FANI FIX

21
Analisis Kasus 1. Ibu Fani masih bingung menyekolahkan Fani ke SD. 2. Fani tidak suka bermain dengan dengan teman dan tidak pernah mengganggu temannya. (Sosial) 3. Fani cenderung pendiam. (Sosioemosi) 4. Fani tidak suka maju ke depan kelas meskipun ia bisa. (Sosioemosi) 5. Fani cenderung terlambat mengerjakan tugas. (Kognitif) 6. Fani senang dengan aktivitas motorik halus serta memiliki rasa ingin tahu yang besar. (Motorik) Keluhan Klien: Ibu Fani ingin mendaftarkan Fani ke jenjang Sekolah Dasar karena anak teman-temanna Ibu Fani ada yang sudah duduk di Sekolah Dasar. Diagnosis Kesiapan sekolah untuk mengikuti pendidikan formal (school readiness) Perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahapan yakni balita, batita, anak-anak, remaja sampai dengan masa dewasa. Semua individu pastinya melewati masa anak-anak. Orangtua pada masa anak-anak harus memberikan perhatian lebih karena masa anak-anak

description

PSIKOLOGI

Transcript of FANI FIX

Page 1: FANI FIX

Analisis Kasus

1. Ibu Fani masih bingung menyekolahkan Fani ke SD.

2. Fani tidak suka bermain dengan dengan teman dan tidak pernah

mengganggu temannya. (Sosial)

3. Fani cenderung pendiam. (Sosioemosi)

4. Fani tidak suka maju ke depan kelas meskipun ia bisa. (Sosioemosi)

5. Fani cenderung terlambat mengerjakan tugas. (Kognitif)

6. Fani senang dengan aktivitas motorik halus serta memiliki rasa ingin tahu

yang besar. (Motorik)

Keluhan Klien:

Ibu Fani ingin mendaftarkan Fani ke jenjang Sekolah Dasar karena anak teman-

temanna Ibu Fani ada yang sudah duduk di Sekolah Dasar.

Diagnosis

Kesiapan sekolah untuk mengikuti pendidikan formal (school readiness)

Perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahapan yakni balita, batita,

anak-anak, remaja sampai dengan masa dewasa. Semua individu pastinya

melewati masa anak-anak. Orangtua pada masa anak-anak harus memberikan

perhatian lebih karena masa anak-anak merupakan pondasi dari kehidupannya

kelak di masa dewasanya dapat menjadi individu yang tangguh dan berkarakter.

Hurlock (dalam Halimah dan Kawuryan, 2010) menyatakan bahwa rentang masa

kanak-kanak dibagi lagi menjadi dua periode yang berbeda; awal dan akhir. Anak-

anak awal merupakan penutup masa balita. Anak-anak awal berlangsung mulai

umur dua sampai enam tahun sedangkan periode masa anak-anak akhir berada

pada umur enam sampai nantinya mereka matang secara seksual.

Pada masa anak-anak awal, praktis ketergantungan anak terhadap orangtua

secara bertahap akan berganti dengan tumbuhnya kemandirian anak-anak yang

berkembang dalam lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang dilewati anak-

anak awal berada pada Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar.

Page 2: FANI FIX

Ketika akan memasuki lingkungan sekolah, Orangtua harus

memperhatikan kesiapan sekolah atau school readiness anak. Definisi dan

pengertian School Readiness yang dikembangkan secara luas oleh National

Education Goals Panel dan dipublikasi oleh SECPTAN (State Early Childhood

Politechnical Assistance Network) tahun 2004, meliputi 5 dimensi, yaitu:

1. Kesehatan fisik dan perkembangan motorik

2. Perkembangan sosial dan emosional

3. Perkembangan bahasa

4. Pendekatan untuk belajar

5. Kognitif dan pengetahuan umum

Dimensi kesehatan fisik dan perkembangan motorik merupakan status ada

atau tidaknya penyakit berat atau penyakit kronik pada diri sang anak. Tak hanya

itu, energi serta kekebalan anak terhadap penyakit yang diakibatkan infeksi atau

virus pun juga diperhatikan dalam aspek ini. Kita seringkali melihat dan

mendapatkan ada beberapa anak seringkali tidak mengikuti kegiatan di sekolah

dikarenakan ‘sakit-sakitan’ sehingga anak tersebut tidak mampu mengikuti dan

menyerap ilmu-ilmu yang dapat diserap melalui institusi pendidikan yang

seharusnya. Perkembangan motorik seorang anak dapat ditinjau dan diperhatikan

melalui ketrampilan atau gerakan motorik kasar seperti merangkak, berjalan,

berlari, memanjat, dan juga melompat sehingga anak akan dengan mudah untuk

mengikuti teman sebayanya dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan ketika

pelajaran olahraga maupun istirahat dan pulang sekolah. Tak hanya motorik kasar,

motorik halus pun harus diperhatikan dengan melihat apakah anak dapat

memegang pensil, membuka halaman buku sendiri, melipat dan menggunting

kertas tanpa bantuan orang tua lagi.

Aspek kedua yaitu kematangan emosional seseorang anak dapat

diperhatikan melalui perilaku anak apakah ia dapat memperhatikan guru saat

pengajaran berlangsung, tidak asik berbicara dan bercanda dengan teman

sebangkunya, tahan melakukan kegiatan berulang di bangku sekolah, siap

menghadapi ujian atau ulangan yang diadakan sekolah dan ketika mengalami

kegagalan dalam ulangan tersebut, rasa percaya diri contohnya ketika

Page 3: FANI FIX

diperintahkan guru untuk maju di depan teman-temannya, semangat serta mau

menghadapi pengalaman baru adalah hal penting yang harus orangtua perhatikan

pada anak. Dimensi selanjutnya yaitu perkembangan sosial merupakan

keterampilan yang harus kita pelajari untuk berinteraksi dengan orang lain secara

baik dan dapat dimengerti oleh orang lain tersebut. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam perkembangan sosial anak agar anak dapat diterima dalam

lingkungan sosialnya antara lain dengan mengajarkan perilaku yang bisa diterima

atau budi pekerti yang baik, cara menghargai orang lain, cara mengontrol emosi,

cara bekerja dalam kelompok serta mengajarkan cara berkomunikasi yang dapat

diterima dalam lingkungan.

Selanjutnya aspek bahasa, anak harus mampu memahami apa yang

dikatakan orang lain serta mampu berkomunikasi dengan cara yang dapat

dimengerti oleh orang lain. Terakhir adalah pengetahuan umum pada individu

berhubungan dengan kemampuan mengatur, menganalisis, mengingat dan

menceritakan kembali informasi yang telah didapatkan kepada orang lain.

Rancangan Asesmen

A. Data yang diperlukan

1. Kesehatan fisik dan perkembangan motorik

Apakah Fani memiliki penyakit kronis.

Apakah Fani sering sakit.

Apakah perkembangan motorik halus dan kasar Fani baik

2. Perkembangan sosial dan emosional

Bagaimana interaksi Fani dengan orangtua

Apakah Fani susah dibangunkan ketika akan berangkat sekolah

Bagaimana interaksi Fani dengan orang dewasa selain orangtua

(anggota keluarga atau orang lain yang tinggal di rumah, guru,

pengasuh)

Bagaimana interaksi Fani dengan sebaya di luar maupun di dalam

sekolah

Bagaimana interaksi Fani dengan saudaranya

Page 4: FANI FIX

Inisiatif Fani dalam kehidupan sehari-hari.

Apakah Fani menangis ketika ditinggal oleh orangtua ketika

sekolah

Apakah Fani dapat mengikuti aturan yang dibuat oleh orangtua

Bagaimana Fani merespon masalah

Bagaimana cara Fani mengungkapkan keinginannya

Bagaimana respon Fani ketika apa yang diinginkannya tidak

dikabulkan

3. Perkembangan bahasa

Apakah Fani mampu bercerita dan berbicara dengan jelas

Apakah orang lain dapat mengerti apa yang diceritakan dan

dibicarakan Fani

Apakah Fani sering bercerita tentang pengalamannya di sekolah

Apakah Fani mampu menceritakan kembali apa yang dia lihat,

misal setelah menonton kartun, dia dapat menceritakan kembali

cerita kartun tersebut

4. Pendekatan untuk belajar

Apakah orangtua Fani menyediakan alat bantu untuk Fani belajar,

misal permainan menyusun huruf, gambar-gambar untuk mengenal

nama hewan, kertas origami, dan lain-lain.

Apakah orangtua Fani pernah mengajak Fani ke tempat-tempat

yang dapat memberikan wawasan. Misal kebun binatang atau

taman belajar.

5. Kognitif dan pengetahuan umum

Apakah Fani sudah dapat menghafal angka

Apakah Fani sudah dapat mengenal huruf dengan baik

Apakah Fani sudah dapat menghitung sederhana. Misal 1+1, 2+2,

dan lain-lain.

6. Perkembangan subjek secara umum

Apakah Fani dapat mengikuti instruksi

Apakah Fani antusias ketika dibacakan buku cerita

Page 5: FANI FIX

7. Aktivitas subjek

Aktivitas apa saja yang sering dilakukan Fani di rumah

Aktivitas apa saja yang disukai Fani

Apakah Fani mempunyai kegiatan lain selain di sekolah

8. Inteligensi

IQ

Inteligensi numerik, bahasa, sosial, kreatifitas, memori, perseptual,

dan ketelitian

9. Pola asuh orangtua

Bagaimana cara orangtua menanamkan kebiasaan pada Fani.

Bagaimana cara orangtua memenuhi keinginan Fani

Bagaimana pola komunikasi yang orangtua ciptakan dengan Fani.

10. Harapan orangtua terhadap anak

Apa harapan orangtua, masing-masing ayah dan ibu terhadap Fani.

Apakah ada peristiwa yang membuat orangtua bangga dengan Fani

Apakah ada peristiwa yang membuat orangtua kecewa dengan

Fani.

11. Fasilitas

Letak televisi dan jumlah televisi

Perangkat yang diberikan kepada Fani

B. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dilakukan secara non-partisipan ketika di sekolah dan di

rumah

Lokasi Indikator

Sekolah

Interaksi dengan teman di kelas

Interaksi dengan teman ketika di luar kelas

Mampu berkonsentrasi ketika guru menjelaskan atau memberikan

Page 6: FANI FIX

instruksi

Interaksi dengan guru

Kesediaan mengikuti aturan dan instruksi atau perintah

Kemampuan mengikuti aktivitas di kelas.

Model pembelajaran di kelas (interaktif/ konvensional)

Rumah

Kebiasaan ketika di rumah: sebelum dan usai sekolah

Self-help activities misal memakai atribut dan seragam sekolah, memakai tas,

memakai sepatu, memakai pakaian, melepas pakaian, dan mandi.

Kemampuan mengikuti instruksi (membereskan mainan, tidur siang)

Interaksi dengan orangtua

Interaksi dengan teman sebaya

Interaksi dengan orang dewasa selain orangtua

Letak televisi dan jumlah televisi di rumah

Perangkat atau fasilitas apa saja yang diberikan kepada Fani

Adakah alat bantu untuk Fani belajar, misal permainan menyusun huruf,

gambar-gambar untuk mengenal nama hewan, kertas origami, dan lain-

lain.

Jumlah anggota keluarga di rumah

2. Interview

Interview dengan orangtua, guru, pengasuh (bila ada),dan Fani.

Panduan interview:

Interviewee Panduan

Orangtua 1. Bagaimana interaksi Fani dengan saudara kandungnya?

Apakah Fani sering berinteraksi dengan saudara

Page 7: FANI FIX

kandungnya?

Apakah Fani sering bermain dan melakukan aktivitas

bersama saudara kandungnya?

Apakah Fani pernah bertengkar dengan saudara

kandungnya di rumah?

2. Bagaimana interaksi Fani dengan teman sebayanya?

Apakah Fani sering bermain dengan teman sebayanya?

Apakah Fani mempunyai banyak teman sebaya di

lingkungan rumah?

Apakah Fani pernah bertengkar dengan teman sebayanya

di rumah?

Apakah Fani memiliki inisiatif ketika bermain dengan

teman sebayanya?

3. Apakah kegiatan Fani sebelum berangkat sekolah berjalan

lancar?

Apakah Fani susah dibangunkan ketika akan berangkat

sekolah?

Apakah Fani dapat memakai baju seragam sendiri?

Apakah Fani dapat mengenakan sepatu sendiri?

Apakah Fani dapat memakai tas sendiri?

4. Apakah kegiatan Fani setelah pulang sekolah?

Aktivitas apa saja yang sering dilakukan Fani di rumah?

Aktivitas apa saja yang disukai Fani?

Apakah Fani mempunyai kegiatan lain selain di sekolah

5. Apakah Fani masih sering menangis?

Bagaimana respon Fani ketika apa yang diinginkannya

tidak dikabulkan?

6. Bagaimana cara orangtua menanamkan kebiasaan dan

pengetahuan kepada Fani?

Apakah Fani pernah dibacakan buku cerita?

Apakah Fani antusias ketika dibacakan buku cerita?

Page 8: FANI FIX

Apakah orangtua Fani menyediakan alat bantu untuk

Fani belajar, misal permainan menyusun huruf, gambar-

gambar untuk mengenal nama hewan, kertas origami,

dan lain-lain.?

Apakah orangtua Fani pernah mengajak Fani ke tempat-

tempat yang dapat memberikan wawasan. Misal kebun

binatang atau taman belajar?

7. Bagaimana pola komunikasi yang orangtua ciptakan

dengan Fani?

8. Apa harapan orangtua, masing-masing ayah dan ibu

terhadap Fani?

9. Apakah ada peristiwa yang membuat orangtua bangga

dengan Fani?

10.Apakah ada peristiwa yang membuat orangtua kecewa

dengan Fani?

11.Apakah orangtua berekspektasi tinggi Fani dapat

memasuki jenjang SD?

12. Apakah Fani sering menonton televisi?

Di mana letak televisi di rumah?

Apakah di ruang tidur Fani diberi televisi?

Dengan siapakah Fani terbiasa menonton televisi?

Fasilitas atau perangkat apa sajakah yang diberikan

untuk Fani selain televisi

13. Apakah Fani sering menceritakan pengalamannya di

sekolah?

14. Apakah Fani berbicara dengan jelas?

15. Apakah Fani memiliki riwayat penyakit?

Apakah Fani sering sakit?

16. Apakah Fani mampu bercerita dan berbicara dengan

jelas?

Apakah orang lain dapat mengerti apa yang

Page 9: FANI FIX

diceritakan dan dibicarakan Fani?

Apakah Fani sering bercerita tentang pengalamannya

di sekolah?

Apakah Fani mampu menceritakan kembali apa yang

dia lihat, misal setelah menonton kartun, dia dapat

menceritakan kembali cerita kartun tersebut?

Guru

1. Bagaimana kemampuan Fani ketika mengikuti aktivitas di

kelas?

Apakah Fani aktif di kelas?

Apakah Fani antusias dengan kegiatan di kelas?

Apakah Fani dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar

dengan baik?

Apakah Fani memiliki hambatan saat mengikuti proses

belajar mengajar?

Apakah Fani sudah dapat menghafal angka

Apakah Fani sudah dapat mengenal huruf dengan baik

Apakah Fani sudah dapat menghitung sederhana. Misal

1+1, 2+2, dan lain-lain.

2. Bagaimana interaksi dengan teman sebaya?

Apakah Fani memiliki teman dekat?

Apakah Fani ikut bermain dengan teman-teman di

kelasnya?

Apakah Fani pernah bertengkar dengan teman di

kelasnya?

3. Bagaimana responnya terhadap instruksi yang diberikan?

Apakah Fani dapat mengikuti instruksi dengan baik?

Apakah Fani sering memerlukan bantuan untuk

menjalankan instruksi dengan baik?

Pengasuh 1. Bagaimana kebiasaan Fani sehari-hari di rumah?

Apa saja yang Fani lakukan sebelum berangkat ke

sekolah?

Page 10: FANI FIX

Apa saja yang dilakukan Fani setelah pulang sekolah?

Apakah Fani memiliki kegiatan lain selain di sekolah?

Apakah Fani memiliki hobi yang sering ia lakukan?

Apa yang dilakukan Fani saat waktu luang?

2. Apakah Fani sudah bisa mandiri dan melakukan self-help

activities sendiri?

Apakah Fani bisa melakukan melakukan kegiatan

seperti makan, mandi, memakai pakaian, sepatu, dan

atribut sekolah sendiri?

3. Bagaimana hubungan Fani dengan orangtua?

4. Dalam hal apa sajakah Fani meminta bantuan?

Fani

1. Bagaimana perasaan Fani di sekolah?

Apakah Fani merasa senang berada di sekolah?

Apakah Fani merasa senang dengan kegiatan di sekolah?

2. Siapakah teman dekat Fani di sekolah?

Siapa nama teman dekat Fani di sekolah?

Apa yang biasa Fani lakukan dengan teman dekat Fani di

sekolah?

Apakah Fani menyukai teman-temannya di sekolah?

3. Apa kegiatan yang paling disukai Fani?

4. Apakah orangtua Fani pernah melarang Fani melakukan

apa yang Fani suka?

3. Pemeriksaan Psikologis (psikotes)

Alat Tujuan

Tes Grafis, DAP, HTPMengetahui persepsi subjek terhadap dirinya dan

interaksinya dengan sekitar

VSMS (Vineland Social Maturity Mengukur kematangan sosial subjek, baik dalam

Page 11: FANI FIX

Scale)melakukan aktivitas yang sifatnya self-help maupun

interaksi sosial

School Readiness Scale atau

Psychoeducational Profile.

Mengetahui kesiapan secara umum untuk bersekolah.

Kesiapan ini dilihat dari:

Evaluasi non-verbal

Perkembangan secara umum, sosial, dan

emosional

Analisis, asosiasi, keseimbangan, diskriminasi,

dominansi, gerakan motorik halus, gerakan

motorik kasar, memori jangka pendek,

laterality and directionality, body image, lateral

midline, synthesis, closure, sequence, form

constancy.

Numerik

Evaluasi verbal

Binet

• General Comprehension

• Visual-motor Ability

• Arithmetic reasoning

• Memory & Concentration

• Vocabulary & Verbal Fluency

• Judgement & Reasoning

Rancangan Intervensi

1. Menambah dan memfasilitasi kebutuhan Fani akan bahan bacaan untuk

memperluas minat baca dan pengetahuannya karena Fani lebih suka

membaca. (Memfasilitasi salah satu minat Fani)

2. Tidak melarang Fani melakukan hal-hal yang disukai namun tetap dibimbing

dan diberi pengawasan.

3. Meminta kepada orangtua untuk memperluas lingkungan sosial Fani, ketika

interaksi dengan sebaya hanya terbatas di sekolah, yaitu dengan cara

Page 12: FANI FIX

mengikutkan Fani pada kegiatan-kegiatan non formal yang sesuai minatnya

agar kemapuan Fani dalam bersosialisasi dapat terasah. Semakin sering Fani

berinteraksi, maka Fani bisa perlahan menjadi anak yang interaktif.

4. Memilah dan mengajak Fani menonton acara televisi yang dapat merangsang

wawasan dan minat sosialnya karena anak usia dini lebih menyukai

pembelajaran melalui audio visual.

5. Melakukan konseling pada orangtua dengan tujuan untuk memberikan

pengertian mengenai kesiapan sekolah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan,

dan kemungkinan yang terjadi ketika anak mengikuti pendidikan formal tanpa

ada persiapan. Konseling dilakukan dengan pendekatan langsung (directive

approach). Teknik directive counseling  disebut juga counselor centered

approach, konseling yang berpusat pada konselor. Pada pendekatan ini

konselor yang membantu memecahkan masalah konseli dengan secara sadar

mempergunakan sumber-sumber intelektualnya. Tujuan utama dari metode

ini adalah membantu konseli mengganti tingkah laku emosional dan impulsif

dengan tingkah laku yang rasional. Lepasnya tegangan-tegangan dan

didapatnya ”insight” dipandang sebagai suatu hal yang penting. Di dalam

membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi konseli dengan

rasional, konselor tidak boleh bersikap otoriter dan menuduh, walaupun

dikatakan direktif. Larangan-larangan yang langsung, nasehat yang mendikte

dan yang sifatnya mengatur sebaiknya di hindari. Konseling ini dilakukan

dengan menggunakan teknik dorongan dari Thorne yaitu memberikan saran.

Dorongan tersebut meliputi: dorongan untuk perwujudan diri yang lebih

tinggi (aktualisasi, fungsi sempurna, integrasi), dorongan untuk mencapai dan

memelihara kestabilitasan diri (pemeliharaan diri, kontrol diri, tujuan hidup,

gaya hidup), serta dorongan menggabungkan fungsi pertentangan dalam diri

sehingga menghindari ketidakseimbangan.

Page 13: FANI FIX

Rancangan evaluasi

Menanyakan kepada orangtua mengenai perkembangan Fani terutama

terkait dengan interaksinya dengan sebaya, perkembangan emosi, dan kesediaan

mengikuti instruksi setelah intervensi dijalannkan minimal selama 3 bulan.

Kesimpulan

Fani belum mampu untuk mengikuti atau masuk ke jenjang Sekolah Dasar

karena kemampuan Fani untuk bersosialisasi atau berinteraksi harus ditingkatkan.

Jika tidak, ketika nantinya Fani mempunyai masalah atau kesulitan di Sekolah

Dasar, ia akan sulit mengkomunikasikannya dengan orangtua. Selain itu, dalam

pergaulannya dengan teman Sekolah Dasar nantinya, hal yang paling yang buruk

yang akan terjadi adalah Fani bisa saja dibully karena pendiam dan akhirnya

mogok.

Page 14: FANI FIX

DAFTAR PUSTAKA

Ginarsa, S.D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia

Halimah, N., & Kawuryan, F. (2010). Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar Pada

Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak Mengikuti

Pendidikan TK di Kabupaten Kudus. Jurnal Psikologi Universitas Muria

Kudus, 1(1), 1-8

Narendra, M.B., & Moehardi. (2007). School Readiness (Kesiapan sekolah). Sari

Pediatri, 8(4), 85-93