Epilepsi Agung

26
Pendahuluan Tubuh kita memiliki suatu system yang sangat penting yaitu system saraf dan tubuh kita mempunyai orgn yang sangat penting yaitu otak. Jika otak dan system saraf mengalami gangguan otomatis tubuh akan mengalami gangguan juga yang sangat menggangu dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kita ketahui otak merupakan system pengatur seluruh tubuh kita. Otak merupakan pusat dari berbagai mekanisme tubuh kita. Jika otak kita atau system saraf kita mengalami gangguan tubuh kita otomatis akan terganggu. Seperti pada epilepsy dimana system saraf terganggu. Epilepsy dapat menyerang siapa saja. Dan sering mulai dari anak-anak. Di dalam makalah ini saya akan membahas tentang epilepsy dan berbagai macam epilepsy selain itu saya juga akan membahas beberapa penyakit-penyakit yang dapat mengakibatkan kejang seperti epilepsy. Pembahasan A. Anamnesis Pada skenario seperti kita ketahui laki-laki berusia 23 tahun mengalai kejang. Anamnesis yang dapat kita tanyakan antara lain : Riwayat penyakit sekarang Kapan pasien mengalami serangan kejang yang pertama kali selama ini? Usia serangan dapat memberi gambaran klasifikasi dan penyebab kejang. Serangan kejang yang dimulai pada neonatus biasanya penyebab sekunder gangguan

description

hhh

Transcript of Epilepsi Agung

PendahuluanTubuh kita memiliki suatu system yang sangat penting yaitu system saraf dan tubuh kita mempunyai orgn yang sangat penting yaitu otak. Jika otak dan system saraf mengalami gangguan otomatis tubuh akan mengalami gangguan juga yang sangat menggangu dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kita ketahui otak merupakan system pengatur seluruh tubuh kita. Otak merupakan pusat dari berbagai mekanisme tubuh kita. Jika otak kita atau system saraf kita mengalami gangguan tubuh kita otomatis akan terganggu. Seperti pada epilepsy dimana system saraf terganggu. Epilepsy dapat menyerang siapa saja. Dan sering mulai dari anak-anak. Di dalam makalah ini saya akan membahas tentang epilepsy dan berbagai macam epilepsy selain itu saya juga akan membahas beberapa penyakit-penyakit yang dapat mengakibatkan kejang seperti epilepsy.

PembahasanA. AnamnesisPada skenario seperti kita ketahui laki-laki berusia 23 tahun mengalai kejang. Anamnesis yang dapat kita tanyakan antara lain :Riwayat penyakit sekarang Kapan pasien mengalami serangan kejang yang pertama kali selama ini? Usia serangan dapat memberi gambaran klasifikasi dan penyebab kejang. Serangan kejang yang dimulai pada neonatus biasanya penyebab sekunder gangguan pada masa perinatal, kelainan metabolik dan malformasi kongenital. Serangan kejang umum cenderung muncul pada usia anak-anak dan remaja. Pada usia sekitar 70 tahunan muncul serangan kejang biasanya ada kemungkinan mempunyai kelainan patologis di otak seperti stroke atau tumor otak.1 Apakah pasien mengalamisemacam peringatan atau perasaan tidak enak pada waktu serangan atau sebelum serangan kejang terjadi? Gejala peringatan yang dirasakan pasien menjelang serangan kejang muncul disebut dengan aura dimana suatu aura itu bila muncul sebelumserangan kejang parsial sederhanaberarti ada fokus di otak. Sebagian aura dapat membantu dimana letak lokasi serangan kejang di otak. Pasien dengan epilepsi lobus temporalis dilaporkan adanya dj vu dan atau ada sensasi yang tidak enak di lambung, gringgingen yang mungkin merupakan epilepsi lobus parietalis. Dan gangguan penglihatan sementara mungkindialami oleh pasien dengan epilepsi lobus oksipitalis. Pada serangan kejang umum bisa tidak didahului dengan aura hal ini disebabkan terdapat gangguan pada kedua hemisfer , tetapi jika aura dilaporkan oleh pasien sebelum serangan kejang umum, sebaiknya dicari sumber fokus yang patologis. Apa yang terjadi selama serangan kejang berlangsung? Bila pasien bukan dengan serangan kejang sederhana yang kesadaran masih baik tentu pasien tidak dapat menjawab pertanyaan ini, oleh karena itu wawancara dilakukan dengan saksi mata yang mengetahui serangan kejang berlangsung. Apakah ada deviasi mata dan kepala kesatu sisi? Apakah pada awal serangan kejang terdapat gejala aktivitas motorik yang dimulai dari satu sisi tubuh? Apakah pasien dapat berbicara selama serangan kejang berlangsung? Apakah mata berkedip berlebihan pada serangan kejang terjadi? Apakah ada gerakan automatismpada satu sisi ? Apakah ada sikap tertentu pada anggota gerak tubuh? Apakah lidah tergigit? Apakah pasien mengompol ? Serangan kejang yang berasal dari lobus frontalis mungkin dapat menyebabkan kepala dan mata deviasi kearah kontralateral lesi. Serangan kejang yang berasal dari lobus temporalis sering tampak gerakan mengecapkan bibir dan atau gerakan mengunyah. Pada serangan kejang dari lobus oksipitalis dapat menimbulkan gerakan mata berkedip yang berlebihan dan gangguan penglihatan. Lidah tergigit dan inkontinens urin kebanyakan dijumpai dengan serangan kejang umum meskipun dapat dijumpai pada serangan kejang parsial kompleks.1 Apakah yang terjadi segera sesudah serangan kejang berlangsung? Periode sesudah serangan kejang berlangsung adalah dikenal dengan istilahpost ictal period Sesudah mengalami serangan kejang umum tonik klonik pasien lalu tertidur. Periode disorientasi dan kesadaran yang menurun terhadap sekelilingnya biasanya sesudah mengalami serangan kejang parsial kompleks. Hemiparese atau hemiplegi sesudah serangan kejang disebut Todds Paralysis yang menggambarkan adanya fokus patologis di otak. Afasia dengan tidak disertai gangguan kesadaran menggambarkan gangguan berbahasa di hemisfer dominan. Pada Absens khas tidak ada gangguan disorientasi setelah serangan kejang. Kapan kejang berlangsung selama siklus 24 jam sehari? Serangan kejang tonik klonik dan mioklonik banyak dijumpai biasanya pada waktuterjaga dan pagi hari. Serangan kejang lobus temporalis dapat terjadi setiap waktu, sedangkan serangan kejang lobus frontalis biasanya muncul pada waktu malam hari. Apakah ada faktor pencetus ? Serangan kejang dapat dicetuskan oleh karena kurang tidur, cahaya yang berkedip,menstruasi, faktor makan dan minum yang tidak teratur,konsumsi alkohol, ketidakpatuhan minum obat, stress emosional, panas, kelelahan fisik dan mental, suara suara tertentu, drug abuse, reading & eating epilepsy. Dengan mengetahui faktor pencetus ini dalam konseling dengan pasien maupun keluarganya dapat membantu dalam mencegah serangan kejang. Bagaimana frekwensi serangan kejang ?Informasi inidapat membantu untuk mengetahui bagaimana respon pengobatan bila sudah mendapatobat obat anti kejang Apakah ada periode bebas kejang sejak awal serangan kejang? Pertanyaan ini mencoba untuk mencari apakah sebelumnya pasien sudah mendapat obat anti kejang atau belum dan dapat menentukan apakah obat tersebut yang sedang digunakan spesifik bermanfaat ? Apakah ada jenis serangan kejang lebih dari satu macam? Dengan menanyakan tentang berbagai jenis serangan kejang dan menggambarkan setiap jenis serangan kejang secara lengkap.1 Apakah pasien mengalami luka ditubuh sehubungan dengan serangan kejang?Pertanyaan ini penting mengingat pasien yang mengalami luka ditubuh akibat serangan kejangada yang diawali denganaura tetapi tidak ada cukup waktu untuk mencegah supaya tidak menimbulkan luka ditubuh akibat serangan kejangatau mungkinada aura , sehingga dalam hal ini informasi tersebut dapat dipersiapkan upaya upaya untukmengurangi bahaya terjadinya luka. Apakah sebelumnya pasien pernah datang ke unit gawat darurat? Dengan mengetahui gambaran pasien yang pernah datang ke unit gawat darurat dapat mengidentifikasi derajat beratnya serangan kejang itu terjadi yang mungkin disebabkan oleh karena kurangnya perawatan pasien, ketidakpatuhan minum obat, ada perubahan minum obat dan penyakit lain yang menyertai.1

Riwayat penyakit dahulu. Apakah pasien lahirnormal dengan kehamilan genap bulan maupun proses persalinannya? Apakah pasien setelah lahir mengalami asfiksia ataurespiratory distress? Apakahtumbuh kembangnya normal sesuai usia? Apakah ada riwayat kejang demam?Risiko terjadinya epilepsi sesudah serangan kejang demam sederhanasekitar 2 % dan serangan kejang demam kompleks13 %. Apakah ada riwayat infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis? atau penyakit infeksi lainnya seperti sepsis, pneumonia yang disertai serangan kejang.Dibeberapa negara ada yang diketahui didapat adanya cysticercosis. Apakah ada riwayat trauma kepala seperti fraktur depresi kepala, perdarahan intra serebral, kesadaran menurun dan amnesia yang lama? Apakah ada riwayat tumor otak? Apakah ada riwayat stroke?.1Riwayat sosial. Apa latar belakang pendidikan pasien? Tingkat pendidikan pasien epilepsi mungkin dapat menggambarkan bagaimana sebaiknya pasien tersebut dikelola dengan baik. Dan juga dapat membantu mengetahui tingkat dukungan masyarakat terhadap pasien dan bagaimana potensi pendidikan kepada pasien tentang cara menghadapi penyakit yang dialaminya itu. Apakah pasien bekerja? Dan apa jenis pekerjaannya?Pasien epilepsi yang seragan kejangnya terkendali dengan baik dapat hidup secara normal dan produktif. Kebanyakan pasien dapat bekerja paruh waktu atau penuh waktu. Tetapi bila serangan kejangnya tidak terkendali dengan baik untuk memperoleh dan menjalankanpekerjaan adalah merupakan suatu tantangan tersendiri. Pasien sebaiknya dianjurkanmemilih bekerja dikantoran, sebagai kasir atau tugas - tugas yang tidak begitu berisiko, tetapi bagi pasien yang bekerja di bagian konstruksi, mekanik dan pekerjaan yang mengandung risiko tinggi diperlukan penyuluhan yang jelas untuk memodifikasikan pekerjaan itu agar supaya tidak membahayakan dirinya? Apakah pasien mengemudikan kendaraan bermotor? Pasien dengan epilepsi yang serangan kejangnya tidak terkontrol serta ada gangguan kesadaransebaiknya tidak mengemudikan kendaraan bermotor. Hal ini bisa membahayakan dirinya maupun masyarakat lainnya. Dibeberapa negara mempunyai peraturan sendiri tentang pasien epilepsi yang mengemudikan kendaraan bermotor.1,2 Apakah pasien menggunakan kontrasepsi oral? Apakah pasien merencanakan kehamilan pada waktu yang akan datang? Pasien epilepsi wanita sebaiknya diberi penyuluhan terlebih dahulu tentang efek teratogenik obat-obat anti epilepsi, demikian juga beberapa obat anti epilepsi dapat menurun efeknya bila pasien juga menggunakan kontrasepsi oral seperti fenitoin, karbamasepin dan fenobarbital. Dan bagi pasien yang sedang hamil diperlukan obat tambahan seperti asam folat untuk mengurangi risiko terjadinya neural tube defects pada bayinya. Apakah pasien peminum alkohol? Alkohol merupakan faktor risiko terjadinya serangan kejang umum, sebaiknya tidak dianjurkan minum-minuman alkohol. Selain berinteraksi dengan obat-obat anti epilepsi tetapi dapat juga menimbulkan ekstraserbasi serangan kejang khususnya sesudah minum alkohol .1,2Riwayat keluarga. Mengetahui riwayat keluarga adalah penting untuk menentukan apakah ada sindrom epilepsi yang spesifik atau kelainan neurologi yang ada kaitannya dengan faktor genetik dimana manifestasinya adalah serangan kejang. Sebagai contoh Juvenile myoclonic epilepsy (JME), familial neonatal convulsion, benign rolandic epilepsy dan sindrom serangan kejang umum tonik klonik disertai kejang demam plus.Riwayat allergi Bila pasien sebelumnya sudah minum obat-obatan seperti antiepilepsi, perlu dibedakanapakah ini suatu efek samping dari gastrointestinal atau efek reaksi hipersensitif. Bila terdapat semacam rash perlu dibedakan apakah ini terbatas karena efek fotosensitif yang disebabkan eksposur dari sinar matahari atau karena efek hipersensitif yang sifatnya lebih luas?Riwayat pengobatan. Bila pasien sebelumnya sudah minum obat-obatan antiepilepsi, perlu ditanyakan bagaimanakemanjuran obat tersebut, berapa kali diminum sehari dan berapa lama sudah diminum selama ini, berapa dosisnya, ada atau tidak efek sampingnya.1,2

B. Pemeriksaana. Pemeriksaan FisikPemeriksaan Fisik Umum:Pemeriksaan fisik umum pada dasarnya adalah mengamati adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, kecanduan alkohol, atau obat terlarang, kelainan pada kulit (neurofakomatosis), kanker, dan defisit neurologik fokal atau difus.

Pemeriksaan Neurologik :Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan neurologik sangat bergantung pada interval antara saat dilakukanya pemeriksaan dengan bangkitan terakhir.* Jika dilakukan pada beberapa menit atau jam setelah bangkitan maka akan tampak tanda pasca-iktal terutama tanda fokal seperti Todds paresis,transient aphasic symptoms, yang tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi.* Jika dilakukan pada beberapa waktu setelah bangkitan terakhir berlalu, sasaran utama adalah untuk menentukan apakah ada tanda-tanda disfungsi sistem saraf permanen (epilepsi simptomatik) dan walaupun jarang apakah ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.1

b. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Electro-encephalography (EEG).Rekaman EEG merupakan pemeriksan yang paling berguna pada dugaan suatu bangkitan. Pemeriksaan EEG akan membantu menunjang diagnosis dan membantu penentuan jenis bangkitan maupun sindrom epilepsi. Pada keadaan tertentu dapat membantu menentukan prognosis dan penentuan perlu/tidaknya pengobatan dengan AED.

Pemeriksaan pencitraan Otak (brain imaging)Pemeriksaan CT Scan dan MRI meningkatkan kemampuan kita dalam mendeteksi lesi epileptogenik di otak. Dengan MRI beresolusi tinggi berbagai macam lesi patologik dapat terdiagnosis secara non-invasif, misalnya mesial temporal sclerosis, glioma, ganglioma, malformasi kavernosus, DNET (dysembryoplastic neuroepihelial tumor). Ditemukannya lesi-lesi ini menambah pilihan terapi pada epilepsi yang refrakter terhadap OAE.Funtional brain imagingsepertiPositron Emission Tomography(PET),Single Photon Emission Comuted Tomography(SPECT) danMagnetic Resonance Spectroscopy(MRS) bermanfaat dalam menyediakan informasi tambahan mengenai dampak perubahan metabolik dan perubahan aliran darah regional di otak berkaitan dengan bangkitan.3

Pemeriksaan Laboratorium.Pemeriksaan hematologikPemeriksaan ini mencakup hemoglobin, lekosit, hematokrit, trombosit, apusan darah tepi, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, magnesium). kadar gula, fungsi hati, ureum, kreatinin). Pemeriksaan ini dilakukan pada awal pengobatan, beberapa bulan kemudian, diulang bila timbul gejala klinik, dan rutin setiap tahun sekali.

Pemeriksaan kadar OAEPemeriksaan ini dilakukan untuk melihattarget level setelah tercapaisteady state, pada saat kebangkitan terkontrol baik, tanpa gejala toksik. Pemeriksaan ini diulang setiap tahun, untuk memonitor kepatuhan pasien. Pemeriksaan ini dilakukan pula bila bangkitan timbul kembali, atau bila terdapat gejala toksisitas, bila akan dikombinasi dengan obat lain, atau saat melepas kombinasi dengan obat lain, bila terdapat perubahan fisiologi pada tubuh penyandang (kehamilan, luka bakar, gangguan fungsi ginjal).2,3

Kalsifikasi EpilepsiSerangan parsial (fokal, local), kesadaran tidak berubah, berasal dari daerah tertentu dalam otak.Kejang parsial sederhana. Ditandai dengan kesadaran tetap baik dan dapat berupa :(a) motorik fokal yang menjalar atau tanpa menjalar (tipe Jackson)(b) gerakan versify dengan kepala dan leher menengokm ke salah satu sisi (c) dapat pula sebagai gejala sensorik berupa halusinasi dan kadang berupa kelumpuhan extremitas (paralysis todd).Kejang parsial kompleks. Didapat adanya gangguan kesadaran dan gejala psikis atau ganggguan fungsi luhur.Serangan umum (generalisata), sejak awal seluruh otak terlibat secara bersamaan.Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal). Dimulai dengan kehilangan kesadaran disusul dengan gejala motorik secara bilateral, dapat berupa ekstensi tonik beberapa menit disusul gerakan klonik yang sinkron dari otot-otot tersebut. Segera sesudah kejang berhnti pasien tertidur.Kejang mioklonik. Ditandai oleh kontraksi otot-otot tubuh secara cepat, sinkron, dan bilateral atau kadang hanya mengenai kelompok otot tertentuKejang lena (petit mal). Ditandai kehilangan kesadaran yang berlangsung sangat singkat. Beberapa episode dapat disertai dengan mata yang menatap kosong atau gerakan mioklonik dari kelompok otot mata atau wajah, otomatisme, kehilangan tonus otot. Kejang berlangsung beberapa detik sampai setengah menit.3Kejang atonik ditandai dengan kehilangan tonus otot.

Diagnosa KerjaEpilepsi grand maladalah epilepsi yang terjadi secara mendadak, di mana penderitanya hilang kesadaran lalu kejang-kejang dengan napas berbunyi ngorok dan mengeluarkan buih/busa dari mulut. Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, dibagian dalam serebrum dan bahkan di batang otak dan thalamus, kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.3,4Diagnosa BandingA.Epilepsi UmumEpilepsi Petit MalEpilepsi petit mal adalah epilepsi yang menyebabkan gangguan kesadaran secara tiba-tiba, di mana seseorang menjadi seperti bengong tidak sadar tanpa reaksi apa-apa, dan setelah beberapa saat bisa kembali normal melakukan aktivitas semula. Serangan singkat sekali antara beberapa detik sampai setengah menit dengan penurunan kesadaran ringan tanpa kejang-kejang. Keadaan termangu-mangu (pikiran kososng, kehilangan kesadaran dan respons sasaat), muka pucat, pembicaraan terpotong-potong atau mendadak berhenti bergerak terutama anak - anak. Setelah serangan anak kemudian melanjutkan aktivitasnya seolah - olah tidak terjadi apa apa. Serangan petit mal pada anak dapat berkembang menjadi gran mal pada usia pubertas.4Epilepsi Myoklonik JuvenilEpilepsi myoklonik Juvenil adalah epilepsi yang mengakibatkan terjadinya kontraksi singkat pada satu atau beberapa otot mulai dari yang ringan tidak terlihat sampai yang menyentak hebat seperti jatuh tiba-tiba, melemparkan benda yang dipegang tiba-tiba, dan lain sebagainya.B. Epilepsi Parsial (Sebagian)1. Epilepsi Parsial SederhanaEpilepsi parsial sederhana adalah epilepsi yang tidak disertai hilang kesadaran dengan gejala kejang-kejang, rasa kesemutan atau rasa kebal di suatu tempat yang berlangsung dalam hitungan menit atau jam.4,52. Epilepsi Parsial KompleksEpilepsi parsial komplek adalah epilepsi yang disertai gangguan kesadaran yang dimulai dengan gejala parsialis sederhana namun ditambah dengan halusinasi, terganggunya daya ingat, seperti bermimpi, kosong pikiran, dan lain sebagainya. Epilepsi jenis ini bisa menyebabkan penderita melamun, lari tanpa tujuan, berkata-kata sesuatu yang diulang-ulang. Penderita memperlihatkan kelakuan otomatis tertentu seperti gerakan mengunyam dan / menelan dan berjalan dalam lingkaran.4,5Penyebab lain kejangSinkope ialah keadaan kehilangan kesadaran sepintas akibat kekurangan alirandarah ke dalam otak dan anoksia. Sebabnya adalah tensi darah yang menurun mendadak,biasanya ketika penderita sedang berdiri. Pada fase permulaan, penderita menjadigelisah, tampak pucat, berkeringat, merasa pusing, pandangan mengelam. Kesadaranmenurun secara berangsur, nadi melemah, tekanan darah rendah. Dengan dibaringkanhorizontal penderita segera membaik.Gangguan jantungGangguan fungsi dan irama jantung dapat timbul dalam serangan-serangan yangmungkin timbul dalam serangan-serangan yang mungkin pula mengakibatkan pingsan.Keadaan ini biasanya terjadi pada penderita-penderita jantung.Gangguan sepintas peredaran darah otakGangguan sepintas peredaran darah dalam batang otak dengan macam-macamsebab dapat mengakibatkan timbulnya serangan pingsan. Pada keadaan ini dijumpaikelainan-kelainan neurologis seperti diplopia, disartria, ataksia dan lain-lain.Hipoglikemia didahului rasa lapar, berkeringat, palpitasi, tremor, mulut kering.Kesadaran dapat menurun perlahan-lahan.KeracunanKeracunan alcohol, obat tidur, penenang, menyebabkan kesadaran menurun.Pada keadaan ini penurunan kesadaran berlangsung lama yang mungkin pula didapatipada epilepsi.Serangan hetang dan sianotik (Breath holding spells)Serangan hetang atau somoron ada dua bentuk yaitu bentuk sianotik dan bentuk palida.Bentuk sianotik disebabkan oleh henti sementara pernafasan dan bentuk palida oleh hentijantung sementara.Histeria. Kejang fungsional atau psikologis sering terdapat pada wanita 7-15 tahun. Seranganbiasanya terjadi di hadapan orang-orang yang hadir karena ingin menarik perhatian.Jarang terjadi luka-luka akibat jatuh, mengompol, atau perubahan pasca serangan sepertiterdapat pada epilepsy. Gerakan-gerakan yang terjadi tidak menyerupai kejang tonikklonik, tetapi bias menyerupai sindroma hiperventilasi. Timbulnya serangan sering berhubungan dengan stress.3Narkolepsi. Pada narkolepsi terjadi serangan-serangan perasaan mengantuk yang tidak dapat dikendalikan.Pavor nokturnus, lindur, kekauPavor noktornus merupakan gangguan tidur yang paroksismal, yang terjadi bilaterbangun pada tidur tingkat empat. Anak marah-marah, menangis, ketakutan, dankadang-kadang disertai halusinasi visual atau auditoris yang berlangsung cepat disertai meningkatnya frekeuensi jantung dan pernafasan. Setelah itu ia tidur lagi dan keesokan harinya ia tidak ingat sama sekali apa yang terjadi semalam.. EEG biasanya normal.Paralisis tidur.Biasanya terjadi menjelang tiduratau bangun dan sering didahului halusinasi visual danauditoris. Serangan ini sering menakutkan penderita karena ia dapat bernafas,menggerakan mata, namun tidak dapat bergerak. Sentuhan ringan atau rangsanganauditoris dapat mengakhiri paralisi tersebut yang biasanya berlangsung hanya beberapa detik.Migren. Pada migren gejala-gejala juga timbul mendadak dalam serangan-serangan. Pada fasevasokontriksi dapat timbul nausea, muntah, mulas, gangguan penglihatan, atau gejala-gejala neurologis sesisi. Biasanya gejala-gejala ini reversible, tetapi pada anak pulihnyaagak lambat

Gejala KlinikGrand mal atau serangan tonis klonis generalizedCiri-cirinya :Kejang kaku bersamaan dengan kejutan kejutan ritmis dari anggota badan.Hilangnya untuk sementara kesadaran dan tonus. Pada umunya serangan diawali suat perasaan khusus (aura). Hilangnya tonus menyebabkan penderita terjatuh, kejang hebat dan ototnya menjadi kaku. Fase tonis berlangsung kira-kira 1 menit disusul oleh fase klonis dengan kejang-kejang dari kaki tangan, rahang dan muka.Penderita kadang mengigit lidahnya sendiri dan juga dapat terjadi inkontinensia urin atau feces.Gerakan ritmis dari kaki tanga secara tak sadar, sering kali dengan jeritan, mulut berbusa, mata membelalak.Lamanya serangan berkisar antara 1 dan 2 menit disusul dengan keadaan pingsan selama beberapa menit dan sadar kembali dengan perasaan kacau serta depresi.Serangan myoclonis yaitu kontraksi otot-otot simetris dan sinkron yang tak ritmis dari bahu dan tangan (tidak dari muka), berlangsung berurutan dengan jangka waktu singkat kurang dari 1 detik.Status epileptikus serangan yang bertahan lebih dari 30 menit berlangsung beruntun dengan cepat tanpa diselingi keadaan sadar. Situasi ini bisa fatal karena kesulitan pernafasan dan kekurangna oksigen di otak. Umunya disebabkan ketidakpatuhan penderita minum obat, menghentikan pengobatan secara tiba-tiba atau timbulnya demam.3,5KomplikasiKomplikasi pada masa kehamilan.Bangkitan epilepsi selama masa kehamilan dapat membahayakan ibu dan anak. Beberapa jenis obat epilepsi juga meningkatan resiko cacat pada janin. Umumnya wanita dapat hamil dan melahirkan bayi yang sehat. Perlu berhati-hati dalam memonitor keadaan selama masa kehamilan dan mengatur pengobatan. Perencanaan yang benar dengan dokter anda mutlak diperlukan.Kondisi-kondisi lain yang dapat membahayakan jiwa jarang terjadi, tetapi tetap mungkin terjadi.6EtiologiIdiopatikFactor herediter, ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertaibangkitan kejang seperti sklerosis tuberose, neurofibromatosis, angiomatosis ensefalotrigeminal, fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.Factor genetik; pada kejang demem dan breath holding spellsKelainan congenital otak; atropi, porensefali, agenesis korpus kalosumGangguan metabolik; hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremiaInfeksi; radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak danselaputnya,toxoplasmosisTrauma; kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subduralNeoplasma otak dan selaputnyaKelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagenKeracunan; timbale (Pb), kapur barus, fenotiazin,airLain-lain; penyakit darah,gangguan keseimbangan hormone, degenerasi serebral,dan lain-lain.6Faktor Pencetuskurang tidurstress emosionalc.Infeksiobat-obat tertentualcoholperubahan hormonalterlalu lelahhfotosensitif.6PatofisiologiDasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi padasinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yangdisebabkan oleh adanya potensial membrane sel. Potensial membrane neuron bergantung pada permeabilitas selektif membrane neuron, yakni membrane sel mudah dilalui oleh ion K dariruang ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di dalamsel terdapat kosentrasi tinggi ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl, sedangkan keadaansebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion inilah yangmenimbulkan potensial membran.Ujung terminal neuron-neuron berhubungan dengan dendrite-dendrit dan badan-badan neuron yang lain, membentuk sinaps dan merubah polarisasi membran neuron berikutnya. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan depolarisasi ataulepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga selneuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Diantara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate,aspartat dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid(GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Halini misalnya terjadi dalam keadaan fisiologik apabila potensial aksi tiba di neuron. Dalam keadaan istirahat, membrane neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membrane neuron dan seluruhsel akan melepas muatan listrik.Oleh berbagai factor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi membaran neuron sehingga membrane mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruanganekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membrane dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsy. Suatu sifat khas serangan epilepsy ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi.Di duga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptic. Selain itu juga system-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsy terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.3,6

PenatalaksanaanPertolongan Pada Penderita Epilepsi :1. Segera amankan penderita dengan mengamankan dari benda-benda berbahaya, mengamankan dari benturan (terutama bagian kepala), dan lain sebagainya.2. Rebahkan dengan kepala miring ke samping agar lidah penderita tidak menutupi jalan pernapasan dan longgarkan baju yang terlalu ketat agar penderita mudah bergerak dan bernapas.3. Biarkan penderita bergerak semaunya dan jangan meletekkan apa-apa pada mulut penderita. Gigi penderita epilepsi bisa patah jika pada mulut penderita dimasukkan benda-benda keras serta bisa menutupi jalan pernapasannya.4. Biarkan penderita istirahat karena setelah kejadian penderita akan bingung dan lelah. Laporkan kepada orang-orang di sekitar atau yang berwenang agar dilanjutkan dengan menghubungi keluarga/kerabat atau dokter. Jika penderita cidera atau terjadi serangan susulan terus menerus segera bawa ke dokter, puskesmas, klinik atau rumah sakit terdekat.4,5Penanganan umum-Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah setiap minggu atau setiap bulan karena efek samping dari karbamazepin dapat terjadi gangguan darah, hepatitis dan lupus erythematodes.-Menekankan pada keluarga khususnya orang tua pasien bahwa obat harus diminum secara teratur setiap hari, sebaiknya pada saat yang sama, misalnya pada waktu makan atau sesudahnya.-Memberikan penjelasan mengenai sifat penyakit ini dapat membantu untuk bisa lebih baik menerima penderita anak ini dirumah maupun di masyarakat. Untuk menciptakan suasana di mana anak dapat menjalani hidupnya senormal mungkin dan dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Dalam hal ini diperlukan pedoman untuk menjamin keselamatan anak, misalnya menghindari berenang sendiri.-Mengawasi area bermain anak, jangan sampai mendekati air atau api. Dikhawatirkan akan membahayakan keselamatan anak apabila tiba-tiba penyakitnya kambuh.-Jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter, sebaiknya dokter menurunkan dosisnya secara bertahap sebelum dihentikan sama sekali.-Jika ada dosis yang terlewat diminum, segera minum obat yang terlupa itu. Namun jika sudah mendekati waktu minum dosis berikutnya, cukup meminum 1 dosis obat tersebut sesuai jadwal minum obat yang seharusnya. Jangan digandakan (minum 2 dosis sekaligus). Tetap jika terlewat lebih dari satu dosis sehari, segera beri tahu dokter.-Jangan meminum obat lebih dari dosis yang ditentukan, jangan meminum lebih sering dari frekuensi minum obat yang telah ditetapkan, dan jangan diminum untuk jangka waktu yang lebih lama dari yang disarankan oleh dokter.3,4,5Terapi seranganKebanyakan lamanya serangan kurang dari 5 menit dan berhenti dengan sendirinya tanpa pengobatan. Bila berlangsung lebih lama, barulah harus diberikan obat sebagai berikut :1.Diazepam rektalJika belum menghasilkan efek sesudah 5-10 menit, pemberian dapat diulang atau diberi midazolam/klonazepam secara oromucosal.2.Diazepam intravenaUmumnya serangan berhenti dalam 5-15 menit. Dosis tidak boleh terlalu tinggi karena resiko depresi pernapasan. Bila penanganan belum berhasil dan terjadi status epilepticus, maka terapi segera dilanjutka di rumah sakit.3.Benzodiazepin /fenitoinPasien biasanya diberi diazepam 10 mg i.v, disusul dengan infus i.v dari 200 mg per liter selama 24 jam.5Terapi Pemeliharaan1.Epilepsi luas generalizedPilihan pertama pada grand mal adalah valproatPada grand mal dengan serangan myoclonis dapat digunakan kombinasi dengan klonazepamKombinasi klonazepam klobazam, karbamazepin valproat dan lamotigrin valproat juga sering kali efektif.Pada bentuk tonis klonis karbamazepin, valproat atau fenitoin memberikan efek baik.

2.Epilepsi ParsialPilihan pertama karbamazepin, valproat dan fenitoin.Obat lain yang juga efektif adalah benzodiazepam, lamotrigin, topiramat dan vigabatrin.3.KortikosteroidTerutama digunakan bila penyakit menjadi parah, misalnya pada penderita lansia dapat diatasi dengan dosis rendah prednison (10 mg) yang sepanjang tahun dapat dikurangi sampai dosis pemeliharaan. Pada pasien yang lebih muda diperlukan dosis yang jauh lebih tinggi untuk waktu yang lama dengan resiko efek samping besar.5Obat obat epilepsiAntiepileptika adalah obat yang dapat menanggulangi serangan epilepsi berkat khasiat antikonvulsinya, yakni meredakan konvulsi (kejang klonus hebat)1.Obat generasi pertamaBarbitalFenobarbital dan mefobarbital memiliki sifat antikonvulsif khusus yang terlepas dari sifat hipnotiknya.FenitoinSenyawa hidantoin ini terutama digunakan pada grand mal.SuksinimidaEtosuksimida dan mesuksimida, terutama digunakan pada petit mal.LainnyaAsam valproat, diazepam dan klonazepam, karbamazepin dan okskarbazepin.2.Obat generasi ke-2Vigabatrin, lamotigrin dan gabapentin, felvamat, topiramat dan pregabalin. Obat ini umumnya tidak diberikantunggal sebagai monoterapi, melainkan sebagai tambahan dalam kombinasi dengan obat-obat klasik (generasi ke-1).5PrognosisPada sekitar 70 % kasus epilepsi serangan dapat dicegah dengan obat anti epilepsi,sedangkan pada 30-50 % pada suatu saat pengobatan dapat dihentikan. Namun prognosetergantung dari jenis serangan, usia waktu serangan pertama terjadi, saat dimulai pengobatan,ada tidaknya kelainan neurologik atau mental dan faktor etiologik. Prognosis terbaik adalah untuk serangan umum primer seperti kejang tonik klonik dan serangan petit mal, sedangkan serangan parsial dengan simtomatologi kompleks kurang baik prognosenya. Juga serangan epilepsi yang mulai pada waktu bayidan usia dibawah tiga tahun prognosenya relatih buruk.4,5PencegahanUpaya sosial luas yang mengembangkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pencegahan epilepsi. Epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan aktikonvulsi yang digunakan sepanjang kehamilan, ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi harus dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cidera akhirnya menyebabkan kejang yang terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan.Infeksi pada masa kanak-kanak harus dikontrol dengan vaksinasi yang benar, orang tua dengan anak yang pernah mengalami kejang demam harus diinstruksikan pada metode untuk mengkontrol demam (kompres dingin, obat anti peuretik).Cidera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah, tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cidera kepala.Untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi daya hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan ini.4

EpidemiologiAgak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsypada kondisi tanpa serangan, pasien terlihat normal dan semua data lab juga normal, selain itu ada stigma tertentu pada penderita epilepsymalu/enggan mengakui . Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun pertama, menurun sampai umur 50 th, dan meningkat lagi setelahnya terkait dg kemungkinan terjadinya penyakit cerebrovaskular. Pada 75% pasien, epilepsy terjadi sebelum umur 18 tahun.3,5SimpulanDari anamnesis,pemeriksaan fisik dan gejala yang timbul laki-laki berusia 23 tahun mengalami kejang kurang lebih 30 detik,tidak sadarkan diri,dan mata mendelik keatas menderita epilepsi grand mal atau generalisata.

Daftar Pustaka1.Dewanto B,Suwono J,Riyanto B,Turana Y. Panduan praktis diagnosis dan tatalaksana penyakit saraf. 2007. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.2.Hartono A. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Terjemahan. Lynn SB. Bates guide to physical examination & history taking. 2009. Edisi ke-8. Jakarta: EGC3.Levitt LP,Weiner HL. Buku saku neurologi. 2001. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.4.Bradley J,Wayne D,Rubenstein D. Kedokteran klinis. Edisi Keenam. 2008. Jakarta : Penerbit Erlangga.5.Fakultas kedokteran Indonesia. Kapita selekta kedokteran jilid I.2005. Edisi VII. Jakarta : Media Aesculapics.6.Price SA,Wilson L.M. Patofisiologi. Edisi Keenam. 2006. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.