Dermatitis Kontak Iritan
-
Upload
r-ifan-arief-fahrurozi -
Category
Documents
-
view
100 -
download
2
description
Transcript of Dermatitis Kontak Iritan
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Gatal-gatal (Pruritus) adalah suatu perasaan yang secara otomatis membuat
tangan melakukan penggarukan. Kegiatan penggarukan yang dilakukan secara terus
menerus bisa menyebabkan kemerahan dan goresan dalam pada kulit. Jangan dikira jika
menggaruk kulit yang gatal, maka rasa gatal tersebut akan hilang. Penggarukan secara terus
menerus pada kulit bisa mengiritasi kulit yang selanjutnya akan menyebabkan
bertambahnya rasa gatal dan bahkan jangka panjang bisa menyebabkan terjadinya jaringan
parut dan penebalan pada kulit sehingga terkadang membentuk bentol-bentol yang berisi
pada kulit yang gatal tersebut. Penyebab Gatal bisa bermacam-macam. Bisa disebabkan
oleh suatu penyakit kulit maupun penyakit sistemik, dan bisa juga disebabkan oleh
beberapa hal seperti karena gigitan serangga, kaligata, dermatitik atopik, dermatitis kontak,
dermatitis alergika dan infestasi parasit seperti skabies dan pedikulosis.
Selain penyebab diatas, gatal-gatal juga dapat terjadi karena alergi dan juga kontak dengan
bahan pakaian tertentu seperti wol dan sebagainya. Cuaca yang panas juga bisa
menyebabkan gatal-gatal terutama pada daerah lembab seperti selangkangan karena
banyaknya keringat.
Untuk mengatasi penyakit gatal maka kita perlu mengetahui penyebab dari gatal-gatal
tersebut untuk kemudian dilakukan tindakan pengobatan. Dengan diketahuinya penyebab
gatal, maka bisa diberikan jenis pengobatan yang tepat. Jika kulit meradang, bisanya
diberikan krim atau lotion pelembab yang tidak berbau dan berwarna, sebab pewarna atau
aroma tambahan bisa mengiritasi kulit dan menyebabkan gatal-gatal.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang pria berusia 25 tahun, datang ke poliklinik kulit dan kelamin rumah sakit tempat
anda bekerja dengan keluhan gatal ditelapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri,
telapak dan punggung kaki kiri dan kanan sejak 7 hari yang lalu. Gatal disertai kulit
kemerahan, bersisik dan mengelupas. Pasien bekerja ditempat pencucian motor dan mobil
sejak 1 bulan yang lalu dengan jam bekerja jam 08.00 sampai jam 21.00.pada saat mencuci
motor atau mobil dia tidak menggunakan sepatu khusus.
Pasien mengatakan bahwa ditempat-tempat yang gatal tersebut mengalami penebalan kulit
dengan lipatan kulit yang kasar dan kering, kemudian oleh pasien diberi obat salep 88yang
dibeli di warung akan tetapi gatal tidak mengalami perbaikan dan bahkan kulitnya muncul
retak-retak. Pasien menyangkal pernah menderita penyakit yang sama, dan tidak ada
riwayat alergi. Dianggota keluarga, teman-teman ditempat kerja tidak ada yang menderita
penyakit yang sama.
3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
STATUS GENERALIS
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Gizi : Baik
Vital Sign :
Tekanan Darah: 130/80 mmHg
Nadi : 81x permenit
RR : 18x permenit
Suhu : Afebris
Kepala : Normocephali
Rambut : Hitam, Distribusi merata
Status Dermatologi
Tangan
Lokasi : dorsum dan palmar manus dextra dan sinistra
Efloresensi : eritema, erosi, likenifikasi, fissure, skuama kasar berwarna putih
Ukuran : plakat, batas tidak tegas
Lesi : multiple, bentuk tidak teratur, difus, menimbul dari permukaan dan kering
Kaki
Lokasi : dorsum dan plantar pedis dextra dan sinistra
Efloresensi : eritema, erosi, likenifikasi, fissure, skuama kasar berwarna putih
Ukuran : plakat, batas tidak tegas
Lesi : multiple, bentuk tidak teratur, difus, menimbul dari permukaan dan kering
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap
Hb : 13 g/dL
Ht : 36%
Trombosit : 150.000/µl
Leukosit : 11.000/µl
Hitung Jenis : 0/2/4/59/28/7
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan Patch Test (uji tempel) : Negatif ( - )
Pemeriksaan KOH 10% : Hifa dan Artospora Negatif ( - )
Histopatologi :
Hiperkeratosis dengan area parakeratosis, akantosis dan perpajangan rete ridges.
5
BAB III
PEMBAHASAN
Anamnesis
Identitas pasien
Nama : Tn. X
Usia : 25 tahun
Pekerjaan : Pencuci mobil dan motor
Status : -
Keluhan utama : gatal-gatal ditelapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri, telapak dan
punggung kaki kiri dan kanan sejak 7 hari yang lalu
Riwayat penyakit sekarang:
Gatal disertai kulit kemerahan, bersisik dan mengelupas
Riwayat penyakit dahulu:
Penebalan kulit dengan lipatan kulit yang kasar dan kering, kemudian oleh pasien
diberi obat salep 88 yang dibeli di warung akan tetapi gatal tidak mengalami
perbaikan dan bahkan kulitnya muncul retak-retak.
Riwayat kebiasaan:
Mencuci kendaraan tanpa menggunakan sepatu khusus
6
Dari hasil anamnesis pasien didapatkan bahwa :
Masalah Keterangan Hipotesis
Gatal telapak tangan,
punggun tangan kanan dan
kiri, telapak dan punggung
kaki kanan dan kiri sejak 7
hari yang lalu
Berarti gatal tersebut masih
dalam fase akut
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis Kontak Alergi
Infeksi Jamur
Gatal disertai kulit
kemerahan, bersisik dan
mengelupas.
Menandakan adanya Eritema
dan Skuama
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis Kontak Alergi
Psoriasis
Bekerja mencuci motor
atau mobil tidak
menggunakan sepatu
khusus
Kemungkinan kontak dengan
bahan-bahan kimia seperti
sabun langsung pada kulit.
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis Kontak Alergi
Penebalan kulit dengan
lipatan kulit yang kasar
dan kering
Menandakan adanya
likenifikasi
Dermatitis Kontak stadium
kronis
Infeksi Jamur
7
Kulitnya muncul retak-
retak
Menandakan adanya fissura Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis Kontak Alergi
Anamnesis Tambahan
Adapun anamnesis yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis adalah:
Riwayat Penyakit Sekarang
1. Apakah Gatal malam hari atau tidak?
2. Apakah ada alergi makanan?
3. Apakah ada alergi obat-obatan?
4. Obat apa saja yang sudah diberikan?
5. Apakah gatal muncul setelah terkena kontak dengan suatu zat?
6. Apakah gatal dan gejala lain mengenai bagian tubuh yg lain?
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Apakah dahulu pernah mengalami keluhan yang sama dengan saat ini?
2. Apakah memiliki penyakit selain alergi?
Riwayat Penyakit Keluarga
1. Apakah ada dari anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama?
Hal ini perlu ditanyakan dengan tujuan mengeliminasi kemungkinan penyakit yang
bersifat herediter dan penyakit yang disebabkan karena terjadinya penularan antar
anggota keluarga.
8
Riwayat Sosial Ekonomi
1. Bagaimana dengan kondisi tempat tinggalnya?
2. Bagaimana suasana lingkungan kerja?
3. Bagaimana kebiasaan kehidupannya sehari-hari?
4. Apakah selalu menjaga kebersihan badan?
Perlu ditanyakan sebagai dasar pertimbangan atas status social ekonomi pasien dan juga
untuk membantu dalam keberhasilan penatalaksanaanya.
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum: Baik
Keadaan umum pasien yang masih sadar mengindikasikan normalnya fungsi otak dan
pasokan oksigen yang baik ke otak dan kemungkinan pasien tidak mengalami
gangguan sistemik.
- Tanda Vital : Suhu afebris, TD 130/80 mmHg, Nadi 81x/menit, Pernafasan
18x/menit.
Suhu tubuh mencapai 36.5 – 37,2 C dapat diindikasikan sebagai afebris yaitu normal,
denyut nadi pasien normal, frekuensi nafas normal. Tekanan darah 130/80 mmHg
menandakan Prehipertensi.
- Status Generalisata
a) Kepala
1) Kepala : Normocephali Normal
2) Rambut : Hitam, distribusi merata Normal
9
- Status Dermatologi
- Tangan
a. Lokasi : dorsum dan palmar manus dextra dan sinistra
b. Efloresensi : eritema, erosi, likenifikasi, fissure, skuama kasar berwarna
putih
c. Ukuran : plakat, batas tidak tegas
d. Lesi : multiple, bentuk tidak teratur, difus, menimbul dari
permukaan dan kering
- Kaki
a. Lokasi : dorsum dan plantar pedis dextra dan sinistra
b. Efloresensi : eritema, erosi, likenifikasi, fissure, skuama kasar berwarna
putih
c. Ukuran : plakat, batas tidak tegas
d. Lesi : multiple, bentuk tidak teratur, difus, menimbul dari
permukaan dan kering
- Diperiksa untuk mengetahui bagian-bagian/ region-regio yang terdapat kelainan
pada kulitnya. Dan juga untuk mengetahui sampai mana penyebarannya. Ada
beberapa penyakit kulit yang timbul pada bagian-bagian/region-regio khas seperti
Dermatitis Kontak yang selalu di tangan dan kaki.
10
- Pada kaki terdapat efloresensi fisura (retak-retak) yang diakibatkan oleh pemberian
salep 88. Dimana salep tersebut mengandung asam salisilat yang dapat
mengakibatkan keratolisis pada kulit. Kadar asam salisilat pada salep 88 cukup
tinggi sehingga dapat menimbulkan gejala tersebut.
Patofisiologi Klinis
Bahan Iritan
Merusak Membran Lemak
Mengaktifkan fosfolipasi
Melepaskan
AA (Asam Arakidonat) DAG (Diasilgliserol)
Prostaglandin Leukotrien Stimulasi IL-1
Mengaktifkan Sel T Penolong
Induksi Aktivasi
Vasodilatasi Sel Mast Mengeluarkan IL-2
Pem. Darah
Turnover Epidermis
Permeabilitas Melepaskan
11
Pemb. Darah histamine Laju mitosis dan jumlah
Meningkat Sel germinativum meningkat
Merangsang Saraf
Eritema Perifer Sel diatasnya terdorong ke
Permukaan lebih cepat
Lanjut ke saraf
Sensorik Sel yang belum matur menumpuk di kulit
Gatal Pengelupasan kulit lebih cepat
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi Keterangan
Hb 13 gr/dl 13-16 gr/dl Normal -
Ht 36% 36-48% Normal -
Leukosit 11.000/ul 5000-1000/ul Meningkat Inflamasi
Basofil 0 0-1 Normal -
Eosinofil 2 1-3 Normal -
Netrofil batang 4 2-6 Normal -
Netrofi segmen 59 50-70 Normal -
Limfosit 28 20-40 Normal -
Monosit 7 2-8 Normal -
12
Pemeriksaan Penunjang
1) Patch Test (Uji Tempel)
Ditemukan hasil NEGATIF, dengan ini hipotesa kami untuk Dermatitis Kontal
Alergi dapat disingkirkan.
2) Pemeriksaan KOH 10%
Didapatkan hasil berupa Hifa dan Artospora NEGATIF, sehingga hipotesa kami
untuk infeksi jamur jug dapat disingkirkan.
3) Histopatologi
Ditemukan adanya Hiperkeratosis dengan area parakeratosis, akantosis dan
perpanjangan rete ridges. Kemungkinan kulit pasien terjadi mitosis berlebihan
sehingga sel-sel keratinosit berinti yang seharusnya belum mencapai stratum
korneum sudah terlihat lebih dahulu dan menonjolnya lapisan epidermis ke arah
lapisan dermis (rete ridges) yang menunjukkan gejala khas dari dermatitis kontak
iritan.
Diagnosis Kerja
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan penunjang, maka
kelompok kami menyimpulkan bahwa pasien tersebut menderita penyakit
Dermatitis Kontak Iritan Kumulatif.
Diagnosis Banding
Dermatitis Kontak Alergi
13
Komplikasi
1) Infeksi Sekunder
2) Ulkus
Penatalaksanaan
Non Medika Mentosa
- Menggunakan alat pelindung seperti sepatu khusus, sarung tangan khusus saat
bekerja agar tidak terjadi kontak langsung dengan bahan iritan
- Bila gatal, jangan digaruk. Dikhawatirkan dapat menyebabkan luka dan inflamasi
semakin parah.
Medika Mentosa
- Steroid Topikal Krim
Sebagai anti inflamasi, menghambat inflamasi dini yaitu edema, deposit fibrin,
dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang.
Menghambat inflamasi lanjut yaitu proliferasi kapiler dan fibroblast, pengumpulan
kolagen dan pembentuk sikatriks (jaringan parut).
- Antihistamin
Digunakan untuk mengatasi gatalnya, terapi ini hanya diberikan jika pasien sudah
benar-benar gatal dan tidak mampu menahan gatalnya.
14
Prognosis
Ad vitam : Ad Bonam
Ad fungtionam : Ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad kosmetika : Ad Bonam
Berdasarkan hasil diskusi kami, prognosis pasien ini secara keselurahan baik.
Namun pasien ini harus menjaga diri dengan baik yaitu seperti menggunakan sepatu
khusus saat bekerja, karena jika paparan terjadi kembali maka kemungkinan pasien
kambuh sangat tinggi, pada pasien ini ad kosmetika dapat diprognosis baik karena
bahan kontak iritan hanya berupa sabun sehingga belum muncul jaringan parut yang
terjadi pada bahan iritan korosif.
15
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Kulit
LAPISAN VASKULARISASI INERVASI
ARTERI VENA
Epidermis: berasal dari
ectoderm
- Pleksus antara
stratum papilare &
s. retikulare
- Pleksus antara
dermis & jaringan
subkutis
- Masing-masing
papilla dermis
memiliki cabang
arteri asendens &
vena desendens
- Pleksus antara
s. papilare & s.
retikulare
- Pleksus antara
dermis &
subkutis
- Pleksus berada
antara dermis
- Ujung Ruffini: peka
terhadap rangsangan
panas, terletak di
dermis & subkutis
- Badan Vater-Pacini:
peka terhadap tekanan,
terletak di epidermis
- Badan Meissner: peka
terhadap rabaan,
terletak di papilla
dermis
- Badan Krause: peka
terhadap dingin,
terletak di dermis
Dermis: berasal dari
mesoderm, terdiri atas
lapisan elastic dan fibrosa
padat
Hipodermis/Lapisan
Subkutis: jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak
KULIT
16
Histologi Kulit
LAPISAN EPIDERMIS
STRATUM, stratum basale (B) ,the stratum spinosum (S), stratum granulosum (G); (C) stratum korneum, epidermal
pegs (EP) and dermal papillae (DP)
17
EPIDERMIS DERMIS HIPODERMIS
- Stratum Korneum/Lapisan
Tanduk: adalah lapisan
paling luar , beberapa
merupakan lapisan yang sudah
mati, tidak berinti,
protoplasmanya berubah jadi
keratin.
- Stratum Lusidum: lapisan
sel-sel gepeng, tidak berinti,
protoplasmanya berubah
menjadi protein yang disebut
eleidin.
- Stratum Granulosum/apisan
Keratohialin: terdiri dari 2-3
lapisan sel gepeng, sitoplasma
berbutir kasar & terdapat ini
diantaranya.
- Stratum Spinosum/Stratum
Malphigi: beberapa lapis sel
bentuk polygonal,
protoplasmanya jernih
(mengandung glikogen), inti
di tengah, antara sel spinosum
ada sel langerhans.
- Stratum Basale: sel
berbentuk kubus,tersusun
vertikal.
Merupakan lapisan yang terdiri
atas lapisan elastic & fibrosa
padat dengan elemen seluler &
folikel rambut. Terdiri dari:
- Pars Papilare: bagian yang
menonjol ke epidermis, berisi
ujung serabut saraf &
pembuluh darah.
- Pars Retikulare: bagian yang
menonjol ke arah subkutan,
terdiri atas serabut-serabut
penunjang seperti kolagen,
elastin & retikulin.
- Disebut juga sebagai lapisan
subkutis.
- Terdiri atas jaringan ikat
longgar yang berisi sel-sel
lemak.
- Lapisan sel-sel lemak
disebut panikulus adipose
untuk cadangan, makanan.
Pada lapisan ini terdapat
ujung-ujung saraf tepi,
pembuluh darah dan
kelenjar getah bening.
Fisiologi kulit
Fungsi Kulit yaitu :
1 Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,misalnya tekanan,
gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan,
contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya; gangguan yang bersifat panas,
misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet; gangguan infeksi luar terutama kuman / bakteri
maupun jamur. Hal di atas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan
kulit dan serabut - serabut jaringan penunjang yang berperanan sebagai pelindung terhadap
18
gangguan fisis. Melanosit turut berperanan dalam melindungi kulit terhadap pajanan
sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena
sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, di samping
itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit.
Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum,
keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5 - 6,5 sehingga merupakan
perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses keratinisasi juga
berperanan sebagai sawar (barrier) mekaniskarena sel-sel mati melepaskan diri secara
teratur.
2. Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, iarutan dan benda padat, tetapi cairan yang
mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak. Permeabilitaskulit
terhadap 02,CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban,metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat bertangsung melalui
celah antara sel,menembus sel - sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi
lebih banyak yang melalui sel - sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3.Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea,
asam urat, dan amonia.
4.Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung - ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.Terhadap
dingin diperankan oleh badan - badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil
Meissner terietak di papita dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel
Ranvier yang terletak diepidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan
Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang
erotik.
19
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kulit melakukan peranan ini dengan caramengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga
memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh
saraf simpatis (asetilkolin).
6. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi
saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan
jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun
individu. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit
disebut pula sebagai clear cell. Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan
enzimtirosinase
Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen di sebar ke
epidermis melalui tangan - tangan dendrit sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa
oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhioleh pigmen
kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.
FUNGSI TERMOREGULASI
20
7. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit,sel Langerhans,
melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basai mengadakan pembelahan, sel basalyang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel
menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus
menerus seumur hidup, dan sampai sekarang belum sepenuhnya dimengerti. Matoltsy
berpendapat mungkin keratinosit melalui proses sintesis dan degradasi menjadi lapisan
tanduk. Proses ini berlangsungnormal selama kira-kira 14-21 hari, dan memberi
periindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Fungsi pembentukan vit D
Mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan
tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D
sistemik masih tetap diperlukan.
9. Fungsi Imunologik
Diperankan oleh sel-sel Langerhans sebagai APC.
Efloresensi Kulit
Efloresensi atau ruam merupakan morfologi penyakit kulit untuk mengetahui berbagai
wujud kelaianan kulit. Dibagi menjadi dua, yaitu:
Efloresensi Primer
Macula: kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna.
Papul: penonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter < ½ cm, berisikan zat
padat.
21
Plak: peninggian diatas permukaan kulit, permukaan rata dan berisi zat padat (biasanya
infiltrate).
Urtika: edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan.
Nouds: massa padat sirkumskrip, terletak di kutan/subkutan.
Vesikel: gelembung berisi serum, diameter < ½ cm.
Bula: vesikel berukuran lebih besar.
Pustule: vesikel berisi nanah.
Kista: ruangan berdinding dan berisi cairan, sel maupun sisa sel.
Efloresensi Sekunder
Skuama: lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
Krusta: cairan tubuh yang mongering.
Erosi: kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum
basal.
Ulkus: hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi (jika garukan lebih daran
sampai menggores ujung papil menyebabkan keluarnya darah dan serum).
Sikatriks: terdiri dari jaringan tidak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan licin, tidak
ada adneksa kulit.
22
Dermatitis
Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai rspons terhadap pengaruh faktor eksogen
dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
(eritema, papul, edema, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik
tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin haya beberapa (oligomorfik). Dermatitis
cenderung residif dan menjadi kronis.
Sinonim : Ekzêm
Etiologi :
Eksogen berasal dari luar tubuh (misalnya bahan kimia. Contoh : detergen, asam, basa, oli,
semen), fisik (contoh : sinar, suhu), mikroorganisme (contoh : bakteri, jamur)
Endogen berasal dari dalam tubuh (misalnya dermatitis atopik)
Pathogenesis : Banyak dermatitis yang belum diketahui patogenesisnya, terutama yang
disebabkan oleh faktor endogen.
Gejala Klinis : Keluhan utama nya gatal. Kelainan kulit tergantung stadium penyakit.
Stadium :
Akut : eritema, edema, vesikel/bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah
(madidans)
Subakut : eritema dan edema berkurang, eksudat mongering menjadi krusta
Kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi, mungkin juga
terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan. Demikian pula jenis efloresensi tidak selalu
polimorfik, mungkin hanya oligomorfik.
Tata Nama : Tata nama berdasarkan :
Etiologi : contoh : dermatitis kontak, radiodermatitis, dermatitis medikamentosa
23
Morfologi : contoh : dermatitis papulosa, dermatitis vesikulosa, dermatitis madidans,
dermatitis eksfoliativa
Bentuk : contoh : dermatitis numularis
Lokalisasi : contoh : dermatitis tangan, dermatitis intertriginosa
Stadium : contoh : dermatitis akut, dermatitis kronis.
Histologi : Perubahan histologik dermatitis terjadi pada dermis dan epidermis,
tergantung pada stadiumnya.
Stadium akut : kelainan di epidermis berupa spongiosis, vesikel/bula, edema intrasel dan
eksositosis terutama sel mononuklear.
Stadium subakut : spongiosis, vesikel berkurang, epidermis mulai menebal (akantosis
ringan), tertutup krusta, stratum korneum mengalami parakeratosis setempat, eksositosis
berkurang, edema di dermis berkurang, vasodilatasi, sebukan sel radang, jumlah fibroblast
mulai meningkat.
Stadium kronis : akantosis, hiperkeratosis dan parakeratosis setempat, rete ridges
memanjang, ditemukan spongiosis ringan, tidak ada vesikel, eksositosis sedikit, pigmen
melanin di sel basal bertambah.
Pengobatan : Pengobatan yang tepat yaitu menyingkirkan penyebabnya. Pengobatan
bersifat simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/mengurangi keluhan dan gejala, dan
menekan peradangan. Pada kasus ringan diberikan antihistamin, pada kasus akut dan berat
diberikan kortikosteroid. Terapi topikal pada dermatitis aku/basah (madidans) diobati
dengan kompres terbuka, subakut diberi losio (bedak kocok).
Klasifikasi
1. Dermatitis Kontak : a. Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
b. Dermatitis Kontak Alergik (DKA)
2. Dermatitis Atopik : a. Dermatitis Atopik Infantil
b. Dermatitis Atopik Anak
24
c. Dermatitis Atopik Remaja - Dewasa
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
4. Dermatitis Stasis
5. Dermatitis Autosensitisasi
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit.
a. Dermatitis Kontak Iritan
DERMATITIS KONTAK IRITAN
Reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa
didahului proses sensitisasi.
Epidemiologi : Dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras dan
jenis kelamin. DKI terutama berhubungan dengan pekerjaan.
Etiologi : Disebabkan oleh bahan bersifat iritan, misalnya bahan pelarut,
deterjen, minyak pelumas, asam, alkali dan serbuk kayu. Juga disebabkan karena :
25
Faktor lingkungan : lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang, adanya
oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, gesekan dan trauma fisis.
Faktor individu : perbedaan ketebalan kulit, usia, ras, jenis kelamin.
Gejala Klinis : Iritan kuat memberikan gejala akut, iritan lemah memberikan gejala kronis.
Histopatologik : Gambaran histopatologik dermatitis kontak iritan tidak karakteristik. Pada
DKI akut (oleh iritan primer), dalam dermis terjadi vasodilatasi dan sebukan sel
mononuclear di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas. Eksositosis di epidermis diikuti
spongiosis dan edema intrasel, akhirnya terjadi nekrosis epidermal. Pada keadaan berat
kerusakan epidermis dapat menimbulkan vesikel atau bula. Di dalam vesikel atau bula
ditemukan limfosit dan neutrofil.
Diagnosis : Didasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis.
Pengobatan : - Menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis
maupun kimiawi.
- Pemakaian alat pelindung diri yang adekuat bagi yang bekerja dengan
bahan iritan
- Kortikosteroid topikal untuk mengatasi peradangan.
Prognosis : Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan
dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik.
b. Dermatitis Kontak Alergik (DKA)
Definisi
Terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu allergen.
26
Epidemiologi
Jumlah penderita DKA < DKI, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat
peka (hipersensitif).
Etiologi
Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah
(<1000 dalton), merupakan allergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik,
sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis.
Faktor :
- Potensi sensitisasi allergen
- Dosis per unit area
- Luas daerah yang terkena
- Lama pajanan
- Suhu
- Oklusi
- Kelembaban
- Vehikulum
- pH
- keadaan kulit
- status imunologik
Patogenesis
a. Fase Sensitisasi : Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu
b. Fase Elisitasi : Fase ini berlangsung selama 24-48 jam
Predileksi : Tangan, lengan, wajah, telinga, leher, badan, genitalia, paha dan tungkai
bawah.
Diagnosis : Didasarkan atas hasil anamnesis yang cermata dan pemeriksaan klinis yang
teliti.
27
Diagnosis Banding : DKI. Lakukan Uji tempel untuk menentukan apakah dermatitis
tersebut karena kontak alergi atau bukan.
Uji Tempel (Patch Test)
Tempat melakukan uji tempel adalah di punggung.
Menggunakan antigen standar buatan pabrik
Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas
Pembacaan pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang
diuji telah menghilang atau minimal.
Hasil nya:
1 = reaksi lemah (nonvesikular) : eritema, infiltrate, papul (+)
2 = reaksi kuat : edema atau vesikel (+)
3 = reaksi sangat kuat (ekstrim) : bula atau ulkus (+++)
4 = meragukan : hanya macula eritematosa (?)
5 = iritasi : seperti terbakar, pustule, purpura (-)
6 = reaksi negative (-)
7 = excited skin
8 = tidak dites (NT= Not Tested)
Pengobatan :
Pencegahan terulangnya kontak kembali dengan allergen penyebab dan menekan kelainan
kulit yang timbul.
Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada
DKA akut
28
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
maka diagnosis kelompok kami terhadap pasien ini adalah dermatitis kontak iritan. Hal ini
diperjelas dengan keterangan pasien bahwa kegiatan sehari-harinya sebagai pencuci mobil
dan motor yang berhubungan dengan bahan iritan seperti deterjen. Dan berdasarkan hasil
pemeriksaan penunjang bahwa pasien tidak ada riwayat alergi dan pemeriksaan terhadap
infeksi jamur hasilnya negatif. Diagnosis DKI juga diperkuat dengan gambaran
histopatologi yang khas yaitu hiperkeratosis dengan area parakeratosis, akantosis, dan
pemanjangan rete ridges. Prognosis pada kasus ini adalah bonam jika penatalaksanaan
dilakukan secara benar dan teratur.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Kowalak JP, Wels W, Mayer B. Sistem Integumen. In: Komalasari R, Tampubolon
AO, Ester M, Editors. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:EGC;2011;p.623-7
2. Eroschenko VP. Integumen. In: Chandralele A, Editors. Atlas Histologi di Flore. 9th
ed. Jakarta:EGC;2003;p.134
3. James WD, Berger TG, Elston DM. Contact Dermatitis and Drug Eruptions. In:
Hodgson S, Bowler K, Editors. Andrew’s Disease of The Skin Clinical
Dermatology. 10th
ed. Philadelphia:Saunders Elsevier;2006;p.91-115
4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Dermatitis. In: Sularsito SA, Djuanda S, Editors.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th
ed. Jakarta:Badan Penerbit FKUI;2011;p.129-
38
5. Prince SA, Wilson LM. Anatomi dan Fisiologi Kulit. In: Hartanto H, Editors.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th
ed.
Jakarta:EGC;2005;p.1415-21
6. Sherwood L. Pertahanan Tubuh. In: Alexander S, Editors. Fisiologi Manusia dari
Sel ke Sistem. 2nd
ed. Jakarta:EGC;2001;p.402-5
7. Kumar V, Cotran R, Robbins S. Kulit. In: Hartanto H, Darmaniah N, Wulandari N,
Editors. Buku Ajar Patologi. 7th
ed. Jakarta:EGC;2007;p.881-6