cemas

13
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH (F.41.1) I. DEFINISI Menurut Capernito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimilikiseseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. (Rivai,2000). Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh ketidaktahuan yang didahului oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder) merupakan salah satu jenis gangguan kecemasan dengan karakteristik kekhaw atiran yang tidak dapat dikuasai dan menetap, biasanya terhadap hal-hal yang sepele/tidak utama. Individu dengan gangguan cemas menyeluruh akan terus menerus merasa khawatir tentang hal-ha yang kecil/sepele. II. GAMBARAN KLINIS

Transcript of cemas

Page 1: cemas

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH (F.41.1)

 

I. DEFINISI

Menurut Capernito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami

perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons terhadap

ancaman yang tidak jelas, nonspesifik. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang

menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimilikiseseorang pada saat menghadapi

kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. (Rivai,2000). Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan

gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh

ketidaktahuan yang didahului oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal.

Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder) merupakan salah

satu jenis gangguan kecemasan dengan karakteristik kekhawatiran yang tidak dapat di

kuasai dan menetap, biasanya terhadap hal-hal yang sepele/tidak utama. Individu dengan gangguan

cemas menyeluruh akan terus menerus merasa khawatir tentang hal-ha yang kecil/sepele.

II. GAMBARAN KLINIS

Neale dkk (2001) mengatakan bahwa kecemasan sebagai perasaan takut yang

tidak menyenangkan dan apprehension, dapat menimbulkan beberapa keadaan psikopatologis

sehingga mengalami apa yang disebut gangguan kecemasan. Walaupun sebagai orang normal,

diakui atau tidak, kita dapat saja mengalami kecemasan, namun kecemasan pada orang normal

berlangsung dalam intensitas atau durasi yang tidak berkepanjangan sehingga individu dapat tetap

memberikan respon yang adaptif. Untuk memahami kecemasan yang mempengaruhi beberapa area

dari fungsi-fungsi individu, kecemasan seharusnya melibatkan 3 komponen dasar, yaitu

:1. Adanya ungkapan yang subjektif (subjective reports) mengenai ketegangan, ketakutan dan

tidak adanya harapan untuk mengatasinya.

2. Respon-respon perilaku (behavioral rensponses) seperti menghindari situasi yang ditakuti,

kerusakan pada fungsi bicara dan motorik dan kerusakan tampilan untuk tugas-tugas kognitif yang

kompleks.

Page 2: cemas

3. Respon-respon fisiologis (physiological responses), termasuk ketegangan otot, peningkatan

detak jantung dan tekanan darah, nafas yang cepat, mulut yang kering, nausea, diare, dan

dizziness.

 

III. ETIOLOGI

Sigmund Freud sebagai bapak dari pendekatan psikodinamika mengatakan bahwa jiwa

individu diibaratkan sebagai gunung es. Bagian yang muncul dipermukaan dari gunung es itu,

bagian terkecil dari kejiwaan yang disebut sebagai bagian kesadaran. Agak di bawah permukaan air

adalah bagian yang disebut pra-kesadaran, dan bagian yang terbesar dari gunung es tersebut ada di

bawah sekali dari permukaan air, dan ini merupakan alam ketidaksadaran (uncounsciousness).

Ketidaksadaran ini berisi ide,yaitu dorongan-dorongan primitif, belum dipengaruhi oleh kebudayaan

atau peraturan-peraturan yang ada dilingkungan. Dorongan-dorongan ini ingin muncul ke

permukaan/ kekesadaran, sedangkan tempat di atas sangat terbatas. Ego yang menjadi pusat dari

kesadaran, harus mengatur dorongan-dorongan mana yang boleh muncul dan mana yang tetap

tinggal di ketidaksadaran karena ketidaksesuaiannya dengan super ego, yaitu salah satu unit pribadi

yang berisi norma-norma sosial atau peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungan sekitar. Jika

ternyata ego menjadi tidak cukup kuat menahan desakan atau dorongan ini maka terjadilah kelainan-

kelainan atau gangguan-gangguan kejiwaan. Neurosis adalah salah satu gangguan kejiwaan yang

muncul sebagai akibat dari ketidakmampuan ego menahan dorongan ide. Jadi, individu yang

mengalami Gangguan Kecemasan Menyeluruh, menurut pendekatan psikodinamika berakar dari

ketidakmampuan egonya untuk mengatasi dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya

secara terus menerus sehingga ia akan mengembangkan mekanisme pertahanan diri. Mekanisme

pertahanan diri ini sebenarnya upaya ego untuk menyalurkan dorongan dalam dirinya dan bisa tetap

berhadapan dengan lingkungan. Tetapi jika mekanisme pertahanan diri ini dipergunakan secara

kaku, terus-menerus dan berkepanjangan maka hal ini dapat menimbulkan perilaku yang tidak

adaptif dan tidak realistis.167

Ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang bisa dipergunakan oleh individu,

antara lain 14

1. Represi, yaitu  upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan dan

dirasakan mengancam ego masuk keketidaksadaran dan disimpan di sana agar

Page 3: cemas

tidak menganggu ego lagi. Tetapi sebenarnya pengalaman yang sudah disimpan itu masih

punya pengaruh tidak langsung terhadap tingkahlaku si individu.

2. Rasionalisasi, yaitu upaya ego untuk melakukan penalaran sedemikian rupa terhadap

dorongan-dorongan dalam diri yang dilarang tampil oleh superego, sehingga seolah-olah

perilakunya dapat dibenarkan.

3. Kompensasi, upaya ego untuk menutupi kelemahan yang ada di salah satu sisi kehidupan

dengan membuat prestasi atau memberikan kesan sebaliknya pada sisi lain. Dengan

demikian, ego terhindar dari ejekan dan rasa rendah diri.

4. Penempatan yang keliru, yaitu upaya ego untuk melampiaskan suatu perasaan tertentu

kepihak lain atau sumber lain karena tidak dapat melampiaskan perasaannya ke sumber

masalah.

5. Regresi, yaitu upaya ego untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap

ego dengan menampilkan pikiran atau perilaku yang mundur kembali ke

taraf perkembangan yang lebih rendah. Para ahli dari aliran humanistik-

eksternal mengatakan bahwa konsep kecemasan bukanhanya sekedar masalah, yang

bersifat individual tetapi juga merupakan hasil konflik antara individu dengan masyarakat

atau lingkungan sosialnya.1.6

IV. DIAGNOSIS

Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh (menurut DSM-IV) ditegakkan bila terdapat

kecemasan kronis yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6 bulan; biasanya tahunan dengan gejala

bertambah dan kondisi melemah) dan termasuk gejala seperti respons otonom (palpitasi, diare,

ekstremitas lembab, berkeringat, sering buang air kecil), insomnia, sulit berkonsentrasi, rasa lelah,

sering menarik nafas, gemetaran, waspada berlebihan, atau takut akan sesuatu yang akan terjadi. Ada

kecenderungan diturunkan dalam keluarga, memiliki komponen genetik yang sedang dan

dihubungkan dengan fobia sosial dan sederhana serta depresi mayor (terdapat pada 40% atau lebih

pasien; meningkatkan resiko bunuh diri. Biasanya pada kondisi ini tidak`ditemukan etiologi stress

yang jelas, tetapi harus dicari penyebabnya.

Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan berdasarkan :

Page 4: cemas

Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari

untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada

keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “ free floating” atau “mengambang”).

Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi,

dsb).

2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan

3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak

napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb).

Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi,

tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak

memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F.32.-), gangguan anxietas fobik (F.40.-),

gangguan panik (F42.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F.42.-).

 

V. PENANGANAN

Terapi pada Gangguan Kecemasan Menyeluruh pada umumnya dapat dilakukan dengan 2

cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi). Angka-

angka keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini.

Psikoterapi yang sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien dengan dokter

yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi farmakoterapi yang tidak perlu. Penanganan

dengan psikoterapi juga dapat dijelaskan melalui pendekatan psikodinamika, humanistik

eksistensialis atau pendekatan behavioristik maupun kognitif.1 Menurut para ahli psikodinamika,

karena gangguan ini berakar pada keadaan internal individu sehubungan dengan adanya konflik

intrapsikis yang dialami individu sehingga ia mengembangkan suatu bentuk mekanisme pertahanan

diri, maka upaya menanganinya juga terarah pada pemberian kesempatan bagi individu untuk

mengeluarkan seluruh isi pikiran atau perasaan yang muncul di dalam dirinya. Asumsinya adalah

jika individu bisa menghadapi dan memahami konflik yang dialami, ego akan lebih bebas dan tidak

harus terus berlindung di balik mekanisme pertahanan diri yang dikembangkannya.1.7

Teknik dasar yang digunakan disebut free association, individu diminta untuk menjelaskan

secara sederhana tentang hal-hal yang ada di dalam pikirannya, tanpa melihat apakah itu logis

Page 5: cemas

atau tidak, tepat atau tidak, ataupun pantas atau tidak. Hal-hal dari alam bawah sadar

atau tidak sadar yang diungkapkan akan dicatat oleh terapis untuk diinterpretasikan. Tehnik ini juga

bisa dimanfaatkan saat menggunakan teknik dream interpretation; individu diminta untuk

menceritakan mimpinya secara detail dan tepat. Kedua teknik ini memiliki kelebihan dan kelemahan

masing-masing. Dalam melaksanakan teknik-teknik tersebut di atas, ada dua hal yang biasanya

muncul, yaitu apa yang disebut dengan resistance (yaitu individu bertahan dan beradu argumen

dengan terapis saat terapis mulai sampai pada bagian sensitif), dan transference(yaitu individu

mengalihkan perasaannya pada terapis dan menjadi bergantung).1,5, 7

Sementara para ahli dari pendekatan humanistik eksistesialis yang melihat kecemasan sebagai

hasil konflik diri yang terkait dengan keadaan sosial dimana pengembangan diri menjadi terhambat,

maka mereka lebih menyarankan untuk membangun kembali diri yang rusak (damaged self ).

Tekhniknya sering disebut sebagai client centered therapy yang berpendapat bahwa setiap

individu memiliki kemampuan yang positif yang dapat dikembangkan sehingga ia membutuhkan

situasi yang kondusif untuk mengeksplorasi dirinya semaksimal mungkin. Setiap permasalahan

yang dihadapi setiap individu sebenarnya hanya dirinyalah yang paling mengerti tentang apa yang

sedang dihadapinya. Oleh karena itu, individu itu sendirilah yang paling berperan dalam

menyelesaikan permasalahan yang mengganggudirinya.1,7,8

Karena para ahli melihat kecemasan sebagai sebagai hasil dari belajar (belajar menjadi cemas)

maka untuk menanganinya perlu dilakukan pembelajaran ulang agar terbentuk pola perilaku baru,

yaitu pola perilaku yang tidak cemas. Tehnik yang digunakan untuk mengurangi kecemasan adalah

Systematic desentisitization, yaitu mengurangi kecemasan dengan menggunakan konsep hirarki

ketakutan, menghilangkan ketakutan secara perlahan-lahan mulai dari ketakutan yang sederhana

sampai ke hal yang lebih kompleks. Pemberian reinforcement (penguat) juga dapat digunakan

dengan secara tepat memberikan variasi yang tepat antara pemberian reward jika

ia memperlihatkan perilaku yang mengarah keperubahan ataupun punishment

jika tidak ada perubahan perilaku atau justru menampilkan prilaku yang bertolak

belakang dengan rencana perubahan perilaku.7, 8

Pendekatan kognitif yang melihat gangguan kecemasan sebagai hasil dari kesalahan dalam

mempersepsikan ancaman (misperception of threat) menawarkan upaya mengatasinya dengan

Page 6: cemas

mengajak individu berpikir dan mendesain suatu pola kognitif baru. Desain kognitif melibatkan 3

bagian yaitu

1. Identifikasi interpretasi negatif yang dikembangkan individu tentang sensasi tubuhnya

2. Tentukan dugaan atau asumsi dan arahkan alternatif intrepretasi.

3. Bantu individu menguji validitas penjelasan dan alternatif-alternatif tersebut.

Dengan kata lain, para ahli dari pendekatan kognitif ini menyatakan bahwa tujuan dari terapi sebagai

upaya menangani gangguan kecemasan adalah membantu individu melakukan intrepretasi sensasi

tubuh dengan cara yang noncatastropic.

Dalam beberapa hal, penanganan terhadap penderita gangguan kecemasan tidak selalu hanya

berpegang pada satu tehnik saja, atau hanya mengikuti pendapat salah satu ahli dari suatu pendekatan

saja. Terapi yang diberikan dapat sekaligus dengan menggunakan lebih dari satu pendekatan atau

lebih dari satu tehnik, asalkan tujuannya jelas dan tahapan-tahapannya juga terinci.

1,6,7

Pertimbangkan penggunaan obat-obatan maupun psikoterapi. Anti depresan yang baru,venlafaksin

XR, tampaknya cukup efektif dan aman untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh. Gunakan

benzodiazepin dengan tidak berlebihan (diazepam 5 mg per oral 3-4 kali sehari atau 10 mg sebelum

tidur) untuk jangka pendek (beberapa minggu hingga beberapa bulan) biarkan penggunaan obat-

obatan untuk mengikuti perjalanan penyakitnya. Pertimbangkan pemberian buspiron untuk

pengobatan awal atau untuk pengobatan kronis (20-30 mg/hari dalam dosis terbagi). Pasien tertentu

yang telah terbiasa dengan efek cepat benzodiazepin akan merasakan kurangnya efektivitas

buspiron. Anti depresan trisiklik, SSRI, dan MAOI bermanfaat terhadap pasien-pasien tertentu

(terutama bagi mereka yang disertai dengan depresi). Sedangkan pasien dengan gejala otonomik

akan membaik dengan β-bloker (misal, propanolol 80-160 mg/hari).4, 8

No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran

1. Diazepam DiazepinLoviumStesolidTab. 2-5 mgTab. 2-5 mgTab. 2-5 mgAmp.

10mg/2cc10-30 mg/h

2.Chlordiazepoxide CetabriumArsitranDrg. 5-10 mgTab. 5 mg15-30 mg/h

Lorazepam AtivanRenaquilTab. 0,5-1-2 mgTab. 1 mg2-3 x 1 mg/h.

Page 7: cemas

Clobazam Frisium Tab. 10 mg 2-3 x 1m mg/h.

Alprazolam XanaxAlganaxTab. 0,25-0,5 mgTab. 0,25-0,5 mg0,75-1,50 mg/h.

Sulpiride Dogmatil Cap. 50 mg 100-200 mg/h.

Buspirone Buspar Tab. 10 mg 

Obat anti-anxietas Benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya (benzodiazepinereceptors)

akan meng-reinforce “the inhibitory action of GABA-ergic neuron”, sehingga

hiperaktivitas tersebut di atas mereda.

Dorong rasa percaya diri, rumatan aktivitas produktif, dan kognisi yang berdasarkanpada realita.

Latihlah pasien dengan teknik relaksasi (misal biofeedback, meditasi,otohipnotis). Lebih dari 50%

pasien menjadi asimtomatik seiring berjalannya waktu, tetapisisanya memberat pada derajat hendaya

yang bermakna. Bantulah pasien untuk memahamiakan sifat kronis penyakitnya dan mengerti akan

adanya kemungkinan untuk selamanyahidup dengan beberapa gejala yang memang tidak akan

hilang.4,6

VI. PROGNOSIS

Prognosis Gangguan Kecemasan Menyeluruh sukar untuk untuk diperkirakan.

Nemun demikian beberapa data menyatakan peristiwa kehidupan berhubungan dengan onset

gangguan ini. Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas meningkatkan

kemungkinan akan terjadinya gangguan. Hal ini berkaitan pula dengan berat ringannya gangguan

tersebut

DAFTAR PUSTAKA

 

Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis

Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina

RupaAksara. Hal. 1-15.

 

Kaplan, Harold. I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika. Hal.145-

154.

Page 8: cemas

 

Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110.

 

Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.

Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 72-

75.

 

Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas IslamIndonesia.

 

Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 20 Oktober 2008.

   

Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian IlmuKedokteran

Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12