Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada...

40
94 Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam hias suatu daerah terhadap ragam hias daerah lain antar lain tata warna, isen-isen, kegunaan kain batik dan ukuran kain batik. Lebih lanjut Atik Soepandi menguraikan bahwa masih dapat ditelusuri nama- nama tenun batik Sunda, antara lain: a. Boéh siang : Boéh = Lawon = kain. Siang = artinya merah. Boéh siang berarti kain merah. b. Gagang senggang : Gagang = tangkai. Senggang = tanaman perdu yang berduri. Gagang senggang berarti tangkai tanaman perdu yang berduri. c. Giringsing : Motif batik berwarna coklat dan sangat halus, diberi lukisan sayap dengan campuran gambar lain. d. Hujan riris : Motif batik yang menggambarkan titk-titik air hujan atau disebut juga udan iris. e. Kalangkang ayakan : Kalangkang = bayangan. Ayak=ayakan = saringan dari bambu. Kalangkang ayakan berarti bayangan saringan dari bambu. f. Kampuh jayanti : Kain batik yang berlukiskan pohon jayanti (pohon yang buahnya bisa dijadikan kopi). g. Kekembangan : Bermacam-macam bunga. h. Kembang muncang : Bunga kemiri. i. Kembang taraté : Bunga teratai. j. Lusian besar : Lusian = benang-benang yang dilukiskan membujur pada tenunan. Besar = besar. Lusian besar berarti motif batik yang bergaris membujur yang dilukiskan dengan benang besar. k. Mangin hiris : Mangin = angin. Hiris = tanaman perdu yang buahnya seperti petai hanya berukuran sangat kecil. Mangin hiris berarti motif batik yang menggambarkan pohon, daun dan buah hiris yang tertiup angin. l. Parigi nyéngsoh : Parigi = sumber air atau sumur. Nyéngsoh = miring. Parigi nyéngsoh berarti sumur atau pagar sumur yang telah miring. m. Surat awi : Serat awi = serat bambu dan bambu besar atau gombong. Motif kain yang bergambar serat-serat

Transcript of Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada...

Page 1: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

94

Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam hias suatu daerah

terhadap ragam hias daerah lain antar lain tata warna, isen-isen, kegunaan kain

batik dan ukuran kain batik.

Lebih lanjut Atik Soepandi menguraikan bahwa masih dapat ditelusuri nama-

nama tenun batik Sunda, antara lain:

a. Boéh siang : Boéh = Lawon = kain. Siang = artinya merah. Boéh siang berarti kain merah.

b. Gagang senggang : Gagang = tangkai. Senggang = tanaman perdu yang berduri. Gagang senggang berarti tangkai tanaman perdu yang berduri.

c. Giringsing : Motif batik berwarna coklat dan sangat halus, diberi lukisan sayap dengan campuran gambar lain.

d. Hujan riris : Motif batik yang menggambarkan titk-titik air hujan atau disebut juga udan iris.

e. Kalangkang ayakan : Kalangkang = bayangan. Ayak=ayakan = saringan dari bambu. Kalangkang ayakan berarti bayangan saringan dari bambu.

f. Kampuh jayanti : Kain batik yang berlukiskan pohon jayanti (pohon yang buahnya bisa dijadikan kopi).

g. Kekembangan : Bermacam-macam bunga. h. Kembang muncang : Bunga kemiri. i. Kembang taraté : Bunga teratai. j. Lusian besar : Lusian = benang-benang yang dilukiskan

membujur pada tenunan. Besar = besar. Lusian besar berarti motif batik yang bergaris membujur yang dilukiskan dengan benang besar.

k. Mangin hiris : Mangin = angin. Hiris = tanaman perdu yang buahnya seperti petai hanya berukuran sangat kecil. Mangin hiris berarti motif batik yang menggambarkan pohon, daun dan buah hiris yang tertiup angin.

l. Parigi nyéngsoh : Parigi = sumber air atau sumur. Nyéngsoh = miring. Parigi nyéngsoh berarti sumur atau pagar sumur yang telah miring.

m. Surat awi : Serat awi = serat bambu dan bambu besar atau gombong. Motif kain yang bergambar serat-serat

Page 2: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

95

bambu atau bergambar bambu gombong atau bambu besar.

n. Seumat sahurun : Seumat = peniti atau penusuk. Sahurun = seikat atau setumpuk. Seumat sahurun berarti motif batik yang menggambarkan seikat atau setumpuk peniti.

o. Urang-urangan : Urang-urangan = udang-udangan atau hurang-hurangan atau huhurangan. Motif batik yang menggambarkan udang. Warnanya coklat tua sebagai warna dasar dan coklat muda untuk warna udang. Bisa dibandingkan dengan batik uwit udang sekarang.

Pada saat ini sangat banyak corak batik yang antara lain ada yang dinamakan

batik Giringsing, Giringsing Wayang, Kawung Écé, Katuncar Mawur, Kangkung,

Kumeli, Keris, Parang Rusak, Parang Sari, Méga mendung, Sidamukti, Léréng

Enéng, Soré Isuk, Uwit, Uwit Udang, Pecah Kopi, Jayanti, Bilik, dan Rengganis.

Pengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk.

Berdasarkan topografi wilayah Sunda, motif batik yang ada di wilayah Sunda

dapat digambarkan sebagai berikut: Motif Batik Jenis Topografi

Sunda Flora Fauna Alam / Barang Perbukitan (bagian selatan)

• Taraté(teratai) • Tumbuhan air • Ganas (nanas)

• Buhaya (buaya) • Oray (ular) • Cakcak (cecak)

• Banji, ceplok, ganggong, kawung, parang, léréng, tiruan pola anyam

Dataran tinggi (bagian tengah)

• Tanaman perdu berdaun lebar

• Hanjuang

• Maung (harimau) • Uncal (kijang) • Gogog (Anjing) • Kuda • Merak (Burung

merak)

• Bentuk-bentuk geometris (bujur sangkar, empat persegi panjang, lingkaran, belah ketupat)

Dataran rendah (bagian utara)

• Areuy (Tumbuhan merambat)

• Sisi laut • Bako (bakau)

• Hurang (udang) • Kerang • Cumi-cumi • Lauk cai (ikan

laut)

• Méga (awan) • Seuneu (api) • Cai (air) • Batu • Parahu (perahu) • Kipas • Payung

Tabel III.1 Pemetaan Motif kain batik untuk iket Sunda berdasarkan topografi wilayah Sunda

Page 3: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

96

3.8 Warna Tradisonal pada Kain Batik Parahyangan

Warna alami pada kain tenun Sunda diperoleh dengan mencelup kain tenun

dengan bahan alam seperti dicelupkan pada leutak (lumpur) untuk memperoleh

warna marun (biru kehitaman), pada tarum (nila) untuk memperoleh warna bulao

kolot (biru keunguan) dan warna gandaria (ungu kemerah-merahan) serta pada

gambir untuk memperoleh warna merah.

Mengenai warna khas Parahyangan seperti ditulis oleh Sulasmi Darmaprawira

(2002:162-163) bahwa warna khas Parahyangan telah banyak diungkapkan dalam

bentuk sastra dan puisi atau lagu-lagu Sunda lama seperti Cianjuran dan pada

cerita pantun sinyun ada semacam pantun yang disebut sisindiran atau paparikan,

yaitu:

Lawon sepré gandaria Nu kayas kantun sakodi Teu maliré satia Bet luas ngantunkeun abdi (Kain seprai berwarna ungu Yang merah muda tinggal satu kodi Tidak mengindahkan yang setia Sampai hati meninggalkan diriku).

Warna yang dikenal masyarakat Sunda adalah gandaria (ungu), kayas (merah

muda), paul (biru ultramarine), héjo paul (biru turquoise). Dikenal pula warna

gradasi antara merah dengan biru seperti beureum, kayas kasumba, gandaria,

gondola, paul (merah, merah muda, merah muda keunguan, ungu, biru keunguan

dan biru ultramarine. Selain itu dikenal pula warna gumading atau gading (krem).

Menurut Felix Feitsma9 warna khas Sunda pada intinya memiliki warna dasar

bulao (biru) dan gading (krem). Hal ini dikarenakan daerah Sunda merupakan

penghasil buah Tarum Areuy yang berwarna biru sehingga di Sunda dikenal pula

sebagai daerah aliran sungai Citarum dan adanya kerajaan Tarumanagara,

9 Felix Feitsma merupakan seorang pemerhati budaya Sunda dan bekerja pada bagian Seni dan

Budaya Paguyuban Pelestari Budaya Bandung pada wawancara tanggal 13 Mei 2006.

Page 4: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

97

sedangkan warna gading (krem) karena bahan tekstil dari Sunda berasal dari

tanaman kapuk (kapas). Masyarakat Sunda juga mengenal warna sebagai simbolis

seperti:

Warna Lambang Penggunaan Putih Kesucian Warna busana pengantin perempuan Merah dan putih

Keberanian dan kesucian

a. Ngaruat rumah baru b. Upacara panen pertama kali c. Pemberian nama anak d. Numbas (kesucian gadis pada saat

menikah) Kuning Kejayaan Upacara berbagai syukuran Hitam dan putih

Bangun tulak atau tolak bala

Pada iket dengan motif batik tritik dan berbagai benda lain agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan

Tabel. III.2 Simbol warna bagi masyarakat Sunda

Gambar III.35

Iket dengan warna hitam putih yang berfungsi sebagai tolak bala.

(Sumber : Nian S. Djumena, 1990:113)

Menurut Hidayat Suryalaga10 bahwa warna khas Sunda dipengaruhi oleh keadaan

topografi. Pada dasarnya Jawa Barat (Sunda) terdiri dari tiga jenis topografi yang

membentang dari barat ke timur, yaitu dataran rendah di bagian utara, dataran

tinggi di bagian tengah dan perbukitan di bagian selatan. Dari perbedaan

topografi ini menghasilkan warna yang biasa dipakai oleh masyarakat

10 Hidayat Suryalaga, salah satu tokoh Sunda dalam wawancara tanggal 20 Juli 2006.

Page 5: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

98

pendukungnya. Uraian warna tradisional Sunda dapat digambarkan sebagai

berikut:

a. bagian selatan merupakan perbukitan yang pada umumnya mata pencaharian

masyarakatnya adalah nelayan. Warna yang muncul pada daerah ini antara

lain mulai dari merah, kuning, oranye, kuning emas dan perak.

b. Bagian tengah merupakan daerah dataran tinggi yang masyarakatnya hidup

bertani baik berladang maupun bersawah. Warna pada daerah ini umumnya

gradasi dari hijau muda sampai hitam pekat.

c. Bagian dataran rendah merupakan daerah dataran rendah yang masyarakatnya

pada umumnya berdagang. Warna pada daerah ini umumnya gradasi dari

warna krem sampai coklat tua pekat.

3.9 Iket sebagai Pelengkap Busana Tradisional Sunda

Tatakrama berbusana masyarakat Sunda merupakan tatakrama yang mendukung

proses daur hidup (cyclelife). Atau dapat dikatakan sebagai bagian dari kegiatan

yang menunjang terlaksanananya proses daur hidup. Karena dalam menjalankan

kegiatan daur hidup baik daur hidup makro yaitu proses perjalanan kehidupan

manusia dari mulai lahir sampai manusia itu mati maupun proses perjalanan

manusia dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, manusia menggunakan busana

sebagai penutup tubuhnya. Hal ini juga menunjukkan manusia sebagai makhluk

berbudaya. Hidayat Suryalaga (1993:32) menyebutkan bahwa:

″…henteu ngan dina “daur hirup” wungkul nu ngandung ajén tatakrama téh, tapi ogé dina sugri aspék adat istiadat séjénna. Kayaning dina tatanan, arsiték, tata busana, jeung réa-réa deui…″ (tatakrama tidak hanya terdapat pada daur hidup saja, tapi juga pada aspek adat istiadat lainnya. Seperti pada norma, arsitek, tata busana dan lain sebagainya).

Penataan busana dalam kehidupan sehari-hari merupakan unsur utama dalam

menata kehidupan, hal ini seperti diuraikan disebutkan pula oleh Hidayat

Suryalaga (1993:34) bahwa:

″…unsur atawa aspék tatakrama upama rék diwincik mah kacida jembarna. Da puguh tatakrama mah sasatna ngawengku usik malik, ucap lampah, tingkah laku manusa ti mimiti hudang saré, tepi ka hudang deui. Tapi sanajan kitu bisa baé dicoba dipasing-pasing nurutkeun unsur-unsur

Page 6: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

99

utamana, pangpangna upama maké ukuran tatakrama nu digunakeun di lingkungan hirup kumbuh masarakat urang Sunda, nyaéta kwalitas pangaweruh, basa, wirahma nyarita (lentong), sikep awak (rengkuh, penampilan), tata cara gaul (pergaulan), dangdanan (tata busana) jeung itikad…″. (unsur atau aspek utama tatakarama seandainya diuraikan lebih rinci akan sangat kompleks. Karena tatakrama meliputi semua tingkah laku manusia mulai dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi. Walaupun demikian bisa saja dicoba dipilah-pilah menurut unsur-unsur utamanya, terlebih seandainya memakai ukuran tatakrama yang digunakan di lingkungan tempat tinggal masyarakat Sunda, yaitu kualitas pendidikan, bahasa, dialek berbicara, sikap atau penampilan, pergaulan, tata busana dan tujuan hidup).

Berbusana serasi bagi masyarakat Sunda merupakan unsur utama dalam

tatakarama pergaulan bermasyarakat, selain salah satunya sebagai identitas dalam

pergaulan sehari-hari. D.K Ardiwinata (1916:9) menguraikan: ″ …demi anu jadi

tanda tatakrama aya tilu nyaéta peta atawa kalakuan, basa jeung papaes… ″.

(yang menjadi tanda tatakrama ada tiga hal yaitu prilaku, bahasa dan berbusana).

Dalam tatakarama pemakaian tutup kepala khususnya untuk menghadap orang

yang dianggap lebih tinggi status sosialnya, masyarakat Sunda memiliki aturan

khusus seperti ditulis D.K Ardiwinata (1916:17) bahwa:”…ditotopong kudu

dibendo jawa, upama teu bisa dapon bérés jeung rapat baé, ulah diiket kebo

modol, diporténg, ngéré, dibendo jucung sumawona barangbang semplak”

(…..memakai tutup kepala haruslah memakai bendo damelan seperti di Jawa,

apabila tidak sempat karena setiap selesai bekerja selalu harus rapat, jangan

sekali-kali menggunakan iket kebo modol, porténg, ngéré, memakai bendo dengan

letak terlalu ke atas apalagi barangbang semplak)”. Keterangan ini juga

membuktikan bahwa kedudukan jenis tutup kepala pada masyarakat Sunda

memiliki stratifikasi yaitu mulai dari yang rendah menuju yang tinggi dengan

urutan dudukuy, iket dan bendo. Apabila mereka akan menghadap orang yang

lebih tinggi kedudukannya maka dianjurkan untuk memakai iket dengan bentuk

lebih rapi yaitu seperti bentuk udeng atau bendo damelan. Hal ini menunjukkan

udeng atau bendo damelan merupakan iket yang termasuk padanan berbusana

resmi atau untuk kesempatan istimewa dibandingkan model iket yang lain.

Page 7: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

100

jenis-jenis iket sunda

Page 8: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

101

Seperti ditulis Iwan Bloch yang dikutip Soegeng Toekio M. (1974:13) bahwa

berbusana bagi tiap suku bangsa itu senantiasa dipengaruhi oleh faktor-faktor

kesopanan atau etika, lingkungan, kesehatan, dan nilai kegunaan yang ditentukan

pemakainya. Dikatakannya pula bahwa semula busana hanya merupakan alat

penutup tubuh, yang berfungsi sebagai pelindung tubuh terhadap pengaruh iklim.

Kemudian dengan berkembangnya perikehidupan dan pergaulan hidup manusia

maka berkembang pula fungsi serta jenisnya. Fungsi yang semula itupun kian

meningkat dan bertambah pula dengan pemikiran-pemikiran yang melibatkan

unsur estetika dan kegunaan busana yang disesuaikan dengan selera, lingkungan,

dan taraf kehidupan pemakainya.

Sesuai perkembangan dan kemajuan sosial ekonomi masyarakat, berbusana pun

mengalami perkembangan. Secara tradisional seseorang dikatakan berbusana

lengkap apabila telah mengenakan unsur kelengkapan busana pada bagian kepala,

badan dan bagian bawah badan. Hal ini dikemukakan pula oleh Soegeng

Toekio M. bahwa:

bagi seorang wanita tentu saja rambut disanggul atau dipotong sedemikian rupa dan mengenakan hiasan pada rambut. mengenakan baju, mengenakan busana bagian bawah dari berbagai jenis kain dan mengenakan alas kaki. Sedangkan seorang laki-laki busana lengkapnya terdiri dari tutup kepala, baju, kain dan alas kaki.

Di setiap daerah di Indonesia kita mengenal tata cara berbusana yang berbeda-

beda yang kita kenal sebagai busana daerah atau busana tradisional. Tata cara ini

menyangkut penilaian seseorang dalam berbusana dan nilai-nilai yang dianggap

baik atau buruk serta falsafah pada setiap bagian busana yang memiliki makna

simbol tersendiri.

3.10 Perkembangan Iket Sunda

Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat turut berpengaruh pada

perkembangan bentuk dan wujud iket sebagai salah satu kelengkapan busana pria.

Masyarakat selalu berusaha memenuhi kebutuhannya dengan segala

kemampuannya yang ditunjang oleh materi. Iket merupakan benda pakai yang

Page 9: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

102

dicipatakan berdasarkan pemikiran masyarakat pendukungnya. Hal ini berkaitan

dengan fungsi, bentuk, teknik dan bahan iket. Iket berkaitan dengan kehidupan

masyarakat Sunda, di antaranya selain sebagai benda pakai, juga untuk memenuhi

kebutuhan sendiri dan lingkungan masyarakatnya serta dalam perkembangannya

iket dibuat karena adanya pesanan.

3.10.1 Masa Pembentukan Kabupaten-kabupaten di Wilayah Parahyangan Hingga Masa Awal Kekuasaan Eropa di Wilayah Sunda (1620-1808)

Secara kultural, penduduk yang mendiami Tatar Sunda berasal dari berbagai etnis

atau suku bangsa. Suku bangsa Sunda merupakan suku bangsa mayoritas karena

hampir sebagian besar mereka mendiami wilayah Tatar Sunda. Suku bangsa

Sunda menggunakan bahsa Sunda sebagai bahasa pergaulannya sehari-hari.

Sementara suku bangsa Jawa merupakan komunitas yang menggunakan bahasa

Jawa sebagai bahasa ibunya. Suku bangsa Jawa mendiami daerah pesisir utara

yaitu Cirebon, Indramayu, Karawang, dan Banten. Pengaruh kebudayaan Jawa

sebagian disebabkan karena politik ekspansi yang dilakukan oleh Kerajaan

Mataram di bawah pimpinan Sultan Agung. Pada waktu Kerajaan Mataram

berperang melawan VOC di Batavia, Sultan Agung membangun sebuah koloni

Jawa di sekitar Karawang. Selain suku bangsa Sunda dan Jawa, di Tatar Sunda

berdiam pula berbagai etnis pendatang seperti bangsa Eropa, Cina, Arab, dan lain-

lain.

Pada awal pertumbuhan kekuasaan Eropa di Tatar Sunda, struktur sosial yang

dikenal masyarakat Sunda tidak didasarkan pada etnis tertentu, tetapi lebih

didasarkan pada status sosial. Dengan bertambah besarnya kekuasaan Eropa di

Tatar Sunda maka struktur sosial pun bergeser menjadikan etnis sebagai salah satu

kriteria untuk pelapisan sosial. Berdasarkan kriteria ini, masyarakat Sunda terbagi

ke dalam empat golongan, yaitu:

1. Golongan bangsa Eropa

2. Golongan masyarakat Cina

3. Golongan masyarakat Arab

Page 10: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

103

4. Golongan pribumi, yang terdiri dari :

a. Golongan raja dan keluarganya b. Golongan elite c. Golongan non elite d. Golongan budak

Sejak tahun 1620 yaitu setelah Kerajan Sumedanglarang menyerahkan diri kepada

Mataram, di wilayah Parahyangan pelapisan sosial yang dikenal oleh masyarakat

terbagi ke dalam tiga golongan, yaitu:

1. Golongan kaum ménak yakni para Bupati dan keluarganya sebagai penguasa

di kabupaten. Ciri khusus golongan ini ialah memakai gelar kebangsawanan

Radén untuk pria dan Nyiradén untuk wanita. Gelar yang lebih tinggi yaitu

Pangéran dan Panembahan khusus untuk ménak Sumedang dan sifatnya tidak

diwariskan tetapi bergantung pemerintah Hindia Belanda. Selain itu adapula

gelar kehormatan yang sifatnya melekat pada pribadi penyandangnya, dapat

dicabut kembali dan tidak dapat diwariskan. Gelar itu adalah Tumenggung,

Aria, Adipati, Rangga, Ngabéhi dan Demang.

2. Golongan santana yakni kaum bangsawan rendahan. Ciri khusus golongan ini

yaitu dari gelarnya yang dipakai seperti Asép, Agus dan Ujang untuk pria dan .

Nyimas untuk wanita. Golongan ini terdiri dari para bangsawan yang tidak

memerintah, para orang kaya dan agamawan.

3. Golongan cacah atau somah yaitu golongan rakyat kebanyakan yang terdiri

dari pedagang, petani, tukang, nelayan, pegawai, agamawan yang melayani

orang-orang biasa dan tentara.

Golongan cacah atau somah merupakan masyarakat yang paling banyak

jumlahnya. Golongan petani lebih banyak tinggal di daerah pedalaman. Mereka

memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial ekonomi

masyarakat Sunda. Seluruh kebutuhan makanan, baik untuk kebutuhan sehari-hari

keluarga maupun untuk keperluan perdagangan, dipasok oleh para petani.

Golongan tukang juga berperan karena memiliki keahlian di bidang tertentu baik

untuk kepentingan militer maupun untuk kepentingan perlengkapan rumah tangga.

Page 11: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

104

Pada saat itu, iket yang dipakai masyarakat Sunda mengalami perubahan baik dari

segi bentuk maupun pemakaian kain batik yang digunakan untuk iket. Golongan

ménak dan santana menggunakan iket yang disebut udeng sedangkan golongan

somah menggunakan iket yang disebut totopong. Iket menjadi bagian penting

dalam berbusana karena dapat menunjukkan tanda identitas dalam pergaulan

sehari-hari masyarakat Sunda.

Nina H. Lubis (2003:323) mengatakan kehidupan golongan elite yang jumlahnya

terbatas serta menduduki status sosial yang tinggi itu berhubungan erat dengan

status ekonomi yang tinggi pula, dibandingkan dengan golongan non elite.

Golongan elite membedakan dirinya dari lapisan atau golongan non elite bukan

karena kehidupan ekonominya saja, melainkan pula berkaitan dengan kehidupan

sosial budayanya, cara berbahasa, gelar-gelar yang dimilikinya, rumah-rumahnya

mempunyai bentuk serta keadaan yang berbeda dengan orang golongan non elite.

Memasuki abad ke-16 Masehi, kehidupan keagamaan dan kepercayaan

masyarakat Sunda mengalami pergeseran yang cukup mendasar. Hal ini

disebabkan karena:

a. Semakin kuatnya pengaruh agama leluhur ke dalam agama Hindu. Hal ini

menurut Nina H. Lubis (2003: 325) dapat dilihat dari naskah Sanghyang

Siksakanda (ng) Karesian (2) … mangkubumi ngabakti di ratu, ratu ngabakti

di déwata, déwata ngabakti di hyang….( mangkubumi berbakti kepada raja,

raja berbakti kepada dewata, dewata berbakti kepada hyang). Penurunan

derajat dewa di bawah hyang karena konsep hyang tidak dikenal dalam agama

Hindu.

b. Masuknya agama Islam ke wilayah Sunda mengakibatkan runtuhnya

peradaban Hindu yang di Tatar Sunda mulai dibangun sejak abad ke-5

Masehi. Pada pertengahan abad ke-16, Islam telah menyebar sampai ke daerah

Parahyangan. Puncak penyebaran Islam terjadi pada tahun 1579 seiring

dengan runtuhnya Kerajaan Sunda akibat serangan Banten di bawah pimpinan

Maulana Yusuf.

Page 12: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

105

Sejak saat itu kehidupan keagamaan dan kepercayaan masyarakat Sunda

didominasi oleh Islam. Walaupun demikian ajaran Islam dan pengaruh Hindu

mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat Sunda. Konsep Hindu disesuaikan

dengan ajaran Islam kalau dulu seorang raja dianggap sebagai keturunan dewa,

sejak Islam diterima masyarakat Sunda maka raja dianggap sebagai seseorang

yang mampu menghubungkan mikrokosmos dengan makrokosmos. Dengan

demikian konsep dewa-raja berubah menjadi pandita-ratu.

Iket pada masa ini dijadikan sebagai salah satu benda yang memiliki falsafah

keagamaan, misalnya dijadikan falsafah silaturahmi, sebagai benda yang

melindungi otak karena uteuk (otak) adalah lemah putih tempat cicingna para

sang hyang (tempat suci yang merupakan tempat diamnya petunjuk dari Yang

Maha Kuasa), serta dijadikannya kain untuk iket sebagai sajadah pada saat shalat

lima waktu.

3.10.2 Masa Awal Kolonial sampai Awal Pendudukan Jepang di Wilayah Sunda (1808-1942)

Sejak Pemerintah Hindia Belanda mengantikan VOC sebagai pemegang

kekuasaan di Nusantara maka penjajahan yang sesungguhnya melakukan

penetrasi bukan hanya di bidang ekonomi dan politik, tetapi bidang sosial dan

budaya. Ikatan-ikatan tradisional yang telah terbina selama berabad-abad

diterabas, baik secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan sosial pun

tidak dapat dihindari. Pengaruh budaya barat terlihat dalam segala segi kehidupan

masyarakat termasuk dalam gaya hidup, terutama di kalangan kaum ménak

sehingga adat istiadat pun terpengaruh budaya barat.

Gaya hidup orang-orang Eropa pengusaha perkebunan melahirkan budaya baru

yang disebut budaya Indis atau Mestiezencultuur yang berkembang di kota-kota

keresidenan. Di sana mereka membangun sarana untuk penunjang kehidupan

mereka seperti tempat hiburan dan balai pertemuan serta vila yang mewah. Hal ini

terjadi pula di kota Bandung sebagai ibu kota Keresidenan Parahyangan yang di

Page 13: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

106

resmikan sejak tahun 1864. kota Bandung sejak adanya transportasi kereta api,

jumlah penduduknya terus bertambah baik penduduk pribumi maupun penduduk

Eropa dan Cina. Dalam hal ini kota Bandung yang berstatus sebagai ibu kota

kabupaten merangkap ibu kota keresidenan merupakan pusat kegiatan orang-

orang Eropa, baik kegiatan pemerintahan maupun kegiatan perekonomian dan

budaya.

Pria di wilayah Sunda pada saat itu sudah mengenal dan memakai iket dan bendo.

Masyarakat memakainya karena adanya kesadaran akan tradisi yang dipakai baik

untuk sehari-hari maupun untuk upacara adat. Kebiasaan menggunakan iket di

masa ini tidak hanya berlangsung di kalangan orang dewasa. Dalam

kesehariannya anak-anak usia sekolah pun terbiasa mengenakannya. Bahkan

sekolah-sekolah lanjutan negeri pada masa kolonial memberlakukan aturan bagi

muridnya untuk mengenakan iket sebagai bagian dari seragam sekolah.

Perkembangan busana di Sunda pada abad ke-19 tampaknya terus berlangsung.

Bupati Sukapura Radén Tanuwangsa yang bergelar Radén Tumenggung

Wiradadaha yang memerintah sejak tahun 1855 telah mengadakan perubahan-

perubahan dalam tata cara kehidupan masyarakat antara lain dalam cara berbicara

dan berbusana. Perubahan itu dilakukan dengan menyaring tata cara lama yang

masih sesuai dengan perkembangan zaman dengan tetap berupaya agar

kepribadian Sunda tetap dipertahankan. Program ini diikuti oleh kabupaten-

kabupaten lain. Salah satunya yang berkembang dari program ini dalam bidang

busana adalah berkembangnya bentuk bendo. Baik bendo berdasarkan ciri

wilayah maupun bentuk bendo yang mencirikan sekolah. Semua bendo itu

akhirnya melahirkan satu bentuk bendo yang kini disebut bendo Sunda.

Perkembangan busana pria tampak pula pada busana bagian atas dan kain. Bagi

kalangan somah dipakai baju kamprét dengan pasangan iket dan calana sontog

atau calana totog atau calana komprang serta sarung yang dipakai diselendangkan

atau dipasang agak tinggi, sedangkan bagi kaum terpelajar dan kalangan

Page 14: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

107

menengah dipakai baju tutup (jas tutup dan samping kebat atau kain panjang). Jas

tutup sering diganti dengan bedahan (jas biasa) lengkap dengan dasinya,

sedangkan kain sarung poléng diganti dengan samping kebat yang seperti biasa

dipakai oleh perempuan.

Pada saat itu bentuk iket telah berkembang menjadi bendo damelan, yakni tutup

kepala yang dibuat dari batik berbentuk setengah bulatan dan bagian atasnya agak

menggelembung. Selain itu sejak usia sekolah yaitu mulai dari tingkat dasar,

menengah atas dan perguruan tinggi para pelajar bangsa pribumi diwajibkan

memakai iket berupa bendo yang disesuaikan dengan busana pelajar yang mereka

pakai. Begitu pula dengan pegawai pemerintah. Muchtar Affendi (1997:29) dalam

tulisannya menguraikan:

Ti keur di Jampangkulon kénéh kuring sok mindeng nénjokeun para pagawé pamaréntah di kantor kawadanaan, lamun kabeneran keur kumpulan dines bulanan. Sok rempeg éta téh, ti mimiti para juru tulis, para camat nepi ka wadana, kitu deui para guru katut mantrina ti sakola kelas II anu aya di dayeuh kawadanan, sarta pagawé negri séjénna. Saréréa maraké iket nu di bendokeun. Tara aya anu maké bendo citak, lamun rék dipaké téh, ukur tinggal ngalelepkeun kana sirah wungkul. Éstu teu aya héséna. Jadi teu aya “senina”, dianggapna téh. Maké bendo citak jaman harita mah boro-boro meunang pamuji masing katémbong alus ogé. Malah sabalikna sok diparoyok, komo deui mun goréng mah. Pajarkeun téh bodo katotoloyoh, teu bisa nyieun bendo-bendo acan. Ku kituna, lantaran bendona nu diparaké téh hasil pangabisa masing-masing, nya beubeunangannana ogé biasana rupa-rupa pisan. Ti mimiti model parékos nangka nepi ka bendo nu rapih nyiripit model sakola ménak téa. Tara aya anu milu rapat ukur maké kopéah wungkul,sumawonna bubudugulan mah, da dianggapnya henteu sopan jaman haritamah”.

(waktu masih di Jampangkulon saya sering memperhatikan para pegawai pemerintah di kantor kewedanaan, kalau kebetulan sedang kumpulan rutin bulanan. Banyak orang saat itu, mulai dari para juru tulis, para camat sampai wedana, begitu pula para guru beserta mantrinya dari sekolah kelas II yang ada di kota kewedanan, serta pegawai negeri lainnya. Semuanya menggunakan iket yang dibuat seperti bendo. Tidak ada yang menggunakan bendo citak, yang apabila akan digunakan , hanya tinggal menyimpannya di atas kepala saja. Sangat mudah, jadi dianggapnya tidak ada “seninya”. Menggunakan bendo citak waktu itu sangat tidak dihargai walaupun kelihatannya bagus. Malah sebaliknya

Page 15: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

108

suka diejek, apalagi kalau memakainya tampak tidak bagus. Dianggapnya sangatlah bodoh tidak bisa membuat bendo damelan. Karena kondisi itu, memakai iket merupakan hasil kreasi masing-masing, maka hasilnyapun beragam. Dari mulai model Parekos Nangka sampai bendo damelan yang sangat rapi seperti model sakola menak. Tidak ada yang mengikuti rapat hanya memakai peci saja, apalagi tanpa tutup kepala, karena dianggapnya tidak sopan waktu itu”).

Gambar III. 37 Macam-macam bendo damelan priyayi se-Tatar Sunda (Sumber: Muchtar Affendi, 1997:30)

Gambar III. 38 Berbagai jenis iket, udeng dan bendo damelan yang dipakai

pegawai urusan desa beserta kepala desa di Kewedanaan Cicalengka tahun 1951

(Sumber: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Jawa Barat)

Page 16: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

109

Pada abad ke 19, Bandung merupakan kota pendidikan. Kondisi ini terlihat pada

tembang yang berbunyi:

Néng néléng néng gung Geura gedé geura jangkung Geura sakola ka Bandung Geura nyiar élmu luhung Néng néléng néng gung Geura gedé geura jangkung Geura sakola ka Bandung Geura makayakeun indung Artinya: Neng neleng neng gung Cepat besar cepat tinggi Segera sekolah ke Bandung Segera mencari ilmu yang tinggi Neng neleng neng gung Cepat besar cepat tinggi Segera sekolah ke Bandung Segera memuliakan ibunda Pendidikan di Indonesia pada mulanya ditujukan untuk anak-anak barat yang oleh

Daendels dinyatakan bahwa anak-anak barat harus mengenal kesusilaan, adat

istiadat, hukum, dan pengertian keagamaan orang Jawa. Jenis sekolah di Tatar

Sunda pada waktu itu adalah:

a. Pendidikan untuk penduduk Golongan Eropa • Pendidikan dasar (Europeesche Lagere School (ELS)) • Pendidikan Menengah dan Lanjutan

b. Pendidikan untuk penduduk Golongan bumiputra • Di Tatar Sunda pada umumnya anak-anak pribumi belajar agama (Islam

pada kyai/ulama diprakarsai para Bupati sehingga disebut Sakola Bupati • Sekolah dasar Negeri

1) Sekolah Dasar Kelas Satu (De Scholen der Eerste Klasse) atau HIS (Hollandsch Inlandsche School)

2) Sekolah Dasar Kelas Dua (De Scholen der Teeede Klasse) atau Sekolah Distrik atau Sakola Walanda

c. Sekolah Lanjutan • Sekolah Pertukangan (Ambachtsschool) • Sekolah Pendidikan Calon Guru atau HIK (Hollandsch Inlandsche

Kweekschool)

Page 17: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

110

• Sekolah calon pegawai atau Hoofdenshool atau Sakola Menak atau OSVIA (Opleidingsschool voor Inlandsche Ambtenaren)

Meluasnya kesempatan bagi penduduk untuk menikmati pendidikan memasuki

abad ke-20 adalah sebagai akibat lahirnya Politik etis atau Ethische Politiek yang

merupakan gagasan Van Deventer terhadap pemerintah Belanda untuk membayar

hutang kehormatan kepada bangsa Indonesia. Gagasan ini dikenal dengan Trilogi

Van deventer atau Trias Etika yaitu pendidikan, irigasi dan emigrasi.

Politik Etis telah mengubah pandangan dalam politik kolonial sehingga

pemerintah Belanda beranggapan bahwa Hindia Belanda tidak lagi sebagai

Wingewest (daerah yang menguntungkan), tetapi menjadi daerah yang perlu

dikembangkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan

budayanya harus ditingkatkan. Salah satu jalan untuk mencapai tujuan ini adalah

dengan memberikan pendidikan barat secara intensif yang meliputi:

Pendidikan dasar • Sekolah rendah dengan

bahasa pengantar bahasa Belanda (Westersch lagere Onderwijs)

1) Sekolah rendah Eropa (Europeesche lagere School (ELS))

2) Sekolah Bumiputra-Belanda

atau HIS (Hollandsch Inlandsche School)

• Sekolah rendah dengan

bahasa pengantar bahasa daerah 1) Sekolah Dasar Kelas Dua (De

Scholen der Teeede Klasse) atau Sekolah Distrik atau Sakola Walanda

a.

2) Sekolah Rakyat atau Sakola Desa atau Volkschool dengan lanjutannya Vervolgsschool atau Schakelschool

b. Pendidikan lanjutan • MULO ( Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) • AMS (Algemeene Middlebare School) • HBS (Hogere Burger School) • OSVIA (Opleidings School voor Inlandsche Ambtenaren)

c. Pendidikan Kejuruan • Sekolah perkebunan (Culruurschool)

Page 18: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

111

• Sekolah Pertanian Menengah Atas (Middlebare Landbouw School) • Sekolah Desa (Landbouwschooltjes)

d. Pendidikan tinggi • Sekolah Teknik Tinggi atau THS (Technische Hoge School) • Sekolah Hakim Tinggi atau RHS (Rechtskundige Hoge School) • Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hogeschool)

e. Lembaga Pendidikan Swasta • Sekolah Raden Dewi Sartika • Sekolah Kautamaan Istri Lasminingrat • Sekolah Siti Jenab • Bale Pawulang Pasundan • Ksatrian Institut • Pesantren Persatuan Islam (Persis)

Gambar III. 39 Busana anak sekolah berdasarkan ilustrasi dari buku Penjaga Diri (1914) yang terdiri dari iket, baju takwa, samping tanpa alas kaki.

(Sumber: Atik Sopandi, 1995:57)

Page 19: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

112

Gambar III. 40 Busana pria dewasa pada tahun 1914 berdasarkan ilustrasi dari

buku Penjaga Diri, yang terdiri dari iket, baju takwa beuheung nangtung, samping poleng dan tarumpah

(Sumber: Atik Sopandi, 1995:78)

Gambar III. 41 Busana guru dan murid berdasarkan ilustrasi dalam buku Roesdi jeung Misnen (1922)

(Sumber: Atik sopandi, 1995:121)

Page 20: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

113

Gambar III. 42 Busana yang digunakan para calon menak, murid OSVIA di

Bandung tahun 1913 (Sumber: Haryoto Kunto, 1984:185)

Baik pelajar ataupun pegawai pemerintah menurut R.M Abdullah Kartadibrata

(1997:2) mengenakan busana dengan pilihan paduan busana yaitu:

Jenis busana Paduan busana I Paduan busana II Paduan busana III

Busana sekolah

• Kamprét • Sarung • Bendo

• Jas tutup • Sarung

pekalongan • Bendo

• Jas tutup • Celana panjang • Bendo • Sandal / sepatu

pantofel Busana pegawai pemerintah

• Jas tutup • Sarung • Bendo • Sandal

• Jas tutup • Celana panjang • Bendo • Sepatu/sandal/

tarumpah

Tabel III.3 Paduan Busana untuk kesempatan sekolah dan bekerja sebagai

pegawai pemerintah

Page 21: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

114

Kaum pria mengenakan iket sebagai penutup kepala baik di kalangan rakyat

kebanyakan maupun di kalangan priyayi dan ménak (bangsawan). Yang

membedakan iket di antara mereka adalah kualitas kain saja. Orang kebanyakan

menggunakan kain batik kasar yang dikenal dengan kain iket hideung wulung atau

iket wulung. Kaum bangsawan dan para gegedén (pembesar) pemerintah

menggunakan bahan batik yang lebih bagus kualitasnya, halus dengan motif

bunga atau daun yang sangat indah. Saat itu terkenal batik Solo-an, Banyumas-an,

Tasik-an, Garut-an, dan Ciamis-an.

Dari uraian masa pendudukan Belanda ini, jelas iket telah berkembang menjadi

bentuk bendo. Bendo yang berkembang saat itu terdiri dari bendo damelan dan

bendo citak. Kondisi ini lama kelamaan membawa pada keadaan di mana orang

cenderung lebih praktis memakai bendo citak karena tidak memerlukan waktu

lama untuk membuatnya tetapi tinggal memakai. Bendo-bendo yang terkenal saat

itu adalah Bendo Sakola Ménak, Bendo Sakola Dokter, Bendo Sakola Raja, Bendo

Bandung, BendoTasikmalaya, dan Bendo Garut.

3.10.3 Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)

Tindakan pertama yang dilakukan Jepang setelah menyatakan kekuasannya atas

Seluruh wilayah Indonesia ialah mengeluarkan UU NO. 2 tanggal 8 Maret 1942

tentang larangan kegiatan berkumpul dan rapat. Tidak lama kemudian diperkuat

dengan UU No.3 tanggal 20 Maret 1942 yang melarang segala macam

perbincangan, pergerakan, dan anjuran atau propaganda mengenai aturan dan

susunan organisasi negara.

Dengan dikeluarkannya kedua UU tersebut jelas bahwa sejak pertama

Pemerintahan Militer Jepang sudah melakukan tindakan keras terhadap bangsa

Indonesia. Semua pergerakan rakyat, baik yang bersifat politik maupun sosial

dilarang. Pelanggaran terhadap peraturan itu diancam dengan hukuman yang

seberat-beratnya. Dengan kata lain, kehidupan politik bangsa Indonesia terhenti

sama sekali. Kebebasan mengeluarkan pendapat tidak ada lagi. Dengan demikian

Page 22: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

115

pada hakekatnya rakyat Indonesia hanya berganti penjajah. Pada tanggal 10 Maret

1942 Pemerintah Militer Jepang telah mengeluarkan Osamu Seirei No. 1 yang

antara lain menerangkan bahwa balatentara dai Nippon berkehendak

memperbaiki nasib rakyat Indonesia yang sebangsa dan seturunan dengan bangsa

Jepang dan juga hendak mendirikan ketenteraman yang teguh untuk hidup dan

makmur bersama dengan rakyat Indonesia atas dasar mempertahankan Asia Timur

Raya.

Pernyataan bahwa bangsa Indonesia adalah satu keturunan dengan bangsa Jepang

merupakan suatu politik rasial untuk mengikis pengaruh barat, khususnya

pengaruh Belanda dari rakyat Indonesia. Di balik ungkapan itu tersembunyi

maksud Jepang yang ingin men-Jepang-kan bangsa Indonesia. Hal ini terbukti

dengan dikeluarkannya UU No.4 tentang larangan mengibarkan bendera Merah

Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sejak itu bendera yang boleh

dikibarkan hanya bendera Kokki (Hinomaru) Jepang, dan lagu kebangsaan yang

boleh dinyanyikan hanyalah lagu Kimigayo. Pada tanggal 1 April 1942 menyusul

peraturan yang menyatakan bahwa sejak saat itu waktu khususnya jam yang

berlaku adalah waktu Jepang (waktu Tokyo). Mulai tanggal 24 April 1942 tarikh

yang dipakai adalah tarikh Sumera dengan angka tahun 2602 (dipercepat 660

tahun). Sejak saat itu rakyat Indonesia diwajibkan untuk merayakan hari raya

Tencosetsu (hari kelahiran Kaisar Hirohito) setiap tahun.

Indonesia selama penjajahan Jepang sangat menderita dalam segala bidang

termasuk diwilayah Jawa Barat. Segala keperluan hidup sangat sulit didapat.

Kekurangan bahan terjadi di segala bidang terutama bahan makanan, bahan

busana, barang-barang lain dan terjadi pula berbagai penderitaan seperti

mewabahnya penyakit biri-biri bahkan banyak rakyat yang meninggal.

Masyarakat Sunda saat itu berbusana seadanya dan pada akhirnya meninggalkan

pemakaian iket dan bendo. Kondisi ini terpengaruh pula dengan adanya prinsip

Page 23: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

116

kepraktisan sehingga untuk melindungi kepala pada umumnya masyarakat mulai

menggunakan dudukuy dan topi.

Untuk menyatakan kembali rasa nasionalisme pada bangsa Indonesia, Ir. Sukarno

memasyarakatkan kopiah atau peci hitam dalam berbusana bagi rakyat pribumi.

Dengan demikian pada umumnya saat itu baik pemimpin rakyat maupun

masyarakat luas menggunakan kopiah hitam dalam berbusana.

Gambar III. 43

Para Pemimpin rakyat menggunakan kopiah atau peci hitam sebagai pelengkap berbusana

(Sumber: http://www.indonesia.nl/images/content/100565133223)

3.10.4 Masa Republik Indonesia (1945-1965)

Pada masa perang kemerdekaan orang telah meninggalkan iket dan bendo mereka

pada umumnya telah memakai berbagai topi seperti topi jepang, dan berbagai

dudukuy seperti dudukuy cetok, dudukuy cotom, dudukuy toroktok.

Page 24: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

117

Setelah keamanan pulih, mulailah orang-orang mengenakan lagi iket dan bendo

namun pemakaiannya terbatas hanya pada saat-saat tertentu di mana banyak orang

berkumpul atau pasamoan saat yaitu seperti untuk upacara adat, pernikahan dan

khitanan.

Pembuatan bendo di Jawa Barat dimulai pada awal abad ke-20. Karena

kepraktisannya itulah akhirnya bendo lebih banyak digemari oleh masyarakat

kelas menengah ke atas. Para pegawai pamong praja, guru, pelajar, dan dalang

akhirnya mengenakan bendo, yang tetap mengenakan iket adalah masyarakat

kebanyakan. Kata bendo menurut Atik Soepandi (1995:24):

″…kemungkinan asli bahasa Sunda karena tidak terdapat dalam kamus bahasa Jawa. Adapun yang ada adalah blangkon, udheng dan kethu yang dalam bahasa Sunda ditulis dan diucapkan udeng dan ketu dan merupakan kata halus dari kata bendo sedangkan ketu merupakan padanan dari kata kopeah atau peci″.

Bila melihat bentuk dan cara pembuatannya diperkirakan bendo merupakan

perkembangan dari iket. Diperkirakan pula bendo hadir di Sunda sejalan dengan

kedatangan tentara Mataram ke Jawa Barat. Selanjutnya pada masa Kolonial

Belanda pemakaian bendo diwajibkan sebagai kelengkapan busana resmi bagi

kalangan ménak (priyayi dan bangsawan). Pemakaian bendo saat itu dipadukan

dengan busana jas tutup, kain panjang atau celana panjang, selop atau pantofel.

Page 25: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

118

Gambar III. 44 Busana resmi atau Pakaian Dinas Upacara Besar (PDUB) Bupati Bandung R. Wiranatakusumah memerintah awal abad ke-20

(Sumber: Album Busana Tradisional Indonesia, 1998/1999:69)

Page 26: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

119

Gambar III. 45 Soeria Kartalegawa saat berpidato memproklamasikan Negara Pasundan 4 Mei 1947 di alun-alun Bandung, menggunakan Bendo Sunda dengan padanan pantalon, jas, kemeja dan dasi

(Sumber: Sudarmono, 1981:140)

Pada awalnya para ménak memakai bendo damelan atau dadakan yaitu bendo

yang dibuat secara mendadak dengan cara mengikatkan langsung di kepala jika

dipergunakan. Bentuk bendo dadakan hampir menyerupai sorban dengan hiasan

sederhana berupa segitiga kecil di dahi dan ujung simpul mencuat ke samping kiri

dan kanan bagian belakang. Perkembangan bendo damelan selanjutnya ada dua

macam bendo dilihat dari pembuatannya, yaitu:

a. Bendo yang dibuat sendiri oleh pemakainya disebut bendo damelan atau

bendo beulitan atau bendo dadakan.

b. Bendo yang siap pakai buatan tukang bendo atau bendo citak. Bendo citak

memiliki dua jenis yaitu:

Page 27: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

120

• Model yang sudut ujungnya tampak di bagian depan dan simpul yang lain

tampak terlihat kebelakang.

• Model yang tanpa sudut ujung di depan sedangkan dibagian belakang

tidak kelihatan ada simpul karena tertutup oleh lipatan yang mirip

blangkon Jawa tapi tanpa mondolan (bagian yang bulat seperti telur atau

jendolan).

Bendo merupakan salah satu bentuk atau cara membelitkan tutup kepala. Ini

berarti bahwa bendo adalah bagian dari totopong atau iket atau udeng. Padanan

kata bendo adalah pinti. Kata pinti sudah jarang digunakan baik dalam tulisan dan

percakapan bahasa Sunda, sekarang hanya dikenal sisir pinti yakni sisir yang

melengkung yang diterapkan pada kepala sebagai aksesoris. Menurut H.R. Hadian

Suryadiningrat11 perkembangan iket yang di kalangan ménak disebut udeng

berubah menjadi ketu udeng atau bendo dikarenakan para ménak pria saat itu

yang asalnya memanjangkan rambut kemudian memendekkan rambutnya dengan

cara diporocol (dipangkas).

Yang dikatakan bendo sebelum perang dunia II adalah bendo yang dibuat

langsung atau bendo damelan atau bendo beulitan atau bendo dadakan bukan

bendo yang dicetak seperti lazimnya sekarang. Menjelang tahun 1930-an

tampaknya bendo buatan sendiri sudah mulai tersisihkan oleh bendo citak yang

praktis karena siap pakai. Bendo sekarang dibuat dengan cara pembuatan menurut

ukuran kepala tertentu dan dijahit serta diberi kanji dari bahan tepung sampeu

(ketela pohon) yang beri air panas secukupnya. Bendo memiliki bagian-bagian

yang terdiri atas:

11 H.R Hadian Suryadiningrat, salah satu menak Sumedang yang juga mantan ketua Yayasan

Pangeran Sumedang Museum Geusan Ulun dalam wawancara tanggal 12 Juni 2006.

Page 28: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

121

a. Cula : ujung ikat kepala yang dipasang di bagian muka berbentuk sudut segitiga.

b. Enol : bagian bendo yang berbentuk seperti ujung lidah yang berada di tengah-tengah bagian belakang.

c. Awak bendo : bagian yang menutupi kepala. d. Biwir bendo : bagian bawah bendo. e. Lamban bendo : lipitan yang menghimpit cula. f. Waton : bagian yang menonjol dan memanjang pada sisi kanan

dan kiri atas.

Gambar III.46 Bendo Sunda dan bagian-bagiannya (Sumber : Dok. 2006)

Bendo dadakan dirasakan kurang praktis karena memerlukan waktu lama

sehingga kemudian dibuat bendo citak dengan cara dijahit dan dilapisi kertas

karton. Pembuatan bendo citak dilakukan oleh seorang yang ahli. Bendo yang

dihasilkan mengalami proses modifikasi sehingga baik bentuk maupun hiasannya

menjadi lebih baik dan unsur estetiknya semakin tinggi.

Bendo citak dibuat dari kain iket separon, dibentuk menjadi setengah bulatan agak

lonjong. Sudut kain bagian tengah ditempatkan di depan, sehingga membentuk

kuncung yaitu hiasan segitiga pada dahi. Disisi kiri dan kanan dibuat wiron.

Wiron merupakan lipatan kecil berjumlah tujuh lipatan. Semula pembuatan wiron

c d a e b f

Page 29: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

122

tidak sekedar hiasan tetapi juga menunjukkan kepangkatan atau status

pemakainya.

Bagian dalam dilapisi kertas karton agar dapat memudahkan dalam

pembentukannya serta bendo menjadi kaku. Pelapisan itu yang menyebabkan

terbentuknya waton yaitu bagian yang menonjol pada sisi kanan dan kiri atas.

Tonjolan itu membentang dari depan hingga belakang sedangkan bagian tengah

depan menjorok ke dalam. Di bagian belakang tidak terdapat hiasan karena ujung

kain dimasukkan dan disimpulkan di bagian dalam sehingga tampak menonjol.

Pada bentuk bendo Parahyangan terdapat ikatan atau simpul ujung-ujung kain

pada bagian depannya. Bendo mengalami perkembangan sendiri, sehingga muncul

jenis bendo yang merujuk kepada tempat muncul atau digunakannya dan yang

merujuk kepada kelompok orang. Corak bendo Parahyangan sama halnya

dengan corak yang terdapat pada kain batik. Pada umumnya bendo Parahyangan

bermotif geometris misalnya léréng atau parang dalam berbagai ukuran,

disesuaikan dengan pangkat dan golongan pemakainya. Motif léréng merupakan

ornamen simbol dari bentuk pilin berganda menggambarkan kebesaran dan

keagungan. Oleh karena itu pemakaian bendo dan busana bermotif léréng tidak

boleh digunakan oleh sembarang orang kecuali golongan bangsawan dan

golongan menengah.

Dalam perkembangan kemudian pemakaian bendo yang memakai motif léréng

tidak terbatas sebagai kelengkapan busana resmi dinas saja tetapi digunakan juga

untuk kelengkapan busana pengantin pria dari kalangan menengah. Bentuk ragam

hias pilin digambarkannya lebih sederhana dengan ukuran lebih kecil dari léréng

barong. Bendo pada dasarnya dibuat sebagai perkembangan dari bentuk iket lohén

atau paltén karena biasanya dipakai oleh pejabat atau rakyat namun untuk upacara

resmi. Pemakain bendo kemudian tergeser dengan adanya kopéah. Menurut

Suwardi Alamsyah P. (2001:78) bahwa pici atau kopéah agaknya sudah dipakai

Page 30: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

123

sekitar tahun 1860 oleh santri dan tukang roda pengangkut penumpang jarak

Banten- Jakarta.

Kata kopéah menurut Atik Soepandi (1995:24) berasal dari bahas Arab yang

ditulis kopia sedangkan péci berasal dari bahasa Belanda pet atau petje. Dapat

diduga bahwa kata kopéah terlebih dahulu masuk ke dalam perbendaharaan

bahasa Sunda daripada kata péci. Di samping itu ada kata kerepus yang berasal

dari kata Belanda karpoets. Dalam bahasa Sunda sekarang dikenal dengan kata

kerepus, kopéah, péci atau ketu. Pada dekade tiga puluhan dan empat puluhan

orang-orang Parahyangan mulai mengenakan kopéah atau pici.

Keadaan ini telah menggeser keberadaan iket. Iket yang sudah dibentuk menjadi

bendo merupakan tutup kepala yang dijadikan kelengkapan suatu busana dalam

lingkungan masyarakat Sunda. Kedudukan bendo jauh berbeda dengan jenis iket

yang hanya merupakan tutup kepala yang dipakai oleh masyarakat kebanyakan

atau golongan somah yang dikenal dengan masyarakat pakuringan.

Kondisi di atas terjadi sebagai akibat dalam kehidupan seni budaya, pada tahun

1960-an terjadi perubahan di kalangan generasi muda pribumi dimana mereka

lebih menyukai budaya barat salah satunya melalui musik melalui siaran radio dan

melalui televisi. Akibatnya iket hanya di pakai para orang tua dari kalangan orang

kebanyakan di daerah pinggiran kota. Generasi muda menggunakan busana ala

barat tanpa tutup kepala.

Page 31: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

124

Gambar. III. 47 Busana anak sekolah dari golongan somah berdasarkan ilustrasi dari buku Ganda Sari (1949)

(Sumber: Atik Sopandi, 1995:74)

Gambar III. 48 Busana guru dan murid-murid pada tahun 1949 berdasarkan ilustrasi dalam buku Matahari Terbit I

(Sumber: Atik Sopandi, 1995:75)

Page 32: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

125

3.10.5 Masa Orde Baru Hingga Masa Reformasi (1968-2006)

Pada masa sekarang pemakaian iket hanya dapat dijumpai di beberapa daerah

yang masih memegang kuat tradisi leluhurnya. Di wilayah Parahyangan antara

lain di desa Cikondang iket biasa dipakai oleh juru pantun, di kampung adat

Rancakalong Sumedang iket dipakai oleh para petani dan saéhu (ketua kelompok

tani), di kampung Naga Tasikmalaya, di kampung Kuta Ciamis dan di kampung

Sirnaresmi Sukabumi.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan bidang kebudayaan dan kesenian

ditingkatkan pada masa ini yang berlangsung secara relatif merata baik di desa

maupun di perkotaan. Berbagai kegiatan kebudayaan dan kesenian mengalami

perkembangan yang cukup berarti. Demikian pula berbagai upaya penggalian

budaya asli banyak dilakukan dikalangan generasi muda. Salah satunya adanya

perkumpulan budaya daerah atau suku bangsa di Indonesia. Selain itu televisi juga

berperan dalam memberikan kesempatan dan peluang kepada para pelaku budaya

dan seni untuk mengekspresikan karyanya melalui media visual. Kondisi ini telah

menyebabkan semakin memasyarakatnya kegiatan kesenian dan budaya termasuk

memasyarakatkan busana daerah. Selain pada busana tari dan pertunjukan rakyat

kini generasi muda etnis Sunda khususnya pemuda sekarang ini banyak yang

menggunakan iket sebagai pelengkap busana sehari-harinya.

Page 33: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

126

Gambar III. 49 Model iket Sunda yang dipakai penari jaipong pria (Sumber: Dok. SMKI Bandung)

Gambar III. 50 Model iket Sunda pada busana tari rakyat kontemporer

(Sumber: Dok. SMKI Bandung)

Page 34: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

127

Gambar III.51 Model iket Sunda yang dipakai para pemain kesenian rakyat (Sumber: Dok. Informasi dan Agenda Kegiatan Taman Budaya, 2006)

Page 35: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

128

3.11 Transformasi Budaya di Wilayah Parahyangan

Transformasi terjadi setiap saat dan sangat kompleks, begitu pula di wilayah

Sunda Parahyangan. Transformasi dapat terjadi pada semua aspek kehidupan baik

dunia kebendaan maupun non kebendaan. Apabila merujuk pada budaya Sunda,

faktor penyebab dan gejala yang terjadi pada lingkungan kehidupan budaya Sunda

maka sangat mungkin kajian transformasi terjadi pada Iket Sunda di wilayah

Parahyangan.

Berbagai upaya telah banyak dilakukan masyarakat Sunda khususnya untuk

menjawab tantangan dan perkembangan zaman. Tantangan dan perkembangan itu

terjadi pada segala aspek kehidupan termasuk di dalamnya aspek kebudayaan.

Terjadinya perubahan dalam kebudayaan, secara langsung mengubah tata

kehidupan masyarakat pendukungnya. Perubahan yang membawa kebaruan atau

kekinian menawarkan berbagai kemudahan yang pada akhirnya cepat atau

lambat, besar atau kecil, direncanakan atau tidak direncanakan mengubah

kebudayaan yang telah menjadi pegangan hidup sebelumnya.

Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan.

Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan yang tidak mencolok, perubahan

yang pengaruhnya terbatas atau pengaruhnya luas serta sifatnya dapat merupakan

perubahan yang lambat atau cepat. Perubahan yang ada di masyarakat menurut

Soerjono Soekanto (1990:333) dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma sosial,

pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan sosial dalam

masyarakat, kekuasaan, dan wewenang.

Khususnya perubahan yang terjadi dalam adat istiadat atau seni tradisi terjadi

sebagai akibat dari proses yang menurut Jacob Utama seperti ditulis Agus Sachari

(2002:860 ) adalah disebabkan:

Page 36: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

129

a. Adanya proses pengideologian yang mengubah mental kebudayaan lama

menjadi mental kebudayaan baru ataupun terjadinya perubahan dalam

lapangan sosial kebudayaan, kekuasaan, pranata nilai, organisasi, hingga

pertumbuhan ekonomi. Dengan Reintegrasi baru berbagai sektor kehidupan.

Adanya nilai-nilai yang mengalami desintegrasi sebagai akibat adanya

benturan dengan nilai-nilai baru yang datang dari luar, yang menyebabkan

terjadinya kebudayaan yang kehilangan pertautan dengan berbagai sektor

kehidupan manusia.

b. demikian proses pengideologian ini mencakup seluruh lapangan kebudayaan.

c. Hancurnya tata nilai, kontradiksi kultural, interaksi, dan inkosistensi dalam

berbagai macam perangkat kebudayaan.

Dalam proses perubahan budaya, unsur penting perubahan nilai terjadi akibat

enkulturasi dan akulturasi. Enkulturasi dapat diartikan sebagai suatu latihan setiap

perilaku kebudayaan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan kebudayaan

yang terjadi. Selain itu unsur penting lain adalah akulturasi yang merupakan area

tempat terjadinya dua kebudayaan bertemu yang masing-masing dapat menerima

nilai-nilai bawaannya. Proses akulturasi terjadi karena adanya penerimaan

kebudayaan baru tanpa rasa terpaksa (affinity) dan adanya penyerapan nilai baru

yang tercerna akibat kesamaan tingkat dan corak budaya.

Unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah kebudayaan kebendaan

sebagai sesuatu yang bermanfaat besar dan unsur kebudayaan yang mudah

disesuaikan, sedangkan kebudayaan yang sulit diterima di antaranya adalah

kepercayaan, ideologi, falsafah, dan unsur yang membutuhkan proses sosialisasi.

Dunia kebendaan apabila dikaji dalam kajian sosial di bidang desain merupakan

telaah mengenai perilaku individu, sekelompok orang atau masyarakat yang

dipengaruhi oleh karya desain tertentu atau sebaliknya yaitu karya-karya desain

menciptakan situasi sosial tertentu. Kajian sosial desain menyangkut tiga unsur

Page 37: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

130

utama yaitu manusia, benda dan sistem nilai yang membangun wacana sosial yang

kompleks.

Budaya Sunda adalah salah satu budaya yang mengalami perubahan karena

persentuhan budayanya dengan budaya asing. Persentuhan budaya sebagai wujud

komunikasi antar budaya yang membawa perubahan pada bidang materiil dan

nonmaterial. Prinsip yang menjadi pegangan masyarakat Sunda dalam

menghadapi perubahan jaman agar dapat diikuti adalah ngindung ka waktu

ngabapa ka zaman (berusaha beradaptasi dan menghormati perubahan yang

terjadi pada setiap saat). Kondisi ini sebagai wujud sikap terbuka masyarakat

Sunda terhadap kebudayaan luar. Namun keterbukaan ini membawa pula

pengaruh negarif di mana sekarang ini budaya Sunda semakin banyak

ditinggalkan masyarakat pendukungnya. Saini K.M (2004:65-66) menyebutkan

tradisi bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis dan selalu berubah,

karena secara kreatif selalu menyesuaikan diri dengan zaman.

Tradisi telah memberikan sebuah makna bagi kehidupan manusia bahwa

sepanjang kehidupan berjalan akan terbentang peradaban masa bihari (masa lalu),

kiwari (masa kini), dan jaga (masa yang akan datang). Secara khusus tradisi

dalam tataran seni dan budaya telah memberi makna terhadap identitas etnik atau

kedaerahan. Sunda dengan identitas etnik kedaerahannya sangat kompleks dengan

nilai estetik, norma etika moral, dan religius keagamaan. Lalan Ramlan (2004 :7)

mengutip apa yang dikatakan Soren Kierkegaard seorang filsuf eksistensialis yang

mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya mengalami tiga tahap kehidupan

yaitu kehidupan estetis, etis, dan religius.

Iket Sunda atau totopong merupakan salah satu benda tradisional masyarakat

Sunda yang ada dan berkembang di Tatar Sunda. Keberadaannya sebagai wujud

dari kebudayaan lisan yang bersifat materiil dan berkembang dengan cara

diturunkan antar generasi. Eksistensinya merupakan salah satu tata nilai yang

Page 38: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

131

dianut masyarakat Sunda sebagai salah satu tatakrama dalam berbusana

khususnya pada anggoan pameget (busana untuk pria).

Walaupun demikian keberadaannya kini sudah ditinggalkan sebagian besar

masyarakat Sunda baik dari segi bentuk, makna maupun falsafah pemakaiannya.

Hal ini terjadi karena adanya pergeseran tata nilai dalam pribadi masyarakat

Sunda. Edi S. Ekadjati (1992:15-16) dalam makalahnya menyebutkan Tatar

Sunda khususnya Bandung dalam bidang sosial dan budaya mengalami perubahan

yang dapat dilihat dari:

a. Adanya perubahan struktur sosial, walaupun berlangsung secara lambat.

• Sejak dahulu telah terbentuk stratifikasi sosial dengan urutan kedudukan

dari atas kebawah yaitu orang Eropa, orang Timur Asing, dan orang

pribumi. Dalam kalangan pribumi terdapat pula stratifikasi sosial dengan

urutan ménak dan somah. Dengan adanya pendidikan model barat maka

muncul kelompok sosial baru yang naik kedudukan sosialnya, yaitu

golongan somah atau cacah yang berpendidikan dan bekerja di

lingkungan pemerintah, perusahaan dan lain-lain. Sebaliknya ada ménak

yang tidak berpendidikan agak menurun derajatnya dalam pandangan

masyarakat.

• Sejak dahulu terdapat pula klasifikasi sosial dalam kehidupan

bermasyarakat pada masyarakat Sunda berdasarkan kriteria tertentu,

misalnya berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan atau mata pencaharian,

hubungan kekerabatan, dan lokasi tempat tinggal. Berdasarkan jenis

kelamin dibedakan adanya kelompok sosial pria dan kelompok sosial

perempuan. Umumnya kaum pria lebih tinggi kedudukan sosialnya

dibandingkan kaum perempuan. Namun sejak masa itu sudah mulai ada

keinginan, tuntutan dan upaya dari kaum perempuan untuk meningkatkan

kedudukan dan peranan sosial mereka.

b. Mulai adanya keinginan, tuntutan dan upaya untuk mengubah pola adat

istiadat yang dipandang merugikan kelompok sosial tertentu, termasuk kaum

wanita, kemudian diganti dengan pola lain yang lebih menguntungkan. Di

Page 39: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

132

samping itu muncul pula kritikan terhadap tafsiran ajaran agama Islam dan

pandangan keagamaan Islam, baik yang bertalian dengan ubudiah yang

dipandang merugikan kelompok sosial tertentu, sesuai atau bahkan

bertentangan dengan ajaran agama Islam yang benar.

Perubahan kedudukan sosial salah satunya mengubah struktur busana yang

digunakan golongan ménak dan somah atau cacah baik dalam keseharian maupun

pada kesempatan tertentu. Khususnya penggunaan iket atau totopong, lambat laun

tidak lagi khusus dipakai oleh golongan somah atau cacah karena kedudukan

sosialnya yang sebagian telah berubah bahkan tatakrama penggunaan tutup kepala

bagi pria dalam pergaulan kemasyarakatanpun lambat laun mulai berubah

menjadi tidak berlaku lagi. Kondisi ini di pertajam dengan masuknya budaya barat

dalam bidang busana dan perkembangan trend model rambut bagi pria.

3.12 Bagian-bagian Iket Sunda

Iket Sunda memiliki bagian-bagian yang membentuk kesatuan sebagai wujud utuh

sebagai tutup kepala yang dipakai dengan cara diikatkan. Bagian-bagian iket

Sunda terdiri dari:

a. Widang jero (bagian dalam)

b. Widang luar (bagian luar)

c. Keliman (bagian pinggir yang dilipit)

d. Cula (ujung yang membentuk segitiga)

e. Enol ( gulungan kedua ujung iket yag berada di belakang kepala) yang biasa

disebut simpul)

Page 40: Dari contoh di atas maka yang dapat mempengaruhi ragam ... · PDF filePengrajin batik pada masa lampau disebut pangheuyeuk. ... sangkar, empat persegi panjang ... Budaya Paguyuban

133

Gambar III.52 Iket Sunda dengan bagian-bagiannya (Sumber: Gambar ilustrasi, 2006)

Widang jero (bagian dalam)

Cula (ujung yang membentuk segitiga)

Keliman (bagian pinggir yang dilipit)

Widang luar (bagian luar)

Enol ( gulungan kedua ujung iket yang berada di belakang kepala) yang biasa disebut simpul)