Anestesi Case s

60
BAB I PENDAHULUAN Anestesi sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran sangat berperan dalam mewujudkan tugas profesi dokter karena dapat mengurangi nyeri dan memberikan bantuan hidup. Kata anestesi berasal dari bahasa Yunani a = tanpa dan aesthesis = rasa/sensasi yang berarti keadaan tanpa rasa sakit. Sedangkan anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan meliputi pemberian anestesi ataupun analgesi, pengawasan keselamatan penderita yang mengalami pembedahan atau tindakan lainnya, pemberian bantuan hidup dasar, perawatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu anestesi lokal/regional, yang merupakan tindakan menghilangkan nyeri lokal tanpa disertai hilangnya kesadaran, dan anestesi umum yaitu keadaan ketidaksadaran yang reversible yang disebabkan oleh zat anestesi, disertai hilangnya sensasi sakit pada seluruh tubuh. Anestesi spinal merupakan salah satu macam anestesi regional. Pungsi lumbal pertama kali dilakukan oleh Qunke pada tahun 1891. Anestesi spinal subarachnoid dicoba oleh Corning, dengan menganestesi bagian bawah 1

description

anestesi

Transcript of Anestesi Case s

Case Anaesthesia

BAB I PENDAHULUAN

Anestesi sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran sangat berperan dalam mewujudkan tugas profesi dokter karena dapat mengurangi nyeri dan memberikan bantuan hidup. Kata anestesi berasal dari bahasa Yunani a = tanpa dan aesthesis = rasa/sensasi yang berarti keadaan tanpa rasa sakit. Sedangkan anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan meliputi pemberian anestesi ataupun analgesi, pengawasan keselamatan penderita yang mengalami pembedahan atau tindakan lainnya, pemberian bantuan hidup dasar, perawatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.Anestesi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu anestesi lokal/regional, yang merupakan tindakan menghilangkan nyeri lokal tanpa disertai hilangnya kesadaran, dan anestesi umum yaitu keadaan ketidaksadaran yang reversible yang disebabkan oleh zat anestesi, disertai hilangnya sensasi sakit pada seluruh tubuh.Anestesi spinal merupakan salah satu macam anestesi regional. Pungsi lumbal pertama kali dilakukan oleh Qunke pada tahun 1891. Anestesi spinal subarachnoid dicoba oleh Corning, dengan menganestesi bagian bawah tubuh penderita dengan kokain secara injeksi columna spinal. Efek anestesi tercapai setelah 20 menit, mungkin akibat difusi pada ruang epidural. Indikasi penggunaan anestesi spinal salah satunya adalah tindakan pada bedah obstetri dan ginekologi.Dalam persalinan membutuhkan tindakan anestesi karena nyeri sangat mungkin terjadi saat persalinan berlangsung. Nyeri karena persalinan terjadi karena kontraksi uterus, dilatasi servik, selain itu, tindakan dalam persalinan seperti bedah caesar juga menimbulkan nyeri sehingga membutuhkan anestesi.Sectio caesaria berhubungan dengan peningkatan 2 kali lipat risiko morbiditas dan mortalitas ibu dibandingkan persalinan pervaginam. Kematian ibu akibat risiko sectio caesaria itu sendiri menunjukkan angka 1 per 1.000 persalinan. Ada anggapan bahwa trauma lahir pada sectio caesaria lebih kecil dibanding persalinan pervaginam tapi tetap berisiko pada ibunya. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10 persen dari seluruh angka kematian ibu. Kebanyakan kematian ibu ini sehubungan dengan anestesi umum, 50 persen diantaranya karena aspirasi isi lambung. Dengan anestesi regional ibu masih sadar, refleks protektif masih ada, sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung kecil sekali. Ibu tidak menerima banyak macam obat dan perdarahannya lebih sedikit.

BAB IISTATUS PASIEN

I. IDENTITAS Nama pasien : Ny. SUmur : 24 tahunJenis kelamin: PerempuanAlamat: Pekerjaan : SwastaStatus perkawinan: KawinAgama: Islam Suku: Jawa Tgl masuk RS: 26 April 2015No. rekam medik: 304xxxBangsal: Kenanga Dokter yang merawat: Dokter Anestesi: Co-Asisten:Diagnosis Pre Operatif:G2P3A0 Hamil Postterm dengan gagal pacuMacam Operasi: SCTPMacam Anestesi: Regional Anestesi dengan Teknik Spinal AnestesiTanggal Operasi: 21 April 2015

II. PEMERIKSAAN PRA ANESTESI1. Anamnesis Keluhan Utama : Kehamilan lebih dari 42 minggua. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan perut terasa kencang-kencang. Pasien mengaku hamil melebihi hari perkiraan melahirkan. Tidak ada cairan yang keluar dari jalan lahir. BAB dan BAK lancar.b. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat stroke : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat diabetes melitus : disangkal Riwayat asma : disangkal Riwayat alergi : disangkal Riwayat sakit jantung : disangkal Riwayat operasi sebelumnya : disangkal Riwayat batuk lama : disangkalc. Riwayat Pribadi Merokok : disangkal Minum-minuman beralkohol: disangkald. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat hipertensi: disangkal Riwayat diabetes mellitus: disangkal Riwayat asma: disangkal Riwayat alergi: disangkal Riwayat penyakit jantung: disangkale. Anamnesis Sistem Cerbrospinal : Penurunan kesadaran (-), Nyeri kepala /wajah (-), demam (-) Cardiovaskular : Keringat dingin (-), Nyeri dada (-) Respirasi : Batuk (-). Pilek (-), sesak nafas (-) Gastrointestinal : Mual (-), Muntah (-), Sulit BAB (-), Sulit BAK (-), nyeri perut (-) Muskuloskletal : Kelemahan anggota gerak (-), atrofi (-),deformitas (-) Integumentum : Ruam (-), gatal (-). suhu raba hangat (+) Urogenital : Disuria (-) nyeri pada saat kencing (-), urin jernih (+) Genital : Perdarahan (+)2. Pemeriksaan FisikA. Keadaan Umuma. KU : Baik, GCS : E4 V5 M6b. BB/TB : 60 Kg/160 cm c. Gizi: Cukupd. Golongan darah: AB. Vital Sign Tekanan darah: 120/80 mmHgNadi: 76 x/menitRR: 20 x/menitSuhu : 36,60CKepala: Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik(-/-) nafas cuping hidung(-)Leher : Retrraksi suprasternal (-/-), deviasi trakea (-), JVP (-), pembesaran kelenjar limfe (-/-).Thorax :1. Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak. Palpasi: ictus cordis tidak kuat angkat. Perkusi: redup Auskultasi : bunyi jantung S I-II irama regular, bising jantung (-) 2. Paru Inspeksi : simetris, tidak ada ketinggalan gerak di paru, dan tidak ditemukannya retraksi intercostae. Palpasi : Fremitus sama depan dan belakang

Perkusi : Depan BelakangSonor SonorSonorSonor

Sonor SonorSonor Sonor

SonorSonorSonorSonor

Auskultasi: DepanBelakangVesikulerVesikulerVesikulerVesikuler

Vesikuler VesikulerVesikulerVesikuler

VesikulerVesikulerVesikuler Vesikuler

Suara tambahan: Whezing (-/-) , ronkhi (-/-)Abdomen: Inspeksi : Bentuk abdomen lebih tinggi daripada dada, tidak ada darm contour, tidak ada darm steifung, ada luka bekas operasi Auskultasi : DJJ (+) 10-11-11, reguler Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, letak lintang, TFU : 4 jari di bawah procesuss xiphoideus, his (+)Ekstremitas : Clubbing finger tidak ditemukan Tidak ditemukan edema.++

++

Akral hangat

3. Pemeriksaan LaboratoriumTangggal : 26 April 2015Hemoglobin10,212.0 16.0

Leukosit 118304000 - 10.000

Trombosit 194000150000 -300000

CT4 menit2-8 menit

BT2 menit1-3 menit

SGOT22,80-42

SGPT15,20-46

Kreatinin0,80,5-0,9

Ureum1310-50

Glukosa Sewaktu13170-150

4. Pemeriksaan Penunjang-5. KesimpulanSeorang wanita usia 24 tahun dengan diagnosis G2P3A0 hamil preterm dengan APH yang akan dilakukan tindakan operasi SCTP. Hasil laboratorium darah dalam batas normal. Kegawatan Bedah : (+)ASA: IIC.RENCANA ANESTESI1. Persiapan operasia. Persetujuan operasi tertulisb. Puasa 8 jam pre operatifc. Infus RL pre-loading 1000cc2. Jenis anestesi: Regional anestesi3. Teknik Anestesi: Sub Arachnoid Block4. Induksi: Bupivacain HCL 15mg5..Obat yang diberikan: Toramin, Ulceranin, Pronalges supp.6. Monitoring tanda vital selama anestesi setiap 5 menit, cairan, perdarahan, ketenangan pasien dan tanda-tanda komplikasi anestesi.7. Perawatan pasca anestesi di ruang pemulihan.D.TATA LAKSANA ANESTESI1. Di Ruang Operasia. Cek Persetujuan Operasib. Periksa tanda vital dan keadaan umumc. Lama Puasa 8 jamd. Cek obat-obatan dalam alat anestesie. Infus Fimahes 30 tetes/menitf. Posisi terlentangh.Katater : Terpasang2. Di Ruang Operasi Anestesi mulai:09.15Operasi mulai : 09.20 Anestesi selesai: 10.15Operasi selesai : 10.10a. Jam 09.05 pasien masuk kamar operasi, manset dan monitor dipasang, tekanan darah 120/80mmHg, HR 76 x/menit, Saturasi oksigen 98 %b. Jam 09.15 mulai dilakukan anestesi spinal dengan prosedur sebagai berikut :1. Pasien diminta duduk dengan punggung flexi maksimal2. Dilakukan tindakan antiseptis pada daerah kulit punggung bagian bawah pasien dengan menggunakan iodine 1 %3. Menggunakan sarung tangan steril, pungsi lumbal dilakukan menyuntikkan jarum spinal no.25 pada bidang median dengan arah 10-30 derajat terhadap bidang horizontal kearah cranial pada ruang antar vertebra lumbal 3-4.4. Setelah Jarum sampai di ruang subarachnoid yang ditandai dengan menetesnya LCS, silet dicabut dan disuntikkan Bupivacain HCL 15mg5. Pasien dikembalikan pada posisi terlentang dan kepala diekstensikan.c. Jam 09.20 operasi dimulai, selama operasi dimonitor tanda vital dan saturasi O2 tiap 5 menit.d. Jam 09.25 bayi dilahirkan perabdominal, Berikan methergin 1 ampul IV, oxytocyn 1 ampul per drip.e. Jam 09.35 Infus Fimahes habis, diganti Clinimix 2 x 500 ml. f. Jam 10.10 Operasi selesai, pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.

Monitoring Selama AnestesiJamNadiTDSp02Keterangan

09.1598120/8098%

09.2098120/8098%

09.2596120/8098%

09.3096120/8098%

09.3598120/7098%

09.40100110/7098%

09.45102110/7098%

09.5096110/7098%

09.5598110/7098%

10.0098110/7098%

10.0598110/7098%

10.1099110/7098%

Intake Cairan :a) Fima Hes : 500 ccb) Clinimix : 700 ccCairan Keluar :a).Urine : 500 cc3. Di Recovery RoomPasien masuk Ruang RR pukul 09.10 dalam Posisi Supine (terlentang), sadar penuh, dimonitoring tanda vital, infuse RL, diberikan O2 3 liter/menit.TD : 110/70, Nadi : 110 x/menit, Suhu: 36,2C.Jam 10.45 pasien dipindah ke bangsal.4. Intruksi pasca anestesia. Posisi supine dengan oksigen 3 L/ mntb. Kontrol vital sign, T < 100 mmHg infus dipercepat, beri efedrinc. Bila muntah diberi metoklopramid dan bila kesakitan diberi analgetik.d. Lain-lain Antibiotik sesuai Obsgin Analgetik sesuai Obsgin Puasa sampai dengan flatus Post operasi, cek Hb. Bila 30%, harus diganti dengan transfusi darah.Misal Laki-laki 25 tahun dengan berat badan 60 kg, maka EBV nya adalah BB x EBV standart jadi 60kg x 70ml = 4200 cc. Bila 10% EBV maka 420 cc, bila 20%EBV maka 840cc dst.B. Klasifikasi syok akibat berdarahan :Penggantian cairan intravena pada shock haemmoraghic

Class I(haemorrhage 750 ml (15%))Class II(haemorrhage 800-1500 ml (15-30%))Class III(haemorrhage 1500-2000 ml (30-40%))Class IV(haemorrhage 2000 ml (48%))2.5 L Ringer-lactate solution or 1.0 L polygelatin1.0 L polygelatin plus 1.5 L Ringer-lactate solution1.0. L Ringer-lactate solution plus 0.5 l whole blood or 0.1-1.5 L equal volumes of concentrated red cells and polygelatin1.0 L Ringer-lactate solution plus 1.0 L polygelatin plus 2.0 L wholeblood or 2.0 L equal volumes of concentrated red cells and polygelatin or hestastarch

3). Setelah operasi Terapi cairan paska bedah ditujukan untuk :a. Memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi.b. Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan lambung, febris).c. Melanjutkan penggantian defisit prabedah dan selama pembedahan.d. Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan.Kebutuhan cairan untuk orang dewasa dalam 24 jam adalah 40-50ml/kg BB/24 jam.setiap kenaikan suhu 1oC kebutuhan cairan bertambah 10-15%.Kebutuhan cairan 24 jam pada anak sesuai berat badan adalah :0-10 kg1000ml/kgBB

10-20 kg1000ml + 50ml per kgBB diatas 10 kg

>20 kg1500ml + 20ml per kgbb diatas 20 kg

Monitoring juga jumlah urine yang ada, jumlah urine normal adalah 0,5-1ml/kgBB/jam

16.Perawatan Post Operatif dan Post AnaestesiaMonitoring pasca operasi harus dimulai sejak saat operasi berakhir hingga pasien sampai di Post Anaesthesia Care Unit (PACU). Komplikasi yang sering terjadi adalah menggigil (shivering), airway obstruction,agitasi atau delirium, nyeri, muntah, perdarahan.Yang harus dimonitor setelah operasi antara lain 6 B yaitu Brain, Breathe, Blood, Bladder, Bowel, Bone.Komplikasi yang dapat terjadi :a.Brain:1.Penurunan kesadaran sampai koma.2.Tetra parese/plegia.3.Gelisah, mual, muntah, cephalgia.4.Kejang.Bisa diakibatkan oleh peningkatan TIK, gangguan elektrolit, trauma kapitis, hipoksia, hiperkarbia. Monitoring : GCS, TIK, Refleks patologis, Refleks fisiologisTindakan : Bebaskan jalan nafas, cegah hipoksia, head up 30 derajat, anti konvulsib.Breath :1.Airway obstruction (Lidah jatuh kebelakang, muntahan, gumpalan darah)2.Hipoventilasi(Hipokalemia, muscle relaxant, nyeri, efek depresi opioid analgetik)3.Pneumo/hemothorax (saat bedah atau proses anaestesia)4.Apneu (Proses sentral, depresi obat, gangguan paru sendiri)5.Hipoksemia (Gangguan paru dan atau airway, cardiac irritability)Monitoring RR, ruping hidung, sianosis, tachicardia, keringat dingin.Tindakan : Bebaskan jalan nafas, beri oksigenasi cukup. Intubasi kalau perluc.Blood :1.Hipotensi(Hipovolemi/perdarahan,sepsis,obat,asidosis,alergi)2.Hipertensi(Nyeri, ETT, distensi VU, aktifitas simpatis)3.Bradikardi (Obat, hipoksia)4.Disritmia (gangguan elektrolit, hiperkarbia, nyeri)5.Myocard infark, cardiac arrest (hipotensi, shock, hipoksia, tachicardi)Monitoring : Tekanan darah, EKG, Lab : Elektrolit, Faal hemostasis.Tindakan : Koreksi penyebab, atasi hipoksia, atasi nyeri, RJP kalau perlu.

d.Bladder :1.Anuria2.Oligouria3.Polyuria4.HematuriaMonitoring : Produksi urine/jam, rehidrasi, Fungsi Ginjal, ureum dan kreatinin, elektrolitTindakan : Cek apakah Prerenal, Renal, Postrenal. Prerenal : Hipovolemia, cek Nadi, Tekanan Darah, CRTTindakan : Rehidrasi, pertimbangkan transfusi. Renal : CRF, Masalah prerenal yang tidak teratasiTindakan : Cek VU, pasang catather, batasi cairan, cek elektrolit Postrenal : HT prostat, striktur urethra, katater buntu, batu.Tindakan : Cek VU, cek katater, cek prostat.Secara umum bila tidak ada urine : Periksa hemodinamik (TD, Nadi, Perfusi jaringan) Tentukan normovolemia atau hipovolemia Periksa VU penuh atau kosong Periksa catater sampai urine bag Lab Elektrolit Radiologi BNO/ IVP/ USGe.Bowel:1.Abdomen distended2.Gangguan peristaltik3.Nyeri4.Cairan NGT meningkat,berubah warnaMonitoring : Hemodinamik, drain, lab HB, HT, ElektrolitTindakan : koreksi penyebab, atasi nyeri, laparotomy kalau perluf.Bone:1.Compartment syndrome (Edema, perdarahan)2.Perfusi jaringan berkurang (dingin, basah, sianosis)3.NyeriMonitoring : Perfusi jaringan SPO2, drain, nyeriPasien hendaknya jangan dikirim keruangan sebelum sadar, tenang, reflek jalan nafas sudah aktif, tekanan darah dan nadi dalam batas normal. Selalu cek ABC agar tidak terjadi hipoksia.Untuk memindahkan pasien dari ruang pulih sadar ke ruang perawatan perlu dilakukan skoring tentang keadaan pasien setelah anastesi dan pembedahan. Untuk regional anastesi dilakukan skor Bromage.Bromage Scoring System KriteriaSkor

Gerakan penuh dari tungkaiTak mampu ekstensi penuhTak mampu fleksi lututTak mampu fleksi pergelangan kaki0123

Bromage score