
Fani belajar, misal permainan menyusun huruf, gambar-
gambar untuk mengenal nama hewan, kertas origami,
dan lain-lain.?
Apakah orangtua Fani pernah mengajak Fani ke tempat-
tempat yang dapat memberikan wawasan. Misal kebun
binatang atau taman belajar?
7. Bagaimana pola komunikasi yang orangtua ciptakan
dengan Fani?
8. Apa harapan orangtua, masing-masing ayah dan ibu
terhadap Fani?
9. Apakah ada peristiwa yang membuat orangtua bangga
dengan Fani?
10.Apakah ada peristiwa yang membuat orangtua kecewa
dengan Fani?
11.Apakah orangtua berekspektasi tinggi Fani dapat
memasuki jenjang SD?
12. Apakah Fani sering menonton televisi?
Di mana letak televisi di rumah?
Apakah di ruang tidur Fani diberi televisi?
Dengan siapakah Fani terbiasa menonton televisi?
Fasilitas atau perangkat apa sajakah yang diberikan
untuk Fani selain televisi
13. Apakah Fani sering menceritakan pengalamannya di
sekolah?
14. Apakah Fani berbicara dengan jelas?
15. Apakah Fani memiliki riwayat penyakit?
Apakah Fani sering sakit?
16. Apakah Fani mampu bercerita dan berbicara dengan
jelas?
Apakah orang lain dapat mengerti apa yang
diceritakan dan dibicarakan Fani?
Apakah Fani sering bercerita tentang pengalamannya
di sekolah?
Apakah Fani mampu menceritakan kembali apa yang
dia lihat, misal setelah menonton kartun, dia dapat
menceritakan kembali cerita kartun tersebut?
Guru
1. Bagaimana kemampuan Fani ketika mengikuti aktivitas di
kelas?
Apakah Fani aktif di kelas?
Apakah Fani antusias dengan kegiatan di kelas?
Apakah Fani dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar
dengan baik?
Apakah Fani memiliki hambatan saat mengikuti proses
belajar mengajar?
Apakah Fani sudah dapat menghafal angka
Apakah Fani sudah dapat mengenal huruf dengan baik
Apakah Fani sudah dapat menghitung sederhana. Misal
1+1, 2+2, dan lain-lain.
2. Bagaimana interaksi dengan teman sebaya?
Apakah Fani memiliki teman dekat?
Apakah Fani ikut bermain dengan teman-teman di
kelasnya?
Apakah Fani pernah bertengkar dengan teman di
kelasnya?
3. Bagaimana responnya terhadap instruksi yang diberikan?
Apakah Fani dapat mengikuti instruksi dengan baik?
Apakah Fani sering memerlukan bantuan untuk
menjalankan instruksi dengan baik?
Pengasuh 1. Bagaimana kebiasaan Fani sehari-hari di rumah?
Apa saja yang Fani lakukan sebelum berangkat ke
sekolah?
Apa saja yang dilakukan Fani setelah pulang sekolah?
Apakah Fani memiliki kegiatan lain selain di sekolah?
Apakah Fani memiliki hobi yang sering ia lakukan?
Apa yang dilakukan Fani saat waktu luang?
2. Apakah Fani sudah bisa mandiri dan melakukan self-help
activities sendiri?
Apakah Fani bisa melakukan melakukan kegiatan
seperti makan, mandi, memakai pakaian, sepatu, dan
atribut sekolah sendiri?
3. Bagaimana hubungan Fani dengan orangtua?
4. Dalam hal apa sajakah Fani meminta bantuan?
Fani
1. Bagaimana perasaan Fani di sekolah?
Apakah Fani merasa senang berada di sekolah?
Apakah Fani merasa senang dengan kegiatan di sekolah?
2. Siapakah teman dekat Fani di sekolah?
Siapa nama teman dekat Fani di sekolah?
Apa yang biasa Fani lakukan dengan teman dekat Fani di
sekolah?
Apakah Fani menyukai teman-temannya di sekolah?
3. Apa kegiatan yang paling disukai Fani?
4. Apakah orangtua Fani pernah melarang Fani melakukan
apa yang Fani suka?
3. Pemeriksaan Psikologis (psikotes)
Alat Tujuan
Tes Grafis, DAP, HTPMengetahui persepsi subjek terhadap dirinya dan
interaksinya dengan sekitar
VSMS (Vineland Social Maturity Mengukur kematangan sosial subjek, baik dalam
Scale)melakukan aktivitas yang sifatnya self-help maupun
interaksi sosial
School Readiness Scale atau
Psychoeducational Profile.
Mengetahui kesiapan secara umum untuk bersekolah.
Kesiapan ini dilihat dari:
Evaluasi non-verbal
Perkembangan secara umum, sosial, dan
emosional
Analisis, asosiasi, keseimbangan, diskriminasi,
dominansi, gerakan motorik halus, gerakan
motorik kasar, memori jangka pendek,
laterality and directionality, body image, lateral
midline, synthesis, closure, sequence, form
constancy.
Numerik
Evaluasi verbal
Binet
• General Comprehension
• Visual-motor Ability
• Arithmetic reasoning
• Memory & Concentration
• Vocabulary & Verbal Fluency
• Judgement & Reasoning
Rancangan Intervensi
1. Menambah dan memfasilitasi kebutuhan Fani akan bahan bacaan untuk
memperluas minat baca dan pengetahuannya karena Fani lebih suka
membaca. (Memfasilitasi salah satu minat Fani)
2. Tidak melarang Fani melakukan hal-hal yang disukai namun tetap dibimbing
dan diberi pengawasan.
3. Meminta kepada orangtua untuk memperluas lingkungan sosial Fani, ketika
interaksi dengan sebaya hanya terbatas di sekolah, yaitu dengan cara
mengikutkan Fani pada kegiatan-kegiatan non formal yang sesuai minatnya
agar kemapuan Fani dalam bersosialisasi dapat terasah. Semakin sering Fani
berinteraksi, maka Fani bisa perlahan menjadi anak yang interaktif.
4. Memilah dan mengajak Fani menonton acara televisi yang dapat merangsang
wawasan dan minat sosialnya karena anak usia dini lebih menyukai
pembelajaran melalui audio visual.
5. Melakukan konseling pada orangtua dengan tujuan untuk memberikan
pengertian mengenai kesiapan sekolah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan,
dan kemungkinan yang terjadi ketika anak mengikuti pendidikan formal tanpa
ada persiapan. Konseling dilakukan dengan pendekatan langsung (directive
approach). Teknik directive counseling disebut juga counselor centered
approach, konseling yang berpusat pada konselor. Pada pendekatan ini
konselor yang membantu memecahkan masalah konseli dengan secara sadar
mempergunakan sumber-sumber intelektualnya. Tujuan utama dari metode
ini adalah membantu konseli mengganti tingkah laku emosional dan impulsif
dengan tingkah laku yang rasional. Lepasnya tegangan-tegangan dan
didapatnya ”insight” dipandang sebagai suatu hal yang penting. Di dalam
membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi konseli dengan
rasional, konselor tidak boleh bersikap otoriter dan menuduh, walaupun
dikatakan direktif. Larangan-larangan yang langsung, nasehat yang mendikte
dan yang sifatnya mengatur sebaiknya di hindari. Konseling ini dilakukan
dengan menggunakan teknik dorongan dari Thorne yaitu memberikan saran.
Dorongan tersebut meliputi: dorongan untuk perwujudan diri yang lebih
tinggi (aktualisasi, fungsi sempurna, integrasi), dorongan untuk mencapai dan
memelihara kestabilitasan diri (pemeliharaan diri, kontrol diri, tujuan hidup,
gaya hidup), serta dorongan menggabungkan fungsi pertentangan dalam diri
sehingga menghindari ketidakseimbangan.
Rancangan evaluasi
Menanyakan kepada orangtua mengenai perkembangan Fani terutama
terkait dengan interaksinya dengan sebaya, perkembangan emosi, dan kesediaan
mengikuti instruksi setelah intervensi dijalannkan minimal selama 3 bulan.
Kesimpulan
Fani belum mampu untuk mengikuti atau masuk ke jenjang Sekolah Dasar
karena kemampuan Fani untuk bersosialisasi atau berinteraksi harus ditingkatkan.
Jika tidak, ketika nantinya Fani mempunyai masalah atau kesulitan di Sekolah
Dasar, ia akan sulit mengkomunikasikannya dengan orangtua. Selain itu, dalam
pergaulannya dengan teman Sekolah Dasar nantinya, hal yang paling yang buruk
yang akan terjadi adalah Fani bisa saja dibully karena pendiam dan akhirnya
mogok.
DAFTAR PUSTAKA
Ginarsa, S.D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia
Halimah, N., & Kawuryan, F. (2010). Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar Pada
Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak Mengikuti
Pendidikan TK di Kabupaten Kudus. Jurnal Psikologi Universitas Muria
Kudus, 1(1), 1-8
Narendra, M.B., & Moehardi. (2007). School Readiness (Kesiapan sekolah). Sari
Pediatri, 8(4), 85-93