CBD Neonatus Dr Ida

58
CASE 3 NEONATUS ATERM, ASFIKSIA BERAT, DAN OBSERVASI NEONATAL INFEKSI Disusun Oleh : Manuel Gideon Polatu (406147013) Pembimbing : dr. Zuhriah. Hidajati, Sp.A Msi Med dr. Slamet Widi Saptadi, Sp.A dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A Msi Med dr. Neni Sumarni, Sp.A ILMU KESEHATAN ANAK RSUD KOTA SEMARANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA SEMARANG 2015

description

CBD Neonatus dr Ida

Transcript of CBD Neonatus Dr Ida

Page 1: CBD Neonatus Dr Ida

CASE 3

NEONATUS ATERM, ASFIKSIA BERAT, DAN OBSERVASI NEONATAL INFEKSI

Disusun Oleh :

Manuel Gideon Polatu (406147013)

Pembimbing :

dr. Zuhriah. Hidajati, Sp.A Msi Med

dr. Slamet Widi Saptadi, Sp.A

dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A Msi Med

dr. Neni Sumarni, Sp.A

ILMU KESEHATAN ANAK RSUD KOTA SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

SEMARANG

2015

Page 2: CBD Neonatus Dr Ida

I. IDENTITAS PASIEN

Nama pasien : By. Ny. RS

Umur : 3 hari

Jenis kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Genuksari, Genuk Kota, Semarang

Nama ayah : Tn. A

Umur : 28 tahun

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : D3

Nama ibu : Ny.RS

Umur : 25 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

No CM : 288598

Bangsal : Perinatologi

Lahir : 19 Mei 2014

II. DATA DASAR

1. Anamnesis

Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien dan perawat ruang Perinatologi

dilakukan pada tanggal 22 Mei2014 pukul 14.00 WIB di ruang Perinatologi dan

didukung catatan medis.

Keluhan utama : Bayi tidak menangis

Page 3: CBD Neonatus Dr Ida

Riwayat Penyakit Sekarang

Sebelum masuk RS

Ibu G1P0A0, usia 25 tahun, hamil 39 minggu berdasarkan USG, HPHTlupa, riwayat haid

teratur, siklus 28 hari, lama haid ± 7 hari per siklus. Ibu rutin memeriksakan

kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x. Selama hamil, ibu mengaku hanya

merasa mual namun tidak disertai muntah.Riwayat trauma sebelum kehamilan disangkal,

riwayat dipijat disangkal, riwayat penyakit darah tinggi selama kehamilan diakui dan

kencing manis disangkal, riwayat minum jamu – jamuan disangkal oleh ibu. Pola makan

sebelum dan selama hamil tidak terlalu banyak mengalami perubahan (sehari 3x dan

habis).

Setelah masuk RS

Ibu datang ke IGD RSUD Semarang pada pukul 03.00 WIB. 3 jam sebelum ke IGD

RSUD Semarang, ibu mengeluh perutnya terasa sangat mulas dan keluar lendir darah dari

jalan lahir. Kemudian pasien dibawa ke bidan desa. Karena tensi ibu 170/100, maka ibu

dirujuk ke RSUD Kota Semarang. Keluar cairan ngepyok disangkal oleh ibu.

Pukul 16.45, ibu mengalami kejang di bangsal Srikandi RSUD Semarang. Tensi 140/70

mmHg, ibu tidak sadar. Oleh dokter Obsgyn, akan dilakukan tindakan SC Cito.

Pukul 18.15WIB lahir bayi laki – laki di OKRSUD Semarang secara SC dengan Berat

Badan Lahir 2600 gram. Panjang badan 47cm. Lingkar kepala 33 cm. Lingkar dada 30

cm. Caput Suksadenum (-), cephale hematome (-)

Ketuban pecah spontan, berwarna keruh

Saat lahir bayi tidak menangis, tonus otot lemah, pernapasan tidak teratur, HR < 100

x/menit, warna kulit kebiruan pada ekstremitas dan pada badan.

10 menit setelah diresusitasi bayimenangis lemah dan hipotonus, namun HR > 100

x/menit, warna kulit pucat pada seluruh tubuh

Apgar Score 4-5-6

Plasenta lahir normal, kotiledon lengkap, tidak ada infark maupun hematoma.

Bayi kemudian dirawat dan diobservasi di Perinatologi

Dilakukan pemasangan infus umbilical kemudian diambil darah untuk diperiksakan di

laboratorium.

Page 4: CBD Neonatus Dr Ida

Setelah masuk perinatologi:

Hari pertama (20/5/14)

- Gerakan bayi kurang aktif, BAB(+), BAK (+), menangis kuat (+), merintih (-), ikterik

(-) muntah (-) .

- Diet ditunda 12 jam

Hari kedua (21/5/14),

- Gerakan bayi aktif, BAB(+), BAK (+). Menangis kuat (+), merintih (-), ikterik (+)

kramer II-III, minumkuat (+)

Hari ketiga (22/5/14),

- Gerakan bayi aktif, Menangis kuat (+), BAB(+), BAK (+), Ikterik (+) kramer III-IV,

Minum kuat (+)

- Fototerapi 1 x 24 jam

- Cek Bilirubin total dan bilirubin direk

Tabel Tanda Vital

20 21 22

HR 110 120 126

RR 40 48 48

T 36,2 36,6 36,5

Riwayat Penyakit Ibu dan Ayah

Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, hipertensi, asma, penyakit jantung, penyakit

ginjal, alergi, anemia, penyakit kelainan darah sebelum hamil disangkal.

Riwayat ibu keputihan beberapa kali saat hamil, berbau busuk disangkal. Menderita

penyakit menular seksual selama kehamilan atau pada saat proses persalinan seperti

misalnya gonorea, klamidia, trikomoniasis, kandidiasis, vaginalis disangkal.

Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama istrinya hamil

disangkal.

Page 5: CBD Neonatus Dr Ida

Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu, mendapat pengobatan paru

selama 6 bulan dan membuat kencing bewarna merah selama kehamilan disangkal.

Riwayat ibu menderita demam tinggi selama proses kehamilan disangkal

Riwayat ibu merokok disangkal

Riwayat ayah merokok disangkal

Riwayat Pemeriksaan prenatal

Ibu rutin memeriksakan kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x. Riwayat

trauma sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal, riwayat penyakit darah tinggi

selama kehamilan diakui dan kencing manis disangkal, riwayat minum jamu – jamuan

disangkal oleh ibu

Kesan : pemeliharaan prenatal baik dengan observasi pre-eklampsia ketat

Riwayat Persalinan dan Kehamilan

Bayi jenis kelamin perempuan dari ibu G1P0A0 hamil 39 mingguusia 25 tahun, lahir

secaraSC di OK RSUD kota Semarang ditolong oleh dokter Sp.OG.

Saat lahir bayi tidak menangis, kurang aktif, kebiruan dan tidak peka rangsang. Berat

badan lahir 2600 gram panjang badan 47cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 30 cm,

APGAR score 4-5-6

Kesan : neonatus aterm, lahir SCdengan asfiksia berat

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan

- Berat badan lahir :2600 gram- Panjang badan :47 cm- Lingkar kepala :33 cm- Lingkar dada :30 cm

Perkembangan

- Perkembangan anak belum dapat dinilai dan dievaluasi

Page 6: CBD Neonatus Dr Ida

Riwayat Makan dan Pertumbuhan Anak

Pada hari pertama tunda diet karena riwayat asfiksia berat, pada hari kedua dan

seterusnya mulai diberi ASI.

Terpasang infus umbilical D 10%

Riwayat Imunisasi

Hepatitis B : -

BCG : -

Polio : -

Kesan : Anak belum pernah mendapat imunisasi

Riwayat Keluarga Berencana

Ibu tidak menggunakan KB sebelum hamil

Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah pasien bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan ± Rp.

1.000.000.Ibu adalah ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung Jamkesmas.

Kesan : sosial ekonomi kurang

Data Obstetri

Anak ke Tahun

Jenis, pembantu, tempat,

penyulit persalinan, usia

kehamilan

Jenis

kelamin,

BBL

Keadaan

anak

sekarang

1 2014 Hamil ini

Data Keluarga

Ayah Ibu

Perkawinan 1 1

Umur 28 tahun 25 tahun

Page 7: CBD Neonatus Dr Ida

Konsanguitas - -

Keadaan sehat Sehat Sehat

Data Perumahan

Kepemilikan rumah :rumah kontrakan

Keadaan rumah :dinding rumah terbuat dari tembok, 2 kamar tidur, kamar mandi di

dalam rumah.

Sumber air bersih :sumber air minum PAM dan air sumur, limbah

buangandialirkan ke saluran atau selokan yang ada di belakang

rumah

Keadaan lingkungan :jarak antar rumah berdekatan, cukup padat

Kesan : Jarak rumah berdekatan, cukup padat

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal22Mei 2014, pukul 14.30 WIB di

Perinatologi. Bayi Laki-laki berat usia 3 hari, berat badan lahir 2600 gram, panjang badan

47 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 30 cm.

Kesan umum :

Compos mentis, bayi berat lahir normal, sesuai masa kehamilan, ditemukan tanda-tanda

neonatus aterm, tampakaktif, napas spontan adekuat, tangisan kuat, ikterik (+) kramer III-

IV

Tanda vital

Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan

Nadi : 128x/menit, isi dan tegangan cukup

Pernapasan : 46x/menit

Suhu : 36,5°C (Axilla)

Page 8: CBD Neonatus Dr Ida

Status Internus

Kepala

Mesocephale, ukuran lingkar kepala 33cm, ubun-ubun besar masih terbuka, tidak

tegang dan tidak menonjol, caput succedaneum (-), cephal hematom (-), rambut

hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.

Mata

Pupil bulat, isokor, Ø 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal, kornea jernih, sklera

ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)

Hidung

Napas cuping hidung (-/-), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)

Telinga

Bentuk normal, membalik segera setelah dilipat, discharge (-/-)

Mulut

sianosis (-), trismus (-), stomatitis(-), labioschizis (-), palatoschizis (-)

Thorax

Paru

Inspeksi : ikterik, hemithorax dextra dan sinistra simetris dalam keadaan statis

maupun dinamis, retraksi suprasternal, intercostal dan epigastrial (-).

Palpasi : stem fremitus tidak dilakukan, aerola mammae teraba,papilla

mammae (+/+)

Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan

Auskultasi : suara napas dasar vsikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), hantaran (-/-),

suara napas tambahan (-/-)

Jantung

Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : batas jantung sulit dinilai

Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, bising (-)gallop (-)

Abdomen

Page 9: CBD Neonatus Dr Ida

Inspeksi : datar, ikterik tali pusat insersio di tengah, segar, tidak tampak layu

dan tidak kehijauan, terpasang infuse umbilicalis

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi : timpani

Tulang Belakang

Spina bifida (-), meningokel (-)

Genitalia

Laki – laki ,kedua testis mengisi skrotum, rugae skrotum terbentuk

Anorektal

Anus (+)

Ekstremitas

Rajah tangan dan kaki sudah sempurna

Superior Inferior

Deformitas - /- - /-

Akral dingin - /- - /-

Akral sianosis - /- - /-

Ikterik +/+ + /+

CRT < 2 detik < 2 detik

Tonus Normotonus Normotonus

Kulit

Lanugo sedikit dan tidak rata, sianotik (-), pucat (-), ikterik (+)kramer III-IV,

sklerema (+)

Refleks Primitif :

Refleks Hisap :( + )

Refleks Rooting :( + )

Refleks Moro :( + )

Page 10: CBD Neonatus Dr Ida

Refleks Palmar Grasp :( + )

Refleks Plantar Grasp :( + )

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Darah Rutin

Tanggal Hb (gr/dl) Ht (%) Leukosit

(mm3)

Trombosit

(mm3)

20/5/14 18,4 53,10 17.300 217.000

Pemeriksaan Kimia Darah dan elektrolit

Tanggal GDS Bilirubin Total Bilirubin Direk

20/5/14 68

22/5/14 8,77 1,96

Page 11: CBD Neonatus Dr Ida

Pemeriksaan Khusus :

BALLARD SCORE

Maturitas neuromuskuler Poin Maturitas fisik Poin

Sikap tubuh 3 Kulit 3

Jendela siku-siku 4 Lanugo 3

Rekoil lengan 4 Lipatan telapak kaki 3

Sudut popliteal 4 Payudara 3

Tanda Selempang 3 Bentuk telinga 3

Page 12: CBD Neonatus Dr Ida

Tumit ke kuping 3 Genitalia (laki-laki) 3

Total 21 Total 18

New Ballard Score = maturitas neuromuskular + maturitas fisik

= 21 + 18

= 39

Kesan : kelahiran aterm 39 minggu

APGAR SCORE

Klinis 1 5 10

Appearance 1 1 2

Pulse 1 1 1

Grimace 0 1 1

Activity 1 1 1

Respiratory Effort 1 1 1

4 5 6

BELL SQUASH SCORE

1. SC

2. Ketuban tidak normal

3. Kelainan bawaan

4. Asfiksia

5. Preterm

6. BBLR

7. Infeksi tali pusat

8. Riwayat penyakit ibu

9. Riwayat penyakit kehamilan

Hasil : 2 observasi neonatal infeksi

GUPTE SCORE

Prematuritas 3

Cairan amnion berbau busuk 2

Ibu demam 2

Page 13: CBD Neonatus Dr Ida

Asfiksia 2

Partus lama 1

Vagina tidak bersih 2

KPD 1

Hasil :2tidak termasuk screening NI

III. RESUME

Telah lahir bayi perempuan dari ibu G1P0A0hamil 39 minggu usia 25 tahun, lahir SC,

ditolong oleh Dokter Sp.OGdiOK RSUD Semarang. Saat lahir bayi tampak kebiruan pada

ekstremitas dan badan, nadi<100x/menit, kurang peka terhadap rangsang, tonus otot lemah

dantidak menangis. Berat badan lahir 2600 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 33

cm, dan lingkar dada 30cm. Apgar score 4-5-6

Kesan umum :

Compos mentis, bayi berat lahir normal, sesuai masa kehamilan, ditemukan tanda-tanda

neonatus aterm, tampak aktif, napas spontan adekuat, tangisan keras

Dari pemeriksaan fisik pada tanggal22 Mei 2014 didapatkan :

Tanda vital

Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan

Nadi : 128x/menit, isi dan tegangan cukup

Pernapasan : 46x/menit

Suhu : 36,5°C (Axilla)

Status Internus

Kepala : ubun-ubun besar datar dan tidak menonjol, caput suksaidenum

(-)

Mata : pupil bulat, isokor, reflek cahaya (+/+)

Hidung : napas cuping hidung (-/-)

Telinga : dalam batas normal

Mulut : dalam batas normal

Page 14: CBD Neonatus Dr Ida

Thorax : ikterik, pergerakan dada simetris, retraksi supraklavikula (-),

intercostal (-), epigastrial (-)

Paru : suara napas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung : tidak teraba membesar, bunyi jantung I-II reguler, murmur (-),

gallop (-)

Abdomen : tali pusat insersio di tengah, tampak segar

Tulang belakang : dalam batas normal

Genitalia : dalam batas normal

Anorektal : dalam batas normal

Ekstremitas

Rajah tangan dan kaki sudah sempurna

Superior Inferior

Deformitas - /- - /-

Akral dingin - /- - /-

Akral sianosis - /- - /-

Ikterik + / + +/+

Capillary refill < 2 detik < 2 detik

Tonus Hipotonus hipotonus

Kulit : Lanugo sedikit dan tidak rata, sianotik (-), pucat (-), ikterik (+) kramer

III-IV, sklerema (-)

Pemeriksaan Penunjang

Darah rutin : dalam batas normal

GDS :dalam batas normal

Bilirubin : Hiperbilirubinemia

Pemeriksaan Khusus

Ballard score :kelahiran aterm 39 minggu

APGAR score : Asfiksia berat

Page 15: CBD Neonatus Dr Ida

Bell squash score : Observasi neonatal infeksi

Gupte score :Tidak termasuk screening neonatal infeksi

Kesan : neonatus aterm, lahir SC, ibu eklampsia,bayi berat lahir normal – sesuai masa

kehamilan, asfiksia berat, observasi neonatal infeksi.

IV. DIAGNOSIS BANDING

1. Neonatus Aterm

- BMK (Besar Masa Kehamilan)

- KMK (Kecil Masa Kehamilan)

- SMK (Sesuai Masa Kehamilan)

2. Asfiksia Berat

- Faktor Ibu

a. Hipertensi

b. Infeksi pada ibu ( TORCH )

c. Diabetes Mellitus

- Faktor Plasenta

a. Solution plasenta

b. Lilitan tali pusat

c. Plasenta previa

- Faktor Janin

a. Fetal distress

b. Letak sungsang

c. Makrosomia

d. Bayi preterm

e. Bayi post term

f. Gemeli

3. Observasi infeksi neonatal

a. Early onset (< 72 jam)

Page 16: CBD Neonatus Dr Ida

- Infeksi pada ibu (TORCH, TBC, infeksi virus, trikomoniasis, kandidiasis

vaginalis, gonorrhoea, non gonococcal servitis, sifilis, kondiloma akuminata,

ulkus molle, limfogranuloma inguinal)

- Ketuban pecah dini

- Prematur

b. Late onset (>72 jam)

- Infeksi nosokomial

V. DIAGNOSIS SEMENTARA

1. Neonatus aterm – sesuai masa kehamilan

2. Asfiksia Berat

3. Observasi Neonatal Infeksi

VI. TERAPI

A. Terapi Awal

Medikamentosa

- O2 nasal 2 L/menit

- Infus umbilikal D10 % 6 tpm

- Injeksi Ampisulbactam 2x200 mg iv

- Injeksi Gentamicin 2 x 7,5 mg iv

- Injeksi Ca Gluconas 2 x 1cc ad aqua IV pelan

- Injeksi Gentamicin 2 x 7,5 mg iv

- Dopamin 3 meq/kgbb/jam

Diet

- Tunda diet 12 jam pertama

- Terpasang OGT

B. Terapi Sekarang

Medikamentosa

- O2 nasal 2 L/menit

- Infus umbilikal D10 % 6 tpm

Page 17: CBD Neonatus Dr Ida

- Injeksi Ampisulbactam 2x200 mg iv

- Injeksi Ca Gluconas 2 x 1cc ad aqua IV pelan

- Injeksi Gentamicin 2 x 7,5 mg iv

- Dopamin 3 meq/kgbb/jam

Diet

- ASI 8x 10 cc (naik bertahap)

VII. PROGRAM

Evaluasi keadaan umum dan tanda vital

Awasi tanda-tanda gangguan pernapasan

Awasi tanda-tanda dehidrasi

Jaga kehangatan

Rawat tali pusat

Bila bayi mulai aktif, menangis keras (+), minum kuat (+) tanda-tanda gangguan

napas (-) coba ASI ad lib

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

IX. USUL

Pemeriksaan darah rutin ulang

pemeriksaan IT rasio

Pemeriksaan GDS ulang (atas indikasi)

Pemeriksaan elektrolit(atas indikasi)

Pemeriksaan Bilirubin ulang (atas indikasi)

Pemeriksaan kultur darah dan uji resistensi (atas indikasi)

Page 18: CBD Neonatus Dr Ida

X. NASEHAT DI RUMAH

Jaga kehangatanbayi

Perawatan tali pusat

Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, berikan 2-3 jam sekali

Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah menyusui. Jika ibu

menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam keadaan bersih dan harus selalu

dicuci serta direbus sebelum digunakan.

Kebanyakan bayi cenderun menghisap udara yang berlebihan sewaktu menyusui. Karena

itu setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara meletakkan bayi tegak lurus di

pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai ia mengeluarkan udara.

Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan kesehatan terdekat

untuk memantau tumbuh kembang bayi serta pemberian imunisasi dasar.

Ibu harus menemui dokter secepat mungkin jika bayinya :

Mempunyai masalah bernafas

Merintih

Tampak berwarna kebiruan (sianotik)

Suhu tubuh ≥38°C

Muntah atau buang air besar berlebihan (>3x/hari)

Tersedak atau mengeluarkan ASI dari hidung saat menyusui

Mengeluarkan darah (walaupun sedikit) pada air kencing maupun beraknya

Kejang

Kontrol ke dokter spesialis mata setelah usia 1 bulan

Kontrol ke dokter spesialis THT setelah usia 2 bulan

Hindari asap rokok di sekitar bayi karena paru-paru bayi masih sangat rentan terhadap

infeksi pernapasan.

TINJAUAN PUSTAKA

Page 19: CBD Neonatus Dr Ida

NEONATAL INFEKSI

A. Definisi

Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection (infeksi dini)

dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena infeksi diperoleh dari si ibu

saat masih dalam kandungan sementara infeksi lambat adalah infeksi yang diperoleh dari

lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain

B. Patofisiologi

Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3

golongan, yaitu :

1. Infeksi Antenatal

Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu

melalui batas plasenta. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke

janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :

a. Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic

inclusion

b. Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues )

c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria

monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta.

Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat

tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.

2. Infeksi Intranatal

Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.

Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah

ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan

lahirnya bayi lebih dari 12 jam), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya

plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh

Page 20: CBD Neonatus Dr Ida

misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin

terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital

selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui

kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ” oral

trush ”.

3. Infeksi Pascanatal

Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang

berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan

alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi

pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena

mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi.

C. Penegakkan Diagnosis

Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan

dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti dan akhirnya

dengan pemeriksaan fisik dan laboratarium.

Infeksi lokal pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga

gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan

kalau kita cukup wasdpada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali

merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup

selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelaianan kongenital

tertentu, namun tiba – tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa

kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi.

Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting, terutama pada

bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka kematian

yang tinggi. Disamping itu, gejala klinis infeksi pada bayi tidak khas. Adapun gejala yang

perlu mendapat perhatian yaitu :

- Malas minum

- Bayi tertidur

- Tampak gelisah

Page 21: CBD Neonatus Dr Ida

- Pernapasan cepat

- Berat badan turun drastic

- Terjadi muntah dan diare

- Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas normal

- Pergerakan aktivitas bayi makin menurun

- Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran hepar,

purpura (bercak darah dibawah kulit) dan kejang-kejang

- Terjadi edema

- Sklerema

Ada 2 skoring yang digunakan untuk menentukan diagnosis neonatal infeksi :

a. Bell Squash score

- Partus tindakan (SC, forcep, vacum, sungsang)

- Ketuban tidak normal

- Kelainan bawaan

- Asfiksia

- Preterm

- BBLR

- Infeksi tali pusat

- Riwayat penyakit ibu

- Riwayat penyakit kehamilan

b. Gupte score

Prematuritas 3

Cairan amnion berbau busuk 2

Hasil< 4 observasi NI≥ 4 NI

Hasil3-5Screening NI≥ 5 NI

Page 22: CBD Neonatus Dr Ida

Ibu demam 2

Asfiksia 2

Partus lama 1

Vagina tidak bersih 2

KPD 1

D. Klasifikasi

Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan

besar, yaitu berat dan infeksi ringan.

a. Infeksi berat ( major infections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare

epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.

b. Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi

umbilikus ( omfalitis ), moniliasis.

1. Sepsis Neonatorum

Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan

sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatus dengan gejala-gejala

sistemik.

Faktor risiko :

- Persalinan (partus) lama

- Persalinan dengan tindakan

- Infeksi/febris pd ibu

- Air ketuban bau, warna hijau

- KPD lebih dr 18 jam

- Prematuritas & BBLR

- Fetal distress

Tanda & gejala :

Page 23: CBD Neonatus Dr Ida

- Reflek hisap lemah

- Bayi tampak sakit, tidak aktif, dantampaklemah

- Hipotermia atau hipertermia

- Merintih

- Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterusPrinsip pengobatan:

- Pengobatan antibiotika secara empiris dan terapeutik

- Pemeriksaan laboratorium rutin

- Biakan darah dan uji resistensi

- Pemeriksaan lain dapat dilakukan atas indikasi

2. Meningitis pada Neonatus

Tanda dan gejala :

- Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis

- Kejang

- UUB menonjol

- Kaku kuduk

Pengobatan :

- Gunakan antibiotic yang dapat menembus sawar otak dan diberikan dalam

minimal 3 minggu

- Pungsi lumbal (atas indikasi)

3. Sindrom Aspirasi Mekonium

SAMterjadi pada intrauterin karena inhalasi mekonium dan sering menyebabkan

kematian terutama bayi dengan BBLR karena reflex menelan dan batuk yang belum

sempurna.

Gejala :

- Pada waktu lahir ditemukan meconium staining

- Letargia

- Malas minum

- Terjadi serangan apnea (Apneu neonatal)

Page 24: CBD Neonatus Dr Ida

- Dicurigai bila ketuban keruhdan bau

- Rhonki (+)

Pengobatan :

- Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium staining dan

lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan napas

- Bila setelah di suction rhonki masih (+), pasang ET

- Bila setelah di suction rhonki (-) dilakan resusitasi

- Terapi antibiotika secara empiris dan terapeutik

- Cek darah rutin, BGA, GDS dan foto baby gram

4. Tetanus neonatorum

Etiologi

- Perawatan tali pusat yang tidak steril

- Pembantu persalinan yang tidak steril

Gejala

- Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang otot

rahang dan faring (tenggorok)

- Mulut mencucu seperti mulut ikan (trismus)

- Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus

- Tangan mengepal (boxer hand)

- Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan

- Kadang-kadang disertai sesak napas dan wajah bayi membiru

Tindakan

- Segera berikan antikonvulsan dan bawa ke Rumah Sakit (hindari pemberian IM

karena dapat merangsang muscular spasm)

- Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia

- Pasang IV line dan OGT

- Pemberian ATS 3000 – 6000 unit IM

- Beri penisilin prokain G 200.000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10 hari

- Rawat tali pusat

- Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin terjadinya rangsangan

Page 25: CBD Neonatus Dr Ida

5. Oftalmia Neonatorum

Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseriagonorrhoeae saat bayi lewat jalan lahir

Dibagi menjadi 3 stadium

- Stadium infiltrative Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, mungkin terdapat pseudomembran

- Stadium supuratifBerlangsung 2 – 3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat secret bercampur darah, yang khas secret akan keluar dengan mendadak (muncrat) saat palpebra dibuka

- Stadium konvalesenBerlangsung 2-3 minggu. Secret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu hebat lagi.

Penatalaksanaan

- Bayi harus diisolasi

- Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap ¼ jam disusul dengan pemberian salep mata penisilin

- Berikan salep mata penisilin setiap jam selama 3 hari

- Penisilin prokain 50.000 unit/kgbb IM

E. Pencegahan

Prinsip pencegahan infeksi antara lain:o Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.o Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi menularkan infeksi.o Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.o Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan.o Gunakan teknik aseptik.o Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu sterilkan atau

desinfeksi instrumen dan peralatan.o Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.o Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.

Page 26: CBD Neonatus Dr Ida

ASFIKSIA NEONATORUM

A. Definisi

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat

lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan

asidosis (IDAI).Sedangkan menurut WHO, asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas

secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan ensefalopati

hipoksik-iskemik, serta asidemia metabolik.Bayi yang mengalami episode hipoksia-iskemi

yang signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari berbagai organ, dengan disfungsi

otak sebagai pertimbangan utama.

B. Etiologi dan Faktor Risiko

Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:

1. Faktor Ibu

a. Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau

anestesia dalam.

b. CPD

c. Penyakit pada ibu

Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan

Hipertensi

Infeksi TORCH

2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi

plasenta..Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,

misalnya kalsifikasi plasenta, solusio plasenta, plasenta previa dan lain-lain.

Page 27: CBD Neonatus Dr Ida

3. Faktor Janin

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena

a. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial.

b. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis

saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

c. Fetal distress

Tabel 3.1 Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum

C. Patofisiologi

1. Fisiologi Janin Memperoleh Oksigen

Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan

untuk mengeluarkan karbondioksida.Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin

dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah.Hampir

seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh

darah janin, Sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah

yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta.

Page 28: CBD Neonatus Dr Ida

Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber

utama oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan

alveoli akan berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen

mengalir ke dalam pembuluh darah di sekitar alveoli.

Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada

sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara dan

peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi

sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang.

Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik,

menyebabkan tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan

sistemik sehingga aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus

menurun.

Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh paru mengalami relaksasi,

duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang sebelumnya melalui duktus arteriosus

sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak oksigen untuk dialirkan ke

seluruh jaringan tubuh.

Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan paru-

parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas yang dalam

akan mendorong cairan dari jalan napasnya. Oksigen dan pengembangan paru

merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk

adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru

menjadi kemerahan.

2. Kesulitan yang dialami bayi selama masa transisi

Bayi dapat mengalami kesulitan sebelum lahir, selama persalinan atau setelah

lahir.Tanda klinis awal dapat berupa deselerasi frekuensi jantung janin. Masalah yang

dihadapi setelah persalinan lebih banyak berkaitan dengan jalan nafas dan atau paru-

paru, misalnya sulit menyingkirkan cairan atau benda asing seperti mekonium dari

alveolus, sehingga akan menghambat udara masuk ke dalam paru mengakibatkan

hipoksia. Bradikardia akibat hipoksia dan iskemia akan menghambat peningkatan

tekanan darah (hipotensi sistemik).

Page 29: CBD Neonatus Dr Ida

Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada organ

seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak

tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen. Walaupun

demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi

miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan darah, yang

mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan berkurang. Sebagai akibat dari

kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan

jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian.

Penelitian menunjukkan bahwa pernapasan adalah tanda vital pertama yang

berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan oksigen.Setelah periode awal pernapasan

yang cepat maka periode selanjutnya disebut apnu primer. Rangsangan seperti

mengeringkan atau menepuk telapak kaki akan menimbulkan pernapasan. Walaupun

demikian bila kekurangan oksigen terus berlangsung, bayi akan melakukan beberapa

usaha bernapas megap-megap dan kemudian terjadi apnu sekunder, rangsangan saja

tidak akan menimbulkan kembali usaha pernapasan bayi baru lahir.

Gambar 1. Perubahan frekuensi jantung dan tekanan darah selama apnu

Sumber Buku panduan resusitasi neonatus. Edisi ke-5, 2006

Frekuensi jantung mulai menurun pada saat bayi mengalami apnu primer.

Tekanan darah akan tetap bertahan sampai dimulainya apnu sekunder (kecuali jika

terjadi kehilangan darah pada saat memasuki periode hipotensi). Bayi dapat berada

pada fase antara apnu primer dan apnu dan seringkali keadaan yang membahayakan ini

dimulai sebelum atau selama persalinan.Akibatnya saat lahir, sulit untuk menilai berapa

lama bayi telah berada dalam keadaan membahayakan. Pemeriksaan fisik tidak dapat

membedakan antara apnu primer dan sekunder, namun respon pernapasan yang

Page 30: CBD Neonatus Dr Ida

ditunjukkan akan dapat memperkirakan kapan mulai terjadi keadaan yang

membahayakan itu.

Jika bayi menunjukkan tanda pernapasan segera setelah dirangsang, itu adalah

apnu primer. Jika tidak menunjukkan perbaikan apa-apa, ia dalam keadaan apnu

sekunder. Sebagai gambaran umum, semakin lama seorang bayi dalam keadaan apnu

sekunder, semakin lama pula dia bereaksi untuk dapat memulai pernapasan. Walau

demikian, segera setelah ventilasi yang adekuat, hampir sebagian besar bayi baru lahir

akan memperlihatkan gambaran reaksi yang sangat cepat dalam hal peningkatan

frekuensi jantung.

D. Penegakkan Diagnosa

1. Pemeriksaan Fisik

- Bayi tidak bernapas atau menangis

- Denyut jantung kurang dari 100 x / menit

- Tonus otot menurun

- Ditemukan meconium staining

- BBLR / BBLSR / BBLASR

- Reflek fisiologis berkurang atau hilang

Untuk menilai berat ringannya asfiksia neonatorum, menggunakan APGAR score

Score 10 – 8

:

Vigorous

Baby

Score 7 : Asfiksia ringan

Score 6-4 : Asfiksia sedang

Klinis 0 1 2

Appearance Seluruh tubuh biru / putih

Badan merah, kaki biru

Seluruh tubuh merah

Pulse Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit

Grimace Tidak ada Perubahan mimic Bersin / menangis

Activity Lumpuh Extremitas sedikit fleksi

Gerakan aktif, extremitas fleksi

Resipiration effort Tidak ada Lemah Menangis keras

Page 31: CBD Neonatus Dr Ida

Score 3-0 : Asfiksia berat

2. Pemeriksaan Penunjang

- Darah rutin, GDS, elektrolit, Bilirubin

- BGA

o PaO2 < 50 mm H2O

o PaCO2 > 55 mm H2

o pH< 7,30

- Baby gram

- USG kepala

E. Resusitasi Neonatus

Antisipasi, persiapan adekuat, evaluasi akurat dan inisiasi bantuan sangatlah penting

dalam kesuksesan resusitasi neonatus. Bayi prematur (usia gestasi < 37 minggu)

membutuhkan persiapan khusus. Bayi prematur memiliki paru imatur yang kemungkinan

lebih sulit diventilasi dan mudah mengalami kerusakan karena ventilasi tekanan positif serta

memiliki pembuluh darah imatur dalam otak yang mudah mengalami perdarahan Selain itu,

bayi prematur memiliki volume darah sedikit yang meningkatkan risiko syok hipovolemik

dan kulit tipis serta area permukaan tubuh yang luas sehingga mempercepat kehilangan panas

dan rentan terhadap infeksi.

Apabila diperkirakan bayi akan memerlukan tindakan resusitasi, sebaiknya

sebelumnya dimintakan informed consent. Definisi informed consent adalah persetujuan

tertulis dari penderita atau orangtua/wali nya tentang suatu tindakan medis setelah

mendapatkan penjelasan dari petugas kesehatan yang berwenang. Tindakan resusitasi dasar

pada bayi dengan depresi pernapasan adalah tindakan gawat darurat. Dalam hal gawat

darurat mungkin informed consent dapat ditunda setelah tindakan. Setelah kondisi bayi stabil

namun memerlukan perawatan lanjutan, dokter perlu melakukan informed consent.

Page 32: CBD Neonatus Dr Ida

Gambar 3.1 Algoritma Resusitasi Bayi Baru Lahir

Page 33: CBD Neonatus Dr Ida

1. Ventilasi Tekanan Positif

Ventilasi tekanan positif (VTP) dilakukan sebagai langkah resusitasi lanjutan bila

semua tindakan diatas tidak menyebabkan bayi bernapas atau frekuensi jantungnya tetap

kurang dari 100x/menit. Sebelum melakukan VTP harus dipastikan tidak ada kelainan

congenital seperti hernia diafragmatika, karena bayi dengan hernia diafragmatika harus

diintubasi terlebih dahulu sebelum mendapat VTP. Bila bayi diperkirakan akan mendapat

VTP dalam waktu yang cukup lama, intubasi endotrakeal perlu dilakukan atau

pemasangan selang orogastrik untuk menghindari distensi abdomen. Kontra indikasi

penggunaan ventilasi tekanan positif adalah hernia diafragma.

Terdapat beberapa jenis alat yang dapat digunakan untuk melakukan ventilasi

pada bayi baru lahir, masing-masing memiliki cara kerja yang berbeda dengan

keuntungan dan kerugian yang berbeda.

Page 34: CBD Neonatus Dr Ida

Tabel Perbandingan Jenis Alat untuk Ventilasi Tekanan Positif

Gambar 2. Alat pada VTP

2. Kompresi Dada

Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang dari 60x/menit setelah

dilakukan ventilasi tekanan positif selama 30 detik. Tindakan kompresi dada (cardiac

massage) terdiri dari kompresi yang teratur pada tulang dada, yaitu menekan jantung ke

arah tulang belakang, meningkatkan tekanan intratorakal, dan memperbaiki sirkulasi

darah ke seluruh organ vital tubuh. Kompresi dada hanya bermakna jika paru-paru diberi

oksigen, sehingga diperlukan 2 orang untuk melakukan kompresi dada yang efektif. Satu

orang menekan dada dan yang lainnya melanjutkan ventilasi.Orang kedua juga bisa

melakukan pemantauan frekuensi jantung, dan suara napas selama ventilasi tekanan

positif. Ventilasi dan kompresi harus dilakukan secara bergantian

Prinsip dasar pada kompresi dada adalah

- Topang bagian belakang bayi dengan leher sedikit tengadah

- Lokasi ibu jari atau dua jari : pada bayi baru lahir tekanan diberikan pada 1/3 bawah

tulang dada yang terletak antara processus xiphoideus dan garis khayal yang

menghubungkan kedua puting susu. (Teknik ibu jari lebih direkomendasikan pada

Page 35: CBD Neonatus Dr Ida

resusitasi bayi baru lahir karena akan menghasilkan puncak sistolik dan perfusi

koroner yang lebih besar.)

Gambar Lokasi Kompresi

- Kedalaman : diberikan tekanan yang cukup untuk menekan tulang dada sedalam

kurang lebih 1/3 diameter anteroposterior dada, kemudian tekanan dilepaskan untuk

memberi kesempatan jantung terisi. Satu kompresi terdiri dari satu tekanan ke bawah

dan satu pelepasan. Lamanya tekanan ke bawah harus lebih singkat daripada lamanya

pelepasan untuk memberi curah jantung yang maksimal. Ibu jari atau ujung-ujung jari

(tergantung metode yang digunakan) harus tetap bersentuhan dengan dada selama

penekanan dan pelepasan

- Frekuensi : kompresi dada dan ventilasi harus terkoordinasi baik, dengan aturan satu

ventilasi diberikan tiap selesai tiga kompresi, dengan frekuensi 30 ventilasi dan 90

kompresi permenit. Satu siklus yang berlangsung selama 2 detik, terdiri dari satu

ventilasi dan tiga kompresi

- Penghentian kompresi:setelah 30 detik, untuk menilai kembali frekuensi jantung.

Frekuensi jantung dihitung dalam waktu 6 detik kemudian dikalikan 10. Jika

frekuensi jantung telah diatas 60 x/menit kompresi dada dihentikan, namun ventilasi

diteruskan dengan kecepatan 40-60 x/menit. Jika frekuensi jantung tetap kurang dari

60 x/menit, maka pemasangan kateter umbilikal untuk memasukkan obat dan

pemberian epinefrin harus dilakukan.

Page 36: CBD Neonatus Dr Ida

- Jika frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit dan bayi dapat bernapas spontan,

ventilasi tekanan positif dapat dihentikan, tetapi bayi masih mendapat oksigen alir

bebas yang kemudian secara bertahap dihentikan. Setelah observasi beberapa lama di

kamar bersalin bayi dapat dipindahkan ke ruang perawatan.

3. Intubasi Endotrakeal

Intubasi endotrakeal dapat dilakukan pada setiap tahapan resusitasi sesuatu

dengan keadaan, antara lain beberapa keadaan berikut saat resusitasi:

a. Jika terdapat mekoneum dan bayi mengalami depresi pernapasan, maka intubasi

dilakukan sebagai langkah pertama sebelum melakukan tindakan resusitasi yang

lain, untuk membersihkan mekoneum dari jalan napas.

b. Jika ventilasi tekanan positif tidak cukup menghasilkan perbaikan kondisi,

pengembangan dada, atau jika ventilasi tekanan positif berlangsung lebih dari

beberapa menit, dapat dilakukan intubasi untuk membantu memudahkan ventilasi.

c. Jika diperlukan kompresi dada, intubasi dapat membantu koordinasi antara

kompresi dada dan ventilasi, serta memaksimalkan efisiensi ventilasi tekanan

positif.

d. Jika epinefrin diperlukan untuk menstimulasi frekuensi jantung maka cara yang

umum adalah memberikan epinefrin langsung ke trakea melalui pipa endotrakeal

sambil menunggu akses intravena.

e. Jika dicurigai ada hernia diafragmatika, mutlak dilakukan pemasangan selang

endotrakeal. Cara pemasangan selang endotrakeal perlu dikuasai diantaranya

melalui pelatihan khusus.

4. Pemberian Obat-obatan

Epinefrin

Indikasi pemakaian epinefrin adalah frekuensi jantung kurang dari 60x/menit

setelah dilakukan VTP dan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik.

Epinefrin tidak boleh diberikan sebelum melakukan ventilasi adekuat karena

epinefrin akan meningkatkan beban dan konsumsi oksigen otot jantung. Dosis yang

diberikan 0,1-0,3 ml/kgBB larutan1:10.000 (setara dengan 0,01-0,03 mg/kgBB)

Page 37: CBD Neonatus Dr Ida

intravena atau melalui selang endotrakeal. Dosis dapat diulang 3-5 menit secara

intravena bila frekuensi jantung tidak meningkat.Dosis maksimal diberikan jika

pemberian dilakukan melalui selang endotrakeal.

Volume Ekspander

Volume ekspander diberikan dengan indikasi sebagai berikut: bayi baru lahir

yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan

resusitasi, hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis

ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil atau lemah, dan pada resusitasi tidak

memberikan respon yang adekuat.Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10

menit.Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis.Jenis cairan yang diberikan

dapat berupa larutan kristaloid isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat) atau tranfusi

golongan darah O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.

Bikarbonat

Indikasi penggunaan bikarbonat adalah asidosis metabolik pada bayi baru

lahir yang mendapatkan resusitasi.Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah

baik.Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus

disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.Dosis yang digunakan

adalah 2 mEq/kg BB atau 4 ml/kg BB BicNat yang konsentrasinya 4,2 %. Bila hanya

terdapat BicNat dengan konsetrasi 7,4 % maka diencerkan dengan aquabides atau

dekstrosa 5% sama banyak. Pemberian secara intra vena dengan kecepatan tidak

melebihi dari 1 mEq/kgBB/menit.

Nalokson

Nalokson hidroklorida adalah antagonis narkotik diberikan dengan indikasi

depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik dalam

waktu 4 jam sebelum melahirkan. Sebelum diberikan nalokson ventilasi harus

adekuat dan stabil. Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya dicurigai

sebagai pecandu obat narkotika, sebab akan menyebabkan gejala putus obat pada

sebagian bayi. Cara pemberian intravena atau melalui selang endotrakeal.Bila perfusi

Page 38: CBD Neonatus Dr Ida

baik dapat diberikan melalui intramuskuler atau subkutan.Dosis yang diberikan 0,1

mg/kg BB, perlu diperhatikan bahwa obat ini tersedia dalam 2 konsentrasi yaitu 0,4

mg/ml dan 1 mg/ml.

F. Komplikasi

Kelainan yang terjadi akibat hipoksia dapat timbul pada stadium akut dan dapat pula

terlihat beberapa waktu setelah hipoksia berlangsung. Pada keadaan hipoksia akut akan

terjadi redistribusi aliran darah sehingga organ vital seperti otak, jantung, dan kelenjar

adrenal akan mendapatkan aliran yang lebih banyak dibandingkan organ lain seperti kulit,

jaringan muskuloskeletal serta organ-organ rongga abdomen dan rongga toraks lainnya

seperti paru, hati, ginjal, dan traktus gastrointestinal.

Pada hipoksia yang berkelanjutan, kekurangan oksigen untuk menghasilkan energi

bagi metabolisme tubuh menyebabkan terjadinya proses glikolisis anerobik. Produk

sampingan proses tersebut (asam laktat dan piruvat) menimbulkan peningkatan asam organik

tubuh yang berakibat menurunnya pH darah sehingga terjadilah asidosis metabolik.

Perubahan sirkulasi dan metabolisme ini secara bersama-sama akan menyebabkan kerusakan

sel baik sementara ataupun menetap.

Pada bayi kurang bulan, proses hipoksia yang terjadi akan lebih berat dibandingkan

dengan bayi cukup bulan akibat kurang optimalnya faktor redistribusi aliran darah terutama

aliran darah otak, sehingga risiko terjadinya gangguan hipoksik iskemik dan perdarahan

periventrikular lebih tinggi.

Page 39: CBD Neonatus Dr Ida

Tabel 3.2 Komplikasi Asfiksia Neonatorum

1. Susunan Saraf Pusat

Pada keadaan hipoksia aliran darah ke otak dan jantung lebih dipertahankan dari

pada ke organ tubuh lainnya, namun terjadi perubahan hemodinamik di otak dan

penurunan oksigenisasi sel otak tertentu yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan sel

otak.

Salah satu gangguan akibat hipoksia otak yang paling sering ditemukan pada

masa perinatal adalah ensefalopati hipoksik iskemik (EHI). Pada bayi cukup bulan

keadaan ini timbul saat terjadinya hipoksia akut, sedangkan pada bayi kurang bulan

kelainan lebih sering timbul sekunder pasca hipoksia dan iskemia akut. Manifestasi

Page 40: CBD Neonatus Dr Ida

gambaran klinik bervariasi tergantung pada lokasi bagian otak yang terkena proses

hipoksia dan iskemianya.

Pada saat timbulnya hipoksia akut atau saat pemulihan pasca hipoksia terjadi

dua proses yang saling berkaitan sebagai penyebab perdarahan peri/intraventrikular.

Pada proses pertama, hipoksia akut yang terjadi menimbulkan vasodilatasi serebral dan

peninggian aliran darah serebral. Keadaan tersebut menimbulkan peninggian tekanan

darah arterial yang bersifat sementara dan proses ini ditemukan pula pada sirkulasi

kapiler di daerah matriks germinal yang mengakibatkan perdarahan. Selanjutnya

keadaan iskemia dapat pula terjadi akibat perdarahan ataupun renjatan pasca

perdarahan yang akan memperberat keadaan penderita. Pada proses kedua, perdarahan

dapat terjadi pada fase pemulihan pasca hipoksia akibat adanya proses reperfusi dan

hipotensi sehingga menimbulkan iskemia di daerah mikrosirkulasi periventrikular yang

berakhir dengan perdarahan.

2. Sistem Pernapasan

Penyebab terjadinya gangguan pernapasan pada bayi penderita asfiksia neonatus

masih belum dapat diketahui secara pasti. Beberapa teori mengemukakan bahwa hal ini

merupakan akibat langsung hipoksia dan iskemianya atau dapat pula terjadi karena

adanya disfungsi ventrikel kiri, gangguan koagulasi, terjadinya radikal bebas oksigen

ataupun penggunaan ventilasi mekanik dan timbulnya aspirasi mekonium.

3. Sistem Kardiovaskular

Bayi yang mengalami hipoksia berat dapat menderita disfungsi miokardium

yang berakhir dengan payah jantung. Disfungsi miokardium terjadi karena menurunnya

perfusi yang disertai dengan kerusakan sel miokard terutama di daerah subendokardial

dan otot papilaris kedua bilik jantung.Kelainan yang ditemukan bersifat ringan berupa

bising jantung akibat insufisiensi katup atrioventrikuler dan kelainan ekokardiografi

khas yang menunjukkan iskernia miokardium.

Page 41: CBD Neonatus Dr Ida

4. Sistem Urogenital

Pada sistem urogenital, hipoksia bayi dapat menimbulkan gangguan perfusi dan

dilusi ginjal serta kelainan filtrasi glomerulus. Aliran darah yang kurang menyebabkan

nekrosis tubulus dan perdarahan medula.

5. Sistem Gastrointestinal

Kelainan saluran cerna ini terjadi karena radikal bebas oksigen yang terbentuk

pada penderita hipoksia beserta faktor lain seperti gangguan koagulasi dan hipotensi,

menimbulkan kerusakan epitel dinding usus. Gangguan fungsi yang terjadi dapat

berupa kelainan ringan yang bersifat sementara seperti muntah berulang, gangguan

intoleransi makanan atau adanya darah dalam residu lambung sampai kelainan perforasi

saluran cerna, enterokolitis nekrotikans kolestasis dan nekrosis hepar.

6. Sistem Audiovisual

Gangguan pada fungsi penglihatan dan pendengaran dapat terjadi secara

langsung karena proses hipoksia dan iskemia, ataupun tidak langsung akibat hipoksia

iskernia susunan saraf pusat atau jaras-jaras yang terkait yang menimbulkan kerusakan

pada pusat pendengaran dan penglihatan. Retinopati yang ditemukan ternyata tidak

hanya karena peninggian tekanan oksigen arterial tetapi pada beberapa penderita

disebabkan oleh hipoksemia yang menetap. Selain retinopati, kelainan perdarahan

retina dilaporkan pula pada bayi penderita perinatal hipoksia.

Penelitian jangka panjang dengan alat brainstem auditory evoked responses

yang dilakukan pada bayi dengan riwayat asfiksia, menemukan gangguan fungsi

pendengaran pada sejumlah bayi.

Page 42: CBD Neonatus Dr Ida

DAFTAR PUSTAKA

1. Stell BJ. The High –Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition. Dalam

Kliegman RM,editor. Philadelphia, USA: Saunders 2004; hal 547-559

.

2. Buku Acuan Panduan ASUHAN PERSALINAN NORMAL&INISIASI MENYUSUI DINI.

Edisi 3 (Refisi) Jakarta : Jaringan Pelatihan Klinik, 2007

3. IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta:

Badan Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276.

4. Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri Neonatal Emergensi Dasar.Jakarta : Depkes RI, 2006; 69-79.   

5. Surasmi, A., Handayani, S. & Kusuma, H.N. 2003. Perawatan Bayi Resiko

Tinggi. Cetakan I. Jakarta : EGC.

6. Hassan, Rupeno. Dr., Alatas, Hussein. Dr. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.

Jakarta: Bagian IKA-FKUI, Infomedika.

7. Pusponegoro, Hardiono.D., dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 1.

Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

8. Nelson, Waldo.E.MD., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3. Jakarta: EGC.

9. Scwartz, M.William., dkk. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.

10.Gotoff, S.P., Infeksi pada Bayi Baru Lahir, Nelson Textbook of Pediatrics 14 th ed,

Philadelphia: WB Saunders Company. 1992;636-638