Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight
Click here to load reader
-
Upload
amora-fadila -
Category
Documents
-
view
92 -
download
4
description
Transcript of Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight
SEORANG WANITA 46 TAHUN DENGAN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 NON OBESE
Oleh :
Amora Fadila
G9911112015
KEPANITERAAN KLINIK UPF/ LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U R A K A R T A
2012
1
STATUS PASIEN
A. Identitas Penderita
Nama : Ny.M
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : JL. KH Dewantara Kentingan Surakarta
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 17 Oktober 2012
No. CM : 01005426
B. Data Dasar
1. Keluhan Utama : badan lemas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 6 bulan SMRS, pasien mengeluhkan sering merasa lemas.
Pasien juga mengeluh mudah lapar, sering merasa haus dan banyak minum.
Dalam satu hari pasien makan 3 kali @ 1 piring setiap kali makan dan
banyak nyemil diantara waktu makan. Minum 10 x sehari @ 1 gelas
belimbing, sering kencing, sehari 5-6 x @ 1 gelas belimbing, warna kuning
jernih. Pasien mengaku sering kencing di malam hari dan membuat tidurnya
terganggu, nyeri(-), anyang-anyangan (-), BAK seperti pasir (-). BAB tidak
ada keluhan. Pasien merasakan adanya penurunan berat badan namun pasien
tidak pernah menimbang. Pasien sering merasa kesemutan didaerah kaki
maupun tangannya.
C. Temuan Pemeriksaan Yang Mendukung
1. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga
Riwayat sakit gula : (+) adik pasien
2. Anamnesa sistem
2
a. Keluhan utama : badan terasa lemas
b. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), perut sebah (-), perut
mbeseseg (-), nyeri ulu hati (-), nafsu makan berkurang (-), nyeri perut
(-), susah BAB (-), mudah haus (+), mudah lapar (+), muntah darah
(-).
c. Sistem musculoskeletal : lemas (+), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-)
pada sendi lutut dan sendi tangan, nyeri otot (-), kaku otot (-).
d. Sistem genitourinaria : BAK 5-6x/hr ±1 gelas belimbing warna kuning,
nyeri saat buang air kecil (-), panas saat buang air kecil (-), sering buang
air kecil pada malam hari (+), buang air kecil darah (-), nanah (-).
e. Ekstremitas :
Atas : luka (-/-), kesemutan (+/+), tremor (-/-), ujung jari terasa dingin
(-/-), bengkak (-/-), lemah (-/-).
Bawah : luka (-/-), kesemutan (+/+), tremor (-/-), ujung jari terasa
dingin (-/-), bengkak sendi (-/-), lemah (-/-), ulcus (+/-).
f. Sistem neuropsikiatri : kejang (-), kesemutan (+), gelisah (-), menggigil
(-), emosi tidak stabil (-), mengigau (-)
3. Pemeriksaan Fisik
(Status neurologis)
Pemeriksaan Sensorik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan17/10/12 Satuan Rujukan
GDS 232 mg/dl 80-110
GDP 204 Mg/dL 70-110
3
+ +
E. Diagnosis
Diabetes melitus tipe 2 nonobese
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan kepada penderita DM tipe 2 nonobese
meliputi edukasi, diet, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis.
Intervensi farmakologis
Intervensi farmakologis dilaksanakan apabila dengan edukasi, diet dan
latihan jasmani pada awal terapi tidak menunjukkan perbaikan.
Intervensi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan obat suntikan.
1. Obat hipoglikemik oral
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:
a. Pemicu sekresi insulin (Insulin secretagog): sulfonilurea dan glinid
b. Peningkatan sensitifitas insulin: metformin dan tiazolidindion
c. Penghambat glukoneogenesis (metformin)
d. Penghambat absorbsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
e. DPP-IV inhibitor
2. Suntikan
a. Insulin
b. Agonis GLP-1/increatin mimetic
Cara pemberian OHO dapat dimulai dari yang kecil dan ditingkatkan
secara bertahap sesuai respon kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis
maksimal.
Intervensi farmakologis yang diberikan dimulai dengan pemberian OHO
dari golongan Sulfonilurea. Sulfonilurea mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien
dengan berat badan normal dan kurang.
Resep pertama : R/ Glibenklamid tab mg 2,5 No. XV
∫ 1 dd tab 1 a.c (15-30 menit sebelum makan)
Pro : Ny. S (46 tahun)
4
Kemudian dievaluasi 2-4 minggu kemudian bila tujuan terapi tidak
tercapai ditambahkan dosis nya.
Resep kedua : R/ Glibenklamid tab mg 2,5 No. XV
∫ 2 dd tab 1 a.c (15-30 menit sebelum makan)
Pro : Ny. M (46 tahun)
Kemudian dievaluasi 2-4 minggu kemudian bila tujuan terapi tidak
tercapai ditambahkan satu macam obat dari golongan biguanid.
Resep ketiga : R/ Glibenklamid tab mg 2,5 No. XV
∫ 2 dd tab 1 a.c (15-30 menit sebelum makan)
R/ Metfomin tab mg 500 No. XXI
∫ 3 dd tab 1 d.c (bersama suapan pertama)
Pro : Ny. M (46 tahun)
Evaluasi dilakukan setiap minggu selama 4 minggu. Jika tetap tidak ada
respon terapi, diberikan kombinasi dengan acarbose atau tiazolidindion.
Resep keempat : R/ Glibenklamid tab mg 2,5 No. XV
∫ 2 dd tab 1 a.c (15-30 menit sebelum makan)
R/ Metfomin tab mg 500 No. XXI
∫ 3 dd tab 1 d.c (bersama suapan pertama)
R/ Acarbose tab mg 50 No. XXI
∫ 3 dd tab 1 d.c (bersama suapan pertama)
Pro : Ny. M (46 tahun)
Evaluasi dilakukan setiap minggu selama 4 minggu. Jika tetap tidak ada
respon terapi, diberikan kombinasi 2 macam OHO dengan insulin injeksi
subkutan
Resep kelima : R/ Glibenklamid tab mg 2,5 No. XV
∫ 2 dd tab 1 a.c (15-30 menit sebelum makan)
R/ Metfomin tab mg 500 No. XXI
∫ 3 dd tab 1 d.c (bersama suapan pertama)
R/ Insulin reguler injeksi 100 ui
5
Cum spuit insulin injeksi
Pro : Ny. M (46 tahun)
6
DIABETES MELLITUS TIPE II NON OBESE
A. Pengertian
Diabetes Mellitus tipe-2 (DM tipe-2) adalah suatu kelompok kelainan
metabolisme yang ditandai oleh hiperglikemia kronis sebagai akibat adanya defek
sekresi insulin, kinerja insulin, atau kombinasi kedua – duanya. Hiperglikemia
kronis pada DM tipe II dihubungkan dengan terjadinya kerusakan jangka panjang,
disfungsi, kegagalan berbagai organ tubuh, terutama pada mata, ginjal, syaraf,
jantung, dan pembuluh darah.
B. Diagnosis DM
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada diabetes. Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di bawah ini :
- Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
- Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui cara, yaitu :
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu
(GDS) ≥ 200 mg/dl atau glukosa darah puasa (GDP) ≥126 mg/dl sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis DM. Puasa diartikan pasien tidak mendapat
kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
2. Dengan TTGO : Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11,1
mmol/L), TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.
Tetapi meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitive dan
spesifik disbanding dengan pemeriksaan glukosa darah puasa, namun
memiliki keterbatasan karena sulit dilakukan berulang – ulang, dan dalam
praktek sangat jarang dilakukan.
7
C. Faktor Resiko DM
Adapun faktor resiko DM antara lain :
1. Usia > 45 tahun
2. Berat badan lebih : BBR > 110 % BB idaman atau Indeks Masa Tubuh > 23
kg/m2
3. Hipertensi ( ≥ 140 / 90 mmHg)
4. Riwayat DM dalam garis keturunan (genetic)
5. Riwayat abortus berulang
D. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup
diabetisi, yaitu :
1. Jangka pendek :
Hilangnya keluhan dan tanda DM
Mempertahankan rasa nyaman
Tercapainya target pengendalian glukosa
2. Jangka panjang :
Tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati.
Tujuan akhir penatalaksanaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
dini DM
Untuk tujuan tersebut dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lipid melalui pengelolaan pasien secara holistik
dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku. Pilar
penatalaksanaan DM :
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
8
E. Patofisiologi DM, disertai terapi:
F. Penyulit DM
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun :
1. Penyulit akut
a. ketoasidosis diabetic
b. hiperosmolar non ketotik
c. hipoglikemi
2. Penyulit menahun
a. makroangiopati yang melibatkan :
pembuluh darah jantung
pembuluh darah tepi
pembuluh darah otak
b. mikroangiopati :
retinopati diabetic
nefropati diabetic
3. Neuropati
Masukan Makanan
α glokosidase inhibitor
Hati (produksi gula meningkat) Gula ekstrasel ↑
insulin
diet
Transport glukosa
Defek reseptor
sel
InsulinBiguanidTiazolidindion
Def. insulin
Pankreas (disfungsi sel B)
sulfonilurea
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Arief Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, et al, eds. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, jilid I. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius, 2001; 434-5
2. David Penington et al. Clinical Haematology in Medical Practice.
3. Djong, Wimm. 2000. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 1050-1146.
4. PAPDI: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I&III, Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006
5. Sidartawan, 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta. PB. Perkeni.
10
Diana trisnowati
G0004083
PR dr.Dhani, sp.PD
1. Indikasi pemberian insulin
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmoler non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM / diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
2. Hitung insulin harian total = 0,5 unit x berat badan (kg)
= 0,5 unit x 48 kg
= 24 unit
Insulin prandial total = 60% x IHT = 60% x 24 unit = 14,4 unit
Dosis sarapan = 1/3 x IPT = 1/3 x 14,4 = 4,8 unit
Dosis makan siang = 1/3 x IPT = 1/3 x 14,4 = 4,8 unit
Dosis makan malam =1/3 x IPT = 1/3 x 14,4 = 4,8 unit
Jadi perbandingan dosis insulin yamg diberikan adalah 4-4-4
11
Perhitungan 1 unit insulin akan setara menurunkan glukosa darah sebanyak 20-50
mg/dl. Dengan demikian untuk menurunkan hingga 100 mg/dl dibutuhkan 3-5 unit
insulin koreksi, jadi total insulin yang digunakan ialah 3-5 plus jumlah sesuai
makanan.
indikator yang paling akurat saat ini ialah dengan menilai A1C 7-9%.
Jadi perbandingan dosis insulin yang diberikan adalah 4-4-4 agar tidak terjadi
hipoglikemia sehingga insulin yang digunakan dibulatkan ke angka yang lebih
kecil.
12
Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Insulin kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat
ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat
yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan
30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya
dapat bertahan samapai 8 jam
2. Insulin kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÒ,
InsulatardÒ. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai
dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
3. Insulin kerja panjang
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari
tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 –
36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard
4. Insulin infasik (campuran)
Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya:
Mixtard 30 / 40
Efek metabolik terapi insulin:
Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa.
Supresi produksi glukosa oleh hati.
Stimulasi utilisasi glukosa perifer.
Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot.
Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal.
Mengurangi glucose toxicity.
Perbaiki kemampuan sekresi endogen.
Mengurangi Glicosilated end product.
Efek samping penggunaan insulin :
Hipoglikemia
Lipoatrofi
13
Lipohipertrofi
Alergi sistemik atau lokal
Resistensi insulin
Edema insulin
Sepsis
3. Klasifikasi diabetes foot
O : ada lesi terbuka, kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti claw /
callus
I : ulkus superficial terbatas pada kulit
II : ulkus dalam menembus tendon dan tulang
III : abses dalam dengan atau tanpa osteomyelitis
IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan tau tanpa selulitis
V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah
4. Hipertensi primer : > 95% idiopatik
Hipertensi sekunder :
a. Renal hipertensi :
Vaskuler : - arteriosklerosis, fibromusculer hiperplasia (penebalan dan
penyempitan a. renalis
- mekanisme : melalui renin – angiotensin – aldosteron
Parenkimal : - terjadi pada GNC, pielonefritis, polikistik kidney,
hidronefrosis
- mekanisme melalui : peningkatan bahan-bahan vasopresor
Penurunan bahan-bahan
vasodilatasi
Kegagalan mengaktivisir
vasopresor
Retensi Na+
b. Berhubungan dengan kelainan endokrin :
- Feokromasitoma
14
- chusing desease karena neoplasma di medula suprarenalis
meningkatkan produksi katekolamin vasokontriksi tekanan darah
naik, CO jantung meningkat
- chusing sindrom neoplasma di kortek suprarenal ACTH steroid
meningkat menahan air overhidrasi, tensi meningkat
c. Coarctasio aorta : penyempitan lokal aorta pada a, sub clavia sinistra di
ligamentum arteriosum
d. Miscellaneus hipertensi yang berat : pre eklamsia, eklamsia, keringat
berlebihan, kontrasepsi oral, TIK
meningkat
15
e. DM (Diabetes Melitus) Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi
insulin endogen oleh sel-sel beta kelenjar pankreas tidak ada atau hampir tidak
ada
f. DM Tipe 2 kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin apabila terapi diet
dan OHO yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah
g. DM Gestasional dan DM pada ibu hamil membutuhkan terapi insulin, apabila
diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah
h. DM pada penderita yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat,
secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar
glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika
terjadi peningkatan kebutuhan insulin
i. DM disertai gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
j. Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO
k. Ketoasidosis diabetik
l. Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark
miokard akut atau stroke
m. Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia
hiperosmolar non-ketotik
Farmakologi
Farmakokinetik :
- Absorpsi insulin dipengaruhi oleh beberapa hal.
- Absorpsi paling cepat terjadi pada daerah abdomen, diikuti oleh daerah
lengan, paha bagian atas, dan bokong.
- Bila disuntikkan secara intramuscular dalam maka absorpsi akan terjadi
lebih cepat dan masa kerja lebih singkat.
- Kegiatan jasmani yang dilakukan segera setelah penyuntikan akan
mempercepat onset kerja dan juga mempersingkat masa kerja.
- Waktu paruh insulin pada orang normal sekitar 5-6 menit, tetapi memanjang
pada penderita diabetes yang membentuk antibodi terhadap insulin.
16
- Insulin dimetabolisme terutama di hati, ginjal dan otot.
- Gangguan fungsi ginjal yang berat akan mempengaruhi kadar insulin di
dalam darah.
Mekanisme Aksi
Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transpor
glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah
tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan
meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi
sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya. Disamping
fungsinya membantu transpor glukosa masuk ke dalam sel, insulin mempunyai
pengaruh yang sangat luas terhadap metabolisme, baik metabolisme karbohidrat
dan lipid, maupun metabolisme protein dan mineral. Insulin akan meningkatkan
lipogenesis, menekan lipolisis, serta meningkatkan transport asam amino masuk ke
dalam sel. Insulin juga mempunyai peran dalam modulasi transkripsi, sintesis
DNA dan replikasi sel. Itu sebabnya, gangguan fungsi insulin dapat menyebabkan
pengaruh negatif dan komplikasi yang sangat luas pada berbagai organ dan
jaringan tubuh.
17