case sn m

25
PORTOFOLIO Kasus-1 dr. Sari Stefani Ginting Tanggal (Kasus) : Presenter : dr. Sari Stefani Ginting Tanggal Presentasi: 25 Februari 2015 Pendamping : Dr. Tri Susanty Dr. Siti Rusmawardiani A. Pembimbing : Dr. H. Nazori, Sp.PD Dr. H.M. Zainal,Sp.PD Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Kayu Agung Objektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Tujuan : Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos Data Pasien : Nama : Tn. A//45 tahun No. Reg : 430125 Nama RS: RSUD Kayu Agung Telp : Terdaftar sejak : 10 Februari 2015 Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Efusi Pleura Sinistra e.c TB Paru / Sesak Napas 2. Riwayat Pengobatan : - 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :

description

sn

Transcript of case sn m

PORTOFOLIO

Kasus-1 dr. Sari Stefani GintingTanggal (Kasus) : Presenter : dr. Sari Stefani GintingTanggal Presentasi: 25 Februari 2015 Pendamping : Dr. Tri Susanty

Dr. Siti Rusmawardiani A.Pembimbing : Dr. H. Nazori, Sp.PD Dr. H.M. Zainal,Sp.PD

Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Kayu AgungObjektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Tujuan : Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus AuditCara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data Pasien : Nama : Tn. A/♂/45 tahun No. Reg : 430125Nama RS: RSUD Kayu Agung Telp : Terdaftar sejak : 10 Februari 2015Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Efusi Pleura Sinistra e.c TB Paru / Sesak Napas

2. Riwayat Pengobatan : -3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :

Lebih kurang 3 bulan SMRS, os mengeluh batuk, dahak (+), warna dahak putih, os

merasa nafsu makan yang menurun, berat badan menurun. BAK dan BAB normal (+), keringat

malam (-), sesak (-), dada berdebar-debar (-), nyeri dada (-). Pada keadaan ini, os tidak berobat.

Lebih kurang 2 minggu SMRS os mengeluh batuk semakin sering. Dahak (+), warna

dahak putih. Jumlah dahak semakin banyak, kurang lebih 1 sendok makan setiap kali batuk.

Batuk tidak bercampur darah, Frekuensi batuk sekitar 10-20 kali per hari. Pada saat batuk, os

merasakan sakit di dadanya, sakit tidak menjalar. Os juga mengeluh sesak, sesak tidak

dipengaruhi aktifitas, posisi, cuaca, dan emosi. Badan terasa lemas (+), demam (+) tidak terlalu

tinggi, nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (+), berat badan menurun

(+). BAB dan BAK biasa.

Lebih kurang 1 hari SMRS, os mengeluh sesak napas semakin hebat, sesak tidak

dipengaruhi aktifitas, cuaca, posisi, dan emosi. Suara mengi (-). Os juga mengeluh batuk

semakin sering. Batuk berdahak tidak disertai darah. Dahak berwarna putih. Jumlah dahak

semakin banyak, sekitar 1 ½ sendok makan. Os kemudian berobat ke RSUD Kayuagung.

Lebih kurang 1 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat penyakit TB Paru. Pasien rutin

minum obat dan pada pemeriksaan dahak terakhir pasien sudah dinyatakan sembuh.

4. Riwayat Keluarga : Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal

5. Riwayat Pekerjaan : Os bekerja sebagai buruhDaftar Pustaka:

1. Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:

Airlangga University Press

2. Astowo, pudjo. 2009. Efusi Pleura, Efusi Pleura Ganas Dan Empiema. Jakarta:

Departement Pulmonolgy And Respiration Medicine, Division Critical Care And

Pulmonary Medical Faculty UI

3. Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit FK

UI

4. Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit FK

UI

5. Jeremy, et al. 2008. Penyakit Pleura. At a Glance Sistem respirasi. Edisi kedua. Jakarta:

EMS Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.

Hasil Pembelajaran1. Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Pleura2. Mengetahui Etiologi Efusi Pleura3. Mengetahui Patofisiologi Efusi Pleura4. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Efusi Pleura5. Mengetahui Penatalaksanaan Efusi Pleura

1. SUBJEKTIF :

Lebih kurang 3 bulan SMRS, os mengeluh batuk, dahak (+), warna dahak putih, os

merasa nafsu makan yang menurun, berat badan menurun. BAK dan BAB normal (+), keringat

malam (-), sesak (-), dada berdebar-debar (-), nyeri dada (-). Pada keadaan ini, os tidak berobat.

Lebih kurang 2 minggu SMRS os mengeluh batuk semakin sering. Dahak (+), warna

dahak putih. Jumlah dahak semakin banyak, kurang lebih 1 sendok makan setiap kali batuk.

Batuk tidak bercampur darah, Frekuensi batuk sekitar 10-20 kali per hari. Pada saat batuk, os

merasakan sakit di dadanya, sakit tidak menjalar. Os juga mengeluh sesak, sesak tidak

dipengaruhi aktifitas, posisi, cuaca, dan emosi. Badan terasa lemas (+), demam (+) tidak terlalu

tinggi, nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (+), berat badan menurun

(+). BAB dan BAK biasa.

Lebih kurang 1 hari SMRS, os mengeluh sesak napas semakin hebat, sesak tidak

dipengaruhi aktifitas, cuaca, posisi, dan emosi. Suara mengi (-). Os juga mengeluh batuk

semakin sering. Batuk berdahak tidak disertai darah. Dahak berwarna putih. Jumlah dahak

semakin banyak, sekitar 1 ½ sendok makan. Os kemudian berobat ke RSUD Kayuagung.

Lebih kurang 1 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat penyakit TB Paru. Pasien rutin

minum obat dan pada pemeriksaan dahak terakhir pasien sudah dinyatakan sembuh.

2. OBJEKTIF :

Keadaan UmumKeadaan Umum : tampak sakit sedangKesadaran : Compos mentisPernafasan : 26 x/menit, torakoabdominal, regulerNadi : 84 x/menit, regular, isi cukupTemperatur : 36,9°C BB : 53 kgTinggi Badan : 170 cmStatus Gizi : Underweight

Keadaan Spesifik

- Kepala : Normosefalik, tidak ada deformitas

- Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-), sclera ikterik (+)/(+)

- JVP : 5-2 cmH2O

- Kelenjar Getah Bening : tidak teraba pembesaran

- Dada : Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)

- Paru-paru

I : Statis,dinamis simetris kanan dan kiri,

P : Stemfremitus kanan > kiri

P : Sonor pada lapangan paru kanan, redup pada lapangan paru kiri

A: Vesikuler (+) normal pada paru kanan, vesikuler (+) melemah pada paru kiri,

wheezing (-), ronkhi basah sedang pada lapangan paru kiri.

- Jantung : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

- Perut : Lemas, datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), hati dan limpa tidak teraba

- Ginjal : Nyeri ketok CVA (-), Ballotement (-)

- Ekstremitas : akral hangat, edema tungkai (-)/(-)

3. ASSESMENT :

PendahuluanEfusi pleura merupakan penyakit saluran pernapasan. Penyakit ini bukan merupakan

suatu disease entity tetapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam

jiwa penderita (WHO).

Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, salah satunya di

Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh infeksi tuberkolosis. Bila di negara-negara

barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, keganasan, dan pneumonia

bakteri. Di Amerika efusi pleura menyerang 1,3 juta org/th. Di Indonesia TB Paru adalah

peyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. 2/3 efusi pleura maligna mengenai wanita.

Efusi pleura yang disebabkan karena TB lebih banyak mengenai pria. Mortalitas dan morbiditas

efusi pleura ditentukan berdasarkan penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam

cairan pleura.

Anatomi dan Fisiologi Pleura

Pleura adalah membran serosa yang licin, mengkilat, tipis dan transparan. Membran ini

membungkus jaringan paru. Pleura terdiri dari 2 lapis:

1. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, yang melekat pada permukaan paru.

2. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, yang berhubungan dengan dinding dada.

Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel  (yang memproduksi cairan),

membran basalis, jaringan elastik dan kolagen, pembuluh darah dan limfe.Membran pleura

bersifat semipermiabel. Sejumlah cairan terus menerus merembes keluar dari pembuluh

darah yang melalui pleura parietal. Cairan ini diserap oleh pembuluh darah pleura viseralis,

dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali kedarah.

Rongga pleura adalah rongga potensial, mempunyai ukuran tebal 10-20 mm, berisi

sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak bewarna, mengandung protein < 1,5 gr/dl dan ± 1.500

sel/ml. Sel cairan pleura didominasi oleh monosit, sejumlah kecil limfosit, makrofag dan sel

mesotel. Sel polimormonuklear dan sel darah merah dijumpai dalam jumlah yang sangat

kecil didalam cairan pleura.Keluar dan masuknya cairan dari dan ke pleura harus berjalan

seimbang agar nilai normal cairan pleura dapat dipertahankan

Definsi

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum

pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau

cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10-

20 ml.

Etiologi Ada banyak macam penyebab terjadinya pengumpulan cairan pleura. Tahap yang pertama

adalah menentukan apakah pasien menderita efusi pleura jenis transudat atau eksudat.

Efusi pleura transudatif terjadi jika faktor sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan

penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor

lokal yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami

perubahan. Efusi pleura tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran

kadar Laktat Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam cairan pleura.

Tabel 1. Perbedaan Cairan Transudat-Eksudat Pada Efusi Pleura

Efusi pleura berupa:

a) Eksudat

Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membrane kapiler yang permeabelnya

abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan protein transudat. Terjadinya

perubahan permeabilitas membrane adalah karena adanya peradangan pada pleura. Protein yang

terdapat dalam cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran

protein getah bening ini (misalnya pada pleuritis tuberkulosis) akan menyebabkan peningkatan

konsentrasi protein cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat. Efusi pleura eksudat dapat

disebabkan oleh :

1.   Pleuritis karena virus dan mikoplasma : virus coxsackie, Rickettsia, Chlamydia. Cairan efusi

biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6000/cc. Gejala penyakit dapat dengan

keluhan sakit kepala, demam, malaise, mialgia, sakit dada, sakit perut, gejala perikarditis.

Diagnosa dapat dilakukan dengan cara mendeteksi antibodi terhadap virus dalam cairan

efusi.

2.   Pleuritis karena bakteri piogenik: permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal

dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen. Bakteri penyebab dapat

merupakan bakteri aerob maupun anaerob (Streptococcus paeumonie, Staphylococcus

aureus, Pseudomonas, Hemophillus, E. Coli, Pseudomonas, Bakteriodes, Fusobakterium,

dan lain-lain). Penatalaksanaan dilakukan dengan pemberian antibotika ampicillin dan

metronidazol serta mengalirkan cairan infus yang terinfeksi keluar dari rongga pleura.

3.   Pleuritis karena fungi penyebabnya: Aktinomikosis, Aspergillus, Kriptococcus, dll. Efusi

timbul karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi.

4.   Pleuritis tuberkulosa merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi melalui focus

subpleural yang robek atau melalui aliran getah bening, dapat juga secara hematogen dan

menimbulkan efusi pleura bilateral. Timbulnya cairan efusi disebabkan oleh rupturnya focus

subpleural dari jaringan nekrosis perkijuan, sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya

masuk ke rongga pleura, menimbukan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Efusi yang

disebabkan oleh TBC biasanya unilateral pada hemithoraks kiri dan jarang yang masif. Pada

pasien pleuritis tuberculosis ditemukan gejala febris, penurunan berat badan, dyspneu, dan

nyeri dada pleuritik.

5.   Efusi pleura karena neoplasma misalnya pada tumor primer pada paru-paru, mammae,

kelenjar linife, gaster, ovarium. Efusi pleura terjadi bilateral dengan ukuran jantung yang

tidak membesar. Keluhan yang paling banyak ditemukan adalah sesak dan nyeri dada.

Gejala lain adalah akumulasi cairannya kembali dengan cepat walaupun dilakukan

torakosintesis berkali-kali.

Patofisiologi terjadinya efusi ini diduga karena :

Infasi tumor ke pleura, yang merangsang reaksi inflamasi dan terjadi kebocoran

kapiler.

Invasi tumor ke kelenjar limfe paru-paru dan jaringan limfe pleura,

bronkhopulmonary, hillus atau mediastinum, menyebabkan gangguan aliran balik

sirkulasi.

Obstruksi bronkus, menyebabkan peningkatan tekanan-tekanan negatif intra pleural,

sehingga menyebabkan transudasi. Cairan pleura yang ditemukan berupa eksudat dan

kadar glukosa dalam cairan pleura tersebut mungkin menurun jika beban tumor dalam

cairan pleura cukup tinggi. Diagnosis dibuat melalui pemeriksaan sitologik cairan

pleura dan tindakan blopsi pleura yang menggunakan jarum (needle biopsy).

6.   Efusi parapneumoni adalah efusi pleura yang menyertai pneumonia bakteri, abses paru atau

bronkiektasis. Khas dari penyakit ini adalah dijumpai predominan sel-sel PMN dan pada

beberapa penderita cairannya berwarna purulen (empiema). Meskipun pada beberapa kasus

efusi parapneumonik ini dapat diresorpsis oleh antibiotik, namun drainage kadang

diperlukan pada empiema dan efusi pleura yang terlokalisir. Menurut Light, terdapat 4

indikasi untuk dilakukannya tube thoracostomy pada pasien dengan efusi parapneumonik:

Adanya pus yang terlihat secara makroskopik di dalam kavum pleura

Mikroorganisme terlihat dengan pewarnaan gram pada cairan pleura

Kadar glukosa cairan pleura kurang dari 50 mg/dl

Nilai pH cairan pleura dibawah 7,00 dan 0,15 unit lebih rendah daripada nilai pH

bakteri

Penanganan keadaan ini tidak boleh terlambat karena efusi parapneumonik yang mengalir

bebas dapat berkumpul hanya dalam waktu beberapa jam saja.

7.   Efusi pleura karena penyakit kolagen: SLE, Pleuritis Rheumatoid, Skleroderma

8.   Penyakit AIDS, pada sarkoma kapoksi yang diikuti oleh efusi parapneumonik.

b). Transudat

Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid

osmotic menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi

reabsorpsi oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada: (1). Meningkatnya tekanan kapiler

sistemik, (2). Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner, (3) Menurunnya tekanan koloid osmotic

dalam pleura, (4) Menurunnya tekanan intra pleura. Efusi plura transudat dapat terjadi pada :

1.   Gangguan kardiovaskular

Penyebab terbanyak adalah decompensatio cordis. Sedangkan penyebab lainnya adalah

perikarditis konstriktiva, dan sindroma vena kava superior. Patogenesisnya adalah akibat

terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler dinding dada sehingga

terjadi peningkatan filtrasi pada pleura parietalis. Di samping itu peningkatan tekanan kapiler

pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorpsi pembuluh darah subpleura dan aliran getah

bening juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongg pleura dan paru-paru

meningkat. Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada dapat juga

menyebabkan efusi pleura yang bilateral. Tapi yang agak sulit menerangkan adalah kenapa

efusi pleuranya lebih sering terjadi pada sisi kanan. Terapi ditujukan pada payah jantungnya.

Bila kelainan jantungnya teratasi dengan istirahat, digitalis, diuretik dll, efusi pleura juga

segera menghilang. Kadang-kadang torakosentesis diperlukan juga bila penderita amat sesak.

2.   Hipoalbuminemia

Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan pleura dibandingkan dengan

tekanan osmotik darah. Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat.

Pengobatan adalah dengan memberikan diuretik dan restriksi pemberian garam. Tapi

pengobatan yang terbaik adalah dengan memberikan infus albumin.

3.   Hidrothoraks hepatik

Mekanisme yang utama adalah gerakan langsung cairan pleura melalui lubang kecil yang ada

pada diafragma ke dalam rongga pleura. Efusi biasanya di sisi kanan dan biasanya cukup

besar untuk menimbulkan dyspneu berat. Apabila penatalaksanaan medis tidak dapat

mengontrol asites dan efusi, tidak ada alternatif yang baik. Pertimbangan tindakan yang dapat

dilakukan adalah pemasangan pintas peritoneum-venosa (peritoneal venous shunt,

torakotomi) dengan perbaikan terhadap kebocoran melalui bedah, atau torakotomi pipa

dengan suntikan agen yang menyebakan skelorasis.

4.   Meig’s Syndrom

Sindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderita-penderita dengan tumor

ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat menimbulkan sindrom serupa : tumor

ovarium kistik, fibromyomatoma dari uterus, tumor ovarium ganas yang berderajat rendah

tanpa adanya metastasis. Asites timbul karena sekresi cairan yang banyak oleh tumornya

dimana efusi pleuranya terjadi karena cairan asites yang masuk ke pleura melalui porus di

diafragma. Klinisnya merupakan penyakit kronis.

5.   Dialisis Peritoneal

Efusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal. Efusi terjadi unilateral ataupun

bilateral. Perpindahan cairan dialisa dari rongga peritoneal ke rongga pleura terjadi melalui

celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya komposisi antara cairan pleura dengan

cairan dialisa.

Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura berfungsi untuk

melicinkan kedua pleura viseralis dan pleura parietalis yang saling bergerak karena pernapasan.

Dalam keadaan normal juga selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura melalui kapiler

pleura parietalis dan diabsorpsi oleh kapiler dan saluran limfe pleura parietalis dengan kecepatan

yang seimbang dengan kecepatan pembentukannya.

Gangguan yang menyangkut proses penyerapan dan bertambahnya kecepatan proses

pembentukan cairan pleura akan menimbulkan penimbunan cairan secara patologik di dalam

rongga pleura. Mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya efusi pleura yaitu;

1). Kenaikan tekanan hidrostatik dan penurunan tekan onkotik pada sirkulasi kapiler

2). Penurunan tekanan kavum pleura

3). Kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari rongga pleura.

Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan. Bila

proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga empiema/piotoraks. Bila

proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemothoraks. Proses

terjadinya pneumothoraks karena pecahnya alveoli dekat parietalis sehingga udara akan masuk

ke dalam rongga pleura. Proses ini sering disebabkan oleh trauma dada atau alveoli pada daerah

tersebut yang kurang elastik lagi seperti pada pasien emfisema paru.

Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer paru

seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialisis peritoneum.

Hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan. Perikarditis konstriktiva, keganasan, atelektasis paru

dan pneumothoraks.

Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kapiler

pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal

dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang

paling sering adalah karena mikobakterium tuberculosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa

tuberkulosa .Penting untuk menggolongkan efusi pleura sebagai transudatif atau eksudatif.

Pentalaksanaana. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thoraks

Pada foto dada posterior anterior (PA) permukaan cairan yang terdapat dalam rongga

pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih

tinggi dari pada bagian medial, tampak sudut kostrofrenikus menumpul. Pada

pemeriksaan foto dada posisi lateral dekubitus, cairan bebas akan mengikuti posisi

gravitasi.

2. Torakosentesis.

Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) sebagai sarana diagnostik maupun terapeutik.

Pelaksanaannya sebaiknya dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah

paru sela iga garis aksilaris posterior dengan jarum abbocath nomor 14 atau 16.

Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap aspirasi.

Untuk diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan:

a. Warna cairan. Cairan pleura bewarna agak kekuning-kuningan (serous-santrokom).Bila

agak kemerahan-merahan, dapat terjadi trauma, infark paru, keganasan dan adanya

kebocoran aneurisma aorta. Bila kunig kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan

empiema. Bila merah coklat menunjukkan abses karena amuba.

b. Biokimia. Terbagi atas efusi pleura transudat dan eksudat. Perbedaannya dapat dilihat

pada tabel :

Tabel 3. Perbedaan Biokimia Efusi Pleura

3. Sitologi.

Digunakan untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau

dominasi sel-sel tertentu.

4. Bakteriologi.

Cairan pleura umumnya steril, bila cairan purulen dapat mengandung mikroorganisme

berupa kuman aerob atau anaerob. Paling sering Pneumokokus, E.coli, klebsiela,

pseudomonas, enterobacter.

5. Biopsi Pleura.

Dapat menunjukkan 50%-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura.

Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada

dinding dada.

Diagnosis Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan jika pasien mengeluh sesak napas yang sebelumnya diawali dengan batuk-batuk lebih kurang selama 3 bulan. Batuk berdahak bewarna putih, tidak ditemukan adanya darah. Pasien mengeluh batuk yang dirasakan semakin berat dan dahak yang keluar semakin lama semakin banyak dan disertai dengan adanya sesak napas. Pasien juga mengeluh kurang napsu makan sehingga berat badan pasien menurun. Pasien mengatakan juga memiliki riwayat TB paru lebih kurang 1 tahun yang lalu tapi sudah dinyatakan sembuh.

Pemeriksaan Fisik- Paru-paru

I : Statis,dinamis simetris kanan dan kiri,

P : Stemfremitus kanan > kiri

P : Sonor pada lapangan paru kanan, redup pada lapangan paru kiri

A: Vesikuler (+) normal pada paru kanan, vesikuler (+) melemah pada paru kiri,

wheezing (-), ronkhi basah sedang pada lapangan paru kiri.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Darah Rutin (10 februari 2015)

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hb 10,8 gr/dl 14-18 g/dl

Ht 32 vol% 40-48 vol%

Leukosit 10.200 /mm3 5000-10.000/mm3

LED 63 mm/jam L < 10 mm/jam, P < 15

mm/jam

Hitung jenis 0/3/0/81/11/5 0-1/1-3/2-6/50-70/20-

40/2-8

Pemeriksaan Rontgen Thorax PA

Plan :

Diagnosis : Efusi Pleura Sinistra e.c TB ParuPenatalaksanaan:

MRS Bed rest O2 4-5 lpm IVFD RL gtt 20/makro Inj. Ceftriaxone 2x1 mg iv Inj. Dexametasone 3x1 iv Ambroxol tab 3x1 Vitamin B-comp 1x1 Rencana Pemeriksaan Dan Tindakan

o Foto Thorax PA dan Lateral ulang

o Thorakosentesis

o Pemasangan WSD

o Pemeriksaan sputum (BTA)

Prognosis: Quo ad vitam : bonamQuo ad functionam : dubia ad bonamQuo ad sanationum : dubia

Follow UpHari Rabu, 11 Februari 2015Subjektif : bengkak seluruh badanObjektif : TD: 150/100 N= 82x/menit , RR = 18 x/menit , T= afebris , BB=50kgMata : edema palbebra (+/+)

Thorax : simetris, retraksi (-)Cor : BJ I/II n, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+), eskpirasi memanjang, Rh(+) basah halus, Wh(-)Abdomen : asites (+)Ekstrimitas : edema ekstremitas atas dan bawahSkrotum : edema (+)Assessment: Sindrom NefrotikPlan:

Diet Protein IVFD RL gtt 20/makro Inj. Ceftriaxone 2x1 mg iv Inj. furosemid 2x1 amp Captoptil tab 2x12,5 mg Metilprednisolon (5-3-3) Simvastatin tab 3x1

Hari Jumat, 30 Mei 2014Subjektif : bengkak seluruh badanObjektif : TD: 130/90 N= 82x/menit , RR = 18 x/menit , T= afebris , BB=50kgMata : edema palbebra (+/+)Thorax : simetris, retraksi (-)Cor : BJ I/II n, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+), eskpirasi memanjang, Rh(+) basah halus, Wh(-)Abdomen : asites (+)Ekstrimitas : edema ekstremitas atas dan bawahSkrotum : edema (+)Assessment: Sindrom NefrotikPlan:

Diet Protein IVFD RL gtt 20/makro Inj. Ceftriaxone 2x1 mg iv Inj. furosemid 2x1 amp Captoptil tab 2x12,5 mg Metilprednisolon (5-3-3) Simvastatin tab 3x1

Hari Sabtu, 31 Mei 2014Subjektif : bengkak seluruh badanObjektif : TD: 120/80 N= 82x/menit , RR = 18 x/menit , T= afebris , BB=50kgMata : edema palbebra (+/+) (berkurang)Thorax : simetris, retraksi (-)Cor : BJ I/II n, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+), eskpirasi memanjang, Rh(+) basah halus, Wh(-)Abdomen : asites (+)Ekstrimitas : edema ekstremitas atas dan bawah (berkurang)Skrotum : edema (+) (berkurang)

Assessment: Sindrom NefrotikPlan:

Diet Protein IVFD RL gtt 20/makro Inj. Ceftriaxone 2x1 mg iv Inj. furosemid 2x1 amp Captoptil tab 2x12,5 mg Metilprednisolon (5-3-3) Simvastatin tab 3x1

Hari Minggu , 1 Juni 2014Subjektif : bengkak seluruh badanObjektif : TD: 130/90 N= 82x/menit , RR = 18 x/menit , T= afebris , BB=50kgMata : edema palbebra (+/+) (berkurang)Thorax : simetris, retraksi (-)Cor : BJ I/II n, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+), eskpirasi memanjang, Rh(+) basah halus, Wh(-)Abdomen : asites (+)Ekstrimitas : edema ekstremitas atas dan bawah (berkurang)Skrotum : edema (+) (berkurang)Assessment: Sindrom NefrotikPlan:

Diet Protein IVFD RL gtt 20/makro Inj. Ceftriaxone 2x1 mg iv Inj. furosemid 2x1 amp Captoptil tab 2x12,5 mg Metilprednisolon (5-3-3) Simvastatin tab 3x1 Cek ulang urin rutin

Hari Senin, 2 Mei 2014Subjektif : bengkak seluruh badanObjektif : TD: 120/80 N= 82x/menit , RR = 18 x/menit , T= afebris , BB=50kgMata : edema palbebra (+/+) (berkurang)Thorax : simetris, retraksi (-)Cor : BJ I/II n, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+), eskpirasi memanjang, Rh(+) basah halus, Wh(-)Abdomen : asites (+)Ekstrimitas : edema ekstremitas atas dan bawah (berkurang)Skrotum : edema (+) (berkurang)Assessment: Sindrom NefrotikPlan:

Diet Protein IVFD RL gtt 20/makro Inj. Ceftriaxone 2x1 mg iv Inj. furosemid 1x1 amp Captopril tab 2x12,5 mg Metilprednisolon (4-3-3) Simvastatin tab 3x1

Hasil urin rutin :Protein : ++ (+2)

Hari Rabu, 3 Juni 2014Pasien Pulang Paksa

4.