Kepelatihan or Sekolah

31
TUGAS AKHIR MATA KULIAH KEPELATIHAN OLAH RAGA DI SEKOLAH 1 Dosen Pengampu: Agung Wahyudi S.Pd, M.Pd Oleh : Frediatmoko Aulia Rahman NIM. 6101407176 Rombel 03 JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

Transcript of Kepelatihan or Sekolah

Page 1: Kepelatihan or Sekolah

TUGAS AKHIR MATA KULIAH KEPELATIHAN OLAH RAGA

DI SEKOLAH 1

Dosen Pengampu: Agung Wahyudi S.Pd, M.Pd

Oleh :

Frediatmoko Aulia RahmanNIM. 6101407176

Rombel 03

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2010

Page 2: Kepelatihan or Sekolah

TUGAS AKHIR MATA KULIAH KEPELATIHAN OLAH RAGA DI SEKOLAH 1

1. Jelaskan kepeminpinan dalam kepelatihan (dasar, gaya, efektifitas, dan

tanggung jawab ).

Jawaban:

a. Dasar kepemimpinan

Terdapat asumsi bahwa pemimpin dilahirkan pembawaan dengan sifat

pembawaan yang menjadikan mereka seorang pemimpin yang berhasil, sift-

sifat tersebut seperti, bentuk fisik, tingkat energy, nada suara, dan sifat

kepribadian lainnya seperti agresif, dominasi dan ketergantungan seseorang

menjadi pemimpin. Kepemimpinan juga bisa dilihat dari aspek fungsional.

Misalnya, pemimpin dapat dilihat sebagai orang yang dapat mengawasi

secara efektif mengatur, mengawas, dan mengarahkan kerja orang lain.

Definisi kepemimpinan yang lain, berdasarkan teori hubungan manusia,

melibatkan hubungan individu dengan suatu kelompok. Menurut pandangan

ini, pemimpin adalah orang yang bersimpati terhadap masalah pribadi lain.

Maksudnya adalah mendukung bawahannya secara emosional dan mau

mendengarkan serta mengijinkan pengikutnya untuk ikut bersuara dalam

proses penganbilan keputusan.

b. Gaya-gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpina ada 2 yaitu gaya kepemimpinan yang otoriter dan

demokrasi. Secara khusus pelatih yang otoriter yaitu :

1. Mengunakan kekuasaan untuk mengendalikan orang lain.

2. Memerintah yang lain dalam kelompok.

3. Berusaha agar semuanya dikerjakan menurut keyakinannya.

4. Bersikap tidak mengorangkan orang.

5. Meghukum anggota yang mengabaikan atau menyimpang.

6. Memutuskan pembagian pekerjaan.

Page 3: Kepelatihan or Sekolah

7. Menentukan bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan.

8. Memutuskan kebenaran ide.

Sebaliknya pememimpin yang demokrasi ;

1. Bersikap ramah dan bersahabat.

2. Membiakan kelompok sebagai keseluruhan membuat rencana.

3. Mengijinkan angotanya untuk berinteraksi dengan yang lain tanpahrus

ijin.

4. Menerima saran.

5. Berbicara sedikit lebih banya dari rata-rata anggota kelompoknya.

c. Efektifitas

Memang sulit untuk menentukan mana yang lebih efektif antara gaya

kepemimpinan yang otoriter dan kepemimpinan demokratis, kerena keduanya

sama-sama memiliki keutungan dan kerugian masing-masing, sehingga

banyak pelatih meperlihatkan kombinasi antara gaya otoriter dan gaya

demokratis

Alasan banya pelatih memilih gaya kepemimpinan otoriter karena :

1. Mereka melihat perannya sebagai orang yang otoriter.

2. Mereka adalah orang yang memiliki keinginan besar untuk mengatur

orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

3. Situasi kepemimpunan yang penuh tekanan yang timbul di berbagai

cabang olahraga menuntut pengawasan pelatih atas para peserta.

4. Olahragwan-olahragawan tertentu menghendaki sikap otoriter dari

pelatihnya untuk memenuhi harapannya.

Gaya kepemimpinan otoriter menguntungkan dalam situasi tertentu.

Misalnya:

1. Gaya ini disukai bilamana kecepatan dan gerakan amat dibutuhkan.

2. Cocok digunakan dalam kelompok besar yang terlibat dengan tugas –

tugas rumit.

3. Waktu jadi lebih efisien dan menjadikan olahragawan merasa was-was

menjadikan lebih merasa lebih aman dan terlindungi dalam situasi yang

menekan.

Page 4: Kepelatihan or Sekolah

Alasan banyak pelatih melatih secara demoktratis karena mereka percaya

bahwa :

1. Setiap individu hidup sebagai makluk social.

2. Setiap individu berfungsi sebagai pribadi yang menyeluruh dan utuh,

bukan sebagai rangkaian dan bagian-bagian.

3. Seriap individu memiliki cita-cita, tujuan dan nilai yang membangkitkan

tingkah laku.

Sebagian pelatih yang berhasil dalam olahraga dalam kenyataannya tidak

berada secara penuh dalam satu ujung ataupun ujung yang lainnya.

Mereka mengunakan keuntungan kedua gaya tersebut bila hal tersebut

yang baik untuk menyelasaikan tugas dan meningkatkan semangat serta

perkembangan tim.

d. Tanggung Jawab

Tanggung Jawab merupakan nilai moral yang sangat penting dalam

olahraga. Tanggung jawab adalah pertanggungjawaban perbuatan sendiri.

Seorang peltih harus mempunyai pertanggung jawaban yang besar atas segala

yang dilakukannya.

Dalam tanggung jawab terkandung makna :

1) Harga diri (self respect)

Hormati diri atau harga diri yang mencakup kejujuran. Kedermawanan

dalam perasaan serta kelakuaan penolakan terhadap kemenangan yang

dicapai dengan jalan apapun, kerendahan hati dalam kemenangan dan

ketenangan dalam kekalahan.

2) Penghargaan terhadap lawan.

Menghormati lawan dengan jalan mengadakan perlawanan yang

semaksimal mungkin merupakan penghormatan yang tertinggi bagi lawan.

2. Jelaskan hukum dan prinsip pelatih (komponen kesegaran, tujuan, hukum,

dan prinsip latihan).

Jawaban :

Page 5: Kepelatihan or Sekolah

a. Komponen kesegaran

Ada 10 poin yang merupakan komponen kebugaran jasmani, yaitu:

1. Kekuatan

Strength, Kemempuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban

sewaktu bekerja

2. Daya tahan

Endurance, Kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung,

paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk

menjalankan kerja secara terus menerus

3. .Daya Otot

Muscular Power, Kemampuan seseorang dalam mempergunakan kekuatan

maksimum yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya

4. Kecepatan

Speed, Kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan

berkesinambungan dalam bentuk yang sama dengan waktu sesingkat-

singkatnya.

5. Daya lentur

Flexibility, Efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala

aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas

6. Kelincahan

Agility, Kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu.

7. Koordinasi

Coordination, Kemampuan seseorang mengintegrasikan berbagai gerakan

yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif.

8. Keseimbangan

Balance, Kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot.

Page 6: Kepelatihan or Sekolah

9. Ketepatan

Accuracy, Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas

terhadap suatu sasaran.

10. Reaksi

Reaction, Kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam

menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera

b. Hukum dan prinsip latihan.

Banyak sistem yang mempengaruhi perencanaan latihan. Bagaimanapun

seorang pelatih dalam menggunakan program latihan untuk atletnya maka harus

berpedoman pada prinsip-prinsip latihan. Untuk memahami prinsip latihan ini

maka kita coba kaji berdasar pada kajian Ilmu Faal (Fisiologik), Ilmu Jiwa

(Psikologik), dan Ilmu Kependidikan (Pedagogik).

HUKUM FISIOLOGIK

Semua sistem latihan dipengaruhi oleh tiga hukum fisiologik, yaitu : hukum

OVERLOAD, hukum KEKHUSUSAN (Specificity), dan hukum

REVERSIBILITAS (Reversibility). Prinsip-prinsip lainnya disebutkan oleh para

pelatih sebagai aspek-aspek yang terkandung dalam tiga prinsip tersebut.

a. Hukum Overload (Law of Overload)

Hukum ini adalah yang banyak memperbaiki dalam kebugaran seorang

atlet, sehingga membutuhkan suatu peningkatan beban latihan yang akan

menantang keadaan kebugaran atlet.

Bahwa beban latihan berfungsi sebagai suatu stimulus dan

mendatangkan suatu respon dari tubuh atlet. Apabila beban latihan lebih berat

daripada beban normal pada tubuh maka tubuh akan mengalami kelelahan

sehingga tingkat kebugaran akan menjadi lebih rendah dari tingkat kebugaran

normal. Hal ini akan membutuhkan masa pemulihan yang lebih lama.

Artinya, pembebanan akan menyebabkan kelelahan, dan ketika pembebanan

berakhir, maka pemulihan berlangsung. Jika pembebanan optimal (tidak

Page 7: Kepelatihan or Sekolah

terlalu ringan dan juga tidak terlalu berat) maka setelah pemilihan penuh

tingkat kebugaran akan meningkat lebih tinggi daripada tingkat sebelumnya.

Prinsip Individualisasi

Reaksi masing-masing atlet terhadap suatu rangsangan latihan terjadi dengan

cara yang berbeda. Perbedaan tersebut karena usia dan jenis kelamin.

Perencanaan latihan dibuat berdasarkan perbedaan individu atas kemampuan

(abilities), kebutuhan (needs), dan potensi (potential). Tidak ada program

latihan yang dapat disalin secara utuh dari satu individu untuk individu yang

lain. Program latihan yang efektif hanya cocok untuk individu yang telah

direncanakan.

Pelatih harus mempertimbangkan faktor usia kronologis dan usia biologis

(kematangan fisik) atlet, pengalaman dalam olahraga, tingkat keterampilan

(sklill), kapasitas usaha dan prestasi, status kesehatan, kapasitas beban latihan

(training load) dan pemulihan, tipe antropometrik dan system syaraf, dan

perbedaan seksual (terutama saat pubertas).

Prinsip Pengembangan Multilateral

Pengembangan menyeluruh ini berkaitan dengan keterampilan gerak secara

umum (general motor ability) dan pengembangan kebugaran sebagai tujuan

utama yang terjadi pada bagian awal dari perencanaan latihan tahunan.

Prinsip ini harus menjadi focus utama dalam melatih anak-anak dan atlet

junior. Hal ini adalah merupakan langkah pertama dari rangkaian pendekatan

untuk latihan olahraga (prestasi).

b. Hukum Kekhususan (Law of Specificity)

Hukum kekhususan adalah bahwa beban latihan yang alami menentukan

efek latihan. Latihan harus secara khusus untuk efek yang diinginkan. Metode

latihan yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan latihan. Beban latihan

menjadi spesifik ketika itu memiliki rasio latihan (beban terhadap latihan) dan

struktur pembebanan (intensitas terhadap beban latihan) yang tepat.

Prinsip Spesialisasi

Prinsip ini melatih kapasitas dan teknik yang dibutuhkan untuk aktivitas

khusus atau nomor khusus. Contoh, dalam atletik seorang pelempar

Page 8: Kepelatihan or Sekolah

membutuhkan latihan kekuatan khusus dan juga teknik khusus pada masiing-

masing nomor lempar. Seorang perenang membutuhkan kecepatan dan daya

tahan kecepatan serta daya tahan kekuatan sesuai dengan nomornya, begitu

pula teknik yang dibutuhkannya. Semuanya itu harus dilakukan secara khusus

setelah melewati fase latihan yang menyeluruh (multilateral).

Prinsip Model Proses Latihan

Model ini dimanfaatkan untuk mengembangkan pola-pola latihan yang erat

dengan kaitannya dengan kebutuhan kompetisi. Pola yang paling sulit

membutuhkan waktu yang cukup lama (tahunan) agar menjadi sempurna. Hal

ini tentunya harus diawali dengan kemampuan pelatih dalam menganalisa

setiap kompetisi. Contoh dalam olahraga permainan, bagaimana pola-pola

permainan itu harus berjalan sesuai dengan kebutuhan setiap kompetisi (saat

menghadapi lawan berat atau lawan yang lebih ringan), bagaimana pola

pertahanan dan penyerangan yang baik dan harmonis.

c. Hukum Reversibilitas (Law of Reversibility)

Hukum ini adalah bahwa tingkat kebugaran akan menurun jika

pembebanan latihan tidak dilanjutkan (continued).

Prinsip Meningkatkan Tuntutan

Dalam pembebanan latihan, tuntutan ini adalah bahwa beban latihan harus

berkelanjutan jika kebugaran umum dan khusus atlet terus ditingkatkan,

beban latihan harus ditingkatkan secara regular (progressive overload). Rasio

latihan adalah kritis. Seorang pelatih harus menentukan berapa lama

pemulihan dibutuhkan dalam suatu sesi dan antar sesi.

Prinsip Melanjutkan Tuntutan Beban

Prinsip ini mengungkapkan bahwa atlet jangan terlalu lama berhenti berlatih.

ketika pemuncakan sedang berlangsung dan beban latihan dikurangi maka

hasilnya akan menurunkan kondisi.

Prinsip Kemungkinan dapat terjadi dengan mudah (Feasibility)

Prinsip ini menyatakan bahwa beban latihan yang telah direncanakan

haruslah realistic. Tujuan latihan tidak boleh mengakibatkan rusaknya atau

Page 9: Kepelatihan or Sekolah

hancurnya prestasi atlet yang disebabkan oleh tujuan yang tidak realistic. Hal

ini bukan saja merusak secara fisik, akan tetapi juga akan berakibat pada

kondisi psikologik. Tujuan latihan haruslah sesuai dengan kemampuan

seseorang (atlet) yang tentunya berdasar pada hasil tes parameter yang

direncanakan dan dilaksanakan secara periodik sesuai kebutuhan setiap

tahapan sehingga prestasi menjadi berkembang, tidak mengecilkan hati atau

gagal.

HUKUM PSIKOLOGIK

a. Prinsip Aktif, Partisipasi Sungguh-sungguh (Active, Conscientious

Participation)

Prinsip ini mengandung makna bahwa untuk menghasilkan prestasi yang

maksimal atlet harus terlibat secara aktif dalam proses latihan yang telah

dipilihnya. Prinsip ini sering luput dari perhatian atlet dan juga pelatih. Atlet

berpartisipasi secara pasif, hanya mengikuti saja apa yang diperintahkan atau

menunggu pemberian motivasi dari pelatih tanpa didasari atas kesungguhan

untuk melakukan latihan bahwa latihan adalah suatu kebutuhan.

Latihan adalah suatu bentuk kerja sama antara atlet dan pelatih yang

mengandung resiko. Atlet

b. Prinsip Kesadaran (Awareness)

Prinsip ini menunjuk pada kebutuhan bahwa pelatih menjelaskan pada atlet

apa yang terlibat dalam program latihan, apa yang menjadi tujuan latihan, dan

bagaimana mencapainya. Dalam hal ni juga atlet harus menyadari akan

posisinya sebagai orang yang juga harus berpartisipasi aktif dalam

perencanaan dan evaluasi latihan.

c. Prinsip Variasi (Variety)

Kompleksnya latihan dan tingginya tingkat pembebanan dalam latihan untuk

sukses membutuhkan variasi bentuk latihan dan metode latihan agar tidak

terjadi kejenuhan / kebosanan (boredom) atau basi (staleness). Faktor

kebosanan ini akan menjadi kritis apabila kurang bervariasi seperti pada

Page 10: Kepelatihan or Sekolah

gerakan (hanya) lari saja yang secara teknik tidak begitu kompleks (terbatas)

dan membutuhkan faktor fisiologik.

d. Prinsip Istirahat Psikologik (Psychological Rest)

Saat kelelahan terjadi seorang atlet akan mengalami ketegangan mental atau

ketegangan psikologis (psychological strain), bukan hanya kelelahan fisik

saja. Oleh karena itu, selain harus meningkatkan kemampuan fisik menjadi

istimewa, harus pula mampu mengalihkan situasi yang akan mengakibatkan

munculnya tekanan-tekanan (stress) seperti pada kompetisi atau latihan.

Bagian ini penting untuk membantu proses istirahat psikologis.

HUKUM PEDAGOGIK

Prinsip-prinsip yang ada dalam hukum ini akan membantu atlet dan pelatih

untuk lebih memaknai proses pembelajaran / pelatihan melalui pendidikan.

a. Prinsip Perencanaan dan Pemanfaatan system (Planning and Use of

System)

Prinsip ini membutuhkan apa yang disebut dengan disain program latihan

yang sistematis dan efesien, dari program jangka panjang sampai dengan unit

latihan yang dibutuhkan oleh setiap atlet secara individu. Prinsip ini

membutuhkan ketelitian, kehati-hatian, dan mempertemukan semua

kebutuhan latihan secara efektif. Melalui prinsip ini, atlet dan pelatih

mengalami proses pembelajaran yang selalu sistematis dan terencana.

b. Prinsip Periodisasi (Periodization)

Prinsip periodisasi adalah mengembangkan program latihan melalui seri-seri

dari setiap siklus atau tahapan berdasarkan pada standar prestasi setiap

cabang olahraga. Prinsip ini terkait dengan perencanaan program latihan yang

akan disusun.

Tahapan latihan yang lazim dimanfaatkan adalah Tahap Persiapan (Persiapan

Umum dan Persiapan Khusus), Tahap Kompetisi (Pra Kompetisi dan

Kompetisi Utama), dan Tahap Transisi. Prinsip ini mengajak pelatih untuk

senantiasa manjalani proses melalui tahapan yang jelas dan teratur.

c. Prinsip Presentasi Visual (Visual Presentation)

Page 11: Kepelatihan or Sekolah

Prinsip ini mencoba untuk memberikan informasi latihan yang sejelas

mungkin kepada atlet, sewaktu-waktu, audio-visual dapat diimanfaatkan

untuk membantu atlet dalam memahami materi latihan yang telah, sedang,

dan atau akan diberikan dalam proses latihannya.

Proses pembelajaran/pendidikan seperti ini penting bagi atlet untuk bias lebih

memahami apa yang seharusnya dilakukan dan yang cukup penting adalah

bagaimana seorang atlet mampu mengoreksi sendiri (self correction) apa

yang menjadi hal penting dalam meningkatkan prestasinya. Prinsip-prinsip

latihan yang dikaji berdasarkan tiga disiplin ilmu itu penting sekali bagi

pegangan para pelatih untuk lebih memahami tuntutan dan kebutuhan latihan

agar menjadi lebih efektif dan efesien.

Referensi :

William H. Freeman. Peak When It Count. Los Altos : Tafnews Press. 1989.

3. Jelaskan sistematika latihan (pertahapan latihan dan beban latihan).

Jawaban :

Tahap latihan ada 3 :

a. Tahap persiapan: Umum dan khusus.

Peseiapan umum seperti, mengembangkan kerangka umum pebinaan

sikap, fisisk, teknik, taktik dan mental. Persiapan umum terfokos pada

pengembangan derajat kondisi fisik prima, sejalan dengan pembinaan

dorongan semangat berprestasi(ketekunan, kemauan, dll.).

Melalui volume latihan yang besar, terbangun pondasi kemampuan adaptasi

organism yang lebih tinggi terhadap latihan yang lebih spesifi. Tahap latihan

yang lebih spesifik diarahkan untuk :

1. Menguasai dan menyempurnakan persiapan fisik secara umum.

2. Meningkatkan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan olah setian

cabor.

3. Menanamkan sifat psikologis yang spesifik.

4. Menembangkan dan meningkatkan serta menyempurnakan teknik.

Page 12: Kepelatihan or Sekolah

5. Membiasakan atlet dengan dasar maneuver strategi dan teknik.

6. Meningkatkan pengetahuan teoritis tentang metode berlatih tiap cabang

olahraga.

Tahap persiapan spesifik merupakan transisi menuju tahap kompetisi.

Porsi latihan sebagian besar (70%-80%) tertuju pada penyempurnaan teknik.

b. Tahap Kompetisi (Pra Kompetisi dan Kompetisi)

Tujuan tahap Pra Kompetisi adalah untuk mengevaluasi hasil pembinaan

dalam tahap persiapan, mencakup teknik, fisik, taktik dan mental. Pertandinga

tidak resmi dapat dipakai sebagai tes nyata bagi atlet sebagai tes nyata bagi

kemampuan atlet.

Tujuan utama tahap kompetisi adalah untuk menyempurnakan semua

aspek pelatihan yang memungkinkan atlet untuk meningkatkan

kemampuaanya sehingga dapat bertanding dengan sukses. Tahap kompetisi

utama tertuju pada upaya untuk mengoptimalkan seluruh kemampuan atlet

untuk berprestasi.

c. Tahap Transisi

Tahap transisi berlangsung setelah masa kompetisi berrakhir, sebagai

fase untuk memulihkan tekanan terhadap fisik dan mental yang menimbulkan

kelelahan berat. Tahap ini merupakan masa “istirahat aktif”, masa peralihan

untuk mengikuti kegiatan pembinaan tahap berikutnya. Masa ini juga

merupakan tahap pemulihan cedera, dan potensial bagi bangkitnya masalah

dalam pembinaan seperti ketidak puasan terhadap system penghargaan,

konflik akibat kegagalan mencapai target, sehingga perlu dikelola sebaik

mungkin.

4. Jelaskan stuktur prestasi (faktor ekternal dan faktor internal).

Jawaban :

Untuk meraih prestasi puncak seorang atlet ditentukan dan di pengaruhi

oleh banyak factor yang secara umum dapat digolongkan menjadi factor internal

dan eksternal.

Page 13: Kepelatihan or Sekolah

a. Fakto internal adalah factor yang berasal dari diri atlet itu sendiri dalam

bentuk potensi dan kemampuan yang dimilikinya baik secara fisi maupun

psikis(mental).

b. faktor eksternal adalah semua factor yang berasal dari luar potensi dan

kemampuan atlet yang dapat di pengaruhi dan menentukan prestasi atlet

seperti pelatih, fasitas latian dan pertandingan, kompetisi, organisasi,

pendanaan, iklim dan cuaca, gizi dan lain sebagainya.

Dalam menyikapi suatu kegagalan prestasi atlet sebagaimana yang telah

dikemukakan pada pendahuluan, sering kali factor eksternal yang dipersoalkan

sebagai penyebab suatu kegagalan . jarang sekali kita memprdebatkan persoalan-

persoalan yang berabungan dengan factor atlet (Internal). Padahal factor internal

inilah sebagai penentu utama (main faktor) pencapaian prestasi, sedangkan factor

eksternal merupakan factor kedua (second faktor) yang menentukan prestasi atlet.

Sebagai manusia normal atlet mempunyai potensi dan kemampuan yang

secara dikotomis dapat dibedakan atas kemampuan fisik (jasmani) dan psikis

(rohani atau mental) dari kedua kutub kemampuan ini ada yang tidak tidak dapat

dikembangkan melalui pembinaan olahraga seperti usia, jenis kelamin, tinggi

badan dan beberapa sifat kepribadian. Disamping itu ada potensi yang dapat

dibina dan kembangakan melalui pembinaan olahraga untuk mendapatkan

prrestasi tertentu. Ada pun potensi atlet yang dapat dibina dan di kembangkan

melalui olahraga adalah potensi fisik (physical conditioning), potensi teknik,

potensi taktik/strategi dan potensi mental. Potensi inilah menuru para ahli

olahraga yang disebut dengan KOMPONEN PRETASI OLAHRAGA.

Keempat potensi ini merupakan factor utama (main faktor), penentu

prestasi atlet. Dengan kata lain prestasi atlet baik dalam olahraga perorangan

maupun peregu ditentukan ole kemampuan fisik tektik, taktik dan kemampuan

mental. Sebagai factor utama yang harus dimiliki oleh setiap atlet, keempat

potensi ini berada dalam satu kesatuan yang utuh dan saling berpengaruh satu

dengan yang lainnya. Artinya, prestasi yang ditampilkan atlet merupakan

perpaduan keempat potensi yang dimaksud sesuai dengan tuntutan olahraganya.

Page 14: Kepelatihan or Sekolah

Ada olahraga yang menuntuk dan membutuhkan keempat komponen tersebut

secara propesional seperti olahraga permainan. Artinya, kemampuan fisik teknik,

taktik, dan mental dibutuh secara berimbang untuk meraih prestasi puncak. Oleh

karena itu pembinaan harus dilakukan secara propesional. Kemudian ada olahraga

yang memprioritaskan potensi dan komponen teknik karna teknik merupakan

objek penilaian dalam pertandingan seperti cabang olahraga loncat indah.

Disamping itu ada olahraga yang memprioritaskan kemampuan fisik seperti

angkat besi/berat, lari jarak jauh. Meskipun terdapat perbedaan tuntutan dan

kebutuhan terhadap potensi yang dimaksud , namun untuk meraih prestasi puncak

diperlukan keterpaduan sesuai dengan kebutuhan olahraganya.

Disamping itu untuk mngoptimalkan proses pembinaan yang dilakukan

terhadap atlet perlu pemahaman secara lebih spesifik terhadap komponen prestos

yang dimaksud. Sebagai contoh misalnya pada olahraga yang lebih mngandalkan

pada kemampuan fisik khusus yang dibutuhkan dalam olahraga tersebut.

Penguasaan setiap factor sangat spesifik sekali dan tergantung dari factor apa yang

ingin dikembangkan dan bagaimana pengaturan pembebanan yang diberikan. Dari

satu sisi diharapkan penguasaan suatu factor secara masimal dalam latihan, tapi

disisi lain mungkin hanya secara optimal misalnya sorang sprinter (pelari cepat)

mutlak membutuhkan kecepatan maksimal. Sebaliknya, untuk pelari jarak jauh

dominan membutuhkan daya tahan aerobic dari pada kecepatan dan kekuatan otot.

Dengan memahami struktur tuntutan atau kebutuhan suatu cabang

olahraga secara spesifik dapat diketahui fakto-fakto penyebab kegagalan prestasi

atlet secara internal. Selain itu juga dapat mengoptimalkan proses pembinaan yang

dilakukan teradap aaltet. Tanpa pemahaman struktur tuntutan suatu cabang

olahraga sulit dilakukan pembinaan yang efektif untuk menghasilkan prestasi. Ole

kaerna itu pemahaman secara konferhensif terhadap potensi internal yang dimilki

atlet yang dapat dibina dan dikembangkan melalui pembinaan olahraga sangat

diperlukan oleh setiap pelatih/Pembina dalam rangka mengoptimalkan proses

pembinaan yang dilakukan kepada atlet.

Page 15: Kepelatihan or Sekolah

5. Uraikan tentang latihan daya tahan (aerobic dan an aerobic).

Jawaban :

Daya tahan merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh mampu untuk

bekerja dalam waktu yang cukup lama. Daya tahan baik, jika tidak mengalami

mudah lelah, dapat terus bergerak dalam keadaan kelelahan, mampu bekerja tanpa

mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelasaikan suatu

pekerjaan/latihan.

Type Daya Tahan ;

1. Daya tahan aerobic

Daya tahan aeronik berarti dengan oksigen. Latihan aerobic menuntun kita

untuk memperkuat system cardio respiratory dan suatu peningkatan

kemampuan dalam mengunakan O2 didalam otot.

Daya tahan aerobic dapat dikembangkan melalui latihan lari aerobic secara

terus menerus atau lari interval. Semakin panjang waktu dari suatu event

kegiatan/lomba, semakin penting daya tahan aerobic. Daya tahan aerobic

harus dikembangkan terlebih dahulu sebelum daya tahan an aerobic.

2. Daya tahan Anaerobic

Daya tahan anaerobic berarti tanpa oksigen, daya tahan ini mengacu pada

system energy yang memungkinkan otot untuk bekerja dengan mengunakan

energy yang telah tersimpan di dalam. Latihan anaerobic mengijinkan atlet

suatu toleransi membentuk asam laktat.

Macam daya tahan anaerobic :

a. Daya tahan kecepatan

b. Daya tahan kekuatan

Mengembangkan daya tahan kecepatan membantu atlet untuk lari dalam

kecepatan tinggi meskipun terjadi pembentukan asam laktat.

Mengembangkan daya tahan kekuatan mengijinkan atlet untuk terus menerus

mengeluarkan daya/tenaga, meskipun berlangsung pembentukan asam laktat.

Salah satu macam latihan untuk mengembangkan daya tahan aerobic dan

anaerobic adalah dengan latihan interval. Variable latihan interval:

- Intensitas

Page 16: Kepelatihan or Sekolah

- Lama waktu

- Pemulihan

- Aktivitas pemulihan

- Pengulangan

6. Uraikan tentang latihan kekuatan (cara, bentuk, dan metode latihan)

Jawaban :

Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna

membangkitkan ketegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot adalah

komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara

keseluruhan.

Bentuk-Bentuk Latihan Kekuatan, Antara Lain :

a. Latihan Kekuatan Otot Lengan

Tujuannya : Menguatkan otot lengan.

Cara melakukannya :

1. Mula-mula sikap badan jongkok, kedua kaki sedikit rapat, keduatangan

lurus berada diantara kedua paha mendekati lutut, telapak tangan terbuka,

dan menumpu pada lantai.

2. Kemudian sentuhkan paha kebagian dalam dekat dengan tangan.

3. Lalu angkatlah kedua kaki ke atas secara perlahan-lahan hingga lepas dari

lantai, siku dapat berfungsi sebagai penahan pada paha

4. Sikap ini dipertahankan selama 5 sampai 8 detik.

b. Latihan kekuatan otot lengan ( push-up)

Tujuannya : Menguatkan otot lengan.

Cara melakukannya :

1. Mula-mula tidur telungkup, kedua kaki dirapatkan lurus di belakang, ujung

kaki bertumpu pada lantai.

2. Kedua telapak tangan di samping dada, jari-jari tangan menunjuk ke

depan dan kedua siku ditekuk.

3. Kemudian angkatlah badan ke atas hingga kedua tangan lurus, badan

Page 17: Kepelatihan or Sekolah

dan kaki merupakan satu garis lurus.

4. Lalu badan diturunkan kembali, dengan jalan membengkokkan kedua

sikut, badan dan kedua kaki tetap lurus dan tidak menyentuh lantai.

5. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang selama 15-30 detik.

c. Latihan Kekuatan Otot Perut ( sit-up )

Tujuannya : Menguatkan otot perut.

Cara melakukannya:

1. Mula-mula tidur terlentang, kedua lutut ditekuk, dan kedua tangan

diletakkan di belakang kepala.

2. Kemudian badan diangkat ke atas, hingga dalam posisi duduk, kedua

tangan tetap berada di belakang kepala.

3. Gerakan ini dilakukan sebanyak-banyaknya (15-30 detik).

7. Uraikan tentang latihan kecepatan (jenis, syarat dan metode latiahan)

Jawaban :

Kecepatan (speed) adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan

yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingat-singkatnya atau

kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya.

Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat,

akan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam

waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan tergantung dari beberapa faktor

yang mempengaruhinya, yaitu kekuatan (strengh), waktu reaksi (reaction time),

fleksibilitas (flexibility). Jadi, kalau berlatih untuk mengembangkan kecepatan,

atlet harus dilatih kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan reaksinya, tidak hanya

dilatih kecepatannya saja.

Jenis latihannya kecepatan :

1. Lari cepat dalam jarak dekat

2. Lari bolak-balik, jarak enam meter (shuttle run)

Page 18: Kepelatihan or Sekolah

3. Tingkatkan kualitas latihan dengan menggunakan beban, rintangan, dan lain-

lain.

4. Jongkok-berdiri dan diikuti lari cepat dalam jarak dekat pula.

Kecepatan (lari) dapat dikembangkan melalui metode latihan-latihan:

1. Interval training

Jarak yang ditempuh telah ditentukan sedemlklan rupa sehingga faktor

daya tahan tidak berpengaruh terhadap kecepatan.

2. Lari akselerasi

a. Lari akselerasi dimulal dengan gerakan lambat, makin lama makin cepat.

b. Lari akselerasl dengan diselingi lari deselerasi.

3. Uphill

Lari naik bukit, untuk mengembangkan dynamic strenght pada otot-otot

tungkai, juga dapat dikembangkan dengan lari di air dangkal, pasir, salju, atau

lapangan yang tanahnya lembek.

4. Downhill

Lari menuruni bukit, untuk melatih kecepatan frekuensi gerak kaki, lebih

balk lagi kalau ada dorongan angin dari belakang.

5. Latihan kecepatan untuk anggota tubuh

Metode latihan ini dapat berbentuk melempar bola softball atau baseball

atau mensmes bola, dengan melakukan gerakan-gerakan tersebut secara berulang-

ulang dengan kecepatan yang makin tinggi.

8. Uraikan tentang latihan kelenturan (ritmis, dinamis dan kontra)

Jawaban :

Kelenturan merupakan kemampuan unuk melakukan gerakan persendian

melalui jangkauan gerak yang luas. Jangkauan gerak dalami sendi pada tubuh

tergantung pada pengaturan tendo-tendo, ligament, jaringan penghubung, dan

otot-otot. Batas jangkauan sebdi disebut posisi akhir. Cidera terjadi bila anggota

Page 19: Kepelatihan or Sekolah

badan/otot dipaksa diluar batas kemampuannya. Latihan kelentukan dapat

menolong mengurangi resiko cedera dengan meningkatkan jangkauan gerak sendi.

Metode pengembangan kelentukan :

1. Peregangan ritmis

2. Peregangan dinamis

Biasanya dilakukan dengan mengerak-gerakan tubuh/anggota tubuh secara

ritmis dengan gerakan memutar, memantul-mantulkan anggota tubuh

sehingga otot-otot terasa teregangkan.

Contoh gerakan dinamls, antara lain:

1) Gerakan push up

2) Tubuh tertelungkup, kemudian mengangkat dada dan punggung

setinggi-tingginya.

3) Duduk dengan tungkai lurus, kemudian mencoba menyentuh ujung

kaki dengan jari tangan.

3. Peregangan statis

Peregangan statis dapat dilakukan dengan cara mengambil sikap

sedemikian rupa sehingga meregangkan suatu kelompok otot tertentu.

Contoh peregangan statis antara lain:

1) Sikap berdiri dengan tungkai lurus.

2) Badan dibungkukkan.

3) Mencoba untuk menyentuh tungkai

4. Peregangan kontra

Partner meregangkan otot otertentu (missal hamstring) kemudian pelaku

melakukan kontraksi dengan menekan otot yang diregang selama 6 detik.

Setelah itu dirilekskan kembali. Pada saat rileks, partner meregangkan

kembali sejauh mungkin selama 6 detik. Kemudian pelaku

mengkontraksikan kembali. Kontraksi ini dilakukan beberapa kali.

Peregangan dengan metode ini memberikan hasil yang paling baik,

menurut teory.

Page 20: Kepelatihan or Sekolah

9. Deskripsikan sikap dan perilaku anda sebagai pelatih sesuai dengan karekter

individu anda.

Jawaban :

Sebagi seorang pelatih saya lebih suka mengunakan gaya kepelatihan

kombinasi antara kepelatihan otoriter dan demokrasi karena itu sangat

menguntungkan bagi saya saat membina anak didik saya. Saya akan selalu

berusaha dengan baik untuk membina, mendidik anak didik saya agar selalau giat

berlatih dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri dan motivasi tinggi agar

anak didik saya lebih mencintai suatu cabang olahraga yang disenanginya.

Saya juga akan berusaha menjadi panutan bagi anak didik saya denga

selalu berperilaku santun, bermoral tinggi, dan selalu berjiwa optimis tinggi,

menghargai oranglain dan senantiasa selalu menanamkan rasa kekeluargaan yang

tinggi dalam melatih sehingga anak didik saya merasa yaman dan senang dalam

berlatih. Dengan itu saya yakin akan berhasil mencapai kesusksesan dalam

melatih.