DIAGNOS CHF Kehamilan
-
Upload
ubaidillah-hafidz -
Category
Documents
-
view
223 -
download
6
description
Transcript of DIAGNOS CHF Kehamilan
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada pasien tanpa penyakit jantung penting untuk menanyakan tentang riwayat
penyakit jantung rematik, episode sianosis pada saat lahir atau anak usia dini, adanya
gangguan reumatologik (misalnya lupus eritematosus sistemik), episode aritmia,
terjadinya sinkop eksersional atau nyeri dada, dan edema tungkai yang sering terjadi.
Pada pasien dengan riwayat penyakit jantung, penting untuk menanyakan tentang
kapasitas fungsional, prevalensi gejala yang terkait lainnya, regimen terapi yang
diperoleh, tes diagnostik sebelumnya (misalnya, ekokardiogram, tes olahraga, dan
kateterisasi jantung), dan riwayat operasi paliatif. Selain itu, pertanyaan mengenai ada
tidaknya riwayat keluarga dengan penyakit jantung bawaan, penyakit arteri koroner
prematur, atau kematian mendadak pada anggota keluarga juga penting untuk
mengetahui faktor risiko yang dimiliki.1
Kebanyakan pasien mengakui toleransi melakukan aktivitas berkurang dan
merasa mudah kelelahan. Kondisi ini berhubungan erat dengan peningkatan berat
badan yang diperoleh selama masa kehamilan dan akibat anemia fisiologis pada
kehamilan. Episode pingsan atau sakit kepala ringan terjadi sebagai akibat dari
kompresi mekanik dari uterus gravid pada vena cava inferior, sehingga menyebabkan
aliran balik vena ke jantung tidak adekuat, terutama pada trimester ketiga. Gejala lain
yang sering dikeluhkan termasuk hiperventilasi dan ortopnea yang disebabkan oleh
tekanan mekanik dari uterus yang membesar pada diafragma. Palpitasi juga umum
dijumpai dan hal ini diduga berhubungan dengan sirkulasi hiperdinamik kehamilan.1
2. Pemeriksaan Fisik
Hiperventilasi adalah fenomena umum dalam kehamilan yang mungkin
berhubungan dengan efek progesteron pada pusat pernapasan. Penting untuk
membedakan hiperventilasi dari dyspnea, yang umum ditemukan pada gagal jantung
kongestif. Bibasilar crackles biasanya terdengar di kehamilan normal yang dihasilkan
dari atelektasis yang berkembang dari kompresi basal pulmonal karena pembesaran
rahim dan selanjutnya meningkatkan tekanan intraabdomen.1
Impuls ventrikel kiri mudah teraba, cepat, dan tidak terus menerus. Pulsasi
perifer sering kolaps dan dapat membingungkan dengan temuan klinis pada
regurgitasi aorta. Pulsasi distensi vena jugularis, dengan penonjolan a dan puncak v,
dengan penurunan cepat x dan y. Sejumlah besar wanita hamil mengalami edema
kaki. Hal ini terjadi sebagai akibat dari penurunan tekanan onkotik koloid plasma
dengan peningkatan seiring dengan tekanan vena femoralis sebagai akibat dari aliran
balik vena yang tidak adekuat. 1
Pemeriksaan fisik harus fokus pada wajah, kelainan jari, atau skeletal yang
menunjukkan adanya anomali kongenital. Adanya clubbing, sianosis, atau pucat,
harus diamati dengan seksama. Pemeriksaan dada dapat menyingkirkan deformitas
pectus excavatum, tonjolan prekordial, atau adanya pulsasi ventrikel kanan atau kiri.
Bunyi jantung pertama biasanya pecah (yang dapat disalahartikan sebagai bunyi
jantung keempat). Bunyi jantung pertama yang keras dapat menunjukkan mitral
stenosis, sedangkan bunyi jantung pertama intensitas rendah menunjukkan blok
jantung tingkat pertama. Bunyi jantung kedua terpecah dapat diartikan sebagai defek
septum atrium, sedangkan suara paradoks terpecah dapat ditemukan pada hipertrofi
ventrikel kiri yang berat atau blok cabang berkas kiri. Bunyi jantung ketiga adalah
normal pada kehamilan. Bunyi jantung IV, ejection click, opening snap, atau mid
sistolik hingga late sistolik mengindikasikan penyakit jantung. Murmur sistolik dapat
terdengar pada wanita hamil dan merupakan hasil dari sirkulasi hiperkinetik selama
masa kehamilan. Murmur yang terdengar yaitu murmur midsistolik dan didengar
terbaik pada linea sternum kiri bawah dan di atas area pulmonal. Murmur jinak
kontinyu, seperti dengungan vena servikal uterus dan mammary soufflé, juga
disebabkan oleh adanya peningkatan aliran darah terhadap perubahan hemodinamik
dari kehamilan. Dengung vena terbaik terdengar di fossa supraklavikula kanan, dan
mammary soufflé paling baik diauskultasi di payudara atas pada trimester akhir.
Murmur diastolik yang terdengar selama kehamilan memerlukan penyelidikan lebih
lanjut oleh echocardiography dan USG Doppler.1
3. Pemeriksaan Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG sangat aman dan dapat membantu menjawab pertanyaan yang
sangat spesifik. Kehamilan dapat menyebabkan interpretasi dari variasi gelombang
ST-T lebih sulit dari yang biasa. Depresi segmen ST inferior sering didapati pada
wanita hamil normal. Pergeseran aksis QRS ke kiri, sering dijumpai, tetapi deviasi
aksis ke kiri yang nyata (-30o) menyatakan adanya kelainan jantung.1,2,3
4. Pemeriksaan Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi termasuk dopler sangat aman dan tanpa risiko
terhadap ibu dan janin. Pemeriksaan transesofageal ekokardiografi pada wanita hamil
tidak dianjurkan karena risiko anestesi selama prosedur pemeriksaan radiografi.
Semua pemeriksaan radiografi harus dihindari terutama pada awal kehamilan.
Pemeriksaan radiografi mempunyai risiko terhadap organogenesis abnormal pada
janin, atau malignansi pada masa kanak-kanak terutama leukemia. Jika pemeriksaan
sangat diperlukan, sebaiknya dilakukan pada kehamilan lanjut, dengan dosis radiasi
seminimal mungkin, dan perlindungan terhadap janin seoptimal mungkin. 1,2,3
KLASIFIKASI
Menentukan fungsi jantung sangat penting bagi pasien hamil dengan penyakit
jantung. Pasien dengan NYHA kelas I dan II memiliki risiko komplikasi yang lebih
sedikit jika dibandingkan dengan kelas III dan IV. Semua pasien yang mengalami
gangguan kapasitas fungsional jantung sesuai NYHA kelas III dan kelas IV selama
kehamilan merupakan risiko tinggi, tanpa tergantung apapun penyebabnya.3,4
Tabel: Sistem Klasifikasi Fungsional Jantung Menurut New York Heart
Association (NYHA).2-5
KELA
S
DESKRIPSI
Kelas 1 Pasien dengan penyakit jantung tetapi tanpa adanya pembatasan aktivitas
fisik. Aktivitas fisik biasa tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi, dispnu,
atau nyeri angina.
Kelas 2 Pasien dengan penyakit jantung mengakibatkan sedikit keterbatasan
aktivitas fisik. Akan merasa lebih baik dengan istrahat. Aktivitas fisik biasa
menimbulkan kelelahan, palpitasi, dispnu, atau nyeri angina.
Kelas 3 Pasien dengan penyakit jantung dengan adanya keterbatasan aktivitas fisik.
Nyaman saat istrahat. Aktivitas fisik yang ringan dapat menyebabkan
kelelahan, palpitasi, dispnu, atau nyeri angina.
Kelas 4 Pasien dengan penyakit jantung ditandai ketidakmampuan untuk
melakukan semua aktivitas fisik. Gejala insufisiensi jantung dapat muncul
saat istrahat. Jika aktifitas fisik dilakukan, ketidaknyamanan meningkat.
Pasien ini mengeluhkan sesak saat melakukan aktivitas sedang sebagai ibu rumah
tangga. Pasien juga merasa membaik dengan beristrahat. Dengan demikian pasien
tergolong kedalam NYHA kelas II.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pasien dengan NYHA kelas II memiliki
faktor risiko komplikasi yang ringan pada kehamilan. Pada umumnya wanita hamil
dengan NYHA kelas I dan kelas II dapat melalui kehamilannya dengan aman. Akan
tetapi, khusus pada wanita dengan obstruksi ventrikel kiri, hipertensi pulmonal, dan
penyakit aorta yang fragile tidak hanya memperhatikan kelas fungsional, tetapi juga
dilihat kemungkinan perburukan gejala klinis yang dapat mengancam keselamatan
wanita tersebut.6
DAFTAR PUSTAKA
1. DeCherney, AH., et al. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &
Gynecology, Tenth Edition. New York: The McGraw-Hill; 2003. p. 22.1-9
2. Anwar, TB. Wanita Kehamilan dan Penyakit Jantung. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatra Utara: Usu Repository; 2004. hal. 1-33
3. Karkata, MK., dkk. Panduan Penatalaksanaan Kasus Obstetri. Jakarta: Komisi
Pengabdian Masyarakat Himpunanan Kedokteran Feto Maternal POGI; 2012.
hal. 50-75.
4. Nasution, SA. Kehamilan Pada Penyakit Jantung. Dalam Sudoyo AW, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2007. Hal.1669-1672.
5. Cunningham FG., et al. William’s Obstetrics, 23rd edition. New York. The
McGraw-Hill. 2007. p. 44.1-36.
6. Sedyawan, JH. Penyakit Jantung Katup. Dalam Saifuddin, AB., dkk. Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008. Hal 766-69.
7.