Destilasi Liza

27
1. PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan pustaka Distilasi adalah proses pendinginan, pengembunan dan pencairan dan pengumpulan uapnya. Cairan yang terkumpul disebut destilat sedangkan sisanya disebut dengan residu. Proses ini digunakan untuk memisahkan cairan dari campurannya. Prinsip dalam distilasi sebenarnya adalah perbedaan volatilitas suatu bahan yang satu dengan bahan yang lain. Cairan yang terkumpul disebut distilat, sedangkan sisanya disebut dengan residu. Proses ini digunakan untuk memisahkan cairan dari suatu campuran cairan. (Daintih, 1999). Distilasi merupakan proses yang pertama kali dilakukan pemanasan kemudian pendinginan komponen cairan dari campuran untuk memisahkannya satu sama laindari bahan padatan yang mungkin ada dalam campuran tersebut. hal ini mungkin untuk memisahkan dua atau lebih komponen cairan yang memiliki titik didih yang berbeda. Sebagai contoh : misalkan dua larutan, larutan pertama mendidih pada suhu 50°C dan larutan kedua mendidih pada suhu 120°C. larutan pertama akan lebih cepat mendidih dan menguap kemudian terkumpul pada tabung distilat atau collecting container (Solomon, 1987).

description

yuyuyg

Transcript of Destilasi Liza

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan pustaka

Distilasi adalah proses pendinginan, pengembunan dan pencairan dan pengumpulan uapnya. Cairan yang terkumpul disebut destilat sedangkan sisanya disebut dengan residu. Proses ini digunakan untuk memisahkan cairan dari campurannya. Prinsip dalam distilasi sebenarnya adalah perbedaan volatilitas suatu bahan yang satu dengan bahan yang lain. Cairan yang terkumpul disebut distilat, sedangkan sisanya disebut dengan residu. Proses ini digunakan untuk memisahkan cairan dari suatu campuran cairan. (Daintih, 1999).

Distilasi merupakan proses yang pertama kali dilakukan pemanasan kemudian pendinginan komponen cairan dari campuran untuk memisahkannya satu sama laindari bahan padatan yang mungkin ada dalam campuran tersebut. hal ini mungkin untuk memisahkan dua atau lebih komponen cairan yang memiliki titik didih yang berbeda. Sebagai contoh : misalkan dua larutan, larutan pertama mendidih pada suhu 50C dan larutan kedua mendidih pada suhu 120C. larutan pertama akan lebih cepat mendidih dan menguap kemudian terkumpul pada tabung distilat atau collecting container (Solomon, 1987).Distilasi adalah suatu proses penguapan cairan yang diikuti dengan pencairan uap yang terbentuk yang kemudian ditampung pada tabung pengumpul. Distilasi digunakan untuk memisahkan campuran dari cairan yang memiliki titik didih yang tidak sama. Pemisahan masingmasing zat yang menyusun suatu campuran dapat dilakukan berdasarkan sifat fisiknya, terutama perbedaan titik didihnya atau titik embunnya. Semakin pekat larutan tersebut, maka semakin tinggi titik didihnya dan sulit didistilasi (Harjono, 1997).Pada umumnya, distilasi dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan campuran zat-zat, berdasarkan titik didihnya. Prinsip kerja distilasi, adalah dengan memanaskan campuran, hingga mencapai suhu yang sama dengan titik didih salah satu komponen yang titik didihnya lebih rendah. Komponen yang mendidih terlebih dahulu, kemudian akan didinginkan uapnya, sehingga mengalami kondensasi, dan kembali menjadi cairannya. Dalam praktek di laboratorium, cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan tabung distilasi. (Surakitti, 1996).

Beberapa contoh penggunaan distilasi :

1. Proses untuk mendapatkan alkohol absolut dari hasil proses fermentasi.

2. Proses pengolahan minyak cengkeh, minyak sereh, dan parfum dari buah cengkeh, pohon sereh, serta bunga-bungaan.

3. Proses pemisahan fraksi-fraksi dalam minyak bumi.

(Surakitti, 1996).

Menurut Hein (1992), distilasi adalah proses memanaskan cairan untuk dididihkan dan mengembunkan uap di atas titik didih cairan. Sedangkan menurut Petrucci, (1989), destilasi adalah proses penguapan cairan yang diikuti dengan pencairan uap yang terbentuk kemudian hasilnya ditampung dengan labu atau tabung pengumpul. Di dalam proses destilasi tersebut ada bagian yang tidak teruapkan, dikenal dengan sebutan residu dan ada pula yang disebut destilat atau condensate yang merupakan uap yang telah dicairkan dan ditampung pada labu penampung.

Ada dua macam destilasi yang dibedakan berdasarkan jenis zat yang akan didestilasi, yakni:

1. Destilasi sederhana, bila yang didestilasi yaitu satu jenis zat dan biasanya bertujuan untuk memurnikannya.

2. Destilasi kompleks dimana zat yang didestilasi ada dua jenis, biasanya bertujuan untuk memisahkan beberapa cairan.

(Pettruci, 1992).

Pada proses destilasi, cairan yang mempunyai tekanan uap tinggi, yang mudah menguap dikatakan volatile, sedangkan cairan yang mempunyai tekanan uap rendah dikatakan non volatile. Cairan yang lebih volatile akan lebih cepat menguap. Cairan non volatile akan tertinggal pada tabung destilasi (Mondy, 1980).

Molekul dengan energi kinetik di atas rata-rata, dapat mengalahkan gaya tarik dengan molekul di sekitarnya, dan lepas dari permukaan cairan ke keadaan gas atau uap. Gejala inilah, yang disebut sebagai penguapan. Kecenderungan suatu cairan untuk menguap, akan meningkat sesuai dengan meningkatnya suhu cairan. Sebaliknya, sejalan dengan meningkatnya gaya-gaya inter molekul dalam cairan, cenderung akan menurunkan penguapan (Petrucci, 1987).

Destilasi dipengaruhi oleh keberadaan zat ataupun senyawa volatile yaitu substansi yang memiliki tekanan uap tinggi pada suhu kamar. Sedangkan substansi non-volatile adalah substansi yang memiliki tekanan uap rendah. Semakin volatile suatu substansi, maka akan semakin rendah titik didihnya. Sebaliknya semakin kurang volatile, suatu substansi akan lebih rendah tekanan uapnya dan akan lebih tinggi titik didihnya.(Daintith,1999).

Di dalam destilasi, kedua zat yang akan dipisahkan pasti memiliki titik didih yang berbeda meskipun relatif kecil, zat yang punya titik didih rendah teruapkan terlebih dahulu lalu uap tersebut didinginkan dan mencair kembali lalu ditampung dan itulah prinsip dari proses destilasi (Chang, 1991).

Jika uap yang dihasilkan oleh cairan yang menguap tidak ditampung, maka penguapan akan terus berlangsung, hingga seluruh cairan habis teruapkan. Sebaliknya, jika penguapan terjadi dalam tempat yang tertutup, maka akan terlihat suatu perbedaan. Jika uap yang tetap dipertahankan akan berhubungan dengan cairan, maka beberapa molekulnya akan kembali dari keadaan uap ke keadaan cair. Proses ini merupakan kebalikan dari proses penguapan, sehingga dinamakan pengembunan (kondensasi). Banyaknya pengembunan, akan tergantung dari konsentrasi molekul uap (jumlah molekul per satuan volume), dan pada luas bidang temu antara cairan dengan uapnya. (Petrucci, 1987).

Dalam tempat tertutup, yang mengandung air dan uapnya, peristiwa penguapan dan pengembunan akan terjadi secara serempak. Walaupun molekul-molekul selalu bolak-balik antara keadaan cair dan uap, namun apabila cairan tersedia dalam jumlah yang cukup, maka akhirnya akan tercapai suatu keadaan dimana tidak terjadi lagi penambahan uap. Keadaan seperti ini, disebut dengan kesetimbangan dinamis. Istilah kesetimbangan dinamis, selalu mengisyaratkan adanya 2 proses yang berlawanan, yang terjadi secara serempak dalam sebuah sistem tertutup, dan tidak ada proses yang saling mengalahkan satu sama lain. Akibatnya, tidak terdapat perubahan bersih sepanjang waktu, apabila kesetimbangan telah tercapai. Uap yang berada dalam kesetimbangan bersama dengan cairannya, sama seperti gas, maka akan timbul suatu tekanan. Tekanan yang muncul inilah, yang disebut dengan tekanan uap. Besarnya tekanan uap, sama seperti sifat-sifat lainnya, yaitu sangat beragam. Cairan yang mempunyai tekanan uap tinggi, dikatakan mudah menguap / volatil. Sedangkan cairan yang tekanan uapnya rendah, disebut sebagai non volatil(Petrucci, 1987).

Untuk menentukan suatu cairan termasuk dalam golongan volatil atau non volatil pada suatu suhu tertentu, maka dapat ditentukan melalui gaya-gaya inter molekul. Dietil eter dan aseton, merupakan contoh cairan yang sangat volatil. Sedangkan air pada suhu kamar, merupakan cairan yang memiliki sifat volatil sedang, yaitu pada 25 C, tekanan uapnya 23,8 mmHg. Tekanan uap cairan, hanya akan bergantung pada suhu. Hal ini dikarenakan oleh tekanan uap akan meningkat, sejalan dengan meningkatnya suhu (Petrucci, 1987).

Proses distilasi akan menghasilkan dua macam bahan, yaitu:

Residu, merupakan bagian cairan yang tidak ikut menguap, karena lebih banyak mengandung komponen yang non-volatile. Pada akhir proses distilasi, bagian ini akan tertinggal dalam labu destilasi.

Condensate atau distillate, merupakan uap hasil pendidihan yang mencair kembali, yang ditampung dalam labu pengumpul. Distilat merupakan bahan murni yang diinginkan.

Smith (1991)

Proses distilasi dikerjakan dengan menggunakan kolom-kolom distilasi. Pada jarak tertentu kolom-kolom dilengkapi dengan pelat-pelat yang mempunyai buble cup (tutup/sungkup gelembung). Pelat-pelat ini berguna untuk memisahkan fraksi-fraksi yang mempunyai trayek titik didih tertentu. Mula-mula cairan dipanaskan pada suhu tertentu, kemudian dipompakan ke dalam kolom distilasi. Sebagian cairan akan menguap dan naik ke atas melalui buble cup. Pada buble cup ini uap cairan yang mempunyai titik didih tinggi diembunkan dan mencair. Uap yang tidak mencair akan naik terus ke atas dan mencair pada saat melalui buble cup akan keluar sebagai gas, langsung keluar dari kolom bagian atas (Busch et al., 1978).

Distilasi adalah suatu metoda operasi yang digunakan pada proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan panas sebagai tenaga pemisah. Secara sederhana, proses pemisahan secara distilasi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu

1. Proses penguapan / penambahan sejumlah panas ke dalam larutan yang akan dipisahkan.

2. Proses pembentukan phase seimbang.

3. Proses pemisahan kedua phase seimbang.

Pada proses distilasi, phase uap akan segera terbentuk setelah larutan dipanaskan. Uap dan cairannya dibiarkan mengadakan kontak sehingga dalam waktu yang relatif cukup semua komponen yang ada dalam larutan akan terdistribusi dalam kedua phase membentuk keseimbangan fisik. Setelah keseimbangan fisik dapat dicapai, uap segera dipisahkan dari cairannya kemudian dikondensasikan membentuk embunan atau distilat. Pada keadaan seimbang, komposisi distilat tidak sama dengan residunya (Perry, 1950)

Menurut Graham & Cragg (1956), destilasi sederhana merupakan cara yang penting dan sangat efektif dalam pemurnian cairan ketika cairan non-volatile tidak murni. Bila komponen dalam larutan beberapa bersifat volatile, distilasi sedehana tidak akan memisahkannya. Meski demikian, pemisahan dapat dipengaruhi oleh proses yang dikenal dengan distilasi fraktional. Ketika larutan dipanaskan komponen yang lebih volatile terdistilasi lebih mudah; karena pendinginan terjadi terlebih dahulu pada komponen yang lebih rendah titik didihnya. Bila destilasi dilanjutkan, suhu cairan meningkat dan zat yang titik didihnya lebih tinggi terdistilassi kemudian.

Semakin volatile suatu substansi maka waktu yang dibutuhkan juga semakin singkat, sedangkan semakin non-volatil suatu substansi maka waktu yang diperlukan juga semakin lama. Waktu penguapan cairan juga bergantung pada banyaknya tahap penguapan yang terjadi, bila semakin banyak tahapnya maka waktu penguapannya juga semakin lama Sumo (1992).

Macam-macam distilasi adalah:

1. Fractional destilation / penyulingan bertingkat yaitu pemisahan campuran melalui penyulingan. Dilakukan dengan kolom tegak panjang (kolom fraksionasi) yang disambung dengan labu didih yang telah diisi manik kaca. Uap cairan akan naik ke atas bersamaan dengan cairan yang turun. Peristiwa ini terjadi pada proses penyulingan minyak bumi dengan menara yang tinggi.

2. Steam destilation / penyulingan uap adalah metode penyulingan cairan yang tidak dicampur dengan air. Caranya dengan menghembuskan uap panas ke dalamnya.

3. Destructive destilation / penyulingan memusnah adalah proses memanaskan bahan organik kompleks tanpa udara sehingga bahan terpecah-pecah menjadi campuran produk atsiri yang kemudian diembunkan dan dikumpulkan. Dahulu destructive destilation dilakukan pada batu bara untuk menghasilkan kokas, gas batu bara yang merupakan bahan dasar dalam proses industri kimia (Daintith, 1999).

Secara teori, kita tidak akan pernah memperoleh hasil pemisahan dengan spesifikasi absolut murni, karenanya proses pemisahan secara distilasi dimaksudkan untuk menghasilkan dua macam produk atau lebih dengan kemurnian tertentu tergantung dari segi ekonominya. Kenyataan menunjukkan bahwa campuran biner tidak pernah ada, bahkan campuran tiga komponen jarang sekali dijumpai. Meski demikian, distilasi campuran biner dapat memberikan pengertian yang cukup mendasar sebelum mamahami lebih jauh tentang distilasi multi komponen (Williamson, 1994).

Hukum Raoult menyatakan bahwa pencampuran dari dua larutan biasanya akan menghasilkan titik didih yang berada di antara kedua titik didih dari larutan murninya. Sedangkan Hukum Dalton menyatakan bahwa fraksi mol uap dari larutan yang diketahui temperaturnya sama dengan tekanan parsial larutan tersebut dibagi dengan tekanan total. Jadi untuk memisahkan campuran 2 larutan secara sempurna harus dilakukan disitlasi secara berulang-ulang. Bagian penting yang sangat berpengaruh dari sebuah distilasi adalah tingkat di mana distilasi tersebut diterapkan. Mempraktekkan sebuah distilasi pada bahan-bahan berukuran mikro dan kecil sangat susah untuk dilakukan. Oleh sebab itu diperlukan alat bantu lain seperti kromatografi untuk menjalankan distilasi (Fieser et all, 1992).

Tekanan uap komponen murni suatu larutan ideal biasanya berbeda, dan karena alasan ini maka larutan akan memiliki komposisi berbeda dengan fase uapnya yang berkesetimbangan dengannya. Cairan dan uap yang berkesetimbangan ini memiliki komposisi yang berbeda dan uapnya lebih kaya komponen. Jika uap ini dipindahkan dan diembunkan akan menjadi cairan. Uap dalam kesetimbangan dengan larutan baru ini masih akan lebih kaya dengan komponen lainnya dan diperlukan proses distilasi bertingkat, yakni proses di mana komponen-komponennya secara bertingkat diuapkan dan diembunkan (Oxtoby et all, 1999).Distilasi dilakukan dengan dua tujuan, yaitu memurnikan cairan dan memisahkan cairan. Proses pemisahan dapat terjadi karena perbedaan volatilitynya atau kemudahan membentuk uap suatu cairan (Bruce, 1965).

keterangan::

1 - pendidih

2 - kolom

3 kepala kolom

4 alat untuk mengukur tiupan refluk

5 alat untuk mengukur tingkat kondensasi

6 - kondenser

T1, T2 - termometer

T3 termokopel berlapis

P pengukur tekanan vakum

P pengukur perbedaan tekanan

H1, H2 tingkat pengukuran

V1, V2, V3 katup

(Lisy, 2003)

Pada destilasi digunakan pecahan kaca sebagai batu didih yang berguna untuk mempercepat proses reaksi dan membuat titik didihnya larutannya stabil. Distilasi akan terus berlanjut sampai sesuai dengan yang diinginkan, yaitu pemisahan tunggal. Apabila yang terdistilasi sebagian, maka sebaiknya dilakukan distilasi kembali, sisa dari pemisahan tersebut adalah komponen yang bersuhu tinggi. Distilasi yang sering dilakukan kembali diharapkan untuk mencapai pemisahan distilasi yang efisien dan pembentukan cairan yang murni (Hardjono,1987).

Semakin volatile suatu substansi maka waktu yang dibutuhkan juga semakin singkat, sedangkan semakin non-volatil suatu substansi maka waktu yang diperlukan juga semakin lama. Titik didih yang rendah mempunyai tekanan yang tinggi, dengan tekanan yang lebih tinggi maka suatu cairan akan lebih mudah menguap dan fase uapnya akan akan mengandung lebih banyak komponen-komponen yang mudah menguap (Badger, 1955).

Ada 2 metode untuk memisahkan 2 larutan seperti minyak dari komponen campuran minyak daun teh. Yaitu dengan cara ekstraksi dan dengan cara hidrodestilasi. Teknik destilasi bisa didapatkan 88% dan 82% dari minyak yang diekstraksi. (Journal, 2000)

1.2. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan : Mengetahui cara memurnikan dan memisahkan cairan yang berbeda. Mengetahui titik didih air dan aceton. Mengetahui volatilitas cairan. Memisahkan suatu cairan .Memurnikan cairan .Mengetahui proses distilasi dan hubungannya dengan volatilitas suatu cairan. Mengetahui titik didih cairan volatile atau non volatile.Mengetahui prinsip dasar destilasi.Mengetahui perbedaan distilasi sederhana dan distilasi campuran.

2. MATERI DAN METODA

2.1. Materi

2.1.1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Perangkat destilasi (labu destilasi, labu penampung, dan labu pendingin), Termometer, Pipet ukur , stop watch dan Pemanas listrik.

2.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah : air dan aceton 98%

2.2. Metoda

2.1.1 Distilasi Sederhana

40 ml air dimasukkan ke dalam labu distilasi kemudian dipanaskan dan dibiarkan hingga menguap dan distilat ditampung pada collector. Pada labu distilasi dimasukkan batu didih (keramik).Proses distilasi dihentikan sampai kira-kira 10% cairan masih tersisa dalam labu distilasi (residue).Waktu terselesaikannya proses distilasi dan suhu didih air diamati dan dicatat.Langkah-langkah di atas diulangi untuk empat puluh mililiter larutan aceton 98%.

2.1.2 Distilasi Larutan (Campuran)

40 ml aquades dan 40 ml aseton hasil dari proses distilasi terpisah yang telah dilakukan sebelumnya, dimasukkan pada labu distilasi.Dilakukan proses distilasi seperti langkah 2.2.1. Proses dilanjutkan sampai suhu 950C, lalu bunsen dimatikan.

3. HASIL PENGAMATAN

DestilatTitik DidihWaktu

Awal (C)Akhir (C)Awal didihAkhir destilasi

Air kel : 1+2506032:051:26:25

3+4406237:361:45:13

5+6446044:502:37:15

7+8435642:342:28:28

Aceton kel : 1+2465323:1746:17

3+4485224:2357:56

5+6424810:3244:28

7+8315218:1034:41

Air+aceton kel : 1+2484930:0049:00

3+4465026:5453:34

5+6485011:5837:16

7+8425030:421:25:52

4. PEMBAHASAN

Menurut Petrucci (1989), bahwa destilasi itu sebenamya proses penguapan cairan yang diikuti dengan. pencairan uap yang terbentuk kemudian hasilnya ditampung dengan tabung atau tabung pengumpul. Hal ini sesuai dengan percobaan dimana saat melakukan percobaan destilasi digunakan alat yang terdiri dari labu destilasi, labu penampung dan labu pendingin. Labu destilasi digunakan untuk menguapkan cairan, labu pendingin untuk mendinginkan uap yang terbentuk, lalu labu penampung untuk menampung hasil destilasi yang terbentuk. Hal serupa juga diungkapkan oleh Daintih (1999) bahwa Distilasi adalah proses pendinginan, pengembunan dan pencairan dan pengumpulan uapnya. Cairan yang terkumpul disebut destilat sedangkan sisanya disebut dengan residu..

Destilasi yang biasa dilakukan dalam proses kimia mempunyai 2 macam tujuan, yaitu untuk memurnikan cairan dan memisahkan cairan. Sebagai contoh dari proses pemurnian adalah bahwa destilasi digunakan pada proses pemurnian air yaitu dengan membersihkan air dari bahan-bahan lain yang mengotori berdasarkan perbedaan volatilitas dan bisa diperoleh hasil berupa aquades atau air hasil destilasi. Sedangkan contoh dari proses pemisahan cairan adalah memisahkan cairan dari golongan alkohol yaitu aceton dengan air yang bercampur didalamnya dan disini juga digunakan prinsip perbedaan volatilitas (Graham & Cragg, 1956).

Pada percobaan destilasi aquades dan destilasi aseton dilakukan untuk memurnikan cairan-cairan tersebut, sedangkan pada distilasi larutan campuran aquades dan aseton dilakukan untuk memisahkan cairan antara aquades dan aseton. Karena aseton dan aquades merupakan dua jenis cairan yang berbeda, maka pemisahannya dilakukan berdasarkan kemudahan membentuk uap cairannya yang disebut dengan volatilitas cairan (Bruce, 1965).

Percobaan pertama adalah distilasi air. Pada distilasi air, waktu yang digunakan untuk mendidihkan cairan tersebut pertama kali adalah 32 menit 5 detik, dengan suhu awal 500C. Sedangkan waktu akhir (sampai cairan pada labu distilasi tinggal 10 %) yang dibutuhkan adalah 1 jam 26 menit 25 detik, dengan suhu akhir 60 0 C. Pada destilasi air, cairan yang ada pada labu penampung disebut distilat, sedangkan cairan yang tersisa pada labu distilasi, yang tidak ikut menguap disebut residue. Karena cairan yang didistilasi hanya 1 cairan dan bukan merupakan campuran, hasil destilat merupakan cairan murni dan residunya juga berupa cairan tetapi tidak murni karena mungkin saja bercampur dengan cairan lain dengan komposisi yang sedikit. Demikian pula halnya dengan percobaan kedua yang menggunakan aceton, distilatnya merupakan aceton murni dan residunya merupakan aceton yang tidak murni.(Daintith, 1999).

Percobaan ke tiga adalah destilasi larutan campuran aquades dan aseton. Pada destilasi ini waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan larutan cairan pertama kali adalah 30 menit dengan suhu awalnya 48 0 C. Sedangkan waktu akhir yang dibutuhkan adalah 49 menit dengan suhu akhir 49 0 C. Pada destilasi ini, yang tertinggal pada labu distilasi adalah cairan aquades yang merupakan residue, sedangkan yang berada pada labu pengumpul adalah cairan aseton yang merupakan distilatnya. Cairan aseton yang ada pada labu pengumpul merupakan aseton murni .(Daintith, 1999).

Dari ketiga percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa masing-masing cairan memiliki perbedaan titik didih. Cairan yang memiliki titik didih tinggi akan memerlukan waktu yang lama untuk mendidihkannya dan menguapkannya. Cairan yang digunakan dalam percobaan adalah air dan aceton. Dapat dikatakan bahwa aceton memiliki titik didih yang lebih rendah dibandingkan dengan air dan aceton juga dikatakan lebih volatile dibanding air karena waktu yang dibutuhkan untuk menguapkan aceton lebih singkat dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menguapkan air. Sehingga pada percobaan distilasi campuran antara air dan aceton, yang ada dalam tabung distilat adalah cairan aceton yang lebih volatile dibandingkan dengan air. Hal ini sesuai dengan teori bahwa untuk memisahkan suatu campuran dapat dilihat dari sifat fisik masing-masing larutan. (Harjono, 1997).Hal serupa juga dikatakan bahwa prinsip kerja distilasi, adalah dengan memanaskan campuran, hingga mencapai suhu yang sama dengan titik didih salah satu komponen yang titik didihnya lebih rendah. Komponen yang mendidih terlebih dahulu, kemudian akan didinginkan uapnya, sehingga mengalami kondensasi, dan kembali menjadi cairannya. Dalam percobaan juga diterapkan hal yang serupa dengan menggunakan alat distilasi yang prinsip kerjanya berdasarkan perbedaan volatilitas cairan (Surakitti, 1996).Hal serupa juga diungkankan oleh Solomon bahwa cairan yang memiliki titik didih rendah dan mudah menguap akan terkumpul dalam tabung distilat.Pada percobaan dilakukan dua macam destilasi, yaitu destilasi sederhana dan distilasi larutan atau kompleks. Menurut Petrucci (1992), ada dua macam destilasi, yang pertama adalah destilasi sederhana, bila yang didestilasi yaitu satu jenis zat dan biasanya bertujuan untuk memurnikannya. Pada percobaan, distilasi sederhana dilakukan pada 1 cairan saja yaitu air saja dan aceton saja. Destilasi yang kedua adalah destilasi kompleks dimana zat yang didestilasi ada dua jenis, biasanya bertujuan untuk memisahkan beberapa cairan. Pada percobaan, destilasi kompleks dilakukan pada distilasi campuran antara air dan aceton. Destilasi sederhana merupakan cara yang penting dan sangat efektif dalam pemurnian cairan ketika cairan non-volatile tidak murni. Bila komponen dalam larutan beberapa bersifat volatile, distilasi sedehana tidak akan memisahkannya. Meski demikian, pemisahan dapat dipengaruhi oleh proses yang dikenal dengan distilasi fraktional. Ketika larutan dipanaskan komponen yang lebih volatile terdistilasi lebih mudah; karena pendinginan terjadi terlebih dahulu pada komponen yang lebih rendaah titik didihnya. Bila destilasi dilanjutkan, suhu cairan meningkat dan zat yang titik didihnya lebih tinggi terdistilasi kemudian (Graham & Cragg, 1956). Menurut Daintith (1999) Fractional destilation (penyulingan bertingkat), yaitu pemisahan campuran melalui penyulingan. Dilakukan dengan kolom tegak panjang (kolom fraksionasi) yang disambung dengan labu didih yang telah diisi manik kaca. Uap cairan akan naik ke atas bersamaan dengan cairan yang turun.

Dari hasil percobaan tersebut, tampak bahwa aseton merupakan cairan yang paling volatil, dibandingkan air dan larutan antara air dan aseton. Hal ini ditunjukkan dari rendahnya titik didih akhir aseton, yaitu 31 (C. Meskipun ada juga larutan air dan aseton yang mendidih pada suhu yang sama dengan larutan aceton yaitu 42 (C, namun waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu didihnya berbeda cukup jauh dari waktu yang dibutuhkan oleh aseton untuk mendidih. Perbedaan waktu ini dikarenakan pada saat pendistilasian antar kelompok tidak dilakukan bersamaan. Dan perbedaan titik didih masing-masing larutan berbeda karena kekurangtelitian praktikan,karena cairan sudah mendidih beberapa saat, suhunya baru diukur.Selain itu, Menurut Graham (1956), terdapatnya perbedaan titik didih pada air sebelum dan setelah distilasi, dikarenakan oleh terdapatnya perbedaan kevolatilan dari air itu sendiri. Selain itu, ditambahkan juga oleh Graham (1956), bahwa distilasi dilakukan untuk memisahkan cairan, khususnya cairan dari golongan alkohol dengan air yang bercampur di dalamnya. Prinsip utama dari distilasi, adalah perbedaan volatilitas. Graham (1956), juga menyebutkan bahwa proses pemurnian air, adalah dengan membersihkan air dari bahan-bahan lain yang mengotori, sehingga didapatkan aquades, atau air hasil distilasi. Terkontaminasinya air dengan kototran-kotoran dari luar, akan menyebabkan air memiliki titik didih yang berbeda.

Menurut Mondy (1980), cairan yang mempunyai tekanan uap tinggi dikatakan cairan yang volatile, sedangkan cairan yang tekanan uapnya rendah, dikatakan cairan yang non volatile. Pada proses destilasi larutan campuran aseton dan aquades, cairan yang dikatakan sebagai cairan yang non volatile adalah aquades, karena aquades tekanan uapnya rendah, sehingga proses penguapannya berjalan lambat. Cairan yang non volatile akan tertingal pada tabung destilasi, sama seperti aquades yang tertinggal pada tabung destilasi. Sedangkan aseton dikatakan sebagai cairan yang volatile, karena tekanan uapnya tinggi, sehingga akan lebih cepat menguap. Cairan yang volatile akan terkumpul pada labu penampung.

Di dalam pemanasan cairan seharusnya ditambahkan batu didih yang berfungsi untuk mempercepat pemanasan dan mencegah pendidihan yang mendadak. Hal ini sesuai dengan teori Menurut Petrucci (1992), batu didih yang ditambahkan pada cairan dalam labu akan ikut bergerak dan menimbulkan gesekan sehingga akan mempercepat proses pemanasan atau pendidihan. Dalam pemanasan cairan biasanya ditambahkan batu didih (boiling chips) untuk mencegah pendidihan yang mendadak (bumping) selain itu, batu didih juga berfungsi untuk mempercepat pendidihan cairan pada labu distilasi. Batu didih yang berpori perlu diganti setiap kali akan melakukan distilasi kembali . karena percobaan yang dilakukan tidak menggunakan batu didih, maka percobaan membutuhkan waktu yang sangat lama (Mondy, 1980).

Dari hasil pengamatan waktu yang digunakan dalam destilasi masing-masing cairan, dapat dilihat, bahwa waktu destilasi aceton paling singkat/ paling cepat. Sedangkan destilasi air memerlukan waktu paling lama/ paling banyak. hal ini disebabkan karena tekanan uap aquades lebih rendah daripada tekanan uap aceton, yang mengakibatkan waktu terjadinya uap air juga lama. Sedangkan pada destilasi campuran aceton dan air, waktunya berada ditengah-tengah waktu destilasi aceton dan air, karena destilasi yang dilakukan menggunakan 2 jenis cairan yang berbeda titik didihnya. Jika suatu cairan dicampurkan dengan air, maka titik didih cairan tersebut akan lebih tinggi daripada titik didih air. Makin pekat suatu larutan, maka titik didihnya akan semakin tinggi (Sastrawijaya, 1976).

Menurut Perry (1950) bahwa sifat-sifat komponen murni yang terdapat dalam campuran maupun sifat campurannya itu sendiri menentukan methoda operasi pemisahan yang digunakan. Pada umumnya, proses pemisahan secara distilasi dengan mudah dapat dilakukan terhadap campuran yang terdiri dari komponen-komponen :

1. Mempunyai sifat penguapan relatif (= () yang tinggi

2. Mempunyai perbedaan titik didih yang cukup

3. Tidak membentuk campuran azeotrop.

Hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan dimana titik didih yang dimiliki oleh aseton dan air mempunyai perbedaan yang cukup jauh untuk dilakukan destilasi yang bertujuan memisahkan kedua cairan tersebut. Hal serupa juga diungkapkan oleh Solomon (1987), bahwa pemisahan atau pemisahan sebagian dari 2 atau lebih komponen cair dari campurannya dapat terjadi karena titik didih dari 2 subtansi tersebut cukup jauh perbedaanya. Harjono (1997) juga menambahkan bahwa distilasi digunakan untuk memisahkan campuran dari cairan yang memiliki titik didih yang tidak sama. Pemisahan masingmasing zat yang menyusun suatu campuran dapat dilakukan berdasarkan sifat fisiknya, terutama perbedaan titik didihnya atau titik embunnya. Semakin pekat larutan tersebut, maka semakin tinggi titik didihnya dan sulit didistilasi. Seperti halnya proses yang dilakukan untuk mendapatkan minyak murni dari daun teh dapat dilakukan dengan metode destilasi.5. KESIMPULAN

Prinsip kerja distilasi adalah pemisahan cairan baik cairan berupa cairan homogen maupun cairan heterogen berdasarkan volatilitas cairan tersebut. Aceton memiliki titik didih lebih rendah dibandingkan dengan air dan lebih volatil dibandingkan dengan air. Waktu yang dibutuhkan masing-masing cairan untuk mendidih dan menguap berbeda karena adanya perbedaan titik didih dan titik uap masing-masing cairan. Perbedaan waktu dan titik didih pada cairan yang sama pada percobaan dapat terjadi karena kesalahan paralaks dan karena adanya kontaminan yang berbeda pada cairan. Cairan yang terkumpul dalam tanung destilat adalah cairan yang memiliki tekanan uap tinggi. Destilasi sederhana dilakukan untuk memurnikan cairan. Destilasi campuran dilakukan untuk memisahkan cairan yang bercampur secara homogen. Semakin tinggi tekanan uap suatu zat semakin rendah titik didihnya dan semakin volatil zat tersebut.

6. DAFTAR PUSTAKA

Badger, W.L., Banchero, J.T. (1955). Introduction To Chemical Engineering. Mc Graw-Hill Book Company, Inc. New York.

Busch, D. H. ; H. Shull & R. T. Gonley. (1978). Chemistry 2nd ed. Allyn and Bacon, Inc. Boston.

Bruce, H. Mahan. (1965). University Chemistry. Addison Westly Publishing Company Inc. London.

Chang, R. (1991). Chemistry 4th ed. Mc Graw-Hill Book Company, Inc. New York.

Daintith, J. (1999). Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.

Fieser, L. F & K. L. Williamson. (1992). Organic Experiments 7th Edition. D. C. Heath and Company, USA.Graham, R. P. & L. H. Cragg. (1956). The Essentials of Chemistry. Holt, Rinehart, and Winston, Inc. Kanada.

Harjono. (1997). Ilmu Kimia. Aneka Ilmu. SemarangHein, M.(1992). Chollege Chemistry 5th ed. Brooks Cole Publishing Company. California.

Lisy, F. (2003). Separation and purification of UF6 from Volatile fluorides by rectification. Czech Replubic

Mondy, I. Neil. (1980). Experimental Food Chemistry. Avi Publishing Company, Inc. Wesport.

Oxtoby, D. W. ; Gillis, H. P. & N. H. Nachtrieb. (1999). Prinsip-Prinsip Kimia ModernPerry, J. H. (1950). Chemichal Engineers Handbook 3rd Edit. McGraw Hill Book. New YorkPetrucci, R. (1987). Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan. Erlangga. Jakarta.

Petrucci, R. (1992). Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Sastrawijaya, T. (1976). Ilmu Kimia I. Depdikbud. Jakarta.

Smith, J. ( 1991 ). Food Additive Users Handbook. Blackie and Son Ltd. London.

Solomon, S. 1987. Introduction to General and Biological Chemistry. McGraw-Hill. US of America

Sumo, U. F. (1992). Pengantar Kimia Organik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Surakitti. (1996). Kimia. Intan Pariwara. Jakarta.

Williamson, K. D. (1994). Macroscale and Microscale Organic Experiments 2nd Edition. D. C. Heath & Co, Toronto.Journal Agricultural. (2000). Comparison of Oil Recovered from Tea Tree Leaf by Ethanol Extraction and Steam Disstilation. Food Chemistry.

7. LAMPIRAN

_1117477527.unknown