Depresi Mania
-
Upload
henrikus-sejahtera -
Category
Documents
-
view
17 -
download
5
Transcript of Depresi Mania
204
Gambaran Klinis
Dua pola gejala dasar didalam gangguan mood adalah gejala yang terdapat pada depresi dan
mania. Episode depresif dapat terjadi pada gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I. Pada
banyak studi, para peneliti berupaya mencari perbedaan yang dapat diandalkan antara gangguan
bipolar I episode depresif dan episode gangguan depresif berat, tetapi perbedaan tersebut sukar
ditentukan. Pada suatu situasi klinis, hanya riwayat pasien, riwayat keluarga, dan perjalanan
gangguan masa mendatang yang dapat membantu membedakan kedua keadaan tersebut.
Sejumlah pasien dengan gangguan bipolar I memiliki keadaan campuran dengan ciri manik dan
depresif, serta beberapa dari mereka tampaknya mengalami episode singkat-beberapa menit
sampai beberapa jam-episode depresi selama episode manik.
Episode Depresif
Mood yang depresif serta hilangnya minat atau kesenangan adalah kunci gejala depresi. Pasien
dapat mengatakan bahwa mereka merasa sedih, tidak ada harapan, bersusah hati, atau tidak
berharga. Untuk seorang pasien, mood yang depresif sering memiliki kualitas yang khas yang
membedakannya dengan emosi normal kesedihan atau berkabung. Pasien sering menggambarkan
gejala depresi sebagai satu penderitaan emosi yang sangat mendalam serta kadang-kadang
mengeluh tidak dapat menangis, gejala yang pulih ketika pasien membaik.
Sekitar duapertiga pasien depresi berpikir untuk melakukan bunuh diri, dan 10-15% melakukan
bunuh diri. Mereka yang baru-baru ini dirawat di rumah sakit dengan percobaan bunuh diri atau
memiliki gagasan bunuh diri memiliki risiko seumur hidup yang lebih besar untuk berhasil
melakukan bunuh diri daripada mereka yang belum pernah dirawat di rumah sakit. Terkadang
pasien sendiri tidak menyadari adanya ganguan mood dalam diri mereka, yang ditunjukkan
melalui penarikan diri dari lingkungan, baik teman maupun keluarga. Hamper semua pasien
depresi (97%) mengeluh berkurangnya energy, mereka sulit mengerjakan tugas, terganggu
disekolah dan tempat kerja, serta memiliki motivasi yang menurun untuk menangani proyek
baru. Sekitar 80% pasien mengeluh sulit tidur terutama terbangun saat dini hari (yang merupakan
insomnia terminal) serta terbangun berulang di malam hari, saat terbangun itu pasien
menggunakan waktunya untuk merenung setiap permasalahannya. Banyak pasien yang
mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan, tetapi tidak sedikit pula yang
mengalami peningkatan nafsu makan, peningkatan berat badan dan waktu tidur yang
memanjang. Pasien ini digolongkan dalam DSM-IV-TR memiliki ciri tipikal.
Ansietas adalah gejala depresi yang lazim dan mengenai 90% pasien depresi. Berbagai
perubahan asupan makanan dan istirahat dapat memperburuk penyakit medis yang telah ada,
misalnya diabetes, hipertensi, penyakit paru obstruktif kronik, dan penyakit jantung. Gejala
vegetative lainnya adalah menstruasi abnormal dan menurunnya minat serta kinerja di dalam
aktivitas seksual. Ansietas (termasuk serangan panik), penyalahgunaan alkohol, dan keluhan
somatik (misalnya konstipasi dan sakit kepala) sering mempersulit terapi depresi. Sekitar 50%
pasien menunjukkan adanya variasi gejala diurnal yang bertambah parah dipagi hari dan
berkuang disore hari. Gejala kognitif mencakup laporan subjektif adanya ketidakmampuan
berkonsentrasi(84% pasien di satu studi) serta hendaya dalam berpikir (67% pasien pada studi
lain).
Episode Manik
Mood yang meningkat, ekspansif, atau iritabel adalah tanda khas episode manik. Mood yang
meningkat bersifat euforik dan sering menular serta bahkan dapat menyebabkan penyangkalan
counter-transferential penyakit tersebut oleh klinisi yang tak berpengalaman. Walaupun orang
yang tidak terlibat mungkin tidak mengenali sifat mood pasien yang tidak biasa, orang yang
mengenal pasien menyadari bahwa hal tersebut tidak normal. Sebaliknya, mood dapat iritabel,
khususnya ketika rencana seseorang terang-terangan dirintangi. Pasien sering menunjukkan
perubahan mood yang dominan dari euforia pada awal perjalanan penyakit menjadi iritabilitas
dikemudian hari.
Gangguan Bipolar II
Gambaran klinis pada gangguan bipolar II yaitu adanya gambaran klinis pada gangguan depresi
berat ditambah dengan gambaran klinis episode hipomanik. Sejumlah studi menunjukkan adanya
kaitan gangguan bipolar II dengan gangguan perkawinan. Resiko untuk berusaha dan
melaksanakan bunuh diri lebih tinggi pada gangguan bipolar II dibandingkan dengan gangguan
bipolar I serta gangguan depresif berat.
Gangguan yan timbul bersamaan
Ansietas. DSM-IV-TR mencatat adanya gangguan campuran ansietas signifikan bersamaan
depresi yang signifikan.
Ketergantungan Alkohol. Data yang tersedia menunjukkan bahwa pada perempuan lebih
terkait dengan diagnosis depresi yang juga ada daripada ketergantungan alkohol pada laki-laki.
Keadaan Medis. Banyak studi menunjukkan bahwa terapi gangguan depresif berat yang timbul
bersamaan dapat memperbaiki perjalanan gangguan medis yang mendasari, termasuk kanker.
Pemeriksaan Status Mental
Episode Depresif
Gambaran Umum. Retardasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling lazim
timbul, walaupun agitasi juga terlihat, terutama pada pasien lanjut usia. Meremas-remas tangan
dan menarik-narik rambut merupakan gejala tersering agitasi. Pada berbagai gangguan mood
terdapat gejala yang menyerupai “ciri katatonik” fakta ini dimasukkan dalam DSM-IV-TR.
Mood, Afek, dan Perasaan. 50% pasien menyangkal bahwa dirinya depresi, secara umum
memang tidak memperlihatkan dirinya depresi. Seringkali anggota keluarga membawa pasien
untuk ditangani karena penarikan diri secara social dan aktifitas umum yang berkurang.
Pembicaraan. Pasien mengalami penurunan laju dan volume bicara; mereka memberikan
jawaban terhadap pertanyaan yang hanya membutuhkan satu kata dan tampak terlambat
menjawab pertanyaan. Pemeriksa dapat menunggu 2 hingga 3menit sebelum pertanyaan dijawab.
Gangguan Persepsi. Pasien depresi dengan waham atau halusinasi dikatakan memiliki episode
depresi berat dengan gambaran psikotik. Bahkan bila tidak ditemukan waham atau halusinasi,
beberapa klinisi menggunakan istilah depresi psikotik terhadap pasien yang secara umum
mengalami depresi dengan keadaan yang tidak mau berbicara, tidak mandii, membuang kotoran
sembarangan. Pasien tersebut lebih baik dijelaskan memiliki ciri katatonik.
Waham yang kongruen mood pada pasien depresi mencakup rasa bersalah, berdosa, tidak
berharga, miskin, gagal, dikejar, serta memiliki penyakit somatik terminal (seperti kanker dan
otak yang membusuk).
Waham yang tidak kongruen mood pada pasien depresi meliputi tema kebesaran berupa
kekuatan, pengetahuan, dan rasa berharga yang berlebihan; misalnya; keyakinan seseorang
disiksa karena ia merupakan seorang Juruselamat.
Walaupun relative jarang, halusinasi dapat terjadi saat episode depresi berat dengan ciri psikotik.
Isi Pikir. Sekitar 10% pasien depresi memiliki gejala nyata gangguan pikiran, biasanya berupa
bloking pikiran dan sangat miskin isi piker.
Sensorium dan Kognisi
Orientasi. Hampir seluruh pasien depresi masih memiliki orietasi terhadap waktu, tempat dan
orang.
Memori. Sekitar 50 hingga 75% pasien depresi memiliki hendaya kognitif, kadang-kadang
disebut dengan istilah pseudo demensia depresif. Pasien ini sering mengeluh konsentrasi
terganggu dan mudah lupa.
Kontrol impuls. Pasien denganvgangguan depresif beresiko lebih tinggi terhadap bunuh diri saat
keadaan mereka membaik dan memperoleh kembali energy yang dibutuhkan untuk merancang
dan melakukan usaha bunuh diri (bunuh diri paradoks).
Daya Nilai dan Tilikan. Tilikan pasien depresi terhadap kelainan yang mereka alami biasanya
berlebihan; pasien melebih-lebihkan gejala, gangguan, dan masalah hidup mereka.
Taraf Dapat Dipercaya. Pasien depresi seringkali melebih-lebihkan hal yang buruk dan
menutup-nutupi hal yang baik. Psikiater sebaiknya tidak melihat informasi pasien yang salah ini
sebagai suatu kebohongan yang dibuat-buat; penyampaian informasi yang membantu mungkin
mustahil pada seseorang dengan pikiran depresi.
Episode Manik
Gambaran Umum. Pasien manik tereksitasi, banyak bicara, kadang menghibur, dan seringnya
hiperaktif. Pada suatu waktu, mereka secara umum psikotik dan terdisorganisasi serta
membutuhkan pengikatan dan suntikan intramuscular obat sedative.
Mood, Afek, dan Perasaan. Pasien manik biasanya euforik, tapi mereka mungkin juga iritabel,
khususnya ketika muncul mania. Pasien ini juga memiliki toleransi rendah terhadap frustrasi,
yang dapat mengarahkan ke rasa marah dan permusuhan. Pasien manik dapat labil secara emosi,
berganti dari tertawa ke iritabilitas ke depresi dalam hitungan menit atau jam.
Pembicaraan. Pasien manik tidak dapat disela ketika mereka sedang berbicara, dan mereka
sering menjadi/dianggap pengganggu bagi orang-orang disekeliling mereka. Pembicaraan
mereka sering terganggu. Ketika mania menjadi lebih intens, pembicaraan menjadi semakin
keras, semakin cepat, dan sulit diartikan, kemudian diisi dengan lelucon, sajak, bermain dengan
kata-kata, serta tidak relevan ketika keadaan mania semakin meningkat. Masih pada tingkat
aktivitas yang lebih besar, asosiasi menjadi longgar, kemampuan untuk berkonsentrasi semakin
memudar, serta flight of ideas, word salad, dan neologisme timbul. Pada cetusan manik akut,
pembicaraan dapat benar-benar inkoheren dan tidak dapat dibedakan dengan orang dengan
skizofrenia.
Gangguan Persepsi. Waham timbul pada 75% pasien manik. Waham manik yang kongruen
mood sering berkenaan dengan kemakmuran, kemampuan yang luar biasa, atau kekuatan.
Waham bizar dan tidak kongruen mood dan halusinasi juga terjadi pada mania.
Pikiran. Pasien manik sering teralih perhatiannyadan fungsi kognitif pada keadaan manik
ditandai dengan arus gagasan yang tidak tertahan dan dipercepat.
Sensorium dan Kognisi. Secara kasar, orientasi dan memori masih intak, walaupun sejumlah
pasien manik dapat sedemikian euforik hingga mereka menjawab dengan tidak benar. Emil
Kraepelin menyebut gejala ini sebagai “delirious mania”.
Kendali Impuls. Sekitar 75% pasien manik bersifat menyerang atau mengancam, lebih sering
pada pasien dengan gangguan bipolar I daripada pasien dengan skizofrenia.
Penilaian dan Tilikan. Pasien manik memiliki sedikit tilikan terhadap gangguan mereka,
mereka dapat melanggar hokum dalam hal kartu kredit, aktivitas seksual, serta keuangan dan
kadang-kadang melibatkan keluarga mereka di dalam kehancuran keuangan mereka.
Taraf Dapat Dipercaya. Pasien manik dikenal tidak dapat dipercaya informasinya. Oleh karena
berbohong dan menipu lazim pada mania, klinisi yang tidak berpengalaman munkin mengobati
pasien manik dengan sikap meremehkan yang tidak sesuai.