FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING -...

112
FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING DI SMA AL AZHAR 2 PEJATEN JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : ANNISA ELFA ARIANTY NIM : 1112054100016 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M

Transcript of FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING -...

Page 1: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING

DI SMA AL AZHAR 2 PEJATEN JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

ANNISA ELFA ARIANTY

NIM : 1112054100016

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016 M

Page 2: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING

DI SMA AL AZHAR 2 PEJATEN JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

ANNISA ELFA ARIANTY

NIM : 1112054100016

Dibawah Bimbingan

Ahmad Zaky, M.Si.

NIP. 19771127 200710 100 1

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016

Page 3: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan
Page 4: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) Jurusan Kesejahteraan

Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini, telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan

hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain

(plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku dari Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2016

Annisa Elfa Arianty

NIM : 1112054100016

Page 5: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

i

ABSTRAK

Annisa Elfa Arianty

Faktor Penyebab Tradisi Bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan

Perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolah sudah bukan hal yang

biasa. Data menunjukan bahwa terjadi peningkatan kasus bullying, tindakan

kekerasan tersebut dianggap sebagai hal yang wajar terjadi sehingga permasalahan

bullying terjadi terus menerus bahkan menjadi sebuah tradisi disekolah. Perilaku

tradisi bullying juga dirasakan di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan dimana

kegiatan penindasan yang dilakukan oleh para murid terjadi begitu saja

Penelitian ini penting dilakukan karena masih banyak sekolah-sekolah yang

tidak mengetahui ciri-ciri orang menjadi pelaku bullying khusus nya di SMA Al

Azhar dan bagaimana dampak yang dirasakan oleh korban, selain itu untuk memberi

solusi bagi sekolah yang belum memiliki program penanganan dan pencegahan

bullying dengan baik agar kasus bullying di sekolah bisa dihindari sedini mungkin.

Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana penyebab

terjadinya bullying di SMA Al Azhar 2? Dan bagaimana peran sekolah dalam

menangani dan mencegah perilaku bullying di sekolah. Pada Penelitian ini peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian deskriptif (Descriptive Research). Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan serangkaian observasi, wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa setiap jenjang

kelas terdapat peluang terjadinya kasus bullying, namun presentase terbesar

terjadinya bullying terdapat pada kelas XII kepada kelas X. Selain itu data yang

didapatkan dari guru bimbingan konseling dan perwakilan dari bidang ketahanan

sekolah mengatakan penyebab pelaku melakukan tindakan bullying adalah adanya

permasalahan pola asuh dari keluarga, kurangnya perhatian dari keluarga menjadi

faktor penyebab anak berperilaku bullying. Tidak hanya itu penyebab perilaku

bullying dikarenakan masalah senioritas serta rasa dendam yang dialami oleh korban

sehingga menjadi pelaku saat menjadi senior. Korban tindakan bullying adalah anak

yang terlihat mencolok di angkatannya ataupun anak yang terlihat pendiam dan

pemalu, kelompok minoritas dikelas, dan korban yang memiliki ciri atau etnis yang

berbeda dengan mayoritas anak dikelasnya. Tindakan bullying berdampak pada

penurunan prestasi akademik korban di sekolah, pola belajar korban, interaksi sosial

korban dengan orang-orang disekitarnya bahkan perilaku korban sehari-hari yang bisa

menjadikan penyimpangan perilaku, sehingga saat mereka menjadi senior akan

melakukan hal yang sama pada juniornya.

Key words: bullying, tradisi, remaja

Page 6: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya

kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Faktor Penyebab Tradisi Bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan”.

Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad

SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna

meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis

menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menghaturkan banyak

terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusun

skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto,

M. Ed, Ph. D selaku wakil Dekan bidang akademik. Dr. Roudhonah, MA

selaku wakil Dekan bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, MSi selaku

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

Page 7: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

iii

2. Lisma Dyawati Fuaida,MSi selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial,

Hj. Nunung Khairiyah,MA selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan

Sosial. Terimakasih atas nasihat dan bimbingannya.

3. Bapak Ahmad Zaky, MSi selaku dosen pembimbing yang luar biasa sabar

dalam membantu mengarahkan, membina, dan selalu bersedia meluangkan

waktunya sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis.

5. Kepada informan yaitu Bapak Abdullah, MSi selaku Kepala Sekolah SMA

Islam Al Azhar 2 Pejaten dan Bu Nurniati, S.Pd selaku guru bimbingan dan

konseling (BK), serta kepada seluruh informan peneliti yang telah bersedia

memberikan informasi dan waktunya sehingga penelitian ini dapat selesai

tepat waktu dan terimakasih juga untuk pengalaman serta cerita kalian yang

membuat peneliti paham secara mendalam mengenai penelitian ini.

6. Terimakasih yang tidak terhingga untuk mama ku tersayang yang sudah selalu

mendukung, selalu mendoakan, dan selalu memberikan perhatian penuh

selama mengerjakan tugas akhir ini. Terimakasih untuk Papa tercinta yang

tiada henti memberikan motivasi terbesar sejak mulai kuliah hingga Papa

dipanggil Allah yang Maha Kuasa. Kalian penyemangat terbesar sehingga

tugas akhir ini berjalan dengan lancar.

Page 8: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

iv

7. Untuk kakak ku, Novita Elfasari serta adik-adik ku Dimas adjie Fachrian dan

Aisyah Elfa Naila terimakasih sudah menjadi penyemangat tugas akhir skripsi

ini.

8. Terimakasih untuk Hendry Boy Syamshier selaku teman terdekat yang selalu

ada dan selalu memberikan support terbaik baik materiil maupun moril. Ich

Liebe Dich, Bang!

9. Untuk Aisyah Rahma Utami, S.Sos yang selalu meluangkan waktu untuk

memberikan masukan dan dorongan, serta selalu memberikan bantuan berupa

tenaga, pikirannya dan terus menyemangati untuk menyelesaikan tugas akhir

skripsi.

10. Untuk Sarah Meutia, terimakasih selalu menghibur dan memberikan semangat

untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Serta untuk teman-teman Happy

Family yang selalu memberi semangat dan menghibur.

11. Teman-teman di kampus Eka Puji, Dyah Ayu, Nurmila, Tria Anjarwati, Ira

Rahmawati, Saila Arimy, Khusnul Fadilah, kessos 2012. Serta teman-teman

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namun selalu memberikan support

yang tiada hentinya, tanpa kalian mungkin skripsi ini terasa sangat berat.

Terimakasih semua atas dukungan kalian.

Jakarta, September 2016

Annisa Elfa Arianty

Page 9: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar belakang ....................................................................................................... 1

B. Pembatasan dan perumusan penelitian................................................................. 9

C. Tujuan dan manfaat penelitian ........................................................................... 10

D. Metodologi penelitian ........................................................................................ 11

BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................. 23

A. Bullying .............................................................................................................. 23

1. Definisi bullying ............................................................................................ 23

2. Faktor penyebab perilaku bullying ............................................................... 27

3. Bentuk-bentuk bullying ................................................................................ 29

4. Ciri-ciri bullying ........................................................................................... 30

5. Karakteristik bullying .................................................................................... 31

B. Remaja................................................................................................................ 33

1. Definisi Remaja ............................................................................................ 33

2. Tahap Perkembangan Remaja ...................................................................... 35

3. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Remaja ........................................... 36

4. Kenakalan Remaja ........................................................................................ 41

BAB III .......................................................................................................................... 43

A. Profil SMA Al Azhar 2 ...................................................................................... 43

1. Sejarah SMA Al Azhar 2 ............................................................................. 43

Page 10: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

vi

2. Latar Belakang Berdirinya SMA Al Azhar 2 ............................................... 45

3. Visi dan Misi SMA Al Azhar 2 ................................................................... 46

4. Struktur Organisasi SMA Al Azhar 2 .......................................................... 48

B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ......................................................... 49

1. Perencanaan program bimbingan murid ...................................................... 49

2. Pengidentifikasian keadaan dan masalah murid .......................................... 50

3. Pelaksanaaan layanan bimbingan dan konseling ......................................... 50

4. Evaluasi ........................................................................................................ 52

5. Pelaporan ...................................................................................................... 52

C. Mekanisme Penanganan Murid Bermasalah ...................................................... 52

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS ............................................................ 54

A. Penyebab Terjadinya Bullying ........................................................................... 54

1. Hubungan Keluarga ..................................................................................... 55

2. Senioritas ...................................................................................................... 62

3. Rasa Dendam ............................................................................................... 65

B. Bentuk-bentuk Bullying ...................................................................................... 69

C. Dampak Bullying bagi Korban ........................................................................... 77

D. Peran Sekolah Dalam Menangani dan Mencegah Bullying ............................... 81

BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 90

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 90

B. Saran ................................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 94

LAMPIRAN

Page 11: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

1

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Berita tentang kasus tindak kekerasan yang terjadi di sekolah sering kita baca

atau dengar di media massa. Tindak kekerasan yang diberitakan berbagai macam

antara lain yang dilakukan oleh oknum guru terhadap muridnya, kakak kelas terhadap

adik kelasnya maupun antar teman sebaya. Tindak kekerasan ini diyakini sudah lama

terjadi namun kurang mendapat perhatian, oleh karenanya tidak diekspos oleh media

massa. Oleh beberapa orang, tindak kekerasan tersebut dianggap sebagai hal yang

wajar terjadi hingga suatu situasi dimana korban mengalami luka parah ataupun

sampai meninggal baru diberitakan sebagai berita yang menggemparkan, bahkan

terkadang masih banyak kasus kekerasan pada anak seperti ini yang tidak sampai

terekspos oleh media.

Banyak pihak seperti orang tua, sekolah, masyarakat belum familiar dengan

istilah bullying, sehingga orang tua serta pihak sekolah sering kali mengabaikan,

membiarkan dan menganggap sepele masalah bullying.

Istilah bullying pertama kali muncul di Swedia sekitar akhir tahun 1960 – awal

tahun 1970.1Perilaku bullying memiliki dampak negatif bagi siswa baik sebagai

korban maupun pelaku bullying. Dampak bullying terhadap korban, yaitu hilangnya

rasa percaya diri, merasa cemas ketika berinteraksi dengan orang lain, merasa tidak

berharga, depresi, sulit berkonsentrasi di sekolah, merasakan fisiknya sakit, sulit

1 Olweus, D, Bullying at School : Understanding children‟s worlds, (USA: Blackwell

Publishing, 1993)

Page 12: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

2

tidur, dan yang paling parah adalah bunuh diri.2 Sedangkan dampak bagi pelaku

bullying yaitu akan lebih mudah untuk melakukan kekerasan, mengalami gangguan

perilaku, dan secara keseluruhan akan berdampak pada rendahnya fungsi sosial,

misalnya bermasalah dalam berinteraksi dengan orang lain atau pasangan.3

Telah hilangnya rasa kasih sayang dan sifat kelembutan dalam diri seseorang

menyebabkan lahirnya tindakan kekerasan dan penganiayaan, melakukan perbuatan-

perbuatan yang merusak, serta menimbulkan kerugian dan penderitaan kepada orang

lain, padahal Islam telah mensyari‟atkan perlunya manusia itu bersifat lemah lembut

kepada sesama dan saling berkasih sayang. Dalam Islam sendiri sangat melarang

keras dan sangat tidak menganjurkan perilaku merendahkan orang lain atau

berperilaku bullying terhadap sesama. Hal ini sebagai mana penjelasan pada sebuah

firman Allah swt dalam surat Al-Hujurat ayat 11:

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari

mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,

boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu

sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-

buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang

tidak bertobat,maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”(Q.S. Al-Hujurat: 11)

2 Sharps, S, & Smith, P.K, School Bullying : Insight and Perspective, (New York: Routledge, 2003) 3Brank, E.M, Hoetger, Lori.A& Hazen, K.P, Bullying, Annual Review of Law Social Sciences, (2012)

Page 13: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

3

Dari ayat tersebut sudah sangat jelas, bahwa sudah sepatutnya setiap muslim

harus berusaha untuk saling menjaga satu sama lain baik dari kejahatan lisan

(mengolok-olok, memanggil bukan dengan namanya (meledek), mengungkit-

ngungkit masalahnya, membongkar rahasianya, membongkar aibnya, dll) dan

tangannya (dari kesemana-menaan, mencuri, merampok, ataupun tindak seksual).

Perilaku bullying terhadap anak di Indonesia terus meningkat dari tahun ke

tahun, menurut Komisi Perlindungan Anak, Total dari 2011 sampai Agustus 2014

mencapai 12.790 aduan. Korban kasus kekerasan meningkat cukup signifikan di

tahun 2014. Akan tetapi, data KPAI menunjukkan adanya penurunan jumlah kasus

kekerasan di sekolah pada tahun 2015.4

Dari laporan yang diterima Komnas

Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mencatat bahwa di kawasan Jabodetabek

pada 2010 mencapai 2.046 kasus. Laporan kekerasan pada anak tahun 2011 naik

menjadi 2.462 kasus. Pada 2012 naik lagi menjadi 2.626 kasus dan pada 2013

melonjak menjadi 3.339 kasus. Di tahun 2014 di bulan Januari hingga April, KPAI

menerima 622 laporan kekerasan pada anak. Namun, terjadi penurunan kasus anak

dari 2014, 5.666 kasus menjadi 3820 di tahun 2015.

Kasus bullying di Indonesia sering kali terjadi di intitusi pendidikan. Fenomena

bullying di lingkungan sekolah di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Pada

tahun 2014 seorang pelajar bernama Arfiand Caesary Alirhami meninggal dunia

4http://www.kompasiana.com/taurahida/hampir-seluruh-siswa-di-indonesia-pernah-

dibully_562c8f3f527a614808ffd5fe. (2016, februari 15)

Page 14: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

4

dengan bekas sejumlah 37 luka pada tubuhnya. Luka-luka tersebut menguatkan

dugaan terjadi penganiayaan terhadap Arfiand saat mengikuti kegiatan

ekstrakulikuler (ekskul) pecinta alam SMU Negeri 3 Setiabudi Jakarta. Kegiatan

tersebut dilakukan di kawasan wisata Tangkuban Perahu Kabupaten Bandung, Jawa

Barat. Arfiand Caesary Alirhami meninggal dunia pada tanggal 20 Juni 2014, tiga

belas hari kemudian Padian Prawirodirya menyusul temannya yang lebih dahulu

meninggal dunia.5

Kasus yang hampir serupa juga sempat terjadi di tahun 2005 lalu, Vivi Kusriani

nekat mengakhiri hidup dengan menggantung diri memakai seutas tali di kamar

mandi rumah nya. Jasadnya ditemukan sekarat oleh ibunya. Mereka mencoba

menolong siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Bantar Gebang itu, tapi gagal.

Menurut Joko Kirsang, ayah Vivi, putrinya sempat mengeluh sering diejek teman

sekolahnya sebagai anak tukang bubur. Apalagi menjelang tahun ajaran baru ini Vivi

belum punya seragam sekolah. Kasus yang terjadi pada Vivi bukan merupakan

kekerasan fisik melainkan mental, Vivi merasa tertekan karena julukan nya sebagai

anak tukang bubur, ia juga sempat menyatakan kesedihan kepada ayah nya karena

ayahnya harus bersusah-payah menjual bubur untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

Selain kasus yang dialami Vivi, masih banyak kasus bullying pada pelajar yang

sampai melakukan percobaan bunuh diri karena tertekan namun jarang terekspos

media.

Maraknya kasus-kasus kekerasan seperti di atas merupakan bagian dari kasus

bullying di sekolah. Kasus bullying merupakan permasalahan yang sudah mendunia,

5 http://www.sudahdong.com/bullying-siapa-yang-dirugikan/ (2016 Februari 15)

Page 15: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

5

tidak hanya menjadi permasalahan di Indonesia saja, tetapi juga di Negara-negara

maju seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Perilaku bullying dari waktu ke waktu terus menghantui anak-anak Indonesia.

Kasus bullying yang sering di jumpai adalah kasus senioritas atau adanya intimidasi

siswa yang lebih senior terhadap adik kelasnya baik fisik maupun secara non-fisik. Di

Indonesia, perilaku bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah belum mendapat

perhatian yang serius. Padahal dibeberapa Negara lain perilaku bullying ini telah

mendapat perhatian yang serius karena telah terlihat dampak negatif dari perilaku

bullying ini baik bagi korban maupun pelaku.

Perilaku bullying memiliki dampak negatif di segala aspek kehidupan (fisik,

psikologis maupun sosial) individu, khususnya remaja. Sehingga hal tersebut akan

terus mempengaruhi perkembangan mereka selanjutnya. Oleh karena itu, sebagai

pekerja sosial professional perlu memberikan pengetahuan bagi remaja terkait

pencegahan perilaku bullying dan cara penanggulangannya yang difokuskan pada

preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yaitu memberikan pendidikan untuk

pengenalan dan pencegahan atau pengendalian masalah bullying di sekolah.

Faktor yang mempengaruhi perilaku bullying adalah faktor personal meliputi

harga diri, tempramen, dan keluarga yang memberikan kecenderungan individu untuk

menampilkan perilaku agresi. Keluarga yang menggunakan bullying sebagai cara

untuk proses belajar anak akan membuat anak beranggapan bahwa bullying adalah

perilaku yang wajar dan bisa diterima dalam berinteraksi dengan orang lain dan

Page 16: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

6

dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan.6 Keluarga merupakan faktor yang

paling berpengaruh dalam menentukan keterlibatan seseorang pada perilaku bullying.

Keluarga merupakan tempat sosialisasi utama bagi anak dan berperan penting dalam

pembentukan perilaku anak.

Ejekan, cemoohan dan olok-olok mungkin terkesan sepele dan tidak signifikan.

Kenyataannya hal ini bisa menjadi senjata tidak kenal ampun yang secara perlahan

tetapi pasti menghancurkan seorang anak. Lebih banyak lagi anak-anak dan remaja

korban bullying yang terus hidup dan tidak cenderung mengakhiri hidupnya namun

tumbuh dewasa menjadi orang-orang yang berkepribadian rapuh, mudah sedih,

pemarah dan tidak percaya diri. Orang-orang seperti ini sulit sekali meraih sukses dan

hidup tidak bahagia.7

Korban bullying bukanlah sekedar pelaku pasif dari situasi bullying. Ia turut

berperan serta memelihara dan melestarikan situasi bullying dengan bersikap diam.

Rata-rata korban bullying tidak pernah melaporkan kepada orang tua dan guru bahwa

mereka telah dianiaya atau ditindas anak lain di sekolahnya. Melihat banyaknya

dampak buruk yang diakibatkan oleh adanya perilaku bullying, maka diperlukan

usaha-usaha kerjasama yang melibatkan peran orang tua maupun guru agar perilaku

ini dapat dicegah atau dibatasi sedini mungkin.

SMA Al Azhar 2 Pejaten, terletak di Jalan Siaga Raya, Pejaten Barat, Jakarta

Selatan. Sekolah yang berorientasi Islam ini masih sering terjadi kasus bullying yang

6O‟Connell, J, Bullying at School (CaliforniaL Department of Education, 2003)

7Sejiwa.Bullying: Panduan Bagi Orang Tua dan Guru.Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan

Lingkungan. (Jakarta: Grasindo, 2007)

Page 17: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

7

sampai menimbulkan korban. Contohnya, pada tahun 2011 kasus bullying atau

penindasan yang dilakukan antara senior terhadap junior ini seperti sudah menjadi

tradisi dan turun temurun. Beberapa murid laki-laki kelas XII memeras atau memalak

adik kelas X untuk memberikan sejumlah uang kepada senior nya setiap hari. bila

para adik kelas menolak, mereka harus menerima pukulan-pukulan dari senior.

Bahkan ketika akan ditindak lanjuti oleh pihak sekolah, seluruh siswa dari ketiga

angkatan menolak hukuman tersebut untuk si pelaku karena mereka merasa bahwa

penindasan seperti ini wajar terjadi setiap tahunnya. Berdasarkan data grafik

presentase tingkat bullying yang dibuat oleh Bimbingan Konseling, didapati bahwa

tingkat bullying menurun dari tahun 2014 hingga 2016. Berikut tabel grafik

presentasenya:

GRAFIK PRESENTASE TINGKAT BULLYING

DI SMA ISLAM AL AZHAR 2

TAHUN AJARAN 2014, 2015, 2016

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

2013-2014 2014-2015 2015-2016

GRAFIK PRESENTASE BULLYING SMA ISLAM AL AZHAR 2 TAHUN 2014, 2015, 2016

Page 18: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

8

Menurut data dari Bimbingan Konseling SMA Al Azhar 2, kasus bullying

masih sering terjadi, terlihat dari data yang tercatat di Buku kasus bimbingan

konseling. Kasus penindasan oleh senior terhadap junior masih terjadi sampai tahun

2016 ini, hanya saja kasus bullying yang terjadi sekarang kebanyakan dilakukan oleh

siswa perempuan. Seperti memalak meminta dibelikan barang, makanan atau sekedar

accessories yang dibutuhkan para pelaku. Dari hasil observasi sementara peneliti

kepada guru bimbingan konseling di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan ini,

ternyata kasus bullying yang terjadi masih melibatkan alumni disela-sela siswa.

Campur tangan alumni yang meminta sejumlah uang untuk kegiatan rutin yang

diadakan sebuah organisasi atau “genk” turun-temurun di sekolah, juga pemungutan

uang untuk pembuatan almamater bertuliskan nama “genk” tersebut dengan ancaman

agar semua adik kelas menuruti permintaan alumni dan beberapa kakak kelas yang

diperintahkan untuk mengkoordinasi kegiatan tersebut.

Peneliti tertarik untuk meneliti penyebab terjadinya tradisi perilaku bullying

terhadap junior karena beberapa perilaku bullying yang mencuat ke permukaan di

Indonesia kebanyakan dilakukan oleh senior terhadap juniornya, selain itu masih

banyak yang beranggapan bahwa pelaku bullying adalah orang yang salah 100%

padahal kita tidak tahu sebenarnya apa yang melatar belakangi seseorang berperilaku

bullying tersebut. Penelitian juga akan dilakukan pada mantan pelaku bullying

(alumni SMA) untuk mendapatkan pandangan dari orang yang pernah melakukan

namun sudah tidak pernah melakukan perilaku bullying kembali. Hal ini

dimaksudkan agar peneliti dapat meminimalisasi kemungkinan didapatkannya

jawaban-jawaban yang bersifat defensif dari informan ketika wawancara, mengingat

Page 19: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

9

topik penelitian yang cukup sensitif. Pada penelitian ini juga dipaparkan bagaimana

peranan sekolah dan kebijakannya dalam menangani dan mencegah perilaku bullying

agar tidak timbul kembali.

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Al Azhar 2 Pejaten karena „keunikan‟

perilaku bullying yang umumnya terjadi pada sekolah tersebut. Berdasarkan

permasalahan yang telah dikemukakan, maka peneliti terdorong untuk mengambil

judul “FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING DI SMA AL AZHAR 2

PEJATEN JAKARTA SELATAN”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Karena permasalahan bullying sangat kompleks maka peneliti

membatasi fokus permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian. Yaitu

yang akan menjadi pembatas masalah pada penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor penyebab terjadinya tradisi bullying yang terjadi di

lingkungan SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan serta bagaimana peran

sekolah dalam menangani dan mencegah perilaku bullying agar tidak terulang

kembali.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan penelitian diatas, masalah yang akan diteliti

dalam penelitian ini adalah "Faktor Penyebab Tradisi Bullying di SMA Al

Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan". Dari permasalahan utama ini, peneliti

selanjutnya merumuskan beberapa sub permasalahan, yaitu:

Page 20: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

10

a) Bagaimana penyebab terjadinya tradisi bullying di lingkungan SMA Al

Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan?

b) Bagaimana peran sekolah dalam menangani dan mencegah perilaku

bullying?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, maka yang menjadi tujuan

peneliti adalah:

a) Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya tradisi bullying di SMA Al

Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.

b) Untuk mengetahui bagaimanakah upaya sekolah dalam menangani dan

mencegah perilaku bullying.

2. Manfaat Penelitian

a) Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa

khususnya jurusan Kesejahteraan Sosial yang nantinya akan berhadapan

dengan kasus Bullying, agar dapat mengetahui bagaimana bullying bisa

terjadi. Sebab Bullying sampai sekarang masih terjadi berulang kali setiap

tahunnya dan sulit menemui titik terang.

b) Manfaat Praktis

Untuk menambah wawasan kepada peneliti agar dapat mampu

menyelesaikan permasalahan bullying yang ada di lingkungan sekitar.

Page 21: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

11

Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat luas khususnya orang

tua untuk mencegah anak nya melakukan atau menjadi korban bullying

disekolah dan untuk mencegah berkembangnya perilaku bullying setiap

tahun nya di sekolah. Selain itu, untuk meningkatkan kesadaran orangtua

dalam mendidik seorang anak agar tidak tumbuh dengan sikap

temperamental. Serta mampu mengetahui hal apa yang harus dilakukan apa

bila sudah terlihat ciri-ciri perilaku bullying baik untuk pelaku maupun

korban.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan metode penelitian

kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah

dan menganalisa data secara kualitatif dan menafsirkannya secara kualitatif. Hal

ini dimaksudkan bahwa penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara

langsung dan wawancara mendalam dengan informan yang sangat memahami

permasalahan yang diteliti

Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu

nilai dibalik data yang tampak8

2. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah menggunakan

penelitian deskriptif (Descriptive Research), yaitu penelitian yang

8Sugiono, Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, h.3.

Page 22: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

12

menggambarkan atau melukiskan situasi tertentu berdasarkan data yang

diperoleh dilapangan secara terperinci sesuai dengan focus penelitian yang telah

ditetapkan.9

Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan dasar yaitu

bagaimana.10

Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalah nya secara

eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut dapat

terjadi. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-

kata, gambar dan bukan angka-angka.

Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data

untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari

naskah wawancara secara langsung, catatan lapangan atau memo dan

dokumentasi lainnya.11

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di sekitar wilayah Jakarta sesuai dengan

lokasi informan yang akan diteliti. Dan waktu penelitian dilaksanakan pada

bulan maret 2016 sampai dengan bulan September 2016

4. Teknik Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini pemilihan informan menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik purposive sampling bertujuan dimana informan dipilih

9Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h.131 10

W. Gulo, Metodelogi Kualitatif (Jakarta : Grafindo, 2000), h. 19. 11

Burhan Bugin, Analisis Data dan Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2003), cet. Ke-2

Page 23: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

13

berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang

tepat untuk memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.12

Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan

bagaimana memilih informan misalnya orang tersebut dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga

akan mempermudah peneliti menjelajahi objek/ situasi sosial yang diteliti.

Yang terpenting disini bukan jumlah informannya, melainkan potensi dari

setiap kasus untuk dapat memberikan secara teoritis mengenai aspek yang

dipelajari.13

Dalam penelitian ini, jumlah informan penelitian berjumlah 5 (lima)

orang yaitu 2 orang pelaku bullying masing-masing dari perempuan dan laki-

laki dan korban bullying yang sudah menjadi alumni SMA Al Azhar 2 Pejaten

Jakarta Selatan dengan latar belakang kasus bullying yang berbeda-beda, selain

itu peneliti memilih guru bimbingan konseling dan bidang ketahan sekolah

untuk menjadi informan dalam melengkapi penelitian ini. Dua informan yaitu

pelaku bullying yang peneliti pilih yaitu “AM” dan “NE” adalah seorang

karyawan swasta. Peneliti memilih kedua nya sebagai informan dikarenakan

mereka sudah menjadi alumni dan pernah melakukan perilaku bullying dengan

cara yang berbeda dari pihak siswa laki-laki dan siswa perempuan. selain itu,

sudah banyak pihak yang mengetahui permasalahan perilaku bullying yang

12

Soeharto Irawan, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan

Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h.63 13

Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), Cet ke-

5, h. 54

Page 24: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

14

mereka lakukan. Informan selanjutnya sebagai korban yaitu “ATC”, ia adalah

alumni SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan yang kerap kali menjadi

korban bullying saat masih sekolah, kini ia adalah seorang mahasiswi di satu

kampus di Jakarta. Peneliti memilih informan “ATC” karena pengalaman nya

menjadi korban bullying dan karena perubahan perilaku yang ia alami. Yang

terakhir adalah guru bimbingan konseling dan bidang ketahanan sekolah,

peneliti memilih guru BK dan perwakilan dari TanSek karena dapat

memberikan informasi bagaimana kebijakan sekolah dalam penanganan dan

pencegahan perilaku bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.

5. Sumber Data

Sumber data yang diambil peneliti ini terdapat dua data, yaitu data

primer (pokok) dan data sekunder (pendukung).

a) Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab

masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya. Pada penelitian

ini data akan diperoleh dari pelaku bullying (perempuan dan laki-laki) dan

korban bullying yang sudah menjadi alumni di SMA Al Azhar 2 Pejaten,

data dari kepala sekolah, guru bimbingan konseling serta bidang ketahanan

sekolah (TanSek).

b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan surat kabar

atau media kabar, dokumen yang berkaitan dengan penelitia14

seperti isu-isu

yang terjadi di Indonesia melalui pemberitaan online, surat kabar atau Koran

14

Jaenal Arifin, Theknik Penarikan Sample Dan Pengumpulan Data, (Jakarta, 2005) h.17.

Page 25: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

15

yang membahas mengenai permasalahan, dan dari data-data yang diberikan

oleh SMA Al Azhar 2 Pejaten.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang

digunakan, yaitu sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi, yaitu mengadakan pengamatan terhadap obyek penelitian untuk

mengetahui gejala-gejala yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang

diteliti dengan harapan akan memperoleh suatu kelengkapan data. Observasi

atau pengamatan pada informan yang berperan serta menceritakan kepada

peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti

memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan atau observasi. Observasi

atau pengamatan berperan serta sebagai peneliti yang mencirikan interaksi

secara sosial memakan waktu cukup lama antara peneliti dan subjek dalam

lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan

dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.15

Dalam penelitian

ini peneliti menggunakan observasi partisipatif, yaitu sebuah teknik

pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam

kehidupan dari seseorang yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami

gejala-gejala yang ada.16

15 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 194. 16M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2012), h. 166.

Page 26: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

16

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan

informan. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan

tatap muka. Dengan wawancara, proses wawancara data yang diperoleh dapat

langsung diketahui objektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.17

Wawancara ini dilakukan karena peneliti bermaksud untuk memperoleh

pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu

berkenaan dengan topik yang diteliti. Dalam hal ini, peneliti menggunakan

wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaannya akan diajukan

telah ditetapkan oleh peneliti sendiri secara jelas dalam suatu bentuk catatan.

Selain dengan wawancara mendalam peneliti juga menggunakan jenis

wawancara pembicaraan informal, dalam jenis ini pertanyaan yang diajukan

sangat tergantung pada pewawancara, jadi bergantung pada spontanitasnya

dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara.Hubungan pewawancara

dengan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan

dan jawabannya berjalan seperti pembicaraanbiasa dalam kehidupan sehari-hari

saja. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara malah barangkali tidak

mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai18

.

17

W. Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h. 119. 18Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Cetakan

Ke-26 edisi revisi, h. 187.

Page 27: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

17

c. Dokumentasi

Dokumen adalah setiap bahan yang tertulis atau foto sehingga dengan

adanya bantuan dokumen peneliti terbantu mendapatkan data yang sesuai

dengan masalah penelitian. Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film,

lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang

penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian

sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumentasi sebagai sumber data

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan19

.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif, data yang diperoleh

melalui wawancara dan pengamatan tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian.

Menurut Bogdam, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain.20

Pada saat menganalisis data hasil wawancara, peneliti mengamatinya secara

detail dan dilakukan berulang ulang dari awal sampai akhir, kemudian

menyimpulkannya. Setelah itu menganalisa katagori katagori yang terlihat pada data

data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi suatu objek dan

peristiwa. Katagori dari analisa data diperoleh berdasarkan fenomena yang terlihat

19

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 216.

20Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2009) Cet. 8. h. 244

Page 28: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

18

pada tempat penelitian tersebut. Setelah data dianalisa kemudian disajikan dalam

tulisan tulisan.

F. Teknik Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi

merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

di luar data pengecekan atau perbandingan terhadap dua data tersebut. Teknik

triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lainnya.21

G. Tinjauan Pustaka

NAMA JUDUL ISI SKRIPSI

Ari Nur Husaini Hubungan Antara

Persepsi Jenis Pola Asuh

Orangtua Terhadap

Risiko Perilaku Bullying

Siswa di SMA Triguna

Utama Ciputat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pola asuh demokratis memiliki resiko

perilaku bullying rendah, serta adanya

hubungan yang signifikan antara

persepsi jenis pola asuh orangtua

terhadap resiko perilaku bullying

siswa. Dalam penelitian ini diharapkan

sekolah bersama orangtua siswa

diharapkan dapat lebih memperhatikan

bullying, dan tidak menganggap

bullying sebagai hal yang biasa terjadi

di sekolah, dan dapat bekerjasama

dengan bidang keperawatan untuk

pencegahan dampai penanggulangan

bullying, penyuluhan tentang problem

solving, manajemen marah, atau

penyuluhan bullying beserta dampak

21

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009)

Cetakan Ke-18 edisi revisi, h. 330

Page 29: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

19

cara menanganinya.

Farisa Handini Hubungan Konsep Diri

Dengan Kecenderungan

Berperilaku Bullying

Siswa SMAN 70 Jakarta

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan konsep diri

dengan kecenderungan berperilaku

bullying siswa SMAN 70 Jakarta.

Dengan hasil penelitiannya yaitu

adanya hubungan antara konsep diri

dengan kecenderungan berperilaku

bullying SISWA SMAN 70 Jakarta

yang hasilnya adalah semakin tinggi

konsep diri siswa, maka semakin

rendah kecenderungan berperilaku

bullyingnya, begitupula sebaliknya,

semakin rendah konsep diri siswa

maka semakin tinggi kecenderungan

berperilaku bullyingnya. Konsep diri

terbagi menjadi konsep diri positif dan

negatif. karena siswa yang memiliki

konsep diri positif tidak mengarah

pada perilaku bullying, sedangkan

siswa berkonsep diri negatif memiliki

kecenderungan berperilaku bullying.

Wuriyanti

Handayani

Hubungan Antara

Faktor-faktor

Munculnya Konformitas

Kelompok Sebaya

dengan Perilaku

Bullying pada Remaja

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan antara faktor-

faktor munculnya konformitas

kelompok sebaya dengan perilaku

bullying pada remaja. Pada masa

remaja perkembangan sosial yang

dialami beirkaitan dengan perluasan

pergaulan pada remaja yang menuntut

remaja untuk melakukan banyak

penyesuaian terhadap kelompok

sosialnya yang sebaya. Tekanan

kelompok dalam konformitas pada

remaja bisa berpengaruh positif dan

negatif. Salah satu pengaruh negatif

dari konformitas adalah munculnya

perilaku agresif seperti perilaku

bullying yaitu penggunaan kekerasan

Page 30: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

20

dengan tujuan untuk menyakiti korban.

Siti Nurbaiti Peran Bimbingan dan

Konseling dalam

Mengatasi Perilaku

Bullying Siswa SMA Al

Izhar Pondok Labu

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui peran bimbingan dan

konseling dalam menangani perilaku

bullying karena seperti yang sudah kita

ketahui perilaku bullying adalah

merupakan masalah yang serius yang

harus segera di atasi karena bullying

membawa banyak dampak yang

negatif terhadap siswa dan

lingkungannya. Dalam mengatasi

permasalahan tersebut, di setiap

sekolah harus sudah memiliki lembaga

atau unit yang menangani setiap

permasalahan siswa seperti bimbingan

dan konseling.

Annisa Hubungan Antara Pola

Asuh Ibu dengan

Perilaku Bullying

Remaja

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengindikasi apakah ada hubungan

antara pola asuh ibu dengan perilaku

bullying pada remaja. Peliknya

masalah bullying pada remaja harus

ditangani karena dampak besar yang

diakibatkan oleh perilaku bullying.

Karena keluarga adalah salah satu

faktor yang menyebabkan seseorang

mem-bully orang lainnya. Sebagai

bagian dari orangtua, seorang ibu

sangat berperan penting dalam

mendidik seorang anak. Diharapkan

dari penelitian ini dapat memberi

pengetahuan bagi orangtua khususnya

ibu dalam mendidik seorang anak agar

anak dapat menangani kemarahannya

dan dapat meminimalisasi perilaku

bullying.

Dairisena Arsela Gambaran Sikap Remaja

Terhadap Perilaku

Bullying saat SMA di

Kota Maju

Sikap pemuda yang setuju terhadap

perilaku bullying menjadi salah satu

prediktor perilaku bullying, karena

sikap dipengaruhi oleh lingkungan

Page 31: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

21

dimana seseorang tinggal. Dalam

penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sikap remaja apakah

mereka menyetujui perilaku bullying

yang terjadi di sekolah.

H. Teknik Penelitian

Adapun dalam penelitian skripsi ini, peneliti berpedoman pada buku “Pedoman

Penelitian Karya Ilmiah”, (skripsi, tesis, dan disertasi).Diterbitkan oleh CeQDA

(Center For Quality Development amd Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, Press tahun 2007.22

I. Sistematikan Penelitian

Secara garis besar skripsi ini akan dibagi dalam lima (5) bab dan setiap bab

dibagi atas beberapa sub bab dengan kebutuhan pembahasan dan uraiannya,

yaitu:

BAB I : Bab ini berisi tentang latar belakang masalah tentang

bullying, berbagai macam kasus bullying secara global ataupun universal, fakta-

fakta serta faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi pelaku ataupun

korban bullying. Selanjutnya pada bab ini peneliti menuliskan apa yang menjadi

tujuan dan manfaat penelitian dalam menuliskan hasil temuan dalam

melaksanakan penelitian ini dan metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta

sistematika penelitian.

22

Pedoman Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN (Jakarta, UIN Jakarta Press: 2007)

Page 32: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

22

BAB II : Bab ini akan membahas mengenai landasan teori saat

melaksanakan penelitian. Seperti mengetahui apa pengertian bullying, berbagai

ciri, bentuk, dampak-dampak yang didapatkan pelaku maupun korban bullying,

serta pemahaman bagaimana penyebab terjadinya bullying tersebut.

BAB III : Pada bab ini berisi tentang profil lembaga yaitu SMA Al

Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.

BAB IV : Analisis Temuan Lapangan. Pada bab ini peneliti mencoba

memberikan temuan dan analisis terhadap apa yang menyebabkan bullying bisa

terjadi di SMA Al Azhar 2 Pejaten serta bagaimana peran sekolah dalam

menangani dan mencegah terjadinya perilaku bullying.

BAB V : Penutup pada bab ini berisi tentang kesimpulan berdasarkan

hasil dari pelaksanaan penelitian dan saran-saran yang menjadi penutup dari

pembahasan skripsi ini.

Page 33: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

23

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab dua ini akan diuraikan mengenai konsep dan pengertian yang

berkaitan dengan topik penelitian yaitu bullying dan remaja. Berikut adalah

penjelasan dari masing-masing konsep dan pengertiannya.

A. Bullying

1. Pengertian Bullying

Berbagai definisi serta konsep mengenai bullying telah banyak diberikan

oleh para ahli, peneliti dan pengarang mengenai bullying. Terlebih pada beberapa

tahun belakangan ini, banyak dari mereka para ahli, peneliti, ataupun pengarang

yang tertarik pada permasalahan mengenai bullying, terutama bullying yang terjadi

di sekolah-sekolah. Dalam Kamus Bahasa Indonesia bullying diartikan sebagai

perilaku „menggertak‟ atau „menggencet‟ namun padanan kata tersebut dirasa

belum tepat untuk merepresentasikan kata bullying itu sendiri sehingga untuk

pembahasan selanjutnya, kata bullying akan tetap dipakai.

Sejarah bullying dimulai bahkan sejak ratus ribu tahun yang lalu saat

manusia Neanderthal digantikan oleh Homo Sapiens yang lebih kuat dan lebih

berkembang. Tema utama yang terekam dari sejarah-sejarah mengenai perilaku

bullying adalah eksploitasi yang lemah oleh yang kuat, bukan secara tidak sengaja

namun secara purposif atau bertujuan.

Page 34: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

24

Sekalipun bullying telah menjadi sebuah masalah selama berabad-abad,

bullying tidak menerima perhatian penelitian signifikan sampai tahun 1970-an

(Olweus, 1978). Profesor Dan Olweus adalah ilmuwan pertama yang

memfokuskan diri pada topik tersebut dan mengkontribusikan data ilmiahnya pada

literatur bullying. Banyak penelitian Olweus menjelaskan mengapa beberapa anak

melakukan bullying dan mengapa beberapa lainnya menjadi korban bullying.

Bukan itu saja, Olweus juga menunjukkan bahwa bullying di sekolah dapat

direduksi secara signifikan. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat penting.

Menurut Sullivan, dalam bukunya “The Anti-Bullying Handbook Tahun

2000”, mendefinisikan bullying adalah tindakan menyerang yang dilakukan secara

sadar dan sengaja dan atau di manipulasi oleh satu atau lebih banyak orang

terhadap orang lain atau orang banyak. Bullying dapat bertahan untuk waktu yang

singkat atau bahkan selama bertahun-tahun, dan ini adalah sebuah penyalahgunaan

kekuasaan oleh mereka yang melakukannyanya. Kadang-kadang direncanakan,

dan kadang-kadang dilakukan dengan oportunis, kadang-kadang dilakukan

terutama terhadap satu korban, dan kadang-kadang terjadi berturutan dan acak.23

Sedangkan menurut Olweus (1993) menyatakan bahwa bullying ialah:“I

define bullying or victimization in the following general way: A student is being

bullied or victimized when he or she is exposed, repeatedly and over time, to

negative actions on the part of one or more other students.”

Olweus mendefinisikan bahwa bullying atau penganiayaan sebagai berikut:

Seorang siswa sedang ditindas atau menjadi korban ketika ia dipermalukan secara

23

Sullivan, K, The Anti Bullying Handbook, (Oxford University Press, 2000)

Page 35: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

25

berulang-ulang dan dari waktu ke waktu, untuk sebuah tindakan negatif dari satu

atau lebih siswa lain.24

Menurut Ken Rigby Bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat

ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini

dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak

bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.25

Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan dengan tenang/tanpa beban,

disengaja dan berulang untuk menyerang target atau korban, yang secara khusus

adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri.

Sedangkan bila kita mengkhususkan bullying yang terjadi di lingkungan

sekolah (school bullying) maka dapat diambil sebuah pengertian school bullying

sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/sekelompok

siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah,

dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Menurut Bourdieu, kekerasan berada dalam lingkup kekuasaan. Hal tersebut

berarti kekerasan merupakan pangkal atau hasil sebuah praktik kekuasaan. Ketika

sebuah kelas mendominasi kelas yang lain, maka didalam proses dominasi tersebut

akan menghasilkan sebuah kekerasan. Kekerasan muncul sebagai upaya kelas

dominan untuk melanggengkan dominasi atau kekuasaannya dalam strukur sosial.

24

Olweus, D, Bullying at School, What We Know and What We Can Do (Oxford: Blackwell,

1993) 25

Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak, (Jakarta:

Grasindo, 2008)

Page 36: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

26

Jadi, kekerasan dan kekuasaan merupakan dua konsep yang tidak dapat

dipisahkan.26

Bullying adalah perilaku menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik

dalam bentuk kekerasan fisik, verbal, ataupun psikologis. Tindakan ini bisa

dengan mudah dikenali, di antaranya adalah pelecehan, diskriminasi, intimidasi,

pengucilan, ejekan, dan kekerasan nonfisik lainnya. Dampaknya bukan hanya pada

fisik tetapi aspek psikologis, apalagi bagi anak-anak usia sekolah yang sangat

rentan menciptakan awal yang buruk bagi masa depannya.27

Dampak paling fatal yang sangat ditakutkan adalah bagi perkembangan

psikologi anak itu sendiri. Karena konsekuensi logisnya bisa menjadi efek negatif

yang permanen dan merusak masa depan anak yang khususnya ada dalam kondisi

yang transisional. Anak yang menjadi korban bullying umumnya akan terlihat

enggan pergi ke sekolah, roman wajah muram, dan prestasi akademik menurun.

Olweus (1993) pun mengatakan: “Bullying involves a desire to hurt, hurtfill

action, a power imabalance (an imbalance is obvious enough when a bully towers

over a cowering victim or group of bullies abuse a solitary Individual), (typically)

repetition, an unjust use of power, avidental enjoyment by aggressor and a sense

of being oppressed on the part of the victim”.

Berdasarkan pernyataan Olweus di atas, maka di dapat pengertian bahwa

bullying dapat terjadi karena adanya hasrat untuk menyakiti atau perilaku

merugikan, adanya kekuatan atau power yang tidak seimbang (ketidakseimbangan

tersebut cukup jelas terlihat, ketika pelaku bullying atau yang biasa disebut bully

menyebabkan ketakutan yang berlebih pada korban atau melakukan macam-

26

Nanang, M, Kekerasan Simbolik di Sekolah (Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan Pierre

Bourdieu), PT Raja Grafindo Persada, (Jakarta, 2012), h. 39 27

Olweus, D, Bullying at School, What We Know and What We Can Do (Oxford: Blackwell,

1993)

Page 37: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

27

macam dari perilaku bullying itu terhadap individu yang dikucilkan). Terdapat

adanya pengulangan dalam melakukan bullying, adanya penyalahgunaan kekuatan

(kekuasaan), merasakan adanya kenikmatan dengan melakukan tindakan agresif

dan penindasan terhadap korbannya.28

Tanpa sadar siswa kelas bawah dijadikan korban dominasi, korban

penindasan kelas atas secara simbolis. Sering kali mereka (siswa kelas bawah)

tidak sadar ketika mereka sebenarnya hanya menjadi objek, menjadi bahan

tontonan dan hiburan, menjadi bahan olokan atau ejekan, dan menjadi objek bels

kasihan kelas dominan.29

2. Faktor-faktor penyebab Bullying

Tindakan bullying mencerminkan bahwa bullying adalah masalah penting

yang dapat terjadi di setiap sekolah jika tidak terjadi hubungan sosial yang akrab

oleh sekolah terhadap komunitasnya, yakni murid, staf, masyarakat sekitar, dan

orang tua murid. Faktor-faktor bullying antara lain disebabkan sebagai berikut:30

a. Perbedaan kelas (senioritas), ekonomi, agama, jender, etnisitas/rasisme.

b. Senioritas, sebagai salah satu perilaku bullying, seringkali pula justru

diperluas oleh siswa sendiri sebagai kejadian yang bersifat laten. Keinginan

mereka untuk melanjutkan masalah senioritas adalah untuk hiburan,

28

Olweus, D, Bullying at School, What We Know and What We Can Do (Oxford: Blackwell,

1993) 29

Nanang, M, Kekerasan Simbolik di Sekolah (Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan Pierre

Bourdieu), PT Raja Grafindo Persada, (Jakarta, 2012), h.102 30

Sullivan, dkk, Bullying in Secondary Schools: What is Looks Like and How to Manage it

(Corwin Press, 2004)

Page 38: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

28

penyaluran dendam, iri hati, atau mencari popularitas, melanjutkan tradisi

atau untuk menunjukkan kekuasaan.

c. Keluarga yang tidak rukun.

d. Situasi sekolah yang tidak harmonis atau diskriminatif.

e. Karakter individu/ kelompok, seperti:

1. Dendam atau iri hati

2. Adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik dan

daya tarik seksual; dan

3. Untuk meningkatkan popularitas pelaku di kalangan teman sepermainan

(peer group)-nya.

4. Pemahaman nilai yang salah atas perilaku korban.

3. Bentuk-bentuk Bullying

Perilaku bullying yang merupakan bentuk dari tindakan agresivitas yang

membuat korban merasa tidak nyaman dan terluka, baik secara fisik maupun

psikologis, seperti telah dikatakan oleh para ahli di atas, maka terdapat jenis-jenis

dari perilaku bullying tersebut diantaranya, bullying dibagi dalam 2 bentuk:31

a. Fisik

Contohnya adalah menggigit, menarik rambut, memukul, menendang,

mengunci, dan mengintimidasi korban di ruangan atau dengan mengitari,

memelintir, menonjok, mendorong, mencakar, meludahi, mengancam, dan

31

Sullivan, dkk, Bullying in Secondary Schools: What is Looks Like and How to Manage it

(Corwin Press, 2004)

Page 39: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

29

merusak kepemilikan (property) korban, penggunaan senjata dan perbuatan

kriminal.

b. Non - Fisik: Terbagi dalam bentuk verbal dan non-verbal

Verbal: Contohnya, panggilan telepon yang meledek, pemalakan,

pemerasan, mengancam, atau intimidasi, menghasut, berkata jorok pada

korban, berkata menekan, menyebarluaskan kejelekan korban. Non-Verbal:

terbagi menjadi langsung dan tidak langsung:

1. Tidak Langsung:

Diantaranya adalah manipulasi pertemanan, mengasingkan, tidak

mengikutsertakan, mengirim pesan menghasut, curang, dan sembunyi-

sembunyi.

2. Langsung:

Contohnya gerakan (tangan, kaki, atau anggota badan lain) kasar atau

mengancam, menatap, muka mengancam, menggeram, hentakan,

mengancam, atau menakuti.

Berdasarkan penjelasan di atas, jadi dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk

bullying terbagi manjadi dua, yaitu fisik dan non fisik. Fisik seperti memukul

dan menendang, sedangkan non-fisik terbagi menjadi dua, yaitu verbal seperti

mengancam atau mengintimidasi, dan non-verbal seperti menghasut dan

menakuti.

Page 40: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

30

4. Ciri perilaku Bullying

Pelaku bullying mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:32

1. Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial siswa di sekolah;

2. Menempatkan diri di tempat tertentu di sekolah/di sekitarnya;

3. Merupakan tokoh popular di sekolah;

4. Gerak-geriknya seringkali dapat ditandai: sering berjalan di depan, sengaja

menabrak, berkata kasar, menyepelekan/melecehkan.

Sedangkan, ciri-ciri korban yang mengalami bullying antara lain:

1. Pemalu/ pendiam/ penyendiri;

2. Bodoh/ Dungu;

3. Mendadak menjadi penyendiri/pendiam;

4. Sering tidak masuk sekolah dengan alasan tak jelas;

5. Berperilaku aneh atau tidak biasa (takut/ marah tanpa sebab, mencoret-

coret, dsb).

Berdasarkan pemaparan di atas, dijelaskan ciri-ciri pelaku bullying dan

korban bullying. Ciri pelaku bullying diantaranya ialah hidup berkelompok,

berkuasa, tokoh popular di sekolah, sedangkan cirri-ciri korban bullying ialah

pemalu, pendiam, bodoh, sering tidak masuk sekolah karena alasan yang tidak

jelas dan berperilaku yang aneh (tidak biasa).

32

Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak, (Jakarta:

Grasindo, 2008)

Page 41: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

31

5. Karakterisitik Bullying

Berdasarkan hasil penelitian para ahli, antara lain oleh Rigby, bullying

yang banyak dilakukan di sekolah umumnya mempunyai tiga karakteristik yang

terintegrasi sebagai berikut:33

1. Ada perilaku agresi yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti

korbannya.

2. Tindakan itu dilakukan secara tidak seimbang sehingga menimbulkan

perasaan tertekan korban.

3. Perilaku itu dilakukan secara berulang atau terus-menerus.

Beberapa sumber psikologis yang mendasari munculnya perilaku bullying.

Sumber-sumber psikologis tersebut adalah:34

a. Para pelaku bullying mempunyai keinginan yang kuat untuk kekuasaan

dan dominasi. Mereka terlihat sangat menikmati dalam mengontrol orang

lain dan adanya keinginan untuk memiliki orang lain dalam maksud yang

tidak baik.

b. Bagaimana para pelaku bullying ini dibesarkan di lingkungan

keluarganya. Pelaku bullying dibesarkan di dalam keluarga yang

authoritarian dengan tingkat kepaduan yang rendah dan menunjukkan

sikap bermusuhan. Orangtua menganggap bahwa pendapat orangtua lah

yang benar dan tidak menghargai pendapat anak. Hukuman fisik pun

33

Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak, (Jakarta:

Grasindo, 2008) 34

Olweus, D, Bullying at School, What We Know and What We Can Do (Oxford: Blackwell,

1993)

Page 42: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

32

sering dilakukan untuk menghukum anak mereka. Dengan demikian,

adalah hal yang wajar untuk berasumsi bahwa para pelaku bullying

tersebut telah mengembangkan sikap bermusuhan terhadap lingkungan

mereka sendiri, seperti perasaan yang dapat membuat mereka merasa

senang atau puas ketika telah membuat seseorang terluka dan menderita.

c. Adanya komponen keuntungan atas perilaku mereka.

Para pelaku bullying terkadang suka memanfaatkan korban bullying untuk

memberikan mereka rokok, uang, bir, atau sesuatu yang berharga atau ada

harganya untuk para pelaku bullying. Dapat disimpulkan bahwa bullying

merupakan perilaku yang mengandung komponen anti sosial dan perilaku

yang suka melanggar aturan. Hal itu dapat menyebabkan remaja yang

berperilaku agresif dan suka melakukan bullying terhadap orang lain

mempunyai kesempatan menjadi seseorang yang selalu dipenuhi dengan

masalah-masalah seperti kriminalitas dan alkoholik (pecandu minuman

keras).

Dari berbagai teori yang dipaparkan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan

bahwa bullying adalah suatu tindakan agresi yang dapat terjadi karena adanya

hasrat untuk menyakiti atau perilaku merugikan, selain itu adanya kekuatan atau

power yang tidak seimbang serta adanya pengulangan dalam melakukan bullying

hingga perilaku seperti ini terus terjadi karena adanya kenikmatan yang didapatkan

oleh pelaku bullying dengan melakukan tindakan agresif dan penindasan terhadap

korbannya. Selain itu, dalam segi faktor penyebab perilaku bullying di lingkungan

Page 43: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

33

SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan di antaranya adalah lingkungan keluarga

yang tidak rukun, senioritas serta rasa dendam yang di alami oleh korban bullying.

Sikap perilaku bullying bergantung dengan bagaimana mereka dibesarkan di

lingkungan keluarganya. Seseorang yang dibesarkan didalam lingkungan keluarga

yang menerapkan sistem hukuman akan membuat seseorang terbiasa dengan

perasaan yang membuat mereka merasa senang atau puas ketika telah membuat

seseorang terluka dan menderita, sehingga membuat seseorang menyalahgunakan

kekuasaan saat ia berada dalam kelas yang dominan.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah salah satu tahap perkembangan manusia, kata remaja

(adolescence) berasal dari bahasa latin yaitu “adolescare” yang artinya tumbuh

atau tumbuh menjadi dewasa. Remaja merupakan suatu masa peralihan dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dimulai dengan adanya kematangan

seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun atau

menjelang dewasa muda.35

Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai

umur 10-20 tahun.36

Berikut beberapa definisi remaja, yaitu:

a. Menurut UU No. 1 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, remaja adalah

yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

35 Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, (Jakarta: Sagung Seto, 2004) 36 Wong, dkk,.Buku Ajar Keperawatan Pediatri Wong. Edisi 6, Volume 1,. (Jakarta: EGC, 2002)

Page 44: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

34

b. Menurut UU perburuhan tahun 1997, anak dianggap remaja apabila

mencapai usia 15-18 tahun.

c. Menurut UU perkawinan No. 1 tahun 1979, seorang anak dianggap

remaja apabila sudah cukup matang, usia 16 tahun untuk perempuan dan

19 tahun untuk laki-laki.

Jadi dari beberapa pengertian remaja di atas dapat disimpulkan bahwa

remaja adalah salah satu tahap perkembangan manusia, berupa masa peralihan

dari anak-anak menjadi dewasa dimulai pada usia 10-22 tahun dan belum

menikah.

Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan anak terdapat pada

UU No. 35 tahun 2014 yang berisi bahwa setiap orang dilarang menempatkan,

membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan

kekerasan terhadap anak, dengan hukuman bagi yang melanggar akan di pidana

penjara paling lama 3 tahun 6 bulan atau denda paling banyak Rp. 72.000.000

Selain itu, undang-undang tentang perilaku bullying jika terjadi di

lingkungan pendidikan terdapat pada UU No. 35 Tahun 2014 pada pasal 54

yang isinya adalah “anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib

mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan

seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga

kependidikan, sesama peserta didik ataupun pihak lain.

Page 45: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

35

2. Tahap Perkembangan Remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap

perkembangan remaja, yatu:37

a. Remaja awal (early adolescence)

Remaja awal ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi

pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan

itu. Dan pada saat ini mereka mulai menyukai lawan jenis dan menjadi

lebih mudah terangsang.Mereka memiliki kepekaan yang berlebihan

terhadap lawan jenis.

b. Remaja madya (middle adolescence)

Remaja pada tahapan ini membutuhkan banyak teman-teman sehingga

mereka akan merasa senang apabila punya banyak teman dan diterima oleh

teman-temannya, selain itu remaja ini mempunyai kecenderungan narsistik,

yaitu menyukai diri sendiri dan orang-orang yang sama dengan dirinya.

Pada masa ini terjadi kebingungan seperti memilih mana yang peka atau

tidak peduli, optimis atau pesimis, idealis atau materialis, dan sebagainya.

Remaja pria juga sudah harus membebaskan dari oedipus complex

(perasaan cinta pada ibu sendiri seperti pada masa anak-anak) dengan cara

mempererat hubungan dengan teman-temannya.

c. Remaja akhir (late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yaitu

ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu:

37 Sarwono, S.W, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012)

Page 46: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

36

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya untuk mencari kesempatan bersatu dengan orang lain dan

dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4) Egosentrisme (memusatkan perhatian pada diri sendiri) menjadi

keseimbangan antara kepentingan sendiri dengan orang lain.

5) Tumbuhnya “dinding” yang menjadi pemisah diri pribadinya dan

masyarakat umum.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Remaja

Masa remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat,

pertumbuhan dan perkembangan itu adalah biologis, kognitif, dan sosio-

emosional.38

a. Pertumbuhan Biologis

Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat

prgresif dan kontinu dan berlangsung dalam periode tertentu. Pertumbuhan

ini bersifat kuantitatif dan berkisar hanya pada aspek fisik individu (Ali,

2010).Perubahan yang pesat di masa remaja juga biasa disebut dengan

masa puberitas.Puberitas adalah sebuah periode dimana kematangan fisik

begitu pesat, yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh, yang

terutama berlangsung di masa remaja awal.Hormon adalah zat kimia yang

38

Santrock, John W. Life-Span Development, (New York: McGraw-Hill, 2002)

Page 47: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

37

kuat yang diciptakan oleh kelenjar edokrin dan dibawa keseluruh tubuh

melalui aliran darah.39

Pesatnya perubahan akan menyebabkan kejutan pada remaja, sebagai

contoh pakaian yang dimiliki oleh remaja sering kali tidak dapat digunakan

lagi, dan harus membeli lagi baju baru. Pada remaja putri ada perasaan

seolah-olah belum dapat menerima kenyataan bahwa tanpa dibayangkan

sebelumnya payudaranya membesar.Oleh sebab itu sering kali gerak-gerik

remaja menjadi canggung dan tidak bebas, gangguan yang terjadi karena

pesatnya pertumbuhan fisik seperti ini biasa disebut dengan gangguan

regulasi.40

Pertumbuhan fisik meliputi dua hal, yakni internal dan eksternal.

Perubahan internal contohnya perubahan pada pencernaan makanan,

bertambah besarnya berat dan ukuran jantung dan paru-paru, dan

bertambah sempurnanya kelenjar endokrin atau kelamin dan seluruh bagian

tubuh.Sedangkan perubahan eksternal contohnya bertambahnya tinggi

badan, bertambah lingkar tubuh, ukuran dan panjang lingkar tubuh, ukuran

seks, munculnya tanda-tanda kelamin sekunder.41

Selain itu ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik:

a. Faktor Internal

Faktor Internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

individu, yaitu:

39

Santrock, John W. Remaja jilid 2 ed.11 (Jakarta: Erlangga, 2007) 40

Ali, Zaidin. Pengantar keperawatan keluarga, (Jakarta: EGC, 2010) 41

Ibid,

Page 48: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

38

1) Sifat jasmaniah yang diwariskan oleh orangtua nya

Anak yang orangtua nya bertubuh tinggi cenderung lebih lekas

menjadi tinggi daripada anak dengan orang tuanya yang bertubuh

pendek, dalam hal ini dapat dikatakan juga faktor genetik.

2) Kematangan

Faktor kematangan mempengaruhi pertumbuhan fisik, sebagai

contoh anak yang berumur tiga bulan walaupun diberikan makanan

bergizi supaya menunjang otot kakinya agar dapat berjalan, tidak

mungkin berhasil jika usianya sebelum lebih dari sepuluh bulan.

b. Faktor Eksternal

1) Kesehatan

Anak yang sering sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan

terhambat.

2) Makanan

Makanan yang bergizi akan membuat anak tumbuh dengan pesat

dibandingkan anak yang tidak mendapatkan makanan bergizi.

3) Stimulasi Lingkungan

Individu yang tubuhnya sering dilatih oleh lingkungannya untuk

meningkatkan percepatan pertumbuhannya, akan berbeda dengan

yang tidak mendapatkan latihan.42

Oleh karena adanya faktor-faktor

internal dan eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan individu,

42

Ali, Zaidin. Pengantar keperawatan keluarga, (Jakarta: EGC, 2010)

Page 49: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

39

maka akan menyebabkan pertumbuhan fisik bervariasi setiap

orangnya.

b. Perubahan Kognitif

Kemampuan pemikiran remaja yang sedang berkembang, membuat

cakrawala kognitif yang baru.Pemikiran mereka semakin abstrak, logis, dan

idealis dan lebih cenderung memantau dunia sosial. Remaja termotivasi

untuk memahami dunianya karena hal ini merupakan suatu bentuk adaptasi

biologis. Remaja secara aktif mengkonstruksi dunia kognitifnya sendiri,

mereka juga melibatkan gagasan-gagasan baru karena informasi ini dapat

meningkatkan pemahaman mereka.43

Tahap perkembangan kognitif dibagi menjadi empat yaitu

sensorimotor, pra-operasional motor, operasi konkret, dan operasi formal.

Setiap tahap yang tergantung pada usia ini memiliki cara berfikir yang

berbeda, sedangkan remaja sendiri termasuk kedalam tahap operasional

formal, yaitu remaja bernalar secara lebih abstrak, idealis, dan logis.

c. Perubahan Emosional

Definisi emosional menurut Chaplin adalah suatu keadaan yang

terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari,

yang sifatnya mendalam dari perubahan perilaku. Sedangkan perubahan

sosio-emosional adalah perubahan relasi individu dengan orang lain, emosi,

kepribadian dan konteks sosial.44

43

Ali, Zaidin. Pengantar keperawatan keluarga, (Jakarta: EGC, 2010) 44

Ibid,

Page 50: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

40

Dalam hal ini emosi memiliki peranan penting dalam tingkah laku

individu termasuk dalam masalah sosial ini saling berkaitan.Daniel Goleman

mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa

emosi memainkan peranan penting dalam pola pikir maupun tingkah laku

individu.Adapun ciri utama pikiran emosional tersebut adalah respon yang

cepat tetapi ceroboh, mendahulukan perasaan kemudian pemikiran,

memperlakukan realitas sebagai realitas simbolik, masa lampau diposisikan

sebagai masa sekarang, realitas yang ditentukan oleh keadaan.45

Remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar

sedangkan pengendalian diri belum sempurna.Selain itu perkembangan

emosi remaja juga dipengaruhi bebrapa faktor, yaitu perubahan jasmani,

perubahan pola interaksi dengan orang tua, perubahan interaksi dengan

teman sebaya, perubahan pandangan luar, perubahan interaksi dengan

sekolah. Dengan perbedaan faktor-faktor tersebut perkembangan emosi

remaja sangat dimungkinkan berbeda satu sama lain.

d. Perubahan Sosial

Perkembangan sosial terjadi karena adanya hubungan sosial yang

berubah karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu

yang ada disekitarnya. Hubungan sosial ini berawal dari rumah yang

kemudian dilanjutkan di sekolah dan dilanjutkan lagi ketempat yang lebih

luas yaitu pergaulan teman sebaya. Pergaulan adalah juga sesuatu untuk

memperkembangkan aspek sosial anak. Seorang anak membutuhkan anak

45

Ali, Zaidin. Pengantar keperawatan keluarga, (Jakarta: EGC, 2010)

Page 51: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

41

lain atau kelompok yang kira-kira sebaya. Melalui hubungan dengan

lingkungan sosialnya, anak sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak

langsung terpengaruh kepribadiannya.46

Ada karakteristik yang unik dari perkembangan sosial remaja, yaitu

berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan untuk bergaul,

adanya upaya untuk memilih nilai-nilai sosial, meningkatnya kesadaran akan

lawan jenis, dan mulai tampak kecenderungan mereka untuk memilih karier

tertentu. Akan tetapi perkembangan sosial setiap remaja tentu saja tidak akan

sama karena dipengaruhi oleh keluarga, sekolah dan masyarakat.47

4. Kenakalan Remaja

a. Pengertian kenakalan Remaja:

Kenakalan remaja atau dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah

Juvenile delinquency, merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang

disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial yang berakibat mereka

mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.48

Menurut Santrock,

kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang

tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.49

Sedangkan menurut Sudarsono, kenakalan remaja adalah perbuatan/

46

Gunarsa, Singgih D. Dari Anak Sampai Usia Lanjut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004) 47

Ali, Zaidin. Pengantar keperawatan keluarga, (Jakarta: EGC, 2010) 48

Kartono, Kartini, Patologi Sosial, (Jakarta: CV, Rajawali, 1997) 49

Santrock, John W. Remaja jilid 2 ed.11 (Jakarta: Erlangga, 2007)

Page 52: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

42

kejahatan/ pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat

melawan hukum, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama.50

Jadi, kenakalan remaja adalah segala sesuatu perilaku remaja yang

bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang sampai

pada tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja. Adapun kenakalan

remaja yang sering terjadi di sekolah dalah perilaku bullying.

b. Jenis-jenis kenakalan remaja

Kenakalan remaja terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:

a) Kenakalan remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang lain.

Seperti: perkelahian, pembunuhan, perampokan, dan lain-lain.

b) Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian,

pemerasan, dan lain-lain.

c) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain.

Seperti: pelacuran, penyalahgunaan obat, dan lain-lain.

d) Kenakalan yang melawan status, seperti: mengingkari status sebagai

pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan

cara minggat dari rumah, dan lain-lain.51

50

Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012) 51

Sarwono, S.W, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012)

Page 53: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

43

BAB III

PROFIL LEMBAGA

A. Profil SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan

1. Sejarah SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan

Perjalanan panjang yang telah dilalui bagi Yayasan Pesantren Islam Al-

Azhar atau biasa juga disebut YPI, merupakan perjuangan yang sangat

berarti.Apalagi kehadirannya telah banyak memberi manfaat yang dapat

dirasakan oleh Ummat dan Bangsa.Masyarakat Indonesia telah mengenal Al-

Azhar, melalui Masjidnya yang Agung, Sekolahnya yang prestisius, dan kitab

Tafsir Al-Azhar yang telah berulang kali dicetak di dalam maupun di luar

negeri.Namun masih sedikit yang mengetahui sosok Al-Azhar di usianya yang

mencapai setengah abad lebih sejak berdirinya tanggal 7 April 1952 secara

utuh.Mulai dari usaha untuk mendapatkan tanah yang strategis di daerah

strategis, hingga berbagai upaya untuk memakmurkannya.

YPI Al-Azhar, semula merupakan suatu yayasan yang dibentuk dalam

rangka menerima dana sosial dari pemerintah untuk pembangunan tempat

ibadah bagi ummat Islam. Hal ini mendapat respon positif dan dibicarakan oleh

kurang lebih 14 tokoh Muslim dari berbagai kalangan, di kantor Masyumi,

Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Dalam Pertemuan itu disepakati untuk

membentuk Yayasan yang diberi nama Yayasan Pesantren Islam. Hasil

kesepakatan itu, pada hari Senin, tepatnya 7 April 1952, oleh Soedirdjo, Tan In

Hok dan Ghozali Sjahlan dibawa ke notaris Raden Kediman, serta dicatat

Page 54: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

44

dalam akte notaris nomor 25 yang kemudian atas bantuan Walikota Jakarta

Raya, Sjamsuridjal di temukanlah tempat ideal berlokasi di kota Satelit

Kebayoran.

Setelah 6 tahun kegiatan Yayasan terfokus pada pembangunan fisik

Masjid, maka sejak tahun 1958 Prof. Dr. Buya Hamka sebagai imam memulai

kegiatan Pembinaan ummat melalui peribadatan dan dakwah. Pada Februari

1961, Syaikh Al-Azhar Dr. Mahmud Syalthouth memberi nama "Al-Azhar"

kepada Masjid Agung Kebayoran yang kemudian dikenal dengan Masjid

Agung Al-Azhar.

SMA Islam Al-Azhar 2 berdiri sejak tanggal 16 Juli 1990 menempati

lokasi di Jalan Siaga Raya Pejaten Barat, Pasar Minggu - Jakarta Selatan dan

berada di bawah naungan YPI Al-Azhar.

Dengan lokasi yang strategis, tenang dan nyaman, SMA Islam Al-Azhar 2

Pejaten Jakarta Selatan memungkinkan murid untuk belajar dengan landasan

perpaduan antara IPTEK dan IMTAQ. Dengan tenaga pengajar yang handal

dan berdedikasi tinggi, SMA Islam Al-Azhar 2 siap menjawab tantangan

globalisasi, siap melangkah ke masa depan.

2. Latar Belakang Berdirinya SMA AL AZHAR 2 PEJATEN Jakarta

Selatan

SMA Islam Al Azhar atau lebih dikenal dengan sebutan ALPEN,

akronim dari kata Al Azhar Pejaten, adalah sala satu sekolah yang secara

langsung dibawah naungan YPI Al Azhar setelah kampus utamanya di Jalan

Page 55: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

45

Sisingamangraja Kebayoran Baru. Sebagai lembga pendidikan tingkat atas,

SMA Islam Al Azhar bertekad memenuhi harapan umat menjadi sekolah yang

berkualitas, bik di bidang IPTEK maupun IMTAK.

Karena besarnya animo masyarakat terhadap pendidikan yang bermisi

keislaman dan sesuai dengan program Yayasan Pesantren Islam Al Azhar serta

tuntutan umat agama agar Al Azhar segera membuka sekolah baru setingkat

SMA, maka didirikanlah SMA Islam Al Azhar 2 Pejaten Jakarta pada tanggal

01 Juli 1990 dengan izin operasional Depdikbud N0. 705p/101 A1/I/91.

Tujuan SMA Islam Al Azhar adalah sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional dan tujuan pendidikan di Yayasan Pesantren Islam Al Azhar. Dan

secara khusus berusaha memiliki keunggulan dalam hal:

a. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

b. Nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.

c. Wawasan IPTAK dan Imtak yang mendalam dan luas.

d. Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi.

e. Kepekaan sosial, budaya dan kepemimpinan.

f. Disiplin dan tanggung jawab yang tinggi.

Latar belakang pertimbangan atau alasan pendirian SMA Islam Azhar 2

Pejaten Jakarta Selatan diantaranya adalah:

1. Dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan program belajar

untuk mencerdaskan bangsa.

Page 56: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

46

2. Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk

mendapatkan pendidikan yang bertumpu pada ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek), keimanan dan taqwa (imtaq) serta berakhlakul karimah.

3. Untuk memberikan pendidikan yang berkesinambungan di Yayasan

Pesantren Islam Al Azhar dari jenjang Taman Kanak-kanak sampai

dengan Perguruan Tinggi.

4. Mewujudkan Visi dan Misi Yayasan Pesantren Islam Al Azhar.

5. Adanya warga yang memberikan wakaf tanah.

3. VISI dan MISI SMA Al Azhar 2 Pejaten

1. VISI

“Cerdas, Berprestasi, dan Berakhlak Mulia”

2. MISI

a. Membentuk prbadi muslim yang berakhlak mulia.

b. Mewujudkan proses kegiatan belajar mengajar yang interaktif, inisiatif

dan inovatif.

c. Menumbuh kembangkan kreatifitas murid sesuai dengan talenta, minat

dan bakat yang dimiliki peserta didik.

d. Menumbuh kembangkan jiwa kepemimpinan yang berkarakter.

e. Mewujudkan profesionalisme dan manajemen sekolah yang berbasis

pada teknologi informasi.

Page 57: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

47

Rincian Program Pembinaan Murid

a. Bidang Agama

Jumlah jam mata pelajaran agama secara keseluruhan berjumlah 7 jam,

penyisipan jiwa agama pada setiap mata pelajaran dengan mengintegrasi

bidang Imtaq dan Iptek, Pesantren Alam (SALAM) Al Azhar di Diklat

Cigombong. Ikrar, do‟a dan tadarus Al Qur‟an, hapalan Al Qur‟an, Sholat

dzuhur dan sholat jum‟at berjama‟ah.

b. Bidang Ketertiban Sekolah

1. Memasyarakatkan tata tertib

2. Menegakan disiplin sekolah

3. Operasi wijaya kusuma

4. Penyuluhan bahaya narkoba dan sex education

5. Penyuluhan sebab dan akibat bullying at school

6. Pemeriksaan tes kesehatan dan narkoba

7. Patroli sekitar lingkungan sekolah

c. Bidang Bimbingan Konseling

Bimbingan pribadi, Bimbingan social, Bimbingan belajar, Bimbingan

karier, Layanan orientasi, Layanan informasi, Layanan penempatan dan

penyaluran, Layanan pembelajaran, Layanan konseling perorangan dan

kelompok, Layanan bimbingan kelompok, Informasi PT dan SNMPTN,

diadakan penyuluhan bahaya narkoba, bullying dan sex education,

Psikotes kelas X dan XII, Tour D‟Campus.

Page 58: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

48

4. Struktur Organisasi SMA Islam Al Azhar 2

Sumber: Guru Bimbingan dan Konseling SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.

KEPALA SEKOLAH

Abdullah, M. Si

WAKIL KEPALA SEKOLAH

Drs. Bukhori Muslim

JAM‟IYYAH

Iin Yuniarti

TATA USAHA/ BENDAHARA

Windu Restina

KORBID AGAMA

Abdul Hafiz, M. Pdi

KORBID KURIKULUM

Abu Hurairah, S. Ag

KORBID KEMURIDAN

Hanan Munthaha, S. Ag

KORBID

TANSEK

Drs. Ismanto

KORBID TU & SARPAS

Abdul Haris

KORBID KESRA

Drs. Marjuned Harun

WALI KELAS DEWAN GURU BK

MURID

Page 59: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

49

B. Prosedur Kerja Bimbingan Konseling

1. Perencanaan Program Bimbingan Murid

a. Setiap awal tahun ajaran baru, koordinator BK (Bimbingan dan Konseling)

membuat rencana program Bimbingan Konseling Tahunan yang

selanjutnya diajukan kepada kepala sekolah untuk mendapatkan

persetujuan.

b. Program layanan bimbingan dan konseling yang telah disetujui dan di

sahkan kepala sekolah akan menjadi program kerja tahunan Bimbingan dan

Konseling.

c. Berdasarkan program kerja tahunan, koordinator BK membuat jadwal

kegiatan layanan bimbingan dan konseling per-semester. Serta membuat

silabus pelayanan bimbingan dan konseling.

d. Bimbingan yang disediakan terhadap murid adalah sebagai berikut:

- Bimbingan Pribadi

- Bimbingan Sosial

- Bimbingan Karier

- Bimbingan Belajar

e. Berdasarkan layanan bimbingan yang tersedia, Koordinator BK menyusun

personel BK yang terdiri dari guru Pembimbing serta pembagian tugas

(sesuia SK Kepala Sekolah) yang dituangkan dalam:

- Jadwal tatap muka dengan murid (sesuai dengan jadwal BK yang

diberikan

- Jadwal Piket Konsultasi BK

Page 60: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

50

- Daftar Layanan Binaan BK

2. Pengidentifiksian Keadaan dan Masalah Murid

a. Dalam mengidentifikasi permasalahan dikalangan murid, guru BK

melakukan kegiatan layanan bimbingan dan konseling dengan

menggunakan “Buku Catatan Pribadi Murid”.

b. Untuk melengkapi data keperluan konseling, guru BK berkoordinasi

dengan wali kelas, bagian kemuridan, ketahanan sekolah (TanSe), Security,

kurikulum dan Kepala Tata Usaha, (TU) untuk memperoleh data sebagai

berikut:

- Data kejadian pelanggaran tata tertib murid.

- Data nilai harian dan semester

- Data informasi murid secara menyeluruh.

Data tersebut akan disimpan kedalam buku Catatan Pribadi Murid.

3. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling

a. Berdasarkan data hasil identifikasi keadaan dan atau masalah murid, guru

BK memanggil murid yang mendapat prioritas untuk dikonseling dan

mencatat hasilnya di buku catatan pribadi murid.

b. Semua data yang diperoleh dari wali kelas, bidang kemuridan, bidang tanse,

laporan guru akan dicatat dalam buku catatan pribadi murid dan akan

menjadi bahan konseling jika diperlukan.

c. Layanan bimbingan juga bersifat insidentil atas kemauan murid yang

bermasalah, baik masalah pribadi, belajar, sosial, karier, keluarga, ekonomi,

kesehatan dan masalah lainnya.

Page 61: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

51

d. Untuk bimbingan karir, guru bimbingan dan konseling (BK) memberikan

informasi tentang dunia karir sesuai dengan spesifikasi mata pelajaran.

e. Jika hasil konseling membutuhkan keterlibatan orangtua, maka guru BK

mengajukan undangan untuk orangtua dengan berkoordinasi dengan wali

kelas, dan undangan ditandatangani oleh pimpinan sekolah.

f. Setiap murid ataupun orang tua yang hadir dan melakukan konseling atau

bimbingan di ruang BK (Bimbingan dan Konseling) atau di sekolah, wajib

menandatangani form kehadiran konsultasi yang disediakan guru BK.

g. Jika orangtua berhalangan untuk hadir dan atau guru BK membutuhkan data

tambahan, atau atas rekomendasi wali kelas untuk melakukan kunjungan

rumah (home visit) maka guru BK bersama wali kelas melakukan kunjungan

rumah dengan membawa buku catatan pribadi murid dan membawa surat

dari sekolah yang ditandangani oleh pimpinan sekolah dan pihak yang

dikunjungi.

h. Untuk murid-murid yang membutuhkan penanganan khusu di bidang

peningkatan akademik, akan dipantau melalui layanan khusus dengan

menggunakan form evaluasi dan rencana belajar.

i. Untuk penyelesaian masalah yang terkait dengan Bidang Ketahanan Sekolah

(TanSe) dan membutuhkan pendapat atau perhatian guru dan pihak lain yang

terkait, maka diadakan konferensi kasus yang laporannya tertuang dalam

form dan melampirkan data kehadiran peserta konferensi kasus.

j. Sekiranya masalah murid memerlukan penanganan khusus seperti dari

dokter, psikolog, psikiater, dan atau kepolisian maka murid dialihtangankan

Page 62: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

52

(referal) kepada yang berwenang di antara tersebut diatas dengan persetujuan

murid yang bersangkutan, orang tua, dan pimpinan sekolah (form terlampir

di buku catatan pribadi murid).

4. Evaluasi

a. Layanan bimbingan dan konseling perlu di nilai untuk mengetahui

efektifitas layanan dan dampak positif yang diperoleh murid.

b. Fokus penilaian hasil layanan adalah diperolehnya pemahaman baru,

berkembangnya perasaan positif dan rencana kegiatan yang akan

dilaksanakan paska layanan demi terentasnya masalah.

c. Jika dalam evaluasi ini ditemukan hal-hal yang tidak sejalan dan belum

berhasil, maka dilakukan tindak lanjut dengan alternatif treatmen yang lain.

5. Pelaporan

Sebagai bukti fisik kegiatan pelaksaan layanan bimbingan dan konseling,

guru BK menuangkan laporannya kepada wali kelas dan pimpinan sekolah

dalam bentuk:

a. Agenda harian kegiatan yang dilaporkan setiap awal bulan.

b. Laporan layanan konseling individu yang dilaporkan setiap awal bulan.

c. Laporan layanan konseling kelompok yang dilaporkan setiap awal bulan.

C. MEKANISME PENANGANAN MURID BERMASALAH

a. Murid bermasalah di bidang akademik, ditangani oleh guru yang

bersangkutan, wali kelas dan bimbingan konseling. Jika masalah sangat berat

atau parah maka di referal ke tenaga ahli.

Page 63: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

53

b. Murid bermasalah di bidang sikap atau perilaku:

Ringan

- Ditangani oleh guru yang bersangkutan.

- Jika berulang sampai 3 kali, dilaporkan ke wali kelas.

- Berulang sampai 5 kali, ditangani wali kelas dan BK.

- Berulang sampai lebih dari 7 kali, ditangani wali kelas, BK, dan Tansek.

- Berulang sampai lebih dari 10 kali, di referal ke tenaga ahli.

Sedang

- Ditangani oleh guru yang bersangkutan dan kerjasama dengan wali

kelas

- Jika berulang, ditangani oleh guru, wali kelas, Tanse, dan BK.

- Jika berulang sampai 4 kali, dilakukan konferensi kasus.

- Referal ke tenaga ahli.

Berat

Ditangani oleh guru yang yang bersangkutan, wali kelas, BK dan Tansek

jika diperlukan ditangani melalui konferensi kasus.

Page 64: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

54

BAB IV

HASIL TEMUAN DAN ANALISIS

Berdasarkan hasil temuan yang peneliti peroleh mengenai gambaran penyebab

tradisi bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan. Peneliti akan

menjelaskan pada bab ini melalui teori bullying dari beberapa ahli. Adapun sub bab

yang akan dibahas diantaranya adalah penyebab terjadinya bullying di SMA Al Azhar

2 Pejaten Jakarta Selatan, dampak bullying bagi korban, serta peran sekolah dalam

menangani bullying.

A. PENYEBAB TERJADINYA BULLYING

Bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke

dalam aksi, sehingga menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara

langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab,

biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.52

Perilaku bullying

merupakan bentuk dari tindakan agresivitas yang membuat korban merasa tidak

nyaman dan terluka, baik secara fisik maupun psikologis.

Tindakan bullying mencerminkan bahwa bullying adalah masalah penting yang

dapat terjadi di setiap sekolah jika tidak terjadi hubungan sosial yang akrab oleh

sekolah terhadap komunitasnya, yakni murid, staf, masyarakat sekitar, dan orang tua

52 Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak, (Jakarta: Grasindo,

2008)

Page 65: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

55

murid.53

Beberapa penyebab terjadinya bullying di SMA Al Azhar 2 yang pernah

menjadi pengalaman bullying dari informan “NE” dan “AM” sebagai berikut:

1. Hubungan Keluarga

Latar belakang seseorang memiliki perilaku bullying salah satunya adalah

peranan kelurga. Keluarga sangat mempengaruhi perilaku bullying pada individu.

Banyak orangtua yang menghukum anaknya dengan kekerasan meskipun si anak

hanya melakukan kesalahan yang kecil. Sebenarnya ada berbagai tujuan kenapa

orangtua melakukan kekerasan yakni ingin anaknya disiplin, supaya menuruti kata

orangtua, supaya anaknya jera, paling parah lagi karena prestasi.54

Ada beberapa alasan mengapa keluarga sangat berpengaruh terhadap pola asuh

seorang anak untuk menjadi pelaku bullying, yang tampak bahwa hukuman dengan

kekerasan akan membuat anak menjadi disiplin serta anak juga dapat belajar dari

kesalahan. Tapi disisi lain, anak yang diperlakukan dengan kekerasan rentan

menghadapi trauma, dendam, bahkan ketika dewasa ia cenderung suka melakukan

kekerasan untuk menyelesaikan persoalan.55

beberapa diantaranya terjadi pada

informan “NE” dan “AM”. Menurut informan “AM”, sejak kecil orangtua “AM”

mendidiknya dengan pola asuh yang sedikit otoriter, bila “AM” dan kedua kakak nya

membuat kesalahan terkadang orang tua nya menggunakan hukuman sebagai bentuk

disiplin.

53

Sullivan, dkk, Bullying in Secondary Schools: What is Looks Like and How to Manage it (Corwin Press, 2004) 54

Beranda Agency, mengasuh dan mendidik buah hati tanpa kekerasan, (PT. Gramedia, Jakarta, 2015), h.2 55

Ibid, h.5

Page 66: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

56

“hahahah gue udah agak kebal sih kalau mereka ngomel (marah), gue dari

kecil sering dihukum. Bokap nyokap gue itu pake cara kalau bikin salah

dihukum gitu, kalau bikin sesuatu yang baik ya dapet reward”56

Menurut pengakuan “AM”, tindakan kasar sebagai hukuman dari orangtua nya

sudah biasa ia rasakan, sebelumnya hukuman yang ia dapatkan tidak sampai terlalu

parah, tetapi semakin lama semakin ayahnya geram “AM” sampai harus merasakan

diusir dari rumah. Namun ibu nya selalu membela dirinya.

“kalau gamparan (tamparan) dari bokap mah gue udah biasa sih.. sempet

juga gue di usir dari rumah heheheh tapi nyokap belain waktu itu”57

Informan “AM” menerima bahwa semua hukuman yang ia dapatkan memang

setimpal dengan kenakalan yang sudah ia lakukan, namun pola asuh seperti ini

membuat seorang anak tumbuh dengan sikap yang keras dan tidak merasa takut

terhadap apapun diluar rumah.

“ya gitu deh gue jadi berani sama orang lain..”58

Menurut pengakuan “AM” hukuman dirumah tidak hanya ia dapatkan dari

orangtuanya, tetapi tindak kekerasan seperti itu tetap ia dapatkan dari kakak nya

setelah ayah “AM” meninggal dunia. Namun, karena “AM” menganggap yang

menghukum hanya seorang kakak, ia berpikir masih bisa melawan dan tetap mencoba

bersikap santai.

“gue kayak agak bebas gitu bokap ngga ada, ngga ada yang gue takutin

lagi, tapi ternyata gue malah digamparin kakak gue hahahah sama aja

kena juga, tapi yaudah gue sih santai aja, makin gede gue makin bisa

ngelawan.”59

56

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”,(Jakarta, 11 Agustus 2016) 57

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM” 58

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM” 59

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”,(Jakarta, 11 Agustus 2016)

Page 67: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

57

Terlihat raut wajah “AM” yang tiba-tiba berubah menjadi sedikit muram saat

dirinya bercerita mengenai hal ini,60

ia merasa menyesal karena selalu membuat

ayahnya geram dan belum sempat menjadi anak yang baik selama semasa hidup

ayahnya.

“gue kayak nyesel kenapa gue ngga jadi anak baik dari dulu biar bokap

ngga perlu maki-maki gue sampe darahnya harus tinggi dan sakit. Gue

kadang suka nyesel dan mikir bokap ngga ada itu karena ulah gue”61

Latar belakang pola asuh orangtua sebagai penyebab seseorang menjadi pelaku

bullying bukan hanya dikarenakan cara didik yang otoriter, tetapi cara mendidik yang

permissive terkadang dengan pola asuh yang serba membolehkan namun terkadang

terlalu membatasi anak untuk berperilaku juga dapat menjadikan anak tumbuh

dengan sikap yang menyimpang. Seorang anak akan meluapkan emosinya diluar

rumah dengan orang yang tidak bersalah.

Berbeda dengan informan “AM” yang di didik dengan hukuman oleh

orangtuanya, informan “NE” justru lebih dibatasi untuk berperilaku. “NE” mengaku

dirinya menjadi anak yang pendiam dirumah, namun bila sedang diluar rumah ia

merasa bebas melakukan segala hal. Orangtua “NE” termasuk orangtua yang sangat

memperhatikan perilaku anaknya, hanya saja karena selalu membatasi anak-anaknya

berperilaku, membuat “NE” mencari kebebasan diluar rumah.

“Dari kecil bokap selalu batasin apa-apa yang harus dan ngga harus

dilakuin,”62

60

Hasil Observasi Langsung dengan Informan “AM”, (Jakarta, 11 Agustus 2016) 61

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM” 62

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”,(Jakarta, 8 Agustus 2016)

Page 68: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

58

Kesibukan “NE” diluar rumah membuat dirinya merasa bebas karena tidak ada

yang membatasi apapun yang ingin ia lakukan, walaupun orangtua “NE” selalu

memantau dirinya lewat telepon. “NE” mengaku jauhnya jarak rumah dan sekolah

menjadi alasan ia lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah.

“gue jarang dirumah, gue lebih banyak abisin waktu setiap hari itu

disekolah, sampe rumah ya kira-kira jam tujuh malem karena lumayan

jauh juga sekolah gue. Nah gue mulai deh nge-eksplor diri gue…”63

Menurut pengakuan “NE”, karena dirinya lebih banyak menghabiskan waktu

diluar rumah, membuat dirinya menjadi anak yang membangkang, ia berani melawan

orangtua walaupun masih dalam batas yang wajar. Saat SMA ia tidak mau

disekolahkan di SMA Al Azhar 2 karena ingin bersekolah di sekolah negeri

pilihannya seperti teman-temannya. Orangtua “NE” tetap menyekolahkan “NE” di

SMA Al Azhar dengan keyakinan bahwa “NE” dapat di didik menjadi pribadi yang

lebih baik dengan nilai-nilai keagamaan yang diberikan sekolah kepada murid. saat

awal masuk sekolah, “NE” sering memberontak dan selalu melawan orangtuanya, ia

ingin diberi kebebasan karena ia merasa sejak kecil selalu dibatasi keinginannya.

“NE” mengaku kerap kali ia membohongi orangtuanya karena ia sering „cabut‟

sekolah entah kemana perginya asal tidak ke sekolah. “NE” menjadi anak yang sulit

beradaptasi dengan lingkungan baru karena sejak kecil yang ia tahu lingkungan nya

selalu dibatasi oleh orangtuanya.

“Gue itu susah beradaptasi orangnya, gue susah nerima keberadaan

orang baru dilingkungan gue, mungkin karena gue dari kecil lingkungan

nya itu-itu aja kali ya..”64

63

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”, (Jakarta, 8 Agustus 2016) 64

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”

Page 69: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

59

“…Gue susah nerima orang baru juga mungkin karena dari kecil apa-apa

gue dibatasin sama orangtua gue, jadi kalau ada temen gue punya temen

baru gue ngga suka yaudah gue musuhin…”65

Penyebab seseorang anak menjadi pelaku bullying tidak terlepas dari pola asuh

orangtua yang sangat berperan penting dalam mendidik tumbuh kembang anak.

Penolakan, pelecehan (abusive), kesalahan mendidik (mistreatment), serta sikap keras

orangtua terhadap anak cenderung menyebabkan anak bertindak agresif termasuk

bullying.66

ECOMAP INFORMAN

Informan “AM” (Pelaku laki-laki)

65

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE” 66

Astuti, R.P. Meredam Bullying (3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan Pada Anak), 2008, Jakarta: PT. Grasindo

Informan

“AM”

Ayah

“PB”

Ibu

“YS”

Kakak Perempuan

“NL”

Teman-teman

Kakak

Laki-laki

“TF”

Page 70: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

60

Dari Ecomap informan “AM” dapat diketahui bahwa hubungan “AM” dengan

keluarga tidak begitu baik. Sejak kecil “AM” dididik dengan cara keras oleh ayahnya,

sehingga saat “AM” besar ia tumbuh menjadi anak yang keras dan sering melawan

orangtua nya sebagai bentuk pemberontakan. Begitu pula hubungan “AM” dengan

kedua kakaknya, setelah ayah nya meninggal “AM” lebih sering mendapat tindak

kekerasan dari kakak laki-lakinya bila ia melakukan kesalahan baik itu dirumah

maupun di sekolah seperti pukulan dan hukuman-hukuman secara fisik lainnya, hal

ini membuat “AM” tumbuh menjadi anak yang pendendam.

Informan “NE” (Pelaku Perempuan)

Dari hasil Ecomap pada informan “NE” dapat diketahui bahwa ayahnya perduli

dengan “NE”, hanya saja “NE” menganggap sikap perduli ayahnya hanya sebagai

Informa

n “NE”

Ayah

“AF”

Ibu “ET”

Adik perempuan

“AS”

Adik Laki-

laki “JF”

Teman-

teman “NE”

Page 71: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

61

tekanan, begitupula hubungan “NE” dengan adik laki-lakinya, karena “NE” jarang di

rumah membuat ia tidak begitu dekat dengan adiknya, namun dengan adik

perempuan nya “NE” masih sering bercerita karena ia masih tidur satu kamar. “NE”

merasa lebih dekat dengan teman-temannya karena ia lebih sering menghabiskan

waktu bersama teman-teman.

Informan “ATC” (Korban bullying)

Penjelasan dari ecomap informan “ATC” sebagai korban bullying bahwa hubungan

antara dirinya dengan ayah kandungnya kurang baik, karena ayahnya tidak tinggal

satu rumah dengan “ATC” saat ini, hal itu karena ayah dan ibu “ATC” yang sudah

berpisah. Hubungan informan dengan kakak laki-laki juga kurang begitu baik karena

keduanya jarang bertemu. “ATC” lebih banyak berinteraksi dengan Ibu dan teman-

teman sekolahnya.

Informa

n “ATC

Ayah

“ATC”

Ibu

“ATC”

Kakak laki-laki

“GD” Teman-

teman “ATC”

Page 72: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

62

2. Senioritas

Bullying di lembaga pendidikan dapat terjadi karena adanya superioritas dalam

diri siswa, bullying adalah arogansi yang terwujud dalam tindakan. Remaja yang

melakukan bullying memiliki hawa superioritas yang sering dijadikan topeng untuk

menutupi ketidakmampuan dirinya. Pelaku bullying berdalih bahwa superioritas

dianggap memperbolehkan remaja melukai seseorang yang mereka anggap lebih

lemah padahal semuanya adalah dalih untuk merendahkan seseorang sehingga

mereka merasa lebih unggul.67

Adanya perbedaan kelas yang biasa disebut dengan senior dan junior secara

tidak langsung memunculkan anggapan bahwa senior lebih berkuasa daripada

juniornya. Senior yang menyalahartikan tingkatannya dalam kelompok, dapat

memanfaatkannya untuk mem-bully junior. Hal tersebut dibenarkan oleh informan

“AM” yang mengaku bahwa tingkat kuasa antar kelas memang benar adanya. Senior

kelas tiga akan merasa menjadi yang paling berkuasa diantara kedua tingkat

dibawahnya.

“disekolah itu ada strata nya, kelas 1 itu budak, kelas 2 rakyat, kelas 3

raja. Jadi yang boleh makan di meja kantin itu cuma anak kelas 3 dan

kelas 2 juga masih dikit yang makan di kantin.”68

“senioritas buat gue sih wajar aja ya.. biar ade kelas tuh ngga belagu, jadi

ada yang ditakutin gitu…”69

67

Coloroso, Barbara. Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU), Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi, 2007 68

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”,(Jakarta, 11 Agustus 2016) 69

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”

Page 73: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

63

Bentuk-bentuk senioritas yang sering terjadi di sekolah tidak selalu mengarah

pada kekerasan, tetapi lebih pada agar junior menghormati seniornya, bersikap sopan

santun serta tidak terkesan menantang.

“biar mereka tau caranya ngehormatin orang yang lebih tua.. biasanya sih

kayak harus nunduk kalau ketemu kakak kelas, harus nyapa kalau tau

nama, kalau diem aja apalagi nyolot (menantang) ya pasti kena

batunya.”70

Menurut pengakuan “AM”, senioritas lebih difokuskan pada murid kelas satu

yang baru masuk sekolah, dengan tujuan agar junior lebih menghormati senior yang

lebih tua.

“Tapi biasanya itu sih antar anak kelas satu sama kelas tiga, kelas dua

mah kayak dilemma gitu ya, gabisa apa-apa, gaboleh nindas dan ga

ditindas juga sih kebanyakan..”71

Berbeda dengan informan “NE” sebagai murid perempuan, “NE” mengaku

bahwa senioritas antar siswa perempuan sudah didapatkan sejak kelas satu. Bukan

hanya harus menghormati senior, tetapi juga harus memperhatikan penampilan.

Menurut “NE”, murid kelas satu tidak diperbolehkan berpenampilan mencolok, tidak

diperkenankan mengenakan seragam yang ketat dan pendek, serta tidak boleh

membawa barang-barang yang menurut senior tidak pantas dibawa.

“senioritas tuh lebih ke kayak ngajarin apa-apa aja yang harus dilakuin

dan ngga dilakuin adek kelas…”72

Menurut pengakuan “NE”, setiap tahunnya bentuk senioritas yang terjadi di

sekolah sudah diawali pada masa awal tahun ajaran baru. Kelas tiga akan

70

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM” 71

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM” 72

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”, (Jakarta, 8 Agustus 2016)

Page 74: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

64

mengumpulkan adik-adik kelas satu untuk diperiksa apakah sudah ada yang

melanggar aturan atau apakah ada junior yang berpenampilan tidak pantas.

“ada waktu di mana kelas satu dikumpulin di satu kelas, itu cewek-cewek

doang.. disitu kita periksain anak-anak kelas satu yang gaya nya udah

ngocol (tidak mematuhi aturan), udah dipotong pendek seragam nya, trus

rok udah sepan ngatung, baju seragam ketat ada kupnat-an..”73

Setelah diketahui beberapa junior berpenampilan yang tidak seharusnya, senior

akan memerintahkan mereka beridiri di hadapan teman-teman kelas satu untuk

dijadikan contoh bahwa mereka tidak pantas untuk ditiru. Senior akan dengan senang

hati memaki-maki junior yang dipilih berdiri di depan kelas untuk diberitahu agar

tidak mengulangi kesalahan yang sama serta untuk mempermalukan mereka di

hadapan teman-temannya.

“Kalau ada kelas satu yang udah gaya-gayaan (menentang) kayak gitu

kita suruh diri didepan kelas depan temen-temennya, kita malu-maluin,

kita contohin seragam yang ngga boleh dipake tuh ya kayak gitu..”74

“Disitu kita kasih tau buat ngga boleh dipake lagi, kalau besok-besok nya

kita liat masih make ya terpaksa kita harus turun tangan lagi lah, malah

seru ada mainan.”75

Senioritas yang salah diartikan dan dijadikan kesempatan atau alasan untuk

mem-bully junior terkadang tidak berhenti dalam satu periode saja. Hal seperti ini

tidak jarang menjadi peraturan yang tidak tertulis yang diwariskan secara turun

temurun kepada tingkatan berikutnya. Karakter individu atau kelompok juga sangat

berpengaruh pada tindakan senioritas yang sering terjadi di sekolah-sekolah.

73

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”, (Jakarta, 8 Agustus 2016) 74

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE” 75

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”

Page 75: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

65

Menurut Bourdieu, kekerasan berada dalam lingkup kekuasaan. Hal tersebut

berarti kekerasan merupakan pangkal atau hasil sebuah praktik kekuasaan. Ketika

sebuah kelas mendominasi kelas yang lain, maka didalam proses dominasi tersebut

akan menghasilkan sebuah kekerasan. Kekerasan muncul sebagai upaya kelas

dominan untuk melanggengkan dominasi atau kekuasaannya dalam strukur sosial.

Jadi, kekerasan dan kekuasaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan.76

3. Rasa Dendam

Pelaku bullying umumnya bersifat temperamental. Mereka melakukan bullying

terhadap orang lain sebagai pelampiasan kekesalan dan kekecewaannya. Ada kalanya

karena mereka merasa tidak punya teman, sehingga ia menciptakan situasi bullying

supaya memiliki „pengikut‟ dan kelompok sendiri. Bisa jadi mereka takut kembali

menjadi korban bullying, sehingga lebih dulu mengambil inisiatif sebagai pelaku

bullying untuk keamanan dirinya sendiri.

Rasa dendam ingin membalas atas perlakuan kekerasan yang dialami biasanya

muncul pada diri seseorang. Anak akan memiliki dorongan balas dendam pada anak-

anak yang pemberani, bila ia memiliki kesempatan untuk membalas maka iapun

langsung melampiaskan pada orang tuanya. Tetapi efeknya adalah anak juga akan

melampiaskan kekerasan pada orang lain ketika orang tersebut berupaya

menentangnya.77

76

Nanang, M, Kekerasan Simbolik di Sekolah (Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan Pierre Bourdieu), PT Raja Grafindo Persada, (Jakarta, 2012), h. 39 77

Beranda Agency, mengasuh dan mendidik buah hati tanpa kekerasan, (PT. Gramedia, Jakarta, 2015),

h.8

Page 76: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

66

Pelaku bullying kemungkinan besar juga sekedar mengulangi apa yang pernah

ia lihat dan alami sendiri. Ia menganiaya anak lain karena mungkin ia sendiri dianiaya

orangtuanya dirumah, atau pernah ditindas dan dianiaya anak lain yang lebih kuat

darinya di masa lalu.

Hal ini serupa dengan apa yang informan “AM” sampaikan, bahwa ia mem-

bully junior karena ia pernah di bully oleh senior sebelumnya. Ia menganggap bahwa

tindakan bullying senior kepada junior memang wajar terjadi.

“kenapa gitu, soalnya dulu gue juga pernah ngalamin hal yang sama. Gue

juga waktu kelas 1 makan di kantin trus gue disiram juga dikepala gue,

gue juga disuruh makan yang di lantai. Ya gue mau ngga mau gue makan

lah.. nah terus deh ke bawah berlanjut tradisi kayak gitu, ngga tau deh

kalau sekarang. Pokoknya gue cuma nerusin apa yang udah gue rasain

waktu gue masih jadi junior.”78

Menurut “AM” tindakan bullying yang turun menurun memang biasa terjadi,

rasa dendam yang di rasakan korban-korban bullying lah yang memunculkan sikap

menindas selanjutnya. Penyebab terjadinya bullying tidak jarang dikaitkan dengan

adanya tindak kekerasan yang dialami oleh pelaku dimasa sebelumnya.

“Gue ditindas harus diem, gue lawan gue makin abis (tertekan), ya pas

gue jadi senior gue juga mau ngerjain junior gitu biar mereka juga

ngerasain hal yang sama kaya yang gue rasain.”79

Aksi bullying yang paling sering terlihat dan dianggap sebagai suatu tradisi

yang wajar adalah ketika Masa Orientasi Siswa (MOS). Ketika MOS, umumnya

kakak-kakak kelas selalu memberi pembenaran bagi sikap-sikapnya yang sudah

masuk kategori sebagai pelaku bullying untuk menindas adik kelasnya yang lebih

78

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”,(Jakarta, 11 Agustus 2016) 79

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”

Page 77: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

67

muda atau lebih lemah.80

“AM” mengaku sebelumnya ia sering menjadi korban

bullying oleh seniornya karena ia termasuk anak yang melawan. Pengalaman menjadi

korban bullying di SMP membuat dirinya melampiaskan kekecewaan dan

kekesalannya terhadap orang lain. Saat SMA “AM” mengambil inisiatif untuk

menjadi pelaku bullying sebagai bentuk pertahanan dirinya agar pengalaman pahit

menjadi korban bullying tidak terulang kembali. Hal tersebut diakui oleh informan

“AM” bahwa pelaku bullying biasanya adalah korban sebelumnya.

“kalau nge-bully gini sih bukan turunan ya, tapi pasti yang pernah dibully

bakalan nge-bully lagi selanjutnya.”81

“Ya dengan nge-bully gue jadi semakin ditakutin dan dipandang orang,

gue jadi dapetin kekuatan gitu buat standing di lingkungan.”82

Bentuk pertahanan diri yang informan “AM” lakukan sebagai pelaku bullying

tidak dilakukan semata-mata hanya untuk mencari nama agar dihormati, namun ia

melakukan tindakan bullying seperti ini lebih cenderung karena alasan dirinya

menyimpan dendam setelah sebelumnya ia pernah menjadi korban bullying saat

masih SMP. “AM” mengaku akibat menjadi korban bullying, membuat dirinya

terbentuk menjadi seorang anak yang bersikap keras atau temperamental.

“Dan sejak saat itu juga gue nyimpen dendam, gue bertekad gue ngga mau

diinjek-injek orang lagi, jadilah terbentuk gue anak yang keras..”83

Para pelaku bullying umumnya memiliki sifat berani, tidak mudah takut dan

punya motif dasar tertentu seperti agresifitas, rasa rendah diri dan kecemasan. Dengan

menjadi pelaku bullying, dapat digunakan menjadi pertahanan diri dan untuk

80

SEJIWA, Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), h. 15 81

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM” 82

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”, (Jakarta, 11 Agustus 2016)) 83

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”

Page 78: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

68

menutupi rasa rendah dirinya tersebut. Sama halnya dengan informan “AM” yang

melakukan perilaku bullying karena alasan dendam bahwa dirinya pernah menjadi

korban bullying, informan “NE”-pun mengaku bahwa tindakan bullying memang

wajar terjadi setiap tahunnya. Menurutnya, perilaku senioritas dapat membantu

membentuk mental junior agar lebih kuat serta dapat menghormati orang yang lebih

tua.

“Buat gue juga wajar aja ada kayak begini, biar mereka kuat lah mental

nya, ngga cengeng, yang cengeng ya paling „mental‟ (tersingkirkan)”84

Rasa dendam sebagai junior pasti sering dirasakan oleh korban-korban bullying,

terkadang ada yang menerima perlakuan seperti ini namun lebih banyak korban yang

akhirnya membalaskan dendam nya kepada orang lain. Sikap melawan yang informan

“NE” miliki terkadang menjadi perhatian seniornya, kerap kali “NE” menjadi korban

bullying karena dirinya melawan senior.

“gue juga kan pernah jadi kelas satu, gue juga pernah ngalamin kayak

gitu.. kadang kalau lagi iseng gue suka ngelawan, bikin mereka makin

kesel, pura-pura nurut ntar gue lawan lagi, gitu aja”85

Korban bullying umumnya bukanlah pemberani, memiliki rasa cemas dan

rendah diri, yang menjadikan mereka sebagai korban bullying. Akibat mendapatkan

perlakuan ini, tidak jarang korban pun memiliki rasa dendam, untuk suatu ketika akan

membalaskan dendamnya terhadap orang lain. Sehingga bukan tidak mungkin korban

bullying akan menjadi pelaku bullying pada anak lain yang ia pandang sesuai dengan

tujuannya, yaitu agar mendapatkan kepuasan dengan cara membalas dendam.

84

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”,(Jakarta, 8 Agustus 2016) 85

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”,(Jakarta, 8 Agustus 2016

Page 79: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

69

B. BENTUK-BENTUK BULLYING

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Bullying adalah suatu perilaku

agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/ sekelompok siswa yang

memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan

menyakiti orang tersebut.86

1. Bullying Secara Fisik

Salah satu bentuk bullying adalah bullying fisik secara langsung, yang

dimaksud bullying fisik secara langsung adalah kontak fisik yang terjadi antara

pelaku dengan korban bullying.

Bentuk bullying seperti ini merupakan jenis bullying yang paling tampak,

siapapun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan

korbannya.87

Bullying dengan tipe ini memang mudah untuk diidentifikasi. Namun,

bullying secara fisik merupakan bullying yang paling jarang dilakukan. Kasus

bullying secara fisik yang dilakukan murid sekolah biasanya terjadi terutama pada

murid laki-laki. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh informan “AM” yang

melakukan perilaku bullying secara fisik pada murid kelas satu saat merasa dirinya

dilawan. Berikut penuturannya:

“Gue ngga suka sama anak yang belagu, yang nyolot, sengak atau kayak

sok mau ngelawan gue gitu..… kalau gue rasa dia sengak dan ngelawan gue,

pasti gue abisin…. ya gue ngga segan-segan buat mukulin itu orang”88

86 Tim Musyawarah Guru BK, Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling pada Satuan Pendidikan

Menengah, (Jakarta, PT. Grasindo), h.88 87

SEJIWA, Mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak, (PT. Grasindo Jakarta, 2008) h. 2 88

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”,(Jakarta, 11 Agustus 2016)

Page 80: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

70

Selain melakukan bullying fisik secara langsung, “AM” juga kerap kali

memerintahkan junior kelas satu untuk berkumpul di basement sepulang sekolah atau

menyuruh mereka Push up bahkan sampai memukul juniornya apabila mereka tidak

mau memberikan uang setoran yang diminta “AM” dan teman-temannya.

“kalau ngga ngasih kita kumpulin pulang sekolah di basement atau di depan

sekolah yang tempat parkir, kita maki-maki semua, suruh push up, trus

kalau ada yang ngelawan ya kena tabok”89

Sama dengan pernyataan informan diatas bahwa “NE” juga pernah melakukan

bullying secara fisik. Namun, menurutnya yang ia lakukan tidak terlalu berat, seperti

yang ia sampaikan pada wawancara dengan peneliti.

“gue pernah minta beliin barang di mall, sebelumnya gue tanya dulu dia

besok nya ke mall atau ngga, mau ngga mau dia bilang iya dong karena tau

kalau gue mau nitip, trus gue bilang aja gue nitip kertas file lah, ntar gue

minta beliin jepitan rambut atau cuma sekedar makanan cemilan gitu.. dia

harus beliin lah.. kalau ngga dibawain, besok nya ya paling gue injek gitu

kakinya…”90

Saat informan “NE” menceritakan hal tersebut ia terdengar seperti tidak

canggung dan terlihat puas pernah melakukan tindakan seperti ini.91

Namun, bullying

secara fisik merupakan bullying yang paling jarang ia lakukan. Perilaku bullying

secara fisik yang pernah ia lakukan diantaranya seperti merusak barang dan

menyenggol dengan bahu.

“pas SMA juga gue sempet ngga suka sama ade kelas gue tuh kelas satu,

gue suruh dia beliin jajanan di kantin, dia banyak alesan pas beli salah gue

kesel banget, pas gue ketemu lagi gue tabrak aja badan nya, trus gue sempet

89

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”,(Jakarta, 11 Agustus 2016) 90

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”,(Jakarta, 8 Agustus 2016) 91

Hasil observasi langsung dengan Informan “NE”, (Jakarta, 8 Agustus 2016)

Page 81: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

71

umpetin sepatu nya waktu sholat dzuhur di masjid, ngga jauh sih tapi gue

pengin ngerjain aja...”92

Saat wawancara, informan “NE” terlihat tidak malu-malu menceritakan tentang

pengalaman perilaku bullying yang dilakukannya saat SMA. Informan “NE” terlihat

begitu terbuka saat menceritakan bagaimana ia menindas juniornya. Terlihat “NE”

memperagakan bagaimana ia menabrakan bahu kepada juniornya saat permintaan nya

tidak dapat dipenuhi.93

2. Bullying Non-Fisik

Selain bullying fisik secara langsung, bentuk bully non-fisik juga pernah

dilakukan oleh informan, tipe bullying non fisik terbagi menjadi verbal dan non-

verbal, tidakan bullying secara verbal bertujuan untuk merendahkan harga diri

korbannya, misalnya dengan mengatakan dia jelek, atau atribut fisik lainnya yang

mungkin saja dimiliki oleh korban tersebut dan membuat dia menjadi “aneh” di

lingkungannya. Ini jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa tertangkap

indra pendengaran kita.94

Bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah

dilakukan dan bullying bentuk verbal akan menjadi awal dari perilaku bullying yang

lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih

lanjut.

92

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”, (Jakarta, 8 Agustus 2016) 93

Hasil observasi langsung dengan Informan “NE”, (Jakarta, 8 Agustus 2016) 94

SEJIWA, Mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak, (PT. Grasindo Jakarta, 2008) h.3

Page 82: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

72

Sikap menindas secara verbal seperti ini juga pernah dilakukan oleh informan

“NE”, khususnya dengan cara mengejek atau memberi julukan seseorang dengan

sebutan yang tidak pantas. Seperti yang dituturkan oleh informan “NE”.

“yang paling gue inget itu ada anak yang muka nya aneh gitu kalau di

liat.. hahaha bukan gitu, aduh gimana ya.. muka nya mirip kartun menurut

gue, gue jadi pengin ngejek kalau liat mukanya”95

Perlakuan “NE” seperti itu ternyata sampai berdampak buruk bagi juniornya

tersebut, hingga membuat ia pindah sekolah karena tidak kuat menahan ejekan dari

“NE” dan teman-teman setiap kali “NE” bertemu dengan juniornya tersebut.

“Pas gue ketemu lagi di depan ruang guru dia lagi sama orangtua nya,

gue pikir dia mau ngaduin gue gitu, ngga taunya dia mau pindah sekolah.

Pas gue cari tau ternyata dia pindah sekolah gara-gara gue…”96

Berbeda dengan informan “NE”, Sikap bullying non-fisik yang “AM” lakukan

biasanya seperti memeras atau memalak, ia mengaku pernah memeras junior kelas

satu baik saat sendiri maupun bersama teman-teman. Pemerasan dalam hal ini, “AM”

mengajak junior yang ia pikir pantas untuk dikerjai ke suatu tempat makan dan

meminta dibayarkan semua makanannya. Tidak hanya memalak, “AM” bersama

teman-teman juga mengancam junior tersebut agar tidak mengadu kepada siapapun

termasuk orang tua dan pihak sekolah.

“kalau gue bilang bayarin, ya harus bayarin. Itupun juga diancem lah

ngga boleh ngadu ke siapapun. Kita ngasih tau dia kalau dia nurut aja kita

pasti temenin, tapi ngga gitu kenyataan nya, pasti berapa kali kita kerjain

gitu…”97

95

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”, (Jakarta, 8 Agustus 2016) 96

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE” 97

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”,(Jakarta, 11 Agustus 2016)

Page 83: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

73

Pemalakan atau pemerasan yang dilakukan “AM” bersama teman-temannya

bukan hanya membelikan suatu barang tapi juga diminta untuk mengumpulkan uang

sebagai tambahan „jajan‟ untuk senior. Seperti yang informan “AM” sampaikan:

“di angkatan itu ada setoran yang di maintain senior gitu buat tambahan

jajan atau buat beli apalah yang ngga penting yang penting ngumpulin

uang aja..”98

Menurut pengakuan “AM”, ia juga kerap kali menyembunyikan barang-barang

milik junior yang ia tidak sukai. Bukan hanya itu, “AM” juga sering menghina atau

mengejek junior bila ia merasa junior tersebut bertingkah menyebalkan sedangkan

tidak ada yang menonjol dari diri junior tersebut.

“ngehina… pernah sih, kalo ada yang keliatan nya nyolot, ngelawan tapi

kemampuan nya sebenernya ngga ada nih waahhh enak banget itu buat

dikerjain. Tapi paling gue sih gue ledek-ledek gitu, kayak nyindir gitu loh..

hahahah gue tau gue cowo sih tapi gue kesel aja bawaan nya sama yang

kaya begitu orang nya.”99

Selain bullying secara verbal, adapula tindakan bullying secara non-verbal yang

terbagi menjadi dua, secara langsung dan tidak langsung, pada kasus bullying non-

verbal secara langsung biasanya dilakukan informan “AM” saat ia merasa ada junior

yang terlihat „sengak‟ ia akan mencoba menghasut teman-teman junior tersebut agar

tidak diajak bermain.

“Kalau sengak, gue bisa aja bikin dia jadi ngga di temenin sama temen-

temen nya, temen-temen nya mau ngga mau harus nurutin gue lah

daripada mereka juga jadi inceran gue kan”100

Informan “AM” menceritakan pengalaman nya secara terbuka tanpa terlihat

malu. “AM” tidak banyak menceritakan teman-teman nya, ia hanya menceritakan

98

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM” 99

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM” 100

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”,(Jakarta, 11 Agustus 2016)

Page 84: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

74

pengalaman pribadi nya saat ia melakukan bullying. Sesekali senyum tipis terlihat

saat ia bercerita101

Dalam kasus bullying biasanya “AM” hanya menindas siswa yang mayoritas

laki-laki, ia tidak terlalu mengurusi junior yang perempuan karena bagi “AM”

perempuan terlalu peka dan terlalu lemah untuk dikerjai.

“kalau cewe itu urusan anak-anak yang cewe aja, soalnya ribet berurusan

sama mereka tuh cengeng banget. Gampang banget nangis nya.”102

Menurut pengakuan “AM” ia juga sempat di minta oleh teman perempuan nya

untuk mengerjai junior perempuan yang terlibat masalah dengan senior, namun “AM”

merasa bahwa mem-bully junior perempuan bukan menjadi urusannya selama junior

tersebut tidak mencari masalah dengan dirinya.

“Pernah sih gue disuruh sama temen gue yang cewe buat ngerjain ade

kelas inceran dia, disuruh deketin gitu.. Cuma gue jadi ngga tega hahahah

mending ngga dari pada gimana-gimana kan.. gue urusin yang cowo-cowo

ajalah selama yang cewe ngga ada yang berurusan sama gue.”103

Menurut “AM” ia lebih senang mengerjai junior yang laki-laki seperti melihat

dengan sinis atau memelototi junior saat ia sedang „iseng‟.

“Paling kalau lagi iseng ya gue nyari-nyari kesalahan ade kelas aja, kayak

melototin atau ngeliat sinis gitu ke mereka, ngga salah juga ngga apa-apa

pokoknya mau gue isengin aja..”104

Tindakan mem-bully non-verbal secara tidak langsung seperti ini tidak hanya

dilakukan oleh “AM” sebagai siswa laki-laki, mem-bully dengan cara mengasingkan

junior juga pernah dilakukan oleh “NE” sebagai siswa perempuan. “NE” mengaku

101

Hasil Observasi Langsung dengan Informan “AM”, (Jakarta, 11 Agustus 2016) 102

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM” 103

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”,(Jakarta, 11 Agustus 2016) 104

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”

Page 85: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

75

pernah mengasingkan salah satu junior nya pada saat mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler, menurut “NE” junior yang terlihat lugu memang perlu dikerjai.

“.. gue malah lebih ngga suka sama yang keliatan nya culun (lugu)..

kenapa gitu harus culun? Nge-bully nya ya paling kayak gue asingkan gitu

pas lagi ekskul, kalau harus ngumpul atau apa ya dia gue diemin sih..”105

Menurut informan “NE”, tindakan mem-bully junior seperti itu hanya ingin

memberikan pelajaran untuk junior yang terlihat lugu agar bisa lebih percaya diri dan

memiliki mental yang kuat, “NE” berperilaku seperti itu tanpa memikirkan dampak

yang didapatkan oleh juniornya tersebut.

“…biar jadi pelajaran aja buat dia, harus bisa interaksi lah sama lingkungan,

jangan sok menyendiri gitu, kasian sih tapi tetep aja kesel…”106

3. Bullying Psikis

Bentuk bullying selanjutnya yang pernah dilakukan informan adalah bullying

secara psikis, tindakan bullying secara psikis merupakan bullying yang paling

berbahaya karena tidak terungkap oleh mata atau telinga jika kita tidak awas dalam

mendeteksinya. Praktik bullying psikis ini biasanya terjadi diam-diam dan diluar

radar pemantauan kita.107

Selain bentuk-bentuk bullying seperti fisik, verbal dan non verbal yang dapat

terdeteksi bentuknya, bullying psikis juga salah satu bentuk penindasan yang pernah

dilakukan oleh informan “AM”. Bullying psikis dapat berupa pelecehan seksual,

memfitnah, menyingkirkan, mengucilkan, mendiamkan, mencibir, penghinaan,

105

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”,(Jakarta, 8 Agustus 2016) 106

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE” 107

SEJIWA, Handout Workshop Nasional Anti Bullying ke-3 (Jakarta, 2008), h. 2-5

Page 86: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

76

ataupun menyebarkan gossip. Dalam kasus seperti ini, “AM” tidak melakukan

tindakan bullying yang begitu serius seperti pelecehan seksual, dalam pengakuan

“AM” ia pernah melakukan penghinaan dan merendahkan junior nya yang terkesan

melawan senior.

“…kalo ada yang keliatan nya nyolot, ngelawan…. Tapi paling gue sih gue

ledek-ledek gitu, kayak nyindir gitu loh..”108

Informan “AM” menyadari bahwa perilaku seperti itu biasanya dilakukan oleh

perempuan, namun “AM” tetap melakukannya hanya karena dirinya merasa tidak

senang dengan perilaku junior nya tersebut.

“gue tau gue cowo sih tapi gue kesel aja bawaan nya sama yang kaya

begitu orang nya.”109

Tidak jauh berbeda dengan informan “AM”, perilaku bullying secara psikis

juga pernah dilakukan oleh informan “NE”. dalam kasus yang dilakukan “NE”,

biasanya ia senang mengerjai juniornya karena terkesan seperti anak yang lugu dan

tidak dapat melawan. Menurut pengakuannya, ia pernah melakukan bullying psikis

dengan cara membuat gossip tentang junior nya tersebut.

“ya gue bully lah kalau ada anak cupu.. gue itu punya temen ya sebut aja

namanya Bunga, dia tuh cupu banget, pake kacamata, gendut, sendirian

mulu. Pas banget gue lagi suka sama kakak kelas gue, namain aja dia

Lebah. Karena gue ngga suka sama si Bunga, gue tulis disetiap tembok di

sekolah BUNGA LOVE LEBAH”110

Saat bercerita tentang hal ini, informan “NE” terlihat tertawa lepas tanpa

beban,111

menurut pengakuan “NE” setelah ia mengerjai junior nya, ia melihat junior

108

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM”,(Jakarta, 11 Agustus 2016) 109

Wawancara Pribadi dengan Informan “AM” 110

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE”, (Jakarta, 8 Agustus 2016) 111

Hasil observasi langsung dengan Informan “NE”, (Jakarta, 8 Agustus 2016)

Page 87: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

77

tersebut dipanggil oleh BK dan terlihat menangis setelah keluar dari ruangan. Ia tidak

terlalu memperdulikan apakah ada yang mengetahui perilaku nya seperti itu atau

tidak, yang informan “NE” tahu hanyalah ia merasa dirinya puas setelah melakukan

itu.

“…keluar ruang BK dia nangis-nangis hahahahah sampe sekarang kayak

nya ngga ada yang tau gue yang buat itu deh. Bodo amat juga sih gue

hahahaha yang penting gue seneng…”112

C. DAMPAK BULLYING BAGI KORBAN

Bullying memiliki berbagai dampak negatif yang dapat dirasakan oleh semua

pihak yang terlibat di dalamnya, baik pelaku, korban, ataupun orang-orang yang

menyaksikan tindakan bullying. Dalam jangka pendek, bullying dapat menimbulkan

perasaan tidak aman, terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, hingga perasaan

depresi atau stress yang dapat berakhir bunuh diri. Sedangkan dalam jangka panjang,

korban bullying dapat menderita masalah emosional dan perilaku.

Hal tersebut serupa dengan pengakuan “ATC” selaku alumni SMA Al Azhar 2

yang pernah menjadi korban bullying saat menjadi murid SMA Al Azhar. Ia mengaku

pernah merasakan tekanan yang luar biasa saat dirinya menjadi junior kelas satu, ia

merasa sekolah bukanlah tempat yang aman dan nyaman.

“awalnya takut, sedih, panik, campur aduk lah rasanya…. rasanya ngga

enak. Orang mau nyaman disekolah eh malah di bully…”113

112

Wawancara Pribadi dengan Informan “NE” 113

Wawancara Pribadi dengan Informan “ATC”,(Jakarta, 26 Agustus 2016)

Page 88: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

78

Rasa tertekan yang informan “ATC” rasakan begitu mendalam dan berlangsung

sampai ia kelas dua, ia selalu menjadi incaran kakak kelas. Menurutnya segala gerak-

gerik dirinya selalu di awasi oleh senior.

“kayaknya gerak-gerik di perhatiin banget, salah mulu.. ngga enak lah

punya perasaan takut setiap hari..”114

Dampak jangka pendek yang “ATC” rasakan bukan hanya tidak mau pergi ke

sekolah, tapi juga sampai kesulitan tidur saat malam karena mengingat esok harinya

akan ada kejadian apa lagi yang ia dapatkan dari senior, “ATC” mengaku dirinya

kerap kali mencari alasan agar tidak masuk sekolah, berbagai alasan ia agar ia tidak

datang ke sekolah.

“Gue ngga mau ke sekolah, gue takut setiap dateng ke sekolah. gue sering

pura-pura sakit biar gue ngga ke sekolah.. jadi panik pas malem pengin

tidur inget besok nya sekolah, gue bakal diapain lagi ya.. gitu hhh takut

aja bawaannya.”115

Saat informan “ATC” bercerita terlihat raut wajah yang menunjukkan perasaan

yang ia rasakan saat menjadi korban bullying, sesekali ia menyeruput minuman yang

ia pesan, dan kembali bercerita.116

Efek jangka panjang bullying bisa jadi tidak disadari baik oleh pelaku, korban,

maupun guru dan orangtua. Dalam jangka panjang, korban bullying dapat menderita

masalah emosional dan perilaku. Karena dampaknya lebih bersifat psikis dan emosi

114

Wawancara Pribadi dengan Informan “ATC” 115

Wawancara Pribadi dengan Informan “ATC” 116

Hasil observasi langsung dengan Informan “ATC”, (Jakarta, 26 Agustus 2016)

Page 89: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

79

yang tidak terlihat dan prosesnya sangat perlahan, berlangsung lama dan tidak

langsung muncul saat itu juga.

Hal ini serupa dengan pengakuan “ATC” yang tidak menyadari perubahan

perilakunya, awalnya ia merasa tidak ada pengaruh, setiap hari ia hanya merasakan

takut untuk pergi ke sekolah. Namun, hari demi hari ia merasa ada yang berbeda, ia

mulai berani melawan rasa takutnya.

“perubahan jelas banyak.. dulu gue iya iya aja di bully, lama-lama gue

jadi banyak ngelawan,”117

Bullying bukanlah aktivitas normal pada anak-anak yang akan berlalu dengan

sendirinya seiring mereka dewasa. Perilaku bullying yang tidak ditangani dengan baik

pada masa anak-anak sampai remaja justru dapat menyebabkan gangguan perilaku

yang lebih serius. Namun, tidak sedikit korban bullying yang menerima perlakuan

senior atau teman sebaya untuk selalu di bully, banyak korban bullying yang akhirnya

menganggap bahwa perilaku mem-bully seperti ini memang wajar terjadi dan berpikir

bahwa sekolah tidak perlu tahu tentang kegiatan bullying yang terjadi disekolah.

Padahal, bila korban menceritakan kejadian sebenarnya kepada pihak sekolah,

akan sangat membantu pihak sekolah dalam menangani kasus bullying yang terjadi di

sekolah. Hanya saja, banyak korban bullying yang beranggapan bahwa bullying wajar

terjadi hingga menjadikan dampak bullying yang tadinya hanya untuk diri korban

menjadi berimbas pada orang lain yang tidak bersalah. Hal ini serupa dengan

pengakuan informan “ATC” yang akhirnya mengubah rasa takut menjadi melawan

117

Wawancara Pribadi dengan Informan “ATC”, (26 Agustus 2016)

Page 90: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

80

sebagai bentuk pertahan dirinya. Ia beranggapan sekolah tidak perlu mengetahui apa

yang terjadi seperti tindakan bullying yang menimpa dirinya. Menurutnya, bullying

wajar terjadi di sekolah sebagai pembentukkan mental yang kuat.

“Buat gue ya bully wajar aja terjadi asal ngga sampe ngelukain fisik,

kalau sekedar ngasih tau dengan tujuan baik ya masih ngga apa-apa..”118

“Buat gue ya senioritas pasti ada, bisa bikin kita jadi lebih kuat mental

juga kan.. belajar buat bertahan, bikin ketahanan diri biar ngga di bully,

ya dapet didikan juga selain belajar dikelas”119

“sekolah ngga tau, gue ngga mau malah nambah masalah gue. Ntar gue

makin di bully, gue cuma mikir kalau gue tahan nantinya gue pasti lama-

lama kebal. Ya ternyata bener, gue kebal aja kalau gue di bully

selanjutnya.”120

Selain dampak negatifnya, bullying juga dapat mendorong munculnya

beerbagai perkembangan positif bagi anak-anak yang menjadi korban bullying. Anak-

anak korban bullying cenderung akan lebih kuat dan tegar dalam menghadapi suatu

masalah, termotivasi untuk menunjukkan potensi mereka agar tidak lagi direndahkan,

serta terdorong untuk berinterospeksi diri.

“ya gue ambil positif nya aja ternyata gue jadi lebih berani buat

berekspresi di masyarakat atau lingkungan sekitar gue..”121

Hal ini serupa dengan apa yang informan “ATC” katakan, ia merasa menjadi

lebih kuat mental, selalu berusaha untuk membentuk ketahanan diri agar tidak lagi

menjadi korban bullying dan lebih sering berinterospeksi diri.

“ini semua bentuk pembelajaran diri gue, gue pernah ngerasain takut yang

luar biasa sampe ngerasain gue juga dijadiin posisi yang ditakutin..”122

118

Wawancara Pribadi dengan Informan “ATC”,(Jakarta, 26 Agustus 2016) 119

Wawancara Pribadi dengan Informan “ATC”, (Jakarta, 26 Agustus 2016) 120

Wawancara Pribadi dengan Informan “ATC” 121

Wawancara Pribadi dengan Informan “ATC” 122

Wawancara Pribadi dengan Informan “ATC”

Page 91: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

81

“gue nyoba buat tenang sih, kadang interospeksi diri aja kalau gue emang

salah.”

Namun, walaupun ada beberapa dampak positif yang didapatkan dari perilaku

bullying, tetap saja perilaku seperti itu tidak dibenarkan karena tidak sepantasnya

seseorang merasa tertekan dalam hidupnya. Berbagai dampak negatif yang dirasakan

informan “ATC” dan korban-korban bullying lainnya hanya membuat tradisi bullying

yang selanjutnya akan terus terjadi disetiap generasi.

D. PERAN SEKOLAH DALAM MENANGANI DAN MENCEGAH

TERJADINYA BULLYING

Bullying telah menjadi masalah besar yang berimbas pada banyak sekolah di

seluruh dunia. Tantangan terberat dalam hal ini adalah bagaimana cara pencegahan

dan penanganan bullying yang masih tetap ada di lingkungan sekolah. Perkembangan

di bidang teknologi secara umum dan media sosial internet membuat bullying

menjadi lebih bervariatif lagi. Masalah baru ini tentunya harus diatasi dengan solusi

yang juga modern. Bullying bukanlah aktivitas normal pada anak-anak yang akan

berlalu dengan sendirinya seiring mereka dewasa. Perilaku bullying yang tidak

ditangani dengan baik pada masa anak-anak justru dapat menyebabkan gangguan

perilaku yang lebih serius.

Penanganan dan pencegahan adalah dua tindakan yang berbeda dalam

mengatasi kasus bullying yang terjadi di sekolah. Di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta

Selatan sendiri, ada berbagai cara dalam menangani kasus bullying yang biasa terjadi

Page 92: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

82

di sekolah. Seperti yang sudah disampaikan oleh Bu Nia, selaku guru Bimbingan dan

Konseling di SMA Al Azhar serta pihak Ketahanan Sekolah yang menjelaskan

tentang pelayanan konseling yang diberikan untuk murid-murid SMA Al Azhar 2

Pejaten Jakarta Selatan.

Program anti-bullying di sekolah dilakukan antara lain dengan cara

menggiatkan pengawasan dan pemberian sanksi secara tepat kepada pelaku, atau

melakukan kampanye melalui berbagai cara. Memasukkan materi bullying ke dalam

pembelajaran akan berdampak positif bagi pengembangan pribadi para murid. Hal

tersebut sesuai dengan penuturan Bu Nia selaku guru Bimbingan dan Konseling

“salah satu nya layanan konseling. Layanan konseling itu ada empat, ada

layanan bimbingan karir, bimbingan belajar, bimbingan pribadi dan

bimbingan sosial dimana dari keempat bimbingan itu pasti ada

penempatan nya…”123

“…bimbingan sosial, biasanya anak-anak yang kita berikan bimbingan

sosial adalah anak-anak yang memang mengalami kesulitan atau kendala

terhadap hubungan sosial dengan teman sebayanya, dimana kita dapat

membantu dalam meningkatkan kepercayaan dirinya, memotivasi, dengan

kelebihan yang anak itu bisa miliki sehingga tidak minder lagi. Bisa

bergaul dengan teman sebayanya.”124

Bukan hanya upaya pencegahan yang dilakukan oleh pihak sekolah, tetapi juga

penanganan atau tindakan untuk kasus bullying yang terjadi agar pelaku merasa jera

melakukan tindakan bullying seperti ini dan untuk adik-adik kelas agar berpikir dua

kali bila ingin mengikuti perilaku tidak baik seperti pelaku bullying sebelumnya.

Bentuk penanganan paling ideal adalah apabila ada kebijakan dan tindakan

terintegrasi yang melibatkan seluruh komponen mulai dari guru, murid, kepala

123

Wawancara Pribadi dengan Guru BK, (Jakarta, 5 september 2016) 124

Wawancara Pribadi dengan Guru BK, (Jakarta, 5 september 2016)

Page 93: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

83

sekolah, sampai orangtua, yang bertujuan untuk menghentikan perilaku bullying dan

menjamin rasa aman bagi korban. Menurut Bu Nia, segala bentuk penanganan sudah

dilakukan pihak sekolah, seperti membentuk tim dalam upaya mengatasi kasus

bullying yang sedang terjadi.

“ya ini biasanya beberapa guru membentuk tim, ada tansek, BK dan wali

kelas. Dimana ketika kita sudah tahu kasus bullying ini, kita akan membagi

tugas untuk menginterogasi anak-anak yang memang dikategorikan

sebagai pelaku dan korban dalam kasus bullying ini, gitu.. jadi kita

mencari data sebanyak-banyaknya, selanjutnya kita akan bawa ke rapat

dewan guru. “125

Ada berbagai kebijakan yang sekolah tetapkan sesuai dengan sanksi yang

tertulis dalam buku tata tertib sekolah, dari sanksi yang ringan sampai berat. Dalam

hal ini, guru BK tidak berwenang menentukan sanksi dan poin untuk berbagai macam

pelanggaran, tetapi yang berwenang dalam hal ini adalah bidang ketahanan sekolah.

Hal tersebut serupa dengan penuturan dari bidang TanSek.

“kalau untuk bagian pengurusan sanksi dan poin sudah menjadi tanggung

jawab tim bidang ketahanan sekolah, setiap tahunnya kami akan

mengadakan rapat untuk perubahan poin atau sanksi untuk tata tertib yang

akan berlaku di sekolah.”126

Penuturan tentang hal ini bukan hanya dijelaskan oleh bidang TanSek,

diperjelas oleh Bu Nia selaku guru BK bahwa, guru BK lebih kepada membantu bila

sedang ada kasus pelanggaran tata tertib yang terjadi. Disamping itu, BK akan

berusaha untuk memberikan rasa nyaman bagi para murid yang tersandung kasus

pelanggaran tata tertib agar dapat lebih percaya untuk bercerita tentan segala

permasalahan.

125

Wawancara Pribadi dengan Guru BK 126

Wawancara Pribadi dengan Bidang Ketahanan Sekolah, (Jakarta, 5 september 2016)

Page 94: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

84

“biasanya kalau di SMA Islam Al Azhar 2 sendiri ada bidang yang

namanya TanSek atau bidang Ketahanan Sekolah, jadi dimana tidak dari

BK sendiri yang menentukan pelanggaran dan poin, tapi dari ketahanan

sekolah sendiri yang menentukannya karena kalau untuk guru BK

diseluruh Al Azhar memang tidak diperkenankan untuk menjadi polisi

sekolah gitu.. agar anak-anak tidak merasa takut untuk datang ke guru BK,

jadi sehingga dibuatlah bidang ketahanan sekolah tersebut. Tapi untuk

peranan BK disitu adalah untuk membantu menyelesaikan kasus tersebut,

membantu juga mencari data.”127

Dalam menangani berbagai kasus yang ada di sekolah, semua sudah tersusun

dalam buku tata tertib dan dengan aturan yang sudah dibuat. Selain itu, upaya

penanganan dilakukan dengan hukuman yang tidak semata-mata diberikan langsung

pada saat terjadi kasus bullying, tetapi sesuai SOP (standart operational procedure)

atau prosedur mekanisme dalam menangani kasus yang terjadi di SMA Al Azhar 2

Pejaten Jakarta Selatan.

“Kalau untuk SOP nya, dimana ketika anak itu mengalami kasus ada tiga

kategori pelanggaran ringan, pelanggaran sedang dan berat. Dimana

kalau pelanggaran ringan kalau memang saat itu anak itu ditemukan

melakukan pelanggaran, yang bertindak adalah guru yang bersangkutan

yang menemukan pelanggaran tersebut, jadi langsung diselesaikan oleh

guru tersebut. Kalau pelanggaran sedang biasanya ketika guru tersebut

menemukan pelanggaran pada seorang anak langsung disampaikan

kepada wali kelas, nah wali kelas bisa bekerjasama dengan BK. Kalau

pelanggaran berat biasanya kita sampai mengadakan rapat kasus, dimana

seluruh guru akan ikut berpartisipasi dan terlibat dalam kasus tersebut.

Dari pimpinan, guru-guru semuanya ikut, jadi semua stake-holder

disekolah akan terlibat untuk menangani kasus tersebut.”128

Berbagai macam bentuk pelanggaran tata tertib sudah ditetapkan sanksi dan

poin yang akan diberikan kepada murid, begitu pula dengan sanksi, penanganan serta

pencegahan bagi kasus bullying yang setiap tahunnya terjadi di SMA Al Azhar 2 ini.

Segala bentuk upaya sekolah sudah dilaksanakan hingga sedikit demi sedikit kasus

127

Wawancara Pribadi dengan Guru BK, (Jakarta, 5 september 2016) 128

Wawancara Pribadi dengan Guru BK, (Jakarta, 5 september 2016)

Page 95: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

85

bullying yang diketahui di sekolah semakin berkurang. Hal tersebut serupa dengan

pengakuan Bu Nia, beliau menuturkan bahwa perilaku bullying masih terjadi hingga

saat ini, hanya saja kasus bullying beberapa tahun terakhir ini tidak sampai ke arah

yang fatal, hingga dapat diidentifikasi dan dilakukan penanganan lebih cepat.

“saat ini masih ada beberapa kasus bullying tapi bullyingnya

Alhamdulillah sampai tahun ini mulai berkurang persentasenya. Kalau

untuk bullying secara fisik itu Alhamdulillah sudah tidak ada lagi, tapi

sekarang bullying nya itu lebih berupa bullying senioritas, dari kakak kelas

terhadap adik kelas. Jadi biasanya sih bullying nya berbentuk pemalakan.

Dimana kelas dua belas lebih berperan penting terhadap kelas sepuluh

biasanya. Kalau kelas sebelas tidak berani dipegang-pegang. Jadi hanya

antara kelas dua belas dan kelas sepuluh, tapi nanti saat kelas sebelas

sudah naik kelas dua belas akan seperti itu lagi. Tapi memang

Alhamdulillah kalau bullying bentuk fisik sudah tidak ada lagi, terakhir

bullying bentuk fisik terjadi pada tahun 2011, semakin kesini paling hanya

bullying senioritas seperti pemalakan seperti itu tetapi Alhamdulillah

sekolah cepat tahu jadi penanganan nya lebih cepat, dan saat kami

konsultasikan pada orangtua, para orang tua juga menyetujui dan

mendukung dalam penanganan kasus seperti ini, jadi anak-anakpun lebih

terbuka dan lebih tidak takut menceritakan apa yang terjadi pada diri

mereka. Jadi lebih terbuka baik ke guru BK maupun ke wali kelas sehingga

kasus bullying ini tidak terlalu sampai rumit gitu.. Alhamdulillah bisa

langsung cepat teratasi.”129

Berbagai upaya penanganan kasus bullying terus diperbaiki dan telah

dilaksanakan dengan baik oleh pihak sekolah. Seperti memberikan sanksi dari yang

ringan sampai berat hingga perjanjian murid dikembalikan kepada orangtua bila

murid melakukan tindakan bullying yang terus berulang dan termasuk kategori

bullying dengan tingkat yang berat. Serupa dengan penuturan Bu Nia, menurut

pengakuan beliau, pihak sekolah akan melakukan berbagai macam cara untuk

penanganan kasus bullying yang terjadi. Namun, perilaku bullying yang sampai harus

dikembalikan kepada orangtua belum pernah terjadi sampai saat ini. Karena sekolah

129

Wawancara Pribadi dengan Guru BK

Page 96: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

86

akan mempertimbangkan kembali apakah sanksi yang diberikan akan mempengaruhi

ujian akhir sekolah dan ujian nasional. Menurut penuturan Bu Nia, pelaku bullying

biasanya dilakukan oleh senior kelas tiga yang akan mengikuti ujian-ujian untuk

kelulusan.

Menurut Bu Nia, berbagai macam cara untuk pencegahan kasus bullying di

sekolah sudah dilaksanakan, seperti bimbingan atau layanan konseling yang diadakan

di kelas sampai penyuluhan tentang bullying dan kekerasan disetiap tahunnya. Tidak

hanya bentuk-bentuk penanganan bullying yang diberikan oleh sekolah, tetapi

sekolah juga terus berupaya untuk mencegah perilaku bullying muncul setiap

tahunnya dengan memberikan pembinaan, layanan bimbingan konseling, hingga

pencegahan dalam bentuk edukasi atau penyuluhan tentang bullying dan kekerasan

yang di adakan rutin setiap tahunnya. Hal tersebut serupa dengan penuturan Bu Nia.

“upaya sekolah dalam menangani kasus bullying itu beragam misalnya

upaya sekolah adalah setiap tahun pastinya kita tidak hanya dikelas

sepuluh saja tetapi seluruh angkatan, seluruh murid kita berikan

penyuluhan tentang bullying dan anti kekerasan. Kita akan mendatangkan

orang-orang yang memang mumpuni dalam bidangnya, seperti kepolisian,

dari psikolog, dimana kita tidak hanya menjelaskan dampak yang

didapatkan korban bullying, tetapi pelaku nya pun akan mendapatkan

sanksi yang berat dan juga mendapatkan dampak negatif. Serta korban

pun akan mendapatkan trauma yang sulit dihilangkan. Kalau untuk upaya

yang dilakukan sekolah biasanya kita seperti tadi, nyambung dengan

kebijakan, jadi sekolah akan memberikan sanksi yang seberat-beratnya,

gitu. Sampai anak itu malu melakukan bullying kembali. Contohnya, waktu

itu ada beberapa anak yang melakukan bullying, senioritas dan ketahuan,

sudah membuat surat perjanjian lalu anak itu akan disuruh minta maaf

didepan seluruh masyarakat sekolah, guru-guru, kepala sekolah, serta di

depan seluruh murid dari ketiga angkatan. Jadi disitu adik-adik kelas akan

melihat bahwa bila melakukan bullying adalah suatu yang sangat

memalukan juga karena harus meminta maaf didepan seluruh masyarakat

Page 97: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

87

sekolah dan itu menjadi pukulan yang berat dan mudah-mudahan adik-

adiknya tidak mengikuti jejak yang sama.”130

Dengan begitu jelas Bu Nia menjelaskan tentang cara penanganan kasus sesuai

dengan SOP yang telah ditentukan sekolah. Terlihat wajah cerah Bu Nia yang

menunjukkan keramahan saat peneliti datang untuk mewawancarai beliau. Sikap

terbuka yang Beliau berikan membuat sesi wawancara berjalan dengan lancar.131

Beliau menjelaskan sanksi-sanksi apa yang diberikan bagi para pelaku bullying di

sekolah, dari sanksi untuk kategori bullying yang ringan hingga pada kategori yang

berat.

“sanksi akan diberikan tergantung pada kategori pelanggaran yang

dibuat. Bahkan ada pelaku bullying yang sampai dengan kategori yang

poin nya 151, jadi langsung dikeluarkan atau langsung dirapatkan jadi

tidak pakai surat perjanjian lagi. Tapi tergantung forum dari guru-guru

juga jadi ada masukan-masukan dari guru demi kebaikan bersama jadi

tidak gegabah untuk mengambil tindakan untuk memberikan sanksi bagi

pelaku bullying tersebut.”132

“selama ini sih kalau untuk dikeluarkan kita belum ada ya jujur, karena

memang biasanya anak–anak pelaku bullying adalah anak-anak yang

dikelas dua belas, sehingga ketika kita keluarkan itu menjadi beban

tersendiri atau dilemma juga buat sekolah karena sekolah sudah

mendaftarkan anak-anak ini untuk mengikuti Ujian Nasional, gitu jadi

sehingga kita mencari solusi yang tepat dan membuat anak ini supaya jera

bagaimana, ketika terjun ke masyarakat tidak berbuat seperti itu lagi dan

biasanya kita berikan sanksi berupa anak ini tidak boleh mengikuti KBM,

try out dan tidak boleh mengikuti UTS dan UAS. Jadi anak ini hanya boleh

mengikuti ujian sekolah saja, ujian-ujian yang memang sudah ditentukan

oleh sekolah, Ujian Sekolah dan Ujian Nasional, gitu..”133

Perubahan perilaku dari dampak negatif yang korban bullying rasakan seperti

rasa dendam yang terpendam juga di akui Bu Nia sebagai penyebab seseorang

130

Wawancara Pribadi dengan Guru BK, (Jakarta, 5 september 2016) 131

Hasil observasi langsung dengan Guru BK, (Jakarta, 5 September 2016) 132

Wawancara Pribadi dengan Guru BK, (Jakarta, 5 september 2016) 133

Wawancara Pribadi dengan Guru BK

Page 98: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

88

menjadi pelaku bullying. Pengalaman menjadi korban bullying akan membuat

seorang anak membentuk ketahanan diri agar tidak kembali mengulang pengalaman

pahit menjadi korban bullying. Menurut Bu Nia, banyak pelaku bullying di SMA Al

Azhar 2 yang sebelumnya menjadi korban bullying dan ingin membalaskan dendam

kepada adik-adik kelas selanjutnya.

“ya itu.. biasanya, pelaku-pelaku bullying adalah mereka yang pernah

menjadi korban, biasanya seperti itu. Sampai ada yang cerita ke Ibu

bilang, „Bu saya kan juga dulu jadi korban kayak begini saya dulu begini

ngga di tindak, ngga di bantu sama sekolah..‟ ya kita bilang salah sendiri

kamu ngga laporin, kamu ngga cerita. Salah nya ya itu, kenapa si korban

tidak jujur kepada sekolah sehingga kita bisa membantu menyelesaikan

kasus tersebut, tenyata kan si korban jadi punya dendam, sebenarnya kita

fleksibel ketika anak itu bercerita kita akan cepat menindak perilaku

bullying seperti itu. Kita pihak sekolah tidak akan tahu bila kita tidak

mendapatkan informasi dari wali kelas ataupun dari korban sendiri, atau

dari orangtua, gitu.. jadi seluruh peran orangtua itu sangat penting,

karena sekarang kan bullying itu sudah banyak yang tahu jadi kita tidak

perlu takut untuk bercerita tentang hal-hal yang memang kita harus

luruskan sehingga sekolah ini bisa bersih dari bullying atau setidaknya

semakin kesini ya harus semakin berkurang”134

Sayangnya, masih banyak yang menganggap bahwa bullying adalah bagian dari

perkembangan anak dan nantinya akan berhenti sendiri seiring waktu. Namun,

nyatanya bullying dapat menyebabkan luka mental yang dalam pada korbannya

seperti depresi dan kecanggungan sosial yang akan menghambat perkembangan

mentalnya. Masalah bullying ini tidak hanya berpengaruh buruk pada korbannya saja,

pem-bully juga beresiko terkena depresi mental serta menyebabkan ketidak mampuan

mengikuti kegiatan sekolah dengan baik.

134

Wawancara Pribadi dengan Guru BK

Page 99: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

89

MEKANISME PENANGANAN MURID BERMASALAH

1. Murid bermasalah di bidang akademik, ditangani oleh guru yang

bersangkutann, wali kelas (walas) dan bimbingan konseling. Jika masalah

sangat berat/parah maka di referal ke tenaga ahli.

2. Murid bermasalah di bidang sikap/ perilaku:

RINGAN Bila berulang sampai 3x

Dilaporkan ke walas

Berulang sampai 5x

Ditangani walas dan BK

Berulang sampai 7x

Ditangani walas, BK,

dan Tansek

Berulang >10x

Di reveral ke tenaga

ahli

SEDANG Ditangani oleh guru yang

bersangkutan dan kerjasama dgn

walas

Jika berulang, ditangani oleh

guru, walas, Tansek, dan BK

Jika berulang sampai 4x,

dilakukan konferensi kasus

Reveral ke tenaga ahli

BERAT

Ditangani oleh guru yang bersangkutan,

wali kelas, BK dan Tansek jika

diperlukan ditangani melalui konferensi

kasus

Page 100: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Gambaran Penyebab

Tradisi Bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan dengan rumusan masalah

yaitu penyebab terjadinya bullying di SMA Al Azhar dan peran sekolah dalam

menangani kasus bullying. Dapat diketahui bahwa bentuk-bentuk bullying

dikategorikan menjadi bullying fisik, lisan dan psikologis. Bullying dapat berdampak

negatif bagi korban, pelaku, pihak yang menyaksikan bullying, serta orangtua. Pelaku

bullying merupakan siswa yang memiliki kekuatan baik fisik ataupun sosial yang

lebih dibanding teman yang lain, memiliki tempramen tinggi dan rasa empati yang

rendah.

Karakteristik perilaku bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan

sebagian besar hanya perilaku mengintimidasi seseorang yang berada dibawahnya,

seperti perbedaan kelas, senioritas, status sosial, baik dalam bentuk cibiran, ejekan,

tatapan intimidasi, dan jarang terjadi bullying yang sifatnya bully fisik.

Pelaku bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten merupakan siswa yang merasa

dirinya lebih dari orang lain, baik dari penampilan maupun lebih tinggi kelasnya,

pelaku bullying merupakan mereka yang haus akan pengakuan dari lingkungannya,

selain itu pelaku bullying biasanya adalah mereka yang pernah menjadi korban

bullying dan ketika mereka menjadi senior, mereka akan melakukan hal yang sama

pada juniornya.

Page 101: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

91

Beberapa korban bullying sempat melakukan perlawanan terhadap pelaku,

seperti menolak permintaan dan perintah senior, tidak mau memberikan uang saat

diminta, ataupun mencoba melawan dengan cara memberontak. Namun hasilnya para

korban semakin ditindas oleh para pelaku. Oleh karena itu, kebanyakan dari mereka

tunduk kepada perintah pelaku dan tidak berani melapor pada guru. Sedangkan, siswa

ataupun siswi yang menjadi korban merupakan mereka yang terlihat mencolok

disekolah ataupun yang memiliki keterbatasan baik dari segi ekonomi maupun sosial

yang cenderung pendiam di sekolahnya.

Perilaku bullying berdampak buruk bagi korban pada aspek akademis dimana

mereka menjadi enggan untuk datang ke sekolah dan kurang fokus di sekolah dalam

mengikuti pelajaran. Pada aspek sosial dimana korban bully menjadi pribadi yang

menyendiri. Untuk segi psikologis korban bullying menjadi pribadi yang mudah

tersinggung, mudah marah, dan menyimpan rasa dendam sehingga terkadang korban

memiliki hasrat untuk membalaskan dendam pada saat mereka menjadi senior.

Selain itu penyebab perilaku bullying di SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta

Selatan dapat disebabkan oleh keluarga yang menerapkan pola asuh otoriter (keras)

dan permisif, adanya permodelan yang negatif dari orangtua atau lingkungan rumah.

Selain itu, lingkungan pergaulan pelaku bullying memiliki tingkat agresifitas tinggi

serta konformitas dengan kelompok bermain yang berperilaku negatif.

Tindakan yang dilakukan SMA Al Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan untuk

menangani dan mencegah perilaku bullying di lingkungan siswanya sudah cukup

terprogram dengan baik. Seperti melakukan penyuluhan mengenai bahaya bullying

dan kekerasan disekolah. Sekolah telah membentuk kerjasama antara guru bimbingan

Page 102: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

92

dan konseling (BK), bidang ketahanan sekolah (TanSek), maupun dengan guru-guru

dan staf sekolah untuk mencegah perilaku bullying sejak dini.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab terjadinya bullying

dapat dilihat dari bebrbagai hal. Untuk itu, peneliti memberikan saran dengan harapan

mampu memberikan informasi bagi seluruh Remaja, pihak sekolah maupun orangtua

agar permasalahan bullying pada murid sekolah tidak terjadi lagi. Adapun saran yang

dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi para guru agar lebih meningkatkan pengelolaan kelas dan melakukan

pendekatan secara individual terhadap siswa, sehingga dapat mendeteksi

adanya kemungkinan-kemungkinan tindakan bullying dan membuat laporan

untuk ditindaklanjuti. Selain itu para guru untuk bertindak lebih responsif

ketika ada siswa yang di-bully serta memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada pelaku, korban, dan pihak yang terlibat.

2. Bagi guru bimbingan dan konseling (BK) dapat membuat laporan secara

berkala tentang keadaan di sekolah serta memastikan tidak terdapat tindakan

bullying. Jika terdapat perilaku bullying agar senantiasa sigap menindaklanjuti.

3. Bagi orangtua siswa agar lebih aktif mengikuti perkembangan perilaku anaknya

di lingkungan sekolah, di lingkungan rumah maupun di lingkungan teman

sebaya. Sebagai orangtua harus dapat memberikan perhatian lebih agar anak

tidak merasa sendiri dan dengan menerapkan pola asuh demokratis yaitu mau

mendengarkan suara anak dengan menerapkan aturan dalam keluarga yang

Page 103: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

93

melibatkan anak dalam pembuatan aturan tersebut. Oleh karena itu, dengan

terus adanya komunikasi yang baik dan menerapkan pola asuh demokratis

dapat mendidik anak untuk berkembang menjadi anak yang disiplin dan

mentaati aturan.

4. Sekolah membuat kebijakan untuk menyadarkan seluruh komponen sekolah

bahwa bullying akan sangat mengganggu proses belajar mengajar. Oleh karena

itu, pihak sekolah diharapkan sadar untuk membuat program secara berkala

dalam mengurangi perilaku bullying dilingkungan sekolah.

5. Karena keterbatasan waktu yang peneliti miliki sehingga kurangnya hasil dari

penelitian, maka peneliti berharap selanjutnya diadakan penelitian lanjut

mengenai permasalahan bullying di sekolah dan mampu mengekpolorasi

permasalahan-permasalahan yang di alami pelaku dan korban bullying serta

penanganan dan peran pekerja sosial yang tepat dalam permasalahan bullying

ini.

Page 104: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

94

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali, Zaidin. Pengantar keperawatan keluarga, (Jakarta: EGC, 2010)

Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak,

(Jakarta: Grasindo, 2008)

Beranda Agency, mengasuh dan mendidik buah hati tanpa kekerasan, (PT. Gramedia,

Jakarta, 2015), h.2-5

Brank, E.M, Hoetger, Lori.A& Hazen, K.P, Bullying, Annual Review of Law Social

Sciences, (2012)

Burhan Bugin, Analisis Data dan Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), cet. Ke-2

Gunarsa, Singgih D. Dari Anak Sampai Usia Lanjut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2004)

Jaenal Arifin, Theknik Penarikan Sample Dan Pengumpulan Data, (Jakarta, 2005)

h.17

Kartono, Kartini, Patologi Sosial, (Jakarta: CV, Rajawali, 1997)

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009) Cetakan Ke-18 edisi revisi, h. 330

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2004), h.131

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 194.

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 166.

Nanang, M, Kekerasan Simbolik di Sekolah (Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan Pierre

Bourdieu), PT Raja Grafindo Persada, (Jakarta, 2012), h. 39

O‟Connell, J, Bullying at School (CaliforniaL Department of Education, 2003)

Olweus, D, Bullying at School : Understanding children‟s worlds, (USA: Blackwell

Publishing, 1993)

Olweus, D, Bullying at School, What We Know and What We Can Do (Oxford:

Blackwell, 1993)

Pedoman Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN (Jakarta, UIN Jakarta Press:

2007)

Page 105: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan

95

Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009),

Cet ke-5, h. 54

Santrock, John W. Life-Span Development, (New York: McGraw-Hill, 2002)

Santrock, John W. Remaja jilid 2 ed.11 (Jakarta: Erlangga, 2007)

Sarwono, S.W, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012)

SEJIWA, Mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak, (PT.

Grasindo Jakarta, 2008) h. 2

Sejiwa.Bullying: Panduan Bagi Orang Tua dan Guru.Mengatasi Kekerasan di

Sekolah dan Lingkungan. (Jakarta: Grasindo, 2007)

Sharps, S, & Smith, P.K, School Bullying : Insight and Perspective, (New York:

Routledge, 2003)

Soeharto Irawan, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004), h.63

Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, (Jakarta: Sagung

Seto, 2004)

Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012)

Sugiono, Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D,

h.3.

Sullivan, dkk, Bullying in Secondary Schools: What is Looks Like and How to

Manage it (Corwin Press, 2004)

Sullivan, K, The Anti Bullying Handbook, (Oxford University Press, 2000)

Tim Musyawarah Guru BK, Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling pada Satuan

Pendidikan Menengah, (Jakarta, PT. Grasindo), h.88

W. Gulo, Metodelogi Kualitatif (Jakarta : Grafindo, 2000), h. 19.

Wong, dkk,.Buku Ajar Keperawatan Pediatri Wong. Edisi 6, Volume 1,. (Jakarta:

EGC, 2002)

MEDIA ONLINE

http://www.kompasiana.com/taurahida/hampir-seluruh-siswa-di-indonesia-pernah-

dibully_562c8f3f527a614808ffd5fe. (2016, februari 15)

http://www.sudahdong.com/bullying-siapa-yang-dirugikan/ (2016 Februari 15)

Page 106: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan
Page 107: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan
Page 108: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan
Page 109: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan
Page 110: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan
Page 111: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan
Page 112: FAKTOR PENYEBAB TRADISI BULLYING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33584/1/ANNISA... · B. Prosedur Kerja Bimbingan dan Konseling ... menyebabkan