epilepsi (2)

46
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Epilepsi adalah terjadinya dua atau lebih bangkitan kejang tanpa provokasi yang dipisahkan oleh interval lebih dari 24 jam. Insiden epilepsi pada populasi umum diperkirakan 20-70 per 100.000 orang per tahun, dengan prevalensi 4-10 per 1000 orang. Insidens lebih tinggi pada anak daripada orang dewasa dan tertinggi pada neonatus. Namun demikian, kurang dari sepertiga kasus kejang pada anak disebabkan oleh epilepsi. 1 Adanya gangguan kejang tidak merupakan diagnosis tetapi gejala suatu gangguan sistem saraf sentral (SSS) yang mendasari dan memerlukan pengamatan menyeluruh dan rencana manajemen. Pada kebanyakan anak, etiologi untuk kejang tidak dapat ditentukan, dan dibuat diagnosis epilepsi idiopatik. Walaupun hasil akhir pada kebanyakan kejang tidak terkomplikasi pada anak adalah baik, sejumlah kecil mengalami kejang-kejang menetap yang refrakter terhadap obat, dan ini merupakan tantangan diagnostik dan manajeman. Istilah kejang dan konvulsi dapat secara tidak benar digunakan secara bergantian dengan epilepsi. Kejang (konvulsi) didefenisiskan sebagai gangguan fungsi otak tanpa sengaja paroksismal yang dapat nampak sebagai gangguan atau kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi autonom. Beberapa kejang ditandai 1

Transcript of epilepsi (2)

Page 1: epilepsi (2)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Epilepsi adalah terjadinya dua atau lebih bangkitan kejang tanpa provokasi yang

dipisahkan oleh interval lebih dari 24 jam. Insiden epilepsi pada populasi umum diperkirakan

20-70 per 100.000 orang per tahun, dengan prevalensi 4-10 per 1000 orang. Insidens lebih

tinggi pada anak daripada orang dewasa dan tertinggi pada neonatus. Namun demikian,

kurang dari sepertiga kasus kejang pada anak disebabkan oleh epilepsi.1

Adanya gangguan kejang tidak merupakan diagnosis tetapi gejala suatu gangguan

sistem saraf sentral (SSS) yang mendasari dan memerlukan pengamatan menyeluruh dan

rencana manajemen. Pada kebanyakan anak, etiologi untuk kejang tidak dapat ditentukan,

dan dibuat diagnosis epilepsi idiopatik. Walaupun hasil akhir pada kebanyakan kejang tidak

terkomplikasi pada anak adalah baik, sejumlah kecil mengalami kejang-kejang menetap yang

refrakter terhadap obat, dan ini merupakan tantangan diagnostik dan manajeman. Istilah

kejang dan konvulsi dapat secara tidak benar digunakan secara bergantian dengan epilepsi.

Kejang (konvulsi) didefenisiskan sebagai gangguan fungsi otak tanpa sengaja paroksismal

yang dapat nampak sebagai gangguan atau kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal,

kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi autonom. Beberapa kejang ditandai oleh

gerakan abnormal tanpa kehilangan atau gangguan kesadaran. Epilepsi didefenisikan sebagai

kejang berulang yang tidak terkait dengan demam atau dengan serangan otak akut.2

I.2. TUJUAN

1

Page 2: epilepsi (2)

I.2.1. TUJUAN

Tujuan penulisan ini adalah membahas secara singkat tentang definisi,

etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan,

prognosis, dan beberapa penelitian mengenai epilepsi.

BAB II

2

Page 3: epilepsi (2)

EPILEPSI

II.1. DEFINISI

Epilepsi adalah kondisi tubuh yang bermula dari gangguan fungsi otak secara

intermiten yang menyebabkan bangkitan kejang-kejang (seizure) berulang kali yang

disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan

berbagai etiologi. Serangan ialah suatu gejala yang timbulnya tiba-tiba dan menghilang

secara tiba-tiba pula.3.4

II.2. ETIOLOGI3.4

1. Idiopatik; sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik.

2. Faktor herediter; adanya beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai

bangkitan kejang seperti sklerosis tuberosa, neurofibromatosis, angiomatosis

ensefalotrigeminal, fenilketouria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.

3. Faktor genetik; pada kejang demam dan breath holding spells.

4. Kelainan kongenital otak : atrofi, porensefali, agenesis korpus kalosum.

5. Gangguan metabolik : hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia.

6. Infeksi : radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya,

toksoplasmosis.

7. Trauma : kontusio serebri, hematom subaraknoid, hematoma subdural.

8. Neoplasma otak dan selaputnya.

9. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen.

10. Keracunan : timbal (Pb), kamper (kapur barus), fenotiazin, air.

11. Lain-lain : penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon, degenerasi serebral, dan

lain-lain.

II.3. PATOFISIOLOGI

3

Page 4: epilepsi (2)

Secara umum, epilepsi terjadi karena menurunnya potensial membran sel saraf akibat

proses patologik dalam otak, gaya mekanik atau toksik, yang selanjutnya menyebabkan

terlepasnya muatan listrik dari sel saraf tersebut.3

Pada serangan kejang partial, kelainan hanya terjadi pada satu bagian otak dan pasien

tidak mengalami kehilangan kesadaran. Pada kejang umum, aktifitas abnormal mengenai area

yang luas pada otak secara bilateral dan orang tersebut tidak sadar.5

Beberapa penyelidikan menunjukan peranan asetilkolin sebagai zat yang

merendahkan potensial membran postsinaptik dalam hal terlepasnya muatan listrik yang

terjadi sewaktu-waktu saja sehingga manifestasinya timbul sewaktu-waktu. Bila asetikolin

sudah cukup tertimbun di permukaan otak, maka pelepasan muatan listrik sel-sel saraf kotikal

dipermudah. Asetilkolin diproduksi oleh sel-sel saraf kolinergik dan merembes keluar dari

permukaan otak selama tidur. Pada jejas otak lebih banyak asetilkolin daripada dalam otak

sehat. Pada tumor serebri atau adanya sikatriks setempat pada permukaan otak sebagai gejala

sisa dari meningitis, ensefalitis, kontusio serebri atau trauma jalan lahir, dapat terjadi

penimbunan setempat dari asetilkolin. Oleh karena itu pada tempat itu akan terjadi lepas

muatan listrik sel-sel saraf. Penimbunan asetilkolin setempat harus mencapai konsentrasi

tertentu untuk dapat merendahkan potensial membran sehingga lepas muatan listrik dapat

terjadi. Hal ini merupakan mekanisme fokal yang biasanya simptomatik.3

Pada epilepsi idiopatik, tipe gran mal, secara primer muatan listrik dilepaskan oleh

nuklei intralaminares talami, yang dikenal juga sebagai inti centrecephalic. Inti ini

merupakan terminal dari lintasan asenden aspesifik itu menentukan derajat kesadaran.

Bilamana sama sekali tidak ada input maka timbul koma. Pada gran mal, oleh karena sebab

yang belum dapat dipastikan, terjadilah lepas muatan listrik dari inti-inti intralaminar talamik

secara berlebih. Perangsangan talamokortikal yang berlebihan ini menghasilkan kejang

seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi sel-sel saraf yang memelihara kesadaran menerima

impuls aferen dari dunia luar sehingga kesadaran hilang.3

Hasil penelitian menunjukan bahwa bagian dari substansia retikularis dibagian rostral

dari mesensefalon yang dapat melakukan blokade sejenak terhadap inti-inti intralaminar

talamik sehingga kesadaran hilang sejenak tanpa disertai kejang-kejang pada otot skleletal,

pasien memandang kososng ke satu arah yang dikenal sebagai petit mal.

4

Page 5: epilepsi (2)

II.4. KLASIFIKASI

Adalah penting untuk mengklasifikasi tipe kejang karena beberapa alasan. Pertama,

tipe kejang dapat memberikan kunci pada penyebab gangguan kejang.Lagipula,

penggambarannya kejang yang tepat dapat memungkinkan suatu dasar yang kuat untuk

membuat prognosis. Anak dengan epilepsi tonik-klonik menyeluruh biasanya dapat dengan

mudah dikendalikan dengan antikonvulsan, sedangkan penderita dengan kejang parsial dapat

berjalan kurang baik. Bayi dengan epilepsi mioklonik benigna mempunyai harapan yang

lebih baik daripada penderita dengan spasme infatil. Demikian juga anak umur sekolah yang

menderita epilepsi parsial beningna dengan gelombang paku sentrotemporal (epilepsi

rolandik) mempunyai prognosis yang sangat baik dan tidak mungkin memerlukan pemberian

antikonvulsan yang lama. Kalsifikasi klinik kejang mungkin sukar karena manifestasi

berbagai tipe kejang mungkin serupa. Misalnya, tanda klinik anak tanpa kejang mungkin

hampir identik dengan tanda klinik penderita lain dengan epilepsi parsial kompleks.

Elektroensefalogram (EEG) merupakan bantuan yang berguna untuk klasifikasi epilepsi

karena berbagai ekspresi kejang pada kelompok ini.4

Klasifikasi internasional kejang epileptik terdiri dari parsial sederhana, kejang-kejang

menyeluruh dan kejang tidak terklarifikasi. Kejang parsial dibagi menjadi kejang parsial

sederhana (motorik, sensoris, autonom, psikik), kejang parsial kompleks (parsial sederhana,

kesadaran terganggu) dan kejang parsial dengan generalisasi sekunder. Kejang-kejang

menyeluruh dapat dibagi menjadi hilang kesadaran, tonik klonik menyeluruh, tonik, klonik,

mioklonik, atonik dan spasme infatil.4

II.5. MANIFESTASI KLINIS

Kejang Parsial Kompleks

Biasanya berlangsung 30 detik hingga 2 menit. Sesudahnya, epileptik akan merasa

lelah atau bingung selama sekitar 15 menit dan akan kembali normal beberapa jam

kemudian.6

5

Page 6: epilepsi (2)

Semua orang mungkin menderita serangan ini. Orang yang mendapat cedera otak,

infeksi otak, stroke atau tumor otak lebih beresiko, namun kadang tidak ditemukan penyebab

jelasnya.6

Harapan kesembuhan tergantung pada ditemukannya penyebabnya. Epilepsi ini

mungkin dapat dikontrol dengan obat anti-epilepsi atau seiring bertambahnya usia. Jika obat-

obatan tidak efektif, operasi mungkin dilakukan.6

Serangan epilepsi ini biasanya mulai dari daerah kecil di otak bagian temporal lobe

atau frontal lobe. Dengan cepat serangan menyebar ke daerah lain di otak yang mengontrol

kesadaran.6

Sehingga, walaupun epileptik menatap dengan mata terbuka dan melakukan gerakan,

mereka ‘tak ada di sana’. Sesudah symptomnya usai, orang lain mungkin merasa mereka

sedang berkhayal. Penderita epilepsi ini sering tidak menyadari apa yang telah terjadi karena

serangan epilepsi ini menghapus ingatan akan kejadian itu. Kehilangan ingatan seperti ini

bisa menjadi masalah.6

Beberapa jenis serangan ini (biasanya yang dimulai di lobus temporal) mulai dengan

serangan epilepsi simple partial seizure. Serangan semacam ini biasanya dimulai dengan

firasat, seperti perasaan aneh di perut.6

Kemudian orang itu akan kehilangan kesadaran dan menatap nanar. Kebanyakan

epileptik menggerakkan bibirnya, memegang udara atau bajunya, atau melakukan gerakan tak

berguna. Gerakan-gerakan ini disebut automatism.6

Sesekali, epileptik mengulangi kata-kata atau kalimat, tertawa, menjerit atau

menangis. Ada pula yang melakukan gerakan berbahaya atau memalukan, misalnya berjalan

ke jalan atau melepas pakaian. Epileptik dengan tipe epilepsi seperti ini harus melakukan

langkah pencegahan.6

Serangan complex partial yang dimulai di lobus frontal umumnya lebih pendek

dibandingkan yang bermula di lobus temporal. Epileptik juga lebih mungkin melakukan

automatisms seperti gerakan kaki bersepeda atau menggoyangkan pinggung. Beberapa

serangan complex partial berlanjut ke serangan secondarily generalized seizures.6

Kejang Parsial Sederhana

6

Page 7: epilepsi (2)

Lama serangan biasanya kurang dari 2 menit. Kondisi medis, seperti masalah perut

dan saraf terjepit dapat menimbulkan simpton serupa. Halusinasi akibat kondisi mental atau

penggunaan obat-obatan tertentu juga mungkin. Symptom deja vu juga umum dirasakan

orang.6

Dokter sering membagi simple partial seizures menjadi 4 kategori tergantung jenis

symptom yang dirasakan:

- Motor seizures:

Serangan epilepsi mengakibatkan perubahan aktifitas otot. Misalnya, jari gemetar,

atau bagian tubuh yang menegang. Gerakan ini dapat menyebar baik di satu sisi maupun

kedua sisi tubuh. Otot mungkin juga melemah yang mengakibatkan kesulitan berbicara dan

melakukan gerakan seperti tertawa atau gerakan tangan yang tak dapat dikontrol. Orang itu

belum tentu menyadari gerakannya.6

- Sensory seizures:

Serangan ini mengakibatkan perubahan dalam indera seseorang. Epileptik mungkin

merasakan rasa atau bau yang tidak ada, mendengar suara klik, kring, atau suara manusia;

dan merasakan sensasi ditusuk jarum atau kebas.6

Serangan ini tidak nyaman bagi penderita. Mereka terkadang merasa mengapung atau

berputar di udara. Kadang mereka melihat halusinasi visual, misalnya melihat benda yang

tidak ada (cahaya lampu, pemandangan, orang).6

Mereka juga mungkin merasakan ilusi, misalnya mobil parkir yang terlihat menjauh,

atau suara orang yang seperti dibekap.6

- Autonomic seizures:

Serangan ini menyebabkan bagian otak yang mengontrol gerakan otomatis tubuh

berubah. Dapat menimbulkan sensasi aneh atau tak nyaman di perut, dada dan kepala;

perubahan kecepatan detak jantung dan pernafasan, berkeringat, dan berdiri bulu roma.6

- Psychic seizures:

7

Page 8: epilepsi (2)

Serangan epilepsi ini mengubah cara seseorang berpikir, merasa dan mengalami

sesuatu. Mereka sering menghadapi masalah ingatan, berbicara tidak jelas, dan tidak mampu

mencari kata yang tepat, dan tidak mampu memahami kalimat.6

Mereka tiba-tiba merasakan emosi seperti ketakutan, depresi dan kebahagiaan tanpa

sebab yang jelas. Beberapa orang merasa seperti diluar tubuh dan merasakan déja vu (“aku

pernah mengalami ini”) atau jamais vu (“Ini sepertinya pengalaman baru tapi sepertinya

setting ini sudah kukenal”).6

Kejang-Kejang Menyeluruh

- Tonik Klonik

Biasanya 1-3 menit. Jika serangan berlangsung lebih dari 5 menit, cepat minta

bantuan medis. Jika serangan berlangsung lebih dari 30 menit atau tiga serangan beruntun

tanpa jeda yang normal diantaranya, ini mungkin adalah kondisi yang serius bernama

convulsive status epilepticus yang memerlukan bantuan medis darurat. Sebagian anak-anak

sembuh.6

Seringkali tonic-clonic seizure dapat dikontrol dengan obat anti-epilepsi. Pasien yang

telah terbebas dari serangan selama 1-2 tahun selama mengkonsumsi obat anti-epilepsi akan

tetap sembuh setelah pengobatan dihentikan secara perlahan.6

Resiko apakah seseorang akan lebih sering mendapat serangan tergantung dari banyak

faktor, seperti apakah hasil EEG-nya menunjukkan gelombang epilepsi atau apakah dokter

menemukan keganjilan dalam tes saraf.6

Sekitar 70% dari anak-anak tanpa gelombang epilepsi dan tes saraf normal akan tetap

sembuh tanpa obat-obatan. Akan tetapi hanya 30% anak-anak dengan gelombang epilepsi dan

keganjilan dalam tes saraf yang akan tetap sembuh tanpa obat-obatan.6

Tipe serangan epilepsi ini yang paling umum orang bayangkan ketika mereka

mendengar kata epilepsi. Tipe serangan ini juga disebut grand mal. Ketika mendapat

serangan, seluruh otot mengeras. Udara dipaksa keluar dari pita suara sehingga menimbulkan

bunyi seperti menangis atau mengerang. Penderita akan kehilangan kesadaran dan jatuh ke

lantai. Lidah atau pipinya mungkin akan tergigit sehingga mungkin mengeluarkan darah

bercampur ludah. Wajahnya akan sedikit membiru. Sesudah fase tonic seizure, fase clonic

seizure mulai: tangan dan seringkali juga kaki mulai menyentak dengan ritme cepat. Siku,

8

Page 9: epilepsi (2)

pinggang dan lutut akan mengencang dan mengendur. Sesudah beberapa menit, sentakan

melambat dan berhenti. Dalam proses relaksasi ini, kontrol akan kantung kemih atau isi perut

mungkin akan hilang. Kesadaran perlahan-lahan pulih dan orang itu mungkin akan merasa

pusing, bingung, gelisah dan depresi.6

- Klonik

Lama serangan tak tentu. Clonus "(KLOH-NUS) berarti cepat kontraksi dan relaksasi

otot. Klonik (KLON-ik) serangan yang jarang terjadi. Clonic seizures tidaklah umum.

Mereka dapat terjadi pada usia berapapun, termasuk pada bayi yang baru lahir. Clonic

seizures yang singkat dan jarang pada bayi biasanya menghilang dengan sendirinya. Jenis

lain mungkin membutuhkan pengobatan yang panjang.6

- Tonik

Lama serangan biasanya kurang dari 20 detik. Serangan ini seringkali menyerang

orang dengan sindrom epilepsi Lennox-Gastaut, tetapi sebenarnya mereka dapat

terjadi pada siapa saja. Tonic seizures dalam sindrom Lennox-Gastaut seringkali

semakin lama semakin sulit dikontrol. Akan tetapi, sebagian pasien juga mendapatkan

hasil yang positif. Tonic seizures sering terjadi pada waktu tidur. Biasanya serangan

ini terjadi pada kedua sisi tubuh karena melibatkan seluruh atau sebagian besar otak.6

- Atonik

Lama serangan kurang dari 15 detik. Atonic seizures biasanya mulai di masa

kanak-kanak. Penderitanya biasanya tetap sadar.Atonic berarti otot yang kehilangan

tenaga. Efeknya bisa berupa kelopak mata yang tertutup, kepala yang mengangguk,

lepasnya genggaman, atau jatuhnya seseorang. Sehingga serangan epilepsi ini sering

disebut serangan jatuh (drop attack).6

- Mioklonik

Serangan ini biasanya berupa sentakan mendadak yang berlangsung 1 – 2 detik.

Kadang terjadi hanya sekali, tapi terkadang juga beruntun.Serangan ini biasanya

mulai terjadi sejak kecil, tapi dapat pula terjadi pada usia berapa pun. Ciri-ciri lain

tergantung dari tipe serangan.6

9

Page 10: epilepsi (2)

Myoclonic seizures sangat singkat, seperti sentakan dadakan yang terjadi di otot.

Bahkan orang-orang tanpa epilepsi pun kadang mengalami serangan sentakan yang

kadang membangunkan orang ketika mereka tertidur. Ini normal. Dalam epilepsi,

myoclonic seizures biasanya menyebabkan gerakan tidak normal di kedua sisi tubuh

pada saat yang sama. Mereka terjadi di berbagai sindrom epilepsi dengan karakter

yang berbeda:

1. Juvenile myoclonic epilepsy: Serangan biasanya terjadi di daerah leher, pundak dan

tangan bagian atas. Kebanyakan penderita mendapat serangan ketika baru bangun

tidur. Serangan ini biasanya mulai terjadi pada orang-orang dengan kecerdasan

normal ketika masa puber atau masa awal kedewasaan. Umumnya serangan ini dapat

dikontrol dengan baik dengan obat-obatan yang dikonsumsi seumur hidup.6

2. Lennox-Gastaut syndrome: Sindrom ini tidak umum dan biasanya melibatkan

serangan tipe lainnya. Sindrom ini biasa terjadi sejak masa kanak-kanak. Serangan

biasanya terjadi di daerah leher, pundak dan tangan bagian atas dan wajah. Mereka

biasanya cukup dahsyat dan sulit dikontrol.6

3. Progressive myoclonic epilepsy: Sindrom langka ini mengkombinasikan myoclonic

seizures dengan and tonic-clonic seizures. Pengobatan biasanya tidak terlalu sukses

dalam jangka panjang karena keadaan pasien terus memburuk sejalan dengan waktu.6

- Spasme Infatil

Biasanya mulai antara umur 4 dan 8 bulan dan ditandai dengan kontraksi leher simetris

singkat pada leher, badan dan tungkai. Ada tiga tipe, yaitu :2

1. Spasme fleksor

Fleksi mendadak leher, lengan dan kaki pada tungkai.

2. Spasme ekstensor

Menghasilkan ekstensi badan dan tungkai.

3. Spasme infatil campuran

Spasme infatil secara khas dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu :2

1. Kriptogenik

10

Page 11: epilepsi (2)

Tidak banyak mengalami peristiwa dalam kehamilan dan riwayat kelahiran juga tanda

perkembangan normal sebelum mulainya kejang. Pemeriksaan neurologis dan CT-

scan kepala normal.

2. Bergejala

Terkait secara langsung dengan beberapa faktor pranatal, perinatal, dan paskanatal.

Kejang Tidak Terklasifikasikan

Termasuk golongan ini adalah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang

ritmik, menguyah-ngunyah, gerakan seperti berenang, mengigil atau pernapasan mendadak

berhenti sementara.

II.6.DIAGNOSIS

Anamnesis

Anamnesis merupakan kunci diagnosis epilepsi. Sebaiknya keterangan diperoleh dari orang

yang telah beberapa kali menyaksikan kejang yang dialami pasien. Jika pasien cukup umur,

hendaknya juga dilakukan autoanamnesis. Hal-hal yang perlu ditanyakan meliputi :1

Adanya kejang; apakah pasien memang benar kejang?

Jenis kejang; apa yang dialami atau yang dilakukan pasien selama kejang? Bilamana

mungkin, orang yang menyaksikan kejang diminta untuk menirukannya. Dalam hal

kejang parsial atau fokal, keterangan tentang bagian tubuh yang mengurangi kejang

membantu menemukan fokus awitan kejang di otak.

Kesadaran elama kejang dan ingatan pasien akan kejadian kejang.

Lamanya kejang.

Keadaan pasien sesudah kejang dan waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke

keadaan semula.

Frekuensi kejang dan riwayat kejang sebelumnya.

11

Page 12: epilepsi (2)

Adanya faktor pencetus, kejang yang tergolong epilepsi tidak didahului faktor

pencetus.

Saat terjadinya kejang, seringkali kejang epileptik terjadi pada dini hari atau saat

pasien bangun tidur.

Adanya aura, misalnya berupa rasa takut, mati rasa atau kesemutan pada jari atau

cahaya terang pada satu lapang pandang. Jika tidak ada aura, biasanya pasien tidak

dapat mengingat apaun dari kejadian kejang.

Adanya masa prodromal yang ditandai dengan rasa tidak enak badan, iritabilitas,

perubahan mood, nyeri kepala atau perubahan kepribadian. Masa prodromal dapat

berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa hari sebelum terjadinya aura dan

kejang.

Jika ada, terapi antiepileptik sebelumnya, dosis dan jenis obat yang didapat, serta

respon terhadap terapi tersebut.

Riwyat tumbuh kembang anak.

Gejala lain yang menyertai, misalnya muntah atau demam. Penting ditanyakan untuk

menyingkirkan kemungkinan penyebab kejang lainnya.

Adanya riwayat epilepsi pada keluarga.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan neurologi lengkap, ditunjukkan terutama untuk

menyingkirkan penyebab kejang lainnya dan mendiagnosis adanya sindrom epilepsi. Hal-

hal yang perlu diperhatikan meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda rangsang

meningeal, dan tanda peningkatan tekanan intrakranial.1

Pemeriksaan Penunjang1

Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai kebutuhan atas dasar anamnesis dan

pemeriksaan klinis, ditunjukan untuk menyingkirkan adanya penyebab kejang

12

Page 13: epilepsi (2)

ekstrakranial. Pemeriksaan yang dilakukan dapat meliputi darah tepi lengkap, gula

darah, elektrolit, kalsium serum dan BUN. Pemeriksaan kadar obat antikonvulsan

mungkin perlu pada kecurigaan ketidakpatuhan pasien terhadap regimen pengobatan.

Elektrosefalografi (EEG) mutlak diperlukan pada setiap kasus yang dicurigai sebagai

epilepsi. EEG bermanfaat dalam menentukan jenis epilepsi dan prognosisnya.

Pungsi lumbal dilakukan bila dicurigai adanya infeksi susunan saraf pusat.

Pemeriksaan pencitraan berupa CT scan atau MRI kepala dilakukan bila dicurigai

adanya trauma kepala, lesi struktural otak atau peningkatan tekanan intrakranial.

II.7.PENATAlAKSANAAN

Medikamentosa

Langkah pertama pada manajemen epilepsi adalah untuk memastikan bahwa

penderita menderita gangguan kejang dan bukan keadaan yang menyerupai epilepsi. Kadang-

kadang sukar untuk menetukan etiologi kejadian paroksismal pada anak normal. Hasil

negatif pada pemeriksaan neurologis dan EEG biasanya mendukung pendekatan pengawasan

menunggu bukannya pemberian antikonvulsan. Penyebab yang sebenarnya gangguan

paroksismal akhirnya menjadi jelas. Walaupun tidak ada kesepakatan yang seragam,

kebanyakan akan setuju bahwa antiepileptik harus dihentikan dari anak yang sebelumnya

sehat dengan konvulsi kejang demam pertama jika riwayat keluarga negatif, pemeriksaan dan

EEG normal, dan keluarga bekerjasama. Sekitar 70% anak ini tidak akan mengalami konvulsi

lain. Kejang berulang, terutama jika kejang terjadi sangat dekat dengan kejang pertama

merupakan suatu indikasi untuk memulai antikonvulsan.2

Langkah kedua meliputi pilihan antikonvulsan. Obat pilihan tergantung pada

klasifikasi kejang, ditentukan dengan riwayat dan temuan EEG. Tujuan untuk setiap

penderita seharusnya penggunaannya hanya satu obat dengan kemungkinan efek samping

yang paling kecil untuk mengendalikan kejang. Obatnya secara bertahap dinaikan sampai

pengendalian kejang dicapai atau sampai efek samping yang tidak diinginkan. Kadar

antikonvulsan serum anak harus dipantau selama stadium ini, dan dosis harus diubah

karenanya.2

13

Page 14: epilepsi (2)

Antikonvulsan yang diperkenalkan selama masa anak mungkin diperlukan selama

remaja dan tahun-tahun subur. Sayangnya beberapa antikonvulsan termasuk fenitoin, asam

valvproat, karbamazepin, dan pirimidon disertai dengan defek lahir tertentu, termasuk

anomali wajah dan tungkai serta disrafisme spinal. Perdebatan berlanjut mengenai apakah

pengaruh teratogenik akibat epilepsi ibu atau obat antikonvulsan. Meskipun demikian, dokter

anak harus menasehati keluarga mengenai kemungkinan hubungannya dan harus

menghindari resep antikonvulsan pada penderita hamil kecuali kalau betul-betul diperlukan.2

Jika pengendalian kejang total dicapai dengan antikonvulsan, minimum dua tahun

bebas kejang merupakan masa pengobatan cukup dan aman pada penderita tanpa faktor

risiko. Faktor risiko yang menonjol adalah umur yang lebih tua dari 12 tahun pada saat mulai,

disfungsi neurologis (cacat motorik atau retardasi mental), riwayat kejang neonatus

sebelumnya, dan lebih dari 21 kejang sebelum mulai terapi antikonvulsan. Pada anak dengan

pengendalian kejang total selama minimum 2 tahun dan faktor risiko yang rendah, peluang

kambuh adalah 20-25%, terutama selama 6 bulan pertama setelah penghentian antikonvulsan.

Bila keputusan dibuat untuk menghentikan obat, proses penyapihan harus terjadi selama 3-6

bulan, karena penghentian mendadak dapat menyebabkan status epileptikus.2

Penderita epilepsi semestinya menggunakan obat-obatan yang sesuai dengan jenis

kejang-kejangnya.8

Untuk epilepsi petit mal atau epilepsi dengan serangan singkat tapi terjadi selama

berhari-hari, penelitian menemukan bahwa salah satu obat yang paling efektif dengan efek

samping paling kecil adalah obat tua Ethosuximide.8.9

Ketika epilepsi petit mal kumat, penderita epilepsi tidak menyadari apa yang terjadi di

lingkungan sekitarnya. Kaki dan tangannya kejang-kejang, tatapan mata lurus tanpa ada

respons ketika diajak komunikasi. Tapi ketika sudah sadar, penderita bisa menjalankankan

aktivitasnya lagi seolah-olah tidak pernah ada serangan karena tidak menyadarinya.9

Seperti dilansir dari Indiavision, Rabu (17/3/2010), penelitian terbaru oleh OHSU

Children’s Hospital Doernbecher menunjukkan bahwa salah satu obat anti-kejang (epilepsi)

tertua yaitu ethosuximide, merupakan obat paling efektif untuk anak-anak epilepsi.9.10

OHSU adalah salah satu dari 32 pusat pediatrik epilepsi terlengkap yang dipilih untuk

berpartisipasi dalam sidang ini sebagai patokan dalam kelompok studi NIH Childhood

Absence Epilepsy Study Group.9

14

Page 15: epilepsi (2)

Peneliti melakukan perbandingan tiga tipe obat yang biasa digunakan untuk

mengobati sindrom epilepsi yang sering terjadi pada anak-anak atau yang disebut childhood

absence epilepsy.9.10

Kelompok studi mendaftarkan 453 anak yang baru didiagnosa epilepsi dari Juli 2004

hingga Oktober 2007. Peserta penelitian secara acak diberikan ethosuximide, asam valproic

atau lamotrigine. Dosis obat secara bertahap meningkat sampai anak itu bebas dari kejang.9

Setelah 16 minggu terapi, para peneliti menemukan bahwa ethosuximide dan asam

valproic secara signifikan lebih efektif daripada lamotrigine dalam mengendalikan kejang,

tanpa efek samping tak tertahankan. Tapi ethosuximide memberikan efek samping paling

sedikit dibanding yang lain.9.10

Sebelum studi yang hasil awalnya telah diterbitkan di New England Journal of

Medicine pekan lalu, tidak ada bukti definitif tentang obat yang bekerja lebih baik. Menurut

Colin Roberts, MD, kepala peneliti OHSU Doernbecher, asisten profesor pediatri dan

neurologi, dan juga direktur OHSU Doernbecher’s Pediatric Epilepsy Program, kajian ini

merupakan langkah penting dalam pemahaman tentang epilepsi pada anak.9

“Belum pernah terjadi sebelumnya kita mendapatkan dokumen sedemikian

komprehensif, metode ilmiah pilihan yang terbaik untuk mengobati anak-anak dengan

kondisi ini,” katanya.9

1. Ethosuximide (Zarontin) (kapsul 250 mg atau 250 mg per 5 ml sirup)

Pediatric Min/Max Dose: 15.0mg/kg/40.0mg/kg

Efek samping : nyeri perut dengan kram, anoreksia, ataksia, pusing, mengantuk,

Headache Disorder, cegukan, mual, Stevens-Johnson Syndrome, Sistemic Lupus

Eritematosus, muntah.

Kontraindikasi : darah diskrasia, penyakit Hati, ide bunuh diri, Lupus Eritematosus .

2. Asam valproat (Depakote) (25-mg kapsul atau dosis 125-mg taburan)

Pediatric Min / Max Dose: 10.0mg/kg/60.0mg/kg

Indikasi : epilepsi, epilepsi dengan kejang multiple, atipik, kompleks-parsial,, manic bipolar, tonik klonik

15

Page 16: epilepsi (2)

Pediatric Kontraindikasi relatif: hepatotoksisitas fatal dan pankreatitis.

Kehamilan

Tidak disarankan : digunakan pada trimester pertama.

Efek samping : nyeri perut dengan kram, alopesia, anoreksia, diare, pusing,

mengantuk, dispepsia, infeksi, insomnia, haid tidak teratur, mual, faringitis, tinitus,

muntah, Weight Gain, Weight Loss.

Kontraindikasi : pankreatitis akut, defisiensi Lyase Arginosuccinate, defisiensi

sintetase Carbamyl Fosfat, pankreatitis kronis, Citrullinemia, penyakit hati, defisiensi

Carbamyltransferase Ornithine, kehamilan, racun asam valproik.

3. Lamotrigin (Lamictal) (5-mg dan 25-mg tablet kunyah atau tablet 25 mg)

Indikasi : kelainan bipolar yang remisi, epilepsi kompleks-parsial, Lennox-Gastaut,

epilepsi simpel-parsial, kejang tonik klonik.

Kontaindikasi untuk anak <2 tahun dan ibu hamil

Efek samping : Ataxia, Blurred Vision, Chest Pain, Diplopia, Disorder of the

Digestive System, Dizziness, Drowsy, Headache Disorder, Nausea, Rhinitis, Skin

Rash, Vomiting.

Operasi

Operasi pengangkatan bagian otak yang menyebabkan epilepsi telah dikembangkan

selama 50 tahun dan terima dunia medis sebagai salah satu jenis pengobatan epilepsi, jika

obat-obatan gagal mencegah terjadinya serangan epilepsi.9

Dengan berkembangkan teknik operasi dan teknik identifikasi sumber epilepsi pada

otak, tingkat keberhasilan operasi-operasi ini meningkat secara signifikan. Tentu saja, setiap

prosedur operasi mengandung resiko masing-masing.9

Diskusi dengan dokter sangat penting untuk menentukan apakah ini dapat menjadi

jenis pengobatan yang tepat.9

16

Page 17: epilepsi (2)

[Di Indonesia, Dr Zainal Muttaqin mempelopori operasi untuk pengobatan epilepsi. Beberapa

rekan di Facebook Epilepsi Indonesia bertestimoni tentang kesembuhan atau berkurangnya

epilepsi mereka. Dokter Epilepsi]9

.

Stimulasi Saraf Vagus

Stimulasi saraf vagus adalah pengobatan dengan menyalurkan hantaran listrik pendek

yang diarahkan ke otak melalui saraf vagus, yaitu saraf besar di leher. Energi listrik

dihasilkan oleh baterai seukuran koin. Alat ini biasanya dipasang dibawah kulit di daerah

dada. Efektifitas stimulasi ini masih diselidiki.9

.

Diet Ketogenik

Diet ketogenik adalah pola makan tinggi lemak dan rendah karbohidrat. Pola makan

ini membuat tubuh menghasilkan energi dengan membakar lemak, dan bukan membakar

glukosa.9

Studi menunjukkan bahwa pola makan ini membantu 2 dari 3 anak yang

menggunakan pola makan ini. Satu dari 3 anak terbebas dari serangan epilepsi.9

Edukasi1

Mengenai penyakit dan pengobatannya, termasuk kepatuhan minum obat dan efek

samping obat.

Mengenai fungsi kehidupan sehari-hari.

Pasien dapat beraktivitas normal seperti anak-anak lain seusianya termasuk olahraga.

Pada aktivitas fisik tertentu, seperti berenang sebaiknya ditemenani orang lain.

Aktivitas fisik yang ekstrem, kurang tidur, stres psikis sebaiknya dihindari.

II.8. PROGNOSIS

17

Page 18: epilepsi (2)

Prognosis epilepsi bergantung pada beberapa hal, di antaranya jenis epilepsi factor

penyebab, saat pengobatan dimulai, dan ketaatan minum obat. Pada umumnya prognosis

epilepsi cukup menggembirakan. Pada 50-70% penderita epilepsi serangan dapat dicegah

dengan obat-obat, sedangkan sekitar 50 % pada suatu waktu akan dapat berhenti minum obat.

Serangan epilepsi primer, baik yang bersifat kejang umum maupun serangan lena atau

melamun atau absence mempunyai prognosis terbaik. Sebaliknya epilepsi yang serangan

pertamanya mulai pada usia 3 tahun atau yang disertai kelainan neurologik dan atau retardasi

mental mempunyai prognosis relative jelek.9

II.9. BEBERAPA PENELITIAN TENTANG EPILEPSI

1. FDA Warns of Aseptic Meningitis Risk With Lamotrigine

2 Agustus 2010 - The US Food and Drug Administration (FDA) memperingatkan

bahwa lamotrigin (Lamictal, GlaxoSmithKline), yang disetujui untuk pengobatan epilepsi

pada anak-anak 2 tahun dan untuk yang lebih tua dan gangguan bipolar pada orang dewasa,

dapat menyebabkan meningitis aseptis.7

Keputusan untuk merevisi label lamotrigin berdasarkan penelaahan laporan FDA

adverse event yang disampaikan antara bulan Desember 1994, ketika pertama kali disetujui,

dan November 2009. Sebanyak 40 kasus meningitis aseptik telah diidentifikasi dari dua anak

dan pasien dewasa yang memakai obat tersebut. Selama periode yang sama, diperkirakan

lebih dari 46.000.000 resep itu ditiadakan. 7

Di antara 40 kasus, sakit kepala, demam, mual, muntah, kekakuan nuchae, ruam,

fotofobia dan mialgia telah dicatat dicatatan FDA. Gejala terjadi 1-42 hari setelah mulai

meminum obat, dengan rata-rata 16 hari. Ada 1 melaporkan kematian, meskipun kematian

tidak dianggap sebagai hasil dari meningitis aseptis. Tiga puluh lima dari 40 pasien harus

dirawat inap. 7

Beberapa kasus melaporkan dari 25 data, terdapat temuan pada cerebrospinal fluid

(CSF). Analisis CSF menunjukkan pleocytosis ringan sampai sedang, kadar glukosa normal,

dan ringan. Selain itu, cairan tulang punggung ke otak perbedaan jumlah sel darah putih

menunjukkan dominasi neutrofil dalam banyak kasus, meskipun limfosit mendominasi. 7

18

Page 19: epilepsi (2)

"Aseptik meningitis adalah efek samping yang jarang tetapi serius pada penggunaan

Lamictal," kata Russell Katz, MD, direktur Divisi Neurology Produk di FDA Pusat Evaluasi

dan Penelitian Obat, dalam siaran pers. "Pasien yang mengalami gejala harus berkonsultasi

dengan profesional kesehatan mereka dengan segera." Lamotrigin dijual sebagai tablet

(Lamictal ODT), tablet, kunyah Dispersible (Lamictal CD), dan sebagai produk rilis

diperpanjang (Lamictal XR). 7

2. Ketogenic Diet Has No Major Long-Term Adverse Effects

24 Februari 2010 setelah menghentikan diet ketogenic (KD), sebagian besar keluarga

menyesalan tentang anak mereka yang mendapat diet tinggi lemak untuk mengontrol gejala

epilepsi.7

"Sebelumnya, ketika orang tua ditanya apakah anak mereka akan terkena serangan

jantung, jawaban saya adalah" Saya tidak berpikir begitu, '"Dr Kossoff kata Medscape

Neurology. "Sekarang," Aku cukup yakin mereka tidak akan. "7

Dalam KD, lemak, termasuk makanan seperti krim, mentega, minyak, mayones, dan

daging tinggi lemak, membentuk 90% dari kalori, dengan protein dan beberapa karbohidrat

yang membentuk sisanya. diet itu mungkin bekerja melalui beberapa mekanisme untuk

memicu perubahan biokimia untuk menghilangkan kejang, kata Dr Kossoff. 7

Untuk penelitian ini, peneliti mengevaluasi efek dari diet sampai 14 tahun setelah

penghentian nya (waktu rata-rata, 6 tahun) pada anak dengan epilepsi berat. Mereka termasuk

dalam analisis ini adalah pasien yang telah diobati dengan diet selama paling sedikit 1 bulan

dan telah dihentikan selama minimal 6 bulan. 7

Data diambil dari 101 kuesioner diisi oleh orang tua atau pasien sendiri. Para pasien

saat ini memiliki usia rata-rata 13 tahun dan mewakili semua jenis epilepsi (62% mengalami

gejala epilepsi umum). 7

Dari 25 keluarga yang memberikan hasil hati dan tes fungsi ginjal, tidak memiliki

hasil tes abnormal. Pada 26 pasien yang telah kolesterol mereka diuji, tingkat rata-rata adalah

157 mg / dL, dengan 3 pasien memiliki tingkat abnormal. Temuan ini menegaskan bahwa

meskipun tingkat kolesterol pada umumnya meningkat selama periode pasien berada di diet,

mereka kembali normal sesudahnya. 7

19

Page 20: epilepsi (2)

Tak satu pun dari orang tua menanggapi survei melaporkan infark miokard,

aterosklerosis, penyakit jantung koroner, atau kardiomiopati. Dua pasien melaporkan batu

ginjal, 8 mengalami patah tulang, dan 8 berpenyakit lanjut, termasuk berbagai infeksi karena

menghentikan KD itu. 7

Pada saat penghentian KD, 31 (31%) adalah kejang bebas, 16 (16%) memiliki 90%

sampai 99% pengurangan kejang, 12 (12%) memiliki 50% sampai 90% pengurangan kejang,

dan 42% memiliki kurang dari 50% kejang kontrol. 7

Pada saat survei, 37 dilaporkan menjadi kejang bebas, 16 telah 90% menjadi 99%

kejang terkontrol, 25 memiliki 50% sampai 90% kejang terkontrol dan 21 mengalami

perbaikan kurang dari 50%, 2 responden tidak menanggapi pertanyaan ini . 7

Dari 98 yang menjawab pertanyaan tersebut, 94 (96%) mengatakan mereka akan

merekomendasikan KD untuk keluarga lainnya. Tapi ketika tanya apakah mereka akan

mencoba diet sebagai intervensi lini pertama, sebelum anticonvulsants, jika diberi pilihan

lagi, hanya 54 (54%) setuju. 47 orang tua yang tidak akan menggunakan KD sebagai

pengobatan lini pertama ditanya berapa banyak anticonvulsants mereka akan mencoba

sebelum memulai KD; untuk 34 yang menanggapi, jumlah rata-rata adalah 3.

"Kami terkejut bahwa setengah hanya akan mencoba KD sebagai terapi lini pertama,

terutama mengingat respons mereka kadang-kadang dramatis," tulis penulis penelitian.

Kenyamanan mungkin obat antikonvulsi 1 faktor yang mempengaruhi keputusan ini, kata Dr

Kossoff. 7

3. Leucine-Rich Repeat Genes Associated With Autism Spectrum Disorders

31 Maret 2010 - Para ilmuwan telah mengumumkan identifikasi dari 2 gen yang

terkait dengan kerentanan terhadap gangguan spektrum autisme (ASDs). 7

Autisme adalah gangguan perkembangan saraf kompleks yang sekarang dikenal

sebagai sangat diwariskan, walaupun manifestasi bervariasi. ASDs termasuk autisme tidak

hanya tetapi juga Sindrom Asperger dan gangguan perkembangan. Gejala biasanya diakui

sebelum anak-anak berusia 3 tahun dan 4 kali didiagnosis pada anak laki-laki lebih banyak

dari perempuan. 7

20

Page 21: epilepsi (2)

Penelitian ini, diterbitkan Maret online 25 di Molekular autism, adalah upaya

kolaborasi antara para ilmuwan di Wellcome Trust Pusat Genetika Manusia di Britania Raya

dan rekan di Belanda, Jerman, dan Italia. 7

Peserta penelitian adalah 661 keluarga dari warisan Eropa putih dipilih dari 4

kelompok ASD: 439 Inggris terutama keluarga berpartisipasi dalam genetika molekular

Internasional Studi autism Konsorsium, 85 Italia dan 30 keluarga Jerman diperoleh melalui

konsorsium yang sama, dan 107 keluarga dari Belanda. Studi Populasi total terdiri dari 2758

individu. 7

Karena ASDs melibatkan gangguan perkembangan syaraf, peneliti fokus pada gen

coding untuk mengulang protein kaya leusin (LRR), yang sangat disajikan dalam sistem saraf

dan terlibat dalam pengembangannya. 7

"Menurut beberapa makalah, [LRR protein] terlibat dalam berbagai fungsi biologis

seperti interaksi hormon-reseptor, adhesi sel dan perdagangan, pengembangan sistem saraf

(terutama sel saraf dan rute migrasi akson), polarisasi sel, apoptosis, dan regulasi gen

ekspresi, "kata Ines Sousa pertama penulis, mahasiswa PhD, Wellcome Trust Pusat Genetika

Manusia, Universitas Oxford, Inggris, melalui email ke Medscape Neurology.7

"Mutasi pada gen LRR telah dikaitkan dengan penyakit yang berbeda (seperti epilepsi

temporal turun-temurun lateral, kebutaan X-linked malam stasioner bawaan, dan penyakit

Parkinson), yang membuat mereka bahkan lebih menarik untuk belajar," tambah Ms Sousa,

mencatat bahwa asosiasi penelitian terbaru menyarankan bahwa varian genomewide LRR

mungkin terlibat dalam ASD. 7

4. Pertussis Vaccination Triggers Dravet Syndrome in Predisposed Children

5 Mei 2010 - vaksinasi pertusis dapat memicu terjadinya sindrom Dravet awal pada

anak-anak yang ditakdirkan untuk mengembangkan penyakit ini karena mereka memiliki

kelainan genetik.7

Dravet sindrom, juga dikenal sebagai epilepsi myoctonic berat bayi, ditandai dengan

serangan yang dimulai sekitar 6 bulan usia dan cacat intelektual yang dimulai dari tahun

kedua kehidupan. Sekitar 70% sampai 80% dari anak-anak dengan sindrom Dravet memiliki

mutasi pada gen untuk saluran natrium SCN1A. 7

21

Page 22: epilepsi (2)

"Di antara anak-anak, difteri [pertusis, dan tetanus (DPT)] vaksinasi tampaknya

terkait dengan mulai sedikit lebih awal dari gangguan dalam beberapa kasus," penulis utama

dari studi, Anne McIntosh, MD, dari Pusat Penelitian Epilepsi , University of Melbourne,

Victoria, Australia, mengatakan kepada Medscape Neurology. 7

"Namun, kedekatan dengan vaksinasi tidak mempengaruhi hasil untuk anak-anak, dan

tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksinasi DPT harus ditahan. Pada kenyataannya,

bahkan jika vaksinasi ini diberikan, hal ini sangat tidak mungkin ini akan mencegah

terjadinya gangguan tersebut, mengingat adanya sebuah gen yang menyebabkan sindrom

Dravet, "tambahnya.7

Pertusis vaksinasi telah diduga menyebabkan ensefalopati yang melibatkan kejang

dan cacat intelektual selanjutnya, dan link ini yang diusulkan telah menyebabkan beberapa

orang tua untuk menolak vaksinasi untuk anak-anak mereka. 7

Dalam karya sebelumnya, para peneliti menemukan bahwa 11 dari 14 pasien yang

mengembangkan vaksin ensefalopati ternyata memiliki sindrom Dravet, yang terkait dengan

mutasi gen SCN1A. 7

Para peneliti melakukan studi saat ini untuk menetapkan apakah asosiasi yang jelas

antara vaksinasi DTP dan sindrom Dravet adalah hasil dari bias mengingat dan, jika tidak,

apakah vaksinasi mempengaruhi onset atau hasil klinis dari gangguan ini. 7

"Cerita tentang anak-anak yang sehat dan kemudian berkembang kejang parah dan

kerusakan otak setelah vaksinasi merupakan sumber dimengerti kegelisahan bagi orang tua,"

kata Dr McIntosh. "Apa yang menunjukkan penelitian ini adalah bahwa dalam beberapa dari

anak-anak, vaksin DPT bisa memicu timbulnya sindrom Dravet pada waktu sedikit lebih

awal. Namun, ini bukan alasan untuk menahan atau menunda vaksinasi." 7

"Pesan penting dan bukti-bukti ilmiah lainnya adalah bahwa vaksinasi dapat terjadi

sekitar saat yang sama beberapa gangguan parah menjadi jelas, tetapi bukan vaksinasi itu

sendiri yang menyebabkan gangguan ini. Bahkan, vaksin merupakan cara yang relatif aman

untuk mencegah jenis penyakit anak-anak yang dapat memiliki konsekuensi yang sangat

parah. Dalam kasus anak-anak yang memiliki kelainan genetik, Dravet sindrom akan

dikembangkan puDalam editorial yang menyertai, Max Wiznitzer, MD, dari Rainbow Babies

& Childrens Hospital dan Case Western Reserve University, Cleveland, Ohio, mengatakan

22

Page 23: epilepsi (2)

Medscape Neurology: "Ini adalah meyakinkan bahwa, untuk anak-anak dengan sindrom

Dravet, vaksinasi belum terbukti memperburuk ini gangguan. " 7

5. FDA Advisory Panel Endorses Acthar Gel for Infantile Spasms

1 Mei 2010 - Anggota dari US Food and Drug Administration (FDA) Peripheral dan

Central Nervous System Narkoba Komite Penasihat telah mendukung aplikasi obat baru

Questcor Farmasi 'untuk penggunaan injeksi repositori kortikotropin (Acthar Gel) untuk

mengobati kejang pada anak-anak. 7

Acthar Gel telah digunakan secara tidak resmi selama lebih dari 50 tahun oleh ahli

saraf untuk mengobati berbagai gangguan, termasuk multiple sclerosis dan kejang.

Mendapatkan indikasi resmi dari FDA akan membuat obat yang tersedia untuk "semua orang

yang membutuhkan," kata pejabat perusahaan. 7

Eric I. Felner, MD, direktur diabetes dan endokrinologi di Hughes Spalding

Children's Hospital di Emory University School of Medicine di Atlanta, Georgia, mengatakan

bahwa Acthar Gel adalah "Masih lebih baik dari apa pun di luar sana, dan obat telah ada

selama 50 tahun” .7

Meskipun dukungan tersebut, banyak anggota panel tidak setuju dengan klaim

Questcor bahwa efek samping serius yang terkait dengan Acthar Gel adalah "diprediksi,

mudah dikenali dan dikelola, dan reversibel setelah penghentian obat."

Phillip L. Pearl, MD, profesor pediatri dan neurologi di George Washington University

School of Medicine di Washington, DC, dan kepala divisi Anak Umum Neurology di

Children's National Medical Center, memperingatkan terhadap apa yang ia sebut "lunak

mengayuh toksisitas" dari Acthar. 7

"Ini adalah obat beracun ini telah dikaitkan dengan sepsis dan kematian;. Itu

menyebabkan penyusutan otak pada imaging, hipertensi, hipokalemia, hiponatremia,

intoleransi glukosa. Kami mendapatkan data efek buruk terhadap 319 pasien dari sponsor.7

"Tidak ada yang mudah tentang penggunaan ACTH," tambah Dr Pearl. "Bagi kita

yang memiliki banyak pengalaman dengan itu, dan terus terang saya lakukan, itu bukan

sebuah obat yang mudah untuk diberikan dan Anda bisa masuk ke segala macam kesulitan.

23

Page 24: epilepsi (2)

Komite Penasehat kursi, Britt Anderson, MD, dari Universitas Waterloo, Ontario, Kanada,

menyuarakan keprihatinan serupa. 7

Anggota panel menyarankan agar registry secara resmi dibentuk untuk melacak

kejadian buruk dan keamanan dengan Acthar Gel. Lainnya menyarankan penambahan pada

kemasan. 7

"Ini akan membantu harus jelas dalam kemasan tentang apa yang perlu dipantau

tekanan darah., Elektrolit, atrofi otak, perubahan cardiomyopathic, hal ini harus jelas

dinyatakan," kata Dr Pearl. 7

Meskipun kekhawatiran mereka tentang keamanan, sebagian besar panel berpikir

bahwa manfaat obat tersebut jauh melebihi risiko. Samuel Frank, MD, asisten profesor

neurologi di Boston University, Massachusetts, yang merupakan perwakilan konsumen yang

bekerja pada panel, berkata, "Para pasien yang akan mendapatkan itu dan keluarga mereka

bersedia untuk mentolerir resiko tinggi." 7

6. Valproic Acid in Pregnancy Linked to Several Congenital Malformations

Juni 2010 - Sebuah studi baru mengkonfirmasi bahwa paparan trimester pertama

untuk asam valproik dikaitkan dengan peningkatan risiko spina bifida dibandingkan dengan

tidak menggunakan obat antiepileptic atau dengan penggunaan obat antiepileptic lainnya.

Penelitian ini juga link-trimester pertama asam valproik eksposur risiko meningkatkan

malformasi kongenital lain: cacat septum atrium, sumbing, hipospadia, polydactyly, dan

craniosynostosis.7

"Hal ini juga diketahui bahwa eksposur trimester pertama asam valproik dikaitkan

dengan meningkatnya risiko spina bifida, dikonfirmasi dalam studi ini Tapi data tentang

risiko cacat lahir spesifik lainnya terbatas," studi penyidik Lolkje TW. de Jong-van den Berg,

PhD, dari Departemen Pharmacoepidemiology dan Pharmacoeconomics, University

Groningen, Belanda, mencatat di email ke Medscape Neurology. 7

Para penulis menyimpulkan, bahwa meskipun risiko relatif untuk beberapa

malformasi meningkat dalam asosiasi dengan menggunakan asam valproik pada awal

kehamilan, tingkat absolut rendah. Mayoritas anak-anak yang lahir dari ibu yang mengambil

asam valproik selama hamil tidak memiliki kelainan, mereka menulis.7

24

Page 25: epilepsi (2)

"Pada kelompok saya, kami menjauhkan diri dari asam valproik kecuali hanya obat

yang bekerja," Sandra L. Helmers, MD, MPH, yang tidak terlibat dalam penelitian ini,

mencatat dalam wawancara telepon dengan Medscape Neurology.

"Ini penelitian baru lagi menekankan betapa pentingnya masalah ini bukan hanya pada wanita

yang sedang hamil tetapi wanita usia subur. Itu berarti Anda harus merencanakan ke depan,

dari hari 1 - itu berarti wanita remaja dengan epilepsi - dan membicarakan hal ini dengan

mereka," tambah Dr Helmers, yang merupakan profesor neurologi dan pediatri di Emory

University School of Medicine di Atlanta dan anggota American Academy of Neurology. 7

7. Epilepsy Drug Ezogabine Gets Green Light From FDA Advisory Panel

2 Agustus 2010 - The epilepsi obat baru ezogabine (Potiga, Valeant Farmasi Amerika

Utara) memenangkan dukungan dari Food and Drug Administration's (FDA) Peripheral and

Central Nervous System Drugs Advisory Committee, yang sepakat untuk sebagai pengobatan

adjunctive di-onset kejang parsial.7

Ezogabine adalah pembuka saluran kalium, mengaktifkan saluran potasium tegangan-

gated tertentu di otak. Namun, ini mekanisme aksi yang unik juga dianggap bertanggung

jawab untuk beberapa efek beracun yang tidak biasanya terlihat dengan anticonvulsants lain,

terutama retensi urin.7

M. Philip Hanno, MD, MPH, profesor urologi di bedah di University of Pennsylvania,

Philadelphia, mengatakan dia setuju bahwa potensi untuk retensi urin dapat diatasi dengan

memonitor pasien.7

Ini adalah obat baru yang akan digunakan dalam ribuan pasien, tambahnya. "Akan

sangat baik untuk memiliki sebuah studi yang menunjukkan, baik di normals dan pada pasien

dengan epilepsi, apakah ada perubahan urodynamic yang mungkin sinyal masalah masa

depan pada pasien tertentu sehingga kita akan tahu apakah atau tidak untuk memberi mereka

ezogabine atau untuk extravigilant untuk retensi mungkin. " 7

"Ketika saya masih di sekolah kedokteran, epilepsi sebagian besar penyakit anak-

anak," katanya. "Hari ini, epilepsi sebagian besar penyakit pada lansia Kami memiliki

informasi yang sangat sedikit pada kelompok itu.. Kita harus berhati-hati dengan populasi itu,

yang jelas yang berisiko lebih tinggi. Kita tidak bisa berasumsi, dari sifat jinak dari

komplikasi dalam sangat muda penduduk, umur 37 rata-rata, dari studi ini 3, bahwa hasil

25

Page 26: epilepsi (2)

yang sama akan berlaku untuk penduduk lebih rentan, yang sekarang kelompok terbesar

pasien epilepsi.7

Ditanyakan oleh Britt Ketua Komite Penasihat Anderson, MD, PhD, dari University

of Waterloo di Kanada, apakah ia akan menyarankan bahwa ezogabine tidak digunakan

dalam pasien yang lebih tua dari 65 tahun, mengingat tidak adanya data klinis pada kelompok

itu, Dr Wasterlain jawab bahwa ia akan mendukung rekomendasi untuk berhati-hati dalam

kelompok usia tersebut. 7

8. Pediatric Epilepsy Patients Having Improved Outcomes After Surgery

21 Mei 2010 (PERKEMBANGAN 19 Juni 2010) - pasien epilepsi anak-anak menjadi

lebih bebas kejang setelah operasi dibandingkan sebelumnya, kata para peneliti. Mereka

atribut perbaikan teknologi yang lebih baik, prosedur, dan perubahan dalam praktek klinis.

"Pasien yang telah gagal 2 atau 3 obat antiepileptic yang bersifat magnetis resonansi imaging

positif sangat tidak mungkin untuk merespon obat saja," kata investigator senior Gary

Mathern, MD, dari Universitas California di Los Angeles, mengatakan dalam sebuah

wawancara.7

Dr Mathern kini pelaporan data baru dari UCLA membandingkan hasil untuk 192

pasien epilepsi anak dioperasikan di tahun-tahun pertama dari program pusat untuk orang-

orang untuk 379 pasien dirawat di dekade terakhir. Perbedaan antara hasil pasien muda yang

menjalani operasi pada awal tahun 1986-1997 dibandingkan dengan lebih baru-baru ini yang

mencolok. 7

Dalam editorial yang menyertai, Elizabeth Donner, MD, dari Rumah Sakit untuk

Sakit Anak-anak di University of Toronto di Ontario, Kanada, dan Howard Goodkin, MD,

dari University of Virginia di Charlottesville Sistem Kesehatan, kata para peneliti harus

commended untuk mereka upaya untuk meneliti praktek mereka sendiri. "Temuan mereka

nilai untuk melakukan pembedahan untuk epilepsi pada anak-anak." 7

"Orang tua dan dokter merujuk tidak akan melihat operasi epilepsi anak sebagai

pengobatan pilihan terakhir," kata salah satu penulis Raman Sankar, MD, dari Mattel

Children's Hospital di UCLA, dalam siaran berita. "Pengalaman kami menunjukkan bahwa

dengan lebih awal dan lebih sukses operasi, anak-anak dapat mengharapkan kehidupan yang

lebih normal."7

26

Page 27: epilepsi (2)

"Tanpa bedah, anak-anak ini beresiko untuk ensefalopati epilepsi dan IQ kurang dari

50," kata Dr Mathern. "Kita tahu kapan pengobatan telah gagal dalam waktu beberapa bulan,

tapi aku sering melihat pasien 4 atau 5 tahun kemudian. Kita harus masuk ke sana untuk

menghentikan kejang dan memberikan sisa otak kesempatan untuk berkembang," katanya. 7

9.Children With New Epilepsy Often Have Delayed Brain Development

3 Juni 2010 penelitian epilepsi terbaru dapat mengubah perkembangan otak dan

meningkatkan volume keterlambatan materi putih. Penemuan baru ini memiliki implikasi

untuk pengembangan kognitif anak-anak dengan epilepsi yang baru didiagnosa yang

mungkin mengalami penurunan konektivitas otak dan gangguan fungsi eksekutif.7

Mereka menemukan perubahan volume materi abu-abu adalah sebanding untuk

epilepsi dan kelompok kontrol. Ada penurunan yang signifikan dalam hal total abu-abu otak

terutama disebabkan penurunan di lobus frontal dan parietal. 7

Risiko untuk ensefalopati epilepsi kelainan perkembangan adalah sesuatu yang paling

dokter khawatirkan. Gary Mathern, MD, dari Universitas California di Los Angeles, yang

baru-baru ini berbicara dengan Medscape Neurology.7

Gugus tugas mendesak dokter untuk mempertimbangkan pendekatan ini: setelah 2

percobaan yang memadai obat yang tepat dan ditoleransi dengan baik, pasien yang terus

mengalami kejang harus dirujuk ke spesialis.7

27

Page 28: epilepsi (2)

BAB III

KESIMPULAN

1. Epilepsi adalah kondisi tubuh yang bermula dari gangguan fungsi otak secara

intermiten yang menyebabkan bangkitan kejang-kejang (seizure) berulang kali yang

disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel.

2. Menurut klasifikasi internasional kejang epileptik terdiri dari parsial sederhana,

kejang-kejang menyeluruh dan kejang tidak terklarifikasi.

3. Elektrosefalografi (EEG) mutlak diperlukan pada setiap kasus yang dicurigai sebagai

epilepsi. EEG bermanfaat dalam menentukan jenis epilepsi dan prognosisnya.

4. Gejala klinis epilepsi adalah

Kejang Parsial

a. Kejang Parsial Kompleks (30 detik – 2 menit)

Serangan yang dimulai dari lobus temporal: mata terbuka, merasa mereka

sedang berkhayal, sering tidak menyadari apa yang telah terjadi karena

serangan epilepsi ini menghapus ingatan akan kejadian itu.

Serangan yang dimulai dari lobus frontal: firasat seperti perasaan aneh di

perut, kehilangan kesadaran, menatap nanar, menggerakkan bibirnya,

memegang udara atau bajunya, atau melakukan gerakan tak berguna,

mengulangi kata-kata atau kalimat, tertawa, menjerit atau menangis.

b. Kejang Parsial Sederhana (<2 menit)

Motor seizures:

Serangan epilepsi mengakibatkan perubahan aktifitas otot. Misalnya, jari

gemetar, atau bagian tubuh yang menegang.

Sensory seizures:

Merasakan rasa atau bau yang tidak ada, mendengar suara klik, kring, atau

suara manusia; dan merasakan sensasi ditusuk jarum atau kebas.

Autonomic seizures:

Sensasi aneh atau tak nyaman di perut, dada dan kepala; perubahan

kecepatan detak jantung dan pernafasan, berkeringat, dan berdiri bulu

roma.

28

Page 29: epilepsi (2)

Psychic seizures:

Masalah ingatan, berbicara tidak jelas, dan tidak mampu mencari kata

yang tepat, tidak mampu memahami kalimat, dan ketakutan, depresi,

kebahagiaan tanpa sebab yang jelas.

Kejang-kejang Menyeluruh

Tonic (20 detik)

Clonic (kontraksi dan relaksasi cepat pada otot)

Tonic Clonic (1-3 menit)

Atonic (< 15 detik)

Otot kehilangan tenaga, berupa kelopak mata yang tertutup, kepala yang

mengangguk, lepasnya genggaman, atau jatuhnya seseorang.

Myoklonic (1-2 detik)

Sentakan mendadak yang terjadi di otot.

1.Juvenile myoclonic epilepsy (terjadi didaerah leher, pundak dan

tangan bagian atas).

2.Lennox-Gastaut syndrome (terjadi didaerah leher, pundak, tangan

bagian atas dan wajah)

3. Progressive myoclonic epilepsy (kombinasi kejang mioklonik

dengan tonik-klonik)

Spasme Infatil

Kontraksi leher simetris singkat pada leher, badan dan tungkai

Kejang Tidak Terklarifikasi : gerakan bola mata yang ritmik, mengunyah-ngunyah,

gerakan seperti berenang, menggigil atau pernapasan berhenti sementara.

5. Penatalaksanaan epilepsi adalah

Medikamentosa

Operasi

Stimulasi sistem saraf vagus

Diet ketogenik

Edukasi

6. Beberapa penelitian tentang epilepsi di tahun 2010

FDA Warms of Aseptic Meningitis Risk With Lamotrigine

Ketogenic Diet Has No Major Long-Term Adverse Effects

Leucine-Rich Repeat Genes Associated With Autism Spectrum

Disorders

29

Page 30: epilepsi (2)

Pertussis Vaccination Triggers Dravet Syndrome in Predisposed

Children

FDA Advisory Panel Endorses Acthar Gel for Infantile Spasms

Valproic Acid in Pregnancy Linked to Several Congenital

Malformations

Epilepsy Drug Ezogabine Gets Green Light From FDA Advisory Panel

Pediatric Epilepsy Patients Having Improved Outcomes After Surgery

Chilren With New Epilepsy Often Have Delayed Brain Development

DAFTAR PUSTAKA

30

Page 31: epilepsi (2)

1. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Hal : 269.

2005-2007.

2. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. Hal 2053, 2000.

3. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran

Indonesia. Hal : 27. 2000.

4. http://www.epilepsynse.org.uk/pages/info/leaflets/explaini.cfm

5. Snell. Neuroanatomi Klinik. Jakarta : EGC. Hal 330. 2007

6. Epilepsy.com

7. www.medscape.com/resource/epilepsy 8. http://pediatrics.about.com/cs/conditions/a/msp_epilepsy.htm

9. http://epilepsiindonesia.com/pengobatan/pengobatan-untuk-epilepsi-pada-

anak

10. engl j med. march 4 2010. Ethosuximide, Valproic Acid, and Lamotrigine in

Childhood Absence Epilepsyn 362;9

31