Etika komunikator

3
Etika komunikator Sejak zaman Yunani Purba, bentuk komunikasi masih sederhana dan langsung, yaitu lebih banyak melalui bahasa lisan yang disebut retorika. Para komunikatornya disebut orator atau rhetor. Menurut Effendi (Rosady Ruslan, 2007:19) seorang komunikator biasanya mereka harus memiliki pengetahuan dasar tentang etos, pathos, dan logos. Ethos berarti sumber kepercayaan (source credibility). Seorang orator harus dapat dipercaya karena yang bersangkutan harus memiliki keahlian, kemampuan, dan pengetahuanluas dalam bidang yang memang dikuasainya dengan baik. Jadi orator yang berwibawa dapat dipercaya dan diterima oleh komunikan atau publikannya. Pathos berarti imbauan emosional (emotional appeals), kemampuan menampilkan” gaya emotif dan persutif” yang dimiliki oleh seorang rethor. Dengan penampilan tersebut, orator yang mampu berbicara secara memukau, menarik, dan antusias akan lebih berhasil menampilkan imbauan emosiaonal dengan semangat berkobar-kobar saat berpdato, serta mampu membangkitkan emosi dan semangat dari khalayaknya. Logos berarti imbauan logis (logical appeals), yaitu kemampuan yang dimiliki oleh orator lebih “bergaya akademis” dalam menguraikan isi pesan atau materi pidato, ceramah, dan kuliah yang disampaikan secara logis, wajar, sistematis, dan argumentatif. Dengan demikian, penyampaian pesannya mudah

description

sosial

Transcript of Etika komunikator

Etika komunikator

Etika komunikator

Sejak zaman Yunani Purba, bentuk komunikasi masih sederhana dan langsung, yaitu lebih banyak melalui bahasa lisan yang disebut retorika. Para komunikatornya disebut orator atau rhetor. Menurut Effendi (Rosady Ruslan, 2007:19) seorang komunikator biasanya mereka harus memiliki pengetahuan dasar tentang etos, pathos, dan logos.

Ethos berarti sumber kepercayaan (source credibility). Seorang orator harus dapat dipercaya karena yang bersangkutan harus memiliki keahlian, kemampuan, dan pengetahuanluas dalam bidang yang memang dikuasainya dengan baik. Jadi orator yang berwibawa dapat dipercaya dan diterima oleh komunikan atau publikannya.

Pathos berarti imbauan emosional (emotional appeals), kemampuan menampilkan gaya emotif dan persutif yang dimiliki oleh seorang rethor. Dengan penampilan tersebut, orator yang mampu berbicara secara memukau, menarik, dan antusias akan lebih berhasil menampilkan imbauan emosiaonal dengan semangat berkobar-kobar saat berpdato, serta mampu membangkitkan emosi dan semangat dari khalayaknya.

Logos berarti imbauan logis (logical appeals), yaitu kemampuan yang dimiliki oleh orator lebih bergaya akademis dalam menguraikan isi pesan atau materi pidato, ceramah, dan kuliah yang disampaikan secara logis, wajar, sistematis, dan argumentatif. Dengan demikian, penyampaian pesannya mudah dimengerti serta dpat diterima oleh nalar para pendengarnya.

Seorang orator harus mempunyai ethos, disamping itu, orator juga harus memiliki pengetahuan tentang etika komunikasi agar dapat dipercaya dengan syarat menguasai komponen-komponen dan faktor-faktor ethos tertentu sebagai penunjangnya. Austin J. Frelly (Rosady Ruslan, 2007:20) menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

Komponen-komponen ethos yaitu komunikator yang memiliki:

competence (mempunyai kemampuan atau kewenangan)

Intergrity (memiliki integritas atau kejujuran)

Good will (berkemauan baik)

Faktor-faktor pendukung ethos yaitu, persiapan (prepatioan), kesungguhan (seriousness), ketulusan (sincerity), kepercayaan (confidence), ketenangan (friendly), kesederhanaan (moderation).

Seorang komunikator dalam penyampaian mutlak memiliki bahan persiapan yang membutuhkan bahan-bahan materi, pesan, informasi, dan tema yang henda disampaikan. Kesungguhan juga sangat perlu, karena akan berdampak pada keperayaan di mata khalayaknya. Dalam penyampaikan informasi, ketulusan dari sang komunikator sangat diperlukan agar hal yang akan disampaiakan tidak menyinggung atau memberikan kesan yang tidak diinginkan. Istilah lain di hati lain di mulut kerap sekali membumbui seorang komuniakor, sehingga diperlukan sifat kepercayaan diri agar memancarkan kepastian dan kepercayaan. Khalayak juga dalam mendengarkan akan lebi mudah menerima informasi ketika seorang komunikator bersikap tenag dalam menyampaiakan informasi. Dalam menayampaiakan informasi, keramahan sangat diperlukan untuk menghindari sikap arogan maupun sok pintar atau sok tahu, ketika suatu pendapat kita berbeda-beda. Pembicara yang sederhana dan isi pembicaraan yang lebih berbobot serta wajar biasanya lebih menarik dibandingkan dengan penampilan bahasa yang sombong atau perlente.

Faktor-faktor komunikasi yang komunikatif

Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

Pesan harus menggunakan lambang-lambang atau arti yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga mudah dimengerti

Pesan tersebut dapat membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan memberikan saran beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.

Pesan dapat menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi suatu kelompok