Dk2p2 Meten - DM

16
Epidemiologi Tipe 1 Menurut data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2011, jumlah anak di dunia (usia 0-14tahun) dengan DM tipe 1 ialah 490.100 anak, dengan penambahan kasus baru sebanyak 77.800 anak per tahun. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data registrasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2012, insiden DM tipe 1 berkisar 0,2-0,42 per 100.000 anak per tahun. Tipe 2 DM tipe 2 di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6% kecuali di dua tempat yaitu di Pekajangan, suatu desa dekat Semarang 2,3% dan di Manado 6%. Pemeriksaan Penunjang - Deteksi autoantibodi pada serum - Keton darah - Urinalisis (redusi, keton, protein) - C-peptide (,0,85 ng/mL), menggambarkan kadar insulin secara tidak langsung - HbA 1c, sebagai parameter control metabolic Tatalaksana Terapi Farmakologis a) Terapi Insulin Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM Tipe I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolism karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan

description

ab

Transcript of Dk2p2 Meten - DM

Page 1: Dk2p2 Meten - DM

Epidemiologi Tipe 1

Menurut data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2011, jumlah anak di dunia (usia 0-14tahun) dengan DM tipe 1 ialah 490.100 anak, dengan penambahan kasus baru sebanyak 77.800 anak per tahun. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data registrasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2012, insiden DM tipe 1 berkisar 0,2-0,42 per 100.000 anak per tahun.

Tipe 2DM tipe 2 di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6% kecuali di dua tempat yaitu di Pekajangan, suatu desa dekat Semarang 2,3% dan di Manado 6%.

Pemeriksaan Penunjang- Deteksi autoantibodi pada serum- Keton darah- Urinalisis (redusi, keton, protein)- C-peptide (,0,85 ng/mL), menggambarkan kadar insulin secara tidak

langsung- HbA 1c, sebagai parameter control metabolic

Tatalaksana Terapi Farmakologis

a) Terapi InsulinTerapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1.

Pada DM Tipe I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita

rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai

penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus mendapat insulin

eksogen untuk membantu agar metabolism karbohidrat di dalam

tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita

DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30%

ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral.

Sediaan insulin saat ini tersedia dalam bentuk obat suntik yang

umumnya dikemas dalam bentuk vial. Kecuali dinyatakan lain,

penyuntikan dilakukan subkutan (di bawah kulit). Lokasi penyuntikan

yang disarankan ditunjukan pada gambar di bawah ini.

Page 2: Dk2p2 Meten - DM

Penyerapan insulin dipengaruhi oleh beberapa hal. Penyerapan paling

cepat terjadi di daerah abdomen, diikuti oleh daerah lengan, paha

bagian atas dan bokong. Bila disuntikkan secara intramuskular dalam,

maka penyerapan akan terjadi lebih cepat, dan masa`kerjanya menjadi

lebih singkat. Kegiatan fisik yang dilakukan segera setelah

penyuntikan akan mempercepat waktu mula kerja (onset) dan juga

mempersingkat masa kerja.

Selain dalam bentuk obat suntik, saat ini juga tersedia insulin dalam

bentuk pompa (insulin pump) atau jet injector, sebuah alat yang akan

menyemprotkan larutan insulin ke dalam kulit. Sediaan insulin untuk

disuntikkan atau ditransfusikan langsung ke dalam vena juga tersedia

untuk penggunaan di klinik. Penelitian untuk menemukan bentuk baru

sediaan insulin yang lebih mudah diaplikasikan saat ini sedang giat

dilakukan. Diharapkan suatu saat nanti dapat ditemukan sediaan

insulin per oral atau per nasal.

Untuk terapi, ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang

terutama berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya

(duration). Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4

kelompok, yaitu :

1. Insulin masa kerja singkat (Short-acting/Insulin), disebut juga insulin

reguler

2. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)

3. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat

4. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)

Tabel Penggolongan Sediaan Insulin Berdasarkan Mula dan Masa Kerja

Page 3: Dk2p2 Meten - DM

Respon individual terhadap terapi insulin cukup beragam, oleh sebab

itu jenis sediaan insulin mana yang diberikan kepada seorang penderita

dan berapa frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual,

bahkan seringkali memerlukan penyesuaian dosis terlebih dahulu.

Umumnya, pada tahap awal diberikan sediaan insulin dengan kerja

sedang, kemudian ditambahkan insulin dengan kerja singkat untuk

mengatasi hiperglikemia setelah makan. Insulin kerja singkat diberikan

sebelum makan, sedangkan Insulin kerja sedang umumnya diberikan

satu atau dua kali sehari dalam bentuk suntikan subkutan. Namun,

karena tidak mudah bagi penderita untuk mencampurnya sendiri, maka

tersedia sediaan campuran tetap dari kedua jenis insulin regular (R)

dan insulin kerja sedang (NPH).

Waktu paruh insulin pada orang normal sekitar 5-6 menit, tetapi

memanjang pada penderita diabetes yang membentuk antibodi

terhadap insulin. Insulin dimetabolisme terutama di hati, ginjal dan

otot. Gangguan fungsi ginjal yang berat akan mempengaruhi kadar

insulin di dalam darah.

b) Terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang

tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada

tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi

hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis

obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan penentuan

rejimen hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan

tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan

pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi

yang ada.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat

dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat

hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan

turunan fenilalanin).

Page 4: Dk2p2 Meten - DM

2. Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel

terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida

dan tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan

insulin secara lebih efektif.

3. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase

yang bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan

untuk mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal

hyperglycemia). Disebut juga “starch-blocker”.

Tabel Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea

- Gliburida/Glibenklamida

- Glipizida

- Glikazida

- Glimepirida

- Glikuidon

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas, sehingga

hanya efektif pada penderita

diabetes yang sel-sel β

pankreasnya masih berfungsi

dengan baik.

Meglitinida RepaglinideMerangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas.

Turunan

fenilalaninNateglinide

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas.

Biguanida Metformin

Bekerja langsung pada hati

(hepar), menurunkan produksi

glukosa hati. Tidak

merangsang sekresi insulin

oleh kelenjar pankreas.

Tiazolidindion

- Rosiglitazone

- Troglitazone

- Pioglitazone

Meningkatkan kepekaan tubuh

terhadap insulin. Berikatan

dengan PPARγ (peroxisome

proliferator activated receptor-

gamma) di otot, jaringan

lemak, dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α- - Acarbose Menghambat kerja enzim-

Page 5: Dk2p2 Meten - DM

glukosidase- Miglitol

enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat,

sehingga memper-lambat

absorpsi glukosa ke dalam

darah.

c) Terapi Kombinasi

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO

atau OHO dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara

golongan sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali

dengan merangsang sekresi pankreas yang memberikan kesempatan

untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat

hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor

insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling

menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang

sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri.

Terapi non farmakologis

a. Pengaturan Diet

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes.

Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang

dalam hal karbohidrat,

protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut :

- Karbohidrat : 60-70%

- Protein : 10-15%

- Lemak : 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres

akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai

dan mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan telah

dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons

sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian

dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar

Page 6: Dk2p2 Meten - DM

HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM),

dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4

bulan tambahan waktu harapan hidup. Selain jumlah kalori, pilihan jenis

bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan kolesterol tetap

diperlukan, namun jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber lemak

diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih

banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai

sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging

dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak mengandung lemak.

Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling

tidak 25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan

lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat

membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa

risiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu makanan sumber

serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin

dan mineral.

b. Olahraga

Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula

darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan

nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk

penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga

ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi

kesehatan. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE

(Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training).

Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal

(220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita.

Beberapa contoh olahraga yang disarankan, antara lain jalan atau lari

pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini

paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan

pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah

raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor

insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.

Page 7: Dk2p2 Meten - DM

Edukasi

Pasien dan keluarga perlu diberi edukasi yang baik mengenal penyakit DM tipe 1 dan

tipe 2 serta tatalaksana yang direncanakan. Demikian halnya dengan penggunaan

insulin yang harus dipahami oleh pasien dan keluarga.

Edukasi tentang pengertian DM, promosi perilaku hidup sehat, pemantauan glukosa

darah mandiri, serta tanda dan gejala hipoglikemia dengan cara mengatasinya perlu

dipahami oleh pasien.

Komplikasi

Komplikasi Akut

- Ketoasidosis Diabetikum

Ketoasidosis diabetikum ditandai dengan hiperglikemia, asidosis dan

ketosis. Glukosuria dan ketonuria dapat mengakibatkan diuresis osmotik,

sehingga mengakibatkan Pasien mengalami dehidrasi dan kehilangan

elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok bahkan

mengalami koma dan meninggal.

- Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)

Sindrom HHNK merupakan keadaan yang didominasi oleh

hiperosmolaritas dan hiperglikemia serta diikuti oleh perubahan tingkat

kesadaran. Kelainan dasar biokimia pada sindrom ini berupa kekurangan

insulin efektif. Keadaan hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis

osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk

mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan berpindah dari

ruang intrasel ke ruang ekstrasel. Dengan adanya glukosuria dan

dehidrasi, akan dijumpai keadaaan hipernatremia dan peningkatan

osmolaritas. Salah satu perbedaan utama antar HHNK dan ketoasidosis

diabetes adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada HHNK.

Perbedaan jumlah insulin yang terdapat pada masing-masing keadaan ini

dianggap penyebab parsial perbedaan di atas.

Gambaran klinis sindrom HHNK terdiri atas gejala hipotensi, dehidrasi

berat, takikardi, dan tanda-tanda neurologis yang bervariasi.

- Hipoglikemia

Page 8: Dk2p2 Meten - DM

Hipoglikemia terjadi jika kadar gula darah turun hingga 60 mg/dl.

Keluhan dan gejala hipoglikemia dapat bervariasi, tergantung sejauh

mana glukosa darah turun. Keluhan pada hipoglikemia pada dasarnya

dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu keluhan akibat otak tidak

mendapat kalori yang cukup sehingga mengganggu fungsi intelektual dan

keluhan akibat efek samping hormon lain yang berusaha meningkatkan

kadar glukosa dalam darah.

Komplikasi Kronik

- Komplikasi Mikrovaskular

a. Retinopati Diabetika

Kecurigaan akan diagnosis DM terkadang berawal dan gejala

berkurangnya ketajaman penglihatan atau gangguan lain pada mata

yang dapat mengarah pada kebutaan. Retinopati diabetes dibagi

dalam 2 kelompok, yaitu Retinopati non proliferatif dan

Proliferatif. Retinopati non proliferatif merupkan stadium awal

dengan ditandai adanya mikroaneurisma, sedangkan

retinoproliferatif, ditandai dengan adanya pertumbuhan pembuluh

darah kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksia retina.

Pada stadium awal retinopati dapat diperbaiki dengan kontrol gula

darah yang baik, sedangkan pada kelainan sudah lanjut hampir

tidak dapat diperbaiki hanya dengan kontrol gula darah, malahan

akan menjadi lebih buruk apabila dilakukan penurunan kadar gula

darah yang terlalu singkat.

b. Nefropati Diabetika

Pada DM yang tidak terkendali dengan kadar gula darah yang

terlalu tinggi dan kadar insulin yang rendah, maka tubuh tidak

dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Sebagai

gantinya tubuh akan memecah lemak sebagai sumber energi

alternatif. Pemecahan lemak tersebut kemudian menghasilkan

badan-badan keton dalam darah atau disebut dengan ketosis.

Ketosis inilah yang menyebakan derajat keasaman darah menurun

atau disebut dengan istilah asidosis. Kedua hal ini lantas disebut

dengan istilah ketoasidosis.

Page 9: Dk2p2 Meten - DM

Adapun gejala dan tanda-tanda yang dapat ditemukan pada pasien

ketoasidosis diabetes adalah kadar gula darah > 240 mg/dl, terdapat

keton pada urin, dehidrasi

karena terlalu sering berkemih, mual, muntah, sakit perut, sesak

napas, napas berbau aseton, dan kesadaran menurun hingga koma.

- Komplikasi Makrovaskular

Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada

pasien DM adalah penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah

otak, dan penyakit pembuluh darah perifer. Komplikasi ini lebih sering

terjadi pada pasien DM tipe II yang umumnya menderita hipertensi,

dislipidemia, dan atau kegemukan (Nabyl, 2009). Komplikasi ini timbul

akibat aterosklerosis dan tersumbatnya pembuluh- pembuluh darah besar,

khususnya arteri akibat timbunan plak ateroma.

Komplikasi makrovaskular atau makroangiopati tidak spesifik pada

diabetes, namun pada DM timbul lebih cepat, lebih sering, dan lebih

serius. Berbagai studi epidemiologi menunjukkan bahwa angka kematian

akibat penyakit kardiovaskular dan diabetes meningkat 4 -5 kali

dibandingkan pada orang normal. Komplikasi makroangiopati umumnya

tidak ada hubungannya dengan kontrol kadar gula darah yang baik. Tetapi

telah terbukti secara epidemiologi bahwa angka kematian akibat

hiperinsulinemia merupakan suatu faktor resiko mortalitas

kardiovaskular, di mana peninggian kadar insulin menyebabkan resiko

kardiovaskular semakin tinggi pula. Kadar insulin puasa >15 mU/ml akan

meningkatkan resiko mortalitas kardiovaskular sebanyak 5 kali lipat.

Hiperinsulinemia kini dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga

berperan penting dalam menyebabkan timbulnya komplikasi

makrovaskular.

- Komplikasi Neuropati

Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi.

Dalam jangka waktu yang cukup lama, kadar glukosa dalam darah

akan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang berhubungan

langsung ke saraf. Akibatnya, saraf tidak dapat mengirimkan pesan

secara efektif. Keluhan yang timbul bervariasi, yaitu nyeri pada kaki

Page 10: Dk2p2 Meten - DM

dan tangan, gangguan pencernaan, gangguan dalam mengkontrol BAB

dan BAK, dan lain-lain (Tandra, 2007). Manifestasi klinisnya dapat

berupa gangguan sensoris, motorik, dan otonom. Proses terjadinya

komplikasi neuropati biasanya progresif, di mana terjadi degenerasi

serabut-serabut saraf dengan gejala nyeri, yang sering terserang adalah

saraf tungkai atau lengan.

Daftar Pustaka

Sudoyo A.W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu

Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Indonesia.

Liwang, Frans, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV (II). Jakarta: Media

Aesculapius

Liwang, Frans, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV (I). Jakarta: Media

Aesculapius