epilepsi psikomotor

56
Laporan Kasus GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN DAN DISFUNGSI OTAK DAN PENYAKIT FISIK (F06), SUSPECT EPILEPSI PSIKOMOTOR Oleh : M. Rifqi Farizan A. NIM I1A008003 Pembimbing Dr. H. Yulizar Darwis, Sp. KJ, MM

Transcript of epilepsi psikomotor

Page 1: epilepsi psikomotor

Laporan Kasus

GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN

DAN DISFUNGSI OTAK DAN PENYAKIT FISIK (F06),

SUSPECT EPILEPSI PSIKOMOTOR

Oleh :

M. Rifqi Farizan A. NIM I1A008003

Pembimbing

Dr. H. Yulizar Darwis, Sp. KJ, MM

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa

FK Unlam-RSUD ULIN

Banjarmasin

Juli, 2012

Page 2: epilepsi psikomotor

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

I. IDENTITAS OS

Nama : Ny. JM

Usia : 47 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. KH. A. Mukhsin Gg. Kubur No. 13

Tenggarong, Kalimantan Timur

Pendidikan : SD (lulus)

Pekerjaan : Buruh kerja perkebunan sawit

Agama : Islam

Suku : Jawa

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan : Kawin

Berobat tanggal : 27 Juni 2012

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

- Alloanamnesa pada tanggal 27 Juni 2012, pukul 23.30 WITA, diperoleh

dari anak penderita (Y) ketika berobat di IGD RSUD Ulin Banjarmasin

- Autoanamnesa pada tanggal 27 Juni 2012, pukul 24.00 WITA, di IGD

RSUD Ulin Banjarmasin

A. KELUHAN UTAMA

Lemah seluruh badan pasca kejang

1

Page 3: epilepsi psikomotor

KELUHAN TAMBAHAN

Mendengar bisikan, melihat bayangan, kejang dengan berbicara

sendiri, marah-marah, dan merasa dirasuki.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis:

Os datang ke IGD RSUD Ulin dengan keluhan lemas dan tidak

bertenaga seluruh tubuh, dengan riwayat kejang. Menurut anak os, os

memang telah lama dan sering kejang seperti ini sejak 13 tahun yang lalu

(1999), saat itu os kejang seperti kaku, diikuti berbicara sendiri, marah-

marah, mulut tidak berbusa, dan kadang-kadang terkencing, kemudian os

seperti bernapas dalam selanjutnya sadar sebentar dengan tidak mengenali

orang disekitarnya, dan berikutnya os tertidur. Sesaat sebelum kejang, os

sering melihat bayangan anak kecil dan mendengar bisikan-bisikan.

Sebelum kejang os tidak mempunyai masalah dalam kehidupan sehari-

harinya, maupun memikirkan suatu masalah berlebihan. Biasanya dalam 1

tahun terjadi 2 kali kejang. Akhir-akhir ini (sejak tahun 2012), kejangnya

bertambah sering terjadi. Dalam 2 bulan ini (mei-juni 2012) telah

mengalami kejang sebanyak 3 kali. Terakhir kejang terjadi pada hari jumat

satu minggu yang lalu (22 juni 2012). Saat ini kejang os sama seperti

gejala kejang yang dahulu, yaitu: dimulai dari melihat bayangan dan

mendengar bisikan lalu kejang seperti kaku, diikuti berbicara sendiri,

berbicara kacau, marah-marah, tertawa sendiri, tidak dapat diajak

2

Page 4: epilepsi psikomotor

berbicara, dan kadang-kadang terkencing, yang terlihat seperti kesurupan.

Kemudian bernapas dalam dan sadar sebentar dengan tidak mengenali

orang disekitarnya, dan tertidur. Os kejang kurang lebih selama 30 menit

sampai 1 jam. Setelah bangun dari tidur pasca kejang, os terlihat sangat

ketakutan, cemas, dan was-was akan dibunuh seseorang, kemudian os

merasa lemah tidak bertenaga selama berhari-hari. Setelah episode kejang

os juga mengalami kesulitan untuk memulai tidur karena terus merasa

takut akan dibunuh. Dan mengalami penurunan nafsu makan. Tetapi untuk

mandi dan merawat diri os masih dapat mengerjakan sendiri dan dengan

inisiatif sendiri tanpa disuruh terlebih dahulu. Os tidak memiliki masalah

dalam keluarga, lingkungan, maupun pekerjaan, tidak ada juga hal-hal

yang terlalu dipikirkan os sebelum kejang tersebut terjadi. Setiap setelah

terjadi kejang os selalu berobat ke puskesmas tetapi hanya diberikan

vitamin-vitamin saja, dan setelah meminum obat os merasa berkurang

kecemasannya dan tidak melihat bayangan maupun mendengar bisikan

kembali. Os tidak pernah mengalami trauma dan sakit parah seperti

demam tinggi yang sampai mengakibatkan penurunan kesadaran. Os juga

bukan penyalah guna obat-obatan dan alkohol.

Autoanamnesis :

Os mengaku sering kejang, dan pertama kali kejang pada tahun

1999. Tetapi os percaya bahwa kejang tersebut adalah kesurupan, karena

dirinya merasa kersukan, tidak sadar, dan tidak ingat apa yang terjadi saat

3

Page 5: epilepsi psikomotor

kejang tersebut. Menurut os semuanya bermula dari pada 13 tahun yang

lalu saat os pulang dari bekerja di perkebunan sawit, os melihat bayangan

wanita seperi hantu sambil menggendong anak, setelah itu bayangan

wanita itupun marah, os mendengar bisikan-bisikan yang mengancam os

dan menyuruh os melakukan sesuatu dan seketika setelah itu os kejang

seperti kaku seluruh tubuh, os merasa tidak sadarkan diri, tidak ingat apa

yang terjadi saat kejang, dan kemudian tertidur. Setelah sadar dari tidur os

merasa sangat takut dan gelisah merasa ada yang mengejar-ngejar dan

ingin membunuhnya. Dalam kejadian berikutnya sebelum kejang os selalu

seperti itu, os selalu melihat bayangan anak kecil yang mondar-mandir

dihadapannya dan mendengar bisikan yang mengancam dan menyuruh os

melakukan sesuatu, os merasa bahwa orang tersebut selalu mengetahui apa

yang ingin os lakukan. Setelah itu pun os kejang dengan gejala kejang

yang sama dari sebelumnya dengan kejang seperti kaku seluruh tubuh,

berbicara sendiri, berbicara kacau, marah-marah, tertawa sendiri,

kemudian tertidur, dan setelah bangun tidak ingat apa yang terjadi saat

kejang. Menurut os, memang sering mengalami kejang, dalam 2 bulan

trakhir ini telah mengalami kejang sebanyak 3 kali, dan terakhir kejang

terjadi pada hari jumat satu minggu yang lalu (22 juni 2012). Os

mengalami kesulitan dalam memulai tidur dan penurunan nafsu makan,

karena os masih merasa cemas dan was-was akan dibunuh seseorang,

tetapi itu hanya dalam beberapa hari setelah terjadinya serangan kejang

saja, hari-hari berikutnya os tidur dan makan dengan baik. Os mengaku

4

Page 6: epilepsi psikomotor

tidak memiliki masalah dalam kesehariannya baik dalam keluarga,

lingkungan, dan pekerjaannya, os juga tidak ada hal-hal yang sangat

dipikirkannya sebelum terjadinya kejang. Os rutin berobat ke puskesmas

tiap kali setelah terjadi kejang dan diberikan vitamin disana. Os merasa

setelah meminum vitamin dari puskesmas menjadi lebih baik dan

kecemasannya hilang, walaupun badannya masih lemas.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Os tidak pernah mengonsumsi obat-obatan terlarang, dan tidak

pernah mengalami kelainan atau gangguan mental dan perilaku. Tidak ada

riwayat demam tinggi hingga penurunan kesadaran. Tidak ada riwayat

trauma kepala.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

Menurut Erik H. Erikson

1. Trust VS Mistrust (0 - 1/1,5 tahun)

Saat bayi, os disusui ibunya dengan baik, os tidak rewel jika dengan

ibunya ataupun keluarga dan nafsu menyusuinya baik. kadang-kadang

os menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia

bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga

kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan

sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali os

menangis.

5

Page 7: epilepsi psikomotor

2. Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu (early chilhood: 1/1,5 - 3tahun)

Pada masa ini os sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri,

berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang

tuanya, tetapi di pihak lain os telah mulai memiliki rasa malu dan

keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau

persetujuan dari orang tuanya.

3. Inisiatif VS Rasa Bersalah (late chilhood : 3 - 6th)

Di masa ini os sudah memiliki inisiatif dalam mempelajari sesuatu dan

rasa ingin tau os cukup tinggi. Os tidak mengalami gangguan dalam

fase ini ditandai dengan, saat ini os sangat jarang berdiam diri

(inhibition) di kesehariannya. Berdiam diri merupakan suatu sifat

yang tidak memperlihatkan suatu usaha untuk mencoba melakukan

apa-apa.

4. Industri VS Inferiority ( usia sekolah:6 - 12 tahun)

Dalam fase ini os telah dapat menghasilkan sesuatu dari kemauannya

yang giat belajar, seperti telah dapat menggambar dengan baik dan

telah dapat membantu pekerjaan ayahnya, bertani dengan baik.

5. Identitas dan Penolakan VS difusi Identitas

(masa remaja: 12 – 20 tahun)

Pada fase ini os telah mulai banyak bergaul dan memiliki beberapa

teman akrab. Os lebih sering bejalan keluar rumah, bergaul dengan

lingkungan sekitarnya.

6

Page 8: epilepsi psikomotor

6. Intimasi dan Solidaritas VS Isolasi (Early adulthood : 20 - 35 th)

pada masa ini ikatan os dengan beberapa teman os sudah mulai

longgar. os sudah mulai selektif, dan os lebih membina hubungan

yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham.

7. Generativitas VS Stagnasi (middle adulthood : 35 - 65 th)

Dalam fase ini os berusaha untuk tetap menyenangkan orang

disekitarnya dan mulai memberikan peraturan-peraturan terhadap

kegiatan anak-anaknya.

E. RIWAYAT KELUARGA

Genogram:

Keterangan :

Laki-laki :

Perempuan :

7

Page 9: epilepsi psikomotor

Penderita :

Meninggal :

Tidak ada keluarga yang memiliki kelainan jiwa atau pernah mengalami

kejang dan gangguan jiwa.

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Os sekarang tinggal dengan ibu, suami, dan seorang anak

kandungnya yang paling kecil. Tiga anak kandung yang lain telah

menikah dan tinggal dirumah masing-masing.

G. PERSEPSI OS TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Os sadar sepenuhnya akan penyakitnya dan ingin sembuh dari

penyakitnya tersebut sehingga memutuskan untuk berobat ke rumah

sakit. Tapi os tetap meyakini kalau dirinya mengalami gangguan ini

sebagai akibat dari kesurupan.

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pada saat datang ke IGD Rumah Sakit Umum Ulin tanggal 27 Juni

2012 seorang wanita paruh baya dengan perawakan sedang rambut

lurus panjang terikat berumur 47 tahun, mengenakan celana panjang

8

Page 10: epilepsi psikomotor

warna hitam dengan baju lengan panjang warna biru. Os tampak

terawat.

2. Kesadaran

Komposmentis

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Hipoaktif

4. Pembicaraan

Koheren

5. Sikap terhadap Pemeriksa

Kooperatif

6. Kontak Psikis

Kontak ada wajar dan dapat dipertahankan

B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF

KESERASIAN SERTA EMPATI

1. Afek (mood) : Hypothym

2. Ekspresi afektif : murung

3. Keserasian : appropiate

4. Empati : Dapat dirasakan

A. FUNGSI KOGNITIF

1. Kesadaran : komposmentis

2. Orientasi

- Waktu : baik

9

Page 11: epilepsi psikomotor

- Tempat : baik

- Orang : baik

3. Konsentrasi : baik

4. Daya Ingat :

Jangka pendek : terganggu

Jangka panjang : baik

Segera : baik

5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum :

Sesuai usia dan taraf pendidikan

B. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi :

- Auditorik : (+). Os merasa adanya bisikan-bisikan. Bisikan

tersebut mengatakan bahwa os harus melakukan apa yang

dibisikan, dan os merasa bahwa orang tersebut selalu mengetahui

apa yang ingin os lakukan.

- Visual : (+). Os merasa melihat bayangan-bayangan anak

kecil seperti hantu. Kadang os pernah melihat bayangan orang

yang mengikuti dan membisikinya yaitu seorang ibu dan anaknya.

2. Ilusi : tidak ada

3. Depersonalisasi / Derealisasi : tidak ada

10

Page 12: epilepsi psikomotor

C. PROSES PIKIR

1. Arus pikir

a. Produktivitas : Baik dan spontan

b. Kontinuitas : relevan

c. Hendaya berbahasa : tidak ada

2. Isi Pikir

a. Preocupasi : tidak ada

b. Gangguan pikiran :

Waham : (+) kejar

3. Stabilitas emosi : baik dan Sungguh-sungguh

D. PENGENDALIAN IMPULS

Os pernah tidak dapat mengendalikan impuls, ketika os mengalami

kejang, seperti berbicara sendiri, berbicara kacau, dan marah-marah.

Namun, os mengaku setelah kejang ataupun jika tidak kejang os tidak

pernah berbicara sendiri, berbicara kacau, dan marah-marah

berlebihan.

E. DAYA NILAI

1. Daya nilai sosial : Baik

2. Uji Daya nilai : Baik. Ketika pasien ditanya: Apa yang akan

anda lakukan jika menemukan sebuah dompet di jalanan? Pasien

menjawab akan mengembalikan kepada pemiliknya.

11

Page 13: epilepsi psikomotor

3. Penilaian Realita : gangguan persepsi (halusinasi auditorik dan

visual), gangguan isi pikiran : waham (kejar).

F. TILIKAN

Derajat 3: os sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan orang lain,

atau faktor dari luar sebagai penyebabnya.

G. TARAF DAPAT DIPERCAYA

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. STATUS INTERNUS

Keadaan umum : Tampak baik

Gizi : baik

Tanda vital : TD = 120/80

N = 104 x/m

RR = 24 x/m

T = 36,5° C

Kepala:

Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+

Telinga : bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal

12

Page 14: epilepsi psikomotor

Hidung : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor,

kotoran hidung minimal

Mulut : bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan

tidak pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak

mudah berdarah, lidah tidak tremor.

Leher : Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak

meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Thoraks:

Inspeksi : bentuk dan gerak simetris

Palpasi : fremitus raba simetris

Perkusi :

- pulmo : sonor

- cor : batas jantung normal

Auskultasi:

- pulmo : vesikuler

- cor : S1S2 tunggal

Abdomen :

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Tidak nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi: bising usus (+) tidak meningkat

13

Page 15: epilepsi psikomotor

Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, tidak ada edema dan atropi,

tremor (-)

2. STATUS NEUROLOGIKUS

N I – XII : Tidak ada kelainan

Gejala rangsang meningeal : Tidak ada

Gejala TIK meningkat : Tidak ada

Refleks Fisiologis : Normal

Refleks patologis : Tidak ada

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Os datang dengan keluhan lemas dan tiudak bertenaga seluruh tubuh,

dengan riwayat kejang

Os telah lama dan sering kejang sejak tahun 1999, Biasanya dalam 1

tahun terjadi 2 kali kejang.

Os kejang seperti kaku, diikuti berbicara sendiri, marah-marah, mulut

tidak berbusa, dan kadang-kadang terkencing, kemudian os seperti

bernapas dalam, selanjutnya sadar sebentar dengan tidak mengenali

orang disekitarnya, dan berikutnya os tertidur.

Sebelum kejang melihat bayangan dan mendengar bisikan-bisikan.

Sebelum kejang os tidak mempunyai masalah dalam kehidupan

sehari-harinya, maupun memikirkan suatu masalah berlebihan.

14

Page 16: epilepsi psikomotor

Sejak tahun 2012, kejangnya bertambah sering terjadi. Dalam bulan

mei-juni 2012 telah mengalami kejang sebanyak 3 kali.

Terakhir kejang terjadi pada hari jumat 22 juni 2012

Saat ini gejala kejang os sama seperti gejala kejang yang dahulu

Os kejang kurang lebih selama 30 menit sampai 1 jam.

Setelah bangun dari tidur pasca kejang, os terlihat sangat ketakutan,

cemas, dan was-was akan dibunuh seseorang, kemudian os merasa

lemas tidak bertenaga selama berhari-hari.

Setelah episode kejang os juga mengalami kesulitan untuk memulai

tidur karena terus merasa takut akan dibunuh. Dan mengalami

penurunan nafsu makan.

Setelah meminum obat os merasa berkurang kecemasannya dan tidak

melihat bayangan maupun mendengar bisikan kembali, walaupun os

masih merasa lemas.

Halusinasi : ada, visual dan auditorik

Waham : waham kejar

Stabilitas emosi : baik dan Sungguh-sungguh

Tilikan : tilikan 3

Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

VI. DIAGNOSIS BANDING

1. Neurosis histerik

2. Space occupying lesion (Tumor otak)

15

Page 17: epilepsi psikomotor

3. Kejang akibat ganguan elektrolit

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. AKSIS I : Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan

disfungsi otak dan penyakit fisik, dengan halusinosis

organik (F06.0)

2. AKSIS II : None

3. AKSIS III : Suspect epilepsi psikomotor

4. AKSIS IV : None

5. AKSIS V : GAF scale 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi,

disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, dll)

VIII. DAFTAR MASALAH

1. ORGANOBIOLOGIK

Diduga terdapat gangguan dalam fungsi otak (suspect epilepsi)

2. PSIKOLOGIK

Halusinasi auditorik dan visual, waham kejar, dan tilikian 3

3. SOSIAL/KELUARGA

Tidak ada masalah yang memicu terjadinya kejang pada os.

IX. PROGNOSIS

Diagnosa penyakit : baik

Perjalanan penyakit : buruk

Ciri kepribadian : baik

16

Page 18: epilepsi psikomotor

Stressor psikososial : baik

Riwayat Herediter : baik

Usia saat menderita : baik

Pola keluarga : baik

Pendidikan : buruk

Aktivitas pekerjaan : buruk

Perkawinan : baik

Ekonomi : baik

Lingkungan sosial : baik

Organobiologik : baik

Pengobatan psikiatrik : baik

Ketaatan berobat : baik

Kesimpulan : Dubia ad bonam

X. RENCANA TERAPI

Medika mentosa :

Phenytoin dosis awal 5-7 mg/KgBB/hari PO, kemudian

dilanjutkan dengan dosis rumatan 5-7 mg/KgBB/hari PO

Clozaril 2 x 25 mg

Psikoterapi : Psikoterapi suportif terhadap penderita dan keluarga.

Usul pemeriksaan penunjang:

- Tes kepribadian

- Electro Enceplalografi

17

Page 19: epilepsi psikomotor

- CT Scan

- MRI (Magnetic Resonance Imaging), bila diperlukan

- Laboratorium darah

XI. DISKUSI

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan psikiatri, menunjukkan

bahwa os mengalami gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi

otak dan penyakit fisik, dengan halusinosis organik (F06.0), suspect epilepsi

psikomotor. Gejala gangguan mental yang dialami, akibat epilepsi psikomotor

yaitu halusinasi auditorik dan visual, diikuti kejang dengan berbicara sendiri,

berbicara kacau, marah-marah, tidak mengenali orang disekitarnya, kadang-

kadang tertawa sendiri dan tidak sadarkan diri. Merujuk pada kriteria diagnostik

dari PPDGJ III, Pedoman diagnostik secara umum untuk (F06) telah terpenuhi

yaitu (1):

Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik

sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental

yang tercantum

Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya

penyebab yang mendasarinya

Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom

mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau

pengaruh stres sebagai pencetus).

18

Page 20: epilepsi psikomotor

Dan secara spesifik digolongkan ke dalam halusinosis organik, dengan

pedoman diagnostik (1):

Kriteria umum (F06) terpenuhi

Adanya halusinasi dalam segala bentuk (biasanya visual atau auditorik),

yang menetap atau perulang

Tidak ada penurunan fungsi intelek yang bermakna

Tidak ada gangguan afektif yang menonjol

Pasien diduga mengalami epilepsi dilihat dari perjalanan/fase-fase yang

terjadi saat pasien kejang yang merupakan fase dari epilepsi, antara lain :

1. Fase aura

2. Fase kehilangan kesadaran

3. Fase kejang tonik

4. Fase kejang klonik

5. Fase apneu

6. Fase sadar (disorientasi)

7. Fase tertidur

8. Fase sadar sempurna

Fase-fase diatas dapat dilihat dari gejala yang ditunjukan os saat kejang,

yaitu :

Sesaat sebelum kejang os melihat bayangan dan mendengar bisikan kemudian

kejang seperti kaku, diikuti berbicara sendiri, marah-marah, mulut tidak berbusa,

dan kadang-kadang terkencing, kemudian os seperti bernapas dalam, selanjutnya

19

Page 21: epilepsi psikomotor

sadar sebentar dengan tidak mengenali orang disekitarnya, dan berikutnya os

tertidur.

Pada pasien ini dinyatakan suspect epilepsi psikomor, dikarenakan gejala-

gejala yang ditunjukan oleh pasien sering terjadi pada epilepsi psikomotor, yaitu:

1. Os sesaat sebelum kejang mengalami halusinasi auditorik dan visual, yang

dalam fase epilepsi merupakan gejala fase aura

2. Os saat fase kejang tidak mengalami kejang klonik, melainkan fase kejang

itu diisi oleh gangguan psikiatrik (berbicara sendiri, berbicara kacau,

marah-marah, teratawa sendiri)

3. Saat kejang os sering terkencing, tidak sadarkan diri, dan tidak ingat apa

yang terjadi saat kejang.

4. Sebelum terjadi kejang, tidak ada faktor pencetus dari luar, seperti fakror

stres maupun masalah.

Os merasa terganggu dengan semua bisikan-bisikan dan penglihatan akan

bayangan-bayangan (halusinasi auditorik dan visual) yang diikuti kejang. Hal ini

membuat os mengalami penurunan dalam bekerja dan kecemasan, terlihat dari

gejala yang dialami yaitu lemah tidak bertenaga dalam beberapa hari, tidur yang

terganggu, nafsu makan berkurang, ketakutan, merasa dikejar-kejar, dan ingin

dibunuh (2).

Dilihat dari penilaian fungsi secara global, gangguan yang dialami os

tergolong dalam GAF scale 80-71, yaitu gejala sementara dan dapat diatasi,

disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, dll (1).

20

Page 22: epilepsi psikomotor

Pada pasien ini untuk menyingkirkan kemungkinan dari diagnosis

bandingnya adalah sebagai berikut:

1. Neurosis histerik

Pada pasien histerik dapat dibedakan dari stabilitas emosinya yang tidak

sungguh-sungguh, dari hasil tes kepribadiannya, dan hasil EEG. Oleh

karena itu diperlukan pemeriksaan lanjutan berupa tes kepribadian dan

EEG.

Epilepsi dapat dibedakan dari neorosis histerik seperti berikut (5):

Epilepsi : Neurosis histerik :

a. Bangkitan dapat timbul sewaktu

penderita berada sendirian

(misalnya, sewaktu sedang tidur

malam hari).

b. Muka :

Mungkin agak sianotik

c. Ada teriakan sebelum timbul

bangkitan.

d. Terdapat kejang tonik atau

klonik.

e. Refleks kornea sewaktu

bangkitan dapat menjadi negatif.

Bangkitan timbul sewaktu penderita

dikelilingi banyak orang, ada banyak

emosi.

Muka :

Tidak sianotik

Ada juga teriakan sebelum timbul

bangkitan, tetapi teriakan itu berbentuk

suatu kalimat yang cukup panjang.

Terdapat gerakan-gerakan tertentu

seperti mau memegang barang atau

orang.

Refleks kornea sewaktu bangkitan

positif bahkan sewaktu mata hendak

21

Page 23: epilepsi psikomotor

f. Refleks plantar sewaktu

bangkitan dapat jadi ekstensor.

g. Sewaktu bangkitan penderita

mungkin dapat :

Luka-luka

Lidah yang tergigit

Inkontinensia urine

Inkintinensia alvi

h. EEG : ada abnormalitas

dibuka untuk memeriksa refleks kornea

itu, kelopak matanya dipejamkan.

Refleks plantar sewaktu bangkitan

selalu plantar (normal).

Sewaktu bangkitan tidak pernah dapat

luka, lidah tergigit, atau inkontinensia

urine/alvi.

EEG : normal

2. Space occupying lesion (Tumor otak)

Kejang dapat disebabkan dari Space occupying lesion, yang berasal dari

tumor otak. Sehingga untuk menegetahuinya perlu pemeriksaan berupa

CT Scan, ataupun MRI.

3. Kejang akibat gangguan elektrolit

Gangguan elektrolit, contohnya hipokalsemia dapat menimbulkan

manifestasi berupa kejang. Oleh karena itu untuk melihat ini perlu

pemeriksaan lanjutan berupa uji laboratorium darah.

Faktor pencetus terjadinya halusinasi adalah (3):

a. Berlebihnya sistem informasi pada syaraf yang menerima dan memproses

informasi di thalamus frontal otak

b. Mekanisme penghantar listrik di saraf terganggu (mekanisme abnormal)

22

Page 24: epilepsi psikomotor

c. Gajala-gejala seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku

Epilepsi ialah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai

keadaan yang mempunyai satu sifat khas sama, yakni adanya kecenderungan

timbulnya gejala-gejala klinis secara berjangkitan yang dikenal sebagai serangan-

serangan epileptis (4).

Menurut Mahar Marjono (2003). Epilepsi ialah manifestasi gangguan fungsi

otak dengan berbagai etiologi, namun dengan gejala tunggal khas, yakni serangan

berkala yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik neuron-neuron otak secara

berlebihan dan paroksismal (4).

Sedangkan Simon Shorvon (2000) menyatakan epilepsi adalah kondisi

dimana penderitanya cenderung mengalami kejang epilepsi berulang lebih dari

dua kali, semantara kejang epilepsi didefinisikan sebagai manifestasi klinik yang

berlebihan dari satu kumpulan neuron otak (4).

Pendapat lain menyatakan, epilepsi merupakan gangguan susunan syaraf

pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya serangan (seizure, fit, attack, spell)

yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Serangan dapat diartikan sebagai

modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari

sekelompok besar sel-sel otak, bersifat sikron dan berirama (5).

Istilah epilepsi tidak boleh digunakan untuk serangan yang terjadi hanya

sekali saja atau serangan yang terjadi selama penyakit akut berlangsung (5).

23

Page 25: epilepsi psikomotor

Epilepsi Psikomotor.

Epilepsi psikomotor atau epilepsi lobus temporalis atau juga disebut epilepsi

partial kompleks. Bangkitan epilepsi yang disebabkan oleh suatu lesi pada lobus

temporalis sudah dikenal sejak Hippocrates (4).

Epilepsi lobus temporalis pada tahun 1881 oleh John Hughlings Jackson

disebut: Uncinate Fits dan Dream State. Gibbs menganjurkan nama “epilepsi

psychomotor” untuk bangkitan gerakan automatik yang disertai kelainan EEG

yang khas. Menurut Lennox nama “epilepsi lobus temporalis” lebih tepat karena

bangkitan tersebut ternyata disebabkan oleh suatu fokus pada lobus temporalis,

meskipun bagian otak yang lain dapat ikut terkena (5).

Disebut epilepsi lobus temporalis oleh Mahar Marjono karena berhubungan

dengan lobus temporalis atau epilepsi “psychomotor” karena bangkitannya

meliputi bermacam gejala motorik dan mental (6).

Dinamakan “epilepsi partial kompleks” karena serangan disebabkan oleh

letupan fokal abnormal yang menimbulkan kehilangan kesadaran, amnesia atau

bingung selama ataupun setelah serangan (6).

Etiologi epilepsi lobus temporalis antara lain (7):

Post infeksi: herpes ensefalitis, atau meningitis bakterialis.

Trauma mengakibatkan kontusio atau perdarahan dengan

akibat ensefalomalasia atau sikatrik kortikal.

Hamartoma

Tumor glioma

angioma

24

Page 26: epilepsi psikomotor

Vaskuler malformasi (cth, arterio-venous malformasi,

cavernous angioma)

Gangguan migrasi neuronal

Hipokampus sklerosis yang disebut dengan mesial temporal sklerosis

yang mulai masa kanak-kanak, kemudian remisi, tetapi muncul

kembali pada usia remaja atau awal dewasa muda dengan bentuk yang

refrakter.

Kejang demam lebih dari 15 menit, mempunyai gambaran fokal atau

terjadi berulang dalam 24 jam.

Gambaran serangan epilepsi secara klinis tergantung pada fungsi daerah

otak yang tersangkut lepas muatan listrik epileptis, sehingga dapat dijumpai

bermacam gejala. Fokus di lobus temporalis akan menimbulkan berbagai gejala

diantaranya halusinasi, vertigo, dan sebagainya atau serangan yang lebih

kompleks (4).

Epilepsi lobus temporalis mempunyai simtomatologi tersendiri dan sering

bersifat kompleks. Serangan epilepsi lobus temporalis dapat menjelma sebagai

suatu serangan sederhana apabila lepas muatan listrik fokus epileptogen tidak

terlampau keras atau meluas, misalnya serangan oditoris, olfaktoris dan

sebagainya. Apabila lepas muatan listrik meluas dan menyangkut daerah yang

lebih luas maka simtomatologi akan lebih kompleks misalnya berupa halusinasi,

gejala otonom, psikomotor, reaksi afektif, otomatisme dan sebagainya yang

disertai perubahan kesadaran dan amnesi mengenai serangan (4).

25

Page 27: epilepsi psikomotor

Dasar neurofisiologis serangan epilepsi lobus temporalis terpusat

pada kompleks amigdala-hipokampus. Lepas muatan listrik di amigdala misalnya

dapat menjalar ke daerah kortikal dan subkortikal secara difus. Dalam semua

serangan epilepsi lobus temporalis rupanya sistem amigdala-hipokampus ikut

terlibat dan dari sini lepas muatan listrik tersebar ke daerah proyeksi sistem

tersebut dan melibatkan pula kedua lobus temporalis dan daerah kortikal serta

subkortikal lainnya. Yang termasuk dalam golongan ini epilepsi parsial yang

disertai dengan gangguan kesadaran. Gejala yang dikatakan kompleks ialah gejala

motorik, sensorik dan autonom yang memperlihatkan ciri yang tampaknya

bertujuan dan terintegrasi (5).

Gejala klinik yang biasa terlihat pada serangan parsial kompleks (lobus

temporalis, psikomotor) berupa (4):

1. Penurunan kesadaran

Terjadi penurunan kesadaran; dalam hal ini penderita mengalami

gangguan dalam berinteraksi dengan lingkungannnya. Penderita dapat

tampak sadar, namun apabila diperiksa lebih dekat maka penderita tidak

sadar akan lingkungannya, tidak dapat menjawab pertanyaan atau dapat

menjawab pertanyaan secara tidak tepat, dan kemudian tidak dapat

mengingat kembali tentang apa yang baru saja dialaminya. Serangan parsial

kompleks melibatkan bagian-bagian otak yang bertanggung jawab atas

berlangsungnya kesadaran dan memori, dan pada umumnya melibatkan

kedua belah lobus temporalis atau frontalis dan sistem limbik.

26

Page 28: epilepsi psikomotor

2. Sensasi Epigastrik

Sensasi epigastrik sebenarnya lebih merupakan halusinasi somatik,

biasanya berupa rasa tidak enak bercampur dengan perasaan takut. Sensasi

epigastrik ini biasanya naik ke dada, tenggorokan, dan kemudian ke mulut

dan bibir sehingga mulut penderita berkomat-kamit atau mengecapkan lidah

dan bibir berkali-kali. Gejala tersebut bersumber pada fokus epilepsi di

lobus temporalis bagian anterior, dan kadang-kadang melibatkan amigdala.

Gejala ini sering disebut otomatisme sederhana atau kompleks (aktivitas

motorik yang berulang-ulang tanpa tujuan, tanpa arah dan aneh). Gejala

motorik juga berupa menarik-narik baju dan perilaku yang sulit dimengerti.

3. Halusinasi dan Ilusi

Pada epilepsi lobus temporalis dapat terjadi halusinasi pembauan atau

penghiduan, pengecapan lidah, pendengaran, penglihatan, dan vestibuler.

Pada tipe lobus temporal mesial berupa halusinasi visual, sedang temporal

lateral berupa ilusi seperti makropsia atau mikropsi. Pada beberapa

penderita dapat terjadi perubahan orientasi visual secara mendadak ataupun

perubahan dalam hal depth perception. Halusinasi kadang-kadang disertai

oleh perubahan dalam apresiasi terhadap kecepatan atau intonasi bicara serta

gangguan persepsi waktu. Fenomena vestibuler dapat berupa vertigo

paroksismal. Menurut Acharya dkk aura olfaktori dikaitkan dengan adanya

tumor lobus temporalis.

27

Page 29: epilepsi psikomotor

4. Gangguan Memori

Gangguan memori dan keadaan seperti mimpi meliputi dymnesic

syndrome (déjàvu, jamais vu) dan keadaan seperti mimpi. Penderita merasa

seakan-akan melayang-layang atau terapung-apung, atau merasa bahwa jiwa

dan raganya seolah-olah terpisah. Disamping itu sering terdapat gangguan

afektif yang berupa perasaan takut, panik, cemas, ekstase, depresi atau

kombinasi dari berbagai episode tadi. Hal ini merupakan fenomena

temporo-limbik. Rata-rata serangan berlangsung selama 1-3 menit. Sesudah

serangan penderita tampak bingung, mengantuk, mengalami perubahan

perilaku, dan lupa akan apa yang telah terjadi. EEG menunjukkan cetusan

unilateral atau sering kali bilateral di daerah temporal atau frontotemporal.

5. Hipergrafia

Hipergrafia meliputi tiga hal pokok ialah cara penulisan (misalnya

memakai bayangan cermin, kode, warna tinta yang berbeda-beda, kaligrafi),

rituailized script excessive (misalnya panjang tulisan dan atau frekuensi

serta lamanya menulis), dan isi atau tema tulisan (misalnya filosofi, etika,

moral). Hipergrafia merupakan salah satu perubahan tingkah laku yang

terdapat pada epilepsi lobus temporalis.

Secara sederhana pasien-pasien dengan epilepsi lobus temporalis dengan

serangan partial komplek akan dijumpai aura diikuti dengan mata melebar (wide

eyed), pandangan kosong (motionless stare), dilatasi pupil, dan berhenti bergerak.

Automatisme oral seperti mengecapkan bibir, mengunyah, dan menelan. Gerakan

otomatis tangan, atau postur dystonik unilateral diri lengan. Pasien setelah

28

Page 30: epilepsi psikomotor

serangan akan terlihat bingung, ini membedakannya dengan serangan absence.

Adanya afasia setelah serangan memberikan kesan bahwa lesi berasal dari epilepsi

lobus temporal dominan.Manifestasi kompleksi tersebut berhubungan dengan

kelainan pada lobus temporalis, dikenal sebagai epilepsi lobus temporalis atau

epilepsi psikomotor (5).

Epilepsi parsial merupakan suatu gejala dari gangguan serebral, maka

penyakit primernya harus ditentukan terlebih dahulu sebelum pengobatan

ditentukan. Oleh karena epilepsi parsial pada orang dewasa seringkali merupakan

tanda pertama tumor intrakranial maka perlu dilakukan pemeriksaan yang

mendalam apalagi disertai tanda-tanda defisit neurologi yang progresif (6).

Beberapa pencetus terjadinya epilepsi adalah sebagai berikut (4):

1. Cahaya

Cahaya tertentu dapat merangsang terjadinya serangan; epilepsi ini disebut

sebagai epilepsi fotosensitif atau fotogenik. Epilepsi jenis ini berkaitan

dengan epilepsi umum idiopatik. Pada remaja, 18% di antaranya bersifat

fotosensitif. Cahaya yang mampu merangsang terjadinya serangan adalah

cahaya yang berkedip-kedip dan/atau yang menyilaukan. Keadaan demikian

ini sering terjadi pada anak berumur 6 – 12 tahun.

Prinsip fotosensitif dipakai untuk pemeriksaan elektro-ensefalografi ialah

dengan memberi rangsangan cahaya berkedip-kedip (photic stimulation)

2. Kurang tidur

Kurang tidur maupun pola tidur yang tidak teratur dapat merangsang

terjadinya serangan. Diduga bahwa kurang tidur dapat menurunkan ambang

29

Page 31: epilepsi psikomotor

serangan yang kemudian memudahkan terjadinya serangan. Dengan

demikian kepada penderita perlu ditekankan untuk tidur secara teratur dan

terjaga jumlah jam tidurnya. kurang tidur dapat memperberat dan

memperlama serangan. Fenomena ini dapat digunakan untuk stimulasi

penderita sebelum dilakukan pemeriksaan EEG.

3. Faktor makan dan minum

Faktor makan dan minum sehari-hari dapat menjadi masalah pada

penderita epilepsi : Makan dan minum harus teratur, jangan terlalu lapar,

terlalu haus, dan sebaliknya : jangan terlalu kenyang, terutama terlalu

banyak minum.

Hipoglikemia dapat memicu terjadinya serangan. Hipoglikemia maupun

hiperglikemia dapat memunculkan serangan pada orang yang tidak

mengalami epilepsi. Sementara itu ada penderita yang sensitif terhadap

mentega, coklat, atau keju

4. Suara tertentu

Suara tertentu dapat merangsang terjadinya serangan. Epilepsi jenis ini

disebut epilepsi audiogenik atau epilepsi musikogenik. Suara dengan nada

tinggi atau berkualitas keras dapat menimbulkan serangan. Begitu

mendengar suara yang mengejutkan maka penderita langsung mengalami

serangan yang sangat mendadak sehingga mengejutkan orang lain

5. Reading dan eating epilepsy

Reading epilepsy berarti serangan dirangsang oleh kegiatan membaca.

Bahan yang dibaca dapat berupa bacaan biasa (berita, cerita) maupun

30

Page 32: epilepsi psikomotor

bacaan yang memberi persoalan sehingga penderita harus berpikir. Eating

epilepsy menunjukkan bahwa serangan terjadi pada saat penderita

mengunyah makanan. Ada yang berpendapat bahwa faktor pencetusnya

bukan kegiatan mengunyah tetapi bahan makanan yang dikunyah.

6. Lupa dan/atau enggan minum obat

Penderita epilepsi harus diberitahu secara jelas bahwa lupa dan/atau

enggan minum OAE dapat menimbulkan serangan dan bahkan serangan

yang muncul dapat lebih lama atau lebih berat. Lupa minum obat paling

sering terjadi pada penderita yang minum obat dengan dosis tunggal.

Sebaliknya, minum obat 2 atau 3 kali sehari dapat menimbulkan rasa bosan

sehingga penderita enggan minum obat.

7. Drug abuse

Kokain, dengan berbagai bentuk konsumsi. dapat menimbulkan serangan

dalam waktu beberapa detik, menit, atau jam sesudah mengkonsumsinya.

Serangan sebagai akibat kokain ini dapat disertai dengan serangan jantung.

Amfetamin dan metilfenidat sering diberikan pada penderita attention

deficit disorder and hyperactivity (ADHD) dan narkolepsi. Apabila kedua

jenis obat ini diminum tanpa pengawasan dokter maka dapat menimbulkan

gangguan tidur, bingung, dan gangguan psikiatrik. Hal ini apabila terjadi

pada penderita epilepsi akan mudah terjadi serangan karena penderita

lupa minum obat. Disamping itu secara primer epilepsi merupakan salah

satu kontra-indikasi untuk pemberian metilfenidat.

31

Page 33: epilepsi psikomotor

Narkotika tidak berkaitan secara langsung dengan munculnya serangan

pada epilepsi. Narkotika menyebabkan penderita epilepsi lupa untuk minum

obat. Bila narkotika dikonsumsi dalam dosis besar dapat mengurangi

penyediaan oksigen ke otak; ini dapat menimbulkan serangan. Sementara

itu, hipoksia dapat menimbulkan status epileptikus.

8. Menstruasi

Hampir setengah dari wanita yang menderita epilepsi melaporkan adanya

peningkatan serangan pada saat menjelang, selama, dan/atau sesudah

menstruasi. Sebagian besar mengalami peningkatan (kuantitas dan kualitas)

serangan pada periode perimenstrual dan fase folikular. Hal ini berkaitan

dengan kadar estrogen yang tinggi dan rendahnya kadar progesteron.

Gambaran seperti ini merupakan refleksi excitatory effects dari estrogen dan

inhibitory effects dari progesteron terhadap ambang serangan.

Hormon steroid dapat menembus blood-brain barrier dengan mudah. Sel-

sel otak dapat dipengaruhi estrogen dan progesteron secara langsung.

Estrogen memudahkan terjadinya serangan dengan cara menu runkan

ambang serangan; progesteron bertindak seperti OAE dengan cara

menaikkan ambang serangan. Estrogen mampu mempengaruhi aksis stres

juga berpengaruh secara langsung terhadap hipokampus dan amigdala.

Estrogen memiliki dua jalur yang berbeda untuk memudahkan terjadinya

serangan.

32

Page 34: epilepsi psikomotor

Terapi Epilepsi adalah sebagai berikut (6,7):

1. Terapi Medikamentosa

Obat anti epilepsi yang bisa dipakai untuk Epilepsi psikomotor :

Phenytoin dosis awal 5-7 mg/KgBB/hari PO, kemudian dilanjutkan dengan

dosis rumatan 5-7 mg/KgBB/hari PO, atau

Carbamazepine dosis awal 5 mg/KgBB/hari PO, kemudian dilanjutkan

dengan dosis rumatan 15-20 mg/KgBB/hari PO

Phenytoin merupakan senyawa hidantoin yang strukturnya mirip dengan

fenobarbital. Phenytoin berupa bubuk kristal dan larut dalam lemak. Phenytoin

merupakan asam lemah dan tidak begitu larut dalam air dengan derajat keasaman

tinggi tetapi larut dalam larutan alkali. Phenytoin merupakan pilihan utama untuk

serangan parsial maupun serangan umum, kecuali mioklonus dan absence. Efektif

untuk status epileptikus, sindrom Lennox-Gestaut, dan sindrom epilepsi pada

anak. Di Indonesia tersedia dalam bentuk pulvis (harganya sangat muah), kapsul

(dengan berbagai merek), dan ampul juga dalam bentuk tablet yang

dikombinasikan dengan fenobarbital.

Phenytoin memblokade gerakan ion di dalam sodium channels selama

proses depolarisasi. Phenytoin menekan aktivitas listrik paroksismal, blokasi

terhadap potensiasi pasca-tetanik, dan mencegah penyebaran serangan epilepsi.

Phenytoin menghambat kalsium dan sekuestrasi kalsium di dalam terminal saraf;

dengan demikian menghambat pelepasan neurotransmiter voltage-dependent di

sinapsis. Phenytoin juga menghambat aksi kalmodulin dan second messenger

system.

33

Page 35: epilepsi psikomotor

Carbamazepine merupakan senyawa trisiklik dan pada awalnya untuk

mengobati neuralgia trigeminal, neuralgia glosofaringeal, dan digunkan pula

sebagai antidepresan. Sejak tahun 1959 digunakan sebagai OAE dan

Carbamazepine obat pilihan pertama yang utama untuk jenis serangan parsial dan

jenis tertentu serangan umum. Carbamazepine tidak efektif untuk jenis serangan

absence, mioklonus, dan akinetik.

Sudah diketahui bahwa Carbamazepine melakukan stabilisasi membran

neuron baik yang pre maupun pascasinaptik dengan cara blokade terhadap saluran

natrium. Mekanisme ini mungkin merupakan hal utama di samping mekanisme

yang lain dalam bentuk blokade terhadap NMDA (N-methyl-D-aspartate) receptor

activated sodium dan blokade terhadap aliran masuknya kalsium ke dalam sel.

Aksi terhadap saluran natrium mengurangi cetusan berulang yang terus-menerus

dari aksi potensial yang merupakan aktivitas epileptik. Ada dugaan

Carbamazepine beraksi terhadap reseptor yang lain, termasuk reseptor-reseptor

purin, monoamin, dan asetilkolin.

2. Terapi Bedah

Akhir-akhir ini terapi bedah menjadi populer, tetapi kita harus tahu manfaat

dan keterbatasannya. Pada permulaan, terapi bedah terutama untuk kasus dimana

pengobatan medikamentosa tidak berhasil dengan baik, apa yang disebut

intractable epilepsi. Terapi bedah dengan hasil terbaik adalah pada sklerosis

hipokampus sepihak. Pada lesiotomi, misalnya serebral disgenesis hasilnya

kurang memuaskan. Demikian juga korpus kalosotomi.

34

Page 36: epilepsi psikomotor

Di dalam prognosis epilepsi terdapat dua hal penting, ialah kesempatan

untuk mencapai remisi serangan serta kemungkinan terjadinya kematian secara

prematur. Data yang lengkap dan teliti tentang kedua hal tadi sangat penting untuk

menentukan terapi secara rasional maupun pemberian penyuluhan ataupun nasihat

secara tepat. Penelitian tentang prognosis epilepsi belum memberi hasil yang pasti

karena masalah metodologi dan adanya fakta bahwa epilepsi merupakan ekspansi

dari sekian banyak sindrom dengan faktor penyebab yang berbeda (5).

Dalam menentukan tingkat keberhasilan terapi epilepsi maka terdapat

beberapa kendala yang menyebabkan hasil penilaian tidak konsisten. Kendala-

kendala tersebut meliputi realibilitas, validitas, komparabilitas, obyektivitas, dan

penentuan titik akhir penilaian (6).

Risiko kematian pada epilepsi masih menjadi bahan perdebatan. Hal ini

disebabkan oleh metodologi yang berbeda serta sebab-sebab kematian pada

epilepsi yang bervariasi sehingga menimbulkan pertanyaan apakah kematian tadi

secara langsung disebabkan oleh epilepsi. Dari suatu penelitian epidemiologik,

frekuensi status epileptikus tiap tahuin di Amerika Serikat berkisar antara

102.000-152.000, dengan 55.000 kematian sebagai akibat dari status epileptikus

(8).

Prognosis: sekitar 40-69% penderita epilepsi psikomotor akan terkontrol

dengan baik (8).

35

Page 37: epilepsi psikomotor

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.

2. Maramis WF. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press, 2005.

3. Rasmun. Keperawatan Kesehatan Kental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga. Jakarta : Fajar Interpratama, 2001.

4. Acharya V, Acharya J, Luders H, Olfactory epilepsy aura. Neurology 1998

Jul;51(1):56-61

5. Foldvary N, Nashold B, Mascha E, Seizures outcome after temporal

lobectomy for temporal lobe epilepsy: a Kaplan-Meier survival analysis.

Neurology 2000 Feb 8;54(3):630-4

6. Gollham R, Kane K, Bryant-Comstock L: A double-blind comparison of

lamotrigine and carbamazepine in newly diagnosed epilepsy with health-

related quality of life as an outcome measure. Seizures 2000;9(6):375-9

7. Harvey AS, Berkovic SF, Wrennall JA: Temporal lobe epilepsy in

childhood, clinical EEG and neuroimaging findings and syndrome

classification in a cohort with new onset seizures. Neurology 1997

Oct;49(4):960-8

8. Tjahjadi, P. Kapita Selekta Neurologi. Edisi dua. In: Gambaran Umum

Mengenai Epilepsi, Gadjah Mada University Press. 2003. Jogjakarta.

P119-133.

36