Dikla Tko Nsel Or

9
1 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KONSELING SEBAYA (Kajian DDTK tentang Inovasi Layanan Konseling Di Madrasah) Oleh Drs. H. Agus Akhmadi, M.Pd 1 Abstrak: Permasalahan yang dihadapi siswa sebagai remaja semakin kompleks. Siswa sebagai remaja, sangat rentan untuk bermasalah. Kondisi ini menuntut semakin eksis dan profesionalnya kerja konselor madrasah. R iset menunjukkan masih kurangnya kuantitas dan kualitas layanan konseling bagi siswa, karena kemampuan guru BK masih rendah dalam menguasai pendekatan konseli ng, dan sisi lain siswapun cenderung lebih banyak berkonsultasi dengan sebayanya. Demikian juga, para ahli membuktikan konseling sebaya efektif dalam meningkatkan perkembangan kepribadian dan mengatasi berbagai masalah anak, dan remaja. Oleh karena itu menerapkan konseling sebaya menjadi pilihan. Dengan menggunakan salah satu pendekatan, t erapi realitas yang berorientasi masa sekarang, berpikir realistis, akan cocok bagi remaja dalam melaksanakan layanan konseling sebaya di madrasah. Kata Kunci: Konseling sebaya, madrasah, terapi Realitas A. Pendahuluan Adanya perubahan dinamis pada berbagai aspek kehidupan seperti longgarnya norma kemasyarakatan, teknologi dan informasi, menyebabkan permasalahan yang dihadapi siswa sebagai remaja semakin kompleks. Siswa sebagai remaja rentan untuk bermasalah. Kondisi ini menuntut semakin eksis dan profesionalnya kerja konselor madrasah. Konselor di madrasah saat ini menunjukkan, bahwa kinerja profesional konselor dihadapkan kepada berbagai kendala. Kendala terbesar untuk mewujudkan layanan bimbingan dan konseling yang handal terjadi dalam tataran praktis (Sudrajat, 2008). Implementasi layanan konseling di madrasah, menemukan beberapa informasi, (1) Rasio jumlah konselor dengan peserta didik masih di atas standar pelayanan 1:150 siswa, (2) Kinerjanya kurang profesional, yang ditandai: a) kurang memahami dan menerapkan pendekatan konseling dalam praktik, b) kurang memahami dan menerapkan dalam praktek masing-masing jenis layanan konseling, c) kurang 1 Widyaiswara Madya Spesialisasi Bimbingan Konseling pada Balai Diklat Keagamaan Surabaya

description

contoh

Transcript of Dikla Tko Nsel Or

  • 1PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KONSELING SEBAYA(Kajian DDTK tentang Inovasi Layanan Konseling Di Madrasah)

    OlehDrs. H. Agus Akhmadi, M.Pd 1

    Abstrak:Permasalahan yang dihadapi siswa sebagai remaja semakin kompleks. Siswasebagai remaja, sangat rentan untuk bermasalah. Kondisi ini menuntut semakineksis dan profesionalnya kerja konselor madrasah. R iset menunjukkan masihkurangnya kuantitas dan kualitas layanan konseling bagi siswa, karenakemampuan guru BK masih rendah dalam menguasai pendekatan konseli ng, dansisi lain siswapun cenderung lebih banyak berkonsultasi dengan sebayanya.Demikian juga, para ahli membuktikan konseling sebaya efektif dalammeningkatkan perkembangan kepribadian dan mengatasi berbagai masalah anak,dan remaja. Oleh karena itu menerapkan konseling sebaya menjadi pilihan.Dengan menggunakan salah satu pendekatan, t erapi realitas yang berorientasimasa sekarang, berpikir realistis, akan cocok bagi remaja dalam melaksanakanlayanan konseling sebaya di madrasah.

    Kata Kunci: Konseling sebaya, madrasah, terapi Realitas

    A. Pendahuluan

    Adanya perubahan dinamis pada berbagai aspek kehidupan seperti longgarnyanorma kemasyarakatan, teknologi dan informasi, menyebabkan permasalahan yangdihadapi siswa sebagai remaja semakin kompleks. Siswa sebagai remaja rentan untukbermasalah. Kondisi ini menuntut semakin eksis dan profesionalnya kerja konselormadrasah.

    Konselor di madrasah saat ini menunjukkan, bahwa kinerja profesional konselordihadapkan kepada berbagai kendala. Kendala terbesar untuk mewujudkan layananbimbingan dan konseling yang handal terjadi dalam tataran praktis (Sudrajat, 2008).Implementasi layanan konseling di madrasah, menemukan beberapa informasi, (1)Rasio jumlah konselor dengan peserta didik masih di atas standar pelayanan 1:150siswa, (2) Kinerjanya kurang profesional, yang ditandai: a) kurang memahami danmenerapkan pendekatan konseling dalam praktik, b) kurang memahami danmenerapkan dalam praktek masing-masing jenis layanan konseling, c) kurang

    1 Widyaiswara Madya Spesialisasi Bimbingan Konseling pada Balai Diklat Keagamaan Surabaya

  • 2memahami dan menerapkan dalam praktek masing -masing kegiatan pendukungkonseling, d), kurang memberikan pelayanan konseling untuk masing -masing siswa. (3)Kurang mengembangkan kemampuan profesional konseling secara berkelanjutan, (4)Di madrasah-madrasah tertentu: a) tidak ada guru pembimbing, b) ada gurupembimbing tetapi tidak seimbang dengan banyaknya peserta didik, (c) ada kepalamadrasah yang mengangkat guru mata pelajaran menjadi guru pembimbing.Pengangkatan guru mata pelajaran menjadi guru pembimbin g di satu sisi memberimanfaat positif, karena ada kepedulian kepala madrasah terhadap program Bimbingandan Konseling. Di sisi lain memberi citra buruk bagi profesi bimbingan dan konseling,karena dilakukan oleh tenaga yang tidak memiliki keahlian tentang Bimbingan danKonseling d) masih ada kepala madrasah yang belum memahami secara tepat programbimbingan dan konseling di madrasah, sehingga memberikan tugas kepada guru yangmismatch, tidak proporsional e) sangat minimnya pengalaman praktik, pelatihan -pelatihan bagi konselor madrasah.

    Dalam kondisi keterbatasan yang demikian, permasalahan yang dihadapi siswaterus berkembang. Siswa yang mencari bantuan penyelesaian masalah akhirnya salahbimbingan. Salah satunya mencari tempat perbantuan terhadap temannya.

    Adanya siswa bermasalah yang berkonsultasi pada temannya, dapatmemberikan efek positif namun bisa juga memberikan efek negatif. Efek positif jikateman tempat dia berkonsultasi memiliki sikap dan perilaku positif, selain karena temansebaya lebih memahami masalah temannya. Sebaliknya efek negatif terjadi jika siswayang bermasalah berkonsultasi pada temannya yang juga bermasalah, sementaratemannya tersebut terlanjur mencari penyelesaian masalah dengan sika p dan perilakunegatif, maka siswa akan terjerat pada masalah yang lebih berat dan dapatmembahayakan perkembangannya.

    Mencermati kenyataan tersebut, perlu dikembangkan model layanan konselingyang mampu melayani siswa. Salah satu yang dapat dikembangkan adalah konselorsebaya. Pengembangan konseling sebaya diprediksi dapat menjadi alternatif solusifenomena layanan konseling pada umumnya.

    B. LAYANAN KONSELING REALISTIS

    Penyelesaian masalah sebenarnya masalah kehidupan sehari -hari dan dapatdilakukan oleh hamper setiap orang. Demikian juga bagi siswa dan remaja, setiap

  • 3masalah yang nyata dan dapat dinalar, sebenarnya dapat diselesaikan dengan caranyasendiri. Bagi remaja yang sedang berada pada puncak perkembangan intelektual, segalasesuatu perlu realistis, dan mereka sedang ingin menguji segala sesuatu dengan logika,selain itu mereka tidak begitu perhatian pada masa lalu, yang penting bagi merekaadalah menikmati hidup sekarang dengan hal-hal yang realistis.

    Pendekatan konseling realitas yang dikembangkan William Glasser (Corey2005) sebagai salah satu pendekatan yang berorientasi ke depan, sederhana untukdilakukan, konsen pada masa sekarang, dan mengajak berpikir realistis. Terapi realitasdidasarkan pada asumsi bahwa manusia berjuang untuk dapat mengontr ol kehidupanmereka untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut teori ini manusia lah ir dengan limakebutuhan pokok, yaitu (a) mempertahankan hidup/survival, b) cinta dan perasaandiakui/love and belonging, c) berkuasa,kuat,beprestasi/ power or achivement , d)memiliki kebebasaan atau kemandirian /freedom or independence , e) kesenangan,kegembiraan/ fun. Setiap individu membutuhkan kelima kebutuhan tersebut, meskipunkadar kebutuhannya berbeda-beda.

    Teori ini menjelaskan bahwa semua yang pernah dilakukan dari la hir sampaimeninggal adalah perilaku. Setiap perilaku selalu merupakan cara yang ditempuh untukmemenuhi kebutuhan. Seluruh perilaku diciptakan dari empat komponen yang berbedayaitu: tindakan, berfikir, merasa, dan fisiologi. Orang bertingkah laku untu k menutupigap antara apa yang ia inginkan dengan apa yang ia terima dan ia dapat.

    Terapi realitas percaya bahwa dasar masalah sebagian besar konseli adalah:ketidakpuasan dalam hubungan atau keterlibatan dengan orang lain. Banyak problemkonseli disebabkan ketidakmampuan dalam menjalin hubungan dengan orang -orangterdekat secara memuaskan dalam kehidupannya. Semaki n mampu konseli berhubungandengan orang-orang terdekatnya semakin besar peluangnya untuk memperolehkebahagiaan. Sedikit konseli yang menyadari inti problemnya terletak pada cara diamemilih perilaku, yang diketahuinya adalah dia disakiti, dikucilkan, dan tidak bahagia.

    Dalam konseling, tujuan utamanya adalah menolong konseli untuk memperolehhubungan yang memuaskan dengan orang-orang terdekatnya, mengupayakanpemenuhan kebutuhan konseli akan cinta dan memiliki, membantu konseli belajar cara -cara yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

    Hubungan antara konselor dan konseli didasari pemahaman dan hubungan penuhdorongan semangat, didasari kerelaan konselor untuk mengembangkan gaya terapeutikindividualnya sendiri, pelibatan diri antara konselor dengan konseli, konselor harus

  • 4mempunyai kualitas kepribadian tertentu, termasuk kehangatan, keharmonisan /kesesuaian, pemahaman, penerimaan, perhatian, respek pada konseli, keterbukaan, dankesukarelaan untuk ditantang orang lain . Satu cara yang mengembangkan hubunganterapeutik tersebut adalah dengan mendengarkan konseli, termasuk membicarakansecara luas topik-topik yang relevan dengan konseli, konselor membantu konselimeningkatkan pemahaman yang mendalam tentang konsekuensi dari perilakunya .

    Dalam hal melakukan layanan konseling, Carr (1981) menyatakan bahwa tanpabantuan aktif dari para siswa (teman sebaya) dalam memecahkan krisis perkembangandan problem-problem psikologis mereka sendiri, program -program layanan danprogram konseling tidak akan berhasil secara efektif. Menurutnya konselor harusmelibatkan para siswa (teman sebaya) sebagai teman kerja dan upaya-upaya membantusiswa melalui berbagai tindakan yang rasional dan logis. Judy dkk (1985) menunjukkanbahwa sebagian besar layanan yang diberikan melalui konseling sebaya ternyata sukses.

    C. KONSELING SEBAYA

    Sesuai istilah yang digunakan, konselor sebaya bukanlah seorang profesional dibidang konseling, namun mereka diharapkan dapat menjadi perpanjangan tangankonselor profesional. Menuru t Judy dkk (1985) peer counseling is defined as variety ofinterpersonal helping behaviours assumed by nonprofessionals who undertake ahelping role with others. Lebih lanjut dijelaskan bahwa: peer counseling includesone-to-one helping relationships, group leadership, discussion leadership, advisement,tutoring, and all activities of an interpersonal human helping or assisting nature.

    Dapat disimpulkan bahwa konseling sebaya adalah layanan bantuan konselingyang diberikan oleh teman sebayanya yang te lah terlebih dahulu diberikan pelatihan -pelatihan untuk menjadi konselor sebaya sehingga dapat memberikan bantuan baiksecara individual maupun kelompok kepada teman -temannya yang bermasalah ataupunmengalami berbagai hambatan dalam perkembangan kepribadia nnya.

    Dengan adanya layanan konseling sebaya, madrasah menyiapkan siswa -siswatertentu untuk menjadi konselor nonprofesional dalam membantu masalah teman -temannya. Para siswa calon konselor sebaya akan mendapatkan pelatihan yangmemadai untuk jadi konselor sebaya, sehingga diharapkan meningkatkan kemampuansiswa dalam menghadapi masalah.

  • 5Dalam konseling sebaya, Emmert (1977) menemukan bahwa siswa yang telahmendapatkan pelatihan lebih tinggi skor empatinya dibanding siswa yang tidakmenerima pelatihan. Bell (1977) menemukan meskipun konselor sebaya yang dilatihtidak memperlihatkan peningkatan dalam self consept, mereka menunjukkan prestasiakademik yang lebih tinggi dibanding kelompok siswa konselor sebaya yang tidakbekerja dengan siswa-siswa lain.

    Fritz, (1999) melaporkan bahwa konseli -konseli yang memanfaatkan layanankonseling sebaya mampu melakukan identifikasi diri dengan teman sebaya mereka, danpara konseli menganggap bahwa konselor sebaya memiliki kemauan membangun

    jembatan komunikasi. Tindall (1978) menunjukkan kemampuan dalam men engahi, dansecara signifikan lebih tinggi kemampuannya sebagai konselor individual. SelanjutnyaSuwarjo (2008) membuktikan bahwa model koseling teman sebaya efektif dalammengembangkan daya lentur (resilience) pada anak. Di Inggris, konseling sebayasangat kuat, dan punya inisiatif untuk perlindungan hukum bagi perkembanganpendidikan, lingkungan dan keluarga. Anggota sukarela konseling sebaya menjadimediator bagi pencegahan maupun mengatasi berbagai konflik a ntara kelompok.

    D. KOMPETENSI YANG PERLU DILATIHKAN PADA KONSELOR SEBAYA

    Dalam meningkatkan kemampuan konselor sebaya, keterampilan konselinguntuk diajarkan kepada konselor sebaya yang non profesional meliputi: (1) Attendingyaitu perilaku yang secara langsung berhubungan dengan respek, yang ditunjukanketika konselor memberikan perhatian penuh pada konseli, melalui komunikasi verbalmaupun non verbal, sebagai komitmen untuk fokus pada konseli. Konselor menjadipendengar aktif yang akan berpengaruh pada efektivitas bantuan. Termasuk padakomunikasi verbal dan non verbal adalah; Empath i, (2) Summarizing yaitu dapatmenyimpulkan berbagai pernyataan konseli menjadi satu pernyataan. Ini berpengaruhpada kesadaran untuk mencari solusi masalah, (3) Questioning yaitu: proses mencariapa yang ada di balik diskusi, dan seringkali berkaitan dengan kenyataan yang dihadapikonseli. Pertanyaan yang efektif dari konselor adalah yang tepat, bersifat mendalamuntuk mengidentifikasi, untuk memperjelas masalah, dan untuk mempertimbangkanalternatif, (4) Keaslian adalah mengkomunikasikan secara jujur perasaan sebagai carameningkatkan hubungan dengan dua atau lebih individu, (5) Assertiveness/ketegasan,termasuk kemampuan untuk mengekspre sikan pemikiran dan perasaan secara jujur,

  • 6yang ditunjukkan dengan cara berterus terang, dan respek pada orang lain, (6)Confrontation adalah komunikasi yang ditandai dengan ketidak sesuaian/ketidakcocokan perilaku seseorang dengan yang lain, (7) Problem Solving adalah prosesperubahan sesorang dari fase mengeksplorasi satu masalah, memahami sebab -sebabmasalah, dan mengevaluasi tingkah laku yang mempengaruhi penyelesaian masalah itu(Ivey (2003).

    Dalam pelatihan konselor sebaya, para professional bertanggung jawab untukmemberikan kepada para siswa pelatihan yang baik, penjelasan tentang standar etik,supervisi yang pantas, dan suport atau dukungan pada orang yang dilatih dan dapatberkontribusi pada tersedianya tenaga yang potensial.

    Untuk mampu menerapkan konseling sebaya yang memuaskan

    membutuhkan kondisi tertentu (Judy dkk (1985), yaitu: (a) partisipan program perluterlibat dalam perencanaan, (b) rencana program pelatihan yang spesifik sangat penting.harus dibuat komponen training yang efektif, (c) individu yang memiliki sensitivitas,kehangatan, dan kesadaran tentang orang lain menjadi trainees yang efektif (d) orangyang terlibat dalam program perlu tertarik dengan konsep dan aplikasi dari konseling

    sebaya, (e) siapapun yang merencanakan untuk me ngimplementasikan programkonseling sebaya di madrasah membutuhkan respon positif, dari berbagai personil, (f)perlu supervisor untuk mengetahui perkembangan konseling, memberikan follow uppada peer-counseling yang sedang dijalankan konselor .

    E. PENERAPAN KONSELOR SEBAYA DI MADRASAH

    Sesuai teori konseling dan pelatihan konselor sebaya kepada siswa yang terpilihsebagai konselor, maka konseling sebaya dapat dilaksanakan dengan berbagaipendekatan konseling, dalam hal ini terapi realitas. Dengan menggunakan pendekatanrealitas, ada tujuh komponen dengan dua kategori utama yaitu: komponen struktur, dankomponen program yang perlu dilakukan (Gysbers &Henderson, 1994).

    Komponen struktur menggambarkan: definisi program konseling sebaya, rasionalpentingnya program konseling sebaya, dan asumsi yang berisi prinsip yang mendasariprogram konseling sebaya. Komponen program menggambarkan: aktivitas -aktivitasutama dalam pelaksanaan program konseling sebaya, peran dan tanggung jawabpersonil madrasah yang terlibat dalam program konseling sebaya.

  • 7Program yang perlu dilakukan dalam penerapan dan pelaksaaan konselor sebayaadalah:1. Desain program konseling sebaya.

    Perencanaan program konseling sebaya dilakukan dengan melibatkan berbagaipihak terutama konselor, kepala madrasah, persetujuan dan dukungan para guru danadministrasi. Perencanaan meliputi: pemilihan konselor sebaya dan pelatihan bagikonselor sebaya, bentuk pelatihan, personil yang akan melatih dan kriter ianya, biayapelatihan, tempat pelatihan, lama pelatihan akan dilakukan, pihak -pihak yang dimintaidukungan untuk pelatihan, keterampilan dasar konseling yang akan dilatihkan bagikonselor sebaya, pemahaman tentang pendekatan terapi realitas yang dijadikankerangka pikir teoritik dan praktis dalam latihan konseling, serta evaluasi pelatihan.2. Pelaksanaan pelatihan konselor sebaya.

    Pelatihan dilaksanakan sesuai rencana, dan menggunakan salah satu pendekatan,misalnya terapi realitas dijadikan acuan dalam mema hami hakekat konselor sebayasebagai manusia, dan bagaimana masalah terjadi pada diri counsele, bagaimanamengarahkan konselor sebaya pada perubahan perilaku, kerangka WDEP (W = Wantsand Needs, D = Direction and Doing, E = Self -Evaluation, P = Planning and Action),bagaimana hubungan konseling harus terjalin antara konselor dengan konseli, prosedurdan teknik-teknik konseling, dan bagaimana menilai kemajuan konseli dalam konseling.Pelatihan keterampilan dasar konseling akan berguna untuk berkomunikasi dal amkonseling, sesuai tahap-tahap konseling. Pelatihan konseling dilakukan berupa latihanmelaksanakan konseling individual maupun konseling kelompok.3. Pengawasan. Bekerjanya konselor sebaya dalam melayani konseli sebaya pada

    counseling individual ataupun konseling kelompok perlu pengawasan konselorprofesional

    4. Membahas berbagai kesulitan yang mungkin ditemui konselor sebaya, danmenindaklanjuti proses konseling jika perlu.

    5. Melakukan evaluasi terhadap hasil kerja konselor sebaya, untuk peningkatankemampuan konselor sebaya, dan mengkaji berbagai kekuatan dan kelemahan yangterjadi.

    6. Mengkaji dampak program konseling sebaya pada konselor sebaya dan padakonseli sebaya.

    E. Kesimpulan

  • 8Konselor sebagai profesi perbantuan semakin hari peranannya semakindibutuhkan. Dalam melayani kebutuhan yang semakin kompleks diperlukan terobosan.Inovasi dalam layanan konseling di madrasah perlu terus dilakukan. Salah satunyadengan pelibatan secara berkelanjutan para siswa dalam kegiatan konseling.

    Layanan konseling sebaya memiliki peluang cukup besar untuk diterapkan dimadrasah, jika digerakan oleh konselor profesional dan didukung berbagai pihak,khususnya kepala madrasah, dan guru. Siswa terpilih akan mampu membantu konselormelaksanakan tugasnya, sekaligus siswa tersebut mendapatkan berbagai manfaat dariperan konselor sebaya tersebut.

    Berbagai pendekatan konseling dapat digunakan. Pendekatan terapi realitas, dapatmenjadi salah satu pendekatan yang bisa dilatihkan pada konselor sebaya, bersamaandengan pelatihan keterampilan dasar konseling, karena pendekatan ini praktis,sederhana untuk mengarahkan konselor sebaya pada perubahan perilaku. Pendekatanterapi realitas dipandang cocok bagi siswa karena pendekatan ini berorientasi padamasa sekarang, mengutamakan realitas, dan latihan bertanggung jawab yang sangatdibutuhkan pada usia remaja sesuai tingkat perkembangan intelektual, moral dansosialnya.

    DAFTAR PUSTAKAABKIN. (2008). Penegasan Profesi Bimbingan dan Konseling . Bandung: ABKINAsmangiyah.(2008).http://www.lpmpdki.web.id/id/Riset -dan Penelitian/ Implementasi

    Pelayanan- Konseling-Sekolah.htmlCarr, R.A. (1981). Theory and Practice of Peer Counseling . Ottawa: Canada

    Employment and Immigration Commission.Corey, Gerald. (2005). Theory And Practice Of Counseling & Psychotherapy. USA:

    Thomson Brooks/Cole.Depdiknas (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan

    Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal . Bandung: JurusanPPB FIP UPI.

    Dirjen P4TK, Depdiknas.(2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan danKonseling dalam Jalur Pendidikan Formal . Jakarta: Depdiknas.

    Erhamwilda (2007). Survei terhadap Kecenderungan Siswa -Siswa SMA untukBerkonsultasi dalam Mengatasi Masalahnya . Penelitian Mandiri. Tidakditerbitkan.

    Silver, E., Coupey, s. Bauman, L., Doctors, S., &Boeck, M. (1992). Effects Of A PeerCounseling Training Intervention On Psychological Functioning OfAdolescents. Journal of Adolescent Development, 7, 110-128.

    Suwardjo. (2008). Model Konseling Sebaya Untuk Pengembangan Daya Lentur(Resiliences). (Studi Pengembangan Modeling Teman Sebaya untuk

  • 9Mengembangkan Daya Lentur Anak Asuh Panti Sosial Asuhan Anak, PropinsiIstimewa Yogyakarta). Disertasi. Bandung: Pasca UPI (tidak diterbitkan).

    Syamsu Yusuf L.N. (2005). Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di SMP(Materi Workshop Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi KonselorSMP). Jakarta : Direktorat PLP Depdiknas Bekerjasama dengan ABKIN.

    Tanpa nama. (2007). Peer counseling. (http://www.wilsherifoundation.org/dwPages/senior.htm/

    Tindall, Judy A & H.Dean Gray (1985). Peer Counseling, In Depth Look At TrainingPeer Helpers. United State of America: Accelerated Development Publishers.