Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

22
LAPORAN KASUS I. ANAMNESIS A. Identitas Penderita Nama : Ny. H Umur : 47 tahun Jenis Kelamin : Wanita Alamat : Nayu timur RT 04 RW 18, Nusukan, Surakarta Suku : Jawa Agama : Islam Status Perkawinan : Menikah Pekerjaan : Ibu rumah tangga B. Keluhan Utama Luka di kaki kanan C. Riwayat Penyakit Sekarang Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh adanya luka di telapak kaki kanan. Pasien tidak mengetahui penyebab luka tersebut. Luka pada awalnya kecil pada daerah tumit, semakin lama bertambah besar. Luka melepuh, berisi cairan membentuk gelembung seperti luka bakar. Luka kemudian pecah karena tergesek sandal, nanah (+), darah (+), nyeri (+), daerah sekitarnya bengkak (+), panas di sekitar luka (+). Pasien juga mengeluh mual (+), muntah (-), demam (+). BAK 5 - 6 kali per hari,

Transcript of Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

Page 1: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

LAPORAN KASUS

I. ANAMNESIS

A. Identitas Penderita

Nama : Ny. H

Umur : 47 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Alamat : Nayu timur RT 04 RW 18, Nusukan,

Surakarta

Suku : Jawa

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

B. Keluhan Utama

Luka di kaki kanan

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh

adanya luka di telapak kaki kanan. Pasien tidak mengetahui penyebab luka

tersebut. Luka pada awalnya kecil pada daerah tumit, semakin lama bertambah

besar. Luka melepuh, berisi cairan membentuk gelembung seperti luka bakar.

Luka kemudian pecah karena tergesek sandal, nanah (+), darah (+), nyeri (+),

daerah sekitarnya bengkak (+), panas di sekitar luka (+). Pasien juga mengeluh

mual (+), muntah (-), demam (+). BAK 5 - 6 kali per hari, @ ½ -1 gelas

belimbing, warna kuning, darah (-), nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-).

BAB satu tiap hari, warna coklat kekuningan, darah (-), lendir (-). Pasien lalu

berobat ke puskesmas. Di puskesmas luka di balut dan pasien di beri obat, tetapi

pasien tidak tahu namanya. Setelah seminggu, luka tetap terasa nyeri dan luka

tidak membaik, sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke RSDM.

Kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien juga

mengeluh adanya luka di kaki. Luka terdapat di bagian jempol kaki kanan.

Pasien juga tidak mengetahui penyebabnya. Luka sebesar biji jagung, berisi

cairan jernih, dan membentuk gelembung. Nanah (-), bengkak (-), panas

Page 2: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

(-), nyeri (-). Pasien lalu berobat ke puskesmas dan di beri obat. Luka kemudian

mengering.

Kurang lebih 1 tahun sebelum masuk rimah sakit, pasien merasa nafsu

makan bertambah banyak, sering merasa haus, dan sering terbangun pada

malam hari karena ingin BAK. Pasien juga merasa berat badannya turun. Sering

kesemutan (+), gatal – gatal (+), gigi goyah (+), pandangan kabur (-), keputihan

(-). Pasien lalu berobat ke poliklinik RSDM dan dinyatakan sakit gula. Pasien

tidak kontrol ke poliklinik secara rutin. Obat hanya diminum beberapa hari saja.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat hipertensi : disangkal

2. Riwayat jantung : disangkal

3. Riwayat asma : disangkal

4. Riwayat sakit ginjal : disangkal

5. Riwayat mondok : disangkal

6. Riwayat sakit kuning : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

2. Riwayat sakit jantung : disangkal.

3. Riwayat DM : (+), adik pasien

4. Riwayat Stroke : disangkal

5. Riwayat asma : disangkal

6. Riwayat TBC : disangkal

F. Riwayat Kebiasaan

1. Riwayat merokok : disangkal

2. Riwayat minum jamu : disangkal

3. Riwayat minum-minuman keras : disangkal

4. Riwayat olah raga teratur : disangkal

G. Riwayat Gizi

Penderita sehari makan tiga kali, porsinya sedang dengan nasi lauk

pauk tempe, tahu, sayur kadang-kadang daging atau ikan. Penderita jarang

makan buah-buahan dan minum susu.

Page 3: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

H. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang wanita umur 47 tahun, seorang ibu rumah

tangga. Saat ini penderita tinggal bersama suami. Suami bekerja sebagai

penarik becak Mempunyai tiga orang anak yang semuanya sudah

berkeluarga dan tinggal terpisah. Pasien berobat dengan ASKES JPKMM.

I. Anamnesis Sistem

Keluhan utama : luka di kaki kanan

Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), nggliyer (-).

Mata : pandangan kabur (-), penglihatan ganda (-),

mata kuning (-), berkunang - kunang (-).

Hidung : pilek (-), mimisan (-)

Telinga : pendengaran berkurang (-), pendengaran

berdenging (-), keluar cairan (-), darah (-).

Mulut : gusi berdarah (-), sariawan (-), mulut kering (-),

luka pada sudut bibir (-), gigi goyah (+), sulit

berbicara (-), gigi karies (-).

Tenggorokan : sakit menelan (-), terasa gatal tenggorokan (-).

Sistem Respirasi : sesak napas (-), batuk (-), batuk darah (-),

mengi (-).

Sistem Cardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-), sesak nafas

saat berjalan jauh (-).

Sistem Gastrointestinal : nafsu makan turun (-), mual (+), muntah (-),

muntah darah (-), nyeri ulu hati (-), perut sebah

(-), BAB 1 X sehari, konsistensi lembek, warna

kuning coklat

Sistem Muskuloskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-),

badan lemas (+), kejang (-)

Sistem Genitourinaria : BAK 5- 6 X sehari @1/2 - 1 gelas belimbing,

warna kuning, nyeri ketika buang air kecil (-),

panas saat BAK (-)

Page 4: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

Ekstremitas

Atas : luka (-/-), kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung

jari terasa dingin (-/-), bengkak (-/-), lemah

(-/-).

Bawah : luka (+/-), kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung

jari terasa dingin (-/-), bengkak (+/-), lemah

(-/-).

Sistem Neuropsikiatri : kejang (-), emosi tidak stabil (-), kesemutan (+),

gelisah (-), mengigau (-).

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum : KU baik, kompos mentis, status gizi kesan lebih

B. Tanda Vital :

Tensi : 120/80 mmHg

Respirasi : 20 x / menit

Nadi : 82 x / menit, isi cukup, reguler

Suhu : 36,8° C (axiller)

Status Gizi Berat Badan : 75 kg

Tinggi Badan : 165 cm

BMI : 27,54 kg/m2

Kesan : obese

C. Kulit : keriput, warna sawo matang, ikterik (-), turgor kurang (-),

hiperpigmentasi (-).

D. Kepala : bentuk mesocephal, rambut hitam, uban (-), lurus, mudah

rontok (-), mudah dicabut (-), moon face (-)

E. Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), katarak

(-/-), perdarahan palpebra (-/-), pupil isokor dengan

diameter (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+), edema

palpebra (-/-).

F. Telinga : sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoideus (-).

G. Hidung : nafas kuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi

pembau baik, foetor ex ore (-).

Page 5: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

H. Mulut : sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), pucat (-), lidah tifoid

(-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (-), luka pada sudut

bibir (-), foetor ex ore (-), gigi goyah (+).

I. Leher : JVP tidak meningkat ( R + 2 ), trakea ditengah, simetris,

pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi servikal (-).

J. Limfonodi : kelenjar limfe retroaurikuler, submandibuler, servikalis,

supraklavikularis, aksilaris dan inguinalis tidak membesar

K. Thorax : bentuk simetris, retraksi interkostal (-), spider nevi (-),

pernafasan torakoabdominal, sela iga melebar (-),

muskulus pektoralis atrofi (-), ginekomasti (-), pembesaran

KGB axilla (-/-).

Jantung :

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak, pulsasi prekardial, epigastrium dan

parasternal tidak tampak

Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat, teraba di SIC V 1 cm LMCS

Perkusi : batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea

parasternalis sinistra

batas jantung kiri bawah : spatium intercostale V, 1cm

medial linea medio clavicularis

sinistra

batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea

parasternalis dextra

batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea

parasternalis dextra

Kesan : batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : Heart Rate 82 kali/menit, reguler. Bunyi jantung I-II murni,

intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-)

Pulmo :

Depan

Inspeksi

Statis : normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak

mendatar.

Page 6: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak

melebar, retraksi interkostal (-).

Palpasi

Statis : simetris

Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

Kanan : sonor

Kiri : sonor, mulai redup sesuai pada batas jantung, batas paru

lambung di Spatium Intercostale (SIC) VI linea

medioclavicularis sinistra.

Auskultasi

Kanan : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan ronki basah

kasar (-), ronki basah halus (-), eksperium diperpanjang (-),

wheezing (-).

Kiri : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan ronki basah

kasar (-), ronki basah halus (-), wheezing (-).

L. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi

(-), sikatrix (-), striae (-), oedem (-).

Auskultasi : peristaltik (+), nyeri ketok kostovertebral (-)

Perkusi : timpani, pekak alih (-)

Palpasi : dinding perut supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, nyeri

tekan (-) dan lien tidak teraba.

M. Genitourinaria : ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-).

Page 7: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

N. Ekstremitas : Ulkus pedis dekstra

Extremitas superior Extremitas inferior

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Edema - - + -

Sianosis - - - -

Pucat - - - -

Akral dingin - - - -

Luka - - + -

Deformitas - - - -

Ikterik - - - -

Petekie - - - -

Spoon nail - - - -

Clubing finger - - - -

Kuku pucat - - - -

Fungsi motorik 5 5 5 5

Fungsi sensorik Normal Normal Menurun Normal

Reflek fisiologis Normal Normal Normal Normal

Reflek patologis - - - -

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium darah

Pemeriksaan 29/11 Satuan Rujukan

Hb 11,9 g/dl 12-16Hct 35,5 % 38-47AE 4,18 106 / L 4,2-5,4AL 20,9 103 / L 4,5-11AT 356 103/ L 150-440MCV 85,9 m3 80-99MCH 29,2 mg 27-35MCHC 34,0 % 30-35GDS 220 mg/dl <200G 2 PP 167 mg/dl 80-140GDP 151 mg/dl 76-110Tot Protein 6,8 g/dl 6,6-8,7Albumin 2,0 g/dl 3,5-5Globulin 4,8 g/dl 0,6-5,2

B. Hasil konsultasi Neurologi

Didapatkan hasil neuropati diabetika

C. Pemeriksaan Konsultasi mata

Tidak didapatkan retinopati diabetika

Kolestrol total 195 mg/dl 50-200Trigliserid 129 U/L 50-150SGOT 44 U/L 0,0-38SGPT 51 U/L 0,0-41HDL 15 mg/dl 49-74LDL 53 mg/dl 0-130Ureum 47 mg/dl 10-50Creatinin 1,0 mg/dl 0,6-1,1As urat 4,4 mg/dl 3,4-7Na 136 mmol/L 136-146K 4,4 mmol/L 3,5-5,1Cl 104 mmol/L 98-106

Page 8: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

D. Pemeriksaan Radiologi

Didapatkan gambaran sellulitis pedis dekstra

IV. DIAGNOSIS

Diabetes Mellitus Tipe 2 Obese dengan Ulkus Pedis Dekstra

V. TERAPI

Bed rest tidak total

Diet DM 1900 kkal

Infus NaCl 0,9 % 20 tpm

Humulin R 4-4-4

Amoxicillin tablet 500 mg 3 X 1

Metronidazol tablet 500 mg 3 X 1

Sofra tulle

Page 9: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

RESEP

R/ Infus NaCl 0,9 % flab. No III

Cum infus set No. I

Abbocath no.22 No. I

S imm

R/ Reguler Humulin vial No.I

Cum spuit insulin cc 1 No. I

OMNI Sticl B Braun No. I

S imm

R/ Amoxicillin tab mg 500 No. III

S 3 dd tab I

R/ Metronidazol tab mg 500 No. III

S 3 dd tab I

R/ Sofra tulle kassa No. I

S imm

Page 10: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan

dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ

tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.

B. Klasifikasi

Klasifikasi etiologis diabetes mellitus menurut Assosiasi Diabetes Amerika /

American Diabetes Association (ADA) tahun 2005 adalah sebagai berikut :

I. Diabetes Melitus Tipe 1

( destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)

a. Melalui proses imunologik

b. Idiopatik

II. Diabetes Melitus Tipe 2

( bervariasi mulai dari yang predominan retensi insulin disertai defisiensi

insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama

retensi insulin )

III. Diabetes Melitus Tipe Lain

a. Defek genetik fungsi sel beta :

- Kromosom 12, HNF-1 (dahulu MODY 3)

- Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)

- Kromosom 20, HNF-4 (dahulu MODY 1)

- Kromosom 13, insulin promoter factor-1 (IPF-1, dahulu MODY 4)

- Kromosom 17, HNF-1 (dahulu MODY 5)

- Kromosom 2, neuro D1 (dahulu MODY 6)

- DNA Mitochondria

- Lainnya

b. Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A, leprechaunism,

sindrom Rabson Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya.

Page 11: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

c. Penyakit eksokrin pankreas : pankreatitis, trauma/pankreatektomi,

neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro

kalkulus, lainnya.

d. Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma,

hipertiroidisme stomatostatinoma, aldosteronoma, lainnya.

e. Karena obat / zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,

glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, agonis beta adrenergik, tiazid,

dilantin, interferon alfa, lainnya.

f. Infeksi : rubella congenital, CMV, lainnya

g. Imunologi (jarang) : sindrom “Stiff-man”, antibodi anti reseptor

insulin, lainnya.

h. Sindroma genetik lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom

Turner, sindrom Wolfram’s, ataksia Friedreic’s, Chorea Huntington,

sindrom Laurence-Moon-Biedl, distrofi miotonik, porfiria, sindrom

Prader Willi, lainnya

IV. Diabetes Kehamilan

C. Diagnosis DM

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.

Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan

diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan

glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena (Soegondo, 2006).

1. Pemeriksaan penyaring

Pemeriksaan penyaring ditujukan pada mereka yang mempunyai risiko DM

namun tidak menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan penyaring

bertujuan untuk menemukan pasien dengan TGT (Toleransi Glukosa

Terganggu) maupun GDPT ( Glukosa Darah Puasa Terganggu) atau disebut

juga prediabetes agar dapat ditangani dengan tepat.

Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok yang memiliki salah satu

faktor risiko DM sebagai berikut :

a. Usia ≥ 45 tahun

b. Usia lebih muda, terutama dengan IMT > 23 kg/m2, yang disertai faktor

risiko :

Page 12: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

- Kebiasaan tidak aktif

- Turunan pertama dari orang tua dengan DM

- Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir > 4000 gram, atau riwayat

DM gestasional.

- Hipertensi (≥ 140/90 mmHg)

- Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl

- Menderita polycystic ovarial syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain

yang terkait dengan resistensi insulin

- Adannya riwayat TGT atau GDPT sebelumnya

- Memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler.

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa

darah seawaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti

dengan tes toleransi glukosa oral (TGO) standar.

2. Diagnosis diabetes melitus

Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM

sebagai berikut :

a. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsi, polifagi, dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

b. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita.

Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :

a. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu

≥ 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM

b. Dengan TTGO.

c. Dengan pemeriksaan glukosa darah puasa yang lebih mudah

dilakukan, dan diterima oleh pasien.

D. Komplikasi DM

Komplikasi DM dapat dibagi menjadi :

1. Komplikasi akut :

a. Ketoasidosis diabetik (KAD)

b. Hiperosmolar non ketotik (HONK)

c. Hipoglikemia

Page 13: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

2. Komplikasi kronis :

a. Makroangiopati yang melibatkan :

Pembuluh darah jantung

Pembuluh darah tepi

Penyakit arteri perifer sering terjadi pada diabetesi, biasanya

terjadi dengan gejala tipikal intermittent claudiacatio,

meskipun sering tanpa gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki

merupakan kelainan yang pertama kali muncul.

Pembuluh darah otak

b. Mikroangiopati :

Retinopati diabetik

Nefropati diabetik

c. Neuropati

Yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer,

berupa hilangnya sensasi distal. Adanya neuropati berisiko

tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi

Gejala lain yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan

bergetar sendiri dan lebih terasa nyeri di malam hari.

Semua diabetesi yang disertai neuropati perifer harus diberikan

edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki.

(Soegondo, 2006).

d. Gabungan

Kardiopati : penyakit jantung koroner, kardiomiopati

e. Rentan infeksi

f. Kaki diabetik

g. Disfungsi ereksi

E. PENGELOLAAN

Tujuan pengelolaan yaitu menghilangkan keluhan atau gejala DM,

mempertahankan rasa nyaman dan enak dan mencegah penyulit dengan tujuan akhir

menurunkan morbiditas dan mortalitas.

Kegiatan pengelolaan meliputi :

Page 14: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

1. Penyuluhan berupa pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan serta

ketrampilan bagi diabetisi yang bertujuan menunjang perubahan perilaku

untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakitnya.

2. Perencanaan makanan

3. Latihan jasmani

4. Intervensi farmakologis

a. Obat hipoglikemi oral (OHO):

1) Pemicu sekresi insulin : sulfonilurea, glinid

2) Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion

3) Penghambat absorbsi glukosa : penghambat glukosidase alfa

b. Insulin.

Indikasi pemakaian insulin :

1) Penurunan berat badan y6ang cukup

2) Hiperglikemia yang berat disertai ketosis

3) Ketoasidosis diabetik

4) HONK

5) Hiperglikemia dengan asidosis laktat

6) Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal

7) Stess berat

8) Kehamilan dengan DM

9) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

10) Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO

c. Terapi kombinasi

Pemberian insulin maupun OHO selalu dimulai dengan dosis yang

rendah kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar

glukosa darah.

Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila

diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO

sejak dini. Terapi dengan kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari

kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran glukosa

darah belum tercapai diberikan kombinasi tiga OHO dari ketiga kelompok

yang berbeda atau OHO dengan insulin.

Page 15: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

PRESENTASI KASUS

ILMU FARMASI

Oleh :

Dwi Cahyani Nur Widowati

G 0003081

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI

SURAKARTA

Page 16: Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus

2008