DM

5
PENGARUH PEMBERIAN OBAT DIABETES MELLITUS TERHADAP KADAR GLUKOSA DALAM DARAH MENCIT (Mus musculus) Tisar Tumari Effendi. 1 , Aprilda 1 , Febriana Ma’tang 1 ,Apurwanti Pramida 1 , Elfin Pairunan 1 , Mukarramah 1 Gina Sakinah 2 1. Mahasiswa Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin 2. Asisten Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Telah dilakukan percobaan uji Diabetes Melitus (DM) terhadap mencit (Mus Musculus) yang bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian glukosa serta obat–obat diabetes melitus pada mencit. Obat yang diberikan adalah glibenklamid, glibenklamid, metformin, acarbosabosa, ekstrak legundi dan Na- CMC sebagai kontrol negatif. Pengamatan dilakuan dengan mengamati kadar gula dalam darah. Hasil dari percobaan ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara mencit yang diberikan perlakuan dengan control negatif sehingga berdasarkan data analisis anova single factor diperoleh nilai F crit lebih besar dari pada nilai F, dan nilai alfa (0,05) lebih kecil dari pda nilai P-Value. Kata Kunci : Diabetes Melitus, kadar gula darah, Antihiperglikemik, Insulin, Antidiabetik Oral PENDAHULUAN Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (1). Tipe-tipe Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa tipe yaitu : a. Diabetes Mellitus tipe insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadi-nya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan. b.Diabetes Mellitus tipe II atau Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu : 1.) Non obesitas 2.) Obesitas Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas. c. Diabetes Mellitus tipe lain 1)Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas,

description

DM

Transcript of DM

PENGARUH PEMBERIAN OBAT DIABETES MELLITUS TERHADAP KADAR GLUKOSA DALAM DARAH MENCIT (Mus musculus)

Tisar Tumari Effendi.1, Aprilda1, Febriana Matang1,Apurwanti Pramida1, Elfin Pairunan1, Mukarramah1Gina Sakinah2

1. Mahasiswa Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin2. Asisten Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRAKTelah dilakukan percobaan uji Diabetes Melitus (DM) terhadap mencit (Mus Musculus) yang bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian glukosa serta obatobat diabetes melitus pada mencit. Obat yang diberikan adalah glibenklamid, glibenklamid, metformin, acarbosabosa, ekstrak legundi dan Na-CMC sebagai kontrol negatif. Pengamatan dilakuan dengan mengamati kadar gula dalam darah. Hasil dari percobaan ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara mencit yang diberikan perlakuan dengan control negatif sehingga berdasarkan data analisis anova single factor diperoleh nilai F crit lebih besar dari pada nilai F, dan nilai alfa (0,05) lebih kecil dari pda nilai P-Value.Kata Kunci : Diabetes Melitus, kadar gula darah, Antihiperglikemik, Insulin, Antidiabetik Oral

PENDAHULUANDiabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (1).Tipe-tipe Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa tipe yaitu :a. Diabetes Mellitus tipe insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadi-nya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.b. Diabetes Mellitus tipe II atau Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :1.) Non obesitas2.) ObesitasDisebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.c. Diabetes Mellitus tipe lain1) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.2) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain : Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik.3) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chor-ionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut, Pada tahap awal sering ditemukan (2) :a. Poliuri (banyak kencing)Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.b. Polidipsi (banyak minum)Hal ini disebabkan pembakaran terlalu ban-yak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi pen-derita lebih banyak minum.c. Polifagia (banyak makan)Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sa-mpai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabi-san glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.e. Mata kaburHal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin.Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentu-kan katarak.Penggolongan obat Diabetes mellitus (3) :1. Golongan sulfonilurea bekerja dengan cara:a. Menstmulasi penglepasan insulin yang tersimpanb. Menurunkan ambang sekresi insu-linc. Meningkatkna sekresi insulin seba-gai akibat rangsangan glukosa2. BiguinidMenurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk.3. Inhibitor alfa glukosidaseSecara kompettitf meng-hambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca pransial.4. ThoazolidinedionesThoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai sfek farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi nasalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

METODE PENELITIANAlat dan BahanAlat yang digunakan adalah erlenmeyer pyrex, kanula, kandang mencit, spoit 1 cc one Med, spidol, glukometer, strip glukosa, stopwatch, dan timbangan analitik.Bahan yang digunakan adalah glibenklamid, glimepirid, metformin, acarbosa, ekstrak legundi, dan NaCMC.

Pembuatan larutan koloidal NaCMC (1% b/v)Serbuk NaCMC sebanyak 2,5 g dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam air aquades hangat (700C) sambil digerus dalam lumpang hingga terbentuk larutan koloidal yang homogen, kemudian dimasukkan kedalam labu tentu ukur dan volumenya dicukupkan hingga 250 ml. 50 ml digunakan sebagai kontrol dan 200 ml lainnya untuk melarutkan obat fenitoin,luminal ,imipramin dan amitriptilin

Pembuatan Larutan glibenklamidDitimbang 28 mg glibenklamid kemudian digerus dan dilarutkan mengunakan NaCMC hingga homogen. Larutan dicukupkan sampai 10 ml dan dimasukkan dalam botol vial.

Pembuatan larutan glimepiridDitimbang 25 mg glimepirid kemudian digerus dan dilarutkan dengan NaCMC. Larutan dicukupkan sampai 10 ml dan dimasukkan dalam botol vial.

Pembuatan larutan metforminDitimbang 77 mg metformin kemudian digerus dan dilarutkan dengan NaCMC. Larutan dicukupkan sampai 10 ml dan dimasukkan dalam botol vial.

Pembuatan larutan acarbosa Ditimbang 18 mg acarbosa kemudian digerus dan dilarutkan dalam NaCMC. Larutan dicukupkan sampai 10 ml dan dimasukkan dalam botol vial.

Pembuatan larutan ekstrak legundiDitimbang ekstrak legundi kemudian digerus dan dilarutkan dalam NaCMC. Larutan dicukupkan sampai 50 ml dan dimasukkan dalam botol vial.

Penyiapan Hewan UjiHewan uji yang dugunakan adalah mencit (Mus musculus) sebanyak 18 ekor dengan bobot badan sekitar 20-30 gram. Mencit dibagi ke dalam lima kelompok perlakuan.

Perlakuan Terhadap Hewan UjiMencit yang masuk dalam kelompok kontrol diberi suspensi Na CMC 1% b/v.Volume pemberian bervariasi berdasarkan rumus 0,1/10 g BB dan ditunggu hingga 30 menit.

HASIL DAN PEMBAHASANPada percobaan ini telah dilakukan pengujian kadar glukosa dalam darah mencit setelah diberikan perlakuan dengan pemberian obat-obat DM dan glukosa. Dalam percobaan digunakan 18 ekor mencit yang telah dipuasakan dengan berat yang bervariasi yang diberi larutan glukosa dan obat DM. Obat diberikan melalui rute peroral dengan penggunaan dosis yang disesuaikan dengan berat mencit yaitu 0,1 ml/10 g berat mencit. Pada percobaan ini digunakan NaCMC sebagai kontrol negatif. Pada percobaan, sebelum mencit diberi perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pengambilan darah mencit untuk di lihat kadar glukosa selama puasa. Setelah itu mencit diberikan larutan glukosa untuk menambah kadar gula dalam darah dan didiamkan selama 30 menit, setelah 30 menit darah kemudian diambil dan dilihat kadar glukosa dalam darah. Perlakuan selanjutnya yaitu dengan memberikan obat DM untuk melihat pengaruh obat tersebut terhadap kadar gula dalam darah dan didiamkan selama 60 menit dan 90 menit. Kemudian darah diambil dan diamati hasilnya. Berdasarkan data tabel hasil pengamatan dapat diketahui bahwa terdapat beberapa data yang tidak sesuai, dimana laju penurunan kadar glukosa darah terlihat rancu. Kadar glukosa darah setelah pemberian perlakuan dengan obat-obat DM seharusnya mengalami laju penurunan yang bertingkat dengan menunjukkan angka yang terus diperkecil. Namun data yang diperoleh, pada replikasi ke-II dan ke-III terlihat peningkatan glukosa darah yang seharusnya menurun dari kadar glukosa darah pada replikasi awal setelah perlakuan pemberian obat DM. Kemudian, pengaruh pemberian obat DM terhadap kadar glukosa darah pada mencit, jika ditinjau dari data replikasi penurunan kadar glukosa serta rata-rata laju penurunannya dapat disimpulkan bahwa laju penurunan kadar glukosa darah yang paling baik ditunjukkan oleh glibenklamid setelah pemberian obat-obat DM. Glibenklamid menunjukkan rata-rata penurunan kadar glukosa darah yang paling besar dibandingkan dengan obat-obat lainnya. Namun, jika dibandingkan dengan kontrol, terlihat bahwa laju penurunan kadar glukosa darah terhadap kontrol lebih besar dibandingkan dengan glibenklamid. Hal tersebut terlihat jelas pada grafik. Dimana NaCMC menunjukkan grafik yang lebih tinggi dibandingkan dengan Glibenklamid yang menempati urutan kedua setelah NaCMC. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa obat-obat DM tidak menunjukkan aktivitas yang lebih baik terhadap penurunan kadar glukosa darah jika dibandingkan dengan kontrol yaitu NaCMC.

Gambar 1. Grafik pemberian obat DM terhadap kadar glukosa darah pada mencit

Hal tersebut kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan. Misalnya, kesalahan pemberian dosis obat, ketidakakuratan hasil pendeteksian kadar, kesalahan prediksi waktu, serta hal-hal yang tidak diprediksikan sebelumnya. Hasil ANOVA single factor menunjukkan F crit > F, menandakan bahwa hasil yang diberikan oleh semua jenis obat DM tersebut tidak signifikan. Nilai P-value 0,05 (0,000995) menunjukkan bahwa perlu dilakukan uji lanjutan.KESIMPULANHasil percobaan ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara mencit yang diberikan perlakuan dengan kontrol negatif sehingga berdasarkan data analisis anova single factor diperoleh nilai F crit lebih besar dari pada nilai F, dan nilai alfa (0,05) lebih besar dari pada nilai P-Value sehingga perlu dilakukan uji lanjutan. DAFTAR PUSTAKA1. Ganiswarna, Sulistila G dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Percetakan Gaya Baru. Jakarta.2. Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting Edisi Kelima Cetakan Kedua. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.3. Harvey, Richard A., Pamela C. Champe. 2009. Lippincotts Illustrated Reviews: Pharmacology, 4th edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.