epilepsi (2)
Transcript of epilepsi (2)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Epilepsi adalah terjadinya dua atau lebih bangkitan kejang tanpa provokasi yang
dipisahkan oleh interval lebih dari 24 jam. Insiden epilepsi pada populasi umum diperkirakan
20-70 per 100.000 orang per tahun, dengan prevalensi 4-10 per 1000 orang. Insidens lebih
tinggi pada anak daripada orang dewasa dan tertinggi pada neonatus. Namun demikian,
kurang dari sepertiga kasus kejang pada anak disebabkan oleh epilepsi.1
Adanya gangguan kejang tidak merupakan diagnosis tetapi gejala suatu gangguan
sistem saraf sentral (SSS) yang mendasari dan memerlukan pengamatan menyeluruh dan
rencana manajemen. Pada kebanyakan anak, etiologi untuk kejang tidak dapat ditentukan,
dan dibuat diagnosis epilepsi idiopatik. Walaupun hasil akhir pada kebanyakan kejang tidak
terkomplikasi pada anak adalah baik, sejumlah kecil mengalami kejang-kejang menetap yang
refrakter terhadap obat, dan ini merupakan tantangan diagnostik dan manajeman. Istilah
kejang dan konvulsi dapat secara tidak benar digunakan secara bergantian dengan epilepsi.
Kejang (konvulsi) didefenisiskan sebagai gangguan fungsi otak tanpa sengaja paroksismal
yang dapat nampak sebagai gangguan atau kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal,
kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi autonom. Beberapa kejang ditandai oleh
gerakan abnormal tanpa kehilangan atau gangguan kesadaran. Epilepsi didefenisikan sebagai
kejang berulang yang tidak terkait dengan demam atau dengan serangan otak akut.2
I.2. TUJUAN
1
I.2.1. TUJUAN
Tujuan penulisan ini adalah membahas secara singkat tentang definisi,
etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan,
prognosis, dan beberapa penelitian mengenai epilepsi.
BAB II
2
EPILEPSI
II.1. DEFINISI
Epilepsi adalah kondisi tubuh yang bermula dari gangguan fungsi otak secara
intermiten yang menyebabkan bangkitan kejang-kejang (seizure) berulang kali yang
disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi. Serangan ialah suatu gejala yang timbulnya tiba-tiba dan menghilang
secara tiba-tiba pula.3.4
II.2. ETIOLOGI3.4
1. Idiopatik; sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik.
2. Faktor herediter; adanya beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai
bangkitan kejang seperti sklerosis tuberosa, neurofibromatosis, angiomatosis
ensefalotrigeminal, fenilketouria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.
3. Faktor genetik; pada kejang demam dan breath holding spells.
4. Kelainan kongenital otak : atrofi, porensefali, agenesis korpus kalosum.
5. Gangguan metabolik : hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia.
6. Infeksi : radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya,
toksoplasmosis.
7. Trauma : kontusio serebri, hematom subaraknoid, hematoma subdural.
8. Neoplasma otak dan selaputnya.
9. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen.
10. Keracunan : timbal (Pb), kamper (kapur barus), fenotiazin, air.
11. Lain-lain : penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon, degenerasi serebral, dan
lain-lain.
II.3. PATOFISIOLOGI
3
Secara umum, epilepsi terjadi karena menurunnya potensial membran sel saraf akibat
proses patologik dalam otak, gaya mekanik atau toksik, yang selanjutnya menyebabkan
terlepasnya muatan listrik dari sel saraf tersebut.3
Pada serangan kejang partial, kelainan hanya terjadi pada satu bagian otak dan pasien
tidak mengalami kehilangan kesadaran. Pada kejang umum, aktifitas abnormal mengenai area
yang luas pada otak secara bilateral dan orang tersebut tidak sadar.5
Beberapa penyelidikan menunjukan peranan asetilkolin sebagai zat yang
merendahkan potensial membran postsinaptik dalam hal terlepasnya muatan listrik yang
terjadi sewaktu-waktu saja sehingga manifestasinya timbul sewaktu-waktu. Bila asetikolin
sudah cukup tertimbun di permukaan otak, maka pelepasan muatan listrik sel-sel saraf kotikal
dipermudah. Asetilkolin diproduksi oleh sel-sel saraf kolinergik dan merembes keluar dari
permukaan otak selama tidur. Pada jejas otak lebih banyak asetilkolin daripada dalam otak
sehat. Pada tumor serebri atau adanya sikatriks setempat pada permukaan otak sebagai gejala
sisa dari meningitis, ensefalitis, kontusio serebri atau trauma jalan lahir, dapat terjadi
penimbunan setempat dari asetilkolin. Oleh karena itu pada tempat itu akan terjadi lepas
muatan listrik sel-sel saraf. Penimbunan asetilkolin setempat harus mencapai konsentrasi
tertentu untuk dapat merendahkan potensial membran sehingga lepas muatan listrik dapat
terjadi. Hal ini merupakan mekanisme fokal yang biasanya simptomatik.3
Pada epilepsi idiopatik, tipe gran mal, secara primer muatan listrik dilepaskan oleh
nuklei intralaminares talami, yang dikenal juga sebagai inti centrecephalic. Inti ini
merupakan terminal dari lintasan asenden aspesifik itu menentukan derajat kesadaran.
Bilamana sama sekali tidak ada input maka timbul koma. Pada gran mal, oleh karena sebab
yang belum dapat dipastikan, terjadilah lepas muatan listrik dari inti-inti intralaminar talamik
secara berlebih. Perangsangan talamokortikal yang berlebihan ini menghasilkan kejang
seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi sel-sel saraf yang memelihara kesadaran menerima
impuls aferen dari dunia luar sehingga kesadaran hilang.3
Hasil penelitian menunjukan bahwa bagian dari substansia retikularis dibagian rostral
dari mesensefalon yang dapat melakukan blokade sejenak terhadap inti-inti intralaminar
talamik sehingga kesadaran hilang sejenak tanpa disertai kejang-kejang pada otot skleletal,
pasien memandang kososng ke satu arah yang dikenal sebagai petit mal.
4
II.4. KLASIFIKASI
Adalah penting untuk mengklasifikasi tipe kejang karena beberapa alasan. Pertama,
tipe kejang dapat memberikan kunci pada penyebab gangguan kejang.Lagipula,
penggambarannya kejang yang tepat dapat memungkinkan suatu dasar yang kuat untuk
membuat prognosis. Anak dengan epilepsi tonik-klonik menyeluruh biasanya dapat dengan
mudah dikendalikan dengan antikonvulsan, sedangkan penderita dengan kejang parsial dapat
berjalan kurang baik. Bayi dengan epilepsi mioklonik benigna mempunyai harapan yang
lebih baik daripada penderita dengan spasme infatil. Demikian juga anak umur sekolah yang
menderita epilepsi parsial beningna dengan gelombang paku sentrotemporal (epilepsi
rolandik) mempunyai prognosis yang sangat baik dan tidak mungkin memerlukan pemberian
antikonvulsan yang lama. Kalsifikasi klinik kejang mungkin sukar karena manifestasi
berbagai tipe kejang mungkin serupa. Misalnya, tanda klinik anak tanpa kejang mungkin
hampir identik dengan tanda klinik penderita lain dengan epilepsi parsial kompleks.
Elektroensefalogram (EEG) merupakan bantuan yang berguna untuk klasifikasi epilepsi
karena berbagai ekspresi kejang pada kelompok ini.4
Klasifikasi internasional kejang epileptik terdiri dari parsial sederhana, kejang-kejang
menyeluruh dan kejang tidak terklarifikasi. Kejang parsial dibagi menjadi kejang parsial
sederhana (motorik, sensoris, autonom, psikik), kejang parsial kompleks (parsial sederhana,
kesadaran terganggu) dan kejang parsial dengan generalisasi sekunder. Kejang-kejang
menyeluruh dapat dibagi menjadi hilang kesadaran, tonik klonik menyeluruh, tonik, klonik,
mioklonik, atonik dan spasme infatil.4
II.5. MANIFESTASI KLINIS
Kejang Parsial Kompleks
Biasanya berlangsung 30 detik hingga 2 menit. Sesudahnya, epileptik akan merasa
lelah atau bingung selama sekitar 15 menit dan akan kembali normal beberapa jam
kemudian.6
5
Semua orang mungkin menderita serangan ini. Orang yang mendapat cedera otak,
infeksi otak, stroke atau tumor otak lebih beresiko, namun kadang tidak ditemukan penyebab
jelasnya.6
Harapan kesembuhan tergantung pada ditemukannya penyebabnya. Epilepsi ini
mungkin dapat dikontrol dengan obat anti-epilepsi atau seiring bertambahnya usia. Jika obat-
obatan tidak efektif, operasi mungkin dilakukan.6
Serangan epilepsi ini biasanya mulai dari daerah kecil di otak bagian temporal lobe
atau frontal lobe. Dengan cepat serangan menyebar ke daerah lain di otak yang mengontrol
kesadaran.6
Sehingga, walaupun epileptik menatap dengan mata terbuka dan melakukan gerakan,
mereka ‘tak ada di sana’. Sesudah symptomnya usai, orang lain mungkin merasa mereka
sedang berkhayal. Penderita epilepsi ini sering tidak menyadari apa yang telah terjadi karena
serangan epilepsi ini menghapus ingatan akan kejadian itu. Kehilangan ingatan seperti ini
bisa menjadi masalah.6
Beberapa jenis serangan ini (biasanya yang dimulai di lobus temporal) mulai dengan
serangan epilepsi simple partial seizure. Serangan semacam ini biasanya dimulai dengan
firasat, seperti perasaan aneh di perut.6
Kemudian orang itu akan kehilangan kesadaran dan menatap nanar. Kebanyakan
epileptik menggerakkan bibirnya, memegang udara atau bajunya, atau melakukan gerakan tak
berguna. Gerakan-gerakan ini disebut automatism.6
Sesekali, epileptik mengulangi kata-kata atau kalimat, tertawa, menjerit atau
menangis. Ada pula yang melakukan gerakan berbahaya atau memalukan, misalnya berjalan
ke jalan atau melepas pakaian. Epileptik dengan tipe epilepsi seperti ini harus melakukan
langkah pencegahan.6
Serangan complex partial yang dimulai di lobus frontal umumnya lebih pendek
dibandingkan yang bermula di lobus temporal. Epileptik juga lebih mungkin melakukan
automatisms seperti gerakan kaki bersepeda atau menggoyangkan pinggung. Beberapa
serangan complex partial berlanjut ke serangan secondarily generalized seizures.6
Kejang Parsial Sederhana
6
Lama serangan biasanya kurang dari 2 menit. Kondisi medis, seperti masalah perut
dan saraf terjepit dapat menimbulkan simpton serupa. Halusinasi akibat kondisi mental atau
penggunaan obat-obatan tertentu juga mungkin. Symptom deja vu juga umum dirasakan
orang.6
Dokter sering membagi simple partial seizures menjadi 4 kategori tergantung jenis
symptom yang dirasakan:
- Motor seizures:
Serangan epilepsi mengakibatkan perubahan aktifitas otot. Misalnya, jari gemetar,
atau bagian tubuh yang menegang. Gerakan ini dapat menyebar baik di satu sisi maupun
kedua sisi tubuh. Otot mungkin juga melemah yang mengakibatkan kesulitan berbicara dan
melakukan gerakan seperti tertawa atau gerakan tangan yang tak dapat dikontrol. Orang itu
belum tentu menyadari gerakannya.6
- Sensory seizures:
Serangan ini mengakibatkan perubahan dalam indera seseorang. Epileptik mungkin
merasakan rasa atau bau yang tidak ada, mendengar suara klik, kring, atau suara manusia;
dan merasakan sensasi ditusuk jarum atau kebas.6
Serangan ini tidak nyaman bagi penderita. Mereka terkadang merasa mengapung atau
berputar di udara. Kadang mereka melihat halusinasi visual, misalnya melihat benda yang
tidak ada (cahaya lampu, pemandangan, orang).6
Mereka juga mungkin merasakan ilusi, misalnya mobil parkir yang terlihat menjauh,
atau suara orang yang seperti dibekap.6
- Autonomic seizures:
Serangan ini menyebabkan bagian otak yang mengontrol gerakan otomatis tubuh
berubah. Dapat menimbulkan sensasi aneh atau tak nyaman di perut, dada dan kepala;
perubahan kecepatan detak jantung dan pernafasan, berkeringat, dan berdiri bulu roma.6
- Psychic seizures:
7
Serangan epilepsi ini mengubah cara seseorang berpikir, merasa dan mengalami
sesuatu. Mereka sering menghadapi masalah ingatan, berbicara tidak jelas, dan tidak mampu
mencari kata yang tepat, dan tidak mampu memahami kalimat.6
Mereka tiba-tiba merasakan emosi seperti ketakutan, depresi dan kebahagiaan tanpa
sebab yang jelas. Beberapa orang merasa seperti diluar tubuh dan merasakan déja vu (“aku
pernah mengalami ini”) atau jamais vu (“Ini sepertinya pengalaman baru tapi sepertinya
setting ini sudah kukenal”).6
Kejang-Kejang Menyeluruh
- Tonik Klonik
Biasanya 1-3 menit. Jika serangan berlangsung lebih dari 5 menit, cepat minta
bantuan medis. Jika serangan berlangsung lebih dari 30 menit atau tiga serangan beruntun
tanpa jeda yang normal diantaranya, ini mungkin adalah kondisi yang serius bernama
convulsive status epilepticus yang memerlukan bantuan medis darurat. Sebagian anak-anak
sembuh.6
Seringkali tonic-clonic seizure dapat dikontrol dengan obat anti-epilepsi. Pasien yang
telah terbebas dari serangan selama 1-2 tahun selama mengkonsumsi obat anti-epilepsi akan
tetap sembuh setelah pengobatan dihentikan secara perlahan.6
Resiko apakah seseorang akan lebih sering mendapat serangan tergantung dari banyak
faktor, seperti apakah hasil EEG-nya menunjukkan gelombang epilepsi atau apakah dokter
menemukan keganjilan dalam tes saraf.6
Sekitar 70% dari anak-anak tanpa gelombang epilepsi dan tes saraf normal akan tetap
sembuh tanpa obat-obatan. Akan tetapi hanya 30% anak-anak dengan gelombang epilepsi dan
keganjilan dalam tes saraf yang akan tetap sembuh tanpa obat-obatan.6
Tipe serangan epilepsi ini yang paling umum orang bayangkan ketika mereka
mendengar kata epilepsi. Tipe serangan ini juga disebut grand mal. Ketika mendapat
serangan, seluruh otot mengeras. Udara dipaksa keluar dari pita suara sehingga menimbulkan
bunyi seperti menangis atau mengerang. Penderita akan kehilangan kesadaran dan jatuh ke
lantai. Lidah atau pipinya mungkin akan tergigit sehingga mungkin mengeluarkan darah
bercampur ludah. Wajahnya akan sedikit membiru. Sesudah fase tonic seizure, fase clonic
seizure mulai: tangan dan seringkali juga kaki mulai menyentak dengan ritme cepat. Siku,
8
pinggang dan lutut akan mengencang dan mengendur. Sesudah beberapa menit, sentakan
melambat dan berhenti. Dalam proses relaksasi ini, kontrol akan kantung kemih atau isi perut
mungkin akan hilang. Kesadaran perlahan-lahan pulih dan orang itu mungkin akan merasa
pusing, bingung, gelisah dan depresi.6
- Klonik
Lama serangan tak tentu. Clonus "(KLOH-NUS) berarti cepat kontraksi dan relaksasi
otot. Klonik (KLON-ik) serangan yang jarang terjadi. Clonic seizures tidaklah umum.
Mereka dapat terjadi pada usia berapapun, termasuk pada bayi yang baru lahir. Clonic
seizures yang singkat dan jarang pada bayi biasanya menghilang dengan sendirinya. Jenis
lain mungkin membutuhkan pengobatan yang panjang.6
- Tonik
Lama serangan biasanya kurang dari 20 detik. Serangan ini seringkali menyerang
orang dengan sindrom epilepsi Lennox-Gastaut, tetapi sebenarnya mereka dapat
terjadi pada siapa saja. Tonic seizures dalam sindrom Lennox-Gastaut seringkali
semakin lama semakin sulit dikontrol. Akan tetapi, sebagian pasien juga mendapatkan
hasil yang positif. Tonic seizures sering terjadi pada waktu tidur. Biasanya serangan
ini terjadi pada kedua sisi tubuh karena melibatkan seluruh atau sebagian besar otak.6
- Atonik
Lama serangan kurang dari 15 detik. Atonic seizures biasanya mulai di masa
kanak-kanak. Penderitanya biasanya tetap sadar.Atonic berarti otot yang kehilangan
tenaga. Efeknya bisa berupa kelopak mata yang tertutup, kepala yang mengangguk,
lepasnya genggaman, atau jatuhnya seseorang. Sehingga serangan epilepsi ini sering
disebut serangan jatuh (drop attack).6
- Mioklonik
Serangan ini biasanya berupa sentakan mendadak yang berlangsung 1 – 2 detik.
Kadang terjadi hanya sekali, tapi terkadang juga beruntun.Serangan ini biasanya
mulai terjadi sejak kecil, tapi dapat pula terjadi pada usia berapa pun. Ciri-ciri lain
tergantung dari tipe serangan.6
9
Myoclonic seizures sangat singkat, seperti sentakan dadakan yang terjadi di otot.
Bahkan orang-orang tanpa epilepsi pun kadang mengalami serangan sentakan yang
kadang membangunkan orang ketika mereka tertidur. Ini normal. Dalam epilepsi,
myoclonic seizures biasanya menyebabkan gerakan tidak normal di kedua sisi tubuh
pada saat yang sama. Mereka terjadi di berbagai sindrom epilepsi dengan karakter
yang berbeda:
1. Juvenile myoclonic epilepsy: Serangan biasanya terjadi di daerah leher, pundak dan
tangan bagian atas. Kebanyakan penderita mendapat serangan ketika baru bangun
tidur. Serangan ini biasanya mulai terjadi pada orang-orang dengan kecerdasan
normal ketika masa puber atau masa awal kedewasaan. Umumnya serangan ini dapat
dikontrol dengan baik dengan obat-obatan yang dikonsumsi seumur hidup.6
2. Lennox-Gastaut syndrome: Sindrom ini tidak umum dan biasanya melibatkan
serangan tipe lainnya. Sindrom ini biasa terjadi sejak masa kanak-kanak. Serangan
biasanya terjadi di daerah leher, pundak dan tangan bagian atas dan wajah. Mereka
biasanya cukup dahsyat dan sulit dikontrol.6
3. Progressive myoclonic epilepsy: Sindrom langka ini mengkombinasikan myoclonic
seizures dengan and tonic-clonic seizures. Pengobatan biasanya tidak terlalu sukses
dalam jangka panjang karena keadaan pasien terus memburuk sejalan dengan waktu.6
- Spasme Infatil
Biasanya mulai antara umur 4 dan 8 bulan dan ditandai dengan kontraksi leher simetris
singkat pada leher, badan dan tungkai. Ada tiga tipe, yaitu :2
1. Spasme fleksor
Fleksi mendadak leher, lengan dan kaki pada tungkai.
2. Spasme ekstensor
Menghasilkan ekstensi badan dan tungkai.
3. Spasme infatil campuran
Spasme infatil secara khas dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu :2
1. Kriptogenik
10
Tidak banyak mengalami peristiwa dalam kehamilan dan riwayat kelahiran juga tanda
perkembangan normal sebelum mulainya kejang. Pemeriksaan neurologis dan CT-
scan kepala normal.
2. Bergejala
Terkait secara langsung dengan beberapa faktor pranatal, perinatal, dan paskanatal.
Kejang Tidak Terklasifikasikan
Termasuk golongan ini adalah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang
ritmik, menguyah-ngunyah, gerakan seperti berenang, mengigil atau pernapasan mendadak
berhenti sementara.
II.6.DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis merupakan kunci diagnosis epilepsi. Sebaiknya keterangan diperoleh dari orang
yang telah beberapa kali menyaksikan kejang yang dialami pasien. Jika pasien cukup umur,
hendaknya juga dilakukan autoanamnesis. Hal-hal yang perlu ditanyakan meliputi :1
Adanya kejang; apakah pasien memang benar kejang?
Jenis kejang; apa yang dialami atau yang dilakukan pasien selama kejang? Bilamana
mungkin, orang yang menyaksikan kejang diminta untuk menirukannya. Dalam hal
kejang parsial atau fokal, keterangan tentang bagian tubuh yang mengurangi kejang
membantu menemukan fokus awitan kejang di otak.
Kesadaran elama kejang dan ingatan pasien akan kejadian kejang.
Lamanya kejang.
Keadaan pasien sesudah kejang dan waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke
keadaan semula.
Frekuensi kejang dan riwayat kejang sebelumnya.
11
Adanya faktor pencetus, kejang yang tergolong epilepsi tidak didahului faktor
pencetus.
Saat terjadinya kejang, seringkali kejang epileptik terjadi pada dini hari atau saat
pasien bangun tidur.
Adanya aura, misalnya berupa rasa takut, mati rasa atau kesemutan pada jari atau
cahaya terang pada satu lapang pandang. Jika tidak ada aura, biasanya pasien tidak
dapat mengingat apaun dari kejadian kejang.
Adanya masa prodromal yang ditandai dengan rasa tidak enak badan, iritabilitas,
perubahan mood, nyeri kepala atau perubahan kepribadian. Masa prodromal dapat
berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa hari sebelum terjadinya aura dan
kejang.
Jika ada, terapi antiepileptik sebelumnya, dosis dan jenis obat yang didapat, serta
respon terhadap terapi tersebut.
Riwyat tumbuh kembang anak.
Gejala lain yang menyertai, misalnya muntah atau demam. Penting ditanyakan untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebab kejang lainnya.
Adanya riwayat epilepsi pada keluarga.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan neurologi lengkap, ditunjukkan terutama untuk
menyingkirkan penyebab kejang lainnya dan mendiagnosis adanya sindrom epilepsi. Hal-
hal yang perlu diperhatikan meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda rangsang
meningeal, dan tanda peningkatan tekanan intrakranial.1
Pemeriksaan Penunjang1
Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai kebutuhan atas dasar anamnesis dan
pemeriksaan klinis, ditunjukan untuk menyingkirkan adanya penyebab kejang
12
ekstrakranial. Pemeriksaan yang dilakukan dapat meliputi darah tepi lengkap, gula
darah, elektrolit, kalsium serum dan BUN. Pemeriksaan kadar obat antikonvulsan
mungkin perlu pada kecurigaan ketidakpatuhan pasien terhadap regimen pengobatan.
Elektrosefalografi (EEG) mutlak diperlukan pada setiap kasus yang dicurigai sebagai
epilepsi. EEG bermanfaat dalam menentukan jenis epilepsi dan prognosisnya.
Pungsi lumbal dilakukan bila dicurigai adanya infeksi susunan saraf pusat.
Pemeriksaan pencitraan berupa CT scan atau MRI kepala dilakukan bila dicurigai
adanya trauma kepala, lesi struktural otak atau peningkatan tekanan intrakranial.
II.7.PENATAlAKSANAAN
Medikamentosa
Langkah pertama pada manajemen epilepsi adalah untuk memastikan bahwa
penderita menderita gangguan kejang dan bukan keadaan yang menyerupai epilepsi. Kadang-
kadang sukar untuk menetukan etiologi kejadian paroksismal pada anak normal. Hasil
negatif pada pemeriksaan neurologis dan EEG biasanya mendukung pendekatan pengawasan
menunggu bukannya pemberian antikonvulsan. Penyebab yang sebenarnya gangguan
paroksismal akhirnya menjadi jelas. Walaupun tidak ada kesepakatan yang seragam,
kebanyakan akan setuju bahwa antiepileptik harus dihentikan dari anak yang sebelumnya
sehat dengan konvulsi kejang demam pertama jika riwayat keluarga negatif, pemeriksaan dan
EEG normal, dan keluarga bekerjasama. Sekitar 70% anak ini tidak akan mengalami konvulsi
lain. Kejang berulang, terutama jika kejang terjadi sangat dekat dengan kejang pertama
merupakan suatu indikasi untuk memulai antikonvulsan.2
Langkah kedua meliputi pilihan antikonvulsan. Obat pilihan tergantung pada
klasifikasi kejang, ditentukan dengan riwayat dan temuan EEG. Tujuan untuk setiap
penderita seharusnya penggunaannya hanya satu obat dengan kemungkinan efek samping
yang paling kecil untuk mengendalikan kejang. Obatnya secara bertahap dinaikan sampai
pengendalian kejang dicapai atau sampai efek samping yang tidak diinginkan. Kadar
antikonvulsan serum anak harus dipantau selama stadium ini, dan dosis harus diubah
karenanya.2
13
Antikonvulsan yang diperkenalkan selama masa anak mungkin diperlukan selama
remaja dan tahun-tahun subur. Sayangnya beberapa antikonvulsan termasuk fenitoin, asam
valvproat, karbamazepin, dan pirimidon disertai dengan defek lahir tertentu, termasuk
anomali wajah dan tungkai serta disrafisme spinal. Perdebatan berlanjut mengenai apakah
pengaruh teratogenik akibat epilepsi ibu atau obat antikonvulsan. Meskipun demikian, dokter
anak harus menasehati keluarga mengenai kemungkinan hubungannya dan harus
menghindari resep antikonvulsan pada penderita hamil kecuali kalau betul-betul diperlukan.2
Jika pengendalian kejang total dicapai dengan antikonvulsan, minimum dua tahun
bebas kejang merupakan masa pengobatan cukup dan aman pada penderita tanpa faktor
risiko. Faktor risiko yang menonjol adalah umur yang lebih tua dari 12 tahun pada saat mulai,
disfungsi neurologis (cacat motorik atau retardasi mental), riwayat kejang neonatus
sebelumnya, dan lebih dari 21 kejang sebelum mulai terapi antikonvulsan. Pada anak dengan
pengendalian kejang total selama minimum 2 tahun dan faktor risiko yang rendah, peluang
kambuh adalah 20-25%, terutama selama 6 bulan pertama setelah penghentian antikonvulsan.
Bila keputusan dibuat untuk menghentikan obat, proses penyapihan harus terjadi selama 3-6
bulan, karena penghentian mendadak dapat menyebabkan status epileptikus.2
Penderita epilepsi semestinya menggunakan obat-obatan yang sesuai dengan jenis
kejang-kejangnya.8
Untuk epilepsi petit mal atau epilepsi dengan serangan singkat tapi terjadi selama
berhari-hari, penelitian menemukan bahwa salah satu obat yang paling efektif dengan efek
samping paling kecil adalah obat tua Ethosuximide.8.9
Ketika epilepsi petit mal kumat, penderita epilepsi tidak menyadari apa yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Kaki dan tangannya kejang-kejang, tatapan mata lurus tanpa ada
respons ketika diajak komunikasi. Tapi ketika sudah sadar, penderita bisa menjalankankan
aktivitasnya lagi seolah-olah tidak pernah ada serangan karena tidak menyadarinya.9
Seperti dilansir dari Indiavision, Rabu (17/3/2010), penelitian terbaru oleh OHSU
Children’s Hospital Doernbecher menunjukkan bahwa salah satu obat anti-kejang (epilepsi)
tertua yaitu ethosuximide, merupakan obat paling efektif untuk anak-anak epilepsi.9.10
OHSU adalah salah satu dari 32 pusat pediatrik epilepsi terlengkap yang dipilih untuk
berpartisipasi dalam sidang ini sebagai patokan dalam kelompok studi NIH Childhood
Absence Epilepsy Study Group.9
14
Peneliti melakukan perbandingan tiga tipe obat yang biasa digunakan untuk
mengobati sindrom epilepsi yang sering terjadi pada anak-anak atau yang disebut childhood
absence epilepsy.9.10
Kelompok studi mendaftarkan 453 anak yang baru didiagnosa epilepsi dari Juli 2004
hingga Oktober 2007. Peserta penelitian secara acak diberikan ethosuximide, asam valproic
atau lamotrigine. Dosis obat secara bertahap meningkat sampai anak itu bebas dari kejang.9
Setelah 16 minggu terapi, para peneliti menemukan bahwa ethosuximide dan asam
valproic secara signifikan lebih efektif daripada lamotrigine dalam mengendalikan kejang,
tanpa efek samping tak tertahankan. Tapi ethosuximide memberikan efek samping paling
sedikit dibanding yang lain.9.10
Sebelum studi yang hasil awalnya telah diterbitkan di New England Journal of
Medicine pekan lalu, tidak ada bukti definitif tentang obat yang bekerja lebih baik. Menurut
Colin Roberts, MD, kepala peneliti OHSU Doernbecher, asisten profesor pediatri dan
neurologi, dan juga direktur OHSU Doernbecher’s Pediatric Epilepsy Program, kajian ini
merupakan langkah penting dalam pemahaman tentang epilepsi pada anak.9
“Belum pernah terjadi sebelumnya kita mendapatkan dokumen sedemikian
komprehensif, metode ilmiah pilihan yang terbaik untuk mengobati anak-anak dengan
kondisi ini,” katanya.9
1. Ethosuximide (Zarontin) (kapsul 250 mg atau 250 mg per 5 ml sirup)
Pediatric Min/Max Dose: 15.0mg/kg/40.0mg/kg
Efek samping : nyeri perut dengan kram, anoreksia, ataksia, pusing, mengantuk,
Headache Disorder, cegukan, mual, Stevens-Johnson Syndrome, Sistemic Lupus
Eritematosus, muntah.
Kontraindikasi : darah diskrasia, penyakit Hati, ide bunuh diri, Lupus Eritematosus .
2. Asam valproat (Depakote) (25-mg kapsul atau dosis 125-mg taburan)
Pediatric Min / Max Dose: 10.0mg/kg/60.0mg/kg
Indikasi : epilepsi, epilepsi dengan kejang multiple, atipik, kompleks-parsial,, manic bipolar, tonik klonik
15
Pediatric Kontraindikasi relatif: hepatotoksisitas fatal dan pankreatitis.
Kehamilan
Tidak disarankan : digunakan pada trimester pertama.
Efek samping : nyeri perut dengan kram, alopesia, anoreksia, diare, pusing,
mengantuk, dispepsia, infeksi, insomnia, haid tidak teratur, mual, faringitis, tinitus,
muntah, Weight Gain, Weight Loss.
Kontraindikasi : pankreatitis akut, defisiensi Lyase Arginosuccinate, defisiensi
sintetase Carbamyl Fosfat, pankreatitis kronis, Citrullinemia, penyakit hati, defisiensi
Carbamyltransferase Ornithine, kehamilan, racun asam valproik.
3. Lamotrigin (Lamictal) (5-mg dan 25-mg tablet kunyah atau tablet 25 mg)
Indikasi : kelainan bipolar yang remisi, epilepsi kompleks-parsial, Lennox-Gastaut,
epilepsi simpel-parsial, kejang tonik klonik.
Kontaindikasi untuk anak <2 tahun dan ibu hamil
Efek samping : Ataxia, Blurred Vision, Chest Pain, Diplopia, Disorder of the
Digestive System, Dizziness, Drowsy, Headache Disorder, Nausea, Rhinitis, Skin
Rash, Vomiting.
Operasi
Operasi pengangkatan bagian otak yang menyebabkan epilepsi telah dikembangkan
selama 50 tahun dan terima dunia medis sebagai salah satu jenis pengobatan epilepsi, jika
obat-obatan gagal mencegah terjadinya serangan epilepsi.9
Dengan berkembangkan teknik operasi dan teknik identifikasi sumber epilepsi pada
otak, tingkat keberhasilan operasi-operasi ini meningkat secara signifikan. Tentu saja, setiap
prosedur operasi mengandung resiko masing-masing.9
Diskusi dengan dokter sangat penting untuk menentukan apakah ini dapat menjadi
jenis pengobatan yang tepat.9
16
[Di Indonesia, Dr Zainal Muttaqin mempelopori operasi untuk pengobatan epilepsi. Beberapa
rekan di Facebook Epilepsi Indonesia bertestimoni tentang kesembuhan atau berkurangnya
epilepsi mereka. Dokter Epilepsi]9
.
Stimulasi Saraf Vagus
Stimulasi saraf vagus adalah pengobatan dengan menyalurkan hantaran listrik pendek
yang diarahkan ke otak melalui saraf vagus, yaitu saraf besar di leher. Energi listrik
dihasilkan oleh baterai seukuran koin. Alat ini biasanya dipasang dibawah kulit di daerah
dada. Efektifitas stimulasi ini masih diselidiki.9
.
Diet Ketogenik
Diet ketogenik adalah pola makan tinggi lemak dan rendah karbohidrat. Pola makan
ini membuat tubuh menghasilkan energi dengan membakar lemak, dan bukan membakar
glukosa.9
Studi menunjukkan bahwa pola makan ini membantu 2 dari 3 anak yang
menggunakan pola makan ini. Satu dari 3 anak terbebas dari serangan epilepsi.9
Edukasi1
Mengenai penyakit dan pengobatannya, termasuk kepatuhan minum obat dan efek
samping obat.
Mengenai fungsi kehidupan sehari-hari.
Pasien dapat beraktivitas normal seperti anak-anak lain seusianya termasuk olahraga.
Pada aktivitas fisik tertentu, seperti berenang sebaiknya ditemenani orang lain.
Aktivitas fisik yang ekstrem, kurang tidur, stres psikis sebaiknya dihindari.
II.8. PROGNOSIS
17
Prognosis epilepsi bergantung pada beberapa hal, di antaranya jenis epilepsi factor
penyebab, saat pengobatan dimulai, dan ketaatan minum obat. Pada umumnya prognosis
epilepsi cukup menggembirakan. Pada 50-70% penderita epilepsi serangan dapat dicegah
dengan obat-obat, sedangkan sekitar 50 % pada suatu waktu akan dapat berhenti minum obat.
Serangan epilepsi primer, baik yang bersifat kejang umum maupun serangan lena atau
melamun atau absence mempunyai prognosis terbaik. Sebaliknya epilepsi yang serangan
pertamanya mulai pada usia 3 tahun atau yang disertai kelainan neurologik dan atau retardasi
mental mempunyai prognosis relative jelek.9
II.9. BEBERAPA PENELITIAN TENTANG EPILEPSI
1. FDA Warns of Aseptic Meningitis Risk With Lamotrigine
2 Agustus 2010 - The US Food and Drug Administration (FDA) memperingatkan
bahwa lamotrigin (Lamictal, GlaxoSmithKline), yang disetujui untuk pengobatan epilepsi
pada anak-anak 2 tahun dan untuk yang lebih tua dan gangguan bipolar pada orang dewasa,
dapat menyebabkan meningitis aseptis.7
Keputusan untuk merevisi label lamotrigin berdasarkan penelaahan laporan FDA
adverse event yang disampaikan antara bulan Desember 1994, ketika pertama kali disetujui,
dan November 2009. Sebanyak 40 kasus meningitis aseptik telah diidentifikasi dari dua anak
dan pasien dewasa yang memakai obat tersebut. Selama periode yang sama, diperkirakan
lebih dari 46.000.000 resep itu ditiadakan. 7
Di antara 40 kasus, sakit kepala, demam, mual, muntah, kekakuan nuchae, ruam,
fotofobia dan mialgia telah dicatat dicatatan FDA. Gejala terjadi 1-42 hari setelah mulai
meminum obat, dengan rata-rata 16 hari. Ada 1 melaporkan kematian, meskipun kematian
tidak dianggap sebagai hasil dari meningitis aseptis. Tiga puluh lima dari 40 pasien harus
dirawat inap. 7
Beberapa kasus melaporkan dari 25 data, terdapat temuan pada cerebrospinal fluid
(CSF). Analisis CSF menunjukkan pleocytosis ringan sampai sedang, kadar glukosa normal,
dan ringan. Selain itu, cairan tulang punggung ke otak perbedaan jumlah sel darah putih
menunjukkan dominasi neutrofil dalam banyak kasus, meskipun limfosit mendominasi. 7
18
"Aseptik meningitis adalah efek samping yang jarang tetapi serius pada penggunaan
Lamictal," kata Russell Katz, MD, direktur Divisi Neurology Produk di FDA Pusat Evaluasi
dan Penelitian Obat, dalam siaran pers. "Pasien yang mengalami gejala harus berkonsultasi
dengan profesional kesehatan mereka dengan segera." Lamotrigin dijual sebagai tablet
(Lamictal ODT), tablet, kunyah Dispersible (Lamictal CD), dan sebagai produk rilis
diperpanjang (Lamictal XR). 7
2. Ketogenic Diet Has No Major Long-Term Adverse Effects
24 Februari 2010 setelah menghentikan diet ketogenic (KD), sebagian besar keluarga
menyesalan tentang anak mereka yang mendapat diet tinggi lemak untuk mengontrol gejala
epilepsi.7
"Sebelumnya, ketika orang tua ditanya apakah anak mereka akan terkena serangan
jantung, jawaban saya adalah" Saya tidak berpikir begitu, '"Dr Kossoff kata Medscape
Neurology. "Sekarang," Aku cukup yakin mereka tidak akan. "7
Dalam KD, lemak, termasuk makanan seperti krim, mentega, minyak, mayones, dan
daging tinggi lemak, membentuk 90% dari kalori, dengan protein dan beberapa karbohidrat
yang membentuk sisanya. diet itu mungkin bekerja melalui beberapa mekanisme untuk
memicu perubahan biokimia untuk menghilangkan kejang, kata Dr Kossoff. 7
Untuk penelitian ini, peneliti mengevaluasi efek dari diet sampai 14 tahun setelah
penghentian nya (waktu rata-rata, 6 tahun) pada anak dengan epilepsi berat. Mereka termasuk
dalam analisis ini adalah pasien yang telah diobati dengan diet selama paling sedikit 1 bulan
dan telah dihentikan selama minimal 6 bulan. 7
Data diambil dari 101 kuesioner diisi oleh orang tua atau pasien sendiri. Para pasien
saat ini memiliki usia rata-rata 13 tahun dan mewakili semua jenis epilepsi (62% mengalami
gejala epilepsi umum). 7
Dari 25 keluarga yang memberikan hasil hati dan tes fungsi ginjal, tidak memiliki
hasil tes abnormal. Pada 26 pasien yang telah kolesterol mereka diuji, tingkat rata-rata adalah
157 mg / dL, dengan 3 pasien memiliki tingkat abnormal. Temuan ini menegaskan bahwa
meskipun tingkat kolesterol pada umumnya meningkat selama periode pasien berada di diet,
mereka kembali normal sesudahnya. 7
19
Tak satu pun dari orang tua menanggapi survei melaporkan infark miokard,
aterosklerosis, penyakit jantung koroner, atau kardiomiopati. Dua pasien melaporkan batu
ginjal, 8 mengalami patah tulang, dan 8 berpenyakit lanjut, termasuk berbagai infeksi karena
menghentikan KD itu. 7
Pada saat penghentian KD, 31 (31%) adalah kejang bebas, 16 (16%) memiliki 90%
sampai 99% pengurangan kejang, 12 (12%) memiliki 50% sampai 90% pengurangan kejang,
dan 42% memiliki kurang dari 50% kejang kontrol. 7
Pada saat survei, 37 dilaporkan menjadi kejang bebas, 16 telah 90% menjadi 99%
kejang terkontrol, 25 memiliki 50% sampai 90% kejang terkontrol dan 21 mengalami
perbaikan kurang dari 50%, 2 responden tidak menanggapi pertanyaan ini . 7
Dari 98 yang menjawab pertanyaan tersebut, 94 (96%) mengatakan mereka akan
merekomendasikan KD untuk keluarga lainnya. Tapi ketika tanya apakah mereka akan
mencoba diet sebagai intervensi lini pertama, sebelum anticonvulsants, jika diberi pilihan
lagi, hanya 54 (54%) setuju. 47 orang tua yang tidak akan menggunakan KD sebagai
pengobatan lini pertama ditanya berapa banyak anticonvulsants mereka akan mencoba
sebelum memulai KD; untuk 34 yang menanggapi, jumlah rata-rata adalah 3.
"Kami terkejut bahwa setengah hanya akan mencoba KD sebagai terapi lini pertama,
terutama mengingat respons mereka kadang-kadang dramatis," tulis penulis penelitian.
Kenyamanan mungkin obat antikonvulsi 1 faktor yang mempengaruhi keputusan ini, kata Dr
Kossoff. 7
3. Leucine-Rich Repeat Genes Associated With Autism Spectrum Disorders
31 Maret 2010 - Para ilmuwan telah mengumumkan identifikasi dari 2 gen yang
terkait dengan kerentanan terhadap gangguan spektrum autisme (ASDs). 7
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf kompleks yang sekarang dikenal
sebagai sangat diwariskan, walaupun manifestasi bervariasi. ASDs termasuk autisme tidak
hanya tetapi juga Sindrom Asperger dan gangguan perkembangan. Gejala biasanya diakui
sebelum anak-anak berusia 3 tahun dan 4 kali didiagnosis pada anak laki-laki lebih banyak
dari perempuan. 7
20
Penelitian ini, diterbitkan Maret online 25 di Molekular autism, adalah upaya
kolaborasi antara para ilmuwan di Wellcome Trust Pusat Genetika Manusia di Britania Raya
dan rekan di Belanda, Jerman, dan Italia. 7
Peserta penelitian adalah 661 keluarga dari warisan Eropa putih dipilih dari 4
kelompok ASD: 439 Inggris terutama keluarga berpartisipasi dalam genetika molekular
Internasional Studi autism Konsorsium, 85 Italia dan 30 keluarga Jerman diperoleh melalui
konsorsium yang sama, dan 107 keluarga dari Belanda. Studi Populasi total terdiri dari 2758
individu. 7
Karena ASDs melibatkan gangguan perkembangan syaraf, peneliti fokus pada gen
coding untuk mengulang protein kaya leusin (LRR), yang sangat disajikan dalam sistem saraf
dan terlibat dalam pengembangannya. 7
"Menurut beberapa makalah, [LRR protein] terlibat dalam berbagai fungsi biologis
seperti interaksi hormon-reseptor, adhesi sel dan perdagangan, pengembangan sistem saraf
(terutama sel saraf dan rute migrasi akson), polarisasi sel, apoptosis, dan regulasi gen
ekspresi, "kata Ines Sousa pertama penulis, mahasiswa PhD, Wellcome Trust Pusat Genetika
Manusia, Universitas Oxford, Inggris, melalui email ke Medscape Neurology.7
"Mutasi pada gen LRR telah dikaitkan dengan penyakit yang berbeda (seperti epilepsi
temporal turun-temurun lateral, kebutaan X-linked malam stasioner bawaan, dan penyakit
Parkinson), yang membuat mereka bahkan lebih menarik untuk belajar," tambah Ms Sousa,
mencatat bahwa asosiasi penelitian terbaru menyarankan bahwa varian genomewide LRR
mungkin terlibat dalam ASD. 7
4. Pertussis Vaccination Triggers Dravet Syndrome in Predisposed Children
5 Mei 2010 - vaksinasi pertusis dapat memicu terjadinya sindrom Dravet awal pada
anak-anak yang ditakdirkan untuk mengembangkan penyakit ini karena mereka memiliki
kelainan genetik.7
Dravet sindrom, juga dikenal sebagai epilepsi myoctonic berat bayi, ditandai dengan
serangan yang dimulai sekitar 6 bulan usia dan cacat intelektual yang dimulai dari tahun
kedua kehidupan. Sekitar 70% sampai 80% dari anak-anak dengan sindrom Dravet memiliki
mutasi pada gen untuk saluran natrium SCN1A. 7
21
"Di antara anak-anak, difteri [pertusis, dan tetanus (DPT)] vaksinasi tampaknya
terkait dengan mulai sedikit lebih awal dari gangguan dalam beberapa kasus," penulis utama
dari studi, Anne McIntosh, MD, dari Pusat Penelitian Epilepsi , University of Melbourne,
Victoria, Australia, mengatakan kepada Medscape Neurology. 7
"Namun, kedekatan dengan vaksinasi tidak mempengaruhi hasil untuk anak-anak, dan
tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksinasi DPT harus ditahan. Pada kenyataannya,
bahkan jika vaksinasi ini diberikan, hal ini sangat tidak mungkin ini akan mencegah
terjadinya gangguan tersebut, mengingat adanya sebuah gen yang menyebabkan sindrom
Dravet, "tambahnya.7
Pertusis vaksinasi telah diduga menyebabkan ensefalopati yang melibatkan kejang
dan cacat intelektual selanjutnya, dan link ini yang diusulkan telah menyebabkan beberapa
orang tua untuk menolak vaksinasi untuk anak-anak mereka. 7
Dalam karya sebelumnya, para peneliti menemukan bahwa 11 dari 14 pasien yang
mengembangkan vaksin ensefalopati ternyata memiliki sindrom Dravet, yang terkait dengan
mutasi gen SCN1A. 7
Para peneliti melakukan studi saat ini untuk menetapkan apakah asosiasi yang jelas
antara vaksinasi DTP dan sindrom Dravet adalah hasil dari bias mengingat dan, jika tidak,
apakah vaksinasi mempengaruhi onset atau hasil klinis dari gangguan ini. 7
"Cerita tentang anak-anak yang sehat dan kemudian berkembang kejang parah dan
kerusakan otak setelah vaksinasi merupakan sumber dimengerti kegelisahan bagi orang tua,"
kata Dr McIntosh. "Apa yang menunjukkan penelitian ini adalah bahwa dalam beberapa dari
anak-anak, vaksin DPT bisa memicu timbulnya sindrom Dravet pada waktu sedikit lebih
awal. Namun, ini bukan alasan untuk menahan atau menunda vaksinasi." 7
"Pesan penting dan bukti-bukti ilmiah lainnya adalah bahwa vaksinasi dapat terjadi
sekitar saat yang sama beberapa gangguan parah menjadi jelas, tetapi bukan vaksinasi itu
sendiri yang menyebabkan gangguan ini. Bahkan, vaksin merupakan cara yang relatif aman
untuk mencegah jenis penyakit anak-anak yang dapat memiliki konsekuensi yang sangat
parah. Dalam kasus anak-anak yang memiliki kelainan genetik, Dravet sindrom akan
dikembangkan puDalam editorial yang menyertai, Max Wiznitzer, MD, dari Rainbow Babies
& Childrens Hospital dan Case Western Reserve University, Cleveland, Ohio, mengatakan
22
Medscape Neurology: "Ini adalah meyakinkan bahwa, untuk anak-anak dengan sindrom
Dravet, vaksinasi belum terbukti memperburuk ini gangguan. " 7
5. FDA Advisory Panel Endorses Acthar Gel for Infantile Spasms
1 Mei 2010 - Anggota dari US Food and Drug Administration (FDA) Peripheral dan
Central Nervous System Narkoba Komite Penasihat telah mendukung aplikasi obat baru
Questcor Farmasi 'untuk penggunaan injeksi repositori kortikotropin (Acthar Gel) untuk
mengobati kejang pada anak-anak. 7
Acthar Gel telah digunakan secara tidak resmi selama lebih dari 50 tahun oleh ahli
saraf untuk mengobati berbagai gangguan, termasuk multiple sclerosis dan kejang.
Mendapatkan indikasi resmi dari FDA akan membuat obat yang tersedia untuk "semua orang
yang membutuhkan," kata pejabat perusahaan. 7
Eric I. Felner, MD, direktur diabetes dan endokrinologi di Hughes Spalding
Children's Hospital di Emory University School of Medicine di Atlanta, Georgia, mengatakan
bahwa Acthar Gel adalah "Masih lebih baik dari apa pun di luar sana, dan obat telah ada
selama 50 tahun” .7
Meskipun dukungan tersebut, banyak anggota panel tidak setuju dengan klaim
Questcor bahwa efek samping serius yang terkait dengan Acthar Gel adalah "diprediksi,
mudah dikenali dan dikelola, dan reversibel setelah penghentian obat."
Phillip L. Pearl, MD, profesor pediatri dan neurologi di George Washington University
School of Medicine di Washington, DC, dan kepala divisi Anak Umum Neurology di
Children's National Medical Center, memperingatkan terhadap apa yang ia sebut "lunak
mengayuh toksisitas" dari Acthar. 7
"Ini adalah obat beracun ini telah dikaitkan dengan sepsis dan kematian;. Itu
menyebabkan penyusutan otak pada imaging, hipertensi, hipokalemia, hiponatremia,
intoleransi glukosa. Kami mendapatkan data efek buruk terhadap 319 pasien dari sponsor.7
"Tidak ada yang mudah tentang penggunaan ACTH," tambah Dr Pearl. "Bagi kita
yang memiliki banyak pengalaman dengan itu, dan terus terang saya lakukan, itu bukan
sebuah obat yang mudah untuk diberikan dan Anda bisa masuk ke segala macam kesulitan.
23
Komite Penasehat kursi, Britt Anderson, MD, dari Universitas Waterloo, Ontario, Kanada,
menyuarakan keprihatinan serupa. 7
Anggota panel menyarankan agar registry secara resmi dibentuk untuk melacak
kejadian buruk dan keamanan dengan Acthar Gel. Lainnya menyarankan penambahan pada
kemasan. 7
"Ini akan membantu harus jelas dalam kemasan tentang apa yang perlu dipantau
tekanan darah., Elektrolit, atrofi otak, perubahan cardiomyopathic, hal ini harus jelas
dinyatakan," kata Dr Pearl. 7
Meskipun kekhawatiran mereka tentang keamanan, sebagian besar panel berpikir
bahwa manfaat obat tersebut jauh melebihi risiko. Samuel Frank, MD, asisten profesor
neurologi di Boston University, Massachusetts, yang merupakan perwakilan konsumen yang
bekerja pada panel, berkata, "Para pasien yang akan mendapatkan itu dan keluarga mereka
bersedia untuk mentolerir resiko tinggi." 7
6. Valproic Acid in Pregnancy Linked to Several Congenital Malformations
Juni 2010 - Sebuah studi baru mengkonfirmasi bahwa paparan trimester pertama
untuk asam valproik dikaitkan dengan peningkatan risiko spina bifida dibandingkan dengan
tidak menggunakan obat antiepileptic atau dengan penggunaan obat antiepileptic lainnya.
Penelitian ini juga link-trimester pertama asam valproik eksposur risiko meningkatkan
malformasi kongenital lain: cacat septum atrium, sumbing, hipospadia, polydactyly, dan
craniosynostosis.7
"Hal ini juga diketahui bahwa eksposur trimester pertama asam valproik dikaitkan
dengan meningkatnya risiko spina bifida, dikonfirmasi dalam studi ini Tapi data tentang
risiko cacat lahir spesifik lainnya terbatas," studi penyidik Lolkje TW. de Jong-van den Berg,
PhD, dari Departemen Pharmacoepidemiology dan Pharmacoeconomics, University
Groningen, Belanda, mencatat di email ke Medscape Neurology. 7
Para penulis menyimpulkan, bahwa meskipun risiko relatif untuk beberapa
malformasi meningkat dalam asosiasi dengan menggunakan asam valproik pada awal
kehamilan, tingkat absolut rendah. Mayoritas anak-anak yang lahir dari ibu yang mengambil
asam valproik selama hamil tidak memiliki kelainan, mereka menulis.7
24
"Pada kelompok saya, kami menjauhkan diri dari asam valproik kecuali hanya obat
yang bekerja," Sandra L. Helmers, MD, MPH, yang tidak terlibat dalam penelitian ini,
mencatat dalam wawancara telepon dengan Medscape Neurology.
"Ini penelitian baru lagi menekankan betapa pentingnya masalah ini bukan hanya pada wanita
yang sedang hamil tetapi wanita usia subur. Itu berarti Anda harus merencanakan ke depan,
dari hari 1 - itu berarti wanita remaja dengan epilepsi - dan membicarakan hal ini dengan
mereka," tambah Dr Helmers, yang merupakan profesor neurologi dan pediatri di Emory
University School of Medicine di Atlanta dan anggota American Academy of Neurology. 7
7. Epilepsy Drug Ezogabine Gets Green Light From FDA Advisory Panel
2 Agustus 2010 - The epilepsi obat baru ezogabine (Potiga, Valeant Farmasi Amerika
Utara) memenangkan dukungan dari Food and Drug Administration's (FDA) Peripheral and
Central Nervous System Drugs Advisory Committee, yang sepakat untuk sebagai pengobatan
adjunctive di-onset kejang parsial.7
Ezogabine adalah pembuka saluran kalium, mengaktifkan saluran potasium tegangan-
gated tertentu di otak. Namun, ini mekanisme aksi yang unik juga dianggap bertanggung
jawab untuk beberapa efek beracun yang tidak biasanya terlihat dengan anticonvulsants lain,
terutama retensi urin.7
M. Philip Hanno, MD, MPH, profesor urologi di bedah di University of Pennsylvania,
Philadelphia, mengatakan dia setuju bahwa potensi untuk retensi urin dapat diatasi dengan
memonitor pasien.7
Ini adalah obat baru yang akan digunakan dalam ribuan pasien, tambahnya. "Akan
sangat baik untuk memiliki sebuah studi yang menunjukkan, baik di normals dan pada pasien
dengan epilepsi, apakah ada perubahan urodynamic yang mungkin sinyal masalah masa
depan pada pasien tertentu sehingga kita akan tahu apakah atau tidak untuk memberi mereka
ezogabine atau untuk extravigilant untuk retensi mungkin. " 7
"Ketika saya masih di sekolah kedokteran, epilepsi sebagian besar penyakit anak-
anak," katanya. "Hari ini, epilepsi sebagian besar penyakit pada lansia Kami memiliki
informasi yang sangat sedikit pada kelompok itu.. Kita harus berhati-hati dengan populasi itu,
yang jelas yang berisiko lebih tinggi. Kita tidak bisa berasumsi, dari sifat jinak dari
komplikasi dalam sangat muda penduduk, umur 37 rata-rata, dari studi ini 3, bahwa hasil
25
yang sama akan berlaku untuk penduduk lebih rentan, yang sekarang kelompok terbesar
pasien epilepsi.7
Ditanyakan oleh Britt Ketua Komite Penasihat Anderson, MD, PhD, dari University
of Waterloo di Kanada, apakah ia akan menyarankan bahwa ezogabine tidak digunakan
dalam pasien yang lebih tua dari 65 tahun, mengingat tidak adanya data klinis pada kelompok
itu, Dr Wasterlain jawab bahwa ia akan mendukung rekomendasi untuk berhati-hati dalam
kelompok usia tersebut. 7
8. Pediatric Epilepsy Patients Having Improved Outcomes After Surgery
21 Mei 2010 (PERKEMBANGAN 19 Juni 2010) - pasien epilepsi anak-anak menjadi
lebih bebas kejang setelah operasi dibandingkan sebelumnya, kata para peneliti. Mereka
atribut perbaikan teknologi yang lebih baik, prosedur, dan perubahan dalam praktek klinis.
"Pasien yang telah gagal 2 atau 3 obat antiepileptic yang bersifat magnetis resonansi imaging
positif sangat tidak mungkin untuk merespon obat saja," kata investigator senior Gary
Mathern, MD, dari Universitas California di Los Angeles, mengatakan dalam sebuah
wawancara.7
Dr Mathern kini pelaporan data baru dari UCLA membandingkan hasil untuk 192
pasien epilepsi anak dioperasikan di tahun-tahun pertama dari program pusat untuk orang-
orang untuk 379 pasien dirawat di dekade terakhir. Perbedaan antara hasil pasien muda yang
menjalani operasi pada awal tahun 1986-1997 dibandingkan dengan lebih baru-baru ini yang
mencolok. 7
Dalam editorial yang menyertai, Elizabeth Donner, MD, dari Rumah Sakit untuk
Sakit Anak-anak di University of Toronto di Ontario, Kanada, dan Howard Goodkin, MD,
dari University of Virginia di Charlottesville Sistem Kesehatan, kata para peneliti harus
commended untuk mereka upaya untuk meneliti praktek mereka sendiri. "Temuan mereka
nilai untuk melakukan pembedahan untuk epilepsi pada anak-anak." 7
"Orang tua dan dokter merujuk tidak akan melihat operasi epilepsi anak sebagai
pengobatan pilihan terakhir," kata salah satu penulis Raman Sankar, MD, dari Mattel
Children's Hospital di UCLA, dalam siaran berita. "Pengalaman kami menunjukkan bahwa
dengan lebih awal dan lebih sukses operasi, anak-anak dapat mengharapkan kehidupan yang
lebih normal."7
26
"Tanpa bedah, anak-anak ini beresiko untuk ensefalopati epilepsi dan IQ kurang dari
50," kata Dr Mathern. "Kita tahu kapan pengobatan telah gagal dalam waktu beberapa bulan,
tapi aku sering melihat pasien 4 atau 5 tahun kemudian. Kita harus masuk ke sana untuk
menghentikan kejang dan memberikan sisa otak kesempatan untuk berkembang," katanya. 7
9.Children With New Epilepsy Often Have Delayed Brain Development
3 Juni 2010 penelitian epilepsi terbaru dapat mengubah perkembangan otak dan
meningkatkan volume keterlambatan materi putih. Penemuan baru ini memiliki implikasi
untuk pengembangan kognitif anak-anak dengan epilepsi yang baru didiagnosa yang
mungkin mengalami penurunan konektivitas otak dan gangguan fungsi eksekutif.7
Mereka menemukan perubahan volume materi abu-abu adalah sebanding untuk
epilepsi dan kelompok kontrol. Ada penurunan yang signifikan dalam hal total abu-abu otak
terutama disebabkan penurunan di lobus frontal dan parietal. 7
Risiko untuk ensefalopati epilepsi kelainan perkembangan adalah sesuatu yang paling
dokter khawatirkan. Gary Mathern, MD, dari Universitas California di Los Angeles, yang
baru-baru ini berbicara dengan Medscape Neurology.7
Gugus tugas mendesak dokter untuk mempertimbangkan pendekatan ini: setelah 2
percobaan yang memadai obat yang tepat dan ditoleransi dengan baik, pasien yang terus
mengalami kejang harus dirujuk ke spesialis.7
27
BAB III
KESIMPULAN
1. Epilepsi adalah kondisi tubuh yang bermula dari gangguan fungsi otak secara
intermiten yang menyebabkan bangkitan kejang-kejang (seizure) berulang kali yang
disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel.
2. Menurut klasifikasi internasional kejang epileptik terdiri dari parsial sederhana,
kejang-kejang menyeluruh dan kejang tidak terklarifikasi.
3. Elektrosefalografi (EEG) mutlak diperlukan pada setiap kasus yang dicurigai sebagai
epilepsi. EEG bermanfaat dalam menentukan jenis epilepsi dan prognosisnya.
4. Gejala klinis epilepsi adalah
Kejang Parsial
a. Kejang Parsial Kompleks (30 detik – 2 menit)
Serangan yang dimulai dari lobus temporal: mata terbuka, merasa mereka
sedang berkhayal, sering tidak menyadari apa yang telah terjadi karena
serangan epilepsi ini menghapus ingatan akan kejadian itu.
Serangan yang dimulai dari lobus frontal: firasat seperti perasaan aneh di
perut, kehilangan kesadaran, menatap nanar, menggerakkan bibirnya,
memegang udara atau bajunya, atau melakukan gerakan tak berguna,
mengulangi kata-kata atau kalimat, tertawa, menjerit atau menangis.
b. Kejang Parsial Sederhana (<2 menit)
Motor seizures:
Serangan epilepsi mengakibatkan perubahan aktifitas otot. Misalnya, jari
gemetar, atau bagian tubuh yang menegang.
Sensory seizures:
Merasakan rasa atau bau yang tidak ada, mendengar suara klik, kring, atau
suara manusia; dan merasakan sensasi ditusuk jarum atau kebas.
Autonomic seizures:
Sensasi aneh atau tak nyaman di perut, dada dan kepala; perubahan
kecepatan detak jantung dan pernafasan, berkeringat, dan berdiri bulu
roma.
28
Psychic seizures:
Masalah ingatan, berbicara tidak jelas, dan tidak mampu mencari kata
yang tepat, tidak mampu memahami kalimat, dan ketakutan, depresi,
kebahagiaan tanpa sebab yang jelas.
Kejang-kejang Menyeluruh
Tonic (20 detik)
Clonic (kontraksi dan relaksasi cepat pada otot)
Tonic Clonic (1-3 menit)
Atonic (< 15 detik)
Otot kehilangan tenaga, berupa kelopak mata yang tertutup, kepala yang
mengangguk, lepasnya genggaman, atau jatuhnya seseorang.
Myoklonic (1-2 detik)
Sentakan mendadak yang terjadi di otot.
1.Juvenile myoclonic epilepsy (terjadi didaerah leher, pundak dan
tangan bagian atas).
2.Lennox-Gastaut syndrome (terjadi didaerah leher, pundak, tangan
bagian atas dan wajah)
3. Progressive myoclonic epilepsy (kombinasi kejang mioklonik
dengan tonik-klonik)
Spasme Infatil
Kontraksi leher simetris singkat pada leher, badan dan tungkai
Kejang Tidak Terklarifikasi : gerakan bola mata yang ritmik, mengunyah-ngunyah,
gerakan seperti berenang, menggigil atau pernapasan berhenti sementara.
5. Penatalaksanaan epilepsi adalah
Medikamentosa
Operasi
Stimulasi sistem saraf vagus
Diet ketogenik
Edukasi
6. Beberapa penelitian tentang epilepsi di tahun 2010
FDA Warms of Aseptic Meningitis Risk With Lamotrigine
Ketogenic Diet Has No Major Long-Term Adverse Effects
Leucine-Rich Repeat Genes Associated With Autism Spectrum
Disorders
29
Pertussis Vaccination Triggers Dravet Syndrome in Predisposed
Children
FDA Advisory Panel Endorses Acthar Gel for Infantile Spasms
Valproic Acid in Pregnancy Linked to Several Congenital
Malformations
Epilepsy Drug Ezogabine Gets Green Light From FDA Advisory Panel
Pediatric Epilepsy Patients Having Improved Outcomes After Surgery
Chilren With New Epilepsy Often Have Delayed Brain Development
DAFTAR PUSTAKA
30
1. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Hal : 269.
2005-2007.
2. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. Hal 2053, 2000.
3. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Indonesia. Hal : 27. 2000.
4. http://www.epilepsynse.org.uk/pages/info/leaflets/explaini.cfm
5. Snell. Neuroanatomi Klinik. Jakarta : EGC. Hal 330. 2007
6. Epilepsy.com
7. www.medscape.com/resource/epilepsy 8. http://pediatrics.about.com/cs/conditions/a/msp_epilepsy.htm
9. http://epilepsiindonesia.com/pengobatan/pengobatan-untuk-epilepsi-pada-
anak
10. engl j med. march 4 2010. Ethosuximide, Valproic Acid, and Lamotrigine in
Childhood Absence Epilepsyn 362;9
31