TI Depresi

47
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapat perhatian serius. 1 Secara global diperkirakan depresi terjadi pada 340 juta jiwa. 2 Sebuah penelitian di Amerika menyatakan satu dari dua puluh orang di Amerika setiap tahun mengalami depresi dan paling tidak satu dari lima orang pernah mengalami depresi sepanjang sejarah kehidupan mereka. Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. 3 Depresi berdasarkan tingkat penyakitnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu depresi ringan, depresi sedang, dan depresi berat. 1 Di negara-negara berkembang, WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020 depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung. 1 Hasil survei Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada Juni 2007 menyebutkan sekitar 94 persen masyarakat Indonesia mengidap 1

Transcript of TI Depresi

Page 1: TI Depresi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat

ini, yang mendapat perhatian serius.1 Secara global diperkirakan depresi

terjadi pada 340 juta jiwa.2 Sebuah penelitian di Amerika menyatakan satu

dari dua puluh orang di Amerika setiap tahun mengalami depresi dan paling

tidak satu dari lima orang pernah mengalami depresi sepanjang sejarah

kehidupan mereka. Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional

berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,

berperasaan dan berperilaku) seseorang.3 Depresi berdasarkan tingkat

penyakitnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu depresi ringan, depresi sedang,

dan depresi berat.1

Di negara-negara berkembang, WHO memprediksikan bahwa pada

tahun 2020 depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak

dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian

setelah serangan jantung.1 Hasil survei Perhimpunan Dokter Spesialis

Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada Juni 2007 menyebutkan sekitar

94 persen masyarakat Indonesia mengidap depresi dari mulai tingkat ringan

hingga paling berat.4

Schote dan Clum (dikutip dari Lubis1) menjelaskan bahwa seseorang

yang berusaha untuk bunuh diri umumnya menderita depresi. Sekitar 80%

individu yang melakukan bunuh diri diketahui mengalami depresi.5 Depresi

dapat terjadi pada siapa saja dalam berbagai rentang usia, mulai dari anak-

anak, remaja, dewasa maupun orang tua. Survei masyarakat terakhir

melaporkan adanya prevalensi yang tinggi dari gejala-gejala depresi pada

golongan usia dewasa muda yaitu 18-24 tahun.1

Pada depresi ringan dan sedang, penderita tidak perlu mendapat

perawatan medis. Selain itu depresi ringan dan sedang dapat ditangani

sendiri dengan berbagai alternatif penanganan dan pencegahan depresi,

1

Page 2: TI Depresi

misalnya pengaturan diet, olahraga, dan relaksasi. Sedangkan pada kasus

depresi berat, perlu diberikan perawatan medis karena penderitanya

mengalami berbagai kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan

baik.1

B. Tujuan

Tujuan telaah ilmiah ini adalah untuk mengetahui dengan lebih jelas gejala,

jenis dan diagnosis depresi sehingga penatalaksanaan dapat lebih cepat dan

tepat.

2

Page 3: TI Depresi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Depresi

Istilah depresi sudah begitu popular dalam masyarakat dan semua

orang mengetahuinya. Akan tetapi arti sebenarnya dari depresi itu sukar

didefinisikan secara tepat. Istilah dan kata yang identik maknanya dengan

depresi dalam bahasa Indonesia sehari-hari tidak ada. Depresi adalah kata

yang memiliki banyak nuansa arti. Depresi merupakan suatu keadaan

mental mood yang menurun yang ditandai dengan kesedihan, perasaan

putus asa, tidak bersemangat, rasa bersalah, harga diri yang rendah, dan

perasaan kosong.7-9

Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,

termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,

konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya serta

gagasan bunuh diri.10 Rathus (dikutip dari Lubis1) menyatakan orang yang

mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang meliputi keadaan

emosi, motivasi, fungsional dan gerakan tingkah laku secara kognisi.

Menurut seorang ilmuwan terkemuka yaitu Phillip L. Rice (dikutip

dari Informasi Psikologi3), depresi adalah gangguan mood, kondisi

emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,

berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara

dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.3

Menurut Atkinson (dikutip dari Lubis1) depresi sebagai suatu gangguan

mood yang dicirikan tidak ada harapan dan patah hati, ketidakberdayaan

yang berlebihan, tidak mampu mengambil keputusan memulai suatu

kegiatan, tidak mampu berkonsentrasi, tidak punya semangat hidup, selalu

tegang dan mencoba bunuh diri.

3

Page 4: TI Depresi

B. Epidemiologi Depresi

Gangguan depresi mayor (berat) adalah tipe yang paling umum dari

gangguan mood yang dapat didiagnosis, dengan perkiraan prevalensi

semasa hidup berkisar antara 10% hingga 25% untuk wanita dan 5% hingga

12% untuk pria.11

Jenis Kelamin

Pada pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur atau

negara, terdapat prevalensi gangguan depresi berat yang dua kali lebih besar

pada wanita dibandingkan laki-laki.12 Meski perbedaan hormonal atau

perbedaan biologis lainnya yang terkait dengan gender kemungkinan

berpengaruh, namun sebuah diskusi panel yang diselenggarakan oleh

American Psychological Association (APA) menyatakan bahwa perbedaan

gender sebagian besar disebabkan oleh lebih banyaknya jumlah stres yang

dihadapi wanita dalam kehidupan kontemporer. Perbedaan dalam gaya

mengatasi masalah juga dapat membantu menjelaskan mengenai lebih

besarnya wanita untuk terkena depresi.11

Usia

Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40

tahun; 50% dari semua pasien mempunyai onset antara usia 20-50 tahun.

Gangguan depresif berat juga mungkin memiliki onset selama masa anak-

anak atau pada lanjut usia, walaupun hal tersebut jarang terjadi. Beberapa

data epidemiologis akhir-akhir ini menyatakan bahwa insiden gangguan

depresif berat meningkat pada orang-orang berusia kurang dari 20 tahun.

Jika pengamatan tersebut benar, hal tersebut mungkin berhubungan dengan

meningkatnya penggunaan alkohol dan zat lain pada kelompok usia

tersebut.12

4

Page 5: TI Depresi

Ras

Prevalensi gangguan mood tidak berbeda dari satu ras ke ras lain.

Tetapi, klinisi cenderung kurang mendiagnosis gangguan mood dan terlalu

mendiagnosis skizofrenia pada pasien yang mempunyai latar belakang rasial

yang berbeda dengan dirinya.12

Status Perkawinan

Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi pada orang yang tidak

memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau yang

berpisah.12

Pertimbangan Sosioekonomi

Tidak ditemukan adanya korelasi antara status sosioekonomi dan

gangguan depresif berat.12 Namun sumber lain menyatakan orang dengan

taraf sosioekonomi yang lebih rendah memiliki risiko yang lebih tinggi

dibanding mereka dengan taraf yang lebih baik untuk menderita depresi.11

C. Etiologi Depresi

Dasar umum untuk gangguan depresif tidak diketahui namun telah

ditemukan sejumlah faktor lain yang mungkin mempengaruhinya.

1. Faktor Fisik

a. Faktor Genetik

Keluarga lapis pertama (anak, kakak, adik, dan orang tua) dari

orang yang menderita penyakit depresi berat mempunyai risiko yang

lebih besar (10-15%) menderita penyakit ini daripada penduduk pada

umumnya (1-2%). Teori tentang alasan keturunan bawaan ini saling

bertentangan dan pencarian ‘tanda-tanda bawaan’ yang menunjukkan

kecenderungan depresi masih tidak berhasil.

Penelitian Kendler (dikutip dari Lubis1) dari departemen psikiatri

Virginia Commonwealth University terhadap kembar perempuan

menunjukkan bahwa anak kembar berbagi faktor risiko terhadap

neurotisme dan depresi berkisaran antara 70% karena genetik, 20%

5

Page 6: TI Depresi

karena faktor lingkungan dan hanya 10% diakibatkan oleh penyebab

langsung depresi berat, artinya jika salah satu kembar terdeteksi depresi

berat, kembar yang lain memiliki faktor risiko yang besar bisa terserang

depresi juga. Namun saat pertama kali munculnya depresi berat tidak

dapat diprediksi. 1,8

b. Susunan Kimia Otak dan Tubuh

Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh tampaknya

memegang peranan besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang

depresi ditemukan adanya perubahan dalam jumlah bahan kimia

tersebut. Hormon noradrenalin yang memegang peranan utama dalam

mengendalikan otak dan aktivitas tubuh, dimana pada orang depresi

kadar hormon ini berkurang. Pada wanita, perubahan hormon estrogen

dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Hormon kortisol juga

dipercaya menyebabkan depresi. Pada orang yang sehat, kortisol

dikeluarkan dalam jumlah yang besar pada pagi hari dan makin

berkurang menjelang sore hari. Sedangkan pada orang yang depresi,

hormon kortisol dikeluarkan dalam jumlah yang sama sepanjang hari.

Hal tersebut banyak ditemukan pada orang yang depresi berat dengan

simtom fisik.

Walaupun banyak macam neurotransmitter yang berbeda, riset

menunjukkan bahwa ada kekurangan dari beberapa neurotransmiter

serotonin, norepinephrine dan dopamine dapat menyebabkan terjadinya

depresi. Di lain sisi jika kelebihan jumlah neurotransmiter dapat menjadi

penyebab fase manik dalam periode manik-depresi.

Selain itu, terdapat dua penjelasan dalam teori fisiologis mengenai

depresi. Yang pertama, adanya gangguan metabolisme elektrolit pada

pasien depresi. Sodium dan potasium klorida sangat penting bagi

pemeliharaan daya kerja dan fungsi kontrol terhadap rangsang perasaan

bersemangat atau rasa gembira yang terdapat pada sistem saraf. Bila

distribusinya pada neuron terganggu, dapat membawa individu pada

6

Page 7: TI Depresi

kondisi depresi. Penjelasan yang kedua, yaitu bahwa depresi disebabkan

adanya hambatan dalam transmisi neural yang terjadi dalam system

saraf simpatik serta melibatkan transmiter neuralnya, yaitu nor-

epinephrine.1,8

c. Faktor Usia

Berbagai penelitian mengungkapkan golongan usia muda yaitu

remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini dapat

terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas

perkembangan yang penting, yaitu peralihan dari masa anak-anak ke

masa remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau

bekerja, serta masa pubertas hingga ke pernikahan. Namun sekarang ini

usia rata-rata penderita depresi semakin menurun yang menunjukkan

bahwa remaja dan anak-anak semakin banyak yang terkena depresi.

Survei masyarakat terakhir melaporkan adanya prevalensi yang tinggi

dari gejala-gejala depresi pada golongan usia dewasa muda yaitu 18-24

tahun. 1,8

d. Faktor Gender

Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi

daripada pria. Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, bisa

saja karena wanita lebih sering mengakui adanya depresi daripada pria

dan dokter lebih dapat mengenali depresi pada wanita. Bagaimanapun

juga tekanan sosial pada wanita yang mengarah pada depresi lebih

jarang ditemui pada pria daripada wanita. Ada juga perubahan

hormonal dalam siklus menstruasi yang berhubungan dengan

kehamilan, kelahiran dan menopause yang membuat wanita lebih rentan

menjadi depresi.

Lebih banyaknya wanita tercatat mengalami depresi bisa juga

disebabkan oleh pola komunikasinya. Menurut Pease & Pease (dikutip

dari Lubis1) bahwa pola komunikasi wanita berbeda dengan pria. Jika

7

Page 8: TI Depresi

seorang wanita mendapat masalah, maka wanita tersebut ingin

mengkomunikasikannya dengan orang lain, sedangkan pria cenderung

untuk memikirkan masalahnya sendirian hingga mendapatkan jawaban

atas masalahnya. Pria juga jarang menunjukkan emosinya sehingga

kasus depresi ringan dan sedang pada pria jarang diketahui.1

e. Gaya Hidup

Banyak kebiasaan atau gaya hidup tidak sehat berdampak pada

penyakit misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan

depresi. Gaya hidup yang tidak sehat misalnya tidur tidak teratur, makan

tidak teratur, mengonsumsi jenis makanan fast food atau makanan yang

mengandung bahan perasa, pengawet dan pewarna buatan, kurang

berolahraga, merokok, dan minum-minuman keras. 1

f. Penyakit Fisik dan Obat-obatan

Orang yang menderita penyakit fisik yang berat atau kondisi

kelumpuhan yang lama seperti artritis rhematoid mungkin berakhir

dengan depresi. Namun beberapa kondisi juga dapat bertindak sebagai

penyebab khas suatu depresi.

Beberapa penyakit fisik penyebab depresi:

Penyakit syaraf: penyakit parkinson, multiple sclerosis, epilepsi,

demensia

Penyakit ganas: kanker paru, tumor otak, kenker pankreas

Penyakit endokrin: hipotiroid, sindroma Cushing, penyakit Addison

Penyakit ginjal: kegagalan ginjal, dialisis ginjal

Anemia: kekurangan zat besi, folat, vit.B12

Infeksi: influenza dan pasca influenza, hepatitis, demam kelenjar,

bruselosis

Efek samping obat: metildopa, kortikosteroid, l-dopa, diuretik,

barbiturat, deserpin

8

Page 9: TI Depresi

Kegagalan obat: bensodiasepedin, penenang, amfetamin,

alkohol.1,8,10

g. Kurangnya Cahaya Matahari

Mereka baik-baik saja ketika musim panas tetapi menjadi depresi

ketika musim dingin. Mereka disebut menderita seasonal affective

disorder (SAD). SAD berhubungan dengan tingkat hormon melatonin

yang dilepaskan dari kelenjar pineal ke otak. Pelepasannya sensitif

terhadap cahaya, lebih banyak dilepaskan ketika gelap.1

2. Faktor Psikologis

a. Kepribadian

Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya

depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada individu-

individu yang lebih rentan terhadap depresi, yaitu yang mempunyai

konsep diri serta pola pikir yang negatif, pesimis, juga tipe kepribadian

introvert. 1

b. Pola Pikir

Seorang psikiatri Amerika, Aaron Beck (dikutip dari Lubis1)

menggambarkan pola pemikiran yang umum pada depresi dan dipercaya

membuat seseorang rentan terkena depresi. Secara singkat, dia percaya

bahwa seseorang yang merasa negatif mengenai diri sendiri rentan

terkena depresi.1

c. Harga Diri (Self-Esteem)

Self-Esteem adalah pandangan individu terhadap nilai dirinya atau

bagaimana seseorang menilai, mengakui, menghargai, atau menyukai

dirinya sendiri. Harga diri berhubungan dengan status ekonomi dan

berbagai aspek kesehatan dan perilaku sehat, juga berhubungan dengan

self-efficacy. Bandura (dikutip dari Lubis1) mengatakan self-efficacy

9

Page 10: TI Depresi

adalah perasaan individu mengenai kemampuannya dalam melakukan

sesuatu.

Menurut penelitian, rendahnya harga diri pada remaja

mempengaruhi seorang remaja untuk terserang depresi. Depresi dan self-

esteem dapat dilihat sebagai lingkaran setan. Ketidakmampuan untuk

menghadapi secara positif situasi sosial dapat menyebabkan rendahnya

self-esteem yang mengakibatkan depresi. Depresi nantinya

menyebabkan ketidakmampuan untuk berhubungan dengan orang lain

dan diterima dalam kelompok sosial yang menyebabkan perasaan

rendahnya self-esteem. 1

d. Stres

Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah rumah

atau stres berat yang lain dianggap dapat menyebabkan depresi. Reaksi

terhadap stres seringkali ditangguhkan dan depresi dapat terjadi

beberapa bulan sesudah peristiwa itu terjadi.

Riset telah memperlihatkan bahwa kejadian-kejadian dalam hidup

yang buruk cenderung menumpuk dalam 6-12 bulan sebelum mulai

terjadinya depresi. Tampaknya terjadi peningkatan serangan depresi

setelah adanya peristiwa kehidupan yang paling menimbulkan stres. 1,8

e. Lingkungan Keluarga

Kehilangan Orang Tua Ketika Masih Anak-anak

Ada bukti bahwa individu yang kehilangan ibu mereka ketika muda

memiliki risiko lebih besar terserang depresi. Akibat psikologis, sosial

dan keuangan yang ditimbulkan oleh kehilangan orang tua yang lebih

penting daripada kehilangan itu sendiri.

Jenis Pengasuhan

10

Page 11: TI Depresi

Psikolog menemukan bahwa orang tua yang sangat menuntut dan

kritis, yang menghargai kesuksesan dan menolak semua kegagalan

membuat anak-anak lebih mudah terserang depresi di masa depan.

Penyiksaan Fisik dan Seksual Ketika Kecil

Ada beberapa bukti bahwa penyiksaan fisik atau seksual dapat

membuat seseorang berisiko terserang depresi berat sewaktu dewasa.

Studi telah menunjukkan bahwa setengah dari orang-orang yang

mengunjungi psikiatri punya semacam perhatian seksual yang tidak

diinginkan ketika remaja dan anak-anak. 1

f. Penyakit Jangka Panjang

Orang yang sakit keras menjadi rentan terhadap depresi saat

mereka dipaksa dalam posisi dimana mereka tidak berdaya atau karena

energi yang mereka perlukan untuk melawan depresi sudah habis untuk

penyakit jangka panjang. Demikian pula dengan kecemasan terhadap

ketidakamanan finansial bisa menjadi faktor yang penting terjadinya

depresi. 1

D. Jenis-jenis Depresi

1. Jenis-jenis Depresi Berdasarkan Tingkat Penyakit

Menurut klasifikasi organisasi kesehatan dunia WHO, berdasarkan

tingkat penyakitnya depresi dibagi menjadi:

a. Mild depression/ minor depression dan dysthymic disorder

Pada depresi ringan, mood yang rendah datang dan pergi dan penyakit

datang setelah kejadian stressful yang spesifik. Perubahan gaya hidup

biasanya dibutuhkan untuk mengurangi depresi jenis ini. Bentuk depresi

yang kurang parah disebut distimia (Dystymic disorder). Depresi ini

menimbulkan gangguan mood ringan dalam jangka waktu yang lama

sehingga seseorang tidak dapat bekerja optimal.

b. Moderate depression

11

Page 12: TI Depresi

Pada depresi sedang mood yang rendah berlangsung terus dan individu

mengalami simtom fisik juga walaupun berbeda-beda tiap individu.

Perubahan gaya hidup saja tidak cukup dan bantuan diperlukan untuk

mengatasinya.

c. Severe depression/ major depression

Individu akan mengalami gangguan dalam kemampuan untuk bekerja,

tidur, makan, dan menikmati hal yang menyenangkan. Penting untuk

mendapatkan bantuan medis secepatnya.1

2. Jenis-jenis Depresi Berdasarkan Klasifikasi Nosologi

Klasifikasi nosologi dari keadaan depresi telah terbukti bernilai dalam

praktik klinik dan telah dibakukan oleh WHO.

Jenis-jenis depresi berdasarkan klasifikasi nosologi:

a. Depresi psikogenik

Depresi ini karena pengaruh psikologis individu. Biasanya terjadi akibat

kejadian yang dapat membuat seseorang sedih atau stres berat.

Berdasarkan pada gejala dan tanda-tanda, terbagi menjadi:

1. Depresi reaktif

Merupakan istilah yang sering digunakan untuk gangguan mood

depresif yang ditandai oleh apati dan retardasi atau oleh kecemasan

dan agitasi.

2. Exhaustion depression

Merupakan depresi yang timbul setelah bertahun-tahun masa laten,

akibat tekanan perasaan yang berlarut-larut, goncangan jiwa yang

berturut atau pengalaman berulang yang menyakitkan.

3. Depresi neurotik

Asal mulanya adalah konflik-konflik psikologis masa anak-anak

(seperti keadaan perpisahan dengan ibu pada masa bayi, hubungan

orang tua-anak yang tidak menyenangkan) yang selama ini

disimpan dan membekas dalam jiwa penderita.

b. Depresi endogenik

12

Page 13: TI Depresi

Depresi ini diturunkan, biasanya timbul tanpa didahului oleh masalah

psikologis atau fisik tertentu, tetapi bisa juga dicetuskan oleh trauma

fisik maupun psikis.

c. Depresi somatogenik

Pada depresi ini dianggap bahwa faktor-faktor jasmani berperan dalam

timbulnya depresi, terbagi dalam beberapa tipe:

1. Depresi organik

Disebabkan oleh perubahan-perubahan morfologi dari otak seperti

arteriosklerosis serebri, demensia senilis, tumor otak, defisiensi

mental, dan lain-lain.

2. Depresi simptomatik

Merupakan depresi akibat atau bersamaan dengan penyakit-

penyakit jasmaniah seperti:

Penyakit infeksi: hepatitis, influenza, pneumonia.

Penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipotiroid.

Akibat tindakan bedah.

Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antihipertensi.

Pada fase penghentian kecanduan narkotika, alkohol dan obat

penenang.1

3. Jenis-jenis Depresi Menurut Penyebabnya

Menurut Greg Wilkinson8 depresi dapat digolongkan sebagai depresi

“reaktif” dan “endogenus”.

a. Depresi Reaktif

Gejalanya diperkirakan akibat stres luar, seperti kehilangan seseorang

atau kehilangan pekerjaan. Ini merupakan jenis depresi paling umum

dan sungguh merupakan perluasan dari perasaan gundah yang normal.

Umumnya orang yang mengalami depresi reaktif akan merasa muram,

cemas, sering marah dan mudah tersinggung.

b. Depresi Endogenus

13

Page 14: TI Depresi

Gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor luar. Seorang psikiater

mendiagnosis seorang pasien menderita depresi endogenus jika mereka

menunjukkan tanda-tanda sedih, menarik diri dan mempunyai beberapa

gejala berikut ini:

1. Hilangnya hasrat seks.

2. Anoreksia atau kehilangan berat badan.

3. Kelambanan fisik dan mental atau kegelisahan atau agitasi.

4. Bangun pagi-pagi.

5. Perasaan bersalah.

6. Tidak menikmati apa-apa.

7. Suasana hati paling rendah di pagi hari dan meningkat dengan

berjalannya hari.

8. Suasana hati sedih yang berbeda dari kesedihan biasa.

c. Depresi Primer dan Sekunder

Depresi primer : depresi yang tidak mempunyai penyebab.

Depresi sekunder: depresi yang disebabkan penyakit fisik atau

psikiatrik atau kecanduan obat atau alkohol.1,8,13,14

4. Jenis-jenis Depresi Menurut Gejalanya

Menurut gejalanya depresi dapat digolongkan sebagai “neurotik” dan

“psikotik”. Namun perbedaannya tidak terlalu jelas seperti yang diinginkan

para dokter. Oleh karena banyak orang yang mempunyai gejala kedua jenis

penyakit dan beberapa jenis depresi (terutama yang endogenus) tidaklah

bersifat neurotik ataupun psikotik.

a. Depresi Neurotik

Biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang meyedihkan tetapi

jauh lebih berat dari biasanya. Seringkali didahului oleh trauma

emosional seperti kehilangan orang yang dicintai. Orang yang

menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas sekaligus

merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau ketakutan

abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidak menderita delusi atau

halusinasi.

14

Page 15: TI Depresi

b. Depresi Psikotik

Depresi yang berkaitan dengan delusi atau halusinasi atau keduanya.

c. Psikosis Depresi Manik (disebut juga depresi bipolar)

Merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai gangguan suasana

hati yang berat. Orang yang menderita gangguan ini menunjukkan

gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini dapat

diganti dengan perasaan gembira, gairah dan aktivitas secara

berlebihan, gambaran ini disebut “mania”.1,8,15

5. Jenis-jenis Depresi Menurut Arah Penyakit

Depresi yang terjadi sendiri dan tidak dihubungkan dengan penyakit

manik (lawan dari depresi dan sifat orang itu sangat gembira) disebut

sebagai:

a. Depresi “unipolar”

Gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja.

Penderita dalam jangka waktu yang lama hanya mengalami perasaan

sedih saja.

b. Depresi “bipolar”

Dahulunya gangguan ini disebut manik depresif. Tidak seperti

gangguan depresi yang lainnya, gangguan bipolar meliputi lingkaran

depresi pada satu kutub dan gembira berlebihan atau maniak pada

kutub lainnya. Kadang-kadang suasana perasaan tersebut berubah

secara drastis dan cepat, tetapi sebagian besar berlangsung secara

gradual.1,8

6. Depresi Tersembunyi

Diagnosis depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat

bilamana depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang tidak

dapat diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa sebab yang nyata

atau hipokondria atau sebaliknya perilaku yang tidak dapat diterangkan

seperti wanita lanjut usia yang suka mengutil.1,8

15

Page 16: TI Depresi

E. Gejala Depresi

Gejala depresi adalah kumpulan perilaku dan perasaan yang secara

spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Namun perlu diingat, setiap

orang mempunyai perbedaan yang mendasar, yang memungkinkan suatu

peristiwa atau perilaku dihadapi secara berbeda antara satu orang dengan

yang lainnya. Gejala utama depresi pada derajat ringan, sedang dan berat

adalah afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya

energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang

nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Gejala-gejala

depresi ini bisa kita lihat dari tiga segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik,

psikis dan sosial.

1. Gejala Fisik

Menurut beberapa ahli, gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai

rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang

dialami. Gejala fisik berupa:

Gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit).

Menurunnya aktivitas fisik.

Menurunnya efisiensi kerja.

Menurunnya produktivitas kerja.

Mudah merasa letih dan sakit.

Konsentrasi dan perhatian berkurang.

Bicara dan gerak-geriknya pelan dan kurang hidup.

Anoreksia (kadang-kadang makan terlalu banyak sebagai pelarian)

dan penurunan berat badan.

Diare, konstipasi dan muntah.

Kehilangan libido dll. 1,8,9,15,16

2. Gejala Psikis

Adapun gejala psikis yang muncul berupa:

16

Page 17: TI Depresi

Kehilangan rasa percaya diri.

Sensitif.

Merasa tidak berguna.

Perasaan bersalah.

Perasaan terbebani.

Perasaan sedih.

Kosong, bosan dan putus asa.

Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.

Gagasan atau perbuatan mengancam jiwa atau bunuh diri dll.1,8,9,15,16

3. Gejala Sosial

Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya

mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan atau aktivitas rutin lainnya.

Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi

tersebut yang pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung,

menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi

biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau

bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah

lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara

kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal.

Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif

menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan. Adapun

gejala sosial lainnya:

Konsep diri kurang.

Isolasi.

Menarik diri.

Tergantung. 1,8,9

F. Diagnosis Depresi (berdasarkan PPDGJ III)

F32 EPISODE DEPRESI

Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat):

17

Page 18: TI Depresi

Afek depresif

Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan

menurunnya aktivitas.

Gejala lainnya:

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang;

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;

c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;

d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;

e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;

f. Tidur terganggu;

g. Nafsu makan berkurang.

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut

diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan

diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika

gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan

berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang

pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan di bawah

salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-)

F32.0 Episode Depresif Ringan

Pedoman Diagnostik

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti

tersebut di atas;

Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: (a) sampai

dengan (g)

Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya

Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2

minggu

18

Page 19: TI Depresi

Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang

biasanya dilakukan.

Karakter kelima: F32.00 = Tanpa gejala somatik

F32.01 = Dengan gejala somatik

F32.1 Episode Depresif Sedang

Pedoman Diagnostik

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti

pada episode depresi ringan (F30.0)

Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;

Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu

Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan dan urusan rumah tangga.

Karakter kelima: F32.10 = Tanpa gejala somatik

F32.11 = Dengan gejala somatik

F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik

Pedoman Diagnostik

Semua gejala utama depresi harus ada

Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa

diantaranya harus berintensitas berat

Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)

yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu

untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.

Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode

depresi berat masih dapat dibenarkan.

Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,

maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun

waktu kurang dari 2 minggu.

19

Page 20: TI Depresi

Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan dan urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat

terbatas.

F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

Pedoman Diagnostik

Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut

di atas;

Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya

melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang

mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.

Halusinasi auditori atau olfaktori biasanya berupa suara yang

menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.

Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi

atau tidak serasi dengan afek (mood-congruent).

F32.8 Episode Depresif Lainnya

F32.9 Episode Depresif YTT

F33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG

Pedoman Diagnostik

Gangguan ini tersirat dengan episode berulang dari:

Episode depresi ringan (F32.0)

Episode depresi sedang (F32.1)

Episode depresi berat (F32.2 dan F32.3)

Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan

tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan

bipolar.

Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan

hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).

20

Page 21: TI Depresi

Namun kategori ini tetap harus jika ternyata ada episode singkat dari

peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria

hipomania (F30.0) segera sesudah episode depresif (kadang-kadang

tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi).

Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun

sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya

menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini

harus tetap digunakan).

Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali

dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma

mental lain (adanya stres atau tidak esensial untuk penegakkan

diagnosis).

Diagnosis Banding: Episode depresif singkat berulang (F38.1)

F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan

Pedoman Diagnostik

Untuk diagnosis pasti:

a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan

episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif

ringan (F32.0); dan

b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa

gangguan afektif yang bermakna.

Karakter kelima : F33.00 = Tanpa gejala somatik

F33.01 = Dengan gejala somatik

F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang

Pedoman Diagnostik

Untuk diagnosis pasti:

21

Page 22: TI Depresi

a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan

episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif

sedang (F32.1); dan

b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa

gangguan afektif yang bermakna.

Karakter kelima : F33.10 = Tanpa gejala somatik

F33.11 = Dengan gejala somatik

F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala

Psikotik

Pedoman Diagnostik

Untuk diagnosis pasti:

a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan

episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat

tanpa gejala psikotik (F32.2); dan

b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa

gangguan afektif yang bermakna.

F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan

Gejala Psikotik

Pedoman Diagnostik

Untuk diagnosis pasti:

a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan

episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat

dengan gejala psikotik (F32.2); dan

b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa

gangguan afektif yang bermakna.

22

Page 23: TI Depresi

F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi

Pedoman Diagnostik

Untuk diagnosis pasti:

a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah

dipenuhi di masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak

memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat keparahan

apa pun atau gangguan lain apa pun dalam F30-F39; dan

b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa

gangguan afektif yang bermakna.17

F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya

F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT

G. Pengukuran Depresi

1. HDRS (Hamilton Depression Rating Scale) 18

Hamilton Depression Scale (HDS atau HAMD), juga dikenal

Hamilton Rating Scale for Depression atau Hamilton Depression

Rating Scale, adalah tes yang mengukur keberatan dari gejala depresi

pada individu. Tujuannya adalah untuk menilai keberatan dari

penampakan gejala depresi pada anak-anak maupun pada orang dewasa.

HDRS dikembangkan oleh Max Hamilton (1960) sebagai

pengukur gejala depresi yang dapat digunakan dalam hubungannya

dengan interview klinik pada pasien depresi. Direvisi terakhir pada

tahun 1967. Hamilton juga membuat Hamilton Depression Inventory.

Tergantung dari versi yang digunakan, terdapat 17 atau 21 item

interview yang mengandung rating. Versi 17 item HDRS lebih umum

digunakan dari versi 21 item yang mengandung 4 item tambahan yang

mengukur gejala yang berhubungan dengan depresi, seperti paranoia dan

obsesi.

Tabel 1. Nilai tingkat depresi HDRS

23

Page 24: TI Depresi

Nilai tes HDRS Tingkat depresi

0-6 Tak ada depresi

7-16 Depresi ringan

17-24 Depresi sedang

>24 Depresi berat

2. MADRS (Montgomery Asberg Depression Rating Scale)

MADRS pertama kali diperkenalkan oleh Montgomery dan

Asberg. Skala rating ini terdiri dari butir yang lebih sedikit dari HDRS.

MADRS lebih sensitif terhadap perubahan harian sehingga baik untuk

digunakan dalam membandingkan pemakaian dua obat atau lebih.

3. Beck Depression Inventory

Beck Depression Inventory adalah suatu skala pengukuran

depresi terdiri dari 21 items pernyataan yang diberikan oleh pemeriksa,

namun dapat juga digunakan oleh pasien untuk menilai derajat

depresinya sendiri. Berdasarkan interpretasi terhadap Beck Depression

Inventory terdapat enam kategori status depresi, yaitu:

Tabel 2. Nilai tingkat depresi Beck Depression InventoryNilai tes BDI Tingkat depresi

1-10 tidak depresi

11-16 gangguan mood ringan

17-20 borderlines klinis depresi

21-30 depresi ringan-sedang

31-40 depresi berat

>40 depresi sangat berat

4. Zung Self Depression Scale

Zung Self Depression Scale adalah suatu skala depresi terdiri dari

20 kalimat dan penilaian derajat depresinya dilakukan oleh pasien

sendiri.

24

Page 25: TI Depresi

Tabel 3. Nilai tingkat depresi Zung Self Depression ScaleNilai tes ZSDS Tingkat depresi

25-49 Normal

50-59 Depresi ringan

60-69 Depresi sedang

>70 Depresi berat

G. Penatalaksanaan

Pada kasus depresi berat diperlukan terapi dan pengobatan yang

efektif untuk mengurangi depresi, namun pada kasus depresi ringan dan

sedang dapat melakukan terapi terhadap diri sendiri untuk mengurangi

gejala-gejala depresi.1

1. Obat Antidepresan

Ada beberapa obat antidepresan yaitu:

MAOIs (Monoamine Oxidase Inhibitors)

Obat ini menghalangi aktivitas monoamine oxidase, enzim yang

menghancurkan monoamine neurotransmitters norephinefrin,

serotonin, dan dopamin.

Tricyclics

Obat ini meningkatkan aktivitas neurotransmitters monoamine

norephinefrin dan serotonin dengan menghambat reuptake ke dalam

neuron.

SSRIs

Obat ini hanya menghambat reuptake serotonin namun tidak

menghalangi neurotransmiter lain.

2. CBT (Cognitive Behavior Therapy)

Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien

yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien. CBT

adalah terapi yang dikembangkan oleh Beck tahun 1976, dan paling

sesuai untuk gangguan harga diri dan depresi. Sejumlah penelitian telah

25

Page 26: TI Depresi

menunjukkan keefektifan pendekatan terapi kognitif untuk mengobati

penderita depresi. Salah satu penelitian mengenai pasien yang

mengalami depresi tahap sedang hingga berat, hasilnya menunjukkan

bahwa pasien yang dirawat dengan terapi kognitif mempunyai angka

pemulihan yang lebih besar, angka kegagalan lebih kecil dan angka

perbaikan lebih cepat dibanding pasien yang diobati dengan terapi obat

antidepresi saja.

3. Terapi Interpersonal

Terapi interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang

berfokus kepada orang-orang dengan perkembangan simtom penyakit

kejiwaan. Jika terapi kognitif berfokus pada persepsi dan reaksi terhadap

persepsi tersebut, terapi interpersonal menekankan kepada terapi

komunikasi.

4. Konseling Kelompok dan Dukungan Sosial

Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara

konseling yang dilakukan antara seorang konselor profesional dengan

beberapa pasien sekaligus dalam kelompok kecil. Kegunaan dukungan

sosial kelompok diantaranya adalah agar pasien merasa ada orang lain

yang juga menderita sehingga dapat mengurangi rasa isolasi.

5. Berolahraga

Keadaan mood yang negatif seperti depresi, kecemasan, dan

kebingungan disebabkan oleh pikiran dan persaan yang negatif pula.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan pikiran dan

perasaan positif yang dapat menghalangi munculnya mood negatif

adalah dengan berolahraga. Bryan, psikolog olahraga di ACE

( American Counsil of Excercise) mengatakan bahwa olahraga dapat

membantu individu mengatasi stres, depresi ringan dan memperbaiki

mood.

26

Page 27: TI Depresi

6. Diet (Mengatur Pola Makan)

Simtom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di

dalam tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan

depresi semakin parah yaitu:

Konsumsi kafein secara berkala

Konsumsi sukrosa (gula)

Kekurangan biotin, asam folat, vitamin B, vitamin C, kalsium,

tembaga, magnesium atau potasium.

Ketidakseimbangan asam amino

Alergi makanan.

7. Terapi Humor

Sudah lama profesional medis mengakui bahwa pasien yang

mempertahankan sikap mental yanng positif dan berbagi tawa merespon

lebih baik terhadap pengobatan. Respon fisiologis dari tertawa termasuk

meningkatnya pernafasan, sirkulasi, sekresi hormon, enzim pencernaan

dan peningkatan tekanan darah.

8. Berdoa

Berdoa merupakan salah satu untuk mengatasi depresi. Doa dapat

mendatangkan ketenangan lahir dan batin serta melepaskan kita dari

ketegangan fisik dan mental kita.

9. Hidroterapi dan Hidrotermal

Hidroterapi adalah penggunaan air untuk pengobatan penyakit.

Terapi hidrotermal adalah penggunaan efek temperatur air misalnya

mandi air panas, sauna, dll. Tubuh bereaksi terhadap stimulus panas dan

dingin. Saraf mengantarkan rangsangan yang dirasakan kulit ke dalam

tubuh, dimana merangsang sistem imun, mempengaruhi hormon stress,

meningkatkan aliran tubuh dan mengurangi rasa sakit.1

27

Page 28: TI Depresi

BAB III

KESIMPULAN

Depresi merupakan suatu keadaan mental mood yang menurun yang

ditandai dengan kesedihan, perasaan putus asa, tidak bersemangat, rasa

bersalah, harga diri yang rendah, dan perasaan kosong. Menurut klasifikasi

organisasi kesehatan dunia WHO, berdasarkan tingkat penyakitnya depresi

dibagi menjadi: Mild depression/ minor depression (depresi ringan);

Moderate depression (depresi sedang); dan Severe depression/ major

depression (depresi berat).

Gejala utama depresi pada derajat ringan, sedang dan berat adalah

afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang

menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah

kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Pada depresi ringan, mood

yang rendah datang dan pergi dan penyakit datang setelah kejadian stressful

yang spesifik. Perubahan gaya hidup biasanya dibutuhkan untuk

mengurangi depresi jenis ini. Depresi ini menimbulkan gangguan mood

ringan dalam jangka waktu yang lama sehingga seseorang tidak dapat

bekerja optimal.

Pada depresi sedang mood yang rendah berlangsung terus dan

individu mengalami simtom fisik juga walaupun berbeda-beda tiap individu.

Perubahan gaya hidup saja tidak cukup dan bantuan diperlukan untuk

28

Page 29: TI Depresi

mengatasinya. Pada depresi berat individu akan mengalami gangguan dalam

kemampuan untuk bekerja, tidur, makan, dan menikmati hal yang

menyenangkan. Penting untuk mendapatkan bantuan medis secepatnya.

Pada kasus depresi berat diperlukan terapi dan pengobatan yang

efektif untuk mengurangi depresi, namun pada kasus depresi ringan dan

sedang dapat melakukan terapi terhadap diri sendiri untuk mengurangi

gejala-gejala depresi. Adapun penatalaksanaan depresi meliputi obat

antidepresan, CBT (cognitive behavior therapy), terapi interpersonal,

konseling kelompok dan dukungan sosial, berolahraga, terapi humor,

berdoa, hidroterapi dan hidrotermal.

29

Page 30: TI Depresi

DAFTAR PUSTAKA

1. Lubis NL. Depresi tinjauan psikologis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group; 2009.

2. Poongothai S, Pradeepa R, Ganesan A, Mohan V. Prevalence of depression in a large urban South Indian population - the Chennai urban rural epidemiology study (cures – 70). Journal Plos One. 2009; 4(9): 1-6.

3. Informasi Psikologi. Depresi. Edisi 6 Desember 2001. Diunduh dari http://www.e-psikologi.com/epsi/klinis_detail.asp?id=162, 5 Oktober 2010.

4. Sutarto. 94 persen masyarakat mengalami depresi. Edisi 20 Juni 2007. Diunduh dari http://www.tempointeraktif.com/share/?act=TmV3cw= =&type=UHJpbnQ=&media=bmV3cw==&y=JEdMT0JBTFNbeV0=&m=JEdMT0JBTFNbbV0=&d=JEdMT0JBTFNbZF0=&id=MTAyMjgx, 5 Oktober 2010.

5. Lerik DC, Johana EP. The effect of music therapy on depression among students. Jurnal Sosiosains. 2005; 18(2): 209-19.

6. Informasi Psikologi. Waspada depresi pada remaja. Edisi 24 Maret 2008. Diunduh dari http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id =481, 5 Oktober 2010.

7. Hartanto H. Kamus kedokteran Dorland. edisi 29. Jakarta: EGC; 2002. p. 588.

8. Wilkinson G. Depresi buku pintar kesehatan. Jakarta: Arcan; 1995.

30

Page 31: TI Depresi

9. Keliat BA. Protokol depresi. Dalam: Kedaruratan pada gangguan alam perasaan. Jakarta: EGC, 1996; p.18-24.

10. Kaplan HI, Sadock BJ. Depresi. Dalam: Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya Medika, 1998; p. 227-32.

11. Nevid JS, Rathus SA, Greene B. Gangguan mood dan bunuh diri. Dalam: Psikologi abnormal. jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2005; p. 229-71.

12. Kaplan HI, Sadock BJ. Gangguan mood. Dalam: Sinopsis psikiatri. Tangerang: Bina Rupa Aksara, 2010; p. 227-32.

13. Hinton J. Depresi dan perawatannya. Jakarta: Dian Rakyat; 1989.

14. Patric MC. Menghadapi depresi dan elasi. Jakarta: Arcan; 1992.

15. Maramis WF. Neurosa depresif. Dalam: Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga University Press, 2005; p. 270-3.

16. Cadoret RJ, King LJ. Affective disorder depression and mania. In: Psychiatry in primary care. St. Louis: The C.V. Mosby Company, 1983; p. 42-70.

17. Maslim R. Pedoman penggolongan dan diagnostik gangguan jiwa III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2003.

18. Encyclopedia of Mental Disorders. Hamilton depression scale. Diunduh dari http://www.minddisorders.com/Flu-Inv/Hamilton-Depression-Scale.html, 3 Desember 2009.

31