Lp Epilepsi

28
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EPILEPSI A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Epilepsi ialah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan- serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi. Serangan ialah suatu gejala yang timbulnya tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba (Mansjoer, 2000). Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan dan berkala (Harsono, 2007). 2. Etiologi a. Idiopatik: sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik.

description

LP EPILEPSI

Transcript of Lp Epilepsi

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA EPILEPSIA. Konsep Penyakit

1. PengertianEpilepsi ialah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi. Serangan ialah suatu gejala yang timbulnya tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba (Mansjoer, 2000).Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan dan berkala (Harsono, 2007).

2. Etiologia. Idiopatik: sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik.b. Faktor herediter: ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai bangkitan kejang seperti sklerosis tuberosa, neurofibriomatosis, angiomatosis ensepalo-trigeminal, fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.c. Faktor genetik: pada kejang demam dan breath holding spellsd. Kelainan kongenital otak: atropi, forensepali, agenesis korfus kalosum.e. Gangguan metabolik: Hipoglikemia, hipokalsimia, hiponatremia, hipernatremia.f. Infeksi: radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya, toksoplasmosis.g. Trauma: Kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural.h. Neoplasma otak dan selaputnya.i. Kelainan pembuluh darah, mal formasi, penyakit kolagen.j. Keracunan: timbal (Pb), kamper (kapur barus), fenotiazin, air.k. Lain-lain: penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon degenerasi serebral.3. PatofisiologiSecara umum, epilepsi terjadi karena menurunnya potensial membran sel saraf akibat proses patologik dalam otak, gaya mekanik atau toksik, yang selanjutnya melepas muatan listrik dari sel saraf tersebut (Mansjoer, 2000). Beberapa penyelidikan menunjukkan peranan asetilkolin sebagai zat yang merendahkan potensial membran postsinaptik dalam hal terlepasnya muatan listrik yang terjadi sewaktu-waktu saja, sehingga manifestasi klinisnya muncul sewaktu-waktu. Bila asetilkolin sudah cukup tertimbun di permukaan otak, maka pelepasan muatan listrik sel-sel saraf kortikal dipermudah. Setilkolin diproduksi oleh sel-sel saraf kolinergik dan merembes keluar dari permukaan otak. Pada kesadaran waspada (terjaga) lebih banyak asetilkolin lebih banyak merembes ke luar dari permukaan otak dari pada selama tidur.Pada epilepsi idiopatik, tipe grandmal, secara primer muatan listrik dilepas oleh nuklei intralaminares talami, yang dikenal juga sebagai inti centercephalic. Inti ini merupakan terminal dari lintasan asendens aspesifik atau lintasan asendens ekstralemsnikal. Input dari korteks serebri melalui lintasan aspesifik itu menentukan derajat kesadaran. Bilamana sama sekali tidak ada input maka timbullah koma. Pada grandmal, oleh karena sebab yang belum dapat dipastikan, terjadilah lepas muatan listrik dari inti-inti intralaminar talamik secara berlebih. Perangsangan talamokortikal yang berlebihan ini menghasilkan kejang seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi sel-sel saraf yang memelihara kesadaran yang menerima impuls aferen dari dunia luar sehingga kesadaran menghilang.Serangan epilepsi dimulai dengan meluasnya depolarisasi impuls dari fokus epileptogenesis, mula-mula ke neuron sekitarnya lalu ke hemisfer sebelahnya, subkortek, thalamus, batang otak dan Kemudian untuk bersama-sama dan serentak dalam waktu sesaat menimbulkan serangan kejang. Setelah meluasnya eksitasi selesai dimulailah proses inhibisi di korteks serebri, thalamus dan ganglia basalis yang secara intermiten menghambat discharge epileptiknya. Pada gambaran EEG dapat terlihat sebagai perubahan dari polyspike menjadi spike and wave yang makin lama makin lambat dan akhirnya berhenti. Dulu dianggap berhentinya serangan sebagai akibat terjadinya exhaustion neuron. (karena kehabisan glukosa dan tertimbunnya asam laktat). Namun serangan epilepsi bisa terhenti tanpa terjadinya neuronal exhaustion.

Pada keadaan tertentu (hipoglikemia otak, hipoksia otak, asidosis metabolik) depolarisasi impuls dapat menimbulkan aktivitas serangan yang berkepanjangan disebut status epileptikus.4. Manifestasi KlinisMenurut Commission of Classification and Terminology of the International League Against Epilepsy (ILAE) tahun 1981, epilepsy diklasifikasikan sebagai berikut :a. Epilepsi parsial (fokal, lokal)1) Sawan parsial sederhana kesadaran tetap normala) Dengan gejala motorik Fokal motorik tidak menjalar Fokal motorik menjalar (dikenal dengan Epilepsi Jackson) Versiz disertai gerakan memutar tubuh, mata, kepala Postural disertai lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu

Fonasi disertai dengan arus bicara terhenti atau menimbulkan bunyi- bunyian tertentub) Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial (melibatkan pancaindera) Somatosensoris timbul rasa kesemutan atau seperti ditusk jarum Visual terlihat kilatan cahaya

Auditorius terdengar sesuatu Olfaktoris terhidu sesuatu

Disertai vertigoc) Dengan gejala atau tanda gangguan syaraf otonom pucat, berkeringat, dilatasi pupil.d) Dengan gejala psikis (gangguan fungsi luhur) sensasi epigastrium, Disfasia mengulang suku kata, kata atau bagian kalimat Dimnesia gangguan fungsi ingatan seperti pernah mengalami, merasakan, melihat atau sebaliknya tidak pernah. Kognitif gangguan orientasi waktu Afektif merasa senang, susah, marah, takut

Ilusi perubahan persepsi benda yang dilihat Halusinasi kompleks (berstruktur) : mendengar ada yangbicara, musik, melihat suatu fenomena tertentu2) Epilepsi parsial kompleks (disertai gangguan kesadaran)a) Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran

Dengan gejala parsial sederhana disertai dengan menurunnya kesadaran Dengan automatisme : gerakan-gerakan tidak terkendali dan tidak disadarib) Dengan penurunan kesadaran sejak permulaan serangan Hanya dengan penurunan kesadaran Dengan automatisme3) Epilepsy parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik, tonik, klonik)a) Sawan parsial sederhana yang berkembangan menjadi bangkitan umumb) Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan umumc) Sawan parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang menjadi bangkitan umumb. Epilepsi umum (konvulsif dan non-konvulsif)1) Epilepsi lena (absence) : kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak membengong, bola mata dapat memutar ke atas, tidak ada reaksi bila diajak bicara, biasanya berlangsung - menit dan sering dijumpai pada anak. Cirikhasnya :a) Hanya penurunan kesadaranb) Dengan komponen klonik ringanc) Dengan komponen atonikd) Dengan komponen tonike) Dengan automatisme

f) Dengan komponen autonom : kombinasi

2) Epilepsi lena tak khas (atypical absence) : dapat disertai dengan gangguan tonus yang lebih jelas ; permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadak.3) Epilepsi mioklonik : terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot-otot, sekali atau berulang-ulang.4) Epilepsi klonik : tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang kelonjot.

5) Epilepsi tonik : tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku.6) Epilepsy tonik-klonik (Grandmal epilepsy)Serangan dapat diawali dengan aura, klien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung selama kira-kira - menit diikuti kejang kelonjot diseluruh badan. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan nafas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah meningkat saat kejang, mulut menjadi berbusa karena hembusan nafas kuat. Mungkin pula klien miksi. Setelah kejang selesai, klien dapat bangun dengan kesadaran yang masih rendah atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah dan nyeri kepala

7) Epilepsi atonik : otot-otot seluruh badan mendadak lemas sehingga klien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik dan dapat juga menurun sebentar.8) Status epileptikum : aktifitas kejang yang berlangsung terus-menerus lebih dari 30 menit tanpa pulihnya kesadaran.c. Epilepsi tak tergolongkanIalah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang ritmik, mengunyah-ngunyah, gerakan seperti berwenang, menggigil atau pernafasan yang mendadak berhenti sejenak.5. Pemeriksaan PenunjangElektroensefhalografi (EEG) merupakan pemeriksaan penunjang yang informatif yang dapat memastikan diagnosis epilepsi bila ditemukan pola EEG yang bersifat khas epileptik baik terekam saat serangan maupun diluar serangan berupa gelombang, runcing, gelombang paku, runcing lambat, paku lambat. Pemeriksaan tambahan lain yang juga bermanfaat adalah pemeriksaan poto polos kepala, yang berguna untuk mendeteksinya adanya fraktur tulang tengkorak: CT scan, yang berguna untuk mendeteksi adanya infark, hematom, tumor, hidrosefalus, sedangkan pemeriksaan laboratorium dilakukan atas indikasi untuk memastikan adanya kelainan sistemik seperti hipoglikemia, hiponatremia, uremia, dan lain-lain.6. PenatalaksanaaTujuan Pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan tanpa mengganggu kapasitas fisik dan intelek pasien. Pengobatan epilepsi meliputi pengobatan medikamentosa dan pengobatan psikososial.a. Pengobatan Medika MentosaPada epilepsi yang simtomatis dimana sawan yang timbul adalah manifestasi penyebabnya seperti; tumor otak, radang otak, gangguan metabolik, maka di samping pemberian obat anti epilepsi diperlukan pula terapi kasual.b. Pengobatan PsikososialPasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang optimal sebagian besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani pengobatannya, sehingga dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja, dan bermasyarakat secara normal.7. PrognosisPasien epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas serangan paling sedikit 2 tahun, dan apabila lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir obat dihentikan, pasien tidak mengalami sawan lagi, dikatakan telah mengalami remisi. Diperkirakan 30% pasien tidak akan mengalami remisi meskipun minum obat secara teratur. Sesudah remisi, kemungkinan munculnya serangan ulang paling sering didapat pada sawan tonik klonik dan sawan parsial kompleks. Demikian pula usia muda lebih mudah mengalami relaps sesudah remisi.B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatana. Data Subyektif, antara lain :1) Keluhan UtamaUntuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasanya ketempat pelayanan kesehatan karena klien yang mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba disertai mulut berbuih. Kadang-kadang klien / keluarga mengeluh anaknya prestasinya tidak baik dan sering tidak mencatat. Klien atau keluarga mengeluh anaknya atau anggota keluarganya sering berhenti mendadak bila diajak bicara.2) Riwayat kesehatan.

Klien yang berhubungan dengan faktor resiko bio-psiko-spiritual. Kapan klien mulai serangan, pada usia berapa. Frekuensi serangan, ada faktor presipitasi seperti suhu tinggi, kurang tidur, dan emosi yang labil. Apakah pernah menderita sakit berat yang disertai hilangnya kesadaran, kejang, cedera otak operasi otak, Apakah klien terbiasa menggunakan obat-obat penenang atau obat terlarang, atau mengkonsumsi alkohol. Klien mengalami gangguan interaksi dengan orang lain / keluarga karena malu, merasa rendah diri, ketidak berdayaan, tidak mempunyai harapan dan selalu waspada/berhati-hati dlm hubungan dgn orang lain.

3) Riwayat kesehatan keluarga.

Dimaksudkan untuk mendapatkan informasi kemungkinan masalah yang sama pada keluarga.4) Klien dapat mengeluhkan kelemahan/lelah dan kurang mampu melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Data Objektif, antara lain:Dari pemeriksaan fisik didapat penurunan kekuatan otot. Data pada saat serangan dijumpai:

1) Perubahan pada tanda-tanda vital berupa peningkatan tekanan darah, denyut nadi meningkat dan sianosis.2) Inkontinensia urin dan fekal.3) Perlukaan pada gusi dan lidah.4) Ada riwayat nyeri, kehilangan kesadaran/pingsan, kehilangan kesadaran sesaatklien menangis, jatuh kelantai, disertai komponen motorik seperti kejang tonik klonik.5) Mioklonik.tonik, klonik, atonik. Klien menggigit lidah. mulut berbuih, ada inkontinensia urin dan fekal, bibir dan muka cianosis, mata dan kepala bergerak memutar-mutar pada satu posisi atau keduanya.c. Data setelah Serangan:

1) Setelah serangan tanda-tanda vital mungkin berubah.

2) Klien mengalami lethargi, bingung, otot sakit, gangguan bicara, nyeri kepala.

3) Perubahan dalam gerakan misalnya hemiplegi/hemiparese sementara.

4) Klien lupa atau sedikit ingat terhadap kejadian yang menimpa dirinya.

5) Terjadi perubahan kesadaran/tidak, pernafasan, denyut jantung.

6) Ada perlukaan/cedera.

7) Gusi mengalami hiperplasi karena efek samping penggunaan Dilantin.Deskripsi spesifik dari kejang harus mencakup beberapa data penting meliputi:1) Awitan yakni serangan itu mendadak atau didahului oleh prodormal dan fase aura.

2) Durasi kejang berapa lama dan berapa kali frekuensinya.

3) Aktivitas motorik mencakup apakah ekstrimitas yang terkena sesisi atau bilateral, dimana mulainya dan bagaimana kemajuannya.

4) Status kesadaran dan nilai kesadarannya. Apakah klien dapat dibangunkan selama atau setelah serangan ?

5) Distrakbilitas, apakah klien dapat memberi respon terhadap lingkungan. Hal ini sangat penting untuk membedakan apakah yang terjadi pada klien benar epilepsi atau hanya reaksi konversi.

6) Keadaan gigi. Apakah pada saat serangan gigi klien tertutup rapat atau terbuka.

7) Aktivitas tubuh seperti inkontinensia, muntah, salivasi dan perdarahan dari mulut.

8) Masalah yang dialami setelah serangan paralisis, kelemahan, baal atau semutan, disfagia, disfasia cedera komplikasi, periode post iktal atau lupa terhadap semua pristiwa yang baru saja terjadi.

9) Faktor pencetus seperti stress emosional dan fisik.2. Diagnosa keperawatana. Risiko cedera berhubungan dengan tipe kejang.b. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhial.c. Kerusakan memori berhubungan dengan hipoksia.d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan aktivitas kejang.e. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan perkembangan.f. Risiko isolasi berhubungan dengan perubahan status kesehatan.g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit kronis.h. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian.i. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan keterbatasan paparan.j. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan konflik pengambilan keputusan.3. Intervensia. Diagnosa 1 : Risiko cedera berhubungan dengan tipe kejang.1) NOC : Pengendalian Resiko.2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pencegahan jatuh selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami cedera dan tetap tenang dengan seringnya pengendalian resiko skala 3.3) Kriteria hasil :a) Pantau faktor resiko perilaku dan lingkungan.b) Mempersiapkan lingkungan yang aman (misalnya, penggunaan tikar karet).c) Menghindari cedera fisik.d) Mengidentifikasi risiko yang meningkatkan kerentanan terhadap cedera.e) Orang tua akan mengenali resiko dan memantau kekerasan.Skala :1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang

4. Sering

5. Konsisten4) NIC : Mencegah Jatuh

a) Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misalnya perubahan status mental, usia, pengobatan dan defisit motorik / sensorik.b) Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan risiko jatuh.c) Singkirkan benda-benda yang dapat menimbulkan bahaya.d) Arahkan anak ke area aman, khususnya jauh dari jendela, tangga, alat pemainan/sumber air.e) Jangan membuat anak teragitasi; bicara dengan suara lembut dan sikap tenang.f) Lindungi anak setelah kejang.b. Diagnosa 2 : Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhial1) NOC : Kontrol Aspirasi 2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mencegah Jatuh selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas pasien kembali efektif dengan seringnya memonitor aspirasi skala 2.3) Kriteria hasil :a) Mengidentifikasi faktor risiko.

b) Menghindari faktor risiko.

c) Menyediakan makanan sesuai kemampuan menelan pasien.

d) Mengupayakan konsitusi cairan dan makanan.

Skala :

1. Ekstrem

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak ada4) NIC : Mencegah Jatuh

a) Pengelolaan jalan nafas.

b) Ajarkan batuk secara efektif.

c) Posisikan 90 derajat sesuai kemampuan.

d) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.

e) Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan untuk membersihkan sekresi.c. Diagnosa 3 : Kerusakan memori berhubungan dengan hipoksia1) NOC : Orientasi Kognitif 2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pelatihan Memori selama 3 x 24 jam diharapkan pasien tidak menunjukkan kerusakan memori dengan status orientasi kognitif skala 4. 3) Kriteria hasil :

a) Mengidentifikasikan orang terdekat, tempat sekarang, dan musim, tahun, hari yang benar.

b) Menggunakan teknik untuk membantu memperbaiki memori.

c) Secara akurat mengingat secara tepat, informasi saat ini dan lama.

d) Mengungkapkan kemampuan yang lebih baik untuk mengingat.

Skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang

4. Sering

5. Konsisten4) NIC : Pelatihan Memori

a) Kaji depresi, ansietas, dan peningkatan stres yang mungkin memberikan kontribusi pada kehilangan memori.

b) Kaji fungsi neurologis untuk menentukan masalah pasien, apakah kehilangan memori atau demensia.

c) Beri label pada barang-barang.

d) Bantu pasien untuk rileks untuk meningkatkan konsentrasi.

e) Berikan kesempatan pasien untuk konsentrasi seperti suatu permainan pasangan kartu yang sesuai.

f) Berikan gambar pengingat memori; bila diperlukan.d. Diagnosa 4 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan aktivitas kejang1) NOC : Citra Tubuh2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencapaian Citra Tubuh selama 3x24 jam diharapkan persepsi pasien terhadap dirinya positif dengan status citra tubuh skala 33) Kriteria hasil :

a. Kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

b. Kesesuaian antara realitas tubuh, ideal tubuh dan wujud tubuh.

c. Mengidentifikasi kekuatan personal.

d. Memelihara hubungan sosial yang dekat dan hubungan personal.Skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang

4. Sering

5. Konsisten4) NIC : Pencapaian Citra Tubuh

a) Tentukan bagaimana respon anak terhadap tubuhnya sesuai dengan tahap perkembangan.

b) Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia dari orang penting bagi pasien yang menyangkut citra tubuh.

c) Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan untuk berduka.

d) Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perhatian tentang hubungan personal yang dekat.e. Diagnosa 5 : Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan perkembangan.

1) NOC : Perkembangan Anak :2,3,4,5 tahun: Masa Kanak-kanak Pertengahan (%-11 tahun), dan Remaja (12-17 tahun).2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Harga Diri selama 3x24 jam diharapkan harga diri pasien positif (pasien dapat meningkatkan harga dirinya) dengan status perkembangan menunjukkan skala 3.3) Kriteria hasil :

a) 2 th : Mengindikasikan keinginan secara verbal, berinteraksi dengan orang dewasa dalam permainan sederhana.

b) 3 th : mampu mengatakan nama pertamanya; memainkan interaksi dengan anak seusianya.

c) 4 th : Mampu menjelaskan aturan-aturan permainan interaktid bersama teman seusianya.

d) Mempertahankan hubungan pribadi yang dekat.Skala :

1. Ekstrem

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak ada4) NIC : Peningkatan Harga Diri

a) Pantau pernyataan pasien tentang penghargaan diri.

b) Bantu pasien meningkatkan penilaian dirinya terhadap penghargaan diri.

c) Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien.

d) Beri penghargaan / pujian terhadap perkembangan pasien dalam pencapaian tujuan.

e) Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan dan dukungannya terhadap perkembangan konsep diri yang positif pada anak.f. Diagnosa 6 : Resiko isolasi sosial berhubungan dengan gangguan psikologis.1) NOC : Keterlibatan Sosial2) Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Sosialisasi selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat berinteraksi dengan lingkungan dan dapat diterima di lingkungan dengan status keterlibatan sosial menunjukkan skala 3.3) Kriteria Hasil :

a) Melaporkan adanya interaksi dengan teman, tetangga, aggota keluarga.

b) Berpartisipasi dalam aktivitas pengalihan

c) Mulai berhubungan dengan orang lain.

d) Mengembangkan hubungan satu sama lain.

e) Melaporkan adanya peningkatan dukungan sosial.

Skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang

4. Sering

5. Konsisten4) NIC : Peningkatan Sosialisasi

a) Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada perasaan isolasi sosial.

b) Kurang stigma isolasi dengan menghormati martabat pasien.

c) Dukung hubungan dengan orang lain yang mempunyai ketertarikan dan tujuan sama

d) Dukung usaha-usaha yang dilakukan pasien, keluarga dan teman-teman untuk berinteraksi.

e) Berikan uji pembatasan interpersonal.

f) Dukung pasien untuk mengubah lingkungan, seperti jalan-jalan dan menonton film

g. Diagnosa 7 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit kronik.1) NOC : Parenting2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Integritas Keluarga selama 3x24 jam diharapkan keluarga berfungsi secara efektif dengan seringnya melakukan peran sebagai orang tua yang ditunjukkan dengan skala 4.3) Kriteria hasil :

a) Memberikan kebutuhan psikologi untuk anak.

b) Memberikan perlindungan dan perawatan kesehatan secara teratyr dan aseptik.

c) Stimulasi perkembangan kognitif.

d) Stimulasi perkembangan emosi.

e) Stimulasi perkembangan spiritual.

Skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Konsisten4) NIC : Peningkatan Integritas keluarga

a) Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.

b) Tentukan jenis hubungan keluarga.

c) Tentukan gangguan dalam jenis proses keluarga.

d) Ajari keterampilan merawat pasien yang diperlukan oleh keluarga.

e) Ajari keluarga perlunya kerja sama dengan sistem sekolah untuk menjamin akses kesempatan pendidikan yang sesuai untuk penyakit kronik.

f) Bantu keluarga berfokus pada anaknya dibanding dengan penyakitnya.h. Diagnosa 8 : Cemas berhubungan dengan ancaman kematian / perubahan status kesehatan.1) NOC : Kontrol Cemas2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan ansietas selama 3x24 jam diharapkan kecemasan hilang atau berkurang dengan seringnya mengontrol cemas dengan skala 3) Kriteria hasil :

a) Merencanakan strategi koping untuk situasi yang membuat stres.

b) Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.

c) Manifestasi perilaku kecemasan tidak ada.

d) Menunjukkan kemampuan untuk berfokus pada pengetahuan dan keterampilan yang baru.

e) Tidak menunjukkan perilaku agresif

Skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang

4. Sering

5. Konsisten4) NIC : Pengurangan Ansietas

a) Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.b) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

c) Berikan dorongan kepada orang tua untu menemani anak, sesuai dengan kebutuhan.

d) Sediakan pengalihan melalui televise, radio, permainan, untuk mengurangi ansietas.

i. Diagnosa 9 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menjelaskan Proses Penyakit selama 3x24 jam diharapkan defisit pengetahuan dapat teratasi dengan status pengetahuan mengenai proses penyakit menunjukkan skala 4.2) NOC : Knowledge: Proses Penyakit

a) Menguraikan proses penyakit

b) Menguraikan faktor risiko

c) Menguraikan komplikasi

d) Menguraikan tanda dan gejala penyakit.

e) Menguraikan faktor penyebab untuk mencegah komplikasi.

Skala:

1 : Tidak mengetahui

2 : Terbatas pengetahuannya

3 : Sedikit mengetahui

4 : Banyak pengetahuannya

5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks3) NIC : Menjelaskan proses penyakit

a) Identifikasi etiologi yang memungkinkan.

b) Uraikan proses penyakit.

c) Uraikan tanda dan gejala penyakit.

d) Diskusikan terapi atau pilihan pengobatan.

e) Jelaskan patofisiologi penyakit.

f) Jelaskan komplikasi kronis yang mungkin terjadi.j. Diagnosa 10 : Resiko isolasi sosial berhubungan dengan gangguan psikologis.1) NOC : Keterlibatan Sosial2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Sosialisasi selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat berinteraksi dengan lingkungan dan dapat diterima di lingkungan dengan status keterlibatan sosial menunjukkan skala 3.3) Kriteria Hasil :

a) Melaporkan adanya interaksi dengan teman, tetangga, anggota keluarga.

b) Berpartisipasi dalam aktivitas pengalihan

c) Mulai berhubungan dengan orang lain.

d) Mengembangkan hubungan satu sama lain.

e) Melaporkan adanya peningkatan dukungan sosial.

Skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang

4. Sering

5. Konsisten

4) NIC : Peningkatan Sosialisasi

a) Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada perasaan isolasi sosial.

b) Kurang stigma isolasi dengan menghormati martabat pasien.

c) Dukung hubungan dengan orang lain yang mempunyai ketertarikan dan tujuan sama.

d) Dukung usaha-usaha yang dilakukan pasien, keluarga dan teman-teman untuk berinteraksi.

e) Berikan uji pembatasan interpersonal.

f) Dukung pasien untuk mengubah lingkungan, seperti jalan-jalan dan menonton filmDAFTAR PUSTAKA

Manjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.Harsono (ED). 2007. Kapita Selekta Neurologi Second Ed. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Catzel, Pincus.1994.Kapita Selekta Pediatri (216-226). Edisi II, Editor : Andrianto, Petrus.Jakarta:EGC.

Doenges, Marlynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta:EGC.

Harsono.2007.Epilepsi.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Manjoer, Arif.2003.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3Jilid 2.Jakarta:Media Aesculapius FKUI.

Nelson.Ilmu Kesehatan Anak (339-345).Edisi 3.Jakarta:EGC.

Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit(175-184).Edisi II.Jakarta:EGC.

Sachorin, Rosa M.1996.Prinsip Keperawatan Pediatrik(290-293).Edisi II Alih bahasa : R.F Maulang, Editor : Ni Luh Yasmin Asih.Jakarta:EGC.

Wilkinson, Judit M.2002.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Alih Bahasa:Widyawati,dkk, Editor : Eny Meiliya,dkk.Jakarta:EGC.

Wong, Donna L.2004.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4.Jakarta:EGC.