Abs or Psi

24
BAB I HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Analisis Gas Absorpsi gas adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan . Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorpsi fisik) dan juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu, absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik. Bidang utama penggunaan absorpsi adalah pembersihan gas (misalnya gas buang) dan pemisahan campuran gas. Absorpsi juga memainkan peranan penting dalam proses-proses kimia, misalnya pada pembuatan asam sulfat (absorpsi SO 3 ) dan asam nitrat (absorpsi NO dan NO 2 ) (Rahayu, 2009). Berdasarkan percobaan analisis gas yang dilakukan, kita dapat menghitung jumlah CO 2 yang diserap dari udara ke dalam air dengan mencari konsentrasi CO 2 di campuran inletdan outlet . Hubungan antara laju alir udara, fraksi CO 2 dan jumlah CO 2 yang diserap dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Tabel Hasil Analisis Gas F 2 F 3 Y it Y i Y o Fa % Ralat

Transcript of Abs or Psi

Page 1: Abs or Psi

BAB I

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Analisis Gas

Absorpsi gas adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan

cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan

pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya

fisik (pada absorpsi fisik) dan juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia).

Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu

dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu, absorpsi kimia

mengungguli absorpsi fisik. Bidang utama penggunaan absorpsi adalah pembersihan

gas (misalnya gas buang) dan pemisahan campuran gas. Absorpsi juga memainkan

peranan penting dalam proses-proses kimia, misalnya pada pembuatan asam sulfat

(absorpsi SO3) dan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2) (Rahayu, 2009).

Berdasarkan percobaan analisis gas yang dilakukan, kita dapat menghitung

jumlah CO2 yang diserap dari udara ke dalam air dengan mencari konsentrasi CO2 di

campuran inletdan outlet . Hubungan antara laju alir udara, fraksi CO2 dan jumlah

CO2 yang diserap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Tabel Hasil Analisis Gas

F2 (L/menit) F3 (L/menit) Yit Yi Yo Fa (L/detik) % Ralat

302 0,0625 0,1333 0,1233 0,0061 113,33

3 0,0909 0,1583 0,1417 0,0107 74,17

4 0,1176 0,1822 0,226 -0,0321 54,84

402 0,0476 0,2265 0,2227 0,0035 375,65

3 0,0698 0,2448 0,2477 -0,0027 250,93

4 0,0909 0,2215 0,2177 0,0036 143,65

Keterangan:

F2 = Laju alir Udara (L/menit)

F3 = Laju alir CO2 (L/menit)

Yit = Fraksi mol CO2

Yi = Fraksi volume CO2 dalam alur gas inlet

Page 2: Abs or Psi

Yo = Fraksi volume CO2 dalam alur gas outlet

Fa = Jumlah CO2 yang diserap antara puncak dan dasar (L/detik)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketidaksesuaian antara fraksi CO2 dari

bacaan flowmeter (Yit) dengan fraksi CO2 dari hasil perhitungan analisis gas yang

dilakukan (Yi) terlihat jelas dari besarnya persen ralat untuk laju udara (F2)sebesar 30

L/menit masing-masing run, yaitu run I sebesar 133,33%, run II 74,1667%, run III

54,8417%. Sedangkan untuk laju udara (F2)sebesar 40 L/menit masing-masing run,

yaitu run I sebesar 375,65%, run II 250,9278%, run III 143,65%. Besarnya persan

ralat ini terjadi karena air yang dipakai dalam membuat larutan NaOH tidak murni

sehingga terdapat ion-ion lain, sehingga kejenuhan larutan lebih tinggi dan membuat

larutan NaOH tidak menyerap secara maksimal gas CO2.

Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat diperoleh hubungan laju absorpsi

gas CO2 dengan perubahan laju alir CO2 dengan laju alir udara dapat dilihat pada

Gambar 4.1

Gambar 1.1 Grafik Hubungan Laju Absorpsi Gas CO2

Terhadap Perubahan Laju Alir CO2

Dari grafik pada Gambar 1.1 di atas, terlihat bahwa pada laju alir udara 30

L/menit dan 40 L/menit . Laju alir udara untuk 30 L/menit terjadi kenaikan kemudian

terjadi penurunan laju CO2 sedangkan untuk laju alir udara 40 L/menit terjadi terjadi

penurunan kemudian terjadi kenaikan laju CO2.

Secara teoritis, jika laju alir CO2 semakin besar sedangkan laju udara yang

masuk tetap, maka laju absorpsi gas CO2 akan semakin naik, karena semakin banyak

gas CO2 yang dapat dipindahkan/diserap oleh air (McCabe dkk, 1999).

Page 3: Abs or Psi

Hal ini berarti bahwa hasil yang diperoleh dari percobaan tidak sesuai dengan

teori tetapi untuk laju alir udara 30 L/menit pada laju alir CO2 2 L/menit sampai 3

L/menit dan untuk laju alir udara 40 L/menit pada laju alir CO2 3 L/menit sampai 4

L/menit telah sesuai dengan teori yang ada dimana terjadi kenaikan laju absorpsi gas

CO2 pada peningkatan laju alir CO2.

Dari hasil percobaan analisis gas, dapat diperoleh hubungan antara fraksi gas

CO2 masuk dengan laju alir CO2 yang dapat dilihat pada grafik di Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Grafik Hubungan Perubahan Fraksi Gas CO2 yang Masuk (Yi)

Terhadap Laju Alir CO2

Dari grafik pada Gambar 1.2 terlihat bahwa pada laju alir udara 30 L/menit

dan 40 L/menit. Untuk laju alir udara 30 L/menit mengalami kenaikan secara linier

laju CO2 , dan untuk laju udara 40 L/menit mengalami kenaikan kemudian penurunan

laju CO2 .

Secara teoritis, fraksi CO2 masuk dipengaruhi oleh laju alir udara dan laju alir

CO2. Jika laju alir CO2 semakin besar sedangkan laju udara yang masuk tetap, maka

fraksi gas CO2 masuk akan semakin besar, karena kandungan CO2 di dalam udara

menjadi semakin banyak sebab jumlah udara tetap (McCabe dkk, 1999).

Hasil percobaan pada laju alir udara 30 L/menit telah sesuai dengan teori

yang ada dimana terjadi kenaikan fraksi CO2 masuk pada peningkatan laju alir CO2.

Untuk laju aliran udara 40 L/menit terjadi penurunan pada laju alir CO2 pada 3

L/menit dan tidak sesuai dengan teori yang ada dimana penurunan fraksi CO2 yang

masuk.

Dari hasil percobaan analisis gas, dapat diperoleh hubungan antara laju

absorpsi gas CO2 terhadap fraksi gas CO2 masuk yang dapat dilihat pada grafik di

Gambar 1.3.

Page 4: Abs or Psi

Gambar 1.3 Grafik Hubungan Laju Absorpsi Gas CO2 Terhadap Perubahan

Fraksi Gas CO2 yang Masuk (Yi)

Dari grafik hasil percobaan pada Gambar 1.3 di atas, terlihat bahwa pada laju

alir udara 30 L/menit dan 40 L/menit . Laju alir udara untuk 30 L/menit terjadi

kenaikan kemudian terjadi penurunan laju absorpsi sedangkan untuk laju alir udara

40 L/detik terjadi penurunan laju absorpsi.

Secara teori, adanya kontak antara udara dan air memungkinkan terjadinya

perpindahan massa zat terlarut (solute), dalam hal ini gas CO2 dari udara ke dalam

cairan. Sehingga semakin besar fraksi mol uap gas masuk, maka semakin besar laju

absorpsi gas CO2, karena semakin banyak gas CO2 yang dapat dipindahkan/diserap

oleh air (McCabe dkk, 1999).

Hasil percobaan pada laju alir udara 30 L/menit pada fraksi CO2 masuk pada

0,1333 hingga 0,1583 telah sesuai dengan teori dimana terjadi kenaikan fraksi CO2

masuk menyebabkan peningkatan laju absorpsi gas CO2. Untuk laju alir udara 40

L/menit terjadi penurunan pada laju absorpsi CO2 sehingga percobaan tidak sesuai

dengan teori yang ada dimana laju absorpsi gas CO2 mengalami penurunan.

Dari hasil percobaan analisis gas, dapat diperoleh hubungan antara perubahan

fraksi gas CO2 yang keluar terhadap laju absorpsi gas CO2 yang dapat dilihat pada

grafik di Gambar 1.4.

Page 5: Abs or Psi

Gambar 1.4 Grafik Hubungan Perubahan Fraksi Gas CO2 yang Keluar (Yo)

Terhadap Laju Absorpsi Gas CO2

Dari grafik hasil percobaan pada Gambar 1.4 di atas, terlihat bahwa pada laju

alir udara 30 L/menit dan 40 L/menit . Laju alir udara untuk 30 L/menit dengan

bertambahnya laju absorpsi CO2 terjadi penurunan fraksi gas CO2 yang keluar

kemudian terjadi kenaikan fraksi gas CO2 yang keluar. Sedangkan untuk laju alir

udara 40 L/menit dengan bertambahnya laju absorpsi CO2 terjadi penurunan fraksi

gas CO2 yang keluar.

Secara teori, semakin besar laju absorpsi gas CO2 mengindikasikan semakin

banyak gas CO2 yang diserap oleh air sehingga fraksi mol gas CO2 keluar semakin

kecil (McCabe dkk, 1999).

Hasil percobaan pada laju alir udara 40 L/menit telah sesuai dengan teori

karena terjadi penurunan fraksi CO2 seiring dengan bertambahnya laju absorpsi.

Untuk laju aliran udara 30 L/menit, laju absorpsi CO2 -0,0321 dari 0,0061 hingga

telah sesuai dengan teori yang ada dimana terjadi penurunan fraksi gas CO2 yang

keluar, tetapi untuk laju absorpsi gas CO2 dari hingga 0,0107 tidak sesuai dengan

teori, dimana laju absorpsi gas CO2 mengalami kenaikan.

Adapun beberapa alasan yang mengakibatkan terjadinya beberapa

penyimpangan pada analisis gas ini yaitu flowmeter yang kurang konsisten selama

percobaan, air dalam tangki tidak diganti untuk setiap run, dan larutan NaOH pada

glove telah jenuh, kurangnya pendistribusian zat cair yang terjadi di dalam menara,

kurangnya kontak antara cairan dengan gas.

Page 6: Abs or Psi

1.2 Hasil Analisis Cairan

Selain menganalisis gas, dalam percobaan ini juga dilakukan analisis cairan

untuk mengetahui kandungan gas CO2 dalam air, baik pada masukkan (inlet) maupun

keluaran (outlet). Untuk menganalisis kandungan gas CO2 dalam cairan, dilakukan

titrasi dengan menggunakan larutan NaOH. Berdasarkan percobaan analisis cairan

yang dilakukan, kita dapat menghitung Cdi, Cdo, laju absorpsi dan laju absorpsi rata-

rata. Hubungan antara laju alir air, laju alir udara, waktu, inlet cairan, outlet cairan,

laju absorpsi dan laju absorpsi rata-rata dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.2 Tabel Hasil Analisis Cairan

F1

(L/menit)

F2

(L/menit)

F3

(L/menit)

t (menit

)

Inlet Cairan Outlet Cairan Laju absorpsi

(gmol/detik)

Laju absorpsi rata-rata (gmol/L)Vbi

(ml)Cdi

(gmol/L)Vbo

(ml)Cdo

(gmol/L)

4

30

2

7 0,3 0,0009 0,4 0,0012 0,00002

0,0000214 0,45 0,00135 0,4 0,0012 -0,00001

21 0,5 0,0015 0,45 0,00135 -0,00001

3

7 0,6 0,0018 0,6 0,0018 0

0,0000214 0,65 0,00195 0,75 0,00225 0,00002

21 0,8 0,0024 0,8 0,0024 0,00000

4

7 0,6 0,0018 0,7 0,0021 0,00002

0,0000414 0,75 0,00225 0,8 0,0024 0,00001

21 1 0,003 0,9 0,0027 -0,00002

40

2

7 0,5 0,0015 0,5 0,0015 0

0,0000214 0,6 0,0018 0,65 0,00195 0,00001

21 0,7 0,0021 0,7 0,0021 0

3

7 0,4 0,0012 0,25 0,00075 -0,00003

0,0000414 0,5 0,0015 0,25 0,00075 -0,00005

21 0,8 0,0024 0,25 0,00075 -0,00011

4

7 0,25 0,00075 0,25 0,00075 0

0,00002514 0,3 0,0009 0,3 0,0009 0

21 0,5 0,0015 0,6 0,0018 0,00002

Keterangan:

F1 = Laju alir air (L/menit)

F2 = Laju alir udara (L/menit)

F3 = Laju alir CO2 (L/menit)

t = Waktu (menit)

Vbi = Volume larutan NaOH yang dititrasi untuk cairan inlet (ml)

Vbo = Volume larutan NaOH yang dititrasi untuk cairan outlet (ml)

Cdi = Konsentrasi CO2 bebas pada cairan inlet (gmol/L)

Page 7: Abs or Psi

Cdo = Konsentrasi CO2 bebas pada cairan outlet (gmol/L)

Dari tabel 1.2 terlihat hubungan antara Vbo dengan Vbi yang menunjukkan

sebagian besar nilai Vbo lebih besar dibandingkan dengan Vbi. Hal ini sesuai dengan

prinsip dimana setelah terjadi pengontakan, kadar CO2 dalam air akan meningkat.

Dari hasil percobaan analisis cairan, dapat diperoleh hubungan antara laju

absorpsi gas CO2 terhadap perubahan laju alir CO2 untuk laju alir air dan udara

konstan yang dapat dilihat pada grafik di Gambar 1.5.

Gambar 1.5 Grafik Hubungan Laju Absorpsi Gas CO2 Terhadap

Perubahan Laju Alir CO2

Pada grafik yang diperoleh dari hasil percobaan pada Gambar 1.5 di atas,

dapat diperoleh pada kurva laju alir udara 30 L/menit pada waktu 7 menit, laju alir

udara 40 L/menit pada waktu 7, 14, dan 21menit diperoleh kurva laju absorpsi CO2

yang menurun kemudian menaik. Pada kurva laju alir udara 30 L/menit pada waktu

14 dan 21 menit; laju alir udara 40 L/menit dengan waktu rata-rata diperoleh kurva

laju absorpsi yang naik kemudian menurun. Sedangkan pada kurva laju alir udara 30

L/menit dengan t rata-rata konstan dan kemudian menaik.

Secara teori, adanya kontak antara udara dan air memungkinkan terjadinya

perpindahan massa zat terlarut (solute), dalam hal ini gas CO2 dari udara ke dalam

cairan. Sehingga semakin tinggi laju alir CO2, besar fraksi mol uap gas CO2 masuk

semakin tinggi, maka semakin besar laju absorpsi gas CO2, karena semakin banyak

gas CO2 yang dapat dipindahkan/diserap oleh air (McCabe dkk, 1999).

Page 8: Abs or Psi

Ini berarti hasil percobaan yang dilakukan tidak sesuai dengan teori yang ada.

Penyimpangan yang terjadi dalam percobaan ini mungkin disebabkan oleh

konsentrasi NaOH yang tidak tepat sehingga dalam pengamatan titik akhir pada

titrasi terjadi kekeliruan, atau pada kolom absorbsi sudah banyak terdapat gas CO2.

Dari hasil percobaan analisis cairan, dapat diperoleh hubungan antara laju

absorpsi gas CO2 terhadap waktu yang dapat dilihat pada grafik di Gambar 1.6.

Gambar 1.6 Grafik Hubungan Laju Absorpsi Gas CO2 Terhadap Waktu

Pada grafik yang diperoleh dari hasil percobaan pada Gambar 1.6 di atas

terlihat bahwa pada laju alir udara 30 L/menit dengan laju alir CO2 2 L/menit dan 3

L/menit, serta laju alir udara 40 L/menit dengan laju alir CO2 2 L/menit dan 4

L/menit turun dari waktu 0 sampai 7 menit dan kemudian konstan. Pada laju alir

udara 30 L/menit dengan CO2 = 4 L/menit dan laju alir udara 40 L/menit dengan laju

alir CO2 3 L/menit naik dari waktu 0 sampai 7 menit dan kemudian konstan.

Berdasarkan teori bahwa meningkatnya waktu percobaan hendaknya memang

mengurangi jumlah absorpsi CO2, di mana dengan semakin bertambahnya waktu,

kandungan CO2 dalam cairan akan meningkat sehingga selisih kepekatan gas CO2

dalam udara dan cairan semakin berkurang yang pada akhirnya berakibat pada

semakin rendahnya laju absorpsi CO2. Artinya, laju absorpsi berkurang seiring

pertambahan waktu (Geankoplis, 1993).

Page 9: Abs or Psi

Hasil percobaan untuk laju alir udara 30 L/menit dengan laju alir CO2 2

L/menit dan 3 L/menit, serta laju alir udara 40 L/menit dengan laju alir CO2 2

L/menit dan 4 L/menit sesuai dengan teori dimana laju absorpsi turun dari waktu 0

sampai 7 menit dan kemudian konstan. Tetapi, untuk laju alir udara 30 L/menit

dengan laju alir CO2 4 L/menit dan laju alir udara 40 L/menit dengan laju alir CO2 3

L/menit naik dari waktu 0 sampai 7 menit dan kemudian konstan. Naiknya laju

absorpsi pada selang waktu tersebut tidak sesuai dengan teori.

Adapun beberapa alasan yang mengakibatkan terjadinya beberapa

penyimpangan pada analisis cairan ini yaitu kurangnya pendistribusian zat cair yang

terjadi di dalam menara sehingga kurangnya kontak antara cairan dengan gas,

flowmeter yang cenderung naik turun selama percobaan berlangsung, cairan outlet

dialirkan ke bak penampung cairan inlet sehingga terjadi pencampuran, maka cairan

yang diambil untuk absorpsi tidak sesuai lagi (sudah terkontaminasi CO2).

Page 10: Abs or Psi

BAB II

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, baik pada analisis gas maupun

cairan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Analisa Gas

a. Dari grafik hubungan antara laju absorpsi gas CO2 dengan perubahan laju alir

CO2 untuk laju alir cairan konstan terlihat bahwa didapat grafik yang tidak

beraturan walaupun terdapat pula titik yang sesuai dengan teori yang ada yaitu

pada laju udara 30 L/menit pada laju alir CO2 2 L/menit sampai 3 L/menit dan

untuk laju udara 40 L/detik pada laju alir CO2 3 L/detik sampai 4 L/menit.

b. Dari grafik hubungan antara hubungan antara fraksi gas CO2 masuk dengan laju

alir CO2 terlihat bahwa pada laju alir udara 30 L/menit, semakin tinggi laju alir

CO2, laju absorpsinya menjadi semakin tinggi. Tetapi pada laju alir udara 40

L/menit terjadi penyimpangan.

c. Dari grafik hubungan antara laju absorpsi gas CO2 dengan fraksi gas CO2 yang

masuk terlihat bahwa semakin tinggi fraksi CO2 yang masuk, laju absorpsinya

mula-mula meningkat, tetapi kemudian menurun.

d. Dari grafik hubungan antara laju absorpsi gas CO2 terhadap fraksi CO2 yang

keluar terlihat bahwa pada laju alir udara 30 L/menit, semakin meningkatnya

laju absorpsi, fraksi CO2 yang keluar mula-mula menurun, tetapi kemudian

meningkat. Pada laju alir udara 40 L/menit,semakin meningkatnya laju

absorpsi, fraksi CO2 yang keluar menurun.

2. Analisa Cairan

a. Dari grafik hubungan laju absorpsi gas CO2 dengan perubahan laju alir CO2

kurva yang tidak beraturan dan tidak sesuai dengan teori yang ada dimana

semakin tinggi laju alir CO2, besar fraksi mol uap gas CO2 masuk semakin

tinggi, maka semakin besar laju absorpsi gas CO2.

b. Dari grafik hubungan antara laju absorpsi gas CO2 terhadap waktu terlihat

bahwa laju alir udara 30 L/menit dengan laju alir CO2 2 L/menit dan 3 L/menit,

serta laju alir udara 40 L/menit dengan laju alir CO2 2 L/menit dan 4 L/menit

semakin bertambahnya waktu, laju absorpsi mula-mula menurun, kemudian

Page 11: Abs or Psi

konstan. Pada laju alir udara 40 L/menit dengan laju alir CO2 L/menit dan laju

alir udara 30 L/menit dengan laju alir CO2 4 L/menit, laju absorpsi mula-mula

naik, kemudian konstan.

3. Persen ralat yang diperoleh dari analisis gas pada contoh perhitungan

menggunakan laju alir udara 30 dan 40 L/menit dan laju CO2 2 L/detik masing–

masing adalah sebesar 113,33% dan 375,65%. Untuk laju alir udara dengan laju

alir 30 dan 40 L/detik dan laju CO2 3 L/detik persen ralatnya masing-masing

adalah 74,17% dan 250,93%. Sedangkan untuk laju alir udara dengan laju alir 30

dan 40 L/detik dan laju CO2 4 L/detik persen ralatnya masing-masing adalah

54,84 % dan 143,65%.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya persen ralat dalam percobaan ini:

a. Kurangnya pendistribusian zat cair yang terjadi di dalam menara.

b. Flowmeter yang bekerja kurang konsisten selama percobaan.

c. Cairan outlet dialirkan ke bak penampung cairan inlet sehingga sudah

tercampur, maka cairan yang diambil untuk absorpsi sudah terkontaminasi.

d. Larutan NaOH glove telah jenuh karena tidak diganti untuk setiap run.

e. Kompressor tidak bekerja sempurna.

f. Terjadi paralaks pada pembacaan skala buret dan penentuan titik akhir titrasi.

Page 12: Abs or Psi

DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, Christie J., Transport Processes and Separation Process Principle, Edisi

keempat, Prentice-Hall: New Jersey, 1993.

McCabe, dkk, Operasi Teknik Kimia, Edisi keempat, Erlangga: Jakarta, 1999.

Rahayu, Suparni S, Absorpsi, http://www.chem-is-try.org, 2009, diakses: 29 Agustus

2009.

Page 13: Abs or Psi

LAMPIRAN A

DATA PERCOBAAN

Laju alir air (F1) = 4 L/menit

Laju alir udara (F2) = 30, 40 L/menit

Laju alir CO2 (F3) = 2,3,4 L/menit

Konsentrasi NaOH titrasi = 0,3 M

Konsentrasi NaOH glove = 0,03 M

Volume cairan sampel = 100 ml

Volume air dalam tangki = 28 liter

LA.1 Data Hasil Analisis Gas

Tabel A.1 Tabel Data Hasil Analisis Gas

Laju alir airF1 (L/menit)

Laju alir udaraF2 (L/menit)

Laju alir CO2

F3 (L/menit)V1 (ml)

V2 (ml)

V2i V2i rata-rata V2o V2o rata-rata

4

30

2 202.9

2.6672.7

2.4672.4 2.22.7 2.5

3 202.8

3.1672.9

2.8333.2 33.5 2.6

4 203.9

3.6434.8

4.5203.7 4.53.33 4.26

40

2 204.46

4.5304.9

4.4534.33 4.44.8 4.06

3 20

4.81

4.897

5.2

4.9534.9 4.34.98 5.36

4 203.91

4.4304.2

4.3534.85 44.53 4.86

Page 14: Abs or Psi

LA.2 Data Hasil Analisis Cairan

Tabel A.2 Tabel Data Hasil Analisis Cairan

Laju alir airF1 (L/menit)

Laju alir udaraF2 (L/menit)

Laju alir CO2

F3 (L/menit)t (menit)

Inlet Cairan Outlet Cairan

Vbi (ml) Vbo (ml)

4

30

27 0.3 0.4

14 0.45 0.4

21 0.5 0.45

37 0.6 0.6

14 0.65 0.75

21 0.8 0.8

47 0.6 0.7

14 0.75 0.8

21 1 0.9

40

27 0.5 0.5

14 0.6 0.65

21 0.7 0.7

37 0.4 0.25

14 0.5 0.25

21 0.8 0.25

47 0.25 0.25

14 0.3 0.3

21 0.5 0.6

Page 15: Abs or Psi

LAMPIRAN B

CONTOH PERHITUNGAN

LB.1 Analisis Gas

Kondisi pengambilan sampel:

Laju alir air = F1 = 6 L/menit = 0,1 L/detik

Laju alir udara = F2 = 50 L/menit = 0,833 L/detik

Laju alir CO2 = F3 = 3 L/menit = 0,05 L/detik

1. Perhitungan Fraksi Volume CO2 dalam Sampel Gas

A. Pada dasar kolom (inlet gas)

B. Pada puncak kolom (outlet gas)

2. Perhitungan Jumlah CO2 yang Diserap dalam Kolom dari Analisis Sampel Gas

Jika Fa adalah jumlah CO2 liter/detik yang diserap antara puncak dan dasar, maka

LB.2 Analisis Cairan

Kondisi pengambilan sampel:

Laju alir air = F1 = 6 L/menit = 0,1 L/detik

Laju alir udara = F2 = 50 L/menit = 0,833 L/detik

Laju alir CO2 = F3 = 3 L/menit = 0,05 L/detik

Konsentrasi NaOH (titran) = 0,25 M

1. Perhitungan Jumlah CO2 Bebas dalam Sampel Air

a. Menit ke-7

Page 16: Abs or Psi

b. Menit ke-14

c. Menit ke-21

d. Menit ke-28

2. Perhitungan CO2 yang Diserap dalam Waktu Tertentu (20 menit)

Volume air dalam sistem = VT = 28 liter

= 0,000013889 gmol/detik

3. Perhitungan Laju Absorpsi pada Waktu Tertentu

a. Menit ke-7

= 0,1 x (0,003-0,0025)

= 0,00005 gmol/detik

b. Menit ke-14

= 0,1 x (0,00325-0,00275)

Page 17: Abs or Psi

= 0,00005 gmol/detik

c. Menit ke-21

= 0,1 x (0,003375-0,003)

= 0,0000375 gmol/detik

d. Menit ke-28

= 0,1 x (0,0035-0,003125)

= 0,0000375 gmol/detik

LB.3 Persen Ralat Fraksi Gas Masuk Berdasarkan Analisa Gas

Dari data laju alir udara dan CO2