Dermatitis Kontak Iritan

29
1 BAB I PENDAHULUAN Penyakit Gatal-gatal (Pruritus) adalah suatu perasaan yang secara otomatis membuat tangan melakukan penggarukan. Kegiatan penggarukan yang dilakukan secara terus menerus bisa menyebabkan kemerahan dan goresan dalam pada kulit. Jangan dikira jika menggaruk kulit yang gatal, maka rasa gatal tersebut akan hilang. Penggarukan secara terus menerus pada kulit bisa mengiritasi kulit yang selanjutnya akan menyebabkan bertambahnya rasa gatal dan bahkan jangka panjang bisa menyebabkan terjadinya jaringan parut dan penebalan pada kulit sehingga terkadang membentuk bentol-bentol yang berisi pada kulit yang gatal tersebut. Penyebab Gatal bisa bermacam-macam. Bisa disebabkan oleh suatu penyakit kulit maupun penyakit sistemik, dan bisa juga disebabkan oleh beberapa hal seperti karena gigitan serangga, kaligata, dermatitik atopik, dermatitis kontak, dermatitis alergika dan infestasi parasit seperti skabies dan pedikulosis. Selain penyebab diatas, gatal-gatal juga dapat terjadi karena alergi dan juga kontak dengan bahan pakaian tertentu seperti wol dan sebagainya. Cuaca yang panas juga bisa menyebabkan gatal-gatal terutama pada daerah lembab seperti selangkangan karena banyaknya keringat. Untuk mengatasi penyakit gatal maka kita perlu mengetahui penyebab dari gatal-gatal tersebut untuk kemudian dilakukan tindakan pengobatan. Dengan diketahuinya penyebab gatal, maka bisa diberikan jenis pengobatan yang tepat. Jika kulit meradang, bisanya diberikan krim atau lotion pelembab yang tidak berbau dan berwarna, sebab pewarna atau aroma tambahan bisa mengiritasi kulit dan menyebabkan gatal-gatal.

description

Pembahasan Kasus Dermatitis Kontak Iritan

Transcript of Dermatitis Kontak Iritan

Page 1: Dermatitis Kontak Iritan

1

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit Gatal-gatal (Pruritus) adalah suatu perasaan yang secara otomatis membuat

tangan melakukan penggarukan. Kegiatan penggarukan yang dilakukan secara terus

menerus bisa menyebabkan kemerahan dan goresan dalam pada kulit. Jangan dikira jika

menggaruk kulit yang gatal, maka rasa gatal tersebut akan hilang. Penggarukan secara terus

menerus pada kulit bisa mengiritasi kulit yang selanjutnya akan menyebabkan

bertambahnya rasa gatal dan bahkan jangka panjang bisa menyebabkan terjadinya jaringan

parut dan penebalan pada kulit sehingga terkadang membentuk bentol-bentol yang berisi

pada kulit yang gatal tersebut. Penyebab Gatal bisa bermacam-macam. Bisa disebabkan

oleh suatu penyakit kulit maupun penyakit sistemik, dan bisa juga disebabkan oleh

beberapa hal seperti karena gigitan serangga, kaligata, dermatitik atopik, dermatitis kontak,

dermatitis alergika dan infestasi parasit seperti skabies dan pedikulosis.

Selain penyebab diatas, gatal-gatal juga dapat terjadi karena alergi dan juga kontak dengan

bahan pakaian tertentu seperti wol dan sebagainya. Cuaca yang panas juga bisa

menyebabkan gatal-gatal terutama pada daerah lembab seperti selangkangan karena

banyaknya keringat.

Untuk mengatasi penyakit gatal maka kita perlu mengetahui penyebab dari gatal-gatal

tersebut untuk kemudian dilakukan tindakan pengobatan. Dengan diketahuinya penyebab

gatal, maka bisa diberikan jenis pengobatan yang tepat. Jika kulit meradang, bisanya

diberikan krim atau lotion pelembab yang tidak berbau dan berwarna, sebab pewarna atau

aroma tambahan bisa mengiritasi kulit dan menyebabkan gatal-gatal.

Page 2: Dermatitis Kontak Iritan

2

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang pria berusia 25 tahun, datang ke poliklinik kulit dan kelamin rumah sakit tempat

anda bekerja dengan keluhan gatal ditelapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri,

telapak dan punggung kaki kiri dan kanan sejak 7 hari yang lalu. Gatal disertai kulit

kemerahan, bersisik dan mengelupas. Pasien bekerja ditempat pencucian motor dan mobil

sejak 1 bulan yang lalu dengan jam bekerja jam 08.00 sampai jam 21.00.pada saat mencuci

motor atau mobil dia tidak menggunakan sepatu khusus.

Pasien mengatakan bahwa ditempat-tempat yang gatal tersebut mengalami penebalan kulit

dengan lipatan kulit yang kasar dan kering, kemudian oleh pasien diberi obat salep 88yang

dibeli di warung akan tetapi gatal tidak mengalami perbaikan dan bahkan kulitnya muncul

retak-retak. Pasien menyangkal pernah menderita penyakit yang sama, dan tidak ada

riwayat alergi. Dianggota keluarga, teman-teman ditempat kerja tidak ada yang menderita

penyakit yang sama.

Page 3: Dermatitis Kontak Iritan

3

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

STATUS GENERALIS

KU : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan Gizi : Baik

Vital Sign :

Tekanan Darah: 130/80 mmHg

Nadi : 81x permenit

RR : 18x permenit

Suhu : Afebris

Kepala : Normocephali

Rambut : Hitam, Distribusi merata

Status Dermatologi

Tangan

Lokasi : dorsum dan palmar manus dextra dan sinistra

Efloresensi : eritema, erosi, likenifikasi, fissure, skuama kasar berwarna putih

Ukuran : plakat, batas tidak tegas

Lesi : multiple, bentuk tidak teratur, difus, menimbul dari permukaan dan kering

Kaki

Lokasi : dorsum dan plantar pedis dextra dan sinistra

Efloresensi : eritema, erosi, likenifikasi, fissure, skuama kasar berwarna putih

Ukuran : plakat, batas tidak tegas

Lesi : multiple, bentuk tidak teratur, difus, menimbul dari permukaan dan kering

Page 4: Dermatitis Kontak Iritan

4

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap

Hb : 13 g/dL

Ht : 36%

Trombosit : 150.000/µl

Leukosit : 11.000/µl

Hitung Jenis : 0/2/4/59/28/7

Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan Patch Test (uji tempel) : Negatif ( - )

Pemeriksaan KOH 10% : Hifa dan Artospora Negatif ( - )

Histopatologi :

Hiperkeratosis dengan area parakeratosis, akantosis dan perpajangan rete ridges.

Page 5: Dermatitis Kontak Iritan

5

BAB III

PEMBAHASAN

Anamnesis

Identitas pasien

Nama : Tn. X

Usia : 25 tahun

Pekerjaan : Pencuci mobil dan motor

Status : -

Keluhan utama : gatal-gatal ditelapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri, telapak dan

punggung kaki kiri dan kanan sejak 7 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang:

Gatal disertai kulit kemerahan, bersisik dan mengelupas

Riwayat penyakit dahulu:

Penebalan kulit dengan lipatan kulit yang kasar dan kering, kemudian oleh pasien

diberi obat salep 88 yang dibeli di warung akan tetapi gatal tidak mengalami

perbaikan dan bahkan kulitnya muncul retak-retak.

Riwayat kebiasaan:

Mencuci kendaraan tanpa menggunakan sepatu khusus

Page 6: Dermatitis Kontak Iritan

6

Dari hasil anamnesis pasien didapatkan bahwa :

Masalah Keterangan Hipotesis

Gatal telapak tangan,

punggun tangan kanan dan

kiri, telapak dan punggung

kaki kanan dan kiri sejak 7

hari yang lalu

Berarti gatal tersebut masih

dalam fase akut

Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis Kontak Alergi

Infeksi Jamur

Gatal disertai kulit

kemerahan, bersisik dan

mengelupas.

Menandakan adanya Eritema

dan Skuama

Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis Kontak Alergi

Psoriasis

Bekerja mencuci motor

atau mobil tidak

menggunakan sepatu

khusus

Kemungkinan kontak dengan

bahan-bahan kimia seperti

sabun langsung pada kulit.

Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis Kontak Alergi

Penebalan kulit dengan

lipatan kulit yang kasar

dan kering

Menandakan adanya

likenifikasi

Dermatitis Kontak stadium

kronis

Infeksi Jamur

Page 7: Dermatitis Kontak Iritan

7

Kulitnya muncul retak-

retak

Menandakan adanya fissura Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis Kontak Alergi

Anamnesis Tambahan

Adapun anamnesis yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis adalah:

Riwayat Penyakit Sekarang

1. Apakah Gatal malam hari atau tidak?

2. Apakah ada alergi makanan?

3. Apakah ada alergi obat-obatan?

4. Obat apa saja yang sudah diberikan?

5. Apakah gatal muncul setelah terkena kontak dengan suatu zat?

6. Apakah gatal dan gejala lain mengenai bagian tubuh yg lain?

Riwayat Penyakit Dahulu

1. Apakah dahulu pernah mengalami keluhan yang sama dengan saat ini?

2. Apakah memiliki penyakit selain alergi?

Riwayat Penyakit Keluarga

1. Apakah ada dari anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama?

Hal ini perlu ditanyakan dengan tujuan mengeliminasi kemungkinan penyakit yang

bersifat herediter dan penyakit yang disebabkan karena terjadinya penularan antar

anggota keluarga.

Page 8: Dermatitis Kontak Iritan

8

Riwayat Sosial Ekonomi

1. Bagaimana dengan kondisi tempat tinggalnya?

2. Bagaimana suasana lingkungan kerja?

3. Bagaimana kebiasaan kehidupannya sehari-hari?

4. Apakah selalu menjaga kebersihan badan?

Perlu ditanyakan sebagai dasar pertimbangan atas status social ekonomi pasien dan juga

untuk membantu dalam keberhasilan penatalaksanaanya.

Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum: Baik

Keadaan umum pasien yang masih sadar mengindikasikan normalnya fungsi otak dan

pasokan oksigen yang baik ke otak dan kemungkinan pasien tidak mengalami

gangguan sistemik.

- Tanda Vital : Suhu afebris, TD 130/80 mmHg, Nadi 81x/menit, Pernafasan

18x/menit.

Suhu tubuh mencapai 36.5 – 37,2 C dapat diindikasikan sebagai afebris yaitu normal,

denyut nadi pasien normal, frekuensi nafas normal. Tekanan darah 130/80 mmHg

menandakan Prehipertensi.

- Status Generalisata

a) Kepala

1) Kepala : Normocephali Normal

2) Rambut : Hitam, distribusi merata Normal

Page 9: Dermatitis Kontak Iritan

9

- Status Dermatologi

- Tangan

a. Lokasi : dorsum dan palmar manus dextra dan sinistra

b. Efloresensi : eritema, erosi, likenifikasi, fissure, skuama kasar berwarna

putih

c. Ukuran : plakat, batas tidak tegas

d. Lesi : multiple, bentuk tidak teratur, difus, menimbul dari

permukaan dan kering

- Kaki

a. Lokasi : dorsum dan plantar pedis dextra dan sinistra

b. Efloresensi : eritema, erosi, likenifikasi, fissure, skuama kasar berwarna

putih

c. Ukuran : plakat, batas tidak tegas

d. Lesi : multiple, bentuk tidak teratur, difus, menimbul dari

permukaan dan kering

- Diperiksa untuk mengetahui bagian-bagian/ region-regio yang terdapat kelainan

pada kulitnya. Dan juga untuk mengetahui sampai mana penyebarannya. Ada

beberapa penyakit kulit yang timbul pada bagian-bagian/region-regio khas seperti

Dermatitis Kontak yang selalu di tangan dan kaki.

Page 10: Dermatitis Kontak Iritan

10

- Pada kaki terdapat efloresensi fisura (retak-retak) yang diakibatkan oleh pemberian

salep 88. Dimana salep tersebut mengandung asam salisilat yang dapat

mengakibatkan keratolisis pada kulit. Kadar asam salisilat pada salep 88 cukup

tinggi sehingga dapat menimbulkan gejala tersebut.

Patofisiologi Klinis

Bahan Iritan

Merusak Membran Lemak

Mengaktifkan fosfolipasi

Melepaskan

AA (Asam Arakidonat) DAG (Diasilgliserol)

Prostaglandin Leukotrien Stimulasi IL-1

Mengaktifkan Sel T Penolong

Induksi Aktivasi

Vasodilatasi Sel Mast Mengeluarkan IL-2

Pem. Darah

Turnover Epidermis

Permeabilitas Melepaskan

Page 11: Dermatitis Kontak Iritan

11

Pemb. Darah histamine Laju mitosis dan jumlah

Meningkat Sel germinativum meningkat

Merangsang Saraf

Eritema Perifer Sel diatasnya terdorong ke

Permukaan lebih cepat

Lanjut ke saraf

Sensorik Sel yang belum matur menumpuk di kulit

Gatal Pengelupasan kulit lebih cepat

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi Keterangan

Hb 13 gr/dl 13-16 gr/dl Normal -

Ht 36% 36-48% Normal -

Leukosit 11.000/ul 5000-1000/ul Meningkat Inflamasi

Basofil 0 0-1 Normal -

Eosinofil 2 1-3 Normal -

Netrofil batang 4 2-6 Normal -

Netrofi segmen 59 50-70 Normal -

Limfosit 28 20-40 Normal -

Monosit 7 2-8 Normal -

Page 12: Dermatitis Kontak Iritan

12

Pemeriksaan Penunjang

1) Patch Test (Uji Tempel)

Ditemukan hasil NEGATIF, dengan ini hipotesa kami untuk Dermatitis Kontal

Alergi dapat disingkirkan.

2) Pemeriksaan KOH 10%

Didapatkan hasil berupa Hifa dan Artospora NEGATIF, sehingga hipotesa kami

untuk infeksi jamur jug dapat disingkirkan.

3) Histopatologi

Ditemukan adanya Hiperkeratosis dengan area parakeratosis, akantosis dan

perpanjangan rete ridges. Kemungkinan kulit pasien terjadi mitosis berlebihan

sehingga sel-sel keratinosit berinti yang seharusnya belum mencapai stratum

korneum sudah terlihat lebih dahulu dan menonjolnya lapisan epidermis ke arah

lapisan dermis (rete ridges) yang menunjukkan gejala khas dari dermatitis kontak

iritan.

Diagnosis Kerja

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan penunjang, maka

kelompok kami menyimpulkan bahwa pasien tersebut menderita penyakit

Dermatitis Kontak Iritan Kumulatif.

Diagnosis Banding

Dermatitis Kontak Alergi

Page 13: Dermatitis Kontak Iritan

13

Komplikasi

1) Infeksi Sekunder

2) Ulkus

Penatalaksanaan

Non Medika Mentosa

- Menggunakan alat pelindung seperti sepatu khusus, sarung tangan khusus saat

bekerja agar tidak terjadi kontak langsung dengan bahan iritan

- Bila gatal, jangan digaruk. Dikhawatirkan dapat menyebabkan luka dan inflamasi

semakin parah.

Medika Mentosa

- Steroid Topikal Krim

Sebagai anti inflamasi, menghambat inflamasi dini yaitu edema, deposit fibrin,

dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang.

Menghambat inflamasi lanjut yaitu proliferasi kapiler dan fibroblast, pengumpulan

kolagen dan pembentuk sikatriks (jaringan parut).

- Antihistamin

Digunakan untuk mengatasi gatalnya, terapi ini hanya diberikan jika pasien sudah

benar-benar gatal dan tidak mampu menahan gatalnya.

Page 14: Dermatitis Kontak Iritan

14

Prognosis

Ad vitam : Ad Bonam

Ad fungtionam : Ad Bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

Ad kosmetika : Ad Bonam

Berdasarkan hasil diskusi kami, prognosis pasien ini secara keselurahan baik.

Namun pasien ini harus menjaga diri dengan baik yaitu seperti menggunakan sepatu

khusus saat bekerja, karena jika paparan terjadi kembali maka kemungkinan pasien

kambuh sangat tinggi, pada pasien ini ad kosmetika dapat diprognosis baik karena

bahan kontak iritan hanya berupa sabun sehingga belum muncul jaringan parut yang

terjadi pada bahan iritan korosif.

Page 15: Dermatitis Kontak Iritan

15

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Kulit

LAPISAN VASKULARISASI INERVASI

ARTERI VENA

Epidermis: berasal dari

ectoderm

- Pleksus antara

stratum papilare &

s. retikulare

- Pleksus antara

dermis & jaringan

subkutis

- Masing-masing

papilla dermis

memiliki cabang

arteri asendens &

vena desendens

- Pleksus antara

s. papilare & s.

retikulare

- Pleksus antara

dermis &

subkutis

- Pleksus berada

antara dermis

- Ujung Ruffini: peka

terhadap rangsangan

panas, terletak di

dermis & subkutis

- Badan Vater-Pacini:

peka terhadap tekanan,

terletak di epidermis

- Badan Meissner: peka

terhadap rabaan,

terletak di papilla

dermis

- Badan Krause: peka

terhadap dingin,

terletak di dermis

Dermis: berasal dari

mesoderm, terdiri atas

lapisan elastic dan fibrosa

padat

Hipodermis/Lapisan

Subkutis: jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak

KULIT

Page 16: Dermatitis Kontak Iritan

16

Histologi Kulit

LAPISAN EPIDERMIS

STRATUM, stratum basale (B) ,the stratum spinosum (S), stratum granulosum (G); (C) stratum korneum, epidermal

pegs (EP) and dermal papillae (DP)

Page 17: Dermatitis Kontak Iritan

17

EPIDERMIS DERMIS HIPODERMIS

- Stratum Korneum/Lapisan

Tanduk: adalah lapisan

paling luar , beberapa

merupakan lapisan yang sudah

mati, tidak berinti,

protoplasmanya berubah jadi

keratin.

- Stratum Lusidum: lapisan

sel-sel gepeng, tidak berinti,

protoplasmanya berubah

menjadi protein yang disebut

eleidin.

- Stratum Granulosum/apisan

Keratohialin: terdiri dari 2-3

lapisan sel gepeng, sitoplasma

berbutir kasar & terdapat ini

diantaranya.

- Stratum Spinosum/Stratum

Malphigi: beberapa lapis sel

bentuk polygonal,

protoplasmanya jernih

(mengandung glikogen), inti

di tengah, antara sel spinosum

ada sel langerhans.

- Stratum Basale: sel

berbentuk kubus,tersusun

vertikal.

Merupakan lapisan yang terdiri

atas lapisan elastic & fibrosa

padat dengan elemen seluler &

folikel rambut. Terdiri dari:

- Pars Papilare: bagian yang

menonjol ke epidermis, berisi

ujung serabut saraf &

pembuluh darah.

- Pars Retikulare: bagian yang

menonjol ke arah subkutan,

terdiri atas serabut-serabut

penunjang seperti kolagen,

elastin & retikulin.

- Disebut juga sebagai lapisan

subkutis.

- Terdiri atas jaringan ikat

longgar yang berisi sel-sel

lemak.

- Lapisan sel-sel lemak

disebut panikulus adipose

untuk cadangan, makanan.

Pada lapisan ini terdapat

ujung-ujung saraf tepi,

pembuluh darah dan

kelenjar getah bening.

Fisiologi kulit

Fungsi Kulit yaitu :

1 Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,misalnya tekanan,

gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan,

contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya; gangguan yang bersifat panas,

misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet; gangguan infeksi luar terutama kuman / bakteri

maupun jamur. Hal di atas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan

kulit dan serabut - serabut jaringan penunjang yang berperanan sebagai pelindung terhadap

Page 18: Dermatitis Kontak Iritan

18

gangguan fisis. Melanosit turut berperanan dalam melindungi kulit terhadap pajanan

sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena

sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, di samping

itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit.

Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum,

keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5 - 6,5 sehingga merupakan

perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses keratinisasi juga

berperanan sebagai sawar (barrier) mekaniskarena sel-sel mati melepaskan diri secara

teratur.

2. Fungsi absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, iarutan dan benda padat, tetapi cairan yang

mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak. Permeabilitaskulit

terhadap 02,CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi

respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,

kelembaban,metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat bertangsung melalui

celah antara sel,menembus sel - sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi

lebih banyak yang melalui sel - sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

3.Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea,

asam urat, dan amonia.

4.Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung - ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.Terhadap

rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.Terhadap

dingin diperankan oleh badan - badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil

Meissner terietak di papita dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel

Ranvier yang terletak diepidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan

Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang

erotik.

Page 19: Dermatitis Kontak Iritan

19

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh

Kulit melakukan peranan ini dengan caramengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot

berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga

memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh

saraf simpatis (asetilkolin).

6. Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi

saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan

jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun

individu. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit

disebut pula sebagai clear cell. Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan

enzimtirosinase

Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen di sebar ke

epidermis melalui tangan - tangan dendrit sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa

oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhioleh pigmen

kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.

FUNGSI TERMOREGULASI

Page 20: Dermatitis Kontak Iritan

20

7. Fungsi keratinisasi

Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit,sel Langerhans,

melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basai mengadakan pembelahan, sel basalyang lain

akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel

menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti

menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus

menerus seumur hidup, dan sampai sekarang belum sepenuhnya dimengerti. Matoltsy

berpendapat mungkin keratinosit melalui proses sintesis dan degradasi menjadi lapisan

tanduk. Proses ini berlangsungnormal selama kira-kira 14-21 hari, dan memberi

periindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

8. Fungsi pembentukan vit D

Mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan

tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D

sistemik masih tetap diperlukan.

9. Fungsi Imunologik

Diperankan oleh sel-sel Langerhans sebagai APC.

Efloresensi Kulit

Efloresensi atau ruam merupakan morfologi penyakit kulit untuk mengetahui berbagai

wujud kelaianan kulit. Dibagi menjadi dua, yaitu:

Efloresensi Primer

Macula: kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna.

Papul: penonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter < ½ cm, berisikan zat

padat.

Page 21: Dermatitis Kontak Iritan

21

Plak: peninggian diatas permukaan kulit, permukaan rata dan berisi zat padat (biasanya

infiltrate).

Urtika: edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan.

Nouds: massa padat sirkumskrip, terletak di kutan/subkutan.

Vesikel: gelembung berisi serum, diameter < ½ cm.

Bula: vesikel berukuran lebih besar.

Pustule: vesikel berisi nanah.

Kista: ruangan berdinding dan berisi cairan, sel maupun sisa sel.

Efloresensi Sekunder

Skuama: lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.

Krusta: cairan tubuh yang mongering.

Erosi: kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum

basal.

Ulkus: hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi (jika garukan lebih daran

sampai menggores ujung papil menyebabkan keluarnya darah dan serum).

Sikatriks: terdiri dari jaringan tidak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan licin, tidak

ada adneksa kulit.

Page 22: Dermatitis Kontak Iritan

22

Dermatitis

Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai rspons terhadap pengaruh faktor eksogen

dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik

(eritema, papul, edema, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik

tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin haya beberapa (oligomorfik). Dermatitis

cenderung residif dan menjadi kronis.

Sinonim : Ekzêm

Etiologi :

Eksogen berasal dari luar tubuh (misalnya bahan kimia. Contoh : detergen, asam, basa, oli,

semen), fisik (contoh : sinar, suhu), mikroorganisme (contoh : bakteri, jamur)

Endogen berasal dari dalam tubuh (misalnya dermatitis atopik)

Pathogenesis : Banyak dermatitis yang belum diketahui patogenesisnya, terutama yang

disebabkan oleh faktor endogen.

Gejala Klinis : Keluhan utama nya gatal. Kelainan kulit tergantung stadium penyakit.

Stadium :

Akut : eritema, edema, vesikel/bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah

(madidans)

Subakut : eritema dan edema berkurang, eksudat mongering menjadi krusta

Kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi, mungkin juga

terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan.

Stadium tersebut tidak selalu berurutan. Demikian pula jenis efloresensi tidak selalu

polimorfik, mungkin hanya oligomorfik.

Tata Nama : Tata nama berdasarkan :

Etiologi : contoh : dermatitis kontak, radiodermatitis, dermatitis medikamentosa

Page 23: Dermatitis Kontak Iritan

23

Morfologi : contoh : dermatitis papulosa, dermatitis vesikulosa, dermatitis madidans,

dermatitis eksfoliativa

Bentuk : contoh : dermatitis numularis

Lokalisasi : contoh : dermatitis tangan, dermatitis intertriginosa

Stadium : contoh : dermatitis akut, dermatitis kronis.

Histologi : Perubahan histologik dermatitis terjadi pada dermis dan epidermis,

tergantung pada stadiumnya.

Stadium akut : kelainan di epidermis berupa spongiosis, vesikel/bula, edema intrasel dan

eksositosis terutama sel mononuklear.

Stadium subakut : spongiosis, vesikel berkurang, epidermis mulai menebal (akantosis

ringan), tertutup krusta, stratum korneum mengalami parakeratosis setempat, eksositosis

berkurang, edema di dermis berkurang, vasodilatasi, sebukan sel radang, jumlah fibroblast

mulai meningkat.

Stadium kronis : akantosis, hiperkeratosis dan parakeratosis setempat, rete ridges

memanjang, ditemukan spongiosis ringan, tidak ada vesikel, eksositosis sedikit, pigmen

melanin di sel basal bertambah.

Pengobatan : Pengobatan yang tepat yaitu menyingkirkan penyebabnya. Pengobatan

bersifat simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/mengurangi keluhan dan gejala, dan

menekan peradangan. Pada kasus ringan diberikan antihistamin, pada kasus akut dan berat

diberikan kortikosteroid. Terapi topikal pada dermatitis aku/basah (madidans) diobati

dengan kompres terbuka, subakut diberi losio (bedak kocok).

Klasifikasi

1. Dermatitis Kontak : a. Dermatitis Kontak Iritan (DKI)

b. Dermatitis Kontak Alergik (DKA)

2. Dermatitis Atopik : a. Dermatitis Atopik Infantil

b. Dermatitis Atopik Anak

Page 24: Dermatitis Kontak Iritan

24

c. Dermatitis Atopik Remaja - Dewasa

3. Neurodermatitis Sirkumskripta

4. Dermatitis Stasis

5. Dermatitis Autosensitisasi

1. Dermatitis Kontak

Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit.

a. Dermatitis Kontak Iritan

DERMATITIS KONTAK IRITAN

Reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa

didahului proses sensitisasi.

Epidemiologi : Dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras dan

jenis kelamin. DKI terutama berhubungan dengan pekerjaan.

Etiologi : Disebabkan oleh bahan bersifat iritan, misalnya bahan pelarut,

deterjen, minyak pelumas, asam, alkali dan serbuk kayu. Juga disebabkan karena :

Page 25: Dermatitis Kontak Iritan

25

Faktor lingkungan : lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang, adanya

oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, gesekan dan trauma fisis.

Faktor individu : perbedaan ketebalan kulit, usia, ras, jenis kelamin.

Gejala Klinis : Iritan kuat memberikan gejala akut, iritan lemah memberikan gejala kronis.

Histopatologik : Gambaran histopatologik dermatitis kontak iritan tidak karakteristik. Pada

DKI akut (oleh iritan primer), dalam dermis terjadi vasodilatasi dan sebukan sel

mononuclear di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas. Eksositosis di epidermis diikuti

spongiosis dan edema intrasel, akhirnya terjadi nekrosis epidermal. Pada keadaan berat

kerusakan epidermis dapat menimbulkan vesikel atau bula. Di dalam vesikel atau bula

ditemukan limfosit dan neutrofil.

Diagnosis : Didasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis.

Pengobatan : - Menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis

maupun kimiawi.

- Pemakaian alat pelindung diri yang adekuat bagi yang bekerja dengan

bahan iritan

- Kortikosteroid topikal untuk mengatasi peradangan.

Prognosis : Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan

dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik.

b. Dermatitis Kontak Alergik (DKA)

Definisi

Terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu allergen.

Page 26: Dermatitis Kontak Iritan

26

Epidemiologi

Jumlah penderita DKA < DKI, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat

peka (hipersensitif).

Etiologi

Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah

(<1000 dalton), merupakan allergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik,

sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis.

Faktor :

- Potensi sensitisasi allergen

- Dosis per unit area

- Luas daerah yang terkena

- Lama pajanan

- Suhu

- Oklusi

- Kelembaban

- Vehikulum

- pH

- keadaan kulit

- status imunologik

Patogenesis

a. Fase Sensitisasi : Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu

b. Fase Elisitasi : Fase ini berlangsung selama 24-48 jam

Predileksi : Tangan, lengan, wajah, telinga, leher, badan, genitalia, paha dan tungkai

bawah.

Diagnosis : Didasarkan atas hasil anamnesis yang cermata dan pemeriksaan klinis yang

teliti.

Page 27: Dermatitis Kontak Iritan

27

Diagnosis Banding : DKI. Lakukan Uji tempel untuk menentukan apakah dermatitis

tersebut karena kontak alergi atau bukan.

Uji Tempel (Patch Test)

Tempat melakukan uji tempel adalah di punggung.

Menggunakan antigen standar buatan pabrik

Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas

Pembacaan pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang

diuji telah menghilang atau minimal.

Hasil nya:

1 = reaksi lemah (nonvesikular) : eritema, infiltrate, papul (+)

2 = reaksi kuat : edema atau vesikel (+)

3 = reaksi sangat kuat (ekstrim) : bula atau ulkus (+++)

4 = meragukan : hanya macula eritematosa (?)

5 = iritasi : seperti terbakar, pustule, purpura (-)

6 = reaksi negative (-)

7 = excited skin

8 = tidak dites (NT= Not Tested)

Pengobatan :

Pencegahan terulangnya kontak kembali dengan allergen penyebab dan menekan kelainan

kulit yang timbul.

Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada

DKA akut

Page 28: Dermatitis Kontak Iritan

28

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

maka diagnosis kelompok kami terhadap pasien ini adalah dermatitis kontak iritan. Hal ini

diperjelas dengan keterangan pasien bahwa kegiatan sehari-harinya sebagai pencuci mobil

dan motor yang berhubungan dengan bahan iritan seperti deterjen. Dan berdasarkan hasil

pemeriksaan penunjang bahwa pasien tidak ada riwayat alergi dan pemeriksaan terhadap

infeksi jamur hasilnya negatif. Diagnosis DKI juga diperkuat dengan gambaran

histopatologi yang khas yaitu hiperkeratosis dengan area parakeratosis, akantosis, dan

pemanjangan rete ridges. Prognosis pada kasus ini adalah bonam jika penatalaksanaan

dilakukan secara benar dan teratur.

Page 29: Dermatitis Kontak Iritan

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Kowalak JP, Wels W, Mayer B. Sistem Integumen. In: Komalasari R, Tampubolon

AO, Ester M, Editors. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:EGC;2011;p.623-7

2. Eroschenko VP. Integumen. In: Chandralele A, Editors. Atlas Histologi di Flore. 9th

ed. Jakarta:EGC;2003;p.134

3. James WD, Berger TG, Elston DM. Contact Dermatitis and Drug Eruptions. In:

Hodgson S, Bowler K, Editors. Andrew’s Disease of The Skin Clinical

Dermatology. 10th

ed. Philadelphia:Saunders Elsevier;2006;p.91-115

4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Dermatitis. In: Sularsito SA, Djuanda S, Editors.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th

ed. Jakarta:Badan Penerbit FKUI;2011;p.129-

38

5. Prince SA, Wilson LM. Anatomi dan Fisiologi Kulit. In: Hartanto H, Editors.

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th

ed.

Jakarta:EGC;2005;p.1415-21

6. Sherwood L. Pertahanan Tubuh. In: Alexander S, Editors. Fisiologi Manusia dari

Sel ke Sistem. 2nd

ed. Jakarta:EGC;2001;p.402-5

7. Kumar V, Cotran R, Robbins S. Kulit. In: Hartanto H, Darmaniah N, Wulandari N,

Editors. Buku Ajar Patologi. 7th

ed. Jakarta:EGC;2007;p.881-6