CHF
description
Transcript of CHF
PRESENTASI KASUS
CONGESTIF HEART FAILURE NYHA III
E.C. CORONARY ARTERY DISEASE
Dipresentasikan Oleh :
Mira Andhika 110.2009.173
Pembimbing :
Dr. Hami Zulkifli Abbas, SP.PD, MH.Kes. FINASIM
Dr. Sibli, Sp.PD
Dr. Sunhadi , MM. SDM
KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD ARJAWINANGUN
PERIODE 26 AGUSTUS – 3 NOVEMBER 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat-Nya dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyusun presentasi kasus yang berjudul “Congestif Heart Failure Nyha III
e.c. Coronary Artery Disease”. Penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna baik
isi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pihak pembaca agar dikesempatan yang akan datang penulis dapat membuat
karya tulis yang lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hami
Zulkifli Abbas, Sp.PD, MH.Kes FINASIM; Dr. Sibli Sp.PD dan Dr. Sunhadi MM.
SDM yang telah membantu menyelesaikan presentasi kasus ini.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Arjawinangun, 16 September 2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...3
Identitas Pasien………………………………………………………………………4
Anamnesis……………………………………………………………………………4
Pemeriksaan Fisik……………………………………………………………………6
Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………………...8
Resume………………………………………………………………………………11
Penatalaksanaan……………………………………………………………………..11
Follow Up…………………………………………………………………………...12
DISKUSI……………………………………………………………………………17
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………….24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….31
3
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny.K
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Alamat : Bayalangu Kidul
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Tgl masuk : 9-09-2013
No.CM : 94391
II. Anamnesis (autoanamnesis)
Keluhan Utama :
Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dibawa oleh keluarganya dalam
keadaan sadar dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit disertai keringat dingin banyak. Keluhan sesak nafas ini sudah
dirasakan sejak + 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dan pertama kali muncul
sesudah pasien mandi. Sebelumnya pasien tidak pernah ada keluhan saat melakukan
aktivitas yang sama. Pasien juga mengatakan bahwa sesak nafas memberat jika
pasien beraktivitas, bahkan untuk ke kamar mandi yang jaraknya + 10 meter dari
tempat tidurnya, pasien sudah tidak mampu. Pasien hanya bisa duduk dan berbaring
dengan 3 bantal, namun pasien lebih nyaman dalam posisi duduk. Pasien juga sulit
tidur saat malam hari karena sesak nafas. Sesak tidak dipengaruhi cuaca dan debu.
Sesak juga tidak diikuti dengan mengi.
4
Pasien juga mengeluh dada sebelah kiri terasa sangat berat seperti ditekan
dengan beban yang sangat berat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dada
tidak hilang jika pasien beristirahat. Setahun yang lalu pasien pernah mengalami
keluhan yang sama, namun nyeri dada yang dirasakan sekarang dirasa lebih berat.
Pasien juga kadang-kadang batuk tanpa dahak dan tidak ada darah. Tidak ada demam
dan keluar keringat malam.
Pasien juga mengeluh bengkak pada kedua kakinya yang dirasa muncul
berbarengan dengan keluhan sesak nafas. Bengkak pada kaki tidak terasa panas dan
juga tidak kemerahan. Pasien mengatakan tidak ada riwayat trauma pada kaki. Pasien
mengaku buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. Pasien mengatakan
bahwa nafsu makannya menurun dan nyeri ulu hati, serta mual juga dirasakan pasien,
muntah tidak ada.
Setahun yang lalu, pasien pernah memeriksakan dirinya ke dokter dengan
keluhan sesak nafas yang muncul tiba-tiba disertai nyeri dada, namun tidak ada kaki
bengkak dan oleh dokter didiagnosa memiliki kelainan pada jantungnya. Setelah itu
pasien tidak pernah ke dokter lagi. Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki.
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat kencing manis. Pasien mengatakan
setahun yang lalu berat badannya pernah mencapai 70 kg, namun sekarang berat
badannya menurun menjadi 50 kg. Pasien juga mengatakan ia tidak merokok.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat asthma, penyakit paru, darah tinggi
dan kencing manis.
Riwayat penyakit keluarga :
Pasien mengaku tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dan
tidak ada yang mempunyai penyakit kencing manis.
5
Riwayat Sosio Ekonomi
Pasien tinggal bersama anak dan menantunya. Pasien menyebutkan sudah dua
tahun belakangan ini pasien berhenti bertani karena keadaan tubuhnya sudah tidak
sekuat dulu dan pasien tidak memiliki biaya untuk rutin kontrol penyakit
jantungngnya. Pasien berobat dengan JAMKESMAS.
III. Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran : composmentis
- Keadaan umum : berat
- Keadaan sakit : berat
- BB : 50 kg
- TB : 155 cm
- Status Gizi :
o BBI : 55 kg
o IMT : 20,4 (normal)
- Tanda Vital :
o Tekanan darah: 110/60 mmHg
o Nadi : 120x/menit (Reguler, isi penuh)
o Pernapasan : 32x/menit (cepat)
o Suhu : 36,8 C
Kepala
- Bentuk : Normal simetris
- Rambut : Hitam beruban dan tidak mudah rontok
- Mata : Konjunctiva ananemis +/+, Sklera ikterik -/-, Pupil bulat
Ditengah, RCL +/+ RCTL +/+
- Telinga : Liang lapang, tidak ada kelainan, bentuk normal, tidak ada
sekret
6
- Hidung : Septum ditengah, secret - , pernafasan cuping hidung –
- Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, tidak hiperemis, tidak
ada caries, tonsil T1-T1.
Leher
Bentuk Normal, deviasi trakea (-), tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
KGB, JVP meningkat (5 + 3cmH20).
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris, pergerakan nafas kanan sama
dengan kiri , tidak ada penonjolan masa.
Palpasi : fremitus taktil kanan sama dengan kiri
Perkusi : redup pada kedua lapangan paru bagian basal, dimulai dari ruang ics
IV
Auskultasi : vbs kanan = kiri, ronki +/+ pada bagian basal, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V garis axillaries anterior kiri.
Perkusi Batas jantung :
o Batas atas jantung : sela iga III garis parasternalis kiri
o Batas kiri jantung : sela iga V garis axillaries anterior kiri
o Batas kanan jantung : sela iga V linea parasternalis kanan
Auskultasi : BJ S1 dan S2 murni regular, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : cembung, lembut, tidak ada pelebaran vena, simetris
Auskultasi : bising usus (+) normal
7
Perkusi : suara timpani pada lapang abdomen, shifting dullness (-),
undulasi (-)
Palpasi : tidak teraba massa, terdapat nyeri tekan ulu hati dan hepar
dan lien sulit dinilai.
Genitalia
Tidak dinilai
Ekstremitas
Akral dingin, CTR<2”, edema pretibial, berkeringat banyak
IV. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah lengkap (8 September 2013)
LAB RESULT FLAGS UNIT NORMAL
WBC 5.7 10^3/µl 4.0-12.0LYM 1.6 10^3/ µl 1.0-5.0MON 0.5 10^3/ µl 0.1-1.0GRAN 3.6 10^3/ µl 2.0-8.0LYM % 27.4 % 25.0-50.0MON% 9.2 % 2.0-10.0GRAN% 63.4 % 50.0-80.0RBC 3.96 L 10^6/ µl 4.0-6.20HGB 8.4 L g/dl 11.0-17.0HCT 25.9 L % 35.0-55.0
8
MCV 60.4 L µm3 80.0-100.0MCH 17.7 L pg 26.0-34.0MCHC 29.3 L g/dl 31.0-35.0ROW 21.6 H % 10.0-16.0PLT 365 10^3/ µl 150.0-400.0MPV 8.4 µm3 7.0-11.0PCT 0.307 % 0.200-0.50POW 20.2 H % 10.0-18.0
Glukosa (8 September 2013)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Kadar Gula Darah Sewaktu (18.30) 150 mg/dL 70- 150 mg/dl
Golongan darah : A
Fungsi Ginjal dan Fungsi Hati (8 September 2013)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Fungsi Ginjal- Ureum 80,0 10-50 mg/dl- Kreatinin 1,62 0,6-1,38 mg/dl- Uric Acid 7,09 3,34-7,0 mg/dl
Fungsi Hati- Albumin 3,54 3,5 – 5,0 gr/dl
Profil Lipid (10 September 2013)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Cholesterol total 212 <220 mg/dlHDL Kolesterol 51 45-65/35-55 mg/dlLDL Kolesterol 145 <100 mg/dlTrigliserida 79 <150 mg/dl
Apusan darah tepi
Eritrosit : Hipokrom mikrositerAcantocyte, burcell, anulosit
Leukosit : Jumlah normal
9
Trombosit : Jumlah normalRetikulosit : 0,5%
EKG
Kesan :
- Sinus takikardia HR 120 kali/menit
- Deviasi axis kanan
- Left ventricle hypertrophy
- Old Miokard Infark anteroseptal
- Iskemia inferior
Thorax
10
Kesan :
- Kardiomegali
- Edema paru bilateral
V. Resume :
Dari anamnesa didapatkan bahwa pasien datang ke RSUD Arjawinangun
dibawa oleh keluarganya dalam keadaan sadar dengan keluhan sesak nafas yang
memberat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit disertai keringat dingin banyak.
Pasien juga mengatakan bahwa sesak nafas memberat jika pasien beraktivitas
(dsypneu d’effort). Pasien hanya bisa duduk dan berbaring dengan 3 bantal, namun
pasien lebih nyaman dalam posisi duduk (orthopnea). Pasien juga sulit tidur saat
malam hari karena sesak nafas (paroxysmal nocturnal dyspneu). Pasien juga
mengeluh dada sebelah kiri terasa sangat berat seperti ditekan dengan beban yang
sangat berat. Pasien juga kadang-kadang batuk tanpa dahak dan tidak ada darah. BAK
tidak ada keluhan. Nafsu makan menurun dan mual. Pasien mengakui riwayat berobat
jantung setahun yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis +/+, JVP meningkat
menjadi 5+3cmH2O, ronki +/+ di bagian basal paru, perkusi bagian basal paru pekak,
dan edema tungkai bawah +/+.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan penurunan kadar HGB 7,0 g/dl,
ureum 80,0 mg/dl, kreatinin 1,62 mg/dl, dari EKG didapatkan Sinus takikardia,
deviasi axis kanan, right atrial enlargement, Old Infarction Miokardia anterior,
iskemia inferior dan pada gambaran rontgen thorax didapatkan kardiomegali dan
edema paru bilateral.
VI. Diagnosa
Congestif Heart Failure NYHA III e.c. Coronary Artery Disease
VII. Diagnosa Banding
Congestive heart failure NYHA III e.c. Hipertensive Heart Disease
Congestive heart failure NYHA III e.c. Rheumatic Heart Disease
Congestive heart failure NYHA III e.c. Penyakit Jantung Anemia
Congestive heart failure NYHA III e.c. Thyroid Heart Disease
11
VIII. Penatalaksanaan
Nonfarmakologis
- Semi fowler
- Restriksi cairan
- Pasang DC
Farmakologis
- Infus NS 15 gtt/menit
- Furosemid 3 x 80 mg iv
- Ranitidin 2x1 25 mg/ml inj.iv
- ISDN 10 mg 3 x 1 tab
- Digoxin 1 x 0,25mg tab
- KSR 1x1 tab
- Cefotaxim 3x1 gr
- Alprazolam 1x0,5 mg tab
IX. Follow Up
Tgl Pemeriksaan
09-09 2013 Keluhan :
Sesak nafas, sulit tidur pada malam hari karena sesak,
memakai bantal 3 jika tidur, lebih nyaman duduk, sesak bila
berjalan + 10 meter, batuk, dada berdebar debar, berkeringat
banyak, mual dan kaki bengkak. BAB dan BAK normal.
PF:
T : 100/60 mmHg P : 120x/menit
R : 36x/menit S : 36,6oC
Kepala : Ka +/+, SI -/-
12
Leher : KGB ttm, JVP 5+3cmH20
Tho : bentuk dan gerakan simetris.
Paru : VBS +/+ Rk +/+ wh -/-, redup pada bagian basal paru.
Jantung : BJ 1 dan 2 murni regular, murmur -, gallop -
Abdomen : cembung lembut, nyeri tekan ulu hati +, H/L sulit
dinilai
Eks : Akral hangat +/+ edema +/+, crt <2”.
Diagnosa: Congestif Heart Failure Fc III e.c. CAD
Terapi :
Nonfarmakologis
- Semi fowler
- Restriksi cairan
- Pasang DC
Farmakologis
- Infus NS 15 gtt/menit
- Furosemid 3 x 80 mg iv
- Ranitidin 2x1 25 mg/ml inj.iv
- ISDN 10 mg 3 x 1 tab
- Digoxin 1 x 0,25mg tab
- KSR 1x1 tab
- Cefotaxim 3x1 gr
- Alprazolam 1x0,5 mg tab
10-09-2013 Keluhan :
Sesak nafas, sulit tidur pada malam hari karena sesak,
memakai bantal 3 jika tidur, lebih nyaman duduk, terdapat
batuk, dada berdebar-debar, dan kaki bengkak.
13
PF:
T : 100/70 mmHg P : 92x/menit
R : 28x/menit S : 36,6oC
Kepala : Ka +/+, SI -/-
Leher : KGB ttm, JVP 5+3cmH20
Tho : bentuk dan gerakan simetris.
Paru : VBS +/+ Rk +/+ wh -/-, redup pada bagian basal paru.
Jantung : BJ 1 dan 2 murni regular, murmur -, gallop -
Abdomen : cembung lembut, nyeri tekan ulu hati +, H/L sulit
dinilai
Eks : Akral hangat +/+ edema +/+, crt <2”.
Diagnosa: Congestif Heart Failure Fc III e.c. CAD
Terapi : Th/lanjut
11-09-2013 Keluhan :
Sesak nafas - , sulit tidur pada malam hari, memakai bantal 3
jika tidur, lebih nyaman duduk, batuk, dan kaki bengkak.
PF:
T : 110/70 mmHg P : 88x/menit
R : 24x/menit S : 36,6oC
Kepala : Ka +/+, SI -/-
Leher : KGB ttm, JVP 5+2cmH20
Tho : bentuk dan gerakan simetris.
Paru : VBS +/+ Rk +/+ wh -/-, pekak pada bagian basal paru.
Jantung : BJ 1 dan 2 murni regular, murmur -, gallop -
Abdomen : cembung lembut, nyeri tekan ulu hati +, H/L sulit
14
dinilai
Eks : Akral hangat +/+ edema +/+ minimal, crt <2”.
Diagnosa: Congestif Heart Failure Fc III e.c. CAD
Terapi : Th/lanjut + aspilet 1x80g + Transfusi PRC
12-09-2013 Keluhan :
Sesak nafas - , sulit tidur pada malam hari - , memakai bantal
3 jika tidur, lebih nyaman duduk
PF:
T : 120/70 mmHg P : 88x/menit
R : 24x/menit S : 36,4oC
Kepala : Ka +/+, SI -/-
Leher : KGB ttm, JVP 5+2cmH20
Tho : bentuk dan gerakan simetris.
Paru : VBS +/+, Rk +/+ wh -/-, pekak pada bagian basal paru.
Jantung : BJ 1 dan 2 murni regular, murmur -, gallop -
Abdomen : cembung lembut, nyeri tekan ulu hati +, H/L sulit
dinilai
Eks : Akral hangat +/+ edema -/-, crt <2”.
Diagnosa: Congestif Heart Failure Fc III e.c. CAD
Terapi : Th/ lanjut + Transfusi PRC Stop
13-09-2013 Keluhan :
Sesak nafas - , sulit tidur pada malam hari - , memakai bantal
3 jika tidur, lebih nyaman duduk
15
PF:
T : 120/70 mmHg P : 88x/menit
R : 24x/menit S : 36,4oC
Kepala : Ka +/+, SI -/-
Leher : KGB ttm, JVP 5+2cmH20
Tho : bentuk dan gerakan simetris.
Paru : VBS +/+ Rk +/+ wh -/-, pekak pada bagian basal paru.
Jantung : BJ 1 dan 2 murni regular, murmur -, gallop -
Abdomen : cembung lembut, nyeri tekan ulu hati +, H/L sulit
dinilai
Eks : Akral hangat +/+ edema -/-, crt <2”.
Diagnosa: Congestif Heart Failure Fc III e.c. CAD
Terapi : Th/lanjut
X. Prognosis :
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanactionam : Dubia ad malam
16
BAB II
DISKUSI
Analisa Diagnosa Banding
CHF e.c. CAD CHF e.c. HHD CHF e.c. RHD
Klinis dan Pemeriksaan fisik
Keluhan- nyeri dada
yang lama dan hebat
- biasanya disertai mual, muntah
- keringat dingin- Sesak nafas- Sulit tidurPemeriksaan Fisik- Tanda-tanda
CHF- takikardi- anemis,- bising sistolik- retinopati
hipertensi/diabetik.
- hipotensi, murmur, gallop S3) prognosis buruk.
- Ronki edema paru
Keluhan- Ada riwayat
hipertensi- Pada tahap
awal: tidak ada keluhan.
- Pada tahap lanjut: berdebar-debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten, cepat capek, sesak napas, bengkak kedua kaki atau perut, epistaksis, hematuria, pandangan kabur
- Keluhan karena penyakit dasar
Pemeriksaan Fisik
KeluhanPemeriksaan Fisik:- Bising
pansistol- Bising awal
diastol- Bising mid-
diastolLaboratorium- Titer ASTO
17
- Tanda-tanda CHF
- Batas-batas jantung melebar
- Impuls apeks prominen
- Bunyi
jantung S2 meningkat
- Kadang ada murmur diastolik
- Bunyi S4
- Bunyi S3
- ronkhi basah atau kering
- Asites, edema, hepatomegaly
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium- Hiponatremia- Kalium dapat
normal atau menurun sekunder
- Meningkatnya kadar enzim-enzim jantung CK/CPK, CK-MB, SGOT/SGPT, troponin T dan LDH.
- BUN dan kreatinin dapat
Laboratorium- Hiponatremia- Kalium dapat
normal, menurun sekunder, atau meningkat
- BUN dan kreatinin dapat meningkat sekunder
18
meningkat sekunder
Rontgen Thorax- Kongesti vena
paru: berkembang jadi edema interstitial atau alveolar pada gagal jantung yang lebih berat
- Redistribusi vaskular pada lobus atas paru
- Kardiomegali
Rontgen Thorax- Hipertrofi
ventrikel kiri- tanda-tanda
bendungan pembuluh paru pada stadium payah jantung hipertensi.
- Pada keadaan lanjut, apeks jantung membesar ke kiri dan bawah.
- Aorta ascenden dan descenden melebar dan berkelok (pemanjangan aorta/ elongasio aorta).
EKG- Q wave nyata,- elevasi segmen
ST- T wave
terbalik.
EKG- Hipertrofi
ventrikel kiri- Ventricular
strain pattern
Tatalaksana Non Farmakologis- Bedrest- Diet jantung 3- Cukup istirahat
Non Farmakologis- BB sesuai
dengan batas ideal (Body
19
dan tidur- Olahraga
secara teraturFarmakologis- Oxygen 3
L/menit- IVFD D 5%
gtt VIII/minute (micro drip) bila BSS tidak tinggi
- Nitrat sublingual/ transdermal/ nitrogliserin intravena titrasi (KI: TD sistolik < 90 mmHg, bradikardia (< 50 kpm)
- Antitrombotik: acetilsalycilat acid 1x 75 mg
- Diuretik oral/parenteral
- ACE inhibitor: captopril 3 x 6.25 mg
- Beta bloker dosis kecil dapat dimulai setelah diuretik dan ACEI diberikan
- Digitalis : digoxin 1x 0,5
Mass Index (BMI) 18,5-
24,9 kg/m2)
- Mengadopsi DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) eating plan)
- Diet rendah garam kurang dari 2,4 gram natrium atau 6 gram natrium klorida sehari.
- Cukup istirahat dan tidur
- Olahraga secara teratur
Farmakologis- Oxygen 3
L/menit- Diuretika
- Beta Blocker
- ACE Inhibitor
- Angiotensin II Antagonist / Angiotensin II Receptor Blocker
- Calsium
20
mg- Aldosteron
antagonis : Spironolakton 1 x 25 mg
Channel Blocker
21
Berdasarkan analisa kasus, pasien ini didiagnosa;
Congestive Heart Failure Fc III e.c. Coronary Artery Disease
Atas dasar :
Dari anamnesa didapatkan bahwa pasien mengeluh sesak nafas yang
memberat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit disertai keringat dingin
banyak, sesak nafas memberat jika pasien beraktivitas (dsypneu d’effort),
sesak bertambah dipengaruhi posisi (orthopnea), sulit tidur saat malam hari
karena sesak nafas (paroxysmal nocturnal dyspneu), nyeri dada sebelah kiri
seperti ditekan dengan beban yang sangat berat dan tidak hilang saat istirahat,
batuk tidak berdahak, nafsu makan menurun, dan mual.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis +/+, JVP
meningkat menjadi 5+3cmH2O, ronki +/+ di bagian basal paru, perkusi
bagian basal paru pekak, dan edema tungkai bawah +/+.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan penurunan kadar HGB 7,0
g/dl, ureum 80,0 mg/dl, kreatinin 1,62 mg/dl, dari EKG didapatkan Sinus
takikardia, ST elevasi pada Lead I, aVL, V2, V3, V4, V6, Poor R progressive,
Left atrial enlargement, Deviasi axis kanan, Old Infarction miokardia dan
pada gambaran rontgen thorax didapatkan kardiomegali dan edema paru
bilateral.
Assasment : Congestive Heart Failure Fc III e.c. Coronary Artery Disease
Planning :
Pemeriksaan penunjang :
Echocardiography
USG Abdome
Terapi :
o Non farmakologis :
Tirah baring posisi semi fowler
22
Restriksi cairan : 600 cc/hari
Diet jantung II
Diet Jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau
lunak. Diet ini rendah protein, garam, kalsium dan thiamin.
kebutuhan kalori :
BBI = (TB-100) + 10% = (155-100) + 10% = 55 + 10%
60x25 kalori = 1500 kalori
Oksigen 2 liter/menit
o Farmakologi :
Infus D5% 10 tetes/menit
Furosemid 2 x 40 mg iv
Spironolakton 2x250 mg iv
KSR 100 mg 3x1 tab
Captopril 2x12,5 mg
ISDN 5 mg 2x 1 tab
Digoxin 1 x 0,25mg
Omeprazole 20 mg 1x1 tab
23
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah
jantung (cardiac output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Penurunan CO mengakibatkan volume darah yang efektif berkurang. Untuk
mempertahankan fungsi sirkulasi yang adekuat maka di dalam tubuh terjadi suatu
refleks homeostasis atau mekanisme kompensasi melalui perubahan - perubahan
neurohumoral, dilatasi ventrikel. Salah satu respon hemodinamik yang tidak normal
adalah peningkatan tekanan pengisian (filling pressure) dari jantung atau preload.
Apabila tekanan pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan
bendungan di sistem vena maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif. Apabila
tekanan pengisian meningkat dengan cepat sekali seperti yang sering terjadi pada
infark miokard akut sehingga dalam waktu singkat menimbulkan berbagai tanda-
tanda kongestif sebelum jantung sempat mengadakan mekanisme kompensasi yang
kronis maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif akut.
3.3 Etiologi
a. Kelainan mekanik
1) Peningkatan beban tekanan
a) Sentral (stenosis aorta, dll)
b) Perifer (hipertensi sistemik, dll)
24
2) Peningkatan beban volume (regurgitasi katup, pirau, peningkatan beban
awal, dll )
3) Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitral atau trikuspidal)
4) Tamponade perikardium
5) Pembatasan miokardium atau endokardium
6) Aneurisma ventrikel
7) Dissinergi ventrikel4
b. Kelainan miokardium (otot)
1) Primer
a) Kardiomiopati
b) Miokarditis
c) Kelainan metabolik
d) Toksisitas (alkohol, kobalt)
e) Pesbikardia4
2) Kelainan disdinamik sekunder (akibat kelainan mekanik)
a) Deprivasi oksigen (penyakit jantung koroner)
b) Kelainan metabolik
c) Peradangan
d) Penyakit sistemik
e) Penyakit Paru Obstruksi Kronis4
c. Perubahan irama jantung atau urutan hantaran
1) Tenang
2) Fibrilasi
3) Takikardia atau bradikardia ekstrim
4) Asinkronitas listrik, gangguan konduksi4
3.4 Klasifikasi
Beberapa sistem klasifikasi telah dibuat untuk mempermudah dalam
pengenalan dan penanganan gagal jantung. Sistem klasifikasi tersebut antara lain
25
pembagian berdasarkan Killip yang digunakan pada Infark Miokard Akut, klasifikasi
berdasarkan tampilan klinis yaitu klasifikasi Forrester, Stevenson dan New York
Heart Association (Santoso, A., 2007). Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada
penderita infark miokard akut, dengan pembagian:
Derajat I : Tanpa gagal jantung
Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di basal paru, S3
gallop dan peningkatan tekanan vena pulmonalis.
Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh lapangan
paru.
Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan darah sistolik 90
mmHg) dan vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis, diaforesis).
Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan klinis dengan melihat tanda
kongesti dan kecukupan perfusi. Kongesti didasarkan adanya ortopnea, distensi vena
juguler, ronki basah, refluks hepato jugular, edema perifer, suara jantung pulmonal
yang berdeviasi ke kiri, atau square wave blood pressure pada manuver valsava.
Status perfusi ditetapkan berdasarkan adanya tekanan nadi yang sempit, pulsus
alternans, hipotensi simtomatik, ekstremitas dingin dan penurunan kesadaran. Pasien
yang mengalami kongesti disebut basah (wet) yang tidak disebut kering (dry). Pasien
dengan gangguan perfusi disebut dingin (cold) dan yang tidak disebut panas (warm).
Berdasarkan hal tersebut penderita dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
Kelas I (A) : kering dan hangat (dry – warm)
Kelas II (B) : basah dan hangat (wet – warm)
Kelas III (L) : kering dan dingin (dry – cold)
Kelas IV (C) : basah dan dingin (wet – cold)
Pembagian menurut New York Heart Association adalah berdasarkan
fungsional jantung yaitu:
Kelas 1 : Penderita dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
26
Kelas 2 : Penderita tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 3: Penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 4 : Penderita sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan
harus tirah baring
3.6 Manifestasi Klinis
Gagal jantung merupakan kelainan multi sistem dimana terjadi gangguan pada
jantung, otot skeletal dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta
perubahan neurohormonal yang kompleks.
Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang
menyebabkan terjadinya penurunan curah jantung. Hal ini menyebabkan aktivasi
mekanisme kompensasi neurohormonal, Sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron
(sistem RAA) serta kadar vasopresin dan natriuretic peptide yang bertujuan untuk
memperbaiki lingkungan jantung sehingga aktivitas jantung dapat terjaga. Aktivasi
sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga cardiac output dengan
meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas serta vasokonstriksi
perifer (peningkatan katekolamin). Apabila hal ini timbul berkelanjutan dapat
menyeababkan gangguan pada fungsi jantung. Aktivasi simpatis yang berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya apoptosis miosit, hipertofi dan nekrosis miokard fokal.
Manifestasi
Klinis Umum
Deskripsi Mekanisme
Sesak napas
(dyspnea)
Sesak napas selama melakukan
aktivitas (paling sering), saat
istirahat, atau saat tidur, yang
mungkin datang tiba-tiba dan
membangunkan. Pasien sering
mengalami kesulitan bernapas
Darah dikatakan “backs
up” di pembuluh darah
paru (pembuluh darah
yang kembali dari paru ke
jantung) karena jantung
tidak dapat
27
sambil berbaring datar dan mungkin
perlu untuk menopang tubuh bagian
atas dan kepala di dua bantal. Pasien
sering mengeluh bangun lelah atau
merasa cemas dan gelisah.
mengkompensasi suplai
darah, sehingga cairan
bocor ke paru-paru.
Batuk atau
mengi persisten
Batuk yang menghasilkan lendir
darah-diwarnai putih atau pink.
Cairan menumpuk di paru-
paru (lihat di atas).
Penumpukan
kelebihan cairan
dalam jaringan
tubuh (edema)
Bengkak pada pergelangan kaki,
kaki atau perut atau penambahan
berat badan.
Aliran darah dari jantung
yang melambat tertahan
dan menyebabkan cairan
untuk menumpuk dalam
jaringan. Ginjal kurang
mampu membuang
natrium dan air, juga
menyebabkan retensi
cairan di dalam jaringan.
Kelelahan Perasaan lelah sepanjang waktu dan
kesulitan dengan kegiatan sehari-
hari, seperti belanja, naik tangga,
membawa belanjaan atau berjalan.
Jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh.
Kurangnya
nafsu makan dan
mual
Perasaan penuh atau sakit perut. Sistem pencernaan
menerima darah yang
kurang, menyebabkan
masalah dengan
pencernaan.
Kebingungan Kehilangan memori dan perasaan Perubahan pada zat
28
dan gangguan
berpikir
menjadi disorientasi. tertentu dalam darah,
seperti sodium,
menyebabkan
kebingungan.
Peningkatan
denyut jantung
Jantung berdebar-debar, yang
merasa seperti jantung Anda balap
atau berdenyut.
Untuk "menebus"
kerugian dalam memompa
kapasitas, jantung
berdetak lebih cepat.
( American Heart Association, 2011)
Kriteria Framingham untuk Gagal Jantung Kongesti
Diagnosis CHF ditegakkan dengan adanya minimal 2 kriteria mayor atau 1 kriteria
mayor dan 2 kriteria minor harus ada pada saat yang bersamaan.
Kriteria Mayor:
· Paroksismal nocturnal dyspnea atau orthopnea
· JVP meningkat
· Ronki basah yang halus
· Kardiomegali (ukuran peningkatan jantung pada radiografi dada)
· Edema paru akut
· S3 ( Suara jantung ketiga )
· Peningkatan tekanan vena sentral (> 16 cm H2O di atrium kanan)
· Hepatojugular refluks
· Berat badan > 4.5 kg dalam 5 hari di tanggapan terhadap pengobatan
Kriteria Minor:
· Bilateral ankle edema
· Batuk nokturnal
· Dyspnea pada aktivitas biasa (dyspnea d’effort)
· Hepatomegali
29
· Efusi pleura
· Penurunan kapasitas vital oleh sepertiga dari maksimum terekam
· Takikardia (denyut jantung > 120 denyut / menit)
Pada pasien ini didapatkan tiga kriteria mayor. Pertama terdapatnya
paroksismal nokturnal dispneu dari hasil anamnesis. Kedua, dari hasil pemeriksaan
fisik perkusi jantung, didapatkan adanya pembesaran jantung. Batas jantung kanan
terdapat pada linea sternalis dekstra, batas kiri pada linea axillaris anterior sinistra,
dan batas atas pada ICS II. Namun pada pemeriksaan fotothorax kardiomegali sulit
dinilai. Ketiga terdapat peninggian tekanan vena jugularis yaitu (5+0) cmH2O.
Keempat adanya efusi plura dextra dan sinistra yang menandakan adanya edema paru
akut.
Sedangkan untuk kriteria minor didapatkan bilateral angkle edema batuk
malam hari. Kedua terdapatnya dispnea d’effort yang didapatkan dari hasil anamnesis
pasien mengeluh mudah lelah dengan aktifitas ringan. ketiga berdasarkan
pemeriksaan rontgen thorax didapatkan pleural effusion. Oleh karena itu pada pasien
ini kami simpulkan diagnosis fungsionalnya adalah CHF.
30
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idrus. Tatalaksana Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III. Editor Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I, Simadbrata M, Setiati S. 2009. Hal. 1741-1755, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Athena Poppas, Sharon Rounds. Congestive Heart Failure. Am J Respir Crit Care
Med. 2002. Vol 165:4-8.
Harun S. Infark Miokard Akut Tanpa ST Elevasi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi IV Jilid III. Editor Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadbrata
M, Setiati S. 2009. Hal. 1757-1767 Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Lauralee S. Fisiologi Jantung. Dalam Buku Ajar Fisiologi Manusia Dari Sel Ke
System Edisi 2. Editor Beatrica I.Santoso. 2001. Hal.256-293, EGC. Jakarta.
Mann DL, Chakinala M. Heart Failure and Cor Pulmonal, in Harrison’s principles of
internal medicine 18th edition. Editor Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson,
Loscalzo. 2012. Hal. 1901-1915, McGraw-Hill, New York.
Panggabean M. Gagal Jantung dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5. Editor
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadbrata M, Setiati S. 2009. Hal 1583-
1585, Interna Publishing, Jakarta.
Sarah J Goodlin, MD. Palliative care in congesty heart failure. Journal Of The
American College Of Cardiology, 2009. Vol 54(5): 386- 396.
Thaler, M. Infark Miokard dalam Satu-satunya Buku EKG yang Anda Perlukan.
Editor Thaler, M. 2000. Hal 196-226. Hipokrates, Jakarta.
31