case
-
Upload
marlinna-aja -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of case
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1. Identifikasi
Nama : Agung Haredo
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 10 Kg
Panjang Badan : 73 cm
Alamat : RS Sriwijaya
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
MRS : 3 September 2014
1.2 Anamnesis
Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 15 September 2014
Keluhan Utama
Bengkak di seluruh tubuh
Keluhan Tambahan
Batuk, pilek
1
1.2.1. Riwayat Perjalanan Penyakit
Kurang lebih 2 hari SMRS, penderita mengalami bengkak diseluruh tubuh.
Bengkak timbul pertama kali di kelopak mata pada pagi hari saat bangun tidur,
tidak gatal, tidak merah, tidak ada sekret, riwayat alergi tidak ada. Bengkak
kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Bengkak terutama terlihat pada pagi hari
dan berkurang pada siang hari. Demam tidak ada, batuk ada, sesak nafas tidak
ada, pucat tidak ada, jantung berdebar-debar tidak ada. Batuk tidak berdahak,
tidak hijau dan tidak kental. BAK seperti biasa frekuensi 6-8x/hari banyaknya ½
gelas aqua. Riwayat BAK berwarna seperti teh tidak ada, air cucian daging tidak
ada, BAK berpasir tidak ada, BAK mengedan tidak ada. BAB seperti biasa, tidak
berwarna hitam, seperti dempul, tidak cair, tidak ada lendir dan darah, frekuensi
2-3x/hari Penderita lalu dibawa ke RSUD. Ibnu Sutowo Baturaja.
1.2,2. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat berat badan sulit naik tidak ada
- Riwayat sakit tenggorokan tidak ada, nyeri menelan tidak ada
- Riwayat koreng di kulit tidak ada, ruam dikulit tidak ada
- Riwayat sakit kuning tidak ada
- Riwayat penyakit jantung bawaan tidak ada
1.2.3. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal
- Riwayat penyakit ginjal di keluarga disangkal
2
1.2.4. Riwayat Keluarga
Kamisro, 46 tahun Yusniar, 45 tahun
15 tahun Meninggal 9 tahun 2 tahun
1.2.5. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah anak keempat dari empat bersaudara. Pekerjaan orang
ibu penderita adalah guru SD dan ayah penderita bekerja di minanga ogan
(perkebunan). Pendapatan perbulan keluarga kurang lebih 1.500.000/bulan
Kesan: sosioekonomi menengah ke bawah.
1.2.6. Riwayat Kehamilan
GPA : G5P4A0
Periksa hamil : 2 kali di bidan
Kebiasaan ibu sebelum/selama kehamilan
Minum alkohol : tidak pernah
Merokok : tidak pernah
Makan obat-obatan tertentu : tidak pernah
Penyakit atau komplikasi kehamilan ini : tidak ada
1.2.7. Riwayat Persalinan
Presentasi : belakang kepala
Cara persalinan : spontan
Ditolong : Bidan
3
KPSW : Tidak ada
Riwayat demam saat persalinan : tidak ada
Riwayat ketuban kental, hijau, bau : tidak ada
Keadaan bayi saat lahir
Jenis kelamin : laki-laki
Kondisi saat lahir : langsung menangis
BB lahir : 3500 gr
PB lahir : Lupa
1.2.8. Riwayat Makanan
ASI : 0-7 bulan (on demand, banyaknya kurang lebih 8-12x/hari,
lama kira-kira 15-20 menit tiap menyusu)
Bubur susu : 3 bulan-1 tahun
Nasi biasa : 1 tahun-sekarang. Nasi diberikan 3x sehari. Banyak tiap makan
1 centong kecil nasi selalu habis. Konsumsi sayur bayam hamper setiap hari
kurang lebih 1-2 sendok makan. Tempe-tahu hampir setiap hari dipotong
kecil. Telur 1-2x seminggu. Kadang-kadang anak diberi daging, ikan
setengah potong,. Diberikan kurang lebih 2x seminggu. Konsumsi buah-
buahan hampir setiap hari seperti jeruk, papaya dan salak. Banyaknya kurang
lebih 1-2 buah/hari.
Riwayat mengonsumsi jajanan seperti makanan dan minuman kemasan hampir
setiap hari. Minuman kemasan botol atau kotak atau kaleng seperti ale-ale, teh
gelas, dikonsumsi kurang lebih 2-3 gelas setiap hari.
Kesan: kuantitas makanan kurang mencukupi dan kualitas makanan kurang
bergizi
4
1.2.9 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Tengkurap : 3 bulan
Merangkak : 4 bulan
Duduk : 8 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 12 bulan
Berbicara : 18 bulan
Kesan : Perkembangan motorik dalam batas normal
1.2.10 Riwayat Imunisasi
BCG : 1 kali
Polio : 4 kali
Hepatitis B : 4 kali
DPT : 3 kali
Kesan : imunisasi dasar sudah sesuai dengan usia
1.3 PemeriksaanFisik
Tanggal pemeriksaan : 15 september 2014
Keadaan Umum :
Tanda Vital
Sensorium : compos mentis
Nadi : 98 x/menit, isi dan tegangan cukup
5
Pernapasan : 26 x/menit, reguler
Tekanan Darah : 100/70
Temperatur : 36,30C
Berat badan : 10 kg
Panjang badan : 73 cm
Lingkar perut : 47 cm
2. Status Antopometri
BB/U : antara 0 s.d -2 (normal)
PB/U : antara <-3 (perawakan sangat pendek)
BB/PB : antara 1 s.d - 2
Kesan : Gizi Baik
Keadaan Spesifik
A. Pemeriksaan Khusus
Kepala : (Lingkar Kepala: 46,5 cm ) Normocephali
Rambut : Lebat, hitam, halus, distribusi normal, tidak
mudah dicabut
Mata : Pupil bulat isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya
+/+, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
edema periorbita (-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-), deforrmitas (-), sekret
(-), deviasi septum (-) konka hiperemis (-)
Telinga : Tidak ada deformitas, nyeri tarik auricular (-),
nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-),
CAE lapang, serumen plaque (-)
Mulut : Sianosis (-), pucat (-), mukosa mulut kering (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (+), tonsil T1-T1,
6
Detritus (-), uvula di tengah, arkus faring
simetris.
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Bentuk Normal, Retraksi (-)
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba, iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas jantung ICS II linea midclavicularis
sinistra
Batas kanan jantung ICS IV linea parasternalis
sinistra
Batas kiri jantung ICS IV linea midclavicularis
sinistra
Auskultasi : HR 98x/menit, BJ I-II normal, regular, pulsus
deficit (-), murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi :Timpani pada seluruh region abdomen, shifting
dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Lipat paha dan
genitalia : Pembesaran KGB (-), edema skrotum (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), CRT <2”, edema pretibial (-)
7
1.2 Diagnosa Banding
- Sindroma Nefrotik
- Sindroma Nefritik Akut
- Kurang Energi Protein
1.3 Pemeriksaan Penunjang
3 September 2014
Darah
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Hitung Jenis Leukosit
Segmen
Limfosit
Kolesterol
Ureum
Kreatinin
Pada Penderita
10.9 g/dl
4.3 juta/ul
12.400
662.000
35%
64
36
171
17
0.6
Batasan
L : 12-14 g/dl
P : 12-13 g/dl
L : 4.5-5.5 juta/ul
P : 4.0-5.0 juta/ul
5000-10000
150.000-400.000
L : 40-48%
P: 37-43%
50-70%
20-40%
<200
20-40 mg%
L: 0.9-1.2 mg%
P: 0.6-1.1 mg%
8
03 September 2014
Urinalisa
Reduksi
Protein
Bilirubin
Sedimen
Lekosit
Eritrosit
Sel epitel
Kristal
Silinder
Pada Penderita
(-)
(+++)
(-)
(+) 8-16/lp
(+) 10-15/lp
(+)
Amorf (+)
Granuler (+)
Batasan
(-)
(+)
(-)
0-3/lp
0-5/lp
(+)
(-)
(-)
08 September 2014
Urinalisa
Reduksi
Protein
Bilirubin
Sedimen
Lekosit
Eritrosit
Sel epitel
Kristal
Silinder
Pada Penderita
(-)
(+)
(-)
(+) 8-10/lp
(+) 4-6/lp
(+)
Amorf (+)
Granuler (+)
Batasan
(-)
(+)
(-)
0-3/lp
0-5/lp
(+)
(-)
(-)
15 September 2014
Urinalisa
Reduksi
Protein
Pada Penderita
(-)
(+)
Batasan
(-)
(-)
9
Bilirubin
Sedimen
Lekosit
Eritrosit
Sel epitel
Kristal
Silinder
(-)
(+) 10-15/lp
(+) 8-10 /lp
(+)
Amorf (+)
Granuler (+)
(-)
0-3/lp
0-5/lp
(+)
(-)
(-)
1.4 Diagnosa Kerja
Sindroma Nefrotik
1.5 Penatalaksanaan
Diet
- Protein normal sesuai kebutuhan RDA yaitu 2g/kgBB/hari 20
g/hari.
- Diet rendah garam 1-2g/hari
Medikamentosa
IVFD RL gtt VII/menit
Methylprednisolone 3x7mg/hari
Diet nasi biasa rendah garam
1.6. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
10
FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
15 September 2014 S:
O: Keadaan Umum
Kesadaran : compos
mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 108x/menit
Pernapasan : 30x/menit
Suhu : 37.1
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 35 cm
Lingkar Perut : 47 cm
Intake : 1400 cc
Output : 1000 cc
Keadaan Spesifik
- Kepala : pupil bulat isokor,
3mm/3mm, refleks cahaya
(+/+), konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), edema
palpebra (-)
- Hidung : nafas cuping hidung
(-), sekret (-/-)
- Telinga : serumen (-), sekret
(-)
- Tenggorokan : faring
hiperemis (-/-), tonsil T1-T1
11
- Leher : pembesaran KGB (-)
- Thorax
Cor : BJ I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen
Cembung, lemas, hepar dan
lien tidak teraba, ascites (-)
- Lipat paha dan genitalia :
edema skrotum (-)
- Ekstremitas : akral dingin (-),
pucat (-), CRT <2 detik,
edema pretibial (-)
A: Sindroma Nefrotik
P: IVFD RL gtt XX/menit
Methylprednisolone 3x7mg/hari
Diet nasi biasa rendah garam
16 September 2014 S:
O: Keadaan Umum
Kesadaran : compos
mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 106x/menit
Pernapasan : 30x/menit
Suhu : 36.9
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 35 cm
12
Lingkar Perut : 47 cm
Intake : 1850 cc
Output : 1000 cc
Keadaan Spesifik
- Kepala : pupil bulat isokor,
3mm/3mm, refleks cahaya
(+/+), konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), edema
palpebra (-)
- Hidung : nafas cuping hidung
(-), sekret (-/-)
- Telinga : serumen (-), sekret
(-)
- Tenggorokan : faring
hiperemis (-/-), tonsil T1-T1
- Leher : pembesaran KGB (-)
- Thorax
Cor : BJ I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen
Cembung, lemas, hepar dan
lien tidak teraba, ascites (-)
- Lipat paha dan genitalia :
edema skrotum (-)
- Ekstremitas : akral dingin (-),
13
pucat (-), CRT <2 detik,
edema pretibial (-)
A: Sindroma Nefrotik
P IVFD RL gtt XX/menit
Methylprednisolone 3x7mg/hari
Diet nasi biasa rendah garam
17 September 2014 S:
O: Keadaan Umum
Kesadaran : compos
mentis
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 108x/menit
Pernapasan : 39x/menit
Suhu : 37.3
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 35 cm
Lingkar Perut : 47 cm
Intake : 2400 cc
Output : 1800 cc
Keadaan Spesifik
- Kepala : pupil bulat isokor,
3mm/3mm, refleks cahaya
(+/+), konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), edema
palpebra (-)
- Hidung : nafas cuping hidung
(-), sekret (-/-)
14
- Telinga : serumen (-), sekret
(-)
- Tenggorokan : faring
hiperemis (-/-), tonsil T1-T1
- Leher : pembesaran KGB (-)
- Thorax
Cor : BJ I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen
Cembung, lemas, hepar dan
lien tidak teraba, ascites (-)
- Lipat paha dan genitalia :
edema skrotum (-)
- Ekstremitas : akral dingin (-),
pucat (-), CRT <2 detik,
edema pretibial (-)
A: Sindroma Nefrotik
P: IVFD RL gtt XX/menit
Methylprednisolone 3x7mg/hari
Diet nasi biasa rendah garam
15
Tanggal Keterangan
18 September 2014 S:
O: Keadaan Umum
Kesadaran : compos
mentis
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 110x/menit
Pernapasan : 28x/menit
Suhu : 37.0
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 35 cm
Lingkar Perut : 47 cm
Intake : 1600 cc
Output : 1400 cc
Keadaan Spesifik
- Kepala : pupil bulat isokor,
3mm/3mm, refleks cahaya
(+/+), konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), edema
palpebra (-)
- Hidung : nafas cuping hidung
(-), sekret (-/-)
- Telinga : serumen (-), sekret
(-)
- Tenggorokan : faring
hiperemis (-/-), tonsil T1-T1
16
- Leher : pembesaran KGB (-)
- Thorax
Cor : BJ I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen
Cembung, lemas, hepar dan
lien tidak teraba, ascites (-)
- Lipat paha dan genitalia :
edema skrotum (-)
- Ekstremitas : akral dingin (-),
pucat (-), CRT <2 detik,
edema pretibial (-)
A: Sindroma Nefrotik
P: IVFD RL gtt XX/menit
Methylprednisolone 3x7mg/hari
Diet nasi biasa rendah garam
19 September 2014 S:
O: Keadaan Umum
Kesadaran : compos
mentis
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 104x/menit
Pernapasan : 27x/menit
Suhu : 36.6
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 35 cm
17
Lingkar Perut : 46 cm
Intake : 2600 cc
Output : 2200 cc
Keadaan Spesifik
- Kepala : pupil bulat isokor,
3mm/3mm, refleks cahaya
(+/+), konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), edema
palpebra (-)
- Hidung : nafas cuping hidung
(-), sekret (-/-)
- Telinga : serumen (-), sekret
(-)
- Tenggorokan : faring
hiperemis (-/-), tonsil T1-T1
- Leher : pembesaran KGB (-)
- Thorax
Cor : BJ I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen
Cembung, lemas, hepar dan
lien tidak teraba, ascites (-)
- Lipat paha dan genitalia :
edema skrotum (-)
- Ekstremitas : akral dingin (-),
18
pucat (-), CRT <2 detik,
edema pretibial (-)
A: Sindroma Nefrotik
P: IVFD RL gtt XX/menit
Methylprednisolone 3x7mg/hari
Diet nasi biasa rendah garam
20 September 2014 S:
O: Keadaan Umum
Kesadaran : compos
mentis
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 110x/menit
Pernapasan : 30x/menit
Suhu : 37.2
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 35 cm
Lingkar Perut : 46 cm
Intake : 3600 cc
Output : 3400 cc
Keadaan Spesifik
- Kepala : pupil bulat isokor,
3mm/3mm, refleks cahaya
(+/+), konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), edema
palpebra (-)
- Hidung : nafas cuping hidung
(-), sekret (-/-)
19
- Telinga : serumen (-), sekret
(-)
- Tenggorokan : faring
hiperemis (-/-), tonsil T1-T1
- Leher : pembesaran KGB (-)
- Thorax
Cor : BJ I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen
Cembung, lemas, hepar dan
lien tidak teraba, ascites (-)
- Lipat paha dan genitalia :
edema skrotum (-)
- Ekstremitas : akral dingin (-),
pucat (-), CRT <2 detik,
edema pretibial (-)
A: Sindroma Nefrotik
P: IVFD RL gtt XX/menit
Methylprednisolone 3x7mg/hari
Diet nasi biasa rendah garam
Tanggal Keterangan
21 September 2014 S:
O: Keadaan Umum
Kesadaran : compos
mentis
20
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 106x/menit
Pernapasan : 28x/menit
Suhu : 37.0
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 35 cm
Lingkar Perut : 46 cm
Intake : 3200 cc
Output : 2900 cc
Keadaan Spesifik
- Kepala : pupil bulat isokor,
3mm/3mm, refleks cahaya
(+/+), konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), edema
palpebra (-)
- Hidung : nafas cuping hidung
(-), sekret (-/-)
- Telinga : serumen (-), sekret
(-)
- Tenggorokan : faring
hiperemis (-/-), tonsil T1-T1
- Leher : pembesaran KGB (-)
- Thorax
Cor : BJ I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal,
rhonki (-), wheezing (-)
21
- Abdomen
Cembung, lemas, hepar dan
lien tidak teraba, ascites (-)
- Lipat paha dan genitalia :
edema skrotum (-)
- Ekstremitas : akral dingin (-),
pucat (-), CRT <2 detik,
edema pretibial (-)
A: Sindroma Nefrotik
P: IVFD RL gtt XX/menit
Methylprednisolone 3x7mg/hari
Diet nasi biasa rendah garam
1.2 Resume
Kurang lebih 2 hari SMRS, penderita mengalami bengkak diseluruh
tubuh. Bengkak timbul pertama kali di kelopak mata pada pagi hari saat
bangun tidur, tidak gatal, tidak merah, tidak ada sekret, riwayat alergi tidak
ada. Bengkak kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Bengkak terutama
terlihat pada pagi hari dan berkurang pada siang hari. Demam tidak ada,
batuk pilek ada, sesak nafas tidak ada, pucat tidak ada, jantung berdebar-
debar tidak ada. Batuk tidak berdahak, tidak hijau dan kental. Pilek.. BAB
dan BAK seperti biasa, frekuensi .... Riwayat BAK berwarna seperti teh
tidak ada, air cucian daging tidak ada, BAK berpasir tidak ada, BAK
mengedan tidak ada. BAB tidak berwarna hitam, seperti dempul, tidak
cair, tidak ada lendir dan darah, frekuensi .. Penderita lalu dibawa ke
RSUD. Ibnu Sutowo Baturaja. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan
keadaan umum dan keadaan spesifik dalam batas normal.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Sindrom nefrotik merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri
dari edema, proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemi.
Yang dimaksud proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria
sebesar ≥ 40 mg/m2/jam atau proteinuria +2 atau lebih. Hipoalbuminemia
apabila kadar albumin dalam darah ≤ 2,5 gram/dl serta kolesterol dalam darah
meningkat ≥ 200 mg/dl. Selain gejala-gejala klinis di atas, kadang-kadang
dijumpai hipertensi, hematuri dan azotemia.
II. Epidemiologi
Sekitar 75%-80% kasus SN di klinik merupakan SN primer (idiopatik). Angka
kejadian terbanyak pada anak berumur antara 3-4 tahun. Pad`a anak-anak,
berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal, paling sering
ditemukan nefropati lesi minimal(75%-85%) dan laki-laki dua kali lebih
banyak daripada wanita.
III. Etiologi
Sebab yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu
penyakit autoimun, yaitu reaksi antigen-antibodi.
Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Sindrom nefrotik bawaan / kongenital, yaitu jenis sindrom nefrotik yang
ditemukan sejak anak itu lahir atau usia di bawah 1 tahun. Diturunkan
sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten
terhadap semua pengobatan. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus.
23
Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan
pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik primer/idiopatik, faktor etiologinya tidak diketahui.
Dikatakan sindrom nefrotik primer oleh karena sindrom nefrotik ini secara
primer terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada
penyebab lain. Golongan ini paling sering dijumpai pada anak. Klasifikasi
sindroma nefrotik berdasarkan histopatologi, Churg dkk membagi dalam 4
golongan, yaitu:
a. Glomerulonefritis pascastreptokok
b. Glomerulonefritis kelainan minimal
Dengan mikroskop biasa glomerulus tampak normal, sedangkan
dengan mikroskop electron tampak foot processus sel epitel berpadu.
Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG atau
immunoglobulin beta-IC pada dinding kapiler glomerulus. Golongan
ini lebih banyak terdapat pada anak daripada orang dewasa. Prognosis
lebih baik dibandingkan dengan golongan lain
c. Glomerulonefritis membranosa
Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding kapiler yang
tersebar tanpa proliferasi sel. Tidak sering ditemukan pada anak.
Prognosis kurang baik
d. Glomerulonefritis proliferatif
- Glomerulonefritis proliferatif eksudatif difus
Terdapat proliferasi sel mesangial dan infiltasi sel
polimorfonukleus. Pembengkakkan sitoplasma endotel yang
menyebabkan kapiler tersumbat. Kelainan ini sering ditemukan
pada nefritis yang timbul setelah infeksi dengan Streptococcus yang
berjalan progresif dan pada sindrom nefrotik.prognosis jarang baik,
tetapi kadang-kadang terdapat penyembuhan setelah pengobatan
yang lama.
24
- Dengan penebalan batang lobular
Terdapat proliferasi sel mesangial yang tersebar dan penebalan
batang lobular.
- Dengan bulan sabit (crescent)
Didapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel
simpai (kapsular) dan visceral. Prognosis biasanya buruk.
- Glomerulonefritis membranoproliferatif
Proliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai
membrane basalis di mesangium. Titer globulin beta-1C atau beta-
1A rendah. Prognosis tidak baik.
e. Glomerulosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang menyolok sklerosis glomerulus. Sering disertai
dengan atrofi tubulus. Prognosisnya buruk.
Sindrom nefrotik primer yang banyak menyerang anak biasanya berupa
sindrom nefrotik tipe kelainan minimal (SNKM) sekitar 80-80%. Pada
dewasa prevalensi sindrom nefrotik tipe kelainan minimal jauh lebih
sedikit dibandingkan pada anak-anak.Gambaran patologi anatomi lainnya
adalah glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS) 7-9%, proliferatif
mesangial difus (GNPMD) 6,2% dan nefropati membranosa (GNM) 1,3%.
3. Sindrom nefrotik sekunder, timbul sebagai akibat dari suatu penyakit
sistemik atau sebagai akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti
misalnya efek samping obat. Penyebab yang sering dijumpai adalah:
a. Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis,
sindrom Alport, miksedema.
b. Infeksi: hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis, streptokokus,
AIDS.
c. Toksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid, timbal,
racun serangga, bisa ular.
25
d. Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosus sistemik,
purpura Henoch-Schnlein, sarkoidosis.
e. Neoplasma: tumor paru, penyakit Hodgkin, tumor gastrointestinal,
tumor wilms, leukemia.
IV. Klasifikasi
1. Berdasarkan etiologi
a. Sindrom nefrotik primer
b. Sindrom nefrotik kongenital
c. Sindrom nefrotik sekunder
2. Berdasarkan kelainan histopatologi
a. Sindrom nefrotik kelainan minimal (SNKM)
b. Glomerulosklerosis
- glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS)
- glomerulosklerosis fokal global (GSFG)
c. Glomerulonefritis proliferatif mesangial difus (GNPMD)
d. Glomerulonefritis proliferatif mesangial difus eksudatif
e. Glomerulonefritis kresentik (GNK)
f. Glomerulonefritis membranoproliferatif (GNMP)
- GNMP tipe I dengan deposit subendotelial
- GNMP tipe II dengan deposit intramembran
- GNMP tipe III dengan deposit transmembran/ subepitelial
g. Glomerulonefritis membranosa (GNM)
h. Glomerulonefritis kronik lanjut (GNKL)
3. Berdasarkan respon terhadap terapi steroid
a. Steroid responsif (umumnya SNKM)
b. Steroid dependen (umumnya juga SNKM)
26
c. Steroid non responsif (umumnya GSFS, GSFG, GNMP) atau sindrom
neforik sekunder
Pada saat ini klasifikasi SN lebih didasarkan pada respon klinik yaitu:
1. Sindrom nefrotik respon steroid (SNSS)
2. Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS)
Beberapa batasan yang dipakai pada SN adalah:
1. Remisi: proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2 LPB/
jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu.
2. Relaps: proteinuria ≥ 2+ (proteinuria ≥ 40 mg/m2 LPB/ jam) 3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu.
3. Relaps jarang: proteinuria +2/> muncul kembali kurang dari dua kali
dalam setahun setelah pengobatan steroid dihentikan.
4. Relaps sering : proteinuria +2/> muncul kembali 2 kali dalam 6 bulan
atau 3 kali dalam setahun setelah pengobatan steroid dihentikan.
5. Dependen steroid: relaps terjadi saat dosis steroid diturunkan atau
dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan, dan hal ini terjadi 2 kali
berturut-turut.
6. Resisten steroid: remisi tidak terjadi setelah akhir minggu ke delapan
pengobatan steroid alternating.
V. Patofisiologi
Proteinuria (albuminuria) masif merupakan penyebab utama terjadinya
sindrom nefrotik, namun penyebab terjadinya proteinuria belum diketahui
benar. Salah satu teori yang dapat menjelaskan adalah hilangnya muatan
negatif yang biasanya terdapat di sepanjang endotel kapiler glomerulus dan
membran basal. Hilangnya muatan negatif tersebut menyebabkan albumin
yang bermuatan negatif tertarik keluar menembus sawar kapiler glomerulus.
Hipoalbuminemia merupakan akibat utama dari proteinuria yang hebat.
Sembab muncul akibat rendahnya kadar albumin serum yang menyebabkan
27
turunnya tekanan onkotik plasma dengan konsekuensi terjadi ekstravasasi
cairan plasma ke ruang interstitial.
Hiperlipidemia muncul akibat penurunan tekanan onkotik, disertai pula oleh
penurunan aktivitas degradasi lemak karena hilangnya α-glikoprotein sebagai
perangsang lipase. Apabila kadar albumin serum kembali normal, baik secara
spontan ataupun dengan pemberian infus albumin, maka umumnya kadar lipid
kembali normal.
Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik koloid plasma
intravaskuler. Keadaan ini menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan menembus
dinding kapiler dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial yang
menyebabkan edema. Penurunan volume plasma atau volume sirkulasi efektif
merupakan stimulasi timbulnya retensi air dan natrium renal. Retensi natrium
dan air ini timbul sebagai usaha kompensasi tubuh untuk menjaga agar
volume dan tekanan intravaskuler tetap normal. Retensi cairan selanjutnya
mengakibatkan pengenceran plasma dan dengan demikian menurunkan
tekanan onkotik plasma yang pada akhirnya mempercepat ekstravasasi cairan
ke ruang interstitial.
Berkurangnya volume intravaskuler merangsang sekresi renin yang memicu
rentetan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron dengan akibat retensi
natrium dan air, sehingga produksi urine menjadi berkurang, pekat dan kadar
natrium rendah. Hipotesis ini dikenal dengan teori underfill. Dalam teori ini
dijelaskan bahwa peningkatan kadar renin plasma dan aldosteron adalah
sekunder karena hipovolemia. Tetapi ternyata tidak semua penderita sindrom
nefrotik menunjukkan fenomena tersebut. Beberapa penderita sindrom
nefrotik justru memperlihatkan peningkatan volume plasma dan penurunan
aktivitas renin plasma dan kadar aldosteron, sehingga timbullah konsep baru
yang disebut teori overfill. Menurut teori ini retensi renal natrium dan air
terjadi karena mekanisme intrarenal primer dan tidak tergantung pada
28
Retensi garam dan air
Volume BAK Oliguria
Edema Hipovolemia
Tekanan perfusi ginjal
Aktivasi RAAS
Reabsorpsi Na di tubulus distalis
Tekanan osmotik intravascular
Ekstravasasi cairan ke interstisialKatabolisme lipoprotein
LDL Hiperkolesterolemia Trigliserida
Permeabilitas kapiler glomerulus Hipoalbuminemia
stimulasi sistemik perifer. Retensi natrium renal primer mengakibatkan
ekspansi volume plasma dan cairan ekstraseluler. Pembentukan edema terjadi
sebagai akibat overfilling cairan ke dalam kompartemen interstitial. Teori
overfill ini dapat menerangkan volume plasma yang meningkat dengan kadar
renin plasma dan aldosteron rendah sebagai akibat hipervolemia.
Pembentukan sembab pada sindrom nefrotik merupakan suatu proses yang
dinamik dan mungkin saja kedua proses underfill dan overfill berlangsung
bersamaan atau pada waktu berlainan pada individu yang sama, karena
patogenesis penyakit glomerulus mungkin merupakan suatu kombinasi
rangsangan yang lebih dari satu.
29
Proteinuria masif
VI. Gejala Klinis
Manifestasi klinik utama adalah sembab, yang tampak pada sekitar 95% anak
dengan sindrom nefrotik. Seringkali sembab timbul secara lambat sehingga
keluarga mengira sang anak bertambah gemuk. Pada fase awal sembab sering
bersifat intermiten; biasanya awalnya tampak pada daerah-daerah yang
mempunyai resistensi jaringan yang rendah (misal, daerah periorbita, skrotum
atau labia). Akhirnya sembab menjadi menyeluruh dan masif (anasarka).
Sembab bersifat menyeluruh, dependen dan pitting. Asites umum dijumpai,
dan sering menjadi anasarka. Anak-anak dengan asites akan mengalami
restriksi pernafasan, dengan kompensasi berupa tachypnea. Akibat sembab
kulit, anak tampak lebih pucat.
Sembab berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak sebagai sembab
muka pada pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian menjadi bengkak
pada ekstremitas bawah pada siang harinya. Bengkak bersifat lunak,
meninggalkan bekas bila ditekan (pitting edema). Sembab biasanya tampak
lebih hebat pada pasien SNKM dibandingkan pasien-pasien GSFS atau
GNMP. Hal tersebut disebabkan karena proteinuria dan hipoproteinemia lebih
hebat pada pasien SNKM.
Gangguan gastrointestinal sering timbul dalam perjalanan penyakit sindrom
nefrotik. Diare sering dialami pasien dengan sembab masif yang disebabkan
sembab mukosa usus. Hepatomegali disebabkan sintesis albumin yang
meningkat, atau edema atau keduanya. Pada beberapa pasien, nyeri perut yang
kadang-kadang berat, dapat terjadi pada sindrom nefrotik yang sedang
kambuh karena sembab dinding perut atau pembengkakan hati. Nafsu makan
menurun karena edema. Anoreksia dan terbuangnya protein mengakibatkan
malnutrisi berat terutama pada pasien sindrom nefrotik resisten-steroid. Asites
berat dapat menimbulkan hernia umbilikalis dan prolaps ani.
30
Oleh karena adanya distensi abdomen baik disertai efusi pleura atau tidak,
maka pernapasan sering terganggu, bahkan kadang-kadang menjadi gawat.
Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian infus albumin dan diuretik.
Anak sering mengalami gangguan psikososial, seperti halnya pada penyakit
berat dan kronik umumnya yang merupakan stres nonspesifik terhadap anak
yang sedang berkembang dan keluarganya. Kecemasan dan merasa bersalah
merupakan respons emosional, tidak saja pada orang tua pasien, namun juga
dialami oleh anak sendiri. Kecemasan orang tua serta perawatan yang terlalu
sering dan lama menyebabkan perkembangan dunia sosial anak menjadi
terganggu. Pada pemeriksaan fisik harus disertai pemeriksaan berat badan,
tinggi badan, lingkar perut dan tekanan darah.
Tanda utama sindrom nefrotik adalah proteinuria yang masif yaitu > 40
mg/m2/jam atau > 50 mg/kg/24 jam; biasanya berkisar antara 1-10 gram per
hari. Pasien SNKM biasanya mengeluarkan protein yang lebih besar dari
pasien-pasien dengan tipe yang lain.
Hipoalbuminemia merupakan tanda utama kedua. Kadar albumin serum < 2.5
g/dL. Hiperlipidemia merupakan gejala umum pada sindrom nefrotik, dan
umumnya, berkorelasi terbalik dengan kadar albumin serum. Kadar kolesterol
LDL dan VLDL meningkat, sedangkan kadar kolesterol HDL menurun. Kadar
lipid tetap tinggi sampai 1-3 bulan setelah remisi sempurna dari proteinuria.
Hematuria mikroskopik kadang-kadang terlihat pada sindrom nefrotik, namun
tidak dapat dijadikan petanda untuk membedakan berbagai tipe sindrom
nefrotik.
Fungsi ginjal tetap normal pada sebagian besar pasien pada saat awal
penyakit. Penurunan fungsi ginjal yang tercermin dari peningkatan kreatinin
serum biasanya terjadi pada sindrom nefrotik dari tipe histologik yang bukan
SNKM. Tidak perlu dilakukan pencitraan secara rutin pada pasien sindrom
nefrotik. Pada pemeriksaan foto toraks, tidak jarang ditemukan adanya efusi
pleura dan hal tersebut berkorelasi secara langsung dengan derajat sembab dan
31
secara tidak langsung dengan kadar albumin serum. Sering pula terlihat
gambaran asites. USG ginjal sering terlihat normal meskipun kadang-kadang
dijumpai pembesaran ringan dari kedua ginjal dengan ekogenisitas yang
normal
VII. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah bengkak di kedua kelopak mata,
perut, tungkai, atau seluruh tubuh dan dapat disertai jumlah urin yang
berkurang. Keluhan lain juga dapat ditemukan seperti urin berwarna
kemerahan.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik sindrom nefrotik dapat ditemukan edema di kedua
kelopak mata, tungkai, atau adanya asites dan edema skrotum/labia.
Kadang-kadang ditemukan hipertensi.
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan rutin
Darah tepi : Hb, jumlah leukosit, trombosit, hitung jenis, LED
Urinalisis : Pada urinalisis ditemukan proteinuria masif (≥ 2+),
dapat disertai hematuria
Kimia darah : kolesterol, albumin/globulin, ureum/kreatinin, asam
urat, Na, K, Ca dan P
Pada pemeriksaan darah didapatkan hipoalbuminemia (< 2,5 g/dl),
hiperkolesterolemia, dan laju endap darah yang meningkat, rasio
albumin/globulin terbalik. Kadar ureum dan kreatinin umumnya
normal kecuali ada penurunan fungsi ginjal.
Klirens kreatinin (rumus Schwart) K x tinggi badan (cm)
32
Kreatinin serum (mg/dl)
Nilai K pada: BBLR < 1 tahun = 0,33
Aterm< 1 tahun = 0,45
1-12 tahun = 0,55
Perempuan 13-21 tahun = 0,57
Laki-laki 13-21 tahun = 0,70
Tes Mantoux (sebelum terapi steroid dimulai)
- Pemeriksaan atas indikasi
Foto thorak, EKG bila dijumpai edema berat
ASTO dan C3 bila dijumpai tanda-tanda nefritis
CRP dan biakan urin bila dijumpai LED , hematuria, leukositosis,
leukosituria dan silinderuria
ANA, anti DsDNA, C3, C4 bila dicurigai SLE
Biopsi ginjal dengan indikasi:
- Usia >6 tahun dengan manifestasi sindroma nefritis
- Usia <1 tahun
- C3 menurun secara persisten
- Steroid persisten/relaps sering (selama atau pasca terapi
steroid)
VIII. Diagnosis Banding
1. Penyakit ginjal : Sindrom nefrotik, sindrom nefritis akut
2. Penyakit hati : sirosis hepatis
3. Penyakit jantung : dekomp cordis
4. Malnutrisi
IX. Penatalaksanaan
1. Aktivitas
33
Aktivitas disesuaikan dengan kemampuan pasien, jika ada: edema anasarka,
dispnea, hipertensi tirah baring
2. Diet
protein normal sesuai RDA yaitu 2 gram/kgbb/hari
diet rendah garam (1-2 gram /hari) selama edema/mendapat terapi
steroid
3. Diuretik
restriksi cairan (30 ml/kgbb/hari) selama ada edema berat dan oliguria
loop diuretic Furosemid 1-2 mg/kgBB/hari, bila kadar kalium
rendah < 3,5 mEq/L dapat dikombinasi dengan spironolakton 1-2
mg/kgbb/hari diberikan pada edema berat/ anasarka. Diuretik > 1
minggu periksa ulang natrium dan kalium plasma.
Bila disertai hipovolemia (hipoalbuminemia berat kadar albumin
≤1,5 gram/dl, berikan infus albumin rendah garam 20-25%
1gram/kgBB atau plasma sebanyak 15-20 ml/kgBB dalam 1-2 jam,
15-30 menit setelah infus albumin/ plasma selesai diberikan furosemid
1-2 mg/kgBB IV.
4. Antibiotik/antiviral
Antibiotik diberikan bila:
edema anasarka + laserasi kulit amoksisilin, eritromisin atau
sefaleksin
infeksi beri antibiotik yang disesuaikan dengan derajat berat infeksi
bila terjadi infeksi Varicella Asiklovir 80 mg/kgBB/hari dibagi 4
dosis 7-10 hari, pengobatan kortikosteroid stop sementara
5. Imunisasi
vaksin virus hidup baru diberikan setelah 6 minggu pengobatan steroid
selesai
kontak dengan penderita Varicella imunoglobulin Varicella-Zoster
dalam waktu <72 jam
34
6. Tuberkulostatika
Tes Mantoux (+) beri INH profilaksis
TBC aktif beri OAT
7. Kortikosteroid
Pengobatan steroid untuk sementara tidak boleh diberikan bila dijumpai :
- hipertensi
- infeksi berat (viral/bakteri)
- azotemia
o Pengobatan inisial pada pasien baru
Dosis inisial prednison atau prednisolon 60 mg/m2/hari atau 2
mg/kgBB/hari sesuai dengan BB ideal (BB/TB) dibagi 3 dosis
(maksimal 80 mg/hari) selama 4 minggu
Remisi (+) pada 4 minggu pertama, dosis alternating 40 mg/m2/hari
(2/3 dosis inisial) selang sehari pada pagi hari sudah makan selama 4
minggu lalu stop. Bila remisi terjadi antara minggu ke-5 sampai
dengan akhir minggu ke8, steroid alternating dilanjutkan 4 minggu
lagi.
Remisi (-) sampai akhir minggu ke 8 steroid resisten
o Pengobatan SN relaps
Bila dijumpai proteinuria ( +2) setelah pengobatan steroid selesai,
perlu dicari faktor pemicunya (biasanya infeksi) dan diobati dengan
AB selama 5-7 hari.
Bila proteinuria jadi negatif tidak perlu diberi prednison, bila
proteinuria masih tetap ( +2) atau tidak ditemukan fokus infeksi
mulai dengan prednison dosis penuh sampai remisi (proteinuria
negatif atau trace 3 hari berturut-turut) maksimal 4 minggu
dilanjutkan dosis alternating selama 4 minggu stop
35
Bila pada full dose selama 4 minggu remisi (-), alternating 4 minggu
remisi (-) resisten steroid
o Pengobatan SN relaps sering atau dependen steroid
Ada 4 pilihan:
1. pemberian steroid jangka panjang
2. pemberian Levamisol
3. pengobatan CPA
4. pengobatan Siklosporin
Cari fokus infeksi seperti TB, infeksi di gigi atau kecacingan.
1. Steroid jangka panjang
o Dimulai dengan prednison atau prednisolon dosis penuh 4
minggu sampai terjadi remisi.
o Lanjutkan dengan steroid alternating 4 minggu, kemudian
dosis diturunkan perlahan 0,5 mg/kgBB setiap 4 minggu
sampai dosis terkecil yang tidak menimbulkan relaps yaitu
antara 0,1-0,5 mg/kgBB alternating, dapat diteruskan selama 6-
12 bulan coba dihentikan.
o Bila relaps terjadi pada dosis prednison rumat >0,5
mg/kgBB/alternating, tetapi <1 mg/kgBB/alternating tanpa
efek samping yang berat dapat dicoba dikombinasi dengan
Levamisol selang sehari 2,5 mg/kgBB selama 4-12 bulan atau
langsung diberi CPA
o Bila pasien:
Relaps pada dosis rumat > 1 mg/kgBB/alternating atau
Meskipun dosis rumat < 1 mg/kgBB tetapi disertai:
- efek samping steroid yang berat
- pernah relaps dengan gejala yang berat antara lain
hipovolemia, trombosis, sepsis
36
SN relaps frekuen/ dependen steroid
Prednisone FD remisi
Diberikan CPA dengan dosis 2-3 mg/kgBB/hari selama 8-
12 minggu.
2. Sitostatika
o Siklofosfamid oral 2-3 mg/kgBB/hari atau IV 500 mg/m2/hari
atau
o Klorambusil 0,2 mg/kgBB/hari selama 8 minggu
Pemantauan dengan pemeriksaan darah tepi : Hb, lekosit,
trombosit 1-2 x seminggu. Obat dihentikan bila jumlah lekosit
<3000/uL, Hb <8 g/dl, atau trombosit <100.000/uL dan
diteruskan kembali setelah lekosit >5000/uL
3. Siklosporin (CyA)
Siklosporin dosis 5 mg/kgBB/hari dipakai pada:
- SN idiopatik yang tidak respon dengan pengobatan steroid atau
sitostatika
- SN relaps sering/dependen steroid
37
Skema pengobatan prednison jangka panjang
o Pengobatan SN resisten steroid
Lakukan biopsi sebelum pengobatan dimulai
Obat-obat yang digunakan bisa siklofosfamid puls 500 mg/m2/bulan +
metilprednisolon 40 mg/m2/hari ALT selama 6 bulan atau
siklofosfamid oral 2-3 mg/kgbb/hari + metilprednisolon 40 mg/m2/hari
ALT selama 3-6 bulan
o Pengobatan komplikasi
Tromboemboli
38
Remisi 4 minggu AD
Relaps prednisone standar
Relaps pada prednisone > 0,5 mg/kgbb AD
Siklosporin 5 mg/kgbb/hari selama 1 tahun
Prednisone AD + CPA
Pencegahan tromboemboli pada SN relaps sering/ dependen steroid/
steroid resisten : aspirin atau dipiridamol selama pengobatan steroid
Heparin diberikan bila sudah trombosis.
Hipovolemia
Diatasi dengan infus NaCl fisiologis, lalu disusul dengan infus
albumin 1 gram/kgbb atau plasma 20 ml.kgbb (tetesan lambat 10
tetes per menit). Bila hipovolemia telah teratasi, penderita masih
oliguria diberikan furosemid 1-2 mg/kgBB IV.
Hipokalsemia
Suplementasi kalsium 500 mg/hari dan vitamin D
Bila terjadi tetani diobati dengan kalsium glukonas 50 mg/kgBB IV.
o Tindak lanjut
Pemeriksaan berat badan, intake output, lingkar perut, tekanan darah
setiap hari
Pemeriksaan darah tepi 1 kali seminggu
Urinalisis dan pemeriksaan protein semikuantitatif 2 kali seminggu
(jika sudah trace, diulangi 3 kali berturut-turut)
Pemeriksaan kimia darah dan elektrolit selama perawatan sekali 2
minggu
Awasi efek samping obat dan komplikasi yang mungkin terjadi selama
pasien dirawat.
o Indikasi pulang
Penderita dipulangkan bila keadaan umum baik, komplikasi teratasi,
dalam keadaan remisi.
Selama mendapat steroid kontrol sekali seminggu secara berobat jalan.
Setelah steroid dihentikan, kontrol sekali sebulan selama 3-5 tahun
bebas gejala.
39
X. Komplikasi
1. Tromboemboli
2. Infeksi
3. Hiperlipidemia
4. Hipokalsemia
5. Hipovolemia
6. Gagal ginjal akut
7. Anemia
8. Pertumbuhan abnormal
XI. Prognosis
Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
1. Menderita untuk pertama kalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas
6 tahun.
2. Disertai oleh hipertensi.
3. Disertai hematuria.
4. Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder.
5. Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal.
Pada umumnya sebagian besar (+ 80%) sindrom nefrotik primer memberi
respons yang baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira
50% di antaranya akan relaps berulang dan sekitar 10% tidak memberi
respons lagi dengan pengobatan steroid.
40
BAB III
ANALISIS MASALAH
Seorang anak laki-laki, berusia 2 tahun, datang dengan keluhan bengkak
seluruh tubuh.
Kurang lebih 2 hari SMRS, penderita mengalami bengkak diseluruh tubuh.
Bengkak timbul pertama kali di kelopak mata pada pagi hari saat bangun tidur
kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Dari anamnesis, didapatkan keluhan utama
bengkak. Terdapat beberapa kemungkinan penyebab bengkak diantaranya
penyakit ginjal, gagal hati, gagal jantung dan masalah gizi buruk.
Pada kelainan jantung, bengkak pertama kali muncul di tungkai bawah dan
disertai dengan adanya manifestasi gagal jantung yaitu sesak nafas, peningkatan
JVP, hepatomegali, adanya gallop dan pembesaran jantung.
Pada gangguan hati, edema lebih menonjol di pertu (ascites) dengan disertai
gejala dan tanda gangguan hepar seperti ikterik dan spider nevi
Edema yang disebabkan oleh gizi buruk biasanya disertai dengan manifestasi
gizi buruk seperti rambut jagung, cheilitis, piano sign dan baggy pants.
Edema yang disebabkan karena kelainan ginjal pertama kali muncul pada
daerah mata, terutama pada pagi hari disertai penurunan gangguan fungsi ginjal
seperti proteinuria, hipoalbuminemia, hematuria, dan penurunan laju fitrasi
glomerulus. Kelainan pada ginjal yang dapat menimbulkan edema adalah
sindroma nefrotik dan nefritik, namun apabila edema lebih menjadi gejala yang
menonjol, maka diagnosisnya lebih mengarah ke sindroma nefrotik. Pada sindom
nefritis akut terdapat hematuria, proteinuria, silinderuria,dengan atau tanpa
hipertensi , edema, kongestif vaskular atau gagal ginjal akut.
41
Pada penderita bengkak timbul pertama kali dikelopak mata kemudian
menjalar ke seluruh tubuh. Ini merupakan ciri khas dari bengkak yang disebabkan
oleh penyakit ginjal. Selain itu, hasil urinalisisnya menunjukkan adanya
proteinuria masif +++. Berdasarkan konsensus tatalaksana sindrom nefrotik pada
anak oleh IDAI, kedua gejala klinik di atas menunjukkan dua dari empat gejala
klinik untuk mendiagnosis sindrom nefrotik. Menurut konsensus tersebut, sindrom
nefrotik adalah suatu sindrom klinik dengan gejala:
1. Proteinuria masif (≥ 40 mg/m2 LPB/jam atau
rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau ≥ 2+).
2. Hipoalbunimenia ≤ 2,5 g/dL.
3. Edema.
4. Dapat disertai hiperkolesterolemia.
Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat BAK seperti air cucian daging,
riwayat sakit tenggorokan sebelumnya tidak ada, sehingga kemungkinan penyakit
penyebab adalah sindroma nefritik akut dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan fisik saat pasien datang ke RSUD Ibnu Soetowo
didapatkan pemeriksaan fisik dalam batas normal, kecuali edema seluruh tubuh.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan dua belas hari setelah pasien dirawat dan
diberikan terapi, bengkak semakin berkurang, berat badan mulai menurun dan
lingkar perut kembali mengecil.
Pada pemeriksaan urinalisa yang dilakukan saat pasien datang didapatkan
proteinuria masif, menyebabkan terjadinya hipoalbuminemia, sehingga timbul
edema pada pasien ini. Seiring pasien dirawat dan diberikan terapi, proteinuria
semakin berkurang. Pada pasien ini tidak terdapat hiperkolesterolemia (kolesterol
total:171) yang merupakan salah satu tanda sindrom nefrotik. Sebaiknya dilakukan
pemeriksaan kadar albumin serum karena pada pasien dengan sindrom nefrotik
mengalami hipoalbuminemia (<2.5g/dl).
42
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah diet dengan protein normal sesuai
kebutuhan RDA yaitu 2 g/kgBB/hari (pada pasien berat badan 10 kg, maka 20
g/hari). Diet rendah garam juga diperlukan, dilakukan diet 1-2 g/hari.
Medikamentosa dapat diberikan tablet metilprednisolon 20mg/hari sesuai berat
badan dan dibagi dalam 3 dosis.
43
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Husein, dkk. 2005 Konsensus Tatalaksana Sindrom Nefrotik Idiopatik
pada Anak.Unit Kerja Koordinasi Nefrologi IDAI. Jakarta, Indonesia.
Bagian IKA RSMH, 2008.Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak.
Palembang, Indonesia.
Hasan, Rusepno, dkk. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan
Infomedika. Jakarta, Indonesia.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 2.Penerbit
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, Indonesia
Sari, Dina Kartika, dkk. 2006. Pediatricia. EdisiKedua. Tosca Enterprise.
Jogjakarta, Indonesia.
44