CASE UNYU
-
Upload
susi-susanti -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of CASE UNYU
BAB I
PENDAHULUAN
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada
pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker).
Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000
orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati
yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di
Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit
yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma peptikum,
hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta Hepatosellular
carsinoma.
Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai
dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju, maka
kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh
populasi penyakit in, dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika
berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan saat atopsi.
DEFENISI
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang
berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul-nodul yang
terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan
disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul
regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.
Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi
tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang
mengalami regenerasi.
1
Insidens
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan
dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur
30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun.
KLASIFIKASI
Berdasarkan morfologi Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :
1. Mikronodular
2. Makronodular
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular)
Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :
1. Sirosis hati kompensata Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada Stadium
kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan
pada saat pemeriksaan screening.
2. Sirosis hati Dekompensata
Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini biasanya gejala-gejala sudah jelas,
misalnya ; ascites, edema dan ikterus.
ETIOLOGI
1. Virus hepatitis (B,C,dan D)
2. Alkohol
3. Kelainan metabolic :
Hemakhomatosis (kelebihan beban besi)
Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)
Defisiensi Alphal-antitripsin
Glikonosis type-IV
Galaktosemia
Tirosinemia
2
4. Kolestasis
Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus, dimana empedu
membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis terbanyak adalah akibat
tersumbatnya saluran empedu yang disebut Biliary atresia. Pada penyakit ini
empedumemenuhi hati karena saluran empedu tidak berfungsi atau rusak. Bayi yang
menderita Biliary berwarna kuning (kulit kuning) setelah berusia satu bulan. Kadang bisa
diatasi dengan pembedahan untuk membentuk saluran baru agar empedu meninggalkan
hati, tetapi transplantasi diindikasikan untuk anak-anak yang menderita penyakit hati
stadium akhir. Pada orang dewasa, saluran empedu dapat mengalami peradangan,
tersumbat, dan terluka akibat Primary Biliary Sirosis atau Primary Sclerosing
Cholangitis. Secondary Biliary Cirrosis dapat terjadi sebagai komplikasi dari
pembedahan saluran empedu.
5. Sumbatan saluran vena hepatica
- Sindroma Budd-Chiari
- Payah jantung
6. Gangguan Imunitas (Hepatitis Lupoid)
7. Toksin dan obat-obatan (misalnya : metotetrexat, amiodaron,INH, dan lainlain)
8. Operasi pintas usus pada obesitas
9. Kriptogenik
10. Malnutrisi
11. Indian Childhood Cirrhosis
GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis dari Sirosis hati disebabkan oleh satu atau lebih hal-hal yang
tersebut di bawah ini :
1. Kegagalan Prekim hati
2. Hipertensi portal
3. Asites
4. Ensefalophati hepatitis
3
Keluhan dari sirosis hati dapat berupa :
a. Merasa kemampuan jasmani menurun
b. Nausea, nafsu makan menurun dan diikuti dengan penurunan berat badan
c. Mata berwarna kuning dan buang air kecil berwarna gelap
d. Pembesaran perut dan kaki bengkak
e. Perdarahan saluran cerna bagian atas
f. Pada keadaan lanjut dapat dijumpai pasien tidak sadarkan diri (Hepatic
Enchephalopathy
g. Perasaan gatal yang hebat
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada hati terjadi gangguan arsitektur yang
mengakibatkan kegagalan sirkulasi dan kegagalan perenkim hati yang masing-masing
memperlihatkan gejala klinis berupa :
1. sirosis hati dekompensata
a. edema
b. ikterus
c. koma
d. spider nevi
e. alopesia pectoralis
f. ginekomastia
g. kerusakan hati
h. asites
i. rambut pubis rontok
j. eritema palmaris
k. atropi testis
l. kelainan darah (anemia,hematon/mudah terjadi perdarahan)
2. Hipertensi portal
a. varises oesophagus
b. spleenomegali
c. perubahan sum-sum tulang
d. caput meduse
4
e. asites
f. collateral veinhemorrhoid
g. kelainan sel darah tepi (anemia, leukopeni dan trombositopeni)
KOMPLIKASI
1. Perdarahan gastrointestinal
Hipertensi portal menimbulkan varises oesopagus, dimana suatu saat akan pecah
sehingga timbul perdarahan yang masif.
2. Koma Hepatikum.
4. Ulkus Peptikum
5. Karsinoma hepatosellural
Kemungkinan timbul karena adanya hiperflasia noduler yang akan berubah
menjadi adenomata multiple dan akhirnya menjadi karsinoma yang multiple.
6. Infeksi
Misalnya : peritonisis, pnemonia, bronchopneumonia, tbc paru,
glomerulonephritis kronis, pielonephritis, sistitis, peritonitis, endokarditis,
srisipelas, septikemia
6. Penyebab kematian
PENATALAKSANAAN
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
5
b.Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang; misalnya : cukup kalori,
protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c.Pengobatan berdasarkan etiologi
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan interferon.
Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian pasien dengan
hepatitis C kronik yang belum pernah mendapatkan pengobatan IFN seperti a)
kombinasi IFN dengan ribavirin, b) terapi induksi IFN, c) terapi dosis IFN tiap
hari.
A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3xseminggu
dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan (1000mg untuk berat
badan kurang dari 75kg) yang diberikan untukjangka waktu 24-48 minggu.
B) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang lebih
tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang dilanjutkan dengan 3 juta
unit 3 x seminggu selama 48 minggu dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
C) Terapi dosis interferon setiap hari. Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta
atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi
seperti
Astises
Spontaneous bacterial peritonitis
Hepatorenal syndrome
Ensefalophaty hepatic
Ad. Asites
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
- istirahat
- diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah
garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus dirawat.
- Diuretik
Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah garam dan
pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari.
6
Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretic adalah hipokalemia dan hal
ini dapat mencetuskan encepalophaty hepatic, maka pilihan utama diuretic adalah
spironolacton, dan dimulai dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap
tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal diuresinya belum tercapai maka dapat kita
kombinasikan dengan furosemid.
Terapi lain :Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan konservatif. Pada
keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis. Mengenai parasintesis cairan asites
dapat dilakukan 5 10 liter / hari, dengan catatan harus dilakukan infus albumin sebanyak
6 – 8 gr/l cairan asites yang dikeluarkan. Ternyata parasintesa dapat menurunkan masa
opname pasien. Prosedur ini tidak dianjurkan pada Child’s C, Protrombin < 40%, serum
bilirubin > dari 10 mg/dl, trombosit < 40.000/mm3, creatinin > 3 mg/dl dan natrium urin
< 10 mmol/24 jam.
Ad. Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP)
Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan parasintese. Tipe yang
spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati dengan asites, sekitar 20% kasus. Keadaan
ini lebih sering terjadi pada sirosis hati stadium kompesata yang berat. Pada kebanyakan
kasus penyakit ini timbul selama masa rawatan. Infeksi umumnya terjadi secara Blood
Borne dan 90% Monomicroba. Pada sirosis hati terjadi permiabilitas usus menurun dan
mikroba ini beraasal dari usus. Adanya kecurigaan akan SBP bila dijumpai keadaan
sebagai berikut :
7
cairan,garam, potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan yang Nefrotoxic.
Manitol tidak bermanfaat bahkan dapat menyebabkan Asidosis intra seluler. Diuretik
dengan dosis yang tinggi juga tidak bermanfaat, dapat mencetuskan perdarahan dan
shock. TIPS hasil jelek pada Child’s C, dan dapat dipertimbangkan pada pasien yang
akan dilakukan transplantasi. Pilihan terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti dengan
perbaikan dan fungís ginjal.
Ad.Perdarahan karena pecahnya Varises Esofagus
Kasus ini merupakan kasus emergensi sehingga penentuan etiologi sering
dinomorduakan, namun yang paling penting adalah penanganannya lebih dulu. Prinsip
8
penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan pasien stabil, dalam
keadaan ini maka dilakukan :
- Pasien diistirahatkan daan dpuasakan
- Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi
- Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannya yaitu :
untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat-obatan, evaluasi darah
- Pemberian obat-obatan berupa antasida,ARH2,Antifibrinolitik,Vitamin K, Vasopressin,
Octriotide dan Somatostatin
- Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka menghentikan
perdarahan misalnya Pemasangan Ballon Tamponade dan Tindakan Skleroterapi / Ligasi
atau Oesophageal Transection.
Ad. Ensefalopati Hepatik
Suatu syndrome Neuropsikiatri yang didapatkan pada penderita penyakit hati menahun,
mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian, gelisah sampai ke pre koma dan
koma.
Pada umumnya enselopati Hepatik pada sirosis hati disebabkan adanya factor pencetus,
antara lain : infeksi, perdarahan gastro intestinal, obat-obat yang Hepatotoxic.
Mengingat pengobatan sirosis hati hanya merupakan simptomatik dan mengobati
penyulit, maka prognosa SH bisa jelek. Namun penemuan sirosis hati yang masih
terkompensasi mempunyai prognosa yang baik. Oleh karena itu ketepatan diagnosa dan
penanganan yang tepat sangat dibutuhkan dalam penatalaksanaan sirosis hati. Karena
alasan tersebut kami memilih kasus ini.
9
BAB IILAPORAN KASUS
IDENTIFIKASINama : Tn. AS
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 34 tahun
Alamat : Jl.Dr M Isa No.858 Kuto Batu Palembang
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
MRS : 9 April 2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Muntah darah Dan BAB hitam sejak ± i hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Perjalanan Penyakit
Anamnesis: autoanamnesis
± 3 bulan SMRS, os mengeluh perut membesar, badan terasa lemas, mual (+),
muntah (-), demam (-), sesak nafas (-), BAB dan BAK biasa.
± 1 minggu SMRS, os mengeluh perut makin membesar, badan semakin lemas,
mual (+), muntah (-), BAB hitam seperti aspal (+) frekuensi 5-8 x/hari banyaknya ½-1
gelas aqua, BAK seperti teh tua tetapi os belum berobat.
± 1 hari SMRS, os mengeluh muntah disertai darah merah kecoklatan frekuensi
2x, banyak ½-1 gelas aqua, nyeri ulu hati (+), mual (+), demam (-), batuk (-), sesak (-),
badan semakin lemas, perut semakin membesar, kepala pusing (+), BAB hitam seperti
aspal frekuensi 10x/hari, kental, banyaknya ½-1 gelas aqua, BAK berwarna seperti teh
tua. Os lalu berobat ke IGD RSMH lalu dirawat.
10
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit dengan keluhan yang sama sebelumnya ada, sejak tahun 2007, os
sudah sering dirawat di RS, dikatakan menderita penyakit sirosis hepatis. Terakhir
keluar dari RS bulan Juni 2012, os kontrol ke poli.
Riwayat sakit kuning disangkal
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat minum jamu-jamuan (+) jamu gendong, frekuensi ± 3x/minggu, sekarang
sudah berhenti
Riwayat minum alkohol (+) tahun 2002-2006 frekuensi 3x seminggu
banyaknya 1 botol.
Riwayat merokok selama ± 13 tahun, ±3 bungkus/hari.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga terkena sakit kuning ada, kakak pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit
Keadaan sakit : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Gizi :
Kesan :
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 98x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 20x/ menit
Temperatur : 36,5 ºC
Lingkar perut : 92 cm
Keadaan Spesifik
11
Kulit
Warna sawo matang, scar (-), pigmentasi normal, ikterus (+), sianosis (-), pertumbuhan
rambut normal.
KGB
Kelenjar getah bening di submandibula, leher, axila, inguinal tidak teraba
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi tampak sakit, warna rambut hitam, rambut mudah rontok
(-), deformitas (-)
Mata
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (+),
sklera ikterik (+), pupil isokor, reflek cahaya normal, pergerakan mata ke segala arah baik
Hidung
Bagian luar hidung tak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik,
selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)
Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik
Mulut
Sariawan (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), atrofi papil (-),
stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-), bibir sianosis.
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2) cmH2O
Dada
Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), spider nevi
(-), venektasi (-)
12
Paru:
Inspeksi : statis-dinamis simetris kanan dan kiri
Palpasi : stemfremitus kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-), sela iga melebar
(-)
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas atas ICS II parasternal sinistra, batas kanan ICS V linea parasternal
dextra , batas kiri ICS V midclavicular sinistra
Auskultasi : HR 98 x/ menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : cembung, venektasi (+)
Palpasi : lemas, hepar tidak teraba, lien terba SII
Perkusi : shifting dullnes (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Genital : tidak diperiksa
Ekstremitas
Ekstremitas atas: gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi normal, telapak
tangan pucat (+), jari tabuh (+), palmar eritema (-), sianosis pada kuku (-), turgor kembali
lambat (-)
Ekstremitas bawah: gerakan bebas, edema (+), jaringan parut (-), pigmentasi normal,
telapak kaki pucat (+), jari tabuh (+), sianosis pada kuku (-), turgor kembali lambat (-).
13
RESUME
DIAGNOSA KERJA
Sirrosis Hepatis
DIAGNOSIS BANDING
Hepatoma
TERAPI
Nonfarmakologi
Bedrest
Diet hati III
Farmakologi
IVFD RL gtt XX/menit
Lactulosa 3x1 cth
Spironolakton 1x25 mg
Inj. Asam tranexamat
Kanamisin 4x500 mg
Vitamin K 3x1 IM
Rencana Pemeriksaan
Perimeriksaan kimia darah (protein total, albumin, globulin, SGOT, SGPT,
alkali fosfatase, bil total, bil direk, bil indirek, ureum, kretinin, NA, K, BSS,
HbSAg
Pemeriksaan Urin rutin
Pemeriksaan feses rutin
USG Abdomen
HbsAg
14
15
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Follow Up:
Tanggal 11 April 2013
S Muntah darah dan 3 hari tidak BAB
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Lingkar perut
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax:
Paru
Jantung
Compos mentis
100/60 mmHg
86 x/menit
24 x/ menit
360C
98cm
Conjungtiva palpebra pucat (+)
Sclera ikterik (+)
JVP (5-2) cm H2O
Pembesaran KGB (-)
I : statis-dinamis simetris kanan = kiri
P : stemfremitus kanan = kiri
P : sonor dikedua lapangan paru
A : vesikuler (+) N, ronchi (-), wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis tidak teraba
P : batas atas ICS 2, batas kanan LSD dextra,
batas kiri 2 jari lateral LMC sinistra
16
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Urinalisa
A : HR 86 x/ menit murmur (-), gallop (-)
I : cembung
P : tegang, hepar-lien sulit dinilai
P : sifting dullness (+).
A : bising usus (+) normal
Pembesaran skrotum
Edema (+)
Jari tabuh
Eritema palmaris
Hemoglobin : 8,6 g/dl
Hematokrit : 25%
LED : 70 mm/jam
Trombosit : 155.000/mm3
Hitung jenis
Basofil : 0 %
Eosinofil : 3 %
Batang : 2 %
Segmen : 79 %
Limfosit : 16 %
Epitel : +
Leukosit : 3-5
Eritrosit : 3-4
Silinder noktah : +
17
Kimia Klinik
Feses
BSS : 112 mg/dl
Uric acid : 5,5 mg/dl (N: 3,5-7)
Ureum : 24 mg/dl (N: 15-39)
Creatinin : 1,4 mg/dl (N: 0,9-1,3)
Protein total : 5,6 g/dl (N: 6,0-7,8)
Albumin : 2.3 g/dl (N: 3,5-5,0)
Globulin : 3,3 g/dl
SGOT : 124 U/I (N:<40)
SGPT : 86 U/I (N:<41)
Bilirubin total : 14,92
Bil. Direk : 11,49
Bil. Indirek : 3,43
Natrium : sampel kurang (N: 135-155)
Kalium : sampel kurang (N: 3,5-5,5)
Konsistensi : lembek, kuning
Eritrosit : 1-2
Leukosit : 0-1
Bakteri : +
Jamur : +
Lemak : +
Darah samar : +
A Sirosis Hepatis
P Istirahat
Diet hati III
IVFD RL gtt XX/menit
Lactalac 3x1 cth
18
Inj. Asam tranexamat
Kanamisin 4x500 mg
Vitamin K 3x1 IM
Spironolacton 1x25 mg
19
Tanggal 11 April 2013
S Nyeri perut
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Lingkar perut
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax:
Paru
Jantung
Compos mentis
110/70 mmHg
88 x/menit
21 x/ menit
36,60C
95cm
Conjungtiva palpebra pucat (+)
Sclera ikterik (+)
JVP (5-2) cm H2O
Pembesaran KGB (-)
I : statis-dinamis simetris kanan = kiri
P : stemfremitus kanan = kiri
P : sonor dikedua lapangan paru
A : vesikuler (+) N, ronchi (-), wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis tidak teraba
P : batas atas ICS 2, batas kanan LSD dextra,
batas kiri 2 jari lateral LMC sinistra
A : HR 88 x/ menit murmur (-), gallop (-)
20
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
I : cembung
P : tegang, hepar-lien sulit dinilai
P : sifting dullness (+).
A : bising usus (+) normal
Pembesaran skrotum
Edema (+)
Jari tabuh
Eritema palmaris
A Sirosis Hepatis
P Istirahat
Diet hati III
IVFD RL:D5=1:1 gtt XX/menit
Omeprazole 1x1
Lactalac 3x1
As. Tranexamat 3x5 amp
Kanamisin 4x500 mg
Spironolakton 1x25 mg
21
Tanggal 12 April 2013
S Nafsu makan turun, kembung, lemas
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Lingkar perut
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax:
Paru
Jantung
Compos mentis
130/80 mmHg
88 x/menit
18 x/ menit
360C
91cm
Conjungtiva palpebra pucat (+)
Sclera ikterik (+)
JVP (5-2) cm H2O
Pembesaran KGB (-)
I : statis-dinamis simetris kanan = kiri
P : stemfremitus kanan = kiri
P : sonor dikedua lapangan paru
A : vesikuler (+) N, ronchi (-), wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis tidak teraba
P : batas atas ICS 2, batas kanan LSD dextra,
batas kiri LAA sinistra
A : HR 88 x/ menit murmur (-), gallop (-)
22
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
I : cembung
P : tegang, hepar-lien sulit dinilai
P : sifting dullness (+).
A : bising usus (+) normal
Pembesaran skrotum
Edema (+)
Jari tabuh
Eritema palmaris
A Sirosis dekompensata
P Istirahat
Diet hati III diet hati II
IVFD RL:D5=1:1 gtt XX/minute
Omeprazole 1x1
Lactalac 3x1
Kanamisin 3x100 mg
Spironolakton 1x25 mg
23
BAB III
ANALISIS KASUS
Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh
darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur
dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami
regenerasi.
Banyak tanda dan geja yang dapat kita temui pada pasien cirrosis hepatis. Gejala
awal (kompensata) diantaranya adalah cepat lelah, mual, nafsu makan menurun, perut
terasa kembung, mual, muntah, penurunan berat badan, konstipasi dan diare, pada laki-
laki bisa muncul impotensi, atrophi testis, gynecomastia. Nyeri perut kanan
atas/epigastrik bisa ditemuai pada ± 50% pasien. Pada sebagian pasien hepar teraba keras
dan dapat diraba tanpa diketahui apakah hepar telah membesar atau mengalami athrofi.
Pada cirrosis dekompensata, akan lebih banyak gejala-gejala yang dikeluhkan.
Seperti manifestasi akibat kegagalan hepatoselular yang berupa ikterus, urine yang
berwarna seperti teh tua, edema perifer, spider nevi, fetor hepaticum, dan hepatic
encephalopaty. manifestasi klinis yang menunjukkan telah terjadi hipertensi portal seperti
splenomegali, verises esophagus dan gaster. Dan asites yang merupakan akibat kegagalan
hepatoselular dan hipertensi portal.
Pada pasien ini, ia datang dengan keluhan muntah darah dan BAB hitam sejak 1
hari sebelum MRS. Muntah darah ini dapat disebabkan vecahnya varises esophagus yang
menandakan telah terjadi hipertensi portal. Kemudian juga pasien mengeluhkan perutnya
yang makin membesar akibat asites. Asites adalah komplikasi yang sering disebabkan
oleh sirrosis hepatis. Selain asites, pada perjalanan penyakit pasien ditemukan bahwa
urine pasien bewarna merah seperti teh, tidak nafsu makan, konstipasi dan edema peifer
yang kesemuanya merupakan gejala dari sirrosis hepatis. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan konjungtiva pucat, skelera yang ikterik, jari tabuh, eritema palmaris, spider
naevi dan venektasi, tanda-tanda tersebut semakin mendukung diagnosis bahwa pasien
ini mnderita sirrosis hepatis. Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan anemia,
peningkatan bilirubin direk, peningkatan serum SGOT dan SGPT, perbandingan rasio
24
albumin dan globulin yang terbalik. Hal ini semakin menduduk untuk menegakkan
dioagnosis sirrosis hepatis.
Dari gejala, tanda dan hasil pemeriksaan penunjang yang kami temukan, kami
membuat diagnosis kerja bahwa pasien ini menderita sirrosis hepatis sedangkan diagnosis
bandingnya adalah hepatoma, tetapi karena kami tidak bisa membuat diagnosis yang pasti
karena kami tidak dapat meraba hepar. pada hepatoma hepar akan membesar dan lebih
mudah teraba. Untuk membedakan kedua diagnosis ini kami memerlukan pemeriksaan α
fetoprotein (tumor marker), tetapi pada pemeriksaan ini dapat terjadi false positif pada
hepatitis kronik, akut dan juga pada kehamilan. Untuk meminimalkan false positif pada
pemeriksaan α fetoprotein kita bisa mengkonfirmasi dengan pemeriksaan USG.
Terapi pada pasien ini terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis.
Terapi fermakologisnya adalah istirahat dan diet hati III dan kita berikan IVFD
RL:D5=1:1 gtt XX/minute, Omeprazole 1x1, Lactalac 3x1, Kanamisin 3x100 mg,
Spironolakton 1x25 mg sebagai terapi farmakologis.
Prognosis pada pasien ini adalah quo ad vitam dan quo ad functionam dubia ad
malam. Berdasrkan kriteria Child-Pugh Classification pasien ini tergolong kategori C
yang memiliki harapan hidup dalam setahun sebesar 45%.
25
REFERENSI
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi IV, Jilid II. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Peyakit Dalam Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta: 2006
2. Dennis L. Kasper et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th Edition.
Volume I & II. McGraw Hill Companies, Inc. United States of America. 2008.
3. Mark H. Beers et al. The Merck Manual of Medical Information. 2nd Home Edition.
Merck & Co., Inc. United States of America. 2003.
4. Lorraine MW. Sirosis Hati. Dalam: Sylvia AP, Lorraine MW. Patofisiologi. Edisi
keenam, Volume I. EGC, Jakarta: 2005;1:493-501.
5. Guadalupe Garsia-Tsao et al. Prevention and Management of Gastroesophagal
Varices and Variceal Hemorrhage in Cirrhosis. American Journal of
Gastroenterology. United States of America. 2007.
6. Pere Gines et al. Management of Cirrhosis and Ascites. The New England Journal of
Medicine. Massachusetts Medical Society. 2004;350:1646-54.
26