Psikologi komunikator

43
A. Pengertian dan Proses Komunikasi Sebelum kita membahas tentang psikologi komunikator disini kita akan mengupas sedikit tentang pengertian, proses, dan bentuk komunikasi itu sendiri agar kita mengerti dan paham tentang apa yang akan kita pelajari dalam bab ini. Komunikasi memang merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antarmanusia didalam masyarakat, dengan menggunakan lambang-lambang yang mengandung makna, dan dapat dilakukan dengan menembus ruang dan menyimpannya dalam dimensi waktu. Melvin L. De Fleur mendefinisikan komunikasi sebagai saling berbagi informasi, gagasan, atau sikap. Don Fabun, dalam bukunya yang berjudul “The transfer of Meaning”, yang mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu peristiwa yang dialami secara internal, yang murni personal, yang dibagi dengan orang lain. Proses komunikasi terdiri dari proses komunikasi primer yaitu langsung dilakukan secara tatap muka, langsung antara seseorang kepada orang lain guna menyampaikan pikiran maupun perasaannya, dan proses secara sekunder yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama. 1 Itulah sedikit pengertian dan proses komunikasi yang sering kita lakukan selama ini, hanya saja kita belum paham tentang tipe komunikasi apa yang sedang kita gunakan. A. Psikologi Komunikator 1 Drs. Sutaryo, M.Si, Sosiologi Komunikasi : Arti Bumi Intaran, 2005, hal. 41-51 1 | Page

Transcript of Psikologi komunikator

Page 1: Psikologi komunikator

A. Pengertian dan Proses Komunikasi

Sebelum kita membahas tentang psikologi komunikator disini kita akan mengupas sedikit

tentang pengertian, proses, dan bentuk komunikasi itu sendiri agar kita mengerti dan paham tentang

apa yang akan kita pelajari dalam bab ini.

Komunikasi memang merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan

antarmanusia didalam masyarakat, dengan menggunakan lambang-lambang yang mengandung

makna, dan dapat dilakukan dengan menembus ruang dan menyimpannya dalam dimensi waktu.

Melvin L. De Fleur mendefinisikan komunikasi sebagai saling berbagi informasi, gagasan,

atau sikap. Don Fabun, dalam bukunya yang berjudul “The transfer of Meaning”, yang mengatakan

bahwa komunikasi adalah suatu peristiwa yang dialami secara internal, yang murni personal, yang

dibagi dengan orang lain.

Proses komunikasi terdiri dari proses komunikasi primer yaitu langsung dilakukan secara

tatap muka, langsung antara seseorang kepada orang lain guna menyampaikan pikiran maupun

perasaannya, dan proses secara sekunder yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada

orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang

pada media pertama. 1

Itulah sedikit pengertian dan proses komunikasi yang sering kita lakukan selama ini, hanya

saja kita belum paham tentang tipe komunikasi apa yang sedang kita gunakan.

A. Psikologi Komunikator

Mempelajari sebuah karakter orang lain memerlukan sebuah proses yang tidak singkat, sehingga apa

yang dikatakan seseorang kepada orang lain itu bisa mempengaruhi atau bisa dipercaya oleh orang lain

tesebut tentunya sikap atau karakter kita menentukan apakah kita mampu menjadi komunikator yang baik

atau tidak.

Aristoteles menyebut karakter komunikator ini sebagai ethous. Ethous terdiri terdiri atas pikiran baik,

akhlaq yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral, good character, good will).

Pendapat Aristoteles ini diuji secara ilmiah 2300 tahun kemudian oleh Carl Hovland dan Wlater

Weiss (1951). Mereka melakukan eksperimen pertama tentang psikologi komunikator. Hovland dan Weiss

menyebut ethous ini credibility yang terdiri atas dua unsur: Expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat

dipercaya). Kedua komponen ini telah disebut dengan istilah-istilah lain oleh ahli komunikasi yang berbeda.

1 Drs. Sutaryo, M.Si, Sosiologi Komunikasi : Arti Bumi Intaran, 2005, hal. 41-511 | P a g e

Page 2: Psikologi komunikator

Untuk expertness, McCroskey (1968) menyebutnya authoritativeness. Untuk trustworthiness, peneliti lain

menggunakan istilah safety, character, atau evaluative factor. Semua pendapat itu kita sebut saja

kredibilitas. Namun, kita tidak hanya melihat pada kredibilitas sebagai faktor yang mempengaruhi

efektivitas sumber. Kita juga akan melihat dua unsur lainnya: atraksi komunikator (source attractiveness)

dan kekuasaan (source power).2

Sebagai contoh saja seorang dokter lebih dipercaya oleh sebagian masyarakat untuk membantu

mereka mengobati sakit yang mereka derita, karena jelas seorang dokter telah memiliki keahlian khusus dan

memahami tindakan-tindakan medis dan obat yang harus ia berikan kepada pasiennya, dan seorang dokter

dinilai memiliki derajat sosial yang tinggi di masyarakat dibandingkan seorang tabib yang menempuh cara

pengobatan secara tradisional tidak terlalu diminati masyarakat karena asumsi mereka, mereka tidak

mempercayai tabib itu untuk bisa mengobati penyakit mereka, mereka beranggapan seorang tabib terkadang

tidak memiliki keahlian khusus, sebagian masyarakat datang untuk berobat ke seorang tabib jika memang

mereka sudah benar-benar membutuhkan pengobatan secara alternatif saja.

1. Dimensi-dimensi ethos

Di atas telah kita uraikan bahwa ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikator

terdiri atas kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. Ketiga dimensi ini berhubungan dengan jenis pengaruh

sosial yang ditimbulkannya. Menurut Herbert C. Kelman (1975) pengaruh komunikasi kita kepada orang

lain berupa tiga hal: internalisasi ( internalization ), identifikasi (identification) , dan ketundukan

( compliance ).

Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan

sistem nilai yang dimilikinya. Dimensi ethos yang paling relevan di sini kredibilitas - keahlian

komunikator atau kepercayaan kita pada komunikator.

Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang bersal dari orang atau kelompok lain

karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan

( satisfyingself defining relationship ) dengan orang atau kelompok itu. Hubungan yang mendefinisikan

diri artinya memperjelas konsep diri. Dalam identifikasi, individu mendefinisikan peranannya sesuai

dengan peranan Kelman. Dimensi ethos yang paling elevan dengan identifikasi ialah atraksi

(attractiveness) - daya tarik komunikator.

2 Ibid. hal. 252-2532 | P a g e

Page 3: Psikologi komunikator

Ketundukan ( compliance ) terjadi bila individu menerima pengaruh diri orang atau kelompok lain

karena ia berharap memeroleh reaksi yang menyenangkan diri or a ng atau kelompok tersebut. Ia ingin

memeroleh ganjaran atau menghindari hukuman dari pihak yang mempengaruhinya. Kredibilias, atraksi

dan kekuasaan akan kita perinci pada bagian berikutnya.3

Ketiga hal tersebut sungguhlah sangat berpengaruh dalam diri seoramg komunikator pada zaman

sekarang ini, karena jika seseorang telah memenuhi ketiga syarat tersebut sudah pasti orang lain yang

diajak berbicara akan mempercayainya tanpa harus banyak mengeluarkan pendapat, seperti halnya

seorang presiden yang nyata memiliki tiga komponen diatas pastilah orang-orang dibawahnya akan

sangat berhati-hati jika akan angkat bicara dihadapan beliau, bahkan mereka akan menyetujui apa yang

diperintahkan oleh pemimpin negara nomor satu tersebut, orang-orang yang memiliki ketiga komponen

diatas sudah pasti memiliki suatu kharisma tersendiri dimata masyarakat atau lawan bicaranya.

2. Kredibilitas

Disini kita akan membahas tentang sebuah kredibilitas yang sering diungkapan banyak orang, kita

akan bahas apa itu kredibilitas dalam konteks psikologi komunikasi.

Kredibilitas ad a lah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi

ini terkandung dua hal : (1) kredibilitas adalah persepsi komunikan; jadi tidak inheren dalam diri

komunikator; (2) kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifaat komunikator, yang selanjutnya akan kita

sebut sebagai komponen-komponen kredibilitas.

Karena kredibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi

(komunikan), topik yang dibahas dan situasi. Sekali lagi kredibilitas tidak ada pada diri komunikator,

tetapi terletak pada persepsi komunikan. Oleh karena itu, ia dapat berubah atau diubah, dapat terjadi atau

dijadikan.

Hal – hal yang mempengaruhi persepsi komunikan tentang komunikator sebelum ia berlakukan

komunikasinya disebut prior ethos (Andersen, 1978:82). Sumber komunikasi memperoleh prior ethos

karena berbagai hal.

Dua komponen kredibilitas yang paling penting ialah keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah

kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topic

yang dibicarakan. Komunikator yang diniai rendah pada keahlian dianggap tidak berpengalaman, tidak

3 Ibid. hal. 253-2543 | P a g e

Page 4: Psikologi komunikator

tahu atau bodoh. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang berkaitan dengan

wataknya.

Koehler, Annatol, dan Applbaum (1978: 144-147) menambahkan empat komponen lagi: (1)

dinamisme; (2) sosiabilitas; (3) koorientasi;dan (4) karisma. Komunikator memiliki dinamisme, bila ia

dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Dinamisme umumnya berkenaan

dengan cara berkomunikasi. Sosiabilitas adalah kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang

yang periang dan senang bergaul. Koorientsi merupakan kesan komunikate tentang komunikator sebagai

orang yang mewakili kelompok yang kita senangi,yang mewakili nilai-nilai kita.4

Jadi kredibilitas dapat diartikan bahwa kemampuan komunikator dalam menyampaikan sesuatu hal

yang berbobot dan sesuai dengan fakta sehingga mampu diserap dengan baik dengan komunikan dan apa

yang dibicarakan itu bisa dipertanggungjawabkan dan benar bisa membuat orang lain percaya

dengannya, karena apa membangun sebuah trust atau kita bisa dipercaya oleh orang lain itu tidak

semudah membalikkan telapak tangan dan kita harus benar-benar bisa menjaga semua itu, agar orang

lain tetap merasa nyaman dengan kita.

3. Atraksi (attractiveness)

Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasive.

Namun, kita juga tertarik kepada seseorang karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan kita.

Kata Evertt M. Rogers, setelah meninjau banyak penelitian komunikasi. Ia membedakan antara kondisi

homophily dan heterophily. Pada kondisi yang pertama, komunikator dan komunikan merasakan ada

kesamaan dalam status sosial ekonomi, pendidikan, sikap dan kepercayaan. Pada kondisi kedua, terdapat

perbedaan status sosial, ekonomi, pendidikan, sikap, dan kepercayaan antara komunikator dan

komunikan. Komunikasi akan lebih efektif pada kondisi homophily daripada kondisi heterophily. 5

Herbert W. Simons (1976), menerangkan mengapa komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan

dengan komunikan cenderung berkomunikasi lebih efektif. Pertama, kesamaan mempermudah proses

penyandibalikan ( decoding ), yakni proses menerjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi

gagasan-gagasan. Kedua, kesamaan membantu membangun premis yang sama. Premis yang sama

mempermudah proses deduktif. Ini berarti bila kesamaan disposisional relevan dengan topik persuasi,

4 Ibid. hal. 254-2575 Homophily adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang berinteraksi dan memili kesamaan dalam sikap, seperti dalam status sosial, sedangkan Heterophily adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi dalam proses komunikasi yang berbeda dalam sifat-sifat tertentu.

4 | P a g e

Page 5: Psikologi komunikator

orang akan terpengaruh oleh komunikator. Ketiga, kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada

komunikator. Keempat, kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator. 6

Disini reaksi fisik memiliki peran penting karena apa, semua itu menjadikan kita bisa lebih dekat

mengenal satu sama lain sehingga mereka yang memiliki kedekatan secara emosional akan cepat akrab

dan nyambung ketika berdialog dan mereka merasa nyaman, hal itu yang menghasilkan sebuah

dinamisme antara komunikator dan komunikan sehingga tumbuhlah rasa saling percaya dan terbuka

diantara mereka dengan tetap menghormati dan menghargai satu sama lain.

Selain itu juga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap orang lain yakni kekuasaan, orang-

orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi pasti akan lebih dihormati dan disanjung oleh masyarakat

karena mereka mampu tidak hanya memiliki wibawa tapi juga kharisma.

French dan Raven menyebutkan jenis-jenis kekuasaan. Klasifikasi ini kemudian dimodifikasi Raven

(1974) dan menghasilkan lima jenis kekuasaan.

a. Kekuasaan koersif (coercive power)

b. Kekuasaan Keahlian (expert power)

c. Kekuasaan Informasional (informational power)

d. Kekuasaan Rujukan (referent power)

e. Kekuasaan Legal (legitimate power)

Penelitian psikologi tentang penggunaan kekuasaan menunjukkan bahwa orang memilih jenis

kekuasaan yang dimilikinya tidak secara rasional. Orang menggunakan kekuasaan koersif sering hanya

karena ingin memenuhi kepuasan diri atau menunjang harga diri. Dengan begitu, kekuasaan sepatutnya

digunakan setelah kredibilitas dan atraksi komunikator. Lagipula, komunikasi mungkin masih belum

efektif, bila komunikator tidak memperhatikan pesan yang disampaikannya.7

Apapun yang akan kita sampaikan dengan komunikan kita sebagai komunikator tidak hanya harus

bisa menguasai lawan bicara kita tapi apa yang akan kita sampaikan harus benar-benar jelas dan bisa

dimengerti sehingga resiko terjadinya miss communication itu kecil dan pesan yang disampaikan tepat

pada sasaran yang ditujukan.

6 Ibid. hal. 258-2607 Ibid. hal. 261-263

5 | P a g e

Page 6: Psikologi komunikator

Maka dari itu seorang komunikator yang baik yang mampu menguasai disetiap kondisi apapun harus

memiliki unsur-unsur yang dijelaskan diatas, karena jika tidak banyak orang yang tidak akan

mempercayai kelebihan yang kita punya, setidaknya kemampuan untuk mempengaruhi lawan bicara itu

cukup penting dimiliki oleh seorang komunikator sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik.

Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir disetiap komunikasi, yaitu sumber

informasi ( receiver ), saluran (media), dan penerima informasi ( audience ). Sumber informasi adalah

seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada

masyarakat luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber berita,

berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka maupun media massa yang digunakan

untuk khalayak umum. Sedangkan audience adalah per orang atau kelompok dan masyarakat yang

menjadi sasaran informasi atau yang menerima informasi.

Selain tiga unsur ini, yang terpenting dalam komunikasi adalah aktivitas memaknakan informasi

yang disampaikan oleh sumber informasi dan pemaknaan yang dibuat oleh audience terhadap informasi

yang diterimanya itu. Pemaknaan kepada informasi bersifat subjektif dan kontekstual. Subjektif, artinya

masing-masing pihak (sumber informasi dan audience) memiliki kapasitas untuk memaknakan informasi

yang disebarkan atau yang diterimanya berdasarkan pada apa yang ia rasakan, ia yakin, dan ia mengerti

serta berdasarkan pada tingkat pengetahuan kedua pihak. Sedangkan sifat kontekstual adalah bahwa

pemaknaan itu berkaitan erat dengan kondisi waktu dan tempat dimana informasi itu ada dan dimana

kedua belah pihak itu berada. Dengan demikian, konteks sosial budaya ikut mewarnai kedua belah pihak

dalam memaknakan informasi yang disebarkan dan diterima itu. Oleh karena itu, maka sebuah proses

komunikasi memiliki dimensi yang sangat luas dalam pemaknaannya, karena dilakukan oleh subjek-

objek yang beragam dan konteks social yang majemuk pula.8

Contohnya saja seorang dai yang akan mengisi sebuah pengajian jika telah menyiapkan pesan yang

bagus dilengkapi dengan media yang memadai dan penampilan yang berwibawa tapi jika pendengar

tidak ada maka pesan yang akan disampaikan akan sia-sia saja, maka akan terjadilah kegagalan

komunikasi semua yang akan dilakukan oleh komunikator itu haruslah seimbang ada pesan, media, dan

orang yang akan mendengarkan, dan disampaikan dengan penuh percaya diri sehingga mampu

menghipnotis orang-orang yang mendengarnya sehingga orang-orang tersebut mempercayai apa yang

disampaikan oleh dai tersebut.

8 Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si,. Sosiologi Komunikasi. hal. 57-586 | P a g e

Page 7: Psikologi komunikator

Persyaratan yang harus ada dalam komunikasi tatap muka adalah antara komunikator dengan

komunikannya harus langsung bertemu dan prosesnya dipengaruhi oleh emosi, perasaan diantara kedua

belah pihak. Persyaratan “harus langsung bertemu” dalam komunikasi itu karena masing-masing pihak

dapat memperoleh umpan balik dari proses komunikasi yang sedang terjadi. Pengaruh komunikator bisa

sangat besar terhadap komunikannya atau bisa sebaliknya. Hal ini terkait pula dengan kredibilitas dari

komunikator dimata komunikannya dan sebaliknya. Makin tinggi tingkat kepercayaannya, maka makin

tinggi pengaruh komunikator dan /atau sebaliknya.9

Pada intinya psikologi komunikator adalah bangaimana seorang komunikator mampu menyampaikan

pesan dengan baik sehingga akan terjadi umpan balik dari komunikan dimana komunikator menjadi

sosok yang dipercaya oleh lawan bicaranya karena kharisma yang dimilikinya, dan semua itu bisa kita

terapkan dengan terus mengasah kemampuan komunikasi interpersonal kita.

B. Psikologi Pesan

1. Pengertian Pesan

Menurut Abdullah Hanafi, pesan merupakan “produk fisik yang nyata, yang dihasilkan oleh

sumber encoder”10. Dimana pesan itu terdiri dari tiga unsur, yaitu: kode, isi dan wujud pesan.

Pesan merupakan salah satu dari unsur-unsur komunikasi, dimana pesan adalah suatu

informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, melalui suatu perantara, entah

itu langsung maupun tidak langsung. Sedangkan psikologi pesan yaitu penyampaian suatu pesan

secara spontan yang dapat mempengaruhi seorang komunikan. Sebagai contoh penyampaian

pesan dengan bahasa yang dilakukan oleh seorang sersan kepada puluhan tentara yang hanya

dengan mengatakan “maju-jalan”, puluhan tentara menghentakkan kakinya, dan maju dengan

langkah tegap. Inilah hebatnya bahasa, yang sekaligus menjadi perbedaan antara manusia dan

binatang.

Dalam suatu waktu, bahasa sebagai pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat yang disebut

sebagai pesan linguistik, sedangkan cara berkata yang memberikan maksud tersendiri, disebut

sebagai pesan paralinguistik. Akan tetapi, kadangkala manusia menyampaikan suatu pesan,

selain dengan bahasa, seperti isyarat, atau yang disebut sebagai pesan ekstralinguistik.

C. Pesan Linguistik

Untuk mendefinisikan bahasa, ada dua cara yaitu secara fungsional dan secara formal. Fungsional yaitu dari

fungsi bahasa itu sendiri, sehingga bahasa diartikan sebagai “alat yang dimiliki bersama untuk

9 Ibid, hal. 69-7010Dr. S. M. Siahaan. “Komunikasi Pemahaman dan Penerapan”. Hal: 62

7 | P a g e

Page 8: Psikologi komunikator

mengungkapkan gagasan” ( socially shared means for expressing ideas ) 11 . Sedangkan formal menyatakan

bahwa bahasa itu sesuai dengan peraturan dalam susunan kata, dan bagaimana merangkaikan sehingga

menjadikan suatu bahasa yang memiliki arti. Ada tiga unsur tata bahasa, yaitu fonologi (bidang dalam

linguistik yg menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya), sintaksis (pengaturan dan hubungan kata

dengan kata atau dengan satuan lain yg lebih besar) dan semantik (ilmu tentang makna kata dan kalimat;

pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata). Menurut George A. Miller (1974: 8), untuk

mampu menggunakan bahasa tertentu harus menguasai ketiga unsur tersebut, ditambah dengan dua unsur

lagi. Pada tahap pertama, seseorang harus memiliki informasi fonologis tentang bunyi bahasa. Pada tahap

kedua, harus memiliki pengetahan sintaksis tentang cara pembentukan kalimat. Pada tahap ketiga, harus

mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata-kata. Pada tahap keempat, tinggal kita dan dunia

yang kita bicarakan, dan tahap yang terakhir kita harus memiliki sistem kepercayaan untuk menilai apa yang

kita dengar 12 . Para Psikolinguis13 lebih memperhatikan pada dua tahap terakhir, dimana mereka lebih

memahami peranan konsep dan kepercayaan dalam menggunakan dan memahami pesan. Seberapa banyak

anda seseorang memahami kata-kata dalam bahasa inggris, namun apabila anda sedang berada di sebuah

universitas di Amerika, dan dosen anda menyampaikan sebuah humor, maka anda akan tertawa hambar,

sedangkan teman-teman anda akan tertawa terbahak-bahak. Baru setelah anda tinggal lebih lama di

Amerika, dan mengingat humor dosen anda, maka anda akan tertawa terbahak-bahak.

Dalam hal inilah kita dapat memahami pentingnya menyamakan kerangka konseptual dan system

kepercayaan, sebelum menyampaikan suatu pendapat.

1. Bagaimana Seseorang Bisa Berbahasa?

Pertanyaan tersebut telah berabad-abad lamanya telah menggangu pikiran manusia. Karena, pada

zaman kaisar Romawi pada abad ke 13 mengadakan eksperimen unik, dimana sang raja

penasaran apakah yang akan menjadi bahasa seorang anak, apabila tidak diajarkan bahasa

kepadanya. Lalu sang raja mengumpulkan beberapa bayi untuk dirawat sebagaimana bayi

biasanya, hanya saja tak boleh seorang pun yang boleh berbicara, menyanyikan lagu untuknya,

ataupun bersenandung kepadanya. Dan pada akhirnya, semua bayi yang menjadi objek penelitian

itu meninggal, sehingga penelitian ini diberhentikan, karena tidak membuahkan hasil yang

diinginkan. Dengan hal ini, sudah jelaslah bahwa bahasa itu perlu diajarkan, tidak serta merta

anak itu bisa berbahasa tanpa adanya sebuah pengajaran.

Menurut teori belajar, anak-anak mengetahui bahasa dengan tiga proses, yaitu:

11 Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi. Hal: 26512 Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi. Hal: 26613Psikolinguistik adalah psikolog yang mempelajari bagaimana maksud komunikator diubah menjadi pesan dalam lambang yang diterima secara kultural dan bagaimana signal-signal ini diubah menjadi penafsiran komunikate (Osgood dan Sebeok, 967: 20), (Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi. Hal: 266)

8 | P a g e

Page 9: Psikologi komunikator

a. Asosiasi (melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu)

b. Imitasi (menirukan pengucapan kata yang didengarnya)

c. Pengetahuan

Seorang psikolog dari Harvard, B.F. Skinner menerapkan ketiga prinsip tersebut, ketia ia

sedang menjelaskan tiga macam respon yang terjadi pada anak-anak kecil, yaitu: mand, tact, dan

echoic.

Respon mand terjadi ketika seorang anak mulai mengeluarkan suatu bunyi, dan ia

mendapatkan sesuatu dari ibunya karena suara itu. Misalnya seorang anak mengatakan “u-u”,

lalu ibunya mendengarnya sebagai sebuah permintaan, dan ia mengambilkan air untuk san bayi.

Maka kemudian sang bayi akan mengeluarkan suara “u-u” saat ia merasakan haus di kemudian

hari.

Respon tact terjadi ketika anak mengeluarkan suara saat ia menyentuh suatu benda, sehingga

sang ibu mengira bahwa anaknya menginginkan benda itu. Misalnya seorang anak memegang

gelas yang berisi air, lalu ia bersuara “u-u” dan sang ibu mendengarnya, maka sang ibu akan

mengira bahwa anaknya menginginkan air minum. Sehingga sang anak pun akan bertindak

seperti itu, ketika ia ingin minum.

Respon echoic terjadi ketika anak menirukan perkataan orang tuanya dalam hubungannya

dengan stimulus 14 tertentu. Misalnya ketika ibu memberikan air minum, dan mengatakan

“minum” kemudian sang anak menirukan dengan hanya mengeluarkan suara “u-u” maka ibu

akan sangat gembira dan akan menirukan suara yang anak itu suarakan.

Menurut Noam Chomsky seorang ahli bahasa dari Massachuset Institute of Technology, teori

bahasa hanya sebagai play-acting at science, suatu teori yang tidak dapat menjelaskan bagaimana

seorang anak dapat mengatakan kalimat-kalimat yang bahkan belum pernah didengarnya.

Menurut Chomsky, seorang anak dapat berbicara karena faktor pengetahuan bawaan ( preexistent

knowledge ) yang telah diprogram secara genetik pada otak manusia. Chomsky menyebutnya

dengan L.A.D (Linguistics Acquisition Device). LAD ini tidak mengandung arti ataupun gagasan,

akan tetapi hanya satu sistem yang dapat memungkinkan manusia untuk menggabungkan

komponen-komponen bahasa. Meskipun bentuk luar suatu bahasa itu berbeda-beda, namun

struktur pokok bahasa itu sama. Chomsky menyebutnya sebagai linguistik universal. Karena

14 Perangsang organisme bagian tubuh atau reseptor lain untuk menjadi aktif (Kamus Besar Bahasa Indonesia)9 | P a g e

Page 10: Psikologi komunikator

kemampuan ini, seorang anak akan segera mengetahui bentuk bahasa yang dikatakan orang

tuanya, dengan bentuk bahasa yang sudah ada dalam memorinya.

Karena hubungan-hubungan tersebut, sehingga anak akan mengucapkan kalimat sesuai

dengan aturannya sendiri.

“Teori nativisme menggambarkan anak memperoleh pengetahuan tentang bahasa tertentu, ketika

bahasa yang didengar membangkitkan respons bawaan dari kemampuan berbahasa.” (Hunt,

1982). Adanya teori dasar fisiologis dibuktikan dengan kemampuan berbahasa seseorang itu

dipengaruhi oleh daerah yang ditinggali. Ada kemungkinan apabila daerah yang dia tempati

mengalami kerusakan, maka akan berpengaruh pada bahasa yang dimilikinya. Sebagaimana

cintoh yang ditemukan di daerah Broca dan Wernicke. Karena kerusakan pada daerah ini,

sehingga menyebabkan orang berbicara terpatah-patah, dan dengan susunan kata yang tidak

teratur.

Teori dari Jean Piaget memperkuat teori Chomsky, yang mana Jean Piaget mengemukakan

teori perkembangan mental dengan menunjukkan adanya struktur universal menimbulkan pola

berpikir yang sama pada tahap-tahap tertentu perkembangan mental anak. Kedua teori ini

meyatakan bahwa kemampuan berbahasa anak itu tidak dari proses belajar, akan tetapi

merupakan suatu kemampuan bawaan, karena manusia bukanlah kertas kosong yang hanya

menerima, akan tetapi manusia telah memiliki kemampuan bawaan.

2. Bahasa dan Proses Berpikir

Proses berpikir seseorang dapat mempengaruhi bahasa yang mereka gunakan. Sehingga

perbedaan dalam penggunaan bahasa merupakan hasil dari perbedaan pandangan hidup

seseorang tentang hidup.

3. Kata-kata dan Makna

Suatu kata dapat dipahami dengan makna yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal

itu karena pengalaman seseorang dapat mempengaruhi persepsi terhadap sesuatu.

4. Teori General Semantics

Verbal dan nonverbal merupakan cara kita berkomunikasi ataupun menyampaikan pesan.

Penggagas teori ini ialah Albert Korzybiski salah seorang ahli bahasa. Korzybiski melambangkan

asumsi dasar teori general semantics : “bahasa seringkali tidak lengkap mewakili kenyataan;

kata-kata hanya menangkap sebagian saja aspek kenyataan”.

10 | P a g e

Page 11: Psikologi komunikator

5. Hakikat Bahasa

Lebih dari 10.000 bahasa dan dialek yang berbeda, saat ini digunakan oleh manusia dan memiliki

keunikan tersendiri dalam beberapa hal15. Hal itu menjadi hal yang luar biasa yang dilakukan

manusia.

a. Faktor Fisiologis

Membahas tentang sebagian cara kerja proses komunikasi, yang berpusat di dalam pita suara

pangkal tenggorokan manusia yang yang terletak di ujung atas trakeadan diperkuat oleh tulang rawan

yang mendukung pita suara.

b. Faktor Kognitif16

Otak dan sistem saraf menjadi pengendali mekanisme yang memungkinkan kita untuk

memahami dan merasakan apa yang berhubungan dengan lingkungan.

6. Penguasaan Bahasa

Ada dua perspektif utama mengenai pengembangan bahasa, yaitu pendekatan psikolinguistik dan

pendekatan sosiolinguistik17:

1. Pendekatan Psikolinguistik

Kata-kata bawaan atau protowords (pratanda kata-kata) dan kata-kata itu sendiri (didasarkan atas

pemahaman pribadi anak-anak tentang dunia). Bahasa adalah sarana untuk menyampaikan

makna yang telah mereka pelajari.

2. Pendekatan Sosiolinguistik

Perkembangan bahasa terjadi ketika anak mengalami kebutuhan untuk berkomunikasi. Bahasa

dipelajari melalui interaksi sosial dan merupakan sarana untuk mengakomodasi tuntutan kehidupan

sosial.

Beberapa ahli bahasa telah bersepakat bahwa kemampuan bahasa anak merupakan suatu bawaan,

sedangkan proses belajar hanyalah dasar dari pengembangan bahasa karena faktor lingkungannya.

Sedangkan para ahli lainnya berpendapat bahwa manusia memperoleh kemampuan berbahasa dari

proses perkembangan suatu individu. Akan tetapi, keduanya setuju bahwa kompetensi linguistic

adalah penting untuk interaksi antara individu dan lingkungannya. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa tanpa kapasitas dan kesempatan untuk berbicara dengan orang lain, tidak ada kemampuan

bahasa yang berkembang.18

15 Rubent. D. Ruben dan Lea P. Stewart.”Komunikasi dan Perilaku Manusia”. Hal: 14016 Berdasarkan pada pengetahuan faktual yang empiris (Kamus Besar Bahasa Indonesia)17 Rubent. D. Ruben dan Lea P. Stewart.”Komunikasi dan Perilaku Manusia”. Hal: 14318 Rubent. D. Ruben dan Lea P. Stewart.”Komunikasi dan Perilaku Manusia”. Hal: 143

11 | P a g e

Page 12: Psikologi komunikator

Pola ucapan pada orang yang merawat dan mendidik anak akan berpengaruh pada usia-usia

dalam tahapan awal penguasaan bahasa anak. Seorang ibu akan mengulang pertanyaannya kepada

sang anak, sedangkan seorang ayah lebih menekankan jawaban sang anak.

Sejalan dengan pertumbuhan usia, kemampuan fonetik19, sintaksis20, semantik21 dan

pragmatik22 akan meningkat.

7. Cara Penyampaian Pesan secara Tepat23:

a) Menggunakan bahasa yang jelas, dan tidak berbelit-belit

b) Berdasarkan fakta dan data yang ada

c) Pesan disampaikan dengan ringkas, namun dapat dipahami

d) Pesan menyangkut keseluruhan

e) Pesan itu menarik dan meyakinkan

f) Disampaikan dengan sopan

g) Pesan itu tidak bertentangan dengan makna kalimat yang lain

D. Pesan Non Verbal

1. Kesamaan Antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Dalam menyampaikan sebuah pesan dalam berkomunikasi baik secara verbal maupun non

verbal, keduanya memiliki kesamaan yang akan kita bahas dalam bahasan dibawah ini.

a. Aturan – Perintah

Aturan-aturan daam pesan nonverbal dapat diidentifikasi seperti halnya dalam pesan verbal.

Beberapa pola aturan tersebut berkaian dengan produksi pesan nonverbal dan dengan cara-cara di

mana emosi ditampilkan. Juga dengan beberapa aturan lainnya yang diperlukan untuk

membangun kelengkapan arti penting pesan.

Aturan-aturan yang terkait dengan pembuatan banyak prilaku nonverbal seperti pada berjabat

tangan mirip dengan fonetik. Aturan yang menetapkan urutan yang tepat mengenai hubungan pesan

nonverbal satu sama lain dengan pertemuan pertama dengan seseorang, contohnya adalah sebuah

tipe tata kalimat. 19 Bunyi system suatu suara (KBBI)20 Pengaturan dan hubungan kata dengan satuan lain yang lebih besar (KBBI)21 Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara (KBBI)22 Berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa di komunikasi (KBBI)23 Dr. S. M. Siahaan. “Komunikasi Pemahaman dan Penerapan”. Hal:

12 | P a g e

Page 13: Psikologi komunikator

Seperti juga pesan verbal, beberapa pola pesan nonverbal bersifat umum untuk prilaku

perseorangan. Misalnya, ekspresi mimic muka, penelitian menujukan bahwa di sana ada relasi yang

dapat diduga antara emosi kegembiraan, kesedihan, marah, jijik, terkejut atau takut, dan gerakan

khusus dari otot wajah, terlepas dari latar belakang pribadi dan budaya seseorang. 2Gerak isyarat,

seperti anggukan kepala,yang kita kaikan dengan “ya” dan “tidak," seperti juga menangis atau

tertawa besifat universal meski makna tepatnya mukin tidak demikian. Tetapi ada lebih banyak pola

besar yang unik untuk individu tertentu, kelompok, daerah, pekerjaan, atau budaya.24

b. Kesengajaan

Bahasa paling sering digunakan secara sadar oleh orang untuk tujuan pengiriman pesan. Kenyataan

ini terdapat dalam komunikasi lisan, apalagi tulisan. Juga sering terjadi dalam komunikasi nonverbal.

Kita sadar dapat menggunakan ekspresi wajah tertentu, gerak tubuh, dan pilihan pakaian pada

pertemuan pertama, wawancara kerja, atau pertemuan kelompok, dengan tujuan untuk menciptakan

efek yang diinginkan. Baik pesan vebal dan nonverbal, dapat dihasilkan dan ditransmisikan secara

tidak sengaja. Isyarat tanpa sengaja, seperti menurunkan alis anda dan menahan bibir anda dalam

kemarahan ketika mencoba untuk tampil baik dan memahami kekasaran seorang teman, memiliki

banyak arti iinformasi seperti halnya pilihan kata yang buruk atau kalimat yang membingungkan

c. Fungsi Umum Pesan

Prilaku verbal atau nonverbal dapat saling dipasangkan satu sama lain untuk beberapa jenis

hubungan:

a) Keduanya bisa bersifat saling menambahkan (redundant) dan menegaskan (duplicate),

seperti ketika seseorang berkata,”Saya mau duduk,” dan kemudian berjalan ke kursi dan

duduk.

b) Keduanya juga dapat saling menggantikan (substitute), seperti jabatan tangan

meenggantikan sapaan, “Halo, menyenangkan bertemu dengan anda”.

c) Verbal dan nonverbal dapat saling melengkapi (complementary), seperti ketika dan

seorang tersenyum dan berkata, “Masuklah, saya senang bertemu dengan anda”.

d) Kode verbal atau nonverbal juga dapat digunakan untuk menambahkan penekanan

(emphasis) pada yang lain, seperti membuat kepalan tangan untuk menggarisbawahi

maksud yang dibuat secara lisan.24 BRENT D. RUBEN, Komunikasi dan Perilaku Manusia : PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013, hal. 171

13 | P a g e

Page 14: Psikologi komunikator

e) Kode verbal dan nonverbal dapat menjadi sumber kontradiksi (contradiction), seperti

terjadi saat kita mengira betapa orang lain tertarik untuk mendengarkan percakapan kita,

padahal si “pendengar” menatap lawan jenis di seberang ruangan.

f) Kedua jenis kode tersebut dapat digunakanuntuk mengatur (regulation) mengendalikan

proses komunikasi, menentukan siapa yang akan berbicara, untuk berapa lama, dan

bahkan ketika perubahan dalam topic akan terjadi.

2. Pebedaan antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal

a. Kesadaran dan Perhatian

Selama beberapa decade terakhir komunikasi nonperbal telah muncul sebagai suatu bidang

studi ilmiah yang ekstensif, juga sebagai topic artikel popular dan buku. Tapi komunikasi vebal tetap

menerima lebih banyak perhatian.

Kemampuan mengomunikasikan informasi melalui pesan verbal dinilai sangat penting

sehingga dianggap sebagai salah satu “keterampilan dasar” sehingga upaya yang sungguh-sungguh

dilakukan untuk memastikan bahwa kita telah diajari aturan pengucapan, penyusunan kalimat,

penguasaan kata dan maknanya, dan penggunaan bahasa pragmatika, bahkann dijadikan sebagai

bagian dari pendidikan formal kita.

Sebagai perbandingan, keterampilan nonverbal mendapat sedikit perhatian di kebanyakan

sekolah. Musik, seni, dan pendidikan jasmani secara umum dimasukan sebagai bagian dari

kurikulum. Namun, tidak ada pelatihan yang memadai untuk komposisi, sastra dan berbicara di

depan umum, yang disediakan sekolah untuk kompetensinon-verbal yang sangat penting bagi

komunikasi manusia.

b. Aturan Terbuka dan Tertutup

Salah satu penjelasan mengapa secara relatif penekanan yang lebih besar diletakan kepada

komunikasi verbal adalah bahwa di semua budaya terdapat aturan yang tebuka (overtrules) dan

struktur bahasa serta penggunaan bahasa. Sebagai hasilnya, informasi aturan komunikasi verbal

tersebut tersedia dalam berbagai sumber.

Kita belajar aturan tertutup (covert rules) dalam komunikasi nonverbal, dilakukan secara

tidak langsung melalui observasi, dan tidak kentara kadang-kadang tidak begitu tampak melalui

pola-pola hukuman dan ganjaran. Dengan cara demikian, kita bias “tahu aturan” untuk ucapan dan

14 | P a g e

Page 15: Psikologi komunikator

mengekspresikan kasih saying kepada orang lain secara nonverbal kapan harus berjabat tangan,

untuk beberapa lama, seberapa keras meremas tangan orang lain, dan kapan pelukan dan ciuman

dilakukan dengan tepat tapi aturan ini bersifat tertutup dan bukan sebagai kesepakatan universal.

c. Pengendalian

Sementara kita mencurahkan perhatian untuk mengelola komunikasi nonverbal dalam

beberapa situasi, kita sering lebih berhasil dalam mengendalikan pesan verbal kita. Sebagai contoh,

ketika tujuannya adalah untuk menyampaikan kompetensi kita atau untuk memahamisituasi,

kebanyakan dari kita lebih mampu mengedalikan kesan yang kita buat secara verbal daripada

nonverbal. Melalui perencanaan dan latihan, kita mungkin akan mempunyai kemampuan prediksi

guna melengkapi pengiriman pesan secara verbal.

d. Status Umum versus Status Pribadi

Penggunaan bahasa telah lama dianggap sebagai topic yang sesuai untuk diskusi public dan

pengawasan. Guru, orang tua, atau teman-teman biasanya cukup mau bertanya kepada kita ketika

mereka tidak mengerti komentar atau perkataan kita, atau ketika mereka tidak setuju. Bgaimanapun ,

persoalan yang berhubunga dengan penampilan kita, gerak-gerak, tingkah laku, dan posisi tubuh

umumnya dianggap urusan perseorangan, pribadi, dan bahkan topic yang tabu, karenanya topik

tersebut menjadi jauh lebih kecil kemungkinanya untuk didiskusikan terbuka, dianalisis, atau

dikritik. Banyak perhatian yang diberikan ke berbagai bagian tubuh atau pakaian para bintang film.

Segala sesuatunya “dibuat lebih” dari wjah hingga pinggul sampai rumah.

e. Spesialisasi Belahan Otak

Perbedaan utama lainya, dan telah menjadi topik ilmiah adalah wilayah otak di mana kegiatan

nonverbal berpusat. Seperti yang kita catat, belahan otak kiri diperkirakan memainkan peran utama

dalam proses bahasa. Kegiatan lain yang memerlukan pemrosesan informasi secara berurutan seperti

matematika, tampaknya juga sangat bergantung pada otak kiri. Belahan kanan adalah bagi

signifikansi khusus dalam mengenali gambar wajah dan tubuh, seni, music dan usaha-usaha lainya di

mana terlibat integrasi, kreativitas, atau imajinasi.

Studi menunjukan bahwa beberapa individu dengan kerusakan pada belahan kanan mengalami

kesulitan dengan hubungan lokasi dan spasial, kesulitan mengenali wajah yang telah dikenalnya, atau

mengingat adegan atau benda. Penelitian lain, dengan pendapat yang meyakinkan dalam mendukung

spesialisasi belahan kanan, telah menunjukan bahwa bahkan ketika terjadi kerusakan pada pusat-

15 | P a g e

Page 16: Psikologi komunikator

pusat bahasa di belahan kiri sehingga menyebabkan pasien kesulitan berbicara,kemampuanya untuk

bernyayi sering tidak mengalami gangguan.

Empat saluran isyarat nonverbal

a) Paralanguage

b) Wajah

c) Tubuh

d) Isyarat eksternal-ruang dan waktu

3. Paralanguage

Kita semua telah mendengar kalimat, “ini bukan soal yang anda katakan, tetapi bagaimana

anda mengatakanya. Pranglanguage mengacu kepada setiap semua pesan yang menyertai dan lebih

melengkapi bahasa. Secara teknis setiap pesan nonverbal tambahan dapat dilihat sebagai sebuah

contoh dari paralanguage.

a. Bentuk Vokal

Salah satu focus pembahasan kita tentang paralanguage adalah tentang hal-hal yang terkait

dengan suara (vocalic) seperti pesan pendengaran, pesan selain dari kata-kata, yang diciptakan dalam

proses pembicaraan. Sebagai bahasa ucapan, isyarat pralinguistik semisal besar kecilnya volume

suara, kecepatan bicara, nada, kata seru, variasi tinggi suara, dan penggunaan jeda, dapat memiliki

pengaruh besar kepada apa dan bagaimana, orang bereaksi terhadap individu dan verbaisasinya.

Perbedaan tinggi suara bisa menghasilkan kesan yang berbeda ketika mengucapkan “bias

saya bantu?” bisa positif bias juga negatif. Jika kata-kata tersebut di sampaikan dengan tinggi suara

yang menaik pada akhir kalimat, pengertianya adalah salah satu kesopanan dan minat yang tulus.

Sementara jika kata-kata yang sama diucapkan dalam nada monoton, cenderung akan dianggap

sebagai kekasaran dan tidak tertatarik.

b. Bentuk Tertulis

Dalam bahasa tulis, isyarat paralinguistic berfungsi sebagai dasar kesimpulan umum tentang

seseorang mengenai bagaimana pendidikanya, kehati-hatianya, sikap hormatnya, atau keseriusanya,

16 | P a g e

Page 17: Psikologi komunikator

serta memberikan kita petunjuk tentang suasana atau emosinya pada saat menulis. Penggunaan isyaat

pralinguistik tampak jelas dalam mengembangkan konvensi komunikasi yang cocok melalui e-mail.

4. Wajah

Umumnya, kita bereaksi terhadap tampilan wajah seseorang secara holistic. Selain arti

pentingnya dalam menyumbang penampilan seseorang secara keseluruhan, ekspresi wajah juga bias

menjadi sumber pesan dirinya sendiri, menyediakan informasi terbaik tentang kondisi emosi seorang

individu kegembiraan, ketakutan terkejut, kesedihan, marah, jijik, merendahkan, dan ketertarikan.

Para peneliti juga percaya bahwa peran dari wajah dalam kaitanya dalam emosi atau perasaan adalah

berlaku umum pada seluruh manusia. Dalam menguraikan tentang apa yang disebut sebagai “teori

neurocultural tentang ekspresi wajah,” Paul Ekman menjelaskan “Hal universal mengenai emosi

melalui ekspresi pada raut wajah adalah gerakan otot wajah tetentu ketika emosi yang diberikan

muncul.

a. Pandangan Mata

Mungkin fitur bagian wajah yang paling berpengaruh dalam komunikasi mata, sebagaimana

dicatat oleh Ellsworth

a. (Kontak wajah) = Melihat wajah seseorang

b. (Kontak mata atau pandangan mata) = Melihat mata seseorang

c. (Saling pandang) = Saling memandang wajah oleh dua individu

d. (Tatapan satu sisi) = Satu orang melihat wajah orang lain, tapi tidak mendapatkan balasan

e. (Menghindari pandangan) = Seseorang secara aktif mengindari tatapan mata orang lain

f. (Pandangan yang gagal) = Seseorang gagal untuk memandang orang lain, tetapi tidak niat

melakukanya

Para peneliti telah menunjukan bahwa fungsi utama dari terjadinya kontak mata atau tidak trjadinya,

adalah untuk mengatur interaksi. Kontak mata menyediakan sejenis sinyal kesiapan untuk

berinteraksi, sedangkan ketiadaan kontak mata bias mengurangi kemungkinan interaksi, sengaja

maupun tidak. Pandangan mata adalah bidang komunikasi nonverbal yang di dalamnya terdapat

banyak perbedaan budaya.

b. Pelebaran Pupil Mata

Pelebaran ukuran pupil sebagai sumber informasi yang sangat berguna sebetulnya masih

menjadi pertanyaan. Khususnya dalam budaya kita dimana kita berdiri berjauhan dalam banyak

17 | P a g e

Page 18: Psikologi komunikator

percakapan kita, sulit untuk memerhatikan ukuran pupil orang lain yang menjadi lawan bicara kita,

bahkan kita berupaya untuk mengetahuinya.

5. Tubuh

Penampilan mungkin adalah sumber informasi tunggal yang paling penting dalam

membentuk kesan permulaan.

a. Rambut

Rambut dan jenggot panjang, warna, dan gaya adalah juga sumber pesan nonverbal yang

penting. Factor-faktor ini berkontribusi terhadap daya tarik keseluruhan dan juga dapat berfungsi

sebagai dasar kesimpulan atas kepribadian seseorang, usia, pekerjaan, sikap, keyakinan, dan nilai-

nilai.

b. Fisik

Fisik mencakaup tipe, ukuran, dan bentuk tubuh. Penelitian telah menujukkan, sebagai

contoh, bahwa kesimpulan yang dapat ditarik tentang kepribadian berdasarkan somatype yaitu

bentuk dan ukuran tubuh. Orang yang tampil berotot, dan tampang atletis (mesomorphs) akan

mendapat stereotip sebagai aktif, argumentatif, tegas, kompetitif, percaya diri, dominan, optimis,

atau ceroboh orang dan yang tinggi dan kurus dalam penampilan (ectomorphs) dapat dianggap

penyendiri, cemas, hati-hati, keren, introsfektif, teliti, sensitive atau pemalu.

c. Pakaian dan Perhiasan

Pakaian memenuhi sejumlah fungsi bagi kita sebagai manusia, termasuk dekorasi,

perlindungan fisik dan psikologis, daya tarik seksual, pernyataan diri, penyangkalan diri,

peyembunyiaan, identifikasi kelompok, dan menampilkan status atau peran. Kosmetik, perhiasan

batu permata, kacamata, tato, kepangan rambut, bulu mata palsu, dan tindikan pada tubuh, juga

banyak digunakan untuk tujuan-tujuan tersebut..

Sering kali pakaian berfungsi sebagai lencana penanda pekerjaan, seperti umumnya dengan

polisi, pesawat, dokter, pendeta, personil militer, dan anggota tim atletik tertentu.

d. Artefak

Kita dielilingi dengan berbagai artefak, seperti mainan, teknologi, furniture, benda-benda

hiasan, dan sebagainya. Mobil dan rumah kita adalah juga artefak benda yang menyediakan pesan-

18 | P a g e

Page 19: Psikologi komunikator

pesan tambahan hingga orang lain dapat menarik kesimpulan tentang sumber keuangan kita, selera

estetika, kepribadian, status atau pekerjaan

6. Gerak Isyarat

Gerakan badan, kepala, lengan, tugkai, atau kaki secara teknis dinamai kinesics juga

memainkan peran penting dalam komunikasi manusia.

a. Tindakan yang Diwariskan, Ditemukan, Ditiru, dan Dilatih

Desmond Morris, seorang antropolog menunjukkan bahwa gerakan diperoleh melalui

warisan, penemuan, peniruan, dan latihan. Contoh-contoh tindakan bawaan termasuk respons bayi

mengisap putting susu dan penggunaan gerak kontak tubuh merupakan bagian dari pengasuhan.

Kita memperoleh banyak gerakan yang kita ketahui secara tidak sadar dari orang-orang

disekitar kita saat kita tumbuh dewasa. Tipe jabatan tertentu, misalnya, diperoleh melalui peniruan.

Meniru bentuk dan cara salam, serta meniru berbagai tata cara budaya dan subbudaya lainya.

b. Asal Usul Gerak

Sangat menarik untuk bersekulasi tentang asal usul gesture atau gerak tubuh manusia.

Beberapa gerakan yang ditampilkan oleh orang dewasa tampaknya dibawa dari kegiatan kita semasa

anak-anak.

c. Jenis Gerak

Penegas dan pemandu. Salah satu jenis gerak isyarat tubuh adalah yang disebut sinyal

tongkat (baton signal), digunakan untuk menggarisbawahi atau menekankan masalah tertentu yang

dibuat secara lisan.

Sinyal Ya – Tidak. Sinyal Ya-Tidak adalah kategori lain dari gerakan. Cara utama dari

membuat sinyal Ya-Tidak adalah dengan menggerakan kepala.

Salam dan Memberi Hormtat. Bentuk salam yang saling dikenal adalah jabat tangan,

pelukan, ciuman yang mengisyaratkan rasa senang dari kita atas kedatangan seseorang atau atas

keberangkatan penting dari seseorang.

Tanda ikatan. Pengikat atau tanda ikatan adalah salah satu kategori gesture di mana individu

menunjukan bahwa mereka berada dalam suatu hubungan.

19 | P a g e

Page 20: Psikologi komunikator

Gerak isolasi. Gerak isyarat tubuh yang umum adalah posisi tubuh semisal menyilangkan

lengan atau kaki, untuk menyembunyikan atau memblokir bagian tubuh dari pandangan.

Gerak isyarat lainya. Gerakan juga memainkan peran utama dalam perkawanan, perkawinan,

dan urusan seksual.

7. Ruang – Jarak

Penggunaan ruang, jarak, memainkan peran penting dalam komunikasi manusia. Untuk

beberapa tingkat, intensitas pesan taktil terjadi karena kita mempunyai harapan yang terumuskan

dengan baik sebanyak ruang pribadi yang akan kita miliki di sekitar kita. Hal yang menemukan

bahwa jarak antara peserta interaksi adalah bervariasi, dapat diperkirakan bergantung pada kondisi

dan isi percakapan.

a. Lingkungan Fisik

Bangunan-bangunan sekitar kita, furniture, dekorasi, pencahayaan, dan sekema warna adalah

hasil dari pengambilan keputusan manusia. Sebagai tambahan bagi penyediaan rumah dan

pemukiman, dan memfasilitasi berbagai kegiatan, unsure-unsur buatan manusia dari lingkungan fisik

kita juga memberikan sejumlah fungsi informasi. Fungsi informasi tersebut beberapa di antaranya

adalah dibuat dengan sengaja, namun banyak yang secara tidak sengaja.

8. Waktu – Kronemiks

Pemilihan waktu dan penggunaan waktu kronemiks, sebagaimana ia dirancang secara teknis

adalah factor penting lain yang juga sering diabaikan dalam komunikasi. Padahal, reaksi terhadap

kata-kata dan perbuatan munkin jauh lebih ditentukan oleh waktu berbicara atau bertindak

dibandingkan bergantung kepada isi tindakan itu sendiri.

a. Pemilihan Waktu

Pemiliahan waktu, berperan di dalam interaksi pada dua tingkatan analisis: (1) mikro dan (2)

makro. Karekteristik penggunaan waktu pada percakapan mikro akan meliputi, kecepatan kita

berbicara, jumlah dan anjang jeda atau interupsi, perbandingan waktu bicara dan diam, dan pola

pergantian bicara dalam percakapan. Peran pemulihan waktu pada tingkat makro adalah pengambilan

keputusan yang bersifat lebih umum, sebagaimana keputusan apakah kita akan melibatkan diri ke

dalam sebuah pecakapan pada suatu titik waktu tertentu.

20 | P a g e

Page 21: Psikologi komunikator

b. Penetapan Waktu

Ungkapan-ungkapan semisal, “waktu adalah uang” jangan pernah tunda sampai esok apa

yang dapat anda lakukan hari ini”, dan “lebih cepat lebih baik”, mencerminkan pandangan umum

orang Amerika Utara bahwa waktu adalah komoditas yang berharga. Semakin cepat kita bias

mendapatkan sesuatu semakin sedikit waktu kita menjadi “sampah”. Filosofi “waktu adalah uang”

muncul dalam banyak sekali kegiatan kita.25

Demikianlah kesamaan yang ada dalam komunikasi verbal dan non verbal yang ada dalam

pembahasan ini, sehingga pesan yang disampaikan bisa berjalan dengan baik dan dapat diterima oleh

komunikan.

E. Pentingnya Pesan Non Verbal

Nikita Krushchev pernah berpidato dihadapan kongres Amerika. Setelah usai, orang bertepuk

tangan. Dan Krushchev pun bertepuk tangan juga seperti pendengarnya. Penonton televisi yang

menyaksikan itu memandang Krushchev sombong dan takabur. Orang Rusia justru bertepuk tangan

untuk menghargai penghargaan pendengarnya.

Jadi, pesan nonverbal merupakan penunjukkan pesan sebagai sumber informasi untuk

membentuk persepsi kita tentang orang lain.26 Dale G. Lethers menyebutkan enam alasan mengapa

pesan nonverbal sangat penting.

a. Pertama, faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika

kita mengobrol atau berkomunikasi tatapmuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita

lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banyak “membaca” pikiran kita

lewat petunjuk-petunjuk nonverbal. Menurut Bridwhistell, “barangkali tidak lebih dari 30% sampai

35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata. ” Sisanya dilakukan dengan

pesan nonverbal.

b. Kedua, perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan

verbal. Misalnya, anda menulis surat kepada pacar anda dan mengungkapkan gelora kerinduan anda.

Anda akan tertegun, anda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu yang

begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal. Menurut Mahrabian (1967), hanya 7%

perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan

lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan

sebagainya)

25 Ibid, hal. 171-19826 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal: 286

21 | P a g e

Page 22: Psikologi komunikator

c. Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relative bebas dari penipuan,

distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. Dalam

situasi komunikasi yang disebut “double binding”, yaitu ketika pesan nonverbal bertentangan dengan

pesan verbal, maka orang akan bersandar pada pesan nonverbal.

d. Keempat, pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif27 yang sangat diperlukan untuk

mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.

e. Kelima, pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisian dibandingakn dengan pesan

verbal. Diperlukan lebih banyak waktu untuk menyampaikan pikiran kita secara verbal dari pada

secara nonverbal.

f. Keenam, Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Sugesti disini dimaksudkan

menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implicit (secara tersirat).28

1. Fungsi Pesan Nonverbal

Ada lima fungsi pesan nonverbal:

a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya, setelah

saya menjelaskan penolakan saya, saya menggelengkan kepala berkali-kali.

b. Substitusi, yaitu menggunakan lambang-lambang verbal. Misalnya, tanpa sepatah katapun anda

berkata. Anda dapat menunjukkan persetujuam anda dengan mengangguk-angguk.

c. Kontradiksi, yaitu menolak pesan atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal.

Misalnya, anda memuji prestasi teman anda dengan mencibirkan bibir anda, “hei, kau memang

hebat”.

d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda

menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.

e. Aksenuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda

mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul mimbar.29

2. Klasifikasi Pesan Nonverbal

Duncan menyebutkan enam jenis pesan nonverbal:

a. Kinesik atau gerak tubuh

b. Paralinguistic atau suara

c. Proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial

d. Olfaksi atau penciuman

27 Fungsi komunikatif artinya memberkan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. 28 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 287-28929 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 286-287

22 | P a g e

Page 23: Psikologi komunikator

e. Sensitivitas kulit

f. Faktor artifaktual seperti pakaian dan kosmetik

Scheflen menyebutkan klasifikasi pesan dengan istilah lain: kinesik, sentuhan (tactile), bau-bauan

(odorific), teritorial, proksemik, dan artifaktural.30

Pertama, Pesan kinesik, yaitu pesan yang menggunakan gerak tubuh. Pesan kinesik terdiri dari tiga

komponen utama:

a) Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.

b) Pesan gestural menunjukkan pesan sebagian anggota badan seperti mata dan telapak tangan

untuk menkomunikasikan berbagai makna.

c) Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan.

Kedua, pesan proksemik disampaikan pada pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur

jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

Ketiga, pesan artifaktual diungkapkan melelalui penampilan. Seperti tubuh, pakaian, dan kosmetik.

Keempat, pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara

mengungkapkan pesan verbal.

Kelima, pesan sentuhan dan bau-bauan (tactile danolfactory messages). Alat penerima sentuhan

adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang melalui

sentuhan. Alam I. Smith, peneliti dari Cutaneous Communikation Laboratory (Laboratorium Komunikasi

Kulit) di Princeton, telah meneliti kulit untuk menyampaikan dan menerima pesan. Smith melaporakan

berbagai perasaan yang dapat disampaikan oleh sentuhan, tetapi yang paling biasa dikomunikasikan

sentuhan ada lima: tanpa perhatian, kasih sayang, takut, marah, dan bercanda.

Bau-bauan telah digunakan manusia untuk berkomunikassi secara sadar dan tidak sadar. Dr. Harry

Wiener dari New York Medical College mengatakan, manusia menyampaikan dan menerima pesan kimiawi

eksternal. Kebanyakan komunikasi melalui bau-bauan berlangsung secara tidak sadar.31

F. Organisasi, Struktur, Dan Imbauan Pesan

1. Organisasi Pesan

30 Rakhmat, Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 28931 Rakhmat, Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 289-294

23 | P a g e

Page 24: Psikologi komunikator

Aristoteles menerangkan dalam buku klasik tentang komunikasi De Arte Rhetorika, bahwa

organisasi pesan berhubungan dengan peranan taxis32 dalam memperkuat efek pesan persuasif. Dalam hal

ini, Aristoteles menyarankan agar setiap pembicaraan disusun menurut urutan, yaitu: pengantar, pernyataan,

argumen dan kesimpulan. Karena menurut pandangan Aristoteles, pesan yang diorganisasikan secara baik

akan memudahkan pengertian, pengingatan, dan perubahan sikap.

Untuk membuktikan pandangan Aristoteles tersebut, diperlukan waktu ribuan tahun. Seperti yang

dilakukan oleh Beighley pada tahun 1957, yaitu lebih dari sepuluh tahun kemudian. Beighley meninjau

berbagai penelitian yang membandingkan efek pesan yang tersusun dengan pesan yang tidak tersusun. Ia

menemukan bukti yang nyata yang menunujukkan bahwa pesan yang diorganisasikan dengan baik lebih

mudah dimengerti dari pada pesan yang tidak tersusun baik. Namun begitu, berbeda dengan Petrie. Petrie

meneliti serangkaian studi pesan tertulis. Dan dari penelitiannya itu, maka tampaklah hasil yang tidak

seragam. Sebagian menunjukkan bahwa pesan yang tersusun baik memudahkan pengingatan, dan sebagian

lagi menuyimpulkan tidak ada perbedaan antara pesan tersusun dan tidak tersusun dalam memudahkan

pengingatan.33

Beberapa penelitian eksperimental menelaah efek organisasi pesan pada pengingatan dan perubahan

sikap. Seperti yang dilakukan oleh Thompson pada tahun 1960. Ia melaporkan bahwa orang lebih mudah

mengingat pesan yang tersusun, meskipun organisasi pesan tampak tidak mempengaruhi kadar perubahan

sikap. Dan sebaliknya, Darnell pada tahun 1963 melaporkan bahwa pengingatan tampaknya tidak

berpengaruh oleh adanya organisasi pesan, tetapi perubahan sikap sangat dipengaruhinya. Walaupun

penelitian-penelitian membuktikan hal-hal yang bertentangan, para peneliti sepakat bahwa penyajian pesan

tersusun lebih efektif dari pada penyajian pesan yamg tidak tersusun. Dengan kata lain, tidak ada satu

penelitianpun yang membuktikan bahwa pesan yang tidak tersusun baik mempunyai pengaruh yang lebih

efektif dari pada pesan yang tersusun baik.

Dengan hasil kesepakatan itu, maka sudah sejak lama retorika menunjukkan cara-cara menyusun

pesan mengikuti pola yang disarankan Aristoteles. Retorika mengenal enam macam organisasi pesan yaitu,

dengan urutan deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal.34

a. Urutan deduktif, yaitu dimulai dengan menyatakan dahulu gagasan utamanya, kemudian

memperjelasnya, dengan keterangan penunjang, penyimpulan, dan bukti.

b. Urutan induktif, yaitu dimulai dengan mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik

kesimpulan.

32 Taxis ialah pembagian atau rangkaian penyusunan pesan33 ? Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 294-295

34 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 29524 | P a g e

Page 25: Psikologi komunikator

c. Urutan kronologis, yaitu penyusunan pesan berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa.

d. Urutan logis, yaitu penyusunan pesan berdasarkan sebab ke akibat atau akibat ke sebab.

e. Urutan spasial, yaitu pesan yang disusun berdasarkan tempat.

f. Urutan topikal, yaitu pesan yang disusun bedasarkan topik pembicaraan.

Selain itu, terdapat pula urutan dimana urutan itu merupakan urutan yang paling terkenal dan yang

paling dahulu. Urutan ini dikemukakan oleh Alan H. Monore pada akhir tahun 1930-an, yang kemudian

disebut “motivated sequence”. Urutan ini menyarankan lima langkah dalam penyusunan pesan, yaitu:

1) Attention (perhatian)

2) Need (kebutuhan)

3) Satisfaction (pemuasan)

4) Visualization (visualisasi)

5) Action (tindakan)

Jadi, bila anda ingin mempengaruhi orang lain, rebutlah lebih dahulu perhatiannya, selanjutnya

bangkitkan kebutuhannya, berikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan itu, gambarkan dalam

pikirannya keuntungan dan kerugian apa yang akan diperolehnnya bila ia menerapkan atau tidak

menerapkan gagasan anda, dan akhirnya doronglah dia untuk bertindak.35

2. Struktur Pesan

Struktur pesan yaitu susunan pokok-pokok gagasan yang menyatu menjadi satu kesatuan pesan yang

utuh. Untuk merancang struktur pesan harus memperhatikan sikap khalayak sasaran terhadap pesan dan

tujuan komunikator.

Untuk memahami struktur pesan, pertama anda dapat membayangkan, bila seandainya anda

diharuskan untuk menyampaikan informasi di hadapan khalayak yang tidak sepaham dengan anda. Anda

harus menentukan apakah bagian penting dari argumentasi anda yang harus didahulukan atau bagian yang

kurang penting. Kemudian apakah kita harus membiarkan hanya argumen-argumen yang menunjang kita

saja atau harus membicarakan yang pro dan kontra sekaligus. Dalam hal yang pertama, telah banyak

penelitian yang telah dilakukan disekitar konsep primacy-recency, dan Cohen menyebutkan kesimpulan dari

penelitian tersebut sebagai berkut:

a. Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan (yang pro dan kontra), maka tidak ada keuntungan

untuk berbicara yang pertama, karena berbagai kondisi, seperti waktu, khalayak, tempat dan lain

sebagainya) akan menentukan pembicara yang paling berpengaruh.

35 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 297 25 | P a g e

Page 26: Psikologi komunikator

b. Bila pendengar secara terbuka memihak satu sisi argumen, sisi yang lain tidak mungkin mengubah

sisi mereka. Sikap nonkomprimistis ini mungkin timbul karena kebutuhan untuk mempertahankan

harga diri. Mengubah posisi akan membuat orang kelihatan tidak konsisten, mudah dipengaruhi dan

bahkan tidak jujur.

c. Jika pembicara menyajikan dua sisi persoalan, kita biasanya lebih mudah dipengaruhi oleh sisi yang

disajikan lebih dahulu. Jikan ada kegiatan diantara penyajian, atau jika kita diperingatkan oleh

pembicara tentang kemungkinan disesatkan orang, maka apa yang dikatakan terakhir akan lebih

banyak memberikan efek. Jika pendengar tidak tertarik dengan subjek pembicaraan kecuali setelah

menerima informasi tentang hal itu, mereka akan sukar mengingat dan menerapkan informasi

tersebut. Sebaliknya, jika mereka sudah tertarik pada suatu persoalan, mereka akan mengingatnya

baik-baik dan menerapkannya.

d. Perubahan sikap lebih sering terjadi apabila gagasan yang dikehendaki atau yang diterima disajikan

sebelum gagasan yang kurang dikehendaki. Jika pada awal penyajian, komunikator menyampaikan

gagasan yang menyenangkan kita, kita cenderung memperhatikan dan menerima pesan-pesan

berikutnya. Sebaliknya, bila pembicara memulai dengan hal-hal yang tidak menyenangkan kita, kita

akan menjadi kritis dan cenderung menolak gagasan berikutnya, betapapun baiknya.

e. Urutan pro-kontra lebih efektif dari pada urutan kontra-pro bila digunakan oleh sumber yang

memiliki otoritas dan dihormati oleh khalayak.

f. Argumen yang didengar terakhir akan lebih efektif bila ada jangka waktu cukup lama diantara dua

pesan, dan pengujian akan segera terjadi setelah pesan yang kedua.36

3. Imbauan Pesan (Message Appeals)

Imbauan pesan adalah aspek yang digunakan untuk menyentuh (stimulasi) khalayak oleh komunikator

dalam menyampaikan pesan, agar khalayak berubah. Bila pesan-pesan kita dimaksudkan untuk

mempengaruhi orang lain, maka kita harus menyentuh motif yang menggerakan atau mendorong prilaku

komunikasi. Dengan perkataan lain, kita secara psikologis mengimbau khalayak untuk menerima dan

melaksanakan gagasan kita. Ada beberapa jenis imbauan yang digunakan dalam Psikologi Komunikasi,

yakni imbauan rasional, imbauan emosional, imbauan takut, imbauan ganjaran dan imbauan motivasional.

Imbauan rasional didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional yang

baru bereaksi pada imbauan rasional, bila imbauan rasional tidak ada. Menggunakan imbauan rasional

artinya menyakinkan orang lain dengan pendekatan logis atau penyajian bukti-bukti. Imbauan rasional

biasanya menggunakan silogisme, yakni rangkaian pengambilan kesimpulan melewati primer maior dan

36 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 297-298 26 | P a g e

Page 27: Psikologi komunikator

premis minor. Banyak penelitian yang menggunakan silogisme klasik tidak memperkuat anggapan bahwa

manusia rasional. Ternyata sikap sebelumnya, kredibilitas pebicara dan kepribadiannya, lebih

mempengaruhi penilaian kita kepada pembicara ketimbang silogisme yang digunakannya. Penelitian lain

yang menggunakan imbauan rasional menggunakan (evidence) sebagai indikator. Dalam hal ini Burgoon

dan Betinghaus menyarankan hal-hal berikut:

a. Penggunaan pembuktian sangat bergantung pada topik pesan. Kita tidak mengharapkan

pembuktian terperinci jika pesan dirancang untuk mempengaruhi komunikate agar membeli jenis

minumamn tertentu. Dalam hal ini penggunaan testimoni atau sekedar menyentuh alat indra

barangkali lebih efektif. Namun belum ada penelitian yang berusaha menunjukkan dengan pasti

topik yang bagaimana yang cocok untuk pembuktian tersebut.

b. Khalayak mungkin berbeda-beda dalam banyak faktor, misalnya usia, pendidikan, dan lain-lain.

Kita dapat menduga bahwa pembuktian yang persuasif pada kelompok orang tertentu mungkin

tidak persuasif pada kelompok yang lain.

c. Sistem klasifikasi pembuktian yang ada sekarang ini berasal dari sistem hukum. Belum ada

penelitian apakah sistem klasifikasi ini ada kaitannya dengan perilaku komunikasi.

Secara keseluruhan, imbauan rasional belum dapat ditentukan efektifitasnya.

Imbauan emosional menggunakan pernyataan-pernyataan atau bahasa yang menyentuh emosi

kmunikasi. Pada tahun 1936, Harmann meneliti pengaruh selebaran emosional dan rasional dalam

mempengaruhi perilaku poitik dalam pemilihan umum. Ia menemukan bahwa pesan yang menggunakan

imbauan emosional lebih berhasil dari pada pesan-pesan rasional. Kemudian pada tahun 1961, Lewan dan

Stotland mengemukakan bahwa pengaruh imbauan emosional amat dipengaruhi oleh pengalaman

sebelumnya. Dengan demikian efek imbauan emosional akan kurang kuat bila topik yang dibicarakan bukan

sesuatu yang baru; artinya, komunikasi bereaksi berdasarkan kerangka rujukan yang sudah mapan.

Betinghaus (1973) menyarankan beberapa hal yang membangkitkan emosi manusia:

a) Gunakan bahasa yang penuh muatan emosional untuk melukiskan situasi tertentu.

b) Hubungan gagasan yang diajukan dengan gagasan yang tengah populer atau tidak populer.

c) Hubungan gagasan dengan unsur-unsur visual dan nonverbal yang membangkitkan emosi,

misalnya meminta sumbangan untuk korban banjir dengan menampilkan foto-foto yang

melukiskan mereka.

d) Tampakkan pada diri komunikator petunjuk nonverbal yang emosional, misalnya suara yang

bergetar, air muka yang melankolis dan mata yang berlinang-linang.

Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam, atau meresahkan. Penelitian

pertama yang menelaah imbauan takut dilakukan oleh Janis dan Fresbach pada tahun 1953. Mereka

27 | P a g e

Page 28: Psikologi komunikator

menyam,paikan topik kerusakan gigi pada siswa-siswa sekolah menengah.. sebagian menerima pesan yang

sangat menakutkan, dan sebagian lagi menerima pesan yang kuraang menakutkan. Mereka menemukan

bahwa imbauan takut yang rendah lebih efektif dalam mengubah sikap anak-anak terhadap kesehatan gigi.

Mereka menduga bahwa tingkat imbauan takut yang tinggi menimbulkan kecemasan yang tinggi sehingga

komuniikasi kurang memperhatikan pesan dan lebih banyak memusatkan perhatian pada kecemasannya

sendiri.

Penelitian selanjutnya melaporkan bahwa efektifitas imbauan takut bergantung pada jenis pesan,

kretibilitas komunikator, dan jenis kepribadian penerima. Bila komunikator memiliki kretibilitas yang tinggi,

imbauan yang rendah lebih berhasil (Hewgill, dan Miller, 1965). Bila komunikasi dihadapkan pada topik

yang sangat penting baginya, imbauan yang tinggilah yang efektif. Makin kurang penting satu topik, makin

kecil keberhasilan. Bila komunikasi mempunyai kepribadian yang tidak mudah terlibat secara personal

dalam satu pernyataan, ia kurang terpengaruh oleh imbauan pesan yang tinggi. Begitu pula dengan

komunikasi yang memiliki tingkat kecemasan sangat efektif dipengaruhi oleh imbauan takut yang tinggi.

Tampaknya penggunaan imbauan takut harus digunakan secara sabgat hati-hatu.

Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan komunikasi sesuatu yang mereka

perlukan atau yang mereka inginkan.

Imbauan motivasional menggunakan imbauan motif yang menyentuh kondisi intern dalam diri

manusia. Dengan menggunakan berbagai mazhab psikologi, kita dapat mengklasifikasikan motif pada dua

kelompok besar: motif biologis dan motif psikologis. Manusia bergerak bukan saja didorongan psikologos

seperti rasa ingin tahu, kebutuhan akan kasih sayang, dan keinginan untuk memuja.37

Inilah sekilas pembahasan tentang psikologi komunikator / pesan dalam makalah ini, pada intinya

sebuah pesan yang disampaikan oleh komunikator memiliki proses-proses sehingga pesan dapat

tersampaikan dengan baik dan gangguan komunikasi bisa diminimalisir.

37 ? Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 298-301 28 | P a g e