Case Stefano Leatemia Mantaaap

download Case Stefano Leatemia Mantaaap

of 35

Transcript of Case Stefano Leatemia Mantaaap

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    1/35

    1

    FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

    (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

    Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

    STATUS ILMU PENYAKIT KANDUNGAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

    (UKRIDA)

    SMF ILMU KEBIDANAN

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

    Nama Mahasiswa : Stefano Leatemia TandaTangan:

    NIM : 11-2012-031

    Dokter Pembimbing: dr. Mangisi Tambunan, SpOG

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama Lengkap : Ny. P S Jenis Kelamin : Perempuan

    Umur : 29 tahun Suku Bangsa : Jawa

    Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMA

    Alamat : Jl. Budi Mulia 007/013 Pademangan

    Barat

    IDENTITAS SUAMI

    Nama Lengkap : Tn T Jenis Kelamin : Laki-laki

    Umur : 31 tahun Suku Bangsa : Jawa

    Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam

    Pekerjaan : Pedagang Pendidikan : SMK

    Alamat : Jl. Budi Mulia 007/013 Pademangan

    Barat

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    2/35

    2

    II. ANAMNESIS

    Diambil dari: Autoanamnesis. Tanggal : 27 September 2013, pukul 12.00 WIB

    Keluhan Utama:Os datang dengan keluhan perut terasa mules-mules sejak 02.00 WIB

    Keluhan tambahan: -

    Riwayat Kehamilan Sekarang

    Os dengan G1P0A0 dirujuk dari puskesmas kecamatan pademangan dengan keluhan

    perut terasa mules-mules sejak 02.00 WIB. Os mengaku sudah keluar lendir bercampur

    dengan darah dari kemaluan.Mules-mules dirasakan semakin bertambah dan perut terasa

    kencang. Os biasa memeriksakan kandungan ke bidan sebanyak 4 selama kehamilan,namunbelum pernah dilakukan pemeriksaan menggunakan USG.Os juga tidak diberitahu tentang

    letak janin,tetapi kualitas janin dalam keadaan sehat dan baik. HPHT 28/12/2012. TP

    4/10/2013

    Riwayat Kehamilan Dahulu

    Hamil sekarang

    Riwayat Haid

    Os mengatakan mendapat haid pertama pada usia 14 tahun dengan siklus teratur dan lamanya

    5 hari.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Os mengatakan tidak ada riwayat keluarga hipertensi, DM, alergi, asma, hipertensi, dan

    penyakit jantung

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Os mengatakan tidak ada riwayat keluarga hipertensi, DM, alergi, dan penyakit jantung pada

    keluarganya

    Riwayat Keluarga Berencana

    Os mengaku tidak pernah KB

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    3/35

    3

    Riwayat Perkawinan

    Os mengaku ini adalah pernikahan pertama dengan suami sekarang dan sudah 1 tahun.

    III. PEMERIKSAAN JASMANI

    1. Pemeriksaan Umum

    Keadaan umum : tampak sakit ringan

    Kesadaran : CM

    TTV: Tekanan darah: 100/80 mmHg

    Nadi : 84 x/menit

    Pernapasan : 20 x/menit, torakoabdominal

    Suhu : 36,3 C

    Tinggi Badan : 145 cm

    Berat Badan : 54 kg

    Keadaan gizi : baik

    Kepala : normocephali, distribusi rambut merata

    Mata : isokor, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Telinga : normotia, sekret (-/-)

    Hidung : septum deviasi (-), mukosa tidak hiperemis, sekret (-/-)

    Leher : kelenjar tiroid dan kelenjar limfe tidak teraba membesar

    Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

    Paru-paru : Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

    Perut : membuncit, linea nigra (+) dan striae gravidarum (-)

    Ekstremitas : varises tidak ada, edema tidak ada

    2. Pemeriksaan Obstetrik

    Pemeriksaan luar:

    Palpasi :

    Leopold I: TFU 2 jari dibawah processus xiphoideus (41 cm),

    teraba bagian bulat, keras, dan melenting

    Leopold II: kanan : teraba bagian keras memanjang seperti papan.

    kiri : teraba bagian kecil janin.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    4/35

    4

    Leopold III: teraba bagian tidak bulat, lunak, dan tidak melenting.

    Leopold IV: divergen

    His : 3 x 10 38 sedang

    DJJ : 136 x/menit, teratur

    Taksiran berat janin (TBJ) = (41-12) x 155 = 4495 gram

    Pemeriksaan dalam:

    VT : portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban (+), presentasi kaki, Hodge III

    Pelvimetri : tidak dilakukan

    IV. RINGKASAN (RESUME)

    Ny.PS , usia 29 tahun, Os dengan G1P0A0 dirujuk dari puskesmas kecamatan

    pademangan dengan keluhan perut terasa mules-mules sejak 02.00 WIB. Os mengaku sudah

    keluar lendir bercampur dengan darah dari kemaluan.Mules-mules dirasakan semakin

    bertambah dan perut terasa kencang.

    Os mengatakan sedang hamil 38 minggu dan ini adalah kehamilan pertama dan

    belum pernah keguguran dan rutin memeriksakan kandungannya ke bidan tiap bulan. . HPHT

    28/12/2012. TP 4/10/2013. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis tekanan darah

    100/80 mmHg, Nadi 84 x/menit, Pernapasan20 x/menit, torakoabdominal, Suhu 36,3C.

    abdomen tampak membuncit, tidak terdapat linea nigra ataupun striae gravidarum. Pada

    status obstetrikus didapatkan Inspeksi : abdomen tampak membuncit, linea nigra dan striae

    gravidarum (-). Pada palpasi Leopold I di dapat TFU 2 jari dibawah processus xiphoideus

    (41 cm), teraba bagian bulat, keras, dan melenting. Leopold II teraba bagian keras

    memanjang seperti papan pada sebelah kanan dan teraba bagian kecil janin pada bagian kiri.

    Leopold III teraba bagian tidak bulat, lunak, dan tidak melenting. Leopold IV divergen. His 3

    x 10 38 sedang. DJJ 136 x/menit. Taksiran berat janin 4495 gram. Pada Pemeriksaan dalam

    didapat portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban (+) , presentasi kaki, Hodge III.

    V. DIAGNOSIS

    Ibu : G1 P0A0hamil aterm Inpartu kala I fase aktif

    Janin : tunggal, hidup intrauterine, letak memanjang, presentasi kaki,makrosomnia

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    5/35

    5

    VI. PENATALAKSANAAN

    Rencana diagnostik:

    H2TL, USG

    Terapi:

    IVFD RL 500 cc

    Antibiotik profilaksis :

    -Intermoxil 1x1 gram IV

    Tindakan aktif :

    -SC

    Rencana Pendidikan

    Menjelaskan kepada pasien tentang keadaan kehamilan sekarang,tentang letak janin yang

    sungsang,komplikasi serta rencana untuk operasi sectio.

    VII. PROGNOSIS

    Ibu : Ad bonam

    Janin : Ad bonam

    VIII. FOLLOW UP

    27/5/2013 pukul 14.15 WIB

    S: os mengaku mulas mulas makin sering

    O:

    TTV

    TD: 110/70 mmHg

    N: 82x/menit

    RR: 18x/menit

    S: 36,6 C

    DJJ: 142x/menit

    His: 3 x 10 40

    VT:

    Portio: tips lunak

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    6/35

    6

    Ketuban: +

    Pembukaan: 8

    A: Ibu : G1 P0 A0 aterm, inpartu kala I fase aktif

    Janin : tunggal, hidup, intrauterine presentasi kaki,makrosomia

    P: observasi ku, kesadaran, TTV, TFU, his, pembukaan, DJJ

    Ivfd RL 500 cc/ 12 jam

    27/9/2013 pukul 14.45 WIB

    S: tidak ada keluhan

    O:

    TD: 110/70 mmHg

    N: 76x/menit

    RR: 22x/menit

    S: 36,4C

    His: 3x10 40

    DJJ: 140x/menit

    Pemeriksaan penunjang

    Laboratorium tanggal 27/9/13 jam 14.20

    Hb: 14.6 g/dL Leukosit: 9500 /uL HT: 41% Trombosit: 185.000 /uL

    A: Ibu : G1 P0 A0 aterm, inpartu kala I fase aktif

    Janin : tunggal, hidup, intrauterine presentasi kaki,makrosomia

    P: SC

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    7/35

    7

    27/9/2013 pukul 15.10 WIB

    Dilakukan SC dan bayi lahir dengan data bayi :

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    A/S : 4/6

    Berat Badan : 4080 gram

    Panjang Badan : 51 cm

    Anus : Ada

    Cacat : tidak ada

    27/9/2013 pukul 18.00 WIB

    S: nyeri luka operasi

    O:

    TD: 100/60 mmHg

    N: 88x/menit

    RR: 22x/menit

    S: 36C

    TFU : 3 jari diatas pusat

    A : P1A0 post sc a/i makrosomnia dan presentasi kaki

    P: observasi KU, TTV

    Ivfd RL 500 cc/ 12 jam

    28/5/2013 pukul 08.30 WIB

    S: nyeri bekas operasi

    O:

    TD: 100/60 mmHg

    N: 88x/menit

    RR: 22x/menit

    S: 36C

    Pemeriksaan penunjang

    Laboratorium tanggal 27/9/13 jam 19.00 (post op)

    Hb: 16.4 g/dL Leukosit: 15400 /uL HT: 46%

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    8/35

    8

    Trombosit: 171.000 /uL

    A : P1A0 post sc a/i makrosomnia dan presentasi kaki

    P: Ivfd RL 500 cc/ 12 jam

    observasi KU, TTV

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    9/35

    9

    Analisa Kasus

    Pada Pemeriksaan Fisik didapatkan :

    Palpasi :

    Leopold I: TFU 2 jari dibawah processus xiphoideus (41 cm),

    teraba bagian bulat, keras, dan melenting

    Leopold II: kanan : teraba bagian keras memanjang seperti papan.

    kiri : teraba bagian kecil janin.

    Leopold III: teraba bagian tidak bulat, lunak, dan tidak melenting.

    Leopold IV: divergen

    His : 3 x 10 38 sedang

    DJJ : 136 x/menit, teratur

    Taksiran berat janin (TBJ) = (41-12) x 155 = 4495 gram

    Merujuk pada diagnosa letak sunsang dengan presentasi kaki.Pada pemerikasaan fisik juga

    dapat menentukan presentasi kaki dengan penemuan bahwa kaki berbeda dengan tangan :

    Perbedaan kaki dan tangan

    1. Pada kaki ada calcaneus, jadi ada tiga tonjolan tulang, yaitu mata kaki dan calcaneus,sedangkan pada tangan hanya ada mata dipergelangan tangan.

    2. Kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.3. Jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.Etiologinya adalah letak sungsang biasanya terjadi karena kegagalan versi spontan

    menjadi presentasi kepala pada kehamilan aterm atau pada persalinan prematur sebelum versi

    kepala terjadi

    Diagnosa makrosomia dapat ditegakan dengan menghitung TBJ ( Taksiran berat janin )

    dengan menggunakan rumus : (TFU konstanta sesuai hodge) x 155 maka didapatkan TBJ

    pada kasus ini adalah 4495 gram dimana pada primi TBJ > 3500 adalah makrosomia dan >

    3650 merupakan indikasi SC sesuai dengan skor menurut Zachtuchni Andros.

    Penatalaksaan secara diagnostik dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk persiapan

    operasi dan juga dilakukan USG untuk memastikan diagnosis.Dilakukannya pembedahan

    sesuai dengan indikasi operasi SC pada kasus ini berdasarkan Skor Zachtuchni Andros

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    10/35

    10

    TINJAUAN PUSTAKA

    Definisi

    Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang/membujur

    dengan kepala difundus uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri. 1

    Klasifikasi

    Letak sungsang dibagi menjadi1,2

    1. Letak bokong murni (frank breech), yaitu hanya bokong saja yang jadi bagian depansedangkan kedua tungkai bawah lurus ke atas.

    2. Letak bokong kaki (complete breech), yaitu disamping bokong teraba kaki, baikteraba kedua kaki atau satu kaki.

    3. Letak kaki (footling breech/incomplete breech), yaitu salah satu atau kedua kakiterletak sebagai bagian yang terendah.

    Gambar 1.Breech positions

    EpidemiologiPresentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal.1-3

    presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi

    bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya. Beberapa peneliti lain seperti

    Greenhill melaporkan kejadian persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%.1di Parkland

    Hospital 3,5% dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 1999 merupakan letak

    sungsang.1sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-

    2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    11/35

    11

    Kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian perinatal pada presentasi

    kepala. Morbiditas perinatal 5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini

    dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian

    perinatal pada presentasi bokong hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan

    kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3%

    pada presentasi kepala.1,2,4

    Etiologi

    Letak sungsang biasanya terjadi karena kegagalan versi spontan menjadi presentasi

    kepala pada kehamilan aterm atau pada persalinan prematur sebelum versi kepala terjadi.2

    Beberapa faktor predisposisi pada letak sungsang1,2,4

    Oligohidramnion Hidramnion, karena anak mudah bergerak. Anomali uterus, seperti uterus bikornis Tumor-tumor dalam panggul Plasenta abnormal, misalnya plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke

    dalam pintu atas panggul.

    Multiparitas Gemelli Kelainan bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang sesuai

    dengan pintu atas panggul.

    Letak sungsang pada kehamilan sebelumnya dikarenakan panggul sempit.

    Patofisiologi

    Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan

    dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif

    lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian

    janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.6

    Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban

    relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,

    maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan

    kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat

    dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    12/35

    12

    tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam

    presentasi kepala.6sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada

    dalam posisi sungsang.

    Diagnosis

    Pemeriksaan Luar

    Berdasarkan pemeriksaan Leopold akan teraba bagian keras, bundar, dan melenting

    pada fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian

    kecil pada pihak yang berlawanan. Di atas simfisis, akan teraba bagian yang kurang bundar

    dan lunak. Bunyi jantung terdengar pada punggung anak di atas pusat.1

    Gambar 2. Pemeriksaan luar pada letak sungsang

    Pemeriksaan Dalam

    Pada pemeriksaan dalam, jika pembukaan sudah besar dapat teraba tiga tonjolan

    tulang, yaitu kedua tubera ossis ischii dan ujung os sacrum, sedangkan os scrum dapat

    dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan prosesus spinosus ditengah-tengah

    tulang tersebut.1

    Antara tiga tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia anak. Persentasi

    bokong harus dibedakan dari muka karena pada letak muka jika caput succedaneumbesar,

    muka dapat disangka bokong karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera ossis ischii,

    dagu menyerupai ujung os sacrum, sedangkan mulut di sangka anus. Yang menentukan ialah

    bentuk os sacrum yang mempunyai deretan prosesus spinosus yang disebut krista sakralis

    medialis.1

    Bo s ka dep (sakrum menjadi petunjuk). Pada letak bokong kaki, teraba kaki di

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    13/35

    13

    samping bokong. Perbedaan kaki dan tangan1

    4. Pada kaki ada calcaneus, jadi ada tiga tonjolan tulang, yaitu mata kaki dan calcaneus,sedangkan pada tangan hanya ada mata dipergelangan tangan.

    5. Kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.6. Jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.

    Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan menggunakan Rontgen dan USG.

    Namun karena adanya faktor resiko paparan radiasi maka USG lebih sering digunakan pada

    saat ini. Dengan menggunakan USG dapat diketahui presentasi, letak dan habitus dari bayi,

    adanya kehamilan multipel, lokasi dari plasenta dan volume cairan amnion.3

    Gambar 3. Gambaran USG pada letak sungsang

    Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan antepartumPada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang

    yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda,

    kelainan uterus. Jika tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest

    posi tion atau dengan versi lua r.

    Versi luar merupakan suatu tindakan untuk mengubah letak janin dalam rahim yang

    dikerjakan dari luar melalui dinding abdomen.1

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    14/35

    14

    Gambar 4. Teknik versi luar pada kehamilan sungsang

    Syarat dilakukannya versi luar :

    1. Pada letak sungsang, bagian terendah bayi masih dapat dimobilisasi

    2. Bunyi jantung janin baik

    3. Ketuban belum pecah

    4. Pada persalinan, pembukaan serviks kurang dari 3 cm

    Indikasi dilakukannya versi luar4

    1. Letak lintang pada kehamilan lebih dari 34 minggu

    2. Letak sungsang pada kehamilan lebih dari 36 minggu

    Kontraindikasi dilakukannya versi luar3

    1. Kepala sudah masuk pintu atas panggul

    2. Oligohidroamnion3. Plasenta previa

    4. Anomali uterus

    5. Gestasi multipel

    6. Ketuban pecah sebelum waktunya.

    7. Riwayat operasi pada uterus sebelumnya (miomektomi atau metroplasti).

    8. Suspek malformasi kongenital atau abnormalitas (IUGR)

    Komplikasi dilakukannya versi luar3

    1. Solusio plasenta

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    15/35

    15

    2. Ruptura uteri

    3. Emboli cairan amnion

    4. Kelahiran preterm

    5. Gawat janin

    6. Lilitan tali pusat

    7. Ketuban pecah

    Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-36 minggu. Pada

    umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena

    kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu

    ke 36 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban

    relatif telah berkurang.

    Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan

    denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.

    Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan

    terjadi pada multiparitas, usia kehamilan,frank breech, letak lintang.

    Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,

    penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain:

    narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan

    digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari pada

    versi luar.4

    Dapat juga diberikan tokolitik untuk relaksasi uterus. Beberapa penelitian

    merekomendasikan penggunaan terbutalin 250 g subkutan.

    Penatalaksanaan selama persalinan

    Persalinan pervaginam

    Dalam menolong persalinan letak sungsang pertama - tama hendaknya

    ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti

    kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga panggul.4

    Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan

    bokong.1,4

    Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang yaitu pembukaan lengkap, kulit

    ketuban sudah pecah, his adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram, klinis yang

    adekuat, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    16/35

    16

    Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu :

    Persalinan bokonga. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.

    b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksidalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.

    c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansiabitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.

    d. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagaihipomoklion.

    e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinantrokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.

    f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perutibu.

    g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.

    Persalinan bahua. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau

    miring.

    b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis dan

    bertindak sebagai hipomoklion.

    d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga

    seluruh bahu janin lahir.

    f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.

    Persalinan kepala janina. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi

    dagu berada dibagian posterior.

    b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakangtertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan

    suboksiput sebagai hipomiklion.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    17/35

    17

    c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi danmuka seluruhnya.

    d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepalabayi dapat lahir.

    e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas darilendir dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat

    seperti biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan

    menit (1-5).

    Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:

    Tipe dari presentasi bokong:

    a)

    Presentasi bokong(frank breech)

    b) Presentasi bokong kakisempurna (complete breech)

    c) Presentasi bokong kakitidak sempurna dan

    presentasi kaki

    (incomplete or footling)

    Bokong masuk ke pintu ataspanggul dalam posisi melintang

    atau miring.

    Setelah trokanter belakangmencapai dasar panggul, terjadi

    putaran paksi dalam sehingga

    trokanter depan berada di bawah

    simfisis.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    18/35

    18

    Penurunan bokong dengan trokanterbelakangnya berlanjut, sehingga

    distansia bitrokanterika janin berada

    di pintu bawah panggul.

    Terjadi persalinan bokong,dengan trokanter depan

    sebagai hipomoklion.

    Setelah trokanter belakang lahir,terjadi fleksi lateral janin untuk

    persal inan trokanter depan,

    sehingga seluruh bokong janin

    lahir.

    Jika bokong tidak mengalamikemajuan selama kontraksi

    berikutnya, episiotomi dapat

    dilakukan dan bokong dilahirkan

    dengan traksi ke bawah perut.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    19/35

    19

    Terjadi putar paksi luar, yangmenempatkan punggung bayi ke

    arah perut ibu.

    Penurunan bokong berkelanjutansampai kedua tungkai bawah lahir.

    Jika kaki janin telah keluar, penolongdapat menyusupkan tangan sepanjang

    kaki anterior dan melahirkan kaki

    dengan flexi dan abduksi sehingga

    bagian badan lainnya dapat dilahirkan.

    Bahu janin mencapai pelvic 'gutter'(jalan sempit) dan melakukan putar

    paksi dalam sehingga diameter

    biacromion terdapat pada diameter

    anteroposterior diameter pelvic bagian

    luar.

    Secara simultan, bokong melakukanrotasi anterior 90o. Kepala janin

    kemudian masuk ke tepi pelvik, sutura

    sagitalis berada pada tepi diameter

    transversal.

    Penurunan ke dalam pelvic terjadidengan flexi dari kepala.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    20/35

    20

    Persalinan pervaginam spontan (spontaneous bracht)Pada persalinan spontan janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendir i.

    Tahapan persalinan spontan :

    Fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula depan). Fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut. Fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.

    Teknik pertolongan pada persalinan spontan :

    Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekalilagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran .janin

    harus selalu disediakan cunam Piper.

    Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketikatimbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat

    bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin

    intramuskuler.

    Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelahbokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht , yaitu kedua ibu jari

    penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jani -jari lain memegang

    panggul.

    Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampakteregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada

    badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung jan in

    didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa

    melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat

    badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten

    melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai dengan sumbu

    panggul. Dengan ge rakan hiperlor do ssis i ni berturut-turut lahir pusar, perut,

    badan lengan, dagu, mulut dan akhirnya kepala.

    Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawattali pusat.

    Keuntungannya ialah dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh

    karena tangan penolong tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara

    ini yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    21/35

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    22/35

    22

    Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :

    a) Klasik (Deventer)b) Muellerc) Lovsetd) Bickenbach.

    Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, caraa) Mauriceau (Veit-Smellie)

    b) Najouksc) Wigand Martin-Winckeld) Parague terbalike) Cunam piperTehnik :

    Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua

    melahirkan bahu dan langan oleh penolong :

    a) Cara klasik

    Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan

    belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum),

    kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simpisis.

    Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan

    kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut

    ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan

    dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti

    kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah

    mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin

    diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga

    punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan

    dilahirkan.

    Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua

    persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relative tinggi didalam

    panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat

    menimbulkan infeksi.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    23/35

    23

    Gambar 6. Manuver klasik

    b) Cara Muller

    Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Muller ialah melahirkan bahu dan

    lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan

    belakang.

    Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari penolong

    diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari -jari

    lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh

    mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan

    dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan

    janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam

    jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    24/35

    24

    Gambar 7. Manuver Muller

    c) Cara lovset

    Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam

    setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga

    bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan

    lengan dapat dilahirkan.

    Gambar 8. Manuver Lovsets

    d) Cara Bickhenbach

    Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara

    klasik.

    Tahap ketiga melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    25/35

    25

    Cara MauriceauTangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan

    lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat

    mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher.

    Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin

    menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram

    leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke

    bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama

    dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung.

    Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan

    suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung,

    mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.

    Gambar 9. Manuver Mauriceau Smellie Veit untuk melahirkan kepala

    Cara NaujoksTeknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak

    dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram

    leher janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang

    asisten mendorong kepala janin kearah bawah.

    Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    26/35

    26

    Cara Prague TerbalikTeknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang

    dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong

    mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak

    tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki,

    kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut

    janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat

    dilahirkan.

    Gambar 10. Teknik prague terbalik

    Cara Cunam PiperSeorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan

    janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas

    sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper

    sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja

    cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang.

    Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan

    suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan

    akhirnya seluruh kepala lahir.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    27/35

    27

    Ekstraksi sungsang totalisEkstraksi sungsang totalis dilakukan apabila didapatkan keadaan gawat janin.

    Pada ekstraksi jenis ini, seluruh badan bayi dilahirkan secara manual.

    Teknik ekstraksi kakiTangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan

    menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan

    fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang diluar

    mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki

    dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai

    batas lutut. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah

    sampai pangkal paha lahir.

    Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan

    lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas

    sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir.

    Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik

    pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir.

    Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan

    yang sama seperti pada manual aid.

    Teknik ekstraksi bokongDilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada

    di dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong

    yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di

    pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik

    curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk

    penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai

    bokong lahir.

    Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin

    dapat dilahirkan dengan cara manual aid.

    3.5.3. Seksio sesaria

    Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria bila:

    Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi feto pelvicatau skor Zachtuchni Andros 3).

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    28/35

    28

    Tabel 2. Skor Zachtuchni Andros

    Penilaian : 3 : persalinan perabdominam

    4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat

    dilahirkan pervaginam

    >5 : dilahirkan pervaginam

    Tali pusat menumbung pada primi/multigravida Didapatkan distosia Umur kehamilan

    o Prematur (EFBW=2000 gram)o Post date (umur kehamilan 42 minggu)

    Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, nilai social janin tinggi. Komplikasi kehamilan dan persalinan

    o Hipertensi dalam persalinano Ketuban pecah dini

    3.6 Komplikasi

    AnoksiaKompresi dan prolaps pada tali pusat mungkin berhubungan dengan

    persalinan letak sungsang terutama pada letak sungsang presentasi bokong-kaki dan

    letak kaki. Kompresi dari tali pusat yang prolaps dapat terjadi selama kontraksi uterus

    yang menyebabkan deselerasi yang sedang sampai berat dari denyut jantung yang

    pada akhirnya akan menyebabkan anoksia atau kematian janin.3

    Skor Zachtuchni Andros

    Parameter Nilai

    0 1 2Paritas Primi multi -

    Pernah letak sungsang Tidak 1 kali 2 kali

    TBJ > 3650 g 3649-3176 g < 3176 g

    Usia kehamilan > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu

    Station < -3 -2 -1 atau >

    Pembukaan serviks 2 cm 3 cm 4 cm

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    29/35

    29

    Gambar 11. Prolaps umbilical cord

    Luka persalinanInsidensi terjadinya trauma lahir selama persalinan letak sungsang pervaginam

    13 kali lebih tinggi dibanding presentasi kepala. Jenis luka perinatal yang pernahdilaporkan selama persalinan sungsang diantaranya robeknya tentorium cerebelum,

    sefal hematom, brachial palsy, fraktur tulang panjang dan rupturnya m.

    sternocleidomastoideus. Persalinan sungsang pervaginam juga penyebab utama

    perlukaan terhadap kelenjar adrenal, hepar, anus, genital, tulang belakang dan sendi

    panggul bayi.3

    Prognosis

    Bagi ibu pada letak sungsang tidak banyak berbeda dengan prognosis pada letak

    kepala, mungkin ruptura perineum lebih sering terjadi. Sebaliknya, prognosis bagi anak

    dengan letak sungsang lebih buruk terutama jika anaknya besar dan ibunya seorang

    primigravida. Kematian anak dengan letak sungsang kurang lebih 14%, jika kematian karena

    prematuritas dikurangi, kematian anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar

    daripada kematian anak letak kepala.

    Penyebab kematian anak pada letak sungsang :

    1. Setelah tali pusat lahir, kepala anak mulai masuk kedalam rongga panggul,

    sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga, bahwa

    kepala harus lahir dalam 8 menit setelah tali pusat lahir, supaya anak dapat lahir

    selamat.

    2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan

    cepat.

    3. Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan anak.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    30/35

    30

    4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat menumbung, karena bagian

    depan anak kurang baik menutup bagian bawah rahim.

    Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi, karena mungkin terjadi fraktur dari

    humerus atau clavicula pada waktu melahirkan lengan, paralisis lengan karena tekanan atau

    tarikan pada pleksus brachialis pada waktu melahirkan kepala dengan cara Mauriceau.1

    Obstetric manoeuvres for breech delivery :

    Maternal expulsion delivers the frank

    breech from the lower birth canal,

    while the contractile forces of the

    uterus maintain flexion of the fetal

    head.

    Inappropriate traction on the breech at

    this point may lead to extension of the

    fetal head, or entrapment of an arm

    behind the head (nuchal arm).

    After spontaneous expulsion of the

    breech to the umbilicus, the

    obstetrician delivers the extended

    legs. The fingers splint the thigh,

    while flexing and abducting the hip.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    31/35

    31

    Note the lateral rotation of the thighs

    on the hips, to deliver the legs. The

    obstetrician must avoid the instinctive

    manoeuvre of hooking the thigh

    down, thus bending the knee in the

    wrong direction.

    Note the lateral rotation of the thighs

    on the hips, to deliver the legs. The

    obstetrician must avoid the instinctive

    manoeuvre of hooking the thigh

    down, thus bending the knee in the

    wrong direction.

    Further maternal efforts deliver the

    fetal abdomen and the obstetrician

    gently hooks down a loop of

    umbilical cord, to avoid occlusion of

    the circulation. At this point in the

    delivery, the breech should hang

    downwards, while maternal efforts

    expel the infant until the lower border

    of the scapula is visible below the

    pubic arch. Gentle traction by the

    obstetrician ensures the back does not

    rotate posteriorly. For delivery of the

    shoulders and arms, the obstetricians

    thumbs overlie the sacrum with the

    fingers around the iliac crests, so that

    the hands cradle the fetal pelvis.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    32/35

    32

    If the fetal arms have not become

    extended, the obstetrician passes the

    index and middle fingers over the

    shoulder, and sweeps the left arm

    medially across the chest, thus

    delivering it.

    If the fetal arms have extended, the

    obstetrician applies Lovset's

    manoeuvre. Lateral flexion of the

    fetus is exaggerated to enable descentof the posterior shoulder below the

    sacral promontory.

    Lovset's manoeuvre. The obstetrician

    then rotates the body with the back

    uppermost, 180 degrees. (b) The

    posterior shoulder has been rotatedanteriorly, and lies beneath the

    symphysis. The obstetrician hooks the

    arm downwards, then rotates the body

    back 180 degrees, to deliver the other

    arm in the same manner.

    Gentle elevation of the fetal trunk

    allows the obstetrician access to the

    fetal airway. The obstetrician must

    avoid over-extension, because of the

    risk of fetal cervical injury, with

    hyperextension of the fetal head.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    33/35

    33

    Application of Piper's forceps to the

    fetal head, the preferred method ofdelivering the head.

    When Piper's forceps have been

    applied, the fetal trunk, wrapped in a

    'breech towel', is supported by onehand, while the other exerts gentle

    traction on the forceps in the direction

    of the pelvic axis (arrow).

    While an assistant supports the fetal

    trunk, avoiding hyperextension, the

    obstetrician kneels, to facilitate

    application of the forceps, and

    subsequent traction in the axis of the

    pelvis.

    The Mauriceau-Smellie-Veit

    manoeuvre, although not as desirable

    as Piper's forceps, can prove useful

    when events progress rapidly, and the

    obstetrician has inadequate time to

    apply forceps. The fetal trunk lies

    astride the obstetrician's forearm, and

    the obstetrician's middle finger,

    placed in the fetal mouth, gently

    flexes the head. The upper hand on

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    34/35

    34

    the fetal back enables gentle

    downward and backward traction,

    while the middle finger of the upper

    hand pushes upwards on the occiput,

    encouraging flexion of the head, to

    avoid damage to the fetal cervical

    spine.

  • 8/13/2019 Case Stefano Leatemia Mantaaap

    35/35

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: WilliamsObstetrics.22stedition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509-536.

    2. Kampono, Nugroho, dkk. 2008. Persalinan Sungsang. Available from:http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html.(Accessed: 2013, September 27).

    3. De Cherney, Alan H. Current Obstetric and Gynecologic Diagnmosis and Treatment.9thEdition.2003. India. The McGraw Hill Companies Inc.

    4. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal and problempregnancies. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone. Ltd. 2000:478-90.

    5. Sastrawinata, dkk. editor. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi Edisi2.2003.Jakarta EGC

    6. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome of 699term singleton breeech deliveries at a single center. Am J Obstet Gynecol 2002;187:1694-

    8.

    7. Manuaba, I.B. 1995. Persalinan Sungsang dalam: Operasi Kebidanan Kandungan danKeluarga Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 174-

    201.

    8. Krishadi, Sofie R.et all.editor.Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Dr.Hasan Sadikin. Bagian Pertama.2005.Bandung.Bagian Obstetri dan

    Ginekologi FK Unpad, Perjan RSHS

    9. Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu kebidanan bagian patologi.Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit

    Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin, Palembang, 1983;15-33.

    10.Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2006. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi keenam.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 606-622

    11.Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama, cetakan kelima.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103-132.

    12.Wiknjosastro H. 2002. Patologi Persalinan dan Penanganannya dalam Ilmu Kebidanan,edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka: 607-622.

    13.Jeremy Oats and Suzanne Abraham. 2005. Llewellyn-Jones Fundamentals of Obstetricsand Gynaecology 8th Edition. Elsevier Mosby, Edinburgh: 168-171

    14. WHO International. Managing Complications in Pregnancy and Childbirth A guide for

    http://geocities.com/abudims/cklobpt9.htmlhttp://geocities.com/abudims/cklobpt9.html