Diskusi PBL Ortho Osteoarthritis
-
Upload
anonymous-y6nmp9nhky -
Category
Documents
-
view
44 -
download
2
description
Transcript of Diskusi PBL Ortho Osteoarthritis
DISKUSI KASUS
Oleh:
1. Faizah Chadijah
2. Faisal Yusuf Ashari
3. Muhammad Gani Ariftrianto
4. Dinda Rozita Maharani
5. Aisyah Dewi Setyaningrum
6. Chesy Bima Laksana
Pembimbing
Dr. Komang Agung Irianto Suryaningrat dr Sp.OT
BAG / SMF ILMU ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGI
RSUD Dr. SOETOMO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGASURABAYA
2015
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 36 tahun
Alamat : Bulak Banteng,Surabaya
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Jawa, Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Sekretaris
Tanggal Pemeriksaan : 11 Agustus 2015
ANAMNESIS
Keluhan Utama: Nyeri sendi pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan lutut.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Orthopedi dan Traumatologi RSUD Soetomo
mengeluh nyeri sendi pergelangan tangan kanan sejak 3 minggu yang lalu. Nyeri
dirasakan menusuk-nusuk dan memberat saat tangan kanan menggenggam atau
memutar sesuatu (seperti menggenggam gelas dan memutar stang sepeda motor).
Nyeri tidak membaik dengan istirahat atau perubahan posisi. Awalnya pergelangan
tangan dikatakan tidak terlalu nyeri, namun semakin hari nyeri dirasakan semakin
hebat hingga pergelangan tangan kanan sulit digerakkan dan menjadi bengkak dan
merah.
Selain itu pasien juga mengeluh nyeri pada pergelangan kaki kanan, lutut
kanan, pergelangan kaki kiri, dan lutut kiri yang mulai dirasakan sejak 10 tahun yang
lalu. Awalnya nyeri muncul pertama kali pada pergelangan kaki kanan, kemudian
disusul secara berturut-turut, nyeri pada lutut kanan, pergelangan kaki kiri, dan lutut
kiri. Nyeri dirasakan seperti ngilu-ngilu, tidak membaik dengan perubahan posisi.
Namun apabila pasien duduk lama atau tidur, nyeri dirasakan sedikit berkurang.
Nyeri biasanya muncul saat pasien berlari dan berdiri lama (>30 menit). Biasanya
nyeri dirasakan terus-menerus hingga malam hari menjelang tidur.
Selain itu terdapat keluhan panas badan pada pasien yang dirasakan sejak
kemarin. Panas dikatakan seperti meriang-meriang namun tidak sampai menggigil
(pasien tidak mengukur temperatur tubuhnya).
Pasien mengaku terdapat rasa kaku pada pergelangan kaki kanan, lutut
kanan, pergelangan kaki kiri, dan lutut kiri pada pagi hari setelah bangun tidur. Sendi
terasa kaku dan agak sulit digerakkan. Rasa kaku tersebut berlangsung selama ± 5
menit dan menghilang secara perlahan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat batu ginjal sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat hipertensi,DM,jantung,paru disangkal oleh pasien
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat ke dokter dan diberikan obat pereda nyeri. Namun keluhan
muncul kembali saat efek obat habis.
Riwayat Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada di keluarganya yang mengalami sakit yang sama dengan
yang dikeluhkan pasien.
Riwayat hipertensi,DM,jantung,paru disangkal oleh pasien
Riwayat Sosial
Pasien bekerja sebagai sekretaris dan sering duduk di depan komputer selama berjam-
jam setiap harinya. Pasien mengaku jarang mengonsumsi jeroan atau kacang-
kacangan, namun pasien mengatakan sering makan tahu dan tempe.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos mentis (GCS 15)
VAS : 7/10
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 24 kali/menit, reguler
Suhu aksila : 37,7 ºC
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 70 kg
BMI : 25,71 kg/m2
Status Gizi : Lebih/overweight (menurut WHO 1998)
Status General
Pemeriksaan Umum
Kepala : anemis(-), icterus(-), sianosis(-), dispnea(-)
Leher : struma(-), pembesaran KGB (-/-)
Thoraks : Simetris, retraksi (-)
Paru : Vesicular (-/-), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : S1,S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : peristaltik (+) normal, Nyeri tekan (-) hepar/lien tidak
teraba
Ekstremitas : Hangat , edema -/- , CRT<2 detik
Pemeriksaan Lokal Sendi
Sendi Inspeksi Palpasi Gerakan Auskultasi Sekitar sendi
Siku (D) Bengkak (-)Merah (-)Luka (-)Kelainan bentuk (-)
Bengkak (-)Hangat (-)Nyeri tekan (-)
Fleksi 130°Ekstensi 0°
Krepitasi (-) Nyeri otot (-)
Siku (S) Bengkak (-)Merah (-)Luka (-)Kelainan bentuk (-)
Bengkak (-)Hangat (-)Nyeri tekan (-)
Fleksi 130°Ekstensi 0°
Krepitasi (-) Nyeri otot (-)
Pergelangan tangan (D)
Bengkak (+)Merah (+)Luka (-)Kelainan bentuk (-)
Bengkak (+)Hangat (+)Nyeri tekan (+)
Ekstensi 30°Fleksi 30°Deviasi radial 10°Deviasi ulnar 15°
Krepitasi (-) Tidak ada kelainan
Pergelangan tangan (S)
Bengkak (-)Merah (-)Luka (-)Kelainan bentuk (-)
Bengkak (-)Hangat (-)Nyeri tekan (-)
Ekstensi 80°Fleksi 80°Diviasi radial 20°Deviasi ulnar 30°
Krepitasi (-) Tidak ada kelainan
Lutut (D) Bengkak (+)Merah (-)Luka (-)Kelainan bentuk (-)
Bengkak (+)Hangat (-)Nyeri tekan (-)Bulge test (+)
Fleksi 90°Ekstensi 0°
Krepitasi (-) Nyeri otot betis (+)
Lutut (S) Bengkak (-)Merah (-)Luka (-)Kelainan bentuk (-)
Bengkak (-)Hangat (-)Nyeri tekan (-)Bulge test (-)
Fleksi 90°Ekstensi 0°
Krepitasi (-)
Nyeri otot betis (+)
Pergelangan kaki (D)
Bengkak (+)Merah (-)Luka (-)Kelainan bentuk (-)
Bengkak (+)Hangat (-)Nyeri tekan (-)Bulge test (-)
Fleksi plantar 20°Fleksi dorsal 10°Inversi<15°Eversi<10°
Krepitasi (-) Nyeri otot di sekitar maleolus medial-lateral (+)
Pergelangan Bengkak (-) Bengkak (-) Fleksi Krepitasi (-) Nyeri otot
kaki (S) Merah (-)Luka (-)Kelainan bentuk (-)
Hangat (-)Nyeri tekan (-)
plantar 20°Fleksi dorsal 10°Inversi<15°Eversi<10°
di sekitar maleolus medial-lateral (+)
DIAGNOSIS KERJA.
Observasi nyeri sendi multipel ec. osteoartritis (genu dekstra et sinistra, ankle
dekstra et sinistra, wrist dekstra) dd/ acute gouty arthritis.
Suspek batu saluran kemih.
Suspek hiperurisemia.
RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1. Darah Lengkap.
2. Urid acid dalam darah
3. Laju endap darah, CRP kimia
4. Rontgen Ankle, Genu AP/Lat Dekstra et Sinistra, Wrist AP/Lat Dekstra.
Skyline foto>foto ap saat berdiri?
5. Rontgen BNO.
PENATALAKSANAAN.
TERAPI:
Celecoxib 1 x 200 mg.
Alopurinol 1 x 100 mg.
Fisioterapi. Untuk antinyeri
Monitoring:
Tanda-tanda vital, keluhan.
PROGNOSIS.
Dubius ad bonam.
PEMBAHASAN
Pasien didiagnosis dengan osteoartritis genu dekstra et sinistra, ankle dekstra et
sinistra, wrist dekstra. Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluh nyeri pada sendi
lutut kanan dan kiri sejak 10 tahun yang lalu, namun memberat sejak 3 minggu
terakhir. Nyeri dirasakan seperti ngilu-ngilu. Diagnosis OA sendi lutut dekstra pada
pasien ini dapat ditegakkan berdasarkan kriteria ACR berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan kriteria radiologis, yakni terdapat nyeri sendi lutut, pasien
berusia > 50 tahun (usia pasien 56 tahun), kaku sendi<30 menit (pasien memiliki
kaku sendi di pagi hari yang berlangsung ± 5 menit), sendi lutut kiri tidak hangat saat
dipalpasi, serta adanya gambaran osteofit pada foto rontgen genu dekstra
(selengkapnya lihat tabel 2). Osteofit merupakan pertumbuhan kartilago baru ke arah
luar sendi yang mengalami osifikasi karena invasi neurovaskular. Osteofit merupakan
tanda radiologis yang penting pada kasus OA. Sementara itu pada genu sinistra juga
ditemukan keadaan klinis yang sama, namun rontgen genu tidak dikerjakan sehingga
tidak dapat diketahui adanya gambaran osteofit. Namun demikian, diagnosis OA
sudah dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan
(kriteria nyeri sendi ditambah minimal 3 dari 6 kriteria).
Tabel 2. Perbandingan antara kriteria diagnosis OA dan keadaan klinis pasien.
Kriteria diagnosis ACR Klinis pasien
Genu dekstra dan sinistra:
Kriteria 1:
Usia lebih dari 50 tahun.
Kaku sendi kurang dari 30 menit.
Krepitasi pada pergerakan aktif.
Bone tenderness.
Pembesaran tulang.
Genu dekstra:
Kriteria 1:
Usia 56 tahun.
Kaku sendi pagi hari 5 menit.
Bone tenderness.
Sendi tidak hangat saat dipalpasi.
Sendi tidak hangat saat dipalpasi.
Kriteria 2:
Usia lebih dari 50 tahun.
Kaku sendi kurang dari 30 menit.
Krepitasi pada pergerakan aktif
dan adanya osteofit.
(4 dari 6 kriteria)
Kriteria 2:
Usia 56 tahun.
Kaku sendi pagi hari 5 menit.
Osteofit (+).
(3 dari 3 kriteria)
Genu sinistra (hanya kriteria 1):
Usia 56 tahun.
Kaku sendi pagi hari 5 menit.
Bone tenderness.
Sendi tidak hangat saat dipalpasi.
(4 dari 6 kriteria)
Ankle dekstra dan sinistra:
Kriteria 1:
Usia lebih dari 50 tahun.
Kaku sendi kurang dari 30 menit.
Krepitasi pada pergerakan aktif.
Bone tenderness.
Pembesaran tulang.
Sendi tidak hangat saat dipalpasi.
Kriteria 2:
Usia lebih dari 50 tahun.
Kaku sendi kurang dari 30 menit.
Krepitasi pada pergerakan aktif
dan adanya osteofit.
Ankle dekstra:
Kriteria 1:
Usia 56 tahun.
Kaku sendi pagi hari 5 menit.
Bone tenderness.
Sendi tidak hangat saat dipalpasi.
(4 dari 6 kriteria)
Kriteria 2:
Usia 56 tahun.
Kaku sendi pagi hari 5 menit.
Osteofit (+).
(3 dari 3 kriteria)
Ankle sinistra:
Kriteria 1:
Usia 56 tahun.
Kaku sendi pagi hari 5 menit.
Bone tenderness.
Sendi tidak hangat saat dipalpasi.
(4 dari 6 kriteria)
Wrist dekstra:
Berdasarkan anamnesis:
Terdapat nyeri pada
pergelangan tangan.
Kaku sendi kurang dari 30
menit.
Berdasarkan pemeriksaan fisik:
Krepitasi pada pergerakan aktif.
Terdapat bony tenderness.
Berdasarkan pemeriksaan radiologis:
Adanya osteofit.
Nyeri pada pergelangan tangan
kanan.
Kaku sendi pagi hari 5 menit.
Bony tenderness.
Osteofit.
Sementara itu, diagnosis OA pada pergelangan kaki kanan dan kiri ditegakkan
berdasarkan adanya temuan klinis berupa usia lebih dari 50 tahun (usia pasien 56
tahun), kaku sendi kurang dari 30 menit (kaku sendi berlangsung ± 5 menit pada pagi
hari), adanya nyeri tekan di sekitar tulang (bony tenderness), serta sendi tidak hangat
saat dipalpasi. Sehingga berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat
mungkin didiagnosis sebagai OA. Lebih lanjut, pada pemeriksaan radiologis juga
ditemukan osteofit pada maleolus medialis sehingga mendukung diagnosis OA. Lebih
lanjut, juga terdapat pembengkakan (soft tissue swelling) pada regio pergelangan kaki
kanan yang mendukung pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini, yakni
adanya edema pada pergelangan kaki kanan yang disertai dengan rasa nyeri pada
daerah maleolus. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sumber nyeri pada OA adalah
berasal dari inflamasi jaringan sekitarnya, seperti radang sinovium, efusi sendi, dan
edema sumsum tulang. Sementara itu diagnosis OA pada ankle sinistra hanya dapat
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik karena pemeriksaan rontgen
ankle sinistra tidak dikerjakan pada pasien ini.
Sementara itu diagnosis OA pada pergelangan tangan kanan dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis. Pada pasien
ini ditemukan adanya nyeri pada pergelangan tangan kanan, kaku sendi pagi hari
yang berlangsung selama ± 5 menit, dan nyeri tekan pada tulang. Sementara itu, pada
pemeriksaan radiologis didapatkan osteofit pada tulang-tulang karpal yang disertai
dengan soft tissue swelling. Lebih lanjut, menurut penulis, didapatkan adanya
gambaran radioopak di sepanjang bagian distal os tibia yang membentuk garis tebal.
Hal tersebut mengindikasikan adanya penebalan lempeng tulang subkondral akibat
aktivasi osteoblas dan osteoklas. Pembengkakan pada jaringan di sekitar sendi diduga
merupakan penyebab timbulnya nyeri pada pergelangan tangan kanan pasien.
Diagnosis banding berupa acute gouty arthritis (AGA) perlu dipertimbangkan karena
pasien juga dicurigai menderita hiperurisemia. Namun diagnosis AGA kurang relevan
karena umumnya bersifat monoartikuler, melibatkan sendi jari-jari kaki dan tangan
(MTP I, PIP, dan DIP), episode pertama muncul pada malam hari dan disertai dengan
pembengkakan sendi. Tulang di PIP dapat membesar dan mengeras dan disebut nodul
Heberden, sedangkan bila terjadi di DIP disebut nodul Bouchard. Selain itu, pada
AGA juga dapat ditemukan tophus, atau formasi kristal urat pada jaringan lunak,
seperti bursa atau tendon. Tophus dapat ditemukan pada bagian heliks telinga, jari-
jari tangan atau kaki, dan di olekranon. Pada pasien ini tidak didapatkan gejala-gejala
seperti yang disebutkan di atas.
terapi farmakologis yang direkomendasikan oleh ACR adalah asetaminofen yang
dapat diberikan hingga dosis 4000 mg/hari.11 Apabila efek klinis dengan pemberian
asetaminofen tidak tercapai, maka terapi dapat diganti menggunakan OAINS. Pada
pasien ini diberikan terapi berupa celecoxib (OAINS selektif inhibitor COX-2)
dengan dosis 200 mg 1 kali sehari per oral. Alasan pemberian obat ini adalah, pasien
menderita nyeri sendi poliartikuler dengan penilaian nyeri yang tergolong berat (VAS
7). Pemberian asetaminofen dikhawatirkan tidak dapat memberikan efek klinis yang
adekuat dan menyebabkan pasien membeli obat-obatan lain dan mengonsumsinya
tanpa sepengetahuan dokter yang berisiko meningkatkan komplikasi terapi, terutama
dalam jangka panjang, seperti ulkus peptikum dan intoksikasi asetaminofen. Oleh
karena itu, pada pasien ini perlu diberikan obat golongan OAINS. Namun pemberian
OAINS non selektif dapat meningkatkan risiko ulkus peptikum apabila dikonsumsi
dalam jangka panjang. Sehingga dipilihkan OAINS selektif inhibitor COX-2 seperti
celecoxib yang tidak meningkatkan risiko ulkus peptikum. Namun demikian,
penggunaan OAINS selektif inhibitor COX-2 dapat meningkatkan risiko infark
miokardium, sehingga obat perlu diberikan dalam dosis rendah. Pemberian celecoxib
dosis 200 mg 1 kali sehari diketahui tidak meningkatkan risiko terjadinya infark
miokardium dalam penggunaan jangka panjang.
Hiperurisemia pada pasien ini dapat diterapi menggunakan alopurinol. Alopurinol
merupakan obat penurun asam urat golongan inhibitor xanthin oksidase yang dapat
menghambat pembentukan asam urat. Alopurinol idealnya dapat diberikan dengan
dosis 200-300 mg per hari. Pemberian alopurinol diindikasikan pada pasien
hiperurisemia dengan penyakit ginjal kronik, nefrolitiasis, atau artritis gout dengan
tophus. Pada pasien ini, terdapat kecurigaan hiperurisemia sehingga diindikasikan
untuk diberi terapi alopurinol. Alopurinol diberikan dalam dosis rendah (100 mg)
sebanyak 1 kali sehari.