Doc

16

Click here to load reader

Transcript of Doc

Page 1: Doc

UPT Perpustakaan UNSJl. Ir Sutami 36A Kentingan Surakartahttp://pustaka.uns.ac.id

MANIFESTASI KLINIS COW’S MILK PROTEIN ALLERGY PADA SALURANGASTROINTESTINAL, DIAGNOSIS DAN TALAKSANA PADA ANAKCreate on Jumat, 27 Maret 2009 by ajick

<p style="\">Oleh:Prof. Dr. H. B. Subagyo, dr., Sp.A(K)<p style="\">BismillahirrahmanirrahiimYang saya hormati,Rektor/Ketua Senat, Sekretaris Senat dan para anggota Senat Universitas Sebelas Maret SurakartaPara Guru Besar TamuPara Pejabat Sipil dan MiliterPara Dekan/Pimpinan Fakultas, Direktur PascasarjanaKepala Biro, Kepala UPT, Kepala Jurusan, Kepala Bagian serta Kepala Program Studi, Dosen/Staf pengajar, StafAdministrasi dan Mahasiswa serta seluruh pejabat di lingkungan Univer&not;sitas Sebelas Maret SurakartaTeman sejawat, peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis, dan mahasiswa Kedokteran Universitas Sebelas MaretSurakartaPara Direktur Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta di Surakarta dan sekitarnya, Para Ketua Lembaga, Para TamuUndangan, wartawan media masa yang meliput acara ini, sanak keluarga, handai taulan, serta hadirin sekalian yang sayamuliakan,

Assalamu&rsquo;alaikum warahmatullahi wabarakaatuhSelamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.Ibu, Bapak dan Hadirin yang saya muliakan, Pada kesempatan ini, pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena limpahan rahmat, taufikdan hidayah-Nya, kita dapat berkumpul di ruangan ini untuk hadir pada Sidang Senat Terbuka Universitas Sebelas MaretSurakarta dalam rangka pengukuhan saya sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak dengan judul:MANIFESTASI KLINIS COW&rsquo;S MILK PROTEIN&nbsp; ALLERGY&nbsp; PADA SALURAN GASTROINTESTINAL,DIAGNOSIS DAN TALAKSANA PADA ANAK&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Diare merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang menempati 3 besar pada anak kelompok umur 2-3 tahun.Penyebab utama diare pada anak di bawah usia 2 sampai 3 tahun adalah virus rota. Etiologi diare lainnya adalahmalabsorpsi, infeksi bakteri, infeksi parasit, virus. Penyebab yang sering dilupakan adalah adalah alergi makanankhususnya alergi air susu sapi. Saat ini hangat dibicarakan tentang alergi susus sapi atau CMPA ( Cow&rsquo;s Milk Protein Allergy). Ada beberapa&nbsp;hal mengapa CMPA, perlu dibicarakan. Ada kesan kejadian CMPA meningkat. Beberapa alasan mengapa CMPAmeningkat. Diantaranya bahwa adanya&nbsp; teori higiene dimana manifestasi atopi meningkat sejalan meningkatnyasikap perilaku hidup sehat pada sebagian kelompok masyarakat. Di satu sisi kelompok anak sampai usia 2 sampai 3 tahunmerupakan kelompok konsumen susu sapi. Pada kelompok usia tersebut enterosit belum matur, lapisan mukus mukosayang juga belum sempurna. Jumlah SIgA belum cukup. Peran lain adalah faktor genetik (Damayanti W, 2007; Vandenplas,2007). Pemahaman ilmu alergi imunologi semakin bertambah. Atopi merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting, khususnya pada anak. Alergi makanan merupakantantangan bagi klinisi, oleh karena tidak ada patognomonik untuk CMPA, gejala&not;nya sangat bervariasi, dan tidak ada ujilaboratorium tunggal untuk dapat mendiagnosis CMA. Diketahui lebih dari 20 macam makanan penyebab alergi. Penyebabalergi makanan yang sering disebut dalam literatur adalah: susu sapi, putih telur, ikan laut dan kacang (Sampson dan

Page 2: Doc

Leung, 2004). Jenis makanan lain penyebab alergi; coklat, kacang tanah, semangka, mentimun dan rambutan (Santosa,1989). Angka kejadian&nbsp; Di negara Barat, diperkirakan atopi pada anak menempati sekitar 30% dari populasi (Vandenplas, 2007) Angka kejadianCMPA 1,1%-5,2% (Saarinen dkk, 1999; Egesbo dkk, 2001). Pada usia 2 tahun pertama, alergi makanan terjadi kurang lebih6%. Empat puluh persen diantaranya adalah alergi non-IgE mediated. Alergi makanan dapat melibatkan berbagai organtarget, baik di traktus gastrointestinal maupun diluar traktus gastrointestinalis (Wood, 2003)Alergi makanan terjadi pada 0,5-1,6% anak yang minum ASI dan 2-5% pada yang minum susu sapi formula (CM).Penelitian&nbsp; Marzuki dkk (2004)&nbsp; menunjukkan prevalensi diare akibat CMPA sebesar 3%, sebenarnya sangatkecil apabila dibandingkan dengan diare akibat virus Rota pada usia yang sama, yang dapat mencapai lebih dari 60%. Di sisi lain untuk mengurangi kejadian alergi, pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (EBM=exclusive breast feeding) merupakannutrisi hipoalergenik yang dianjurkan. ASI khususnya kolustrum memacu maturasi sel mukosa saluran cerna.&nbsp; ASImengandung SIgA yang berfungsi menghalangi absorpsi antigen atau alergen.

Definisi alergi protein susu sapi (CMPA)Istilah alergi protein susu sapi (CMPA) adalah reaksi terha&not;dap susu sapi yang diperantarai respon imunologis. Responterha&not;dap susu sapi yang tidak diperantarai respon imun disebut into&not;le&not;ransi susu sapi. Pada intoleransi makanan, penyebab reaksi yang timbul merupakan respon fisiologis abnormal terhadap makanan,misalnya intoleransi laktosa, reaksi terhadap toksin bakteri, malabsorpsi laktosa dll. Respon imunologis susu sapi atau disebut CMPA, terdiri dari dua kelompok yaitu; pertama IgE-mediated, reaksi yangdiper&not;anta&not;rai IgE yang terjadi sesaat atau beberapa jam setelah paparan dengan makanan. Kedua reaksi non-IgEmediated, tidak diper&not;an&not;ta&not;rai IgE, terjadi lebih lama, mungkin sehari atau beberapa hari setelah paparandengan makanan (Atkins, 2007; Sampson dan Leung, 2004). IgE-mediated CMPA, merupakan reaksi hipersensi&not;tivitastipe I, sedangkan respon imun yang tidak diperantarai IgE adalah reaksi hipersensitivitas tipe III (immun mediated) danhipersensitivitas tipe IV (cell-mediated).

Imunopatologi hipersensitivitas1.&nbsp;&nbsp;&nbsp; Reaksi hipersensitivitas tipe IPada individu yang mempunyai predisposisi genetik, paparan antigen makanan menyebabkan produksi IgE. Pada usiapenya&not;pihan, apabila supresor sel T tidak berkembang, atau produksi IgA defisien pada saat lahir, maka terjadi proseslebih lanjut yang diawali ikatan IgE spesifik pada sel mast atau basofil. Pemaparan antigen spesifik berikutnya, maka selmast atau sel basofil akan mengikat antigen kemudian mengeluarkan berbagai macam media&not;tor. Penyebab utamareaksi tipe I adalah protein susu sapi atau protein telur. Protein susu sapi dapat berada di dalam ASI dalam jumlah sedikit,sehingga kasus alergi CMPA pada anak yang minum EBF&nbsp; lebih jarang (Mac Donald dalam Pitono, 2003)

2.&nbsp;&nbsp;&nbsp; Reaksi hipersensitivitas tipe IIIAntibodi (IgG atau IgM) bereaksi dengan antigen yang ber&not;lebih, diikuti perlekatan komplemen, dengan akibat responkera&not;dang&not;an lokal. Reaksi berlangsung dalam beberapa jam sesudah pemaparan antigen. Dikemukakan reseptorFc untuk imunoglobulin dan bukannya komplemen yang penting dalam kerusakan jaringan. Reaksi gastrointestinal dapatterjadi 6 jam setelah pemaparan berupa muntah, diare dan kolik, serta peningkatan lokal dari IgM dan sel plasma IgA.Dalam jangka 24 jam berikutnya akan terlihat sembab lokal, reaksi endotel, penebalan membran dasar, penimbunan seratkolagen dan infiltrasi lekosit polimorf. Terjadi pula pening&not;katan lokal IgG dan C3 di dalam jaringan ikat subepitelialyang menunjukkan adanya reaksi kompleks imun. Pada tahap ini mulai terlihat kerusakan enterosit yaitu mikrovili yangmenjadi tidak teratur, peningkatan lisosom dan pembengkakan mitokondrial. Selain penimbunan lokal, kompleks imun yangmengandung antigen makanan dan imunoglobulin (IgG dan IgE) terlihat pula dalam serum penderita alergi makanan (MacDonald dalam Pitono, 2003)

3.&nbsp;&nbsp;&nbsp; Reaksi hipersensitivitas tipe IV (Delayed type hypersensitivity reaction=DTH)DTH mencerminkan fenomena imunitas dengan perantaraan sel CMI (cell-mediatedimmunity). DTH merupakan mekanisme

Page 3: Doc

imunologik yang paling jelas perannya terhadap kerusakan mukosa usus yang berat. DTH adalah reaksi yang ditimbulkanoleh antigen dengan limfosit T spesifik terhadap antigen tersebut dikenal sebagai sel DTH (Pitono S dkk, 2003, Siti BoedinaKresna, 1996) Antigen&nbsp; menembus mukosa usus melalui Plaques Peyeri, ditangkap sel APC, sel dendritik ataumakrofag. Selanjutnya disajikan pada sel T yang mengikat MHC II, akan memacu Th1 menghasilkan IFN-&#61543;. Selakan bermigrasi pada lamina propria yang juga memacu Th1 lebih banyak dan menghasilkan IFN-&#61543;. IFN-&#61543;ini menyebabkan keradangan dan kerusakan mukosa usus. Sitokin lainnya adalah TNF-&#61537; dan IL-1&#61538; yangakan menghasilkan berbagai metalo&not;proteinase yang merusak mukosa (Mowatt, 1994 dalam Pitono, 2003)

CMPA Sebagian kecil penderita CMPA akan menetap, sebagian besar akan menjadi toleran. Penelitian menunjukkan bahwa anakdengan Radio allergosorbent test (RAST), Uji kulit, skin prict test&nbsp; (SPT). negatif, CMPA akan mengalami toleransilebih awal apabila dibandingkan pada penderita dengan RAST dan SPT positif. Pada anak CMPA dengan riwayat IgEpositif, akan lebih sering muncul gejala seperti asma, rinokonjungtivitis, atopi dermatitis, apabila dibandingkan pada anakdengan IgE negatif. Anak dengan IgE negatif kemungkinan menderita alergi berbagai macam makanan juga lebih kecil.Pada saat diagnosis CMPA ditegakkan dengan eliminasi diet dan uji provokasi, disarankan untuk memeriksa IgE(Vandenplas dkk, 1997). Diketahui ada sekitar 40 macam protein penyebab alergi. Protein-protein tersebut yang menginduksi respon imun sehinggamenyebabkan alergi. Komponen whey terdiri dari &#61538;-lactoglobulin, &#61537;-laktalbumin, bovin imunoglobulin.Komponen kasein yaitu&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&#61537;-bovine serum albumin dan imunoglobulin. Komponen &#61538;-lacto&not;globulin, &#61537;-laktalbumin danimunoglobulin merupakan komponen yang paling alergenik (Wido, 2006; Mc Bean, 2006). Selain CMA sebagai penyebab,maka CMPA dipengaruhi faktor genetik. Bebe&not;rapa penelitian menunjukkan bahwa atopi terjadi pada anak 20-40%apabila salah satu orang tua atopi. Riwayat atopi pada saudara&nbsp; maka risiko atopi pada anak 25-35%. Apabila keduaorang tua ada riwayat atopi, anak akan mengalami atopi sekitar 40-60%. Apabila didalam keluarga tidak ada riwayat atopi,anak mengalami atopi 5-15% (Sawitri, 2007).Waktu manifes CMPA dapat bervariasi, pada umumnya setelah satu minggu mendapatkan CM. Lebih muda anakmenderita CMPA, lebih cenderung anak mengalami gangguan pertumbuhan. Pemberian EBF akan memperlambatterjadinya CMPA akan tetapi&nbsp; EBF tidak menurunkan kejadian atopi (Snijder, Thijs dkk, 2008).Tidak ada gejala CMPA yang patogpnomonik untuk diagnosis CMPA. Variasi gejala klinis meliputi; pada gastrointestinalmen&not;capai 50-60%, kulit 50-60%, saluran nafas 20-30%. Gejala dapat ringan, sedang sampai berat yang dapatmengancam jiwa seperti anafilaksis, udem laring, asma berat. Diagnosis banding CMPA antara lain kelainan metabolisme,kelainan anatomis, penyakit celiac, enteropati, insufisiensi pankreatik (cystic fibrosis), reaksi non-imunologi terhadapmakanan seperti malabsorpsi fruktose, intoleransi laktosa. Perlu mendapat perhatian adanya gejala klinik yang mirip, misalnya refluk gastroesofagus pada CMPA yang dapat terjadipada 15-21%. CMPA juga dapat terjadi kolik infantil.Demikian juga hubungan antara CMPA dengan gejala derma&not;titis atopi. Semakin berat dermatitis, semakin muda anakmaka sangat mungkin ada kaitan antara CMPA dengan dermatitis atopi.CMPA dapat bersamaan dengan alergi makanan lain seperti telur, ikan, kacang, sehingga pada saat diagnosis, perludipertim&not;bangkan untuk melakukan eliminasi bahan-bahan makanan tersebut (Vandenplas, 1997).

Gejala Klinik. Organ target CMPA meliputi: kulit, saluran cerna, saluran nafas, sistim kardio vaskuler, mata. Gejala klinik pada kulit berupaeczema, rash, urticaria, swelling, dryness.Gejala pada saluran cerna dimulai dari mulut; gatal atau udema pada bibir, mulut, lidah, faring. Gejala klinik lainnya berupamual, muntah. Sakit perut di daerah ulu hati selama dan setelah minum CM, kembung, konstipasi, nyeri perut, diare, rectalbleeding, anemia defisiensi besi, berak berdarah dan berlendir, diare kronik, gangguan pertumbuhan. Muntah maupun diarekronik dapat me&not;nyebabkan gangguan tumbuh kembang, maupun diare akut berat.Gejala di saluran nafas berupa batuk, rhinitis, wheezing, reaksi alergi yang berat dapat menyebabkan; asma berat, edema

Page 4: Doc

laring akut, dermatitis atopi disertai eksudasi, anafilaksis.

DiagnostikAdanya riwayat atopi dalam keluarga (ayah &amp; ibu, ayah saja, atau ibu saja, saudara, kakek, nenek, usia penderita).Gejala klinik atopi bervariasi misalnya adanya rhinitis, dermatitis atopi, asma, GER dan diare kronik. Pemeriksaan untukmenegakkan diagnosis; eliminasi dan provokasi bahan yang diduga sebagai alergen. Endoskopi, pemeriksaan biopsi yang dilanjutkan pemeriksaan patologi anatomi. Diagnostik lainnya adalah RAST,SPT.&nbsp; Pemerik&not;sa&not;an IgE total, IgE spesifik. Uji SPT menggunakan ekstrak komer&not;sial memberikan58,8% positif, sedangkan pemakaian alergen&nbsp; fresh food dapat memberikan positifitas sebesar 91,7%. Hal inimenunjuk&not;&not;kan fresh food memberikan hasil yang lebih baik daripada pemakian ektrak komersial. SPT dan RASTbermanfaat dalam penentuan progosis dan lama penyakitProporsi Eosinofil darah tepi lebih dari 3% dan jumlah eosi&not;nofil absolut lebih dari 300/mL.&nbsp; Eliminasi dan provokasi&nbsp; merupakan baku emas diagnostik CMPA (Vandenplas, Bruiton dan Dupon, 2007).

Uji provokasiSetelah dilakukan eliminasi selama 2-4 minggu dan gejala klinis membaik, seharusnya dilakukan uji provokasi denganCMP. Hendaknya provokasi dilakukan di bawah pengawasan dokter, dapat dilakukan di luar rumah sakit, akan tetapi perludipertimbangkan kemungkinan terjadinya reaksi berat seperti anafilaksis, hal ini mungkin terjadi setelah periode eliminasi.Dapat pula terjadi&nbsp; awal&not;nya muncul gejala klinis ringan diikuti gejala klinis berat. Sehingga provokasi hendaknyadilakukan di rumah sakit, dengan peralatan resusitasi, persiapan pemberian cairan intravena dan obat-obat lainnya.Langkah selanjutnya dilakukan&nbsp; pemeriksaan SPT dan IgE. Adanya dugaan gejala klinis berat, uji provokasihendaknya diper&not;timbangkan untuk tidak dilakukan kecuali uji SPT atau IgE menunjuk&not;kan perbaikan. Prosedurprovokasi dilakukan dalam dosis kecil, awalnya diteteskan susu formula pada bibir, timbul reaksi sekitar 15 menit. Kalautidak ada reaksi maka dimulai pemberian CMP yang ditingkatkan bertahap selang waktu setiap 30 menit dari 0,5 ml sampai100 ml yang diberikan secara bertahap. Lihat reaksi pada kulit atau saluran nafas. Setelah 2 jam tidak ada reaksi, anakboleh pulang. Orang tua dipesankan untuk melihat reaksi lambat yang mungkin timbul setelah anak diberikan CMP. CMPdari susu formula dapat diberikan sebanyak 250 ml/hari pada minggu berikut&not;nya.

Uji provokasi positif:Apabila dengan melakukan uji provokasi gejala muncul lagi, maka diagnosis adalah suspek CMPA. Langkah selanjutnyaadalah eliminasi CMP, diberikan eHF atau AAF selama 9 s/d 12 bulan. Uji provokasi dilakukan lagi, kalau dimungkinkandilakukan peme&not;riksa&not;an SPT dan IgE spesifik. Perbaikan uji SPT atau IgE, dapat dilakukan pemberian provokasiCMP. Apabila negatif, maka secara bertahap diberikan CM.&nbsp;Uji provokasi negatif= bukan CMPAPada anak dengan uji provokasi negatif, selama 1 minggu diberikan diet normal dengan observasi kemungkinan timbulnyareaksi atopi. Orang tua dipesankan untuk melihat kemungkinan timbulnya reaksi atopi lambat, setelah beberapa hari.

TatalaksanaPenatalaksanaan CMPA pada prinsipnya adalah eliminasi CMP dan makanan yang mengandung susu sapi.Pada ibu hamil dan menyusui, disarankan untuk diet bebas CM dan produk makanan yang bebas CMP. Keluarga penderitaseharusnya perlu diberitahu untuk dapat memilih produk makanan yang tidak mengandung CMP.EBF sampai usia 4 bulan-6 bulan. Kejadian CMPA minimal pada bayi yang minum EBF apabila dibandingkan bayi minumCMP atau kombinasi ASI dan CMP. Sekitar 0,5% penderita CMPA pada bayi minum ASI eksklusif dan gejala klinik yangtimbul ringan sampai sedang. Klinik CMPA berat seperti dermatitis atopi berat, hilang protein enteropati disertai gangguantumbuh kembang, anemia akibat enterokolitis dan perdarahan rektum. Komponen protein ada pada ASI seperti susu sapi,telur, kacang yang dapat menyebabkan efek samping selama bayi minum ASI pada anak yang sensitif. Pada ibu yangmenyusui, diet ibu bebas susu sapi.Rekomendasi pemberian bertahap CMP dengan partially hydrolised formula(pHF), extensively hydrolised formula (eHF),

Page 5: Doc

atau diet bebas CMP. Pada anak yang mengalami CMPA berat, pemberian eHF pun masih memberikan reaksi alergi. Padakasus anak ini diberikan amino acid-derived elemental formula (AAF). Perlu dipertimbangkan harga eHF dan AAF sangatmahal. Rasa susu formula pHF dan eHF tidak enak.Pemberian susu kedelai masih menjadi kontroversi, oleh karena anak yang alergi CMP, 17-47% juga alergi susukedelai.&nbsp; Di sisi lain sudah diketahui susu kedelai mengandung fitat yang meng&not;hambat penyerapan zat besi danzink. Pemberian susu kedelai men&not;jadi pertimbangan.Air susu kambing (GMP=goat&rsquo;s milk protein, atau sheep&rsquo;s milk=SMP), susu unta dan susu kuda tidakdianjurkan, oleh karena komponen protein di dalam susu-susu tersebut juga mengandung komponen protein alergen,sehingga susu formula dari GMP tidak direkomendasikan sebagai pengobatan&nbsp; CMPA.&nbsp;&nbsp;&nbsp; Proses pasteurisasi, pemanasan, evaporasi tidak menghilang&not;kan tetapi hanya mengurangi efek antigen atau CMPA.Pada umum&not;nya CMPA akan menghilang pada usia 2-3 tahun, maka untuk menghindari diet bebas CMPberkepanjangan, serta pengobatan yang berlebihan, maka perlu dilakukan uji ulang terhadap reaksi alergi dari CMP padausia 6-12 bulan. Uji ulang dilakukan selang 1-2 tahun setelah anak berusia diatas 3 tahun (Host, 1997).Saat ini dikembangkan immunoterapi spesifik (ITS) atau&nbsp; &ldquo;vaksinasi&rdquo; alergen, untuk memicudesensitisasi alergen spesifik (dalam Rengganis I, 2008). Beberapa waktu ini prebiotik dan probiotik, dipergunakanmengurangi efek alergi (Bindels, 2008).

Algoritma diagnostik dan tatalaksana CMPA pada anak dengan EBFASI eksklusif merupakan nutrisi pada bayi yang paling baik, setidaknya diberikan sampai 4-6 bulan. Pada anak yangmendapat&not;kan ASI eksklusif apakah kejadian CMPA akan lebih rendah dari&not;pada anak mendapatkan susu sapi?Masalah ini yang menjadi kontro&not;versial. Snijders dkk (2008) melakukan penelitian dan menemukan pemberian EBFtidak menurunkan angka kejadian CMPA pada usia selanjutnya, hanya menunda. Gejala klinis CMPA yang berat jarang terjadi pada anak yang minum ASI eksklusif. Kejadian anak dengan ASI eksklusifsekitar 0,5% dan umumnya akan mendapatkan CMPA ringan atau sedang. Perbedaan ini menyangkut masalahimunomodulator dan flora ususAnak dengan CMPA berat dapat menyebabkan anemia oleh karena perdarahan rektum akibat kolitis ataupun adanya losingenteropathy. Kondisi ini jarang, tetapi perlu pemeriksaan yang lebih teliti.Bayi dengan dermatitis atopi, cenderung mendapatkan alergi lebih sering akibat pemberian susu (Vance GH dkk, 2005)maupun telur pada ibu dari pada anak yang tidak menderita dermatitis atopi (Scoetzou dkk, 2002).Potensi penyebab alergi susu sapi dan telur, pada anak ter&not;sebut cenderung juga mengalami alergi terhadap alergenlain seperti gandum atau ikan laut.&nbsp; Eliminasi diet pada dermatitis atopi atau kolitis hendaknya dilanjutkan sampai 2-4minggu. Ibu diberi&not;kan kalsium 1000 mg/hari dan pemberiannya dibagi dalam bebe&not;rapa dosis, selama eliminasidiet. Apabila dengan diet makanan yang diduga sebagai penyebab alergi, maka makanan ibu kembali dapat diberikanseperti semula sebelum dilakukan eliminasi.&nbsp; Apabila dengan elimonasi diet, gejala tidak timbul, maka secarabertahan diet satu persatu diberikan setiap minggu, sampai semua diberikan seperti sebelum diperlakukan eliminasi diet.Apabila gejala tetap ada, maka diet diperlakukan selama anak minum ASI. Pemberian makanan solid juga harusdiperhatikan adanya komponen alergen. Penyapihan pada anak setelah ASI dihentikan, diberikan susu pHF atau eHF dandiikuti gejala klinis&not;nya yang mungkin timbul.

Algoritma dan tatalaksana CMPA pada anak minum susu formula Penderita alergi dengan gejala berat, seperti gejala saluran nafas atau anafilaksis/syok sebaiknya segera dirawat bagiangawat darurat rumah sakit. Diagnostik CMPA sama dengan penderita yang minum ASI eksklusif, mencari riwayat adanyaalergi di dalam keluargaAlgoritma tergantung berat ringan gejala. Apabila gejalan ringan sedang, maka langkah awal untuk mendiagnosis CMPAadalah eliminasi diet CMP. Anak dengan angioudem pada bibir, mata, urtikaria, muntah terus menerus, cenderung akibatalergi tipe Ig-E. Pada bentuk ini pertama harus diberikan penanganan sebelum dilakukan provokasi. SPT yang positif,tampaknya akan memberi&not;kan reaksi positif pada provokasi, tidak memberi informasi beratnya alergi. Penelitian CelicBelgili (dalam Vandeplas, 2005), reaksi RST, 60% menunjukkan provokasi klas 1, 50% klas 2, 30% provo&not;kasi klas 3dan selebihnya 20% provokasi negatif atau kelompok klas 4.

Page 6: Doc

Diagnostik CMPA dengan gejala ringan sedangAdanya kecurigaan adanya gejala alergi CMPA, langkah awal dilakukan eliminasi CMP, dan kedua diberikan susuformula&nbsp; eHF, atau AAF. Selama dilakukan eliminasi, maka semua macam makanan yang mengandung CMdihentikan. Pada anak usia diatas 6 bulan mungkin tidak dapat dilakukan eliminasi jenis makanan, maka pilihan makananyang diberikan harus minimalis, setidaknya makanan yang tidak mengandung CMP, protein telur, protein kedelai ataukacang. Menghindari makan ikan, gandum yang umum&not;nya diberikan 2 minggu-4 minggu khususnya yangmenyang&not;kut gejala gastrointestinal dan dermatitis atopi.Susu eHF merupakan pilihan utama, apabila eHF anak tidak mau oleh karena rasanya yang kurang enak maka pilihannyaadalah AAF. Kegagalan pemberian eHF pada CMPA mencapai 10%.&nbsp; Kegagalan pemberian eHF dapat dijumpai jugabersamaan dengan kegagalan pemberian AAF. Akan tetapi ada laporan bahwa sisa alergen eHF dapat disebabkan reaksiIgE. Apabila pemberian AAF tidak memberikan hasil perlu dipikirkan diagnosis lainnya. Masalah yang lain yaitu harga AAFsangat mahal.

Uji diagnostik CMPATidak ada diagnostik pasti yang memberikan bukti anak penderita CMPA. Eliminasi dan provokasi pada formula nutrienCMP, merupakan baku emas untuk menegakkan diagnosis CMPA baik yang ringan, sedang atau berat (Vandenplas dkk,2007). Pada uji SPT, maka pemberian CMP segar&nbsp; akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada pemberianparsial CMP. Penelitian menunjuk&not;kan bahwa perbandingan antara hasil SPT antara alergen komersial dibandingkandengan CMP segar&nbsp; 58,8 % dibanding 91,7%. Pada SPT pemberian alergen dengan makanan segar memberikanhasil yang lebih baik, seperti pada alergi telur, susu sapi, ikan dan kacang (Rance dkk, 1997).Uji SPT dan RAST bermanfaat untuk menentukan prognosis atopi. RAST dan SPT negatif, cenderung menunjukan toleransipada usia yang lebih awal dan tidak menunjukkan gejala berat pada uji provokasi. Anak yang menunjukkan reaksi cepatpada angioedema, udema pada bibir, kelopak mata, maka umumnya IgE positif. Apabila diameter SPT lebar &gt; 7 mm,atau titer RAST tinggi, kemungkinan 90% anak akan bereaksi positif apabila dilakukan uji provokasi.

Penderita CMPA beratPada penderita dengan CMPA yang berat dapat menimbulkan diare kronik yang berakibat malnutrisi. Adanya riwayat gejalaklinis berat dan mengancam jiwa, merupakan kontraindikasi untuk dilakukan provokasi atau bila dilakukan harus dilakukandengan sangat hati-hati.Penderita diberikan pemberian eHF atau diet AAF.

Proctitis/ProctocolitisAnak kelihatan sehat. Gejala muncul pada usia beberapa bulan, sekitar 2 bulan. Di dalam tinja ditemukan bercakan darahdan mukus. Darah yang hilang minimal, jarang menyebabkan anemia. Pada umumnya anak masih minum ASI. Sebagaipemicu proctocolitis adalah CMP dan jarang susu kedelai. Gejala berasal dari diet ibu yang mengandung CMP.Pemeriksaan biopsy dan PA menunjukkan infiltrasi eosinofil dan hiperplasia limfonoduler. Mekanisme hipersensitivitas tidakberkaitan dengan IgE. Hasil PST negatif. Perdarahan pada umumnya akan berhenti dalam waktu 72 jam setelah CMP yangdiduga sebagai penyebab di eliminasi. Pada umumnya gejala akan menghilang pada usia 1-2 tahun&nbsp;&nbsp;&nbsp;

Cow&rsquo;s Milk Protein sensitive Enteropathy (CMPSE)CMPSEP pada anak usia 6 bulan dan jarang setelah 3 tahun reaksi alergi bisa terjadi di usus dengan gejalanya mual,muntah, dapat disertai urtikaria, dermatitis atopi, wheezing, dan kadang kadang gagal tumbuh karena proses kronik. Diaredapat menyebab&not;kan dehidrasi berat. Pada bayi, awal reaksi bisa terjadi di kolon dan rektum CMPSE akan timbulsetelah minum susu beberapa hari atau minggu, dengan gejala perdarahan kolon dan rektum, diare disertai lendir dandarah (Chong S et al, 1984). Protein-losing enteropathy dapat menyebabkan edema, distensi abdomen, anemia, malnutrisi(dalam Hegar B, 2007). Tatalaksana yaitu eliminasi nutrisi alergen CMP, koreksi anemia dan malnutrisi.

Kolik infantile

Page 7: Doc

Beberapa bukti menunjukkan hubungan CMPA dengan kolik infantile. CMP pada bayi mengalami kolik sekitar 44%.Pemberian eHF atau pHF, lebih memberikan efek daripada pemberian formula rendah laktosa.

Immediate Gastrointestinal HypersensitivityGejalanya akut, mulai beberapa menit hingga 1-2 jam. Gejala berupa nausea, muntah, beberapa menit setelahmakan/minum, akan timbul abdominal pain. Beberapa jam kemudian dapat disertai diare. Mekanisme imun terjadi akibatIgE-mediated. Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dehidrasi. dan eliminasi CMP.

Eosinophilic GastroenteropathiesTerdiri dari; eosinophilic, Esophagitis dan Gastritis. Diagno&not;sis dan tatalaksana yang sulit adalah allergic eosinophylicesopha&not;gitis. Penyakit ini mirip dengan GER (gastroesophageal reflux), gastritis. Pada Esophagitis dan gastritis, sangatdianjurkan dilakukan endoskopi dan biopsi, selanjutkan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi. Eosinophilic primermerupakan 1% dari esophagitis. Pengobatan ditujukan pada reflux esophagitis memberikan respon pada pengobatan GER.

Konstipasi kronikCM menyebabkan gangguan motilitas usus, menyebabkan konstipasi. Sitokin dan proses inflamasi dari syaraf dan sistimmotorik, mengakibatkan konstipasi. Infiltrasi limfosit dan eosinofil pada lamina propria dan peningkatan eosinofilintraepithelial dan infiltrasi pada kripta, ditemukan pada CMP disertai konstipasi. Eliminasi CMP akan memperbaikikonstipasi kronik, dan apabila dilakukan provokasi akan memberikan relap.

AnafilaksisCM sebenarnya jarang menimbulkan anafilaksis. Anafilaksis merupakan keadaan klinik, yang diakibatkan pelepasan secaramen&not;dadak mediator aktif dari sel mast dan basofil yang mengakibatkan urtikaria kulit, angioedema, kulit memerah(flushing), spamus bronchus, edema laring, kardiovaskuler seperti hipotensi, disritmia iskemia miokardial dan gejalagastrointestinal seperti nausea, pain abdomen kolik, muntah, diare. Di USA diperkirakan kejadian ana&not;filaksis terjadi 30kasus per 100.000 orang per tahun. Di Australia, 0,59% anak usia 3-17 tahun mengalami anafilaksis. Penyebab anafilaksisdapat disebabkan bahan makanan yang berasal dari kacang, telur, susu sapi, ikan, bahan makanan yang mengandungsusu sapi seperti keju, yoghurd, es krim. Tatalaksana anafilaksis harus dilakukan secara agresif dengan pemberianepinefrin intra-muskuler atau antihistamin H1 dan H2 secara intravaskuler,&nbsp; pem&not;berian oksigen, cairanintravena. Pada asma makapemberian&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&#61538;-agonis dan kortikosteroid inhalasi albuterol. Menghindari penyebab alergen dan semua makanan yangmengandung makanan penyebab alergen (Leung, 2004).

Di bawah ini disalin algoritma diagnostik dan tatalaksana CMPA dari Vandenplas dkk (2007)Suspecion of cow&rsquo; milk protein allergy (CMPA)

Page 8: Doc

&nbsp;Suspician of cow&rsquo;s milk allergy (CMPA)&nbsp;PencegahanPencegahan primerPencegahan primer dilakukan pada ibu berisiko alergi yang sedang hamil, dianjurkan untuk menghindari makanan danminuman seperti susu, telur, ikan laut, dan kacang-kacangan. Pemberian susu hipoalergenik, diharapkan terjadi respontoleransi pada bayi di kemudian hari. Pencegahan primer ini masih menjadi kontroversial (Wido, 2006; Mc Bean, 2006)

Pencegahan sekunderPada anak yang sudah diketahui terjadi CMPA. Diketahui dengan pemeriksaan IgE spesifik dalam darah perifer atau talipusat atau SPT. Menghindari CMP. Dengan pemberian pHF atau eHF atau susu kedelai akan menghindari sensitisasi lebihlanjut (Wido, 2006; Mc Bean, 2006).

Pencegahan tertierPada anak yang sudah mengalami sensitisasi dan menunjuk&not;kan manifestasi alergi ringan seperti dermatitis, rhinitispada anak usia 6 bulan sampai 4 tahun, diberikan eHF atau pHF. Bila gejala berat terjadi, maka anak diberikan susu AAF(Wido, 2006). Pem&not;berian susu soya masih merupakan kontroversi. Pengalaman beberapa pengamat, pemberian sususoya memberikan perbaikan klinis.

Page 9: Doc

PrognosisCMPA pada umumnya tidak berlangsung seumur hidup. Pada usia sekitar 1-3 tahun gejala klinis akan menghilang. Gejalaalergi akan menghilang pada usia 1 tahun sekitar 80-90%. Sekitar10-33% berlanjut sampai usia 3 tahun. Sisanya akanberlangsung sampai usia 9-14 tahun&nbsp; (Hugh A, Sampson dan Leung D, 2004).KESIMPULANGejala klinis alergi makanan sangat bervariasi. Eliminasi dan provokasi merupakan baku emas diagnostik. Untukmenegakkan diagnosis perlu secara cermat di telusuri adanya faktor risiko, adanya riwayat atopi di dalam keluarga. CMPAperlu mendapat perhatian khususnya pada usia dibawah 3 tahun, terutama lagi usia dibawah 1 tahun. Gejala klinik CMPAdari saluran cerna dapat berupa muntah, CMPSE, konstipasi, kolik infantil, proktitis, Immediate GastrointestinalHypersensitivity, eosinophilic gastro&not;enteropathy, diare kronik yang dapat menyebabkan malnutrisi dan anemia. Padamasa penyapihan, CMPA gejala ringan-sedang, pem&not;berian pHF, eHF maupun eliminasi CMP perlu dipertimbangkan.Penderita CMPA dengan anafilaksis jarang terjadi, dan bila terjadi tatalaksana sesuai tatalaksana anfilaksis pada umumnya,disertai eliminasi penyebab alergi. Perlu dilakukan pencegahan. Promosi pemberian EBF. Penderita penderita CMPA perludilakukan evaluasi berkala setiap 6 bulan sampai usia 3 tahun dengan melakukan provokasi CM, perlu dilakukan denganhati-hati.

Ilustrasi Kasus1.&nbsp;&nbsp;&nbsp; Seorang bayi laki-laki, usia 2 bulan, BB 4.5 kg. Suhu 37,00C, RR 32 x/menit, nadi 120x/menit. CRT&lt; 2 detik. Sejak 24 jam mengalami muntah-muntah dan diare frekuen, tanpa panas. Bayi minum susu formula sejak lahiroleh karena ASI tidak keluar. Penderita terdiagnosis diare akut dehidrasi sedang. Diberikan cairan rehidrasi. Dalam 1 x 24jam, muntah setiap diberikan susu dan diare berlanjut, cair tanpa lendir dan darah. Pemeriksaan laboratorium darah tepitidak menunjukkan kelainan. AL 7.400/mm3, AE 4.000/mm3. Eosinofil 2%, basofil 0%, staf 2%, segment 62%, limfosit 30%,monosit 4%. Trom&not;bosit 360.000/mm3 Pemeriksaan tinja dan urin, tidak menunjuk&not;kan kelainan. Ditelusuri dariayah dan ibu ada riwayat atopi yaitu rinitis alergika. Setelah pemberian pHF gejala tidak membaik, bahkan gejala muntahdan diare semakin memberat.&nbsp; Susu diganti dengan eHF, tetapi anak menolak. Kemudian diberikan susu soya, danmuntah dan diare mengalami per&not;baikan. Pada pemberian CM, anak mengalami muntah dan diare lagi. Diare danmuntah mengalami perbaikan setelah diberikan susu soya lagi.2.&nbsp;&nbsp;&nbsp; Seorang anak perempuan, usia 2.5 tahun dengan berat badan&nbsp; 20 kg. Suhu 37,20C. RR 30x/menit. Nadi 110 x/menit. CRT &lt; 2 detik. Diagnosis klinis diare akut dehidrasi ringan. Anak minum ASI sampai usia 2tahun. AL 8.400/mm3, AE 5.000/mm3. Eosinofil 3%, basofil 0%, staf 2%, segment 61%, limfosit 30%,&nbsp; monosit 3%.Trombosit 360.000/mm3 Pemeriksaan tinja dan urin, tidak menunjukkan kelainan. Selama pemberian ASI, anak secaraberselang mendapat susu formula. Beberapa bulan sudah ada gejala gatal dikulit, yang tidak hilang secara total. Padasuatu saat gatal meningkat disertai muntah dan diare cair berulang. Tanpa panas, tanpa lendir dan tanpa darah dalam tinja.Keluarga ibu, kakek, nenek ada riwayat atopi. Eliminasi susu formula segera menghentikan muntah dan diare, dermatitisatopi bertahap menghilang. Oleh karena itu CMP perlu di&not;eliminasi seterusnya, sedangkan kebutuhan nutrisi sudahter&not;penuhi dari makanan yang lain karena anak mau makan dengan berbagai variasi makanan.&nbsp; Perlu dipikirkanuntuk melakukan provokasi CM atau makanan yang mengandung CM untuk meyakinkan apakah anak masih menderitaCMPA yang terdapat pada makanan yang mengandung CM.

Dari gambaran 2 kasus tersebut, gejala klinis atopi pada kasus pertama muncul lebih awal, sedang kasus kedua gejalaklinis muncul lebih lama. Pada kasus ke-2, keluarga tidak menyadari adanya atopi pada anaknya meskipun dermatitis atopisudah berlangsung lama. Dermatitis atopi dianggap akibat perubahan suhu tempat tinggal, dari daerah dingin ke daerahdengan suhu lebih panas. Kedua kasus diatas bila tidak terdiagnosis, dapat memberikan risiko diare kronik dan malnutrisi.Pemeriksaan RAST, SPT dan IgE bermanfaat untuk menentukan prognosis selanjutnya.Sesuai penelitian di Eropa (Sneiyder dkk, 2008), penangguhan pemberian susu formula,&nbsp; tidak akan menurunkankejadian CMPA.

UCAPAN TERIMA KASIH

Page 10: Doc

Ibu, Bapak dan Hadirin yang saya muliakanPerkenankan sebelum mengakhiri pidato pengukuhan ini, saya sampaikan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, atas tuntunandan petunjuk serta karunia-Nya yang saya terima, sehingga saya masih diperkenankan untuk menerima jabatan ini. GuruBesar di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Teriring doa, semoga Allah SWT selalu memberikan pentunjukdan bimbingan-Nya, agar saya dapat mengemban amanah sebagai Guru Besar... Amin

Ibu, Bapak dan Hadirin yang saya muliakan,&nbsp;&nbsp;&nbsp; Selanjutnya perkenan saya untuk menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus, kepadayang terhormat:<ol><li>Pemerintah Republik Indonesia dan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, atas kepercayaan yang diberikankepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar di lingkungan Fakultas Kedokteran Sebelas Maret.</li><li>Prof. Haris Mudjiman, Drs, MA, Ph.D. Rektor Universitas Sebelas Maret. Prof. Dr. Suroto, dr., Sp.SS dan Prof. Dr.Admadi Suroso, dr.,SpM selaku Dekan FK UNS, pada tahun 1997-1998 memberikan ijin pada saya untuk melanjutkanpendidikan S3. </li><li>Rektor Universitas Sebelas Maret, Prof. Dr. Moch. Syamsul&not;hadi, dr., Sp.KJ (K). Dekan Fakultas KedokteranUniversitas Sebelas Maret Prof. Dr. AA.Subiyanto, dr., MS, anggota senat FK UNS dan para anggota senat UNS&nbsp;yang telah menyetujui pengangkatan saya sebagai Guru Besar.</li><li>Prof. Dr. H. Soegeng Soegijanto, dr., SpA(K), DTM&amp;H Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak di FK UNAIR. Prof. Dr.Soewignjo Soemohardjo dr., SpPD, KGEH dari RSU Mataram NTB dan Prof. Widodo J. Pudjirahardjo,dr., MS, MPH, Dr. PHGuru Besar Kesehatan Masyarakat UNAIR yang masing masing telah bersedia menjadi Promotor dan Ko-Promotor sertasebagai guru saya. Ketiga beliau tersebut memberikan dorongan dan dukungan moril sehingga saya dapat melanjutkanlangkah saya ke jenjang jabatan akademik.&nbsp; Saya ucapkan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan oleh;Prof. Dr. Suhartono Taat Putra, dr., MS.&nbsp; Drh. Widya Asmara, MS, PhD, Dr. Eddy Bagus Wasito, dr. SpMK,MS,&nbsp; Prof. Dr. Subijanto Marto Sudarmo, dr., SpA(K), Prof.. Purnomo Suryohudoro, dr.&nbsp; Prof. Dr. SoegengSoekamto, dr., MS (alm), Prof. Dr. Pitono Suparto,&nbsp; dr. SpA(K) (alm), Prof.&nbsp; Marsetyawan HNESoesatyo,&nbsp; dr. MSc, PhD.</li><li>Prof. Dr. Agus Firmansyah, dr., SpA(K) dari Ilmu Kesehatan Anak FK UI dan Prof. Srisupar Yati Soenarto, dr., SpA(K),Ph.D Guru Besar dari Ilmu Kesehatan Anak FK UGM, yang telah memberikan perhatian dan dorongan pada saya untukmelanjutkan ke jenjang&nbsp; jabatan akademik yang lebih tinggi.</li><li>Saya ucapkann terima kasih dan dengan segala hormat, saya sampaikan kepada guru saya, sejak di tingkat SekolahDasar, SMP dan SMA di Jogyakarta. Jasa beliau beliaulah yang memberikan motifasi untuk terus belajar sehingga sayadapat mencapai ilmu yang lebih tinggi.</li><li>Terima kasih saya saya sampaikan Rektor UGM dan Dekan FK UGM, guru guru saya pada saat saya mengikuti kuliahdi FK UGM Jogyakarta, seluruh civitas akademika Universitas Gajah Mada, tempat saya menuntut ilmu sampai&nbsp;memperoleh gelar dokter.</li><li>Terima kasih saya saya sampaikan Rektor UNDIP, Dekan FK UNDIP, guru saya dan seluruh civitas akademika UNDIP,tempat saya menuntut ilmu sampai&nbsp; memperoleh gelar Dokter Spesialis Anak. Kepada yang terhormat DR. RRY SriDjoko&not;muljanto sebagai Dekan FK UNDIP, Direktur RSUP Dr. Kariadi Dr. Suraryo yang telah menerima saya mengikutipendidikan di Bag.Lab IKA FK UNDIP/RSUP Dr Kariadi Semarang. Khususnya saya sampaikan ucapan terima kasih padaguru saya Prof. dr. Moeljono Trastotenojo, SpA(K) Kepala Bagian/Lab Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/RSUP&nbsp; Dr.Kariadi, yang telah memberikan kesempatan untuk melanjut&not;&not;kan pendidikan Dokter Spesialisasi Ilmu KesehatanAnak di Lab/Bagian IKA FK UNDIP/RSUP DR. Kariadi. Demikian juga ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof.dr. Hardiman Sastrosubroto, Sp.A(K) (alm), atas kesempatan untuk menuntut pendidikan di Lab/Bagian Ilmu KesehatanAnak FK UNDIP/ RSUP Dr Kariadi. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih atas bimbingan dan motivasi dari para stafLab/Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/RSUP Dr. Kariadi; Dr. Sudigbyakti Adinoto, Sp.A, Prof. Dr. Hariyono Suyitno,Dr. Sp.A(K), Prof. Dr. Ag Sumantri, Dr. Sp.A(K), Prof. DR. I. Soedigbia, dr. SpA(K), Suparman Soerodiprojo, dr., Sp.A (alm),Prof. Dr. Lydia Kosnadi, dr. SpA(K), Widjaya, dr. Sp.A, Anggoro DB Sachro, dr., Sp.A(K), DTM&amp;H, Prof. Dr. HarsoyoNotoatmojo, dr. Sp.A(K), Kamilah Budhirahardjani, dr., SpA(K), Soetardji Notoatmodjo, dr., SpA(K), MPH, Dr. Tatty Ermin

Page 11: Doc

Setiadi, dr. Sp.A(K), dan seluruh staf medis dan nonmedis Lab/Bagian IKA FK UNDIP/RSUP Dr. Kariadi atas segalabantuan dan kerjasamanya selama saya mengikuti pendidikan. Seluruh civitas akademika FK UNDIP, tempat sayamenuntut ilmu sampai&nbsp; memperoleh gelar Dokter Spesialis Anak.</li><li>Kepada yang terhormat Prof. Drs. Med Puruhito, Sp.BJP dan Prof. Dr. H. Soedarto, DTM&amp;H, Ph.D, RektorUniversitas Airlangga, Prof. Dr. Sudijono Tirtowidarto, dr., Sp.THT sebagai direktur Program Pascasarjana UniversitasAirlangga. Prof. Dr. H. Muhammad Amin, dr., Sp.P sebagai direktur Program Pasca&not;&not; sarjana Universitas AirlanggaProf. Dr. Laba Mahaputra, drh. M.Sc Direktur Bidang Akademik Program Pascasarjana UNAIR. Prof. Dr. Juliati HoodAlsagaff, dr., MS, FIAC Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran S3 Pascasarjana Iniversitas Airlangga. Atas segalaperkenannya, saya dapat menyelesaikan pendidikan S3 di Unair Surabaya.</li><li>Prof. Sofyan Ismael, dr., SpA(K) Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UI/RSCM Jakarta, Ketua koligium IlmuKesehatan Anak Indonesia, saya ucapkan terima kasih atas perkenan beliau memberikan kesempatan untuk mengikutipendidikan di Sub Bag Gastroenterohepatologi. Beliau sangat berperan besar pada pendirian PPDS IKA FK UNS. Demikianjuga para pembimbing di Sub Bag Gastroenterologi Anak, saya ucapkan terima kasih; Prof. Dr. Suharyono, dr., Sp.A(K)(alm), Prof. Sunoto, dr., Sp.A(K) (alm), Aswitha Boediarso, dr., Sp.A(K), Prof. Dr. Agus Firmansyah, dr., Sp.A(K), BadriulHegar Syarif, dr., Sp.A(K), Adnan Wiharto, dr., Sp.A(K), Julfina Bisanto, dr., Sp.A(K), Poernamawati, dr., Sp.A(K) danseluruh staf Departemen IKA FK UI/ RSUP Dr. Tjipto&not;mangunkusumo.</li><li>Direktur RSUD Dr. Muwardi saat itu M. Abdul Rasim, Dr., Sardjono, dr., Sudjoko, dr yang memberikan&nbsp;kesempatan untuk mengikuti pendidikan S3 di UNAIR, saya ucapkan terima kasih. Yang saya hormati IsbandiyahNaharyeni. dr., Sp.A (alm), direktur RSUP Dr. Muwardi Sutrasno, dr., Sp.M (alm) yang telah berkenan menerima di BagianPenyakit Anak RSUD Dr. Muwardi, demikian juga Faried Herman, dr. (alm) Sekretaris Dekan FK UII, Dekan FK UII Suroyo,dr. Sp.Rad (alm), Prof. Drs. Radioputro (alm) Dekan FK UII yang telah menerima saya di Bagian Penyakit Anak FKUII/RSUD Dr. Muwardi. Atas segala bantuannya, memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Dokter SpesialisAnak. </li><li>Kepada rekan rekan sekerja, saya ucapkan terima kasih Sabdo&not;waluyo, dr., Sp.A (alm), Indrawarman, dr., Sp.A(alm). Dr. Suhadi, dr., Sp.A(K) (alm), Mustarsid, dr., SpA, Sunyataning&not;kamto, dr., Sp.A, Ngatrini, dr., Sp.A, RosyidRidho A,dr.,&nbsp; Sp.A, Iskandar Zulkarnaen, dr., Sp.A(K), Prof. Dr. Harsono Salimo, dr., Sp.A(K), Yulidar Hafidz, dr.,Sp.A(K), Syahrir Dullah, dr., Sp.A, Ganung Harsono, dr. Sp.A(K), Rustam Siregar, dr., Sp.A, Endang Tatar, dr., Sp.A(K),MPH, Dr. Pudjiastuti, SpA(K), Dr. Martuti, Sp.A, Mkes, Dr. Dwi Hidayah, Sp.A, Mkes, Muh.Riza, dr., Sp.A, Mkes, AnnangGiri Moelyo,&nbsp; dr., Sp.A, Mkes dan seluruh staf dan paramedis di Lab.IKA /Unit Penyakit Anak FK UNS/RSUDDr&nbsp; Moewardi yang tak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah bekerja sama saling mengisi kekosongan saatsaya mengikuti pendi&not;dikan dan mengganti tugas tugas saya.</li><li>Pada akhirnya saya ucapkan terimakasih dan hormat yang setinggi tingginya pada kedua orang tua saya, BapakSoemardjo dan Ibu Soeripti (alm) atas doa dan dukungan sehingga saya dapat menapak pada tingkat guru besar. SemogaAllah selalu melimpahkan rahmat dan mengampuni segala dosanya dan diterima ibadahnya. </li><li>Kedua mertua saya, Bapak Wignjomartono (alm) dan Ibu Wignjomartono (alm) yang telah memberikan restu, doronganmoril kepada saya dan keluarga, kasih sayang pada para cucu dan keluarga, saya ucapkan terima kasih.</li><li>Kepada Pakde (alm), Bude Marsudi (alm) dan Paklik Murtedjo (alm) yang telah memberikan bimbingan dan doronganmoril sehingga saya dapat menapak sekolah lebih lanjut. </li><li>Kepada semua empat saudara saya dan saudara ipar saya atas dorongan dan doanya, saya ucapkan terima kasih.</li><li>Kepada ketiga anak saya, Wawan, Rosa, Riri, saya ucapkan terima kasih atas pengertiannya dan&nbsp; doanya. Sayadoakan agar selalu mendapatkan khusnul khotimah dan semoga selalu mendapat lindungan dari Allah SWT.</li><li>Demikian juga ucapan terima kasih saya sampaikan istri tercinta Wuryantiningsih yang telah mendampingi saya selama37 tahun di saat suka dan duka, menghantarkan anak-anak berkeluarga, selalu ikhlas, setia, memberikan dorongan selamasaya mengikuti pendidikan S3. Semoga selalu mendapatkan rahmah dan barokahnya.</li><li>Semua pihak dan handai taulan serta sejawat yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan terimakasih</li></ol><p style="\">

Page 12: Doc

DAFTAR PUSTAKA

Chong S, Sanderson I, Wright V, Walker Smith JA, 1984. Foot allergy and infantile colitis. Arch Dis Child; 59:690-1Bindel J.G, 2008. Immune-modulatory effects of prebiotic oligosaccharides: new data from experimental and clinical studies.Immunity Breakthroug. Di JogyakartaDamayanti R.S, 2006. Seminar Alergi. IDAI Jakarta.Damayanti W, 2007. Cow&rsquo;s milk protein sensitive enteropathi. Kongres Nasional Badan Koordinasi GastroenterologiAnak Indonesia (BKGAI), Surabaya. 59-65Eggesbo M, Botten G, Halvoren R, Magnus P, 2001. The prevalence of CMA/CMPI in young children: the validity ofparentally perceived reactions in population-based study. Allergy 56:393-402Harjono K, 2008. Recent Treatment Of Atopic Dermatitis In Children. Pertemuan Simposium; One Day Simposium,Children&rsquo;s Allergy in Clinical Perspective. Surakarta.Hegar B, 2007. Cow&rsquo;s Milk Protein Allergy and Clinical Aspect of Gastrointestinal. Seminar Alergi Anak, Semarang.Host A, 1997. Cow&rsquo;s milk allergy. Journal of The Royal Society of Medicine. Sup No 30, vol 90 p: 3436Iskandar Z, 2008. Diagnosis dan tatalaksana asma pada anak. Pertemuan Simposium; One Day Simposium,Children&rsquo;s Allergy in Clinical Perspective. Surakarta.Leung D.Y.M, 2004. Anaphylaxis in In Nelson Textbook of Paediatrics.&nbsp; Saunders 17th&nbsp; Ed.&nbsp; p; 781-782Mc Bean L, 2006. Cow&rsquo;s milk allergy versus lactose intolerance. Dairy Council. Digest; 77,3Pitono S, Subijanto MS, Suhartono TP, FM Judajana, 2003. Gangguan Sistem Imun Mukosa Intestinal. Graha MasyarakatIlmiah Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. RSUD Dr.Soetomo-Surabaya. Hal 336-353Rance F, Juchet A, Breman F, et al, 1997. Comparison between skin prick tests with commercial extracts and fresh foodsspecific IgE and food challenges. 52: 1031-5Rengganis I, 2007. Immunotherapy In Allergy. Pertemuan Simposium; One Day Simposium, Children&rsquo;s Allergy inClinical Perspective. Surakarta.Saarinen KM, Juntunen-Backman K, Jarvenpaa AL,1999. Supplementary feeding in maternity hospitals and the risk ofcow&rsquo;s milk allergy: a prospective study of 6209 infants. J Allergy Clin Immunol; 104:457-461Sampson HA and Leung DYM, 2004. Adverse Reaction to Foods. In Nelson Textbook of Paediatrics. Saunders 17th&nbsp;Ed. p; 789-790Santosa H, 1989. Masalah alergi makanan pada anak. Disampaikan pada Simposium Alergi Makanan. Denpasar, 7Februari.Schoetzau A, Filipiak-Pittrof B, Frank K et al, 2002. German Infant Nutritional Intervention Study Group. Effect of axclusivebreast-feeding and early solid food avoidance on the incidence of atopic&nbsp;&nbsp; dermatitis&nbsp;&nbsp; inhigh-riskinfants at 1 year of age. Pediatr Allergy Immunol. 13:234-42Siregar S, 2007. Cow&rsquo;sMilk Allergy: Pathopdysiology, diagnosis and therapy. Simposium, 14-12Siti Boedina Kresno, 1996. Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Fakultas Kedokteran Indonesia. Ed 3: hal 80-87Snijders B.E.P, Thijs C, Ree R, and Brandt P, 2008. Age at First Introduction of Cow Milk Products and Other FoodProducts in Relation to Infant Atopic Manifestation in the First 2 years of Life: The KOALA Birt Cohort Study. AmericanAcademic of Pediatr. Diunduh dari http://www.pediatrics.org/cgi/ conten/full/ 122/1/e115 pada jam 20 12.12.2008Vandenplas Y, 2007. Universitair Ziekenhuis Brussel, Brussels, Belgium. Effect of external enviroment on mucosal immuneresponse.Vance GH, Lewis SA, Grimshaw KE et al, 2005. Exposure the fetus and infant ti hens&rsquo;s egg albumin via&nbsp;placenta and breast milk in relation to maternal intake of diatary egg. Clin.Exp Allergy. 35:1318-20Vandenplas Y, Brueton M, Dupont C, Hill D, Isolauri E et al, 2007. Guideline for diagnosis and management of cow&rsquo;smilk protein allergy in infant. Arch Dis Chil. 902:902-908. (Downloaded&nbsp; from adc-bmj.com on&nbsp; 4 November2007)Wido. Diet dapat mempengaruhi perilaku anak. Children Allergy&nbsp; Center.http://childrenallergycenter.jouser.com/article/ 134676

<p style="\"><!--[if !mso]>

Page 13: Doc

<style>v\\:* {behavior:url(#default#VML);}o\\:* {behavior:url(#default#VML);}w\\:* {behavior:url(#default#VML);}.shape {behavior:url(#default#VML);}</style><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom><w:PunctuationKerning /> <w:ValidateAgainstSchemas /> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid><w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent><w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables /><w:SnapToGridInCell /> <w:WrapTextWithPunct /> <w:UseAsianBreakRules /> <w:DontGrowAutofit /> </w:Compatibility><w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState=\"false\" LatentStyleCount=\"156\"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if!mso]> <span class="mceItemObject" classid=\"clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D\" id=ieooui> </span><style>st1\\:*{behavior:url(#ieooui) }</style><![endif]--> <!-- /* Font Definitions */ @font-face{font-family:Wingdings;panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;mso-font-charset:2;mso-generic-font-family:auto;mso-font-pitch:variable;mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal{mso-style-parent:\"\";margin:0cm;margin-bottom:.0001pt;mso-pagination:widow-orphan;font-size:10.0pt;font-family:\"Times New Roman\";mso-fareast-font-family:\"Times New Roman\";}h1{mso-style-next:Normal;margin:0cm;margin-bottom:.0001pt;line-height:150%;mso-pagination:widow-orphan;page-break-after:avoid;mso-outline-level:1;font-size:10.0pt;font-family:\"Times New Roman\";mso-font-kerning:0pt;}h2{mso-style-next:Normal;

Page 14: Doc

margin:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;line-height:150%;mso-pagination:widow-orphan;page-break-after:avoid;mso-outline-level:2;font-size:10.0pt;font-family:\"Times New Roman\";}h4{mso-style-next:Normal;margin:0cm;margin-bottom:.0001pt;line-height:150%;mso-pagination:widow-orphan;page-break-after:avoid;mso-outline-level:4;font-size:10.0pt;font-family:\"Times New Roman\";mso-ansi-language:SV;}p.MsoBodyText, li.MsoBodyText, div.MsoBodyText{margin:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;line-height:150%;mso-pagination:widow-orphan;font-size:10.0pt;font-family:\"Times New Roman\";mso-fareast-font-family:\"Times New Roman\";}a:link, span.MsoHyperlink{color:blue;text-decoration:underline;text-underline:single;}a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed{color:purple;text-decoration:underline;text-underline:single;}@page Section1{size:612.0pt 792.0pt;margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;mso-header-margin:36.0pt;mso-footer-margin:36.0pt;mso-paper-source:0;}div.Section1{page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0{mso-list-id:562059178;mso-list-type:hybrid;

Page 15: Doc

mso-list-template-ids:1439876912 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 6769869167698693;}@list l0:level1{mso-level-start-at:0;mso-level-number-format:bullet;mso-level-text:&#61623;;mso-level-tab-stop:36.0pt;mso-level-number-position:left;text-indent:-18.0pt;font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:\"Times New Roman\";mso-bidi-font-family:\"Times New Roman\";}@list l1{mso-list-id:1123423068;mso-list-type:hybrid;mso-list-template-ids:-2144954044 482661536 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579 69271567 6927157769271579;}@list l1:level1{mso-level-tab-stop:none;mso-level-number-position:left;margin-left:39.3pt;text-indent:-18.0pt;}@list l1:level2{mso-level-number-format:alpha-lower;mso-level-tab-stop:none;mso-level-number-position:left;margin-left:76.5pt;text-indent:-18.0pt;}@list l2{mso-list-id:1543712038;mso-list-type:hybrid;mso-list-template-ids:2055749590 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 6769869167698693;}@list l2:level1{mso-level-start-at:0;mso-level-number-format:bullet;mso-level-text:&#61623;;mso-level-tab-stop:36.0pt;mso-level-number-position:left;text-indent:-18.0pt;font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:\"Times New Roman\";mso-bidi-font-family:\"Times New Roman\";}@list l3{mso-list-id:1744403630;mso-list-type:hybrid;mso-list-template-ids:-1607708114 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579 69271567 6927157769271579;}@list l3:level1

Page 16: Doc

{mso-level-tab-stop:none;mso-level-number-position:left;text-indent:-18.0pt;color:windowtext;}ol{margin-bottom:0cm;}ul{margin-bottom:0cm;}--> <!--[if gte mso 10]><style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable{mso-style-name:\"Table Normal\";mso-tstyle-rowband-size:0;mso-tstyle-colband-size:0;mso-style-noshow:yes;mso-style-parent:\"\";mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;mso-para-margin:0cm;mso-para-margin-bottom:.0001pt;mso-pagination:widow-orphan;font-size:10.0pt;font-family:\"Times New Roman\";mso-ansi-language:#0400;mso-fareast-language:#0400;mso-bidi-language:#0400;}</style><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapedefaults v:ext=\"edit\" spidmax=\"1104\" /> </xml><![endif]--><!--[if gte mso9]><xml> <o:shapelayout v:ext=\"edit\"> <o:idmap v:ext=\"edit\" data=\"1\" /> </o:shapelayout></xml><![endif]--><p class="\&quot;MsoBodyText\&quot;" style="\">&nbsp;

&nbsp;