Case Anestesi

download Case Anestesi

of 14

description

case

Transcript of Case Anestesi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI1. Kata pengantar ..

2. Daftar isi ..

3. Status pasien ..

4. Pembahasan kasus .

5. Kesimpulan

6. Daftar pustaka .

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus yang berjudul Anestesia umum dengan teknik intra vena salah satu syarat dalam melaksanakan kepanitraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Anestesi RSPAD Gatot Soebroto.

Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. sylvana SpAn, selaku pembimbing dalam pembuatan tugas ini dan berbagai pihak yang telah membantu pembuatan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini banyak terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, Januari 2008

Penyusun

STATUS PASIENI. IDENTITAS

Nama

: Ny. Sri A

Umur

: 31 tahun

Status Perkawinan : menikah

Jenis kelamin

: permpuan

Agama

: Islam

Berat Badan

: 98 kgTinggi Badan

: 165 cm

Tanggal masuk RS:

II. ANAMNESA

Autoanamnesis pada tanggal ......

Keluhan Utama :

Keluardarah seperti menstruasi sejak 1,5 bulan SMRS

Keluhan Tambahan :

Perut sebelah kiri terasa sakit

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan keluar darah seperti menstruasi sejak 1,5 bulan SMRS. Darah yang keluar diluar siklus haid dan dalam jumlah yang sedang terkadang berupa bercak-bercak di celana dalam, pasien juga mengeluhkan perut sebelah kiri terasa sakit sejak perdarahan itu timbul. Sebelumnya pasien tidak mengalami hal yang serupa, pusing (-).

Riwayat penyakit dahulu :

Penyakit jantung : disangkal

Hipertensi

: disangkal

DM

: disangkal

Alergi

: disangkal Asma

: disangkal

Riwayat penyakit keluarga :

Penyakit jantung : disangkal

Hipertensi

: disangkal

DM

: disangkal

Alergi

: disangkal Asma

: disangkal

Riwayat anestesi :

Disangkal

Riwayat kebiasaan :

Merokok : disangkal

Alkohol : disangkal

Narkotik : disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Frekwensi nafas : 22 x/menit

Suhu badan

: 36oC

Berat Badan

: 98 kg

Tinggi Badan

: 165 cm

Kepala

: Normocephal, rambut hitam distribusi merata

Mata

: Conjunctiva anemis, Sklera tidak ikterik

Mulut

: Mukosa basah, sianosis (-)

Thorax

: Cor : BJ I-II reguller, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-

Abdomen

: Supel, Nyeri tekan epigastrium (-), BU (+) normal, NT (+)

Extremitas

: Akral hangat, merah, kering, edem (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

V. DIAGNOSA KERJA

Metroragia

VI. DIAGNOSIS ANESTESI

Status fisik ASA I

VII. RENCANA KERJA

Kuretase bertingkat

VIII. RENCANA ANESTESI

Total Intra Vena Anestesi (TIVA)IX. PERSIAPAN ANESTESI

1. Mempersiapkan pasien

a. Inform consent

Bertujuan untuk memberitahukan kepada pasien tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien, bagaimana penatalaksanaannya, kemungkinan hasil dan resiko tindakan yang dilakukan.

b. Surat persetujuan

Merupakan bukti tertulis dari pasien atau keluarga pasien yang menunjukkan persetujuan akan tindakan medis yang akan dilaksanakan sehingga bila terjadi hal-halyang tidak diinginkan, keluarga pasien tidak akan mengajukan tuntutan.

c. Pasien berpuasa 8 jam sebelum operasi, sejak jam 4 pagi, merupakan tindakan pengosongan dan pembersihan saluran pencernaan untuk menghindari dan mencegah aspirasi isi lambung karena muntah selama anestesi.

d. Pembersihan wajah dan kuku pasien dari kosmetik agar tidak mengganggu pemeriksaan selsama anestesi, missal bila ada sianosis yang dapat terlihat dari kuku.

e. Pasien berada di ruang persiapan operasi dan mengenakan pakaian khusus operasi

f. Memantau keadaan praoperasi pasien seperti, tekanan darah, nadi, suhu tubuh.

2. Persipan alat-alat dan obat-obatan

Alat-alat :

Infus set + cairan infuse

Kapas alkohol, spuit dan plester

Lectrocardigrafi (EKG)

Alat monitoring saturasi oksigen

Sfigmomanometer digital

Nasal oksigen

Obat-obatan :

1. Premedikasi : Petidin

2. Induksi

: Ketalar

3. Maintenance: O2X. PENATALAKSANAAN ANESTESI

XI. POST OPERASI

PEMBAHASAN KASUS

Kata anestesi berasal dari bahasa yunani yang berarti keadaan tanpa sakit. Anestesilogi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi pemberian anestesi ataupun analgesi, pengawasan keselamatan pasien dioprasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi, dan penanggulangan nyeri menahun.4

Anestesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum. Pada anestesi lokal hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran, sedangkan pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran.4

Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversibel). Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesi, dan relaksasi otot. Cara pemberian anestesi umum : 41. Parenteral (intramuskular/intravena). Digunakan untuk tindakan yang singkatatau induksi anestesi. Umumnya diberikan tiopental, namun pada kasus tertentu dapat digunakan ketamin, diazepam, dll. Untuk tindakan yang lama anestesi parenteral dikombinasi dengan cara lain.

2. Parenteral. Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindakan singkat.

3. Anestesi inhalasi, yaitu anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestesi melalui udara pernafasan. Zat anestetik yang digunakan berupa campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anestetik tersebut tergantung dari tekanan parsial. Tekanan parsial dalam jaringan otak akan menentukan kekuatan daya anestesi, zat anestetika disebut kuat bila dengan tekanan parsial yang rendah sudah dapat memberi anestesi yang adekuat.

Kasus ini menggunakan teknik induksi intra vena, induksi intra vena paling banyak dikerjakan dan digemari, apalagi sudah terpasang jalur vena, karena cepat dan menyenagkan. Induksi inra vena hendaknya dikerjakan dengan hati-hati, perlahan, lembut dan terkendali. Obat induksi disuntikkan dalam kecepatan antara 30-60 detik. Selama induksi anesthesia, pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah harus diawasi dan selaludiberikan oksigen. Cara ini dikerjakan pada pasien yang kooperatif.1

Dalam kasus ini berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat diketahui bahwa keadaan pasien ASA I yaitu pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik dan pasien tidak memiliki penyakit sistemik.

Pada pasien akan dilakukan kuretase bertingkat dengan teknik anestesi total intra vena anestesi. Total intra vena anestesi merupakan penghantaran agent anestetik yang seluruhnya melalui jalur intra vena dan alasan dipilihnya teknik ini adalah karena tindakan kuretase adalah operasi minor dengan jangka waktu yang singkat.

Agen atau obat yang digunakan dalam anestesi dapat dikelompokkan menjadi1. Obat premedikasi, misalnya: anti muntah, anti nyeri, antisialogogue, sedasi, dll2. Obat induksi (dapat juga untuk obat pemeliharaan anestesi), yaitu obat yang digunakan untuk membuat pasien dari keadaan sadar menjadi tertidur/tidak sadar. Dapat dibagi menjadi obat inhalasi (misalnya halotan, isofluran, enfluran dan sevofluran) dan intravena. (misalnya: propofol, ketamin, tiopenthal, midazolam, dan etomidat)3. Pelumpuh otot, yang dibagi menjadi golongan depolarisasi (misalnya: suksinilkolin) dan nondepolarisasi (misalnya atracurium, rocuronium, vecuronium, dll)4. Analgetik. Dibagi golongan: opioid (misalnya fentanil, petidin), gas (N2O), dan NSAID.5. Untuk anestesi regional dan blok dipakai obat anestesi lokal seperti lidokain, bupivacain dan ropivacain.5

Obat anestesi yang digunakan : 1A. Premedikasi

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangundari anestesia diantaranya :

1. Meredakan kecemasan dan ketakutan

2. Memperlancar induksi anestesi

3. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

4. Meminimalkan jumlah obat anestetik

5. Mengurangi mual-muntah paska bedah

6. Menciptakan amnesia

7. Mengurangi isi cairan lambung

8. Mengurangi refleks yang membahayakan Obat yang diberikan adalah petidin dengan dosis 0,2-0,5 mg/kgBB. Pada pasien ini diberikan petidin dengan dosis ......, sesuai dengan berat badan pasien 98 kg.1Petidin

Petidin (meperidin, demerol) adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan morfin, tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama. Perbedaan dengan morfin sebagai berikut : 11. Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang lebih larut dalam air.

2. Metabolisme oleh hepar lebih cepat dan menghasilkan normepedipin, asam meperidinat dan asam normeperidinat. Normeperidin ialah metabolisme yang masih aktif memiliki sifat konvulsi dua kali lipat petidin, tetapi efek analgesinya sudah kurang 50 %. Kurang dari 10 % petidin dalam bentuk asli ditemukan dalam urine.

3. Petidin bersifat seperti atropin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan takikardia.

4. Seperti morfin ia menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi lebih ringan.

5. Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pasca bedah yang tak ada hubungannya dengan hipotermi dengan dosis 20-25 mg iv pada dewasa. Morfin tidak.

6. Lama kerja petidin lebih pendek dibandingkan morfin. (buku ungu hal 80-81)

a. Mekanisme kerja : Meperidin mengikat reseptor opioid, terutama reseptor kappa.3b. Efek : Meperidin menyebabkan depresi pernapasan sama seperti morfin, tetapi tidak ada efek yang bermakna terhadap kardiovaskular bila obat diberikan peroral. Pada pemberian intra vena (IV), meperidin menghasilkan suatu penurunan resistensi perifer dan meningkatkan aliran darah dan dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung. Sama seperti morfin, meperidin menyebabkan pembuluh darah serebral dilatasi, meningkatkan tekanan cairan serebrospinal, dan kontraksi otot polos (yang belakangan ini kurang besar dibandingkan morfin). Pada saluran cerna meperidin menghambat motilitas, dan pada penggunaan kronis mengakibatkan konstipasi. Meperidin tidak menyebabkan pinpoint pupil, tetapi menyebabkan pupil dilatasi karena mempunyai aktivitas seperti atropin.2,3c. Penggunaan terapi : Meperidin menimbulkan analgesia untuk semua tipe nyeri berat. Tidak seperti morfin, meperidin dalam klinik tidak berguna mengobati diare ataupun batuk. Meperidin kurang menyebabkan peningkatan retensi urine dibandingkan morfin.2,3d. Farmakokinetik : tidak seperti morfin, meperidin diabsorbsi dengan baik dalam saluran cerna dan berguna diberikan peroral, bila diperlukan analgesik kuat. Tetapi meperidin lebih sering diberikan secara intramuskular.obat ini mempunyai masa kerja 2 sampai 4 jam, lebih singkat dari pada morfin. Meperidin mengalami demetilasi N pada hati dan dieksresikan melalui urine.2,3 e. Efek samping : dosis besar meperidin menyebabkan tremor, kedutan otot, dan sangat jarang, konvulsi. Obat ini berbeda dengan opioid yang pada dosis besar menyebabkan dilatasi pupil dan menyebabkan reflekshiperaktif. Hipotensi yang berat dapat terjadi bila obat ini diberikan pada pasca operasi. 2,3B. Induksi Obat yang diberikan adalah ketalar. Dosis yang diberikan adalah sebanyak ...., .....................................................................................................................................................................................................................................

Ketamin

Ketamin, suatu anestetik nonbarbiturat kerja singkat, menginduksi suatu keadaan disosiasi dan penderita tampaknya bangun tetapi tidak sadar dan tidak merasa sakit. Anestesi disosiatif ini menimbulkan sedatif, amnesia, dan imobilitas. Ketamin merangsang pencurahan simpatetik pusat, yang pada saatnya, menyebabkan perangsangan jantung dan peningkatan tekanan darah dan curah jantung. Juga meningkatkan kadar ketekolamin dalam plasma dan meningkatkan aliran darah. Karena itu, ketamin digunakan bila depresi sirkulasi tidak dikehendaki. Sebaliknya, efek-efek ini meringankan penggunaan ketamin pada penderita hipertensi atau stroke. Obat ini adalah lipofilik dan memasuki sirkulasi otak sangat cepat, tetapi seperti barbiturat, obat ini diredistribusikan ke organ dan jaringan lain. Dimetabolisme di hati, tetapi dalam jumlah sedikit dieksresikan dalam bentuk tidak berubah. Ketamin terutama digunakan pada anak-anak dan dewasa muda untuk tindakan singkat, tetapi tidak digunakan secara luas, karena dapat meningkatkan aliran darah otak dan menimbulkan halusinasi pasca operasi (mimpi buruk).3Untuk induksi ketamin diberikan secara intra vena (IV) dengan dosis 2 mg/kgBB (1-4,5mg/kgBB) dalam waktu 60 detik ; stadium oprasi dicapai dalam 5-10 menit. Untuk mempertahankan anestesi dapat diberikan dosis ulangan setengah dosis semula. Ketamin IM untuk induksi diberikan 10mg/kgBB (6,5-13 mg/kgBB), stadium operasi terjadi dalam 12-25 menit.2Ketamin (ketalar) kurang digemari untuk induksi anestesi, karena saring menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, pasca anestesi dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk.1Kalau harus diberikan sebaiknya sebelumnya diberikan sedasi midasolam (dormikum) atau diazepam (valium) dengan dosis 0,1 mg/kg intravena dan untuk mengurangi salivasi diberikan sulfat atropin 0,01 mg/kg.1Midasolam

Merupakan golongan benzodizepin, menyebabkan sedasi dengan dosis pemberian 0,1 mg/kg IV. 1,3Sulfat Atropin

Dengan penggunaan dosis yang kecil atropin memberi efek menekan sekresi air liur, mukus bronkus dan keringat, dengan dosis pemberian 0,01 mg/kg.1,2Kebutuhan cairan

KESIMPULAN

Pasien adalah Ny. S, usia 31 tahun, status ASA I, dengan diagnosis metroragia, operasi yang akan dilakukan adalah kuretase bertingkat dan teknik anestesi yang dipilih adalah total intra vena anestesi. Obat-obatan yang dipilih adalah premedikasi dengan petidin, induksi dengan ketalar dan maintenance dengan O2. Menggunakan midasolam (hipnoz) dan sulfat atropin untuk mengatasi efek samping dari penggunaan ketalar. Dari penggunaan berbagai obat ini diperoleh efek analgesia dan sedasi.

Setelah oprasi selesai dipindahkan ke ruang pulih sadar dan berdasarkan kriteria skala pulih sadar menurut aldrettes score didapatkan nilai 9 yang bermakna pasien dapat dipindahkan keruangan.

Daftar Pustaka1. A. Latief Said, A. Suryadi KArtini, Dachlan M. Rusman. Petunjuk Praktis Anestesiologi; edisi kedua; FKUI; Jakarta; 2007. Hal 31, 34, 47, 80-81.

2. G. Ganiswara Sulistia. Farmako dan Terapi; edisi keempat; Bagian Farmakologi FKUI; Jakarta; 1995. Hal 50, 120, 197-198.

3. J. Mycek Mary, A. Harvey Richard, C. Champe Pamela. Farmakologi Ulasan Bergambar; edisi kedua; Jakarta; Widia Medika; 2001. Hal 117, 139.4. MansjoerArif, Suprohaita, Wardani Ika Wahyu, Setiowulan Wiwiek. Kapita Selekta Kedokteran; edisi ketiga; Jilid kedua; Jakarta; 2000. Hal 241-248.5. http ; //els. FK. UMY. Ac. Id/med/forum/discuss.php.PAGE 1