Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus
-
Upload
zieluphtaz13 -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
Transcript of Diskusi Kasus Farmasi-DM Dengan Ulkus
LAPORAN KASUS
I. ANAMNESIS
A. Identitas Penderita
Nama : Ny. H
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Nayu timur RT 04 RW 18, Nusukan,
Surakarta
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
B. Keluhan Utama
Luka di kaki kanan
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh
adanya luka di telapak kaki kanan. Pasien tidak mengetahui penyebab luka
tersebut. Luka pada awalnya kecil pada daerah tumit, semakin lama bertambah
besar. Luka melepuh, berisi cairan membentuk gelembung seperti luka bakar.
Luka kemudian pecah karena tergesek sandal, nanah (+), darah (+), nyeri (+),
daerah sekitarnya bengkak (+), panas di sekitar luka (+). Pasien juga mengeluh
mual (+), muntah (-), demam (+). BAK 5 - 6 kali per hari, @ ½ -1 gelas
belimbing, warna kuning, darah (-), nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-).
BAB satu tiap hari, warna coklat kekuningan, darah (-), lendir (-). Pasien lalu
berobat ke puskesmas. Di puskesmas luka di balut dan pasien di beri obat, tetapi
pasien tidak tahu namanya. Setelah seminggu, luka tetap terasa nyeri dan luka
tidak membaik, sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke RSDM.
Kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien juga
mengeluh adanya luka di kaki. Luka terdapat di bagian jempol kaki kanan.
Pasien juga tidak mengetahui penyebabnya. Luka sebesar biji jagung, berisi
cairan jernih, dan membentuk gelembung. Nanah (-), bengkak (-), panas
(-), nyeri (-). Pasien lalu berobat ke puskesmas dan di beri obat. Luka kemudian
mengering.
Kurang lebih 1 tahun sebelum masuk rimah sakit, pasien merasa nafsu
makan bertambah banyak, sering merasa haus, dan sering terbangun pada
malam hari karena ingin BAK. Pasien juga merasa berat badannya turun. Sering
kesemutan (+), gatal – gatal (+), gigi goyah (+), pandangan kabur (-), keputihan
(-). Pasien lalu berobat ke poliklinik RSDM dan dinyatakan sakit gula. Pasien
tidak kontrol ke poliklinik secara rutin. Obat hanya diminum beberapa hari saja.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat hipertensi : disangkal
2. Riwayat jantung : disangkal
3. Riwayat asma : disangkal
4. Riwayat sakit ginjal : disangkal
5. Riwayat mondok : disangkal
6. Riwayat sakit kuning : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
2. Riwayat sakit jantung : disangkal.
3. Riwayat DM : (+), adik pasien
4. Riwayat Stroke : disangkal
5. Riwayat asma : disangkal
6. Riwayat TBC : disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat merokok : disangkal
2. Riwayat minum jamu : disangkal
3. Riwayat minum-minuman keras : disangkal
4. Riwayat olah raga teratur : disangkal
G. Riwayat Gizi
Penderita sehari makan tiga kali, porsinya sedang dengan nasi lauk
pauk tempe, tahu, sayur kadang-kadang daging atau ikan. Penderita jarang
makan buah-buahan dan minum susu.
H. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah seorang wanita umur 47 tahun, seorang ibu rumah
tangga. Saat ini penderita tinggal bersama suami. Suami bekerja sebagai
penarik becak Mempunyai tiga orang anak yang semuanya sudah
berkeluarga dan tinggal terpisah. Pasien berobat dengan ASKES JPKMM.
I. Anamnesis Sistem
Keluhan utama : luka di kaki kanan
Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), nggliyer (-).
Mata : pandangan kabur (-), penglihatan ganda (-),
mata kuning (-), berkunang - kunang (-).
Hidung : pilek (-), mimisan (-)
Telinga : pendengaran berkurang (-), pendengaran
berdenging (-), keluar cairan (-), darah (-).
Mulut : gusi berdarah (-), sariawan (-), mulut kering (-),
luka pada sudut bibir (-), gigi goyah (+), sulit
berbicara (-), gigi karies (-).
Tenggorokan : sakit menelan (-), terasa gatal tenggorokan (-).
Sistem Respirasi : sesak napas (-), batuk (-), batuk darah (-),
mengi (-).
Sistem Cardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-), sesak nafas
saat berjalan jauh (-).
Sistem Gastrointestinal : nafsu makan turun (-), mual (+), muntah (-),
muntah darah (-), nyeri ulu hati (-), perut sebah
(-), BAB 1 X sehari, konsistensi lembek, warna
kuning coklat
Sistem Muskuloskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-),
badan lemas (+), kejang (-)
Sistem Genitourinaria : BAK 5- 6 X sehari @1/2 - 1 gelas belimbing,
warna kuning, nyeri ketika buang air kecil (-),
panas saat BAK (-)
Ekstremitas
Atas : luka (-/-), kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung
jari terasa dingin (-/-), bengkak (-/-), lemah
(-/-).
Bawah : luka (+/-), kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung
jari terasa dingin (-/-), bengkak (+/-), lemah
(-/-).
Sistem Neuropsikiatri : kejang (-), emosi tidak stabil (-), kesemutan (+),
gelisah (-), mengigau (-).
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : KU baik, kompos mentis, status gizi kesan lebih
B. Tanda Vital :
Tensi : 120/80 mmHg
Respirasi : 20 x / menit
Nadi : 82 x / menit, isi cukup, reguler
Suhu : 36,8° C (axiller)
Status Gizi Berat Badan : 75 kg
Tinggi Badan : 165 cm
BMI : 27,54 kg/m2
Kesan : obese
C. Kulit : keriput, warna sawo matang, ikterik (-), turgor kurang (-),
hiperpigmentasi (-).
D. Kepala : bentuk mesocephal, rambut hitam, uban (-), lurus, mudah
rontok (-), mudah dicabut (-), moon face (-)
E. Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), katarak
(-/-), perdarahan palpebra (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+), edema
palpebra (-/-).
F. Telinga : sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoideus (-).
G. Hidung : nafas kuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi
pembau baik, foetor ex ore (-).
H. Mulut : sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), pucat (-), lidah tifoid
(-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (-), luka pada sudut
bibir (-), foetor ex ore (-), gigi goyah (+).
I. Leher : JVP tidak meningkat ( R + 2 ), trakea ditengah, simetris,
pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi servikal (-).
J. Limfonodi : kelenjar limfe retroaurikuler, submandibuler, servikalis,
supraklavikularis, aksilaris dan inguinalis tidak membesar
K. Thorax : bentuk simetris, retraksi interkostal (-), spider nevi (-),
pernafasan torakoabdominal, sela iga melebar (-),
muskulus pektoralis atrofi (-), ginekomasti (-), pembesaran
KGB axilla (-/-).
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak, pulsasi prekardial, epigastrium dan
parasternal tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat, teraba di SIC V 1 cm LMCS
Perkusi : batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea
parasternalis sinistra
batas jantung kiri bawah : spatium intercostale V, 1cm
medial linea medio clavicularis
sinistra
batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea
parasternalis dextra
batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea
parasternalis dextra
Kesan : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Heart Rate 82 kali/menit, reguler. Bunyi jantung I-II murni,
intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-)
Pulmo :
Depan
Inspeksi
Statis : normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak
mendatar.
Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak
melebar, retraksi interkostal (-).
Palpasi
Statis : simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Kanan : sonor
Kiri : sonor, mulai redup sesuai pada batas jantung, batas paru
lambung di Spatium Intercostale (SIC) VI linea
medioclavicularis sinistra.
Auskultasi
Kanan : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan ronki basah
kasar (-), ronki basah halus (-), eksperium diperpanjang (-),
wheezing (-).
Kiri : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan ronki basah
kasar (-), ronki basah halus (-), wheezing (-).
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi
(-), sikatrix (-), striae (-), oedem (-).
Auskultasi : peristaltik (+), nyeri ketok kostovertebral (-)
Perkusi : timpani, pekak alih (-)
Palpasi : dinding perut supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, nyeri
tekan (-) dan lien tidak teraba.
M. Genitourinaria : ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-).
N. Ekstremitas : Ulkus pedis dekstra
Extremitas superior Extremitas inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Edema - - + -
Sianosis - - - -
Pucat - - - -
Akral dingin - - - -
Luka - - + -
Deformitas - - - -
Ikterik - - - -
Petekie - - - -
Spoon nail - - - -
Clubing finger - - - -
Kuku pucat - - - -
Fungsi motorik 5 5 5 5
Fungsi sensorik Normal Normal Menurun Normal
Reflek fisiologis Normal Normal Normal Normal
Reflek patologis - - - -
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium darah
Pemeriksaan 29/11 Satuan Rujukan
Hb 11,9 g/dl 12-16Hct 35,5 % 38-47AE 4,18 106 / L 4,2-5,4AL 20,9 103 / L 4,5-11AT 356 103/ L 150-440MCV 85,9 m3 80-99MCH 29,2 mg 27-35MCHC 34,0 % 30-35GDS 220 mg/dl <200G 2 PP 167 mg/dl 80-140GDP 151 mg/dl 76-110Tot Protein 6,8 g/dl 6,6-8,7Albumin 2,0 g/dl 3,5-5Globulin 4,8 g/dl 0,6-5,2
B. Hasil konsultasi Neurologi
Didapatkan hasil neuropati diabetika
C. Pemeriksaan Konsultasi mata
Tidak didapatkan retinopati diabetika
Kolestrol total 195 mg/dl 50-200Trigliserid 129 U/L 50-150SGOT 44 U/L 0,0-38SGPT 51 U/L 0,0-41HDL 15 mg/dl 49-74LDL 53 mg/dl 0-130Ureum 47 mg/dl 10-50Creatinin 1,0 mg/dl 0,6-1,1As urat 4,4 mg/dl 3,4-7Na 136 mmol/L 136-146K 4,4 mmol/L 3,5-5,1Cl 104 mmol/L 98-106
D. Pemeriksaan Radiologi
Didapatkan gambaran sellulitis pedis dekstra
IV. DIAGNOSIS
Diabetes Mellitus Tipe 2 Obese dengan Ulkus Pedis Dekstra
V. TERAPI
Bed rest tidak total
Diet DM 1900 kkal
Infus NaCl 0,9 % 20 tpm
Humulin R 4-4-4
Amoxicillin tablet 500 mg 3 X 1
Metronidazol tablet 500 mg 3 X 1
Sofra tulle
RESEP
R/ Infus NaCl 0,9 % flab. No III
Cum infus set No. I
Abbocath no.22 No. I
S imm
R/ Reguler Humulin vial No.I
Cum spuit insulin cc 1 No. I
OMNI Sticl B Braun No. I
S imm
R/ Amoxicillin tab mg 500 No. III
S 3 dd tab I
R/ Metronidazol tab mg 500 No. III
S 3 dd tab I
R/ Sofra tulle kassa No. I
S imm
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ
tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.
B. Klasifikasi
Klasifikasi etiologis diabetes mellitus menurut Assosiasi Diabetes Amerika /
American Diabetes Association (ADA) tahun 2005 adalah sebagai berikut :
I. Diabetes Melitus Tipe 1
( destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
a. Melalui proses imunologik
b. Idiopatik
II. Diabetes Melitus Tipe 2
( bervariasi mulai dari yang predominan retensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama
retensi insulin )
III. Diabetes Melitus Tipe Lain
a. Defek genetik fungsi sel beta :
- Kromosom 12, HNF-1 (dahulu MODY 3)
- Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)
- Kromosom 20, HNF-4 (dahulu MODY 1)
- Kromosom 13, insulin promoter factor-1 (IPF-1, dahulu MODY 4)
- Kromosom 17, HNF-1 (dahulu MODY 5)
- Kromosom 2, neuro D1 (dahulu MODY 6)
- DNA Mitochondria
- Lainnya
b. Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A, leprechaunism,
sindrom Rabson Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya.
c. Penyakit eksokrin pankreas : pankreatitis, trauma/pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro
kalkulus, lainnya.
d. Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma,
hipertiroidisme stomatostatinoma, aldosteronoma, lainnya.
e. Karena obat / zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, agonis beta adrenergik, tiazid,
dilantin, interferon alfa, lainnya.
f. Infeksi : rubella congenital, CMV, lainnya
g. Imunologi (jarang) : sindrom “Stiff-man”, antibodi anti reseptor
insulin, lainnya.
h. Sindroma genetik lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom
Turner, sindrom Wolfram’s, ataksia Friedreic’s, Chorea Huntington,
sindrom Laurence-Moon-Biedl, distrofi miotonik, porfiria, sindrom
Prader Willi, lainnya
IV. Diabetes Kehamilan
C. Diagnosis DM
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan
diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena (Soegondo, 2006).
1. Pemeriksaan penyaring
Pemeriksaan penyaring ditujukan pada mereka yang mempunyai risiko DM
namun tidak menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan penyaring
bertujuan untuk menemukan pasien dengan TGT (Toleransi Glukosa
Terganggu) maupun GDPT ( Glukosa Darah Puasa Terganggu) atau disebut
juga prediabetes agar dapat ditangani dengan tepat.
Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok yang memiliki salah satu
faktor risiko DM sebagai berikut :
a. Usia ≥ 45 tahun
b. Usia lebih muda, terutama dengan IMT > 23 kg/m2, yang disertai faktor
risiko :
- Kebiasaan tidak aktif
- Turunan pertama dari orang tua dengan DM
- Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir > 4000 gram, atau riwayat
DM gestasional.
- Hipertensi (≥ 140/90 mmHg)
- Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl
- Menderita polycystic ovarial syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain
yang terkait dengan resistensi insulin
- Adannya riwayat TGT atau GDPT sebelumnya
- Memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa
darah seawaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti
dengan tes toleransi glukosa oral (TGO) standar.
2. Diagnosis diabetes melitus
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM
sebagai berikut :
a. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsi, polifagi, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
b. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :
a. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu
≥ 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM
b. Dengan TTGO.
c. Dengan pemeriksaan glukosa darah puasa yang lebih mudah
dilakukan, dan diterima oleh pasien.
D. Komplikasi DM
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi :
1. Komplikasi akut :
a. Ketoasidosis diabetik (KAD)
b. Hiperosmolar non ketotik (HONK)
c. Hipoglikemia
2. Komplikasi kronis :
a. Makroangiopati yang melibatkan :
Pembuluh darah jantung
Pembuluh darah tepi
Penyakit arteri perifer sering terjadi pada diabetesi, biasanya
terjadi dengan gejala tipikal intermittent claudiacatio,
meskipun sering tanpa gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki
merupakan kelainan yang pertama kali muncul.
Pembuluh darah otak
b. Mikroangiopati :
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
c. Neuropati
Yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer,
berupa hilangnya sensasi distal. Adanya neuropati berisiko
tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi
Gejala lain yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan
bergetar sendiri dan lebih terasa nyeri di malam hari.
Semua diabetesi yang disertai neuropati perifer harus diberikan
edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki.
(Soegondo, 2006).
d. Gabungan
Kardiopati : penyakit jantung koroner, kardiomiopati
e. Rentan infeksi
f. Kaki diabetik
g. Disfungsi ereksi
E. PENGELOLAAN
Tujuan pengelolaan yaitu menghilangkan keluhan atau gejala DM,
mempertahankan rasa nyaman dan enak dan mencegah penyulit dengan tujuan akhir
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Kegiatan pengelolaan meliputi :
1. Penyuluhan berupa pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan serta
ketrampilan bagi diabetisi yang bertujuan menunjang perubahan perilaku
untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakitnya.
2. Perencanaan makanan
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
a. Obat hipoglikemi oral (OHO):
1) Pemicu sekresi insulin : sulfonilurea, glinid
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion
3) Penghambat absorbsi glukosa : penghambat glukosidase alfa
b. Insulin.
Indikasi pemakaian insulin :
1) Penurunan berat badan y6ang cukup
2) Hiperglikemia yang berat disertai ketosis
3) Ketoasidosis diabetik
4) HONK
5) Hiperglikemia dengan asidosis laktat
6) Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
7) Stess berat
8) Kehamilan dengan DM
9) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
10) Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO
c. Terapi kombinasi
Pemberian insulin maupun OHO selalu dimulai dengan dosis yang
rendah kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar
glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila
diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO
sejak dini. Terapi dengan kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari
kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran glukosa
darah belum tercapai diberikan kombinasi tiga OHO dari ketiga kelompok
yang berbeda atau OHO dengan insulin.
PRESENTASI KASUS
ILMU FARMASI
Oleh :
Dwi Cahyani Nur Widowati
G 0003081
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2008