Case Hipokalemia
-
Upload
nuristy-fauzia-ulhaq-pribadi -
Category
Documents
-
view
249 -
download
5
description
Transcript of Case Hipokalemia
LAPORAN KASUS
HIPOKALEMIA
Disusun oleh :
Fierda Ovita Azhari
030.11.101
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RS BUDHI ASIH
PERIODE 19 OKTOBER – 25 DESEMBER 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus
dengan judul “Hipokalemia”. Laporan kasus ini diajukan dalam rangka melaksanakan tugas
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih periode
19 oktober-27 desember. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih atas bantuan dan kerja sama yang telah diberikan selama penyusunan laporan kasus ini,
kepada dr.Ariestina, SpPD selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis
mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak agar laporan kasus
ini dapat menjadi lebih baik dan berguna bagi semua pihak yang membacanya. Penulis
memohon maaf sebesar-besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam
laporan kasus ini.
Jakarta, November 2015
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
Ruang rawat : 707
Tanggal masuk RS : 22 Oktober 2015
1.1 Identitas Pasien
RM : 63.15.89
Nama : Ny.D
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 55 th
Alamat : Jl. Otista 82 RT010/06, Jakarta Timur
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di ruang 706 lantai 7 RS
Budhi Asih pada 27 Oktober 2015 pukul 12.00
Keluhan Utama :
Nyeri ulu hati 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Keluhan Tambahan :
Badan terasa lemas, kaki tidak bisa berjalan, mual, terkadang muntah sehabis makan.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Pasien datang ke RS Budhi Asih pada tanggal 21 oktober 2015 karena adanya keluhan
nyeri ulu hati. Keluhan diakui pasien sudah dirasa sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit disertai rasa mual,dan terkadang muntah. Pasien juga merasa badan semakin lemas
sehingga pasien tidak bisa bangun dari tempat tidur dan tidak bisa berjalan. Selain itu
pasien juga mengatakan pada punggung kanan terdapat benjolan kecil-kecil yang terasa
sakit. Keluhan demam disangkal, buang air besar dan buang aik kecil normal. Pasien
mengatakan susah menelan, diakui pasien memiliki penyakit hipertiroid yang sudah
terdiagnosis sejak bulan april 2015 namun tidak mendapatkan pengobatan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus tipe 2 sejak ±10 tahun
yang lalu dan sudah tidak minum obat selama 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal bahwa di keluarganya ada yang mengalami hal serupa.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum meminum obat apapun untuk mengatasi keluhan
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku tidak memiliki kebiasaan merokok dan meminum alkohol.
Anamnesis menurut sistem :
Umum : Pasien sadar, tampak sakit sedang
Kulit : Tidak ada keluhan
Kepala : Nyeri kepala (+)
Mata : Tidak ada keluhan
THT : Tidak ada keluhan
Leher : Teraba tiroid membesar
Thoraks : Tidak ada keluhan
Abdomen : Nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+)
Saluran kemih : Tidak ada keluhan
Genital : Tidak ada keluhan
Ekstremitas : Tidak ada keluhan
1.3 Pemeriksaan Fisik (21/10/2015)
Keadaan Umum Tampak Sakit Sedang
Kesadaran Compos Mentis
Tanda Vital
TD : 90/60 mmHg
HR : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,8◦C
Status Gizi
BB : 35 kg
TB : 145 cm
BMI : 16,6 (kurang)
Status Generalis
Kepala
Mata Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-),
pupil isokor (+/+), refleks cahaya langsung dan tidak
langsung (+/+)
Hidung Bentuk normal, sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-/-),
deviasi septum (-/-), hipertrofi konka (-/-)
Telinga Bentuk normal, nyeri tarik (-/-), nyeri tekan (-/-), sekret
(-/-), serumen (-/-)
Mulut Mukosa bibir merah muda, sianosis (-), pucat (-), oral
hygine baik, faring hiperemis (-), tonsil T1/T1, dendritus
(-), uvula di tengah, coated tongue (-)
Leher Pembesaran kelenjar tiroid (+)
Thoraks Inspeksi
Pada punggung dada bagian belakang tampak vesikel
berwarna sewarna kulit
Palpasi
Paru : Vocal fremitus kanan/kiri sama kuat
Jantung : Ictus cordis teraba pada ICS IV 1 cm medial
garis midklavicularis sinistra
Perkusi
Paru kanan/kiri sonor
Batas paru - hepar : ICS VI garis midclavicularis
dextra, peranjakan pada ICS VII garis midclavicularis
dextra
Batas paru - jantung kanan : ICS II-ICS IV linea para
sternalis dextra
Batas paru - jantung kiri : ICS VI linea midclavicularis
sinistra
Batas paru - atas jantung : ICS II linea parasternalis
sinistra
Auskultasi
Paru : Suara napas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing
-/-
Jantung : S1>S2, irama regular 80x/menit, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen Inspeksi
Perut mendatar, simetris, sagging of the flanks (-)
Warna kulit sawo matang, tidak ada kemerahan,
efloresensi yang bermakna (-)
Auskultasi
Bising usus terdengar, 2x/menit
Perkusi :
Timpani pada keempat kuadran abdomen
Shifting dullness (-)
Palpasi
Dinding perut supel
Nyeri tekan pada regio epigastrium (+), nyeri
hipokondrium sinsitra dan dextra, serta region
umbilical (-)
Tidak terdapat pembesaran hepar maupun lien
Genitalia Tidak dilakukan
Ekstremitas Inspeksi
Warna kulit sawo matang, tidak ada efloresensi
bermakna
Tidak terdapat deformitas pada ekstremitas atas dan
bawah
Tidak terdapat oedem pada ekstremitas atas dan bawah
Palpasi
Akral teraba hangat
Oedem pada kedua ekstremitas bawah (-)
Nyeri tekan (-)
CRT < 2s
1.4 Pemeriksaan Penunjang
21-10-2015
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Leukosit 9,7 ribu/dL 3.8 – 10.6
Eritrosit 3.7 * juta/mcL 4.7 – 5.9
Hb 9,1* g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 28* % 40 – 52
Trombosit 346 ribu/mcL 150 – 440
MCV 77,0 fL 80 – 100
MCH 24,9* pg 26 – 34
MCHC 32,4 g/dL 32 – 36
RDW 12,2 % <14
Kimia klinik
METABOLISME KARBOHIDRAT
Gula darah sewaktu 407 * mg/dL <110
GINJAL
Ureum 42 mg/dL 13-43
Creatinin 1,89 * mg/dL <1,1
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
Natrium (Na) 135 mmol/L 135-155
Kalium (K) 1,7 * mmol/L 3,6-5,5
Klorida (Cl) 96 * mmol/L 98-109
1. 5 Ringkasan
Pasien datang ke RS Budhi Asih pada tanggal 21 oktober 2015 karena adanya keluhan
nyeri ulu hati. Keluhan diakui pasien sudah dirasa sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit disertai rasa mual,dan terkadang muntah. Pasien juga merasa badan semakin lemas
sehingga pasien tidak bisa bangun dari tempat tidur dan tidak bisa berjalan. Selain itu
pasien juga mengatakan pada punggung kanan terdapat benjolan kecil-kecil yang terasa
sakit. Keluhan demam disangkal, buang air besar dan buang aik kecil normal. Pasien
mengatakan susah menelan, diakui pasien memiliki penyakit hipertiroid yang sudah
terdiagnosis sejak bulan april 2015 namun tidak mendapatkan pengobatan.
Pemeriksaan fisik didapatkan conjungtiva mata anemis,pada pemeriksaan palpasi
leher didapatkan pembesaran kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan palpasi abdomen
didapatkan nyeri tekan pada reio epigastrium. Hasil pemeriksaan penunjang yang
dilakukan tanggal 21 oktober 2015 didapatkan pada hail pemeiksaan darah di penurunan
nilai eritrosit (3,7 juta/mcL), Hb (9,1 g/dL), Ht (28%). Pada pemeriksaan gula darah
sewaktu didapatkan peningkatan yang sangat tinggi (407 mg/dL). Pada pemeriksaan
ginjal didapatkan penurununan niai kreatinin (1,89 mg/dL). Hasil pemeriksaan elektrolit
serum didapatkan penurunan nilai kalium (1,7 mmol/L) dan klorida (96 mmol/L).
1.6 Daftar masalah
Dyspepsia
Hipokalemia
Diabetes Melitus tipe II
Anemia
Penyakit ginjal akut
Impetigo bulosa
Hipertiroid
1.7 Rencana diagnostik pada setiap masalah
1. Dyspepsia
a. Pemeriksaan darah rutin
2. Hipokalemia
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan elektrolit serum
3. Diabetes Melitus tipe II
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan Gula darah
4. Anemia
a. Pemeriksaan darah rutin
5. Penyakit ginjal akut
a. Pemeriksaan darrah lengkap
b. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin
6. Impetigo bulosa
a. Pemeriksaan darah rutin
7. Struma
a. Pemeriksaan hormon T3, T4,TSH
1.8 Analisis Masalah
Masalah pada pasien ini adalah Dispepsia, Hipokalemia, Diabetes mellitus tipe 2,
Anemia, penyakit ginjal akut, impetigo bulosa dan Struma.
1. Dispepsia
Dispepsia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan nyeri ulu sudah dirasa sejak
3 hari sebelum masuk rumah sakit disertai rasa mual,dan terkadang muntah. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, tanda vital didapatkan
adanya peningkatan suhu yaitu 39◦C dan pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri
tekan pada regio epigastrium. Dari hasil pemeriksaan penunjang pemeiksaan darah
didapatkan penurunan nilai eritrosit (3,7 juta/mcL), Hb (9,1 g/dL), Ht (28%).
2. Hipokalemia
Hipokalemia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis pasien mengeluhkan badannya terasa lemas
hingga tidak bisa berjalan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kekuatan otot keempat
ekstremitas pasien minimal. Pasien juga merasa tidak mampu untuk banyak
menggerakkan ekstremitas karena merasa lemas. Pada pemeriksaan darah rutin
didapatkan penurunan nilai eritrosit (3,7 juta/mcL), Hb (9,1 g/dL), Ht (28%).
Sedangkan pada pemeriksaan kadar elektrolit serum didapatkan penurunan nilai
kalium (1,7 mmol/L) dan klorida (96 mmol/L).
3. Anemia
Anemia didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien merasa lemas. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan sclera yang anemis. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan penurunan
nilai eritrosit (3,7 juta/mcL), Hb (9,1 g/dL), Ht (28%).
4. Penyakit ginjal akut
Penyakit ginjal akut didapatkan pada hasil pemeriksaan penunjang. Didapatkan
peningkatan nilai kreatinin pasien meningkat (1,89).
5. Impetigo bullosa
Impetigo bullosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan adanya
benjolan yang terasa sakit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan benjolan berukuran
kecil yang terdapat pada punggung kiri pasien. Namun pada pemeriksaan penunjang
didapatkan leukosit tidak terlalau meningkat.
6. Struma
Struma ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis
didapatkan pasien mengeluh sulit menelan dan terasa ada benjolan di leher. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan benjolan pada leher yang ikut bergerak ketika pasien
menelan. Keluhan sudah dirasakan pasien sejak ±7 bulan yang lalu namun pasien
tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut. Disarankan untuk
melakukan pemeriksaan hormone T3, T4 dan TSH untuk memastikan diagnostik.
1.9 Penatalaksanaan:
Pada pasien ini terapi yang telah diberikan untuk mengataasi masalah adalah:
Dyspepsia
Tirah baring
IVFD NaCl 0.9%
Hipokalemia
Tirah baring
Pemberian makanan dengan gizi cukup
KSR 3X1 tablet
IVFD NaCl 0,9% + KCl 25 mEq/8 jam
Diabetes Melitus tipe II
Apidra inj 3x8u
Metformin 2x500mg
KSR 3x1 tablet
Glimepirid 1x1mg
Anemia
Tirah baring
Pemberian makanan dengan gizi cukup
Penyakit ginjal akut
Tirah baring
Batasi asupan cairan
Pemberian makanan dengan gizi yang cukup
Impetigo bulosa
Lincomicin 3x1 tablet
Mupirocin zalf 2x/hari setiap habis mandi
Struma
Tirah baring
Pemberian makanan dengan gizi yang cukup
1.10 Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam
Follow Up
22/10/2015
S Badan terasa lemas, nyeri ulu hati berkurang, benjolan di punggung terasa
sakit
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/70 | 88x/m | 20x/m | 38,8◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (+) dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/
Pemeriksaan Laboratorium
Gula darah sewaktu 06.00 : 231 mg/dL
Gula darah sewaktu 12.00 : 298 mg/dL
Gula darah sewaktu 18.00 : 86 mg/dL
Gula darah sewaktu 00.00 : 413 mg/dL
Leukosit / Eritrosit / Hb / Ht / Trombosit = 9,9 / 3,5↓ /9,2↓ / 27↓ / 381
Ureum/kreatinin: 34/1,56↓
Na/K/Cl: 146/2,2↓/106
- Diabetes Melitus tipe II
- Anemia
- Hipokalemia
- Penyakit ginjal kronik
- Impetigo bulosa
- Hipertiroid
P Medikamentosa
IVFD NaCl+KCl 40 mEq/8 jam
KSR 3x1
Metformin 3x500mg
Lincomycin 3x1tab
Non Medikamentosa
Tirah baring
Konsumsi makanan cukup gizi
Banyak minum air putih
Pemeriksaan gula darah/6 jam
Konsultasi spesialis kulit
23/10/2015
S Lemas, sesak napas, nyeri ulu hati (-), benjolan mengering
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 130/70 | 88x/m | 20x/m | 36,6°C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (+)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/
Pemeriksaan Laboratorium
Gula darah sewaktu 06.00 : 345 mg/dL
Gula darah sewaktu 12.00 : 81 mg/dL
Gula darah sewaktu 16.00 : 276 mg/dL
A - Diabetes Melitus tipe II
- Anemia
- Hipokalemia
- Penyakit ginjal kronik
- Impetigo bulosa
- Hipertiroid
P Medikamentosa
IVFD NaCl+KCl 25 mEq/8 jam
KSR 3x1
Lincomycin 3x1tab
Mupirocin zalf 2x/hari setiap habis mandi
Inj apidra 3x8u
Non Medikamentosa
Tirah baring
Konsumsi makanan cukup gizi
Pemeriksaan gula darah perhari
24/10/2015
S Lemas, sakit kepala, benjolan terasa gatal
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/80 | 82x/m | 18x/m | 36,6°C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (+)Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler,
murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/
Pemeriksaan Laboratorium
Gula darah sewaktu 06.00 : 272 mg/dL
Gula darah sewaktu 11.00 : 221 mg/dL
Gula darah sewaktu 16.00 : 137 mg/dL
Na/K/Cl: 146/2,4↓/105
A - Diabetes Melitus tipe II
- Anemia
- Hipokalemia
- Penyakit ginjal kronik
- Impetigo bulosa
- Hipertiroid
P Medikamentosa
IVFD NaCl+KCl 25 mEq/8 jam
KSR 3x1
Lincomycin 3x1tab
Mupirocin zalf 2x/hari setiap habis mandi
Inj apidra 3x8u
Non Medikamentosa
Tirah baring
Konsumsi makanan cukup gizi
Pemeriksaan gula darah perhari
26/10/2015
S Pusing, tangan dan kaki terasa kram terutama ketika bangun pagi hari
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/70 | 84x/m | 22x/m | 36,6°C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (+) dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/
Pemeriksaan Laboratorium
Gula darah sewaktu 06.00 : 320 mg/dL
Gula darah sewaktu 11.00 : 283 mg/dL
Gula darah sewaktu 16.00 : 245 mg/dL
Na/K/Cl: 145/3,1↓/110↓
A - Diabetes Melitus tipe II
- Anemia
- Hipokalemia
- Penyakit ginjal kronik
- Impetigo bulosa
- Hipertiroid
P Medikamentosa
IVFD NaCl+KCl 25 mEq/8 jam
KSR 3x1
Lincomycin 3x1tab
Metformin 2x500mg
Mupirocin zalf 2x/hari setiap habis mandi
Non Medikamentosa
Tirah baring
Konsumsi makanan cukup gizi
Pemeriksaan gula darah perhari
27/10/2015
S Pusing, tangan dan kaki terasa kram terutama ketika bangun tidur di pagi hari
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos Mentis
TV : 90/60 | 60x/m | 21x/m | 37,4◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (+) dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/
Pemeriksaan Laboratorium
Gula darah sewaktu 06.00 : 271 mg/dL
Na/K/Cl : 147/3,6/109
A - Diabetes Melitus tipe II
- Anemia
- Hipokalemia perbaikan
- Penyakit ginjal kronik
- Impetigo bulosa
- Hipertiroid
P Medikamentosa
IVFD NaCl+KCl 25 mEq/8 jam
KSR 3x1
Lincomycin 3x1tab
Metformin 2x500mg
Glimepirid 1x1mg
Mupirocin zalf 2x/hari setiap habis mandi
Non Medikamentosa
Tirah baring
Konsumsi makanan cukup gizi
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
HIPOKALEMIA
2.1 Definisi
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah dibawah 3.5
mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total di tubuh atau adanya
gangguan perpindahan ion kalium ke sel-sel. Penyebab yang umum adalah karena kehilangan
kalium yang berlebihan dari ginjal atau jalur gastrointestinal.1
2.2 Etiologi
Secara garis besar penyebab Hipokalemia adalah 1). Intake yang berkurang,
2).Pengeluaran yang banyak, 3).Perpindahan kalium ke sel akibat alkalosis.2
Selain itu, penyebab hypokalemia lainnya didapatkan pada keadaan:
Deplesi Kalium
Hipokalemia juga bisa merupakan manifestasi dari deplesi cadangan kalium tubuh.
Dalam keadaan normal, kalium total tubuh diperkirakan 50 mEq/kgBB dan kalium plasma
3,5--5 mEq/L. Asupan K+ yang sangat kurang dalam diet menghasilkan deplesi cadangan
kalium tubuh. Walaupun ginjal memberi tanggapan yang sesuai dengan mengurangi ekskresi
K+, melalui mekanisme regulasi ini hanya cukup untuk mencegah terjadinya deplesi kalium
berat. Pada umumnya, jika asupan kalium yang berkurang, derajat deplesi kalium bersifat
moderat. Berkurangnya asupan sampai <10 mEq/hari menghasilkan defisit kumulatif sebesar
250 s.d. 300 mEq (kira-kira 7-8% kalium total tubuh) dalam 7—10 hari.3 Setelah periode
tersebut, kehilangan lebih lanjut dari ginjal minimal. Orang dewasa muda bisa mengkonsumsi
sampai 85 mmol kalium per hari, sedangkan lansia yang tinggal sendirian atau lemah
mungkin tidak mendapat cukup kalium dalam diet mereka.1
Redistribusi ke Sel
Alkalosis metabolik banyak berhubungan dengan hipokalemia dimana kalium
mengalami redistribusi kembali ke dalam sel atau pengeluaran banyak kalium lewat ginjal.4
Ekskresi kalium meningkat pada keadaan dieresis osmotic, sehingga pada pasien ketoasidosis
diabetic dapat terjadi kekurangan kalium.Zat terlarut yang dapat menyebabkan poliuria ialah
glukosa dan anion asam-asam keton.Asidosis dan kekurangan insulin menyebabkan kalium
berpindah ke ekstrasel sebagai pertukaran ion H+ ke intrasel dalam rangka kompensasi
asidosis.Maka yang terlihat adalah kalim serum tetap berada dalam batas normal, meskipun
kalium tubuh total menurun oleh karena secara kalium akan tetap dieliminasi oleh ginjal
secara kontinyu. Koreksi ketoasidosis diabetikum juga dapat mengakibatkan hipokalemia
karena induksi insulin.Insulin menyebabkan peningkatan perangsangan pada pompa Na-K-
ATP-ase. Pada keadaan yang lain seperti hiperglikemia yang tak terkontrol, dapat
menyebabkan hipokalemia karena osmosis dieresis (yang selanjutnya menyebabkan poliuria
– peningkatan laju aliran urin).4
Katekolamin yang menginduksi stress, atau penggunaan agonis B2 adrenergik akan
meningkatkan kemampuan ambilan sel terhadap kalium dan menstimulasi sekresi insulin dari
sel-sel beta pancreas. Paralisis periodic karena hipokalemia merupakan suatu kondisi ditandai
oleh kelemahan atau paralisis berulang yang episodik.5
Kehilangan K+ Melalui Jalur Ekstra-renal
Kehilangan melalui feses (diare) dan keringat bisa terjadi bermakna. Pencahar dapat
menyebabkan kehilangan kalium berlebihan dari tinja. Ini perlu dicurigai pada pasien-pasien
yang ingin menurunkan berat badan. Beberapa keadaan lain yang bisa mengakibatkan deplesi
kalium adalah drainase lambung (suction), muntah-muntah, fistula, dan transfusi eritrosit.1
Kehilangan K+ Melalui Ginjal
Diuretik boros kalium dan aldosteron merupakan dua faktor yang bisa menguras cadangan
kalium tubuh. Tiazid dan furosemid adalah dua diuretik yang terbanyak dilaporkan
menyebabkan hipokalemia.1
Obat-obatan lain yang dapat menyebabkan hypokalemia adalah1:
Endokrin atau Hormonal
Aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu dari sistem
endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat menyebabkan kehilangan
kalium.1 Tingginya kadar hormone glukokortikoid dapat memengaruhi efek
mineralokortikoid (aldosteron) sehingga terjadi hipokalemia. Dengan demikian hipokalemia
dapat terjadi pada sindroma Cushing atau pada pemberian pengobatan kortikosteroid
eksogen.Beberapa antibiotic, seperti karbenisilin dapat menyebabkan terjadinya hipokalemia
dengan bekerja sebagai anion dan meningkatkan ekskresi kalium.Deplesi magnesium juga
dapat mengakibatkan deplesi kalium melalui urin dan feses meskipun mekanismenya belum
sepenuhnya diketahui. Hipomagnesemia dan hipokalemia sering terjadi bersamaan pada
peminum alkohol.5
Derajat Hipokalemia
Hipokalemia moderat didefinisikan sebagai kadar serum antara 2,5--3 mEq/L,
sedangkan hipokalemia berat didefinisikan sebagai kadar serum < 2,5 mEq/L. Hipokalemia
yang < 2 mEq/L biasanya sudah disertai kelainan jantung dan mengancam jiwa.6
2.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis hipokalemia sangat bervariasi di tiap-tiap individu, dan
keparahannya tergantung dari derajat hipokalemia yang terjadi. Gejala biasanya jarang
terlihat jelas kecuali pada konsentrasi kalium <3 mmol/L. Fatigue, mialgia, dan kelemahan
otot pada ekstrimitas inferior merupakan keluhan yang lazim dan disebabkan oleh potensial
membrane istirahat yang dalam (hampir negative). Parastesia dan menurunnya refleks tendon
dalam adalah tanda-tanda lainnya. Keparahan lebih lanjut dari hipokalemia dapat
menyebabkan kelemahan progresif, hipoventilasi oleh karena keterlibatan otot pernapasan,
dan akhirnya terjadi paralisis komplit. Fungsi otot polos juga akan terganggu dan
dimanifestasikan sebagai ileus paralitik dan distensi abdomen (kembung).2
2.4 Diagnosis Hipokalemia
Anamnesis mengenai riwayat muntah berulang dan pemakaian obat-obatan diuretic
terkadang menyulitkan namun harus disingkirkan. Pertama-tama pastikan bahwa
pseudohipokalemia disingkirkan.Pseudohipokalemia terjadi karena ambilan kalium oleh
leukosit-leukosit abnormal, biasanya ditemukan pada penderita leukemia. Kedua,
pertimbangkan kemungkinan terjadi redistribusi kalium dari ekstra ke intrasel atau tidak yang
bertanggungjawab atas kejadian hipokalemia.2
Jika kedua hal diatas tidak mungkin, maka pertinbangkan apakah pasien memiliki
riwayat diet rendah kalium atau tidak. Jika tidak ada masalah, maka kemungkinan terjadi
eliminasi kalium dari kulit, traktus intestinal atau dari ekskresi ginjal. Pengeluaran kalium
lewat keringat dapat ditegakkan melalui anamnesis, apakah pasien sudah lama terpajan dan
beraktivitas dibawah lingkungan yang panas dan kering sehingga mudah berkeringat
banyak.Riwayat diare, muntah berulang, juga harus digali untuk mengkonfirmasi adakah
kemungkinan deplesi kalium lewat traktus gastrointestinal atau tidak, namun, bagaimana pun
pemeriksaan feses lengkap perlu dilakukan untuk menyokong diagnosis.Jika tidak mungkin,
maka perlu adanya dugaan pengeluaran kalium lewat ginjal.
Deplesi kalium lewat ginjal yang paling lazim terjadi adalah penggunaan lama obat-
obatan diuretic, juga adanya riwayat sakit liver, jantung, atau sindroma nefrotik.. Penyebab-
penyebab yang jarang lainnya mengenai kehilangan kalium lewat ginjal adalah RTA,
ketoasidosis diabetikum. Yang terakhir adalah penyebab hipokalemia karena
hiperaldosteronisme primer. 2
2.5 Penatalaksanaan Hipokalemia
Untuk bisa memperkirakan jumlah kalium pengganti yang bisa diberikan, perlu
disingkirkan dulu faktor-faktor selain deplesi kalium yang bisa menyebabkan hipokalemia,
misalnya insulin dan obat-obatan. Status asam-basa mempengaruhi kadar kalium serum.
Jumlah Kalium
Walaupun perhitungan jumlah kalium yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan
tidak rumit, tidak ada rumus baku untuk menghitung jumlah kalium yang dibutuhkan pasien.
Namun, 40—100 mmol K+ suplemen biasa diberikan pada hipokalemia moderat dan berat.
Pada hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L) diberikan KCl oral 20 mmol per hari dan
pasien dianjurkan banyak makan makanan yang mengandung kalium. KCL oral kurang
ditoleransi pasien karena iritasi lambung. Makanan yang mengandung kalium cukup banyak
dan menyediakan 60 mmol kalium.7
Kecepatan Pemberian Kalium Intravena
Kecepatan pemberian tidak boleh dikacaukan dengan dosis. Jika kadar serum > 2
mEq/L, maka kecepatan lazim pemberian kalium adalah 10 mEq/jam dan maksimal 20
mEq/jam untuk mencegah terjadinya hiperkalemia. Pada anak, 0,5—1 mEq/kg/dosis dalam 1
jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.
Pada kadar < 2 mEq/L, bisa diberikan kecepatan 40 mEq/jam melalui vena sentral dan
monitoring ketat di ICU. Untuk koreksi cepat ini, KCl tidak boleh dilarutkan dalam larutan
dekstrosa karena justru mencetuskan hipokalemia lebih berat.
a. Koreksi Hipokalemia Perioperatif
KCL biasa digunakan untuk menggantikan defisiensi K+, karena juga biasa
disertai defisiensi Cl-.
Jika penyebabnya diare kronik, KHCO3 atau kalium sitrat mungkin lebih
sesuai.
Terapi oral dengan garam kalium sesuai jika ada waktu untuk koreksi dan
tidak ada gejala klinik.
Penggantian 40—60 mmol K+ menghasilkan kenaikan 1—1,5 mmol/L dalam
K+ serum, tetapi ini sifatnya sementara karena K+ akan berpindah kembali ke
dalam sel. Pemantauan teratur dari K+ serum diperlukan untuk memastikan
bahwa defisit terkoreksi.
b. Kalium iv
KCl sebaiknya diberikan iv jika pasien tidak bisa makan dan mengalami
hipokalemia berat.
Secara umum, jangan tambahkan KCl ke dalam botol infus. Gunakan sediaan
siap-pakai dari pabrik. Pada koreksi hipokalemia berat (< 2 mmol/L),
sebaiknya gunakan NaCl, bukan dekstrosa. Pemberian dekstrosa bisa
menyebabkan penurunan sementara K+ serum sebesar 0,2—1,4 mmol/L
karena stimulasi pelepasan insulin oleh glukosa.
Infus yang mengandung KCl 0,3% dan NaCl 0,9% menyediakan 40 mmol
K+ /L. Ini harus menjadi standar dalam cairan pengganti K+.
Volume besar dari normal saline bisa menyebabkan kelebihan beban cairan.
Jika ada aritmia jantung, dibutuhkan larutan K+ yang lebih pekat diberikan
melalui vena sentral dengan pemantauan EKG. Pemantauan teratur sangat
penting. Pikirkan masak-masak sebelum memberikan > 20 mmol K+/jam.
Konsentrasi K+ > 60 mmol/L sebaiknya dihindari melalui vena perifer, karena
cenderung menyebabkan nyeri dan sklerosis vena.
c. Diet Kalium
Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100
mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang,
aprikot, jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan kentang).
2.6 Prognosis
Dengan mengkonsumsi suplemen kalium biasanya dapat mengkoreksi hipokalemia.
Pada hipokalemia berat, tanpa penatalaksanaan yang tepat, penurunan kadar kalium secara
drastis dapat menyebabkan masalah jantung yang serius yang dapat berakibat fatal.8
BAB IV
KESIMPULAN
Hipokalemia adalah keadaan konsentrasi kalium plasma kurang dari 3,5 mmol/L.
Hanya 2% dari kalium tubuh yang berada di cairan ekstrasel sehingga kadar kalium serum
tidak mencerminkan kalium tubuh total. Prinsipnya, hipokalemia disebabkan oleh satu dari
yang berikut ini: 1). Intake yang berkurang, 2).Pengeluaran yang banyak, 3).Perpindahan
kalium ke intrasel akibat alkalosis.
. Diagnosis dapat cukup ditegakkan lewat anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
penunjang, terutama kadar kalium plasma yang menurun. Khasnya adalah, pasien akan
membaik dengan koreksi kalium.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Daryadi. Hiperkalemia dan Hipokalemia. Available at:
http://nsyadi.blogspot.com/2011/12/hiperkalemia-dan-hipokalemia.html.
Accessed on October 30rd 2015.
2. Longo, DL, Fauci AS, Kasper DL, et al. Harrison’s manual of medicine. 18th
ed. United States; McGraw-Hill Companies; 2013.p.10-20
3. Cohn JN, Kowey PR, Whelton PK, Prisant LM. New Guidelines for potassium
Replacement in Clinical Practice. Arch Intern Med 2000;160:2429-2436.
4. Palmer BF, Dubose TD. Disorders of potassium metabolism. In: Schrier RW,
editor. Renal and electrolyte disorders. 7th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2010. p. 137-64.
5. Lang F. Ginjal, keseimbangan air dan garam. Dalam: Sibernagl L, Lang F, ed.
Setiawan I, Muchtar I, terj. Teks dan atlas berwarna patofisiologi. Jakarta:
EGC;2006.p.94-9
6. Sriwaty A. Prevalensi dan Distribusi Gangguan Elektrolit Pada Lanjut Usia.
Available at: http://eprints.undip.ac.id/22684/1/Sriwaty.pdf. Accessed on
November 2nd 2015.
7. Halperin ML, Goldstein MB. Fluid Electrolyte and Acid-Base Physiology. A
problem-based approach. WB Saunders Co. 2nd ed., p 358
8. David C. Hypokalemia. Available at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000479.htm. Accessed on
October 3rd 2012.