CA Mammae (Kasus)

25
LAPORAN KASUS BAGIAN ILMU BEDAH CA MAMMAE SINISTRA KONSULEN dr. H. Pudjana Basuki Pandji, Sp.B Disusun Oleh : Aga Haris, S.Ked PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

Transcript of CA Mammae (Kasus)

Page 1: CA Mammae (Kasus)

LAPORAN KASUSBAGIAN ILMU BEDAH

CA MAMMAE SINISTRA

KONSULEN

dr. H. Pudjana Basuki Pandji, Sp.B

Disusun Oleh :

Aga Haris, S.Ked

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

SMF BEDAH RSUD TASIKMALAYA

2013

Page 2: CA Mammae (Kasus)

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Uum

Usia : 62 th

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Tasikmalaya

Status : Menikah

Pekerjaan : IRT

Suku : Sunda

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Dikirim oleh : Datang sendiri

Masuk rumah sakit : 6 Maret 2013

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : Benjolan di payudara kiri sejak 1th lalu

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke Poli RSUD Tasikmalaya dengan keluhan terdapat

benjolan di payudara kiri sejak 1 tahun lalu sebesar buah kelapa yang telah

dibuka kulitnya, awalnya benjolan muncul sebesar kelereng semakin lama

terus membesar hingga sekarang. Permukaan kulit muncul borok keluar

nanah dan darah yang merembes terus menerus, borok muncul ± 3-4 bulan

lalu semenjak munculnya borok pasien sering merasa nyeri pada

payudaranya tersebut.

Pasien juga mengeluhkan adanya 1 benjolan diketiak kiri sebesar

kelereng dan tidak nyeri ± 2 bulan lalu. Sekitar 1 bulan ini pasien sering

batuk-batuk berdahak, dahak berwarna kuning namun jumlahnya sedikit,

tidak ada darah, terkadang merasakan sesak ringan yang hilang timbul.

Page 3: CA Mammae (Kasus)

Dalam kurun waktu beberapa bulan ini pasien makan dengan porsi

sedikit karena nafsu makan berkurang, anak kandung pasien mengatakan

ibunya tampak semakin kurus tidak seperti sebelumnya.

Riwayat penyakit dahulu :

Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung maupun

pengobatan TB.

Riwayat habituasi :

-

Riwayat operasi :

Pasien belum pernah operasi.

Riwayat pengobatan :

Pasien sering minum obat-obat tradisional

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada yang mengalami keluhan serupa seperti pasien.

Riwayat alergi :

Tidak ada alergi makanan dan obat.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : compos mentis

Vital sign :

TD : 130 /70 mmHg

Rr : 24 x/menit

Hr : 82 x/menit

T : 37,0 0c

Page 4: CA Mammae (Kasus)

Status Generalis

a. Pemeriksaan kepala

Rambut : warna putih beruban, mudah dicabut

Mata : SI -/-, CA +/+, pupil isokor, R.cahaya +/+

Hidung : tidak ada secret, tidak ada deviasi.

Bibir : mukosa bibir basah, sianosis -

Gigi : terdapat ada caries

b. Pemeriksaan leher:

Tidak ada pembesaran KGB, thyroid dan tidak ada peningkatan JVP

c. Pemeriksaan thoraks

a. Paru-paru :

Depan:

Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas,

Tampak massa di mammae sinitra (lihat status

Lokalis)

Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak ada massa, tidak

ada krepitasi.

Perkusi : pekak di seluruh lapang paru.

Auskultasi : vesikuler normal +/+. Rh -, wh -.

Belakang :

Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas.

Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak ada massa.

Perkusi : sonor di seluruh lapang paru.

Auskultasi : vesikuler normal +/+, suara tambahan -/-

b. Jantung :

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.

Palpasi : tidak teraba ictus cordis, massa -

Perkusi : batas jantung : normal, tidak ada pembesaran

Page 5: CA Mammae (Kasus)

Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternal

dextra

Batas jantung kiri : ICS V linea midclavikularis

sinistra

Batas jantung atas : ICS II linea parasternal

sinistra

Pinggang jantung : ICS III parasternal sinistra

Auskultasi : BJ I dan II murni reguler

d. Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : datar

Auskultasi : Bising usus normal, tidak ada bunyi tambahan.

Palpasi : Soepel, tidak teraba massa, defans muscular -, nyeri tekan-

Perkusi : Tympani seluruh lapang abdomen

e. Pemeriksaan anogenital:

Pemeriksaan ekstremitas :

Kekuatan otot : 5555 5555Sensibilitas : dextra dan sinistra tidak ada kelainanRefleks fisiologis : (+/+)Refleks patologis : (-/-)Edema : (-/-)

STATUS LOKALIS :

Pemeriksaan mammae sinistra :

Inspeksi : Tampak massa sebesar buah kelapa yang telah dikupas

kulitnya a/r mammae sinitra, retraksi +, peau d’orange +, abses +,

darah+. Tidak tampak benjolan a/r axila sinistra

Palpasi : Teraba massa 10x10, terfiksir, konsistensi keras,

permukaan tidak rata, batas tegas a/r mammae sinistra. Teraba

massa ukuran 3x3, mobile, konsistensi keras, permukaan licin,

batas tegas, a/r axilla anterior sinistra.

Page 6: CA Mammae (Kasus)

Auskultasi : -

Perkusi : -

IV. RESUME

Terdapat benjolan di payudara kiri sejak 1 tahun lalu sebesar buah

kelapa yang telah dibuka kulitnya, semakin membesar, Permukaan kulit

muncul borok keluar nanah dan darah yang merembes terus menerus.

Adanya 1 benjolan diketiak kiri sebesar kelereng dan tidak nyeri ± 2

bulan lalu. Sekitar 1 bulan ini pasien sering batuk-batuk berdahak,

dahak berwarna kuning namun jumlahnya sedikit, tidak ada darah,

terkadang merasakan sesak ringan yang hilang timbul.

Terdapat penurunan berat badan.

Pemeriksaan mammae sinistra :

Inspeksi : Tampak massa sebesar buah kelapa yang telah dikupas

kulitnya a/r mammae sinitra, retraksi +, peau d’orange +,

abses +, darah+. Tidak tampak benjolan a/r axila sinistra

Palpasi : Teraba massa 10x10, terfiksir, konsistensi keras,

permukaan tidak rata, batas tegas a/r mammae sinistra.

Teraba massa ukuran 3x3, mobile, konsistensi keras,

permukaan licin, batas tegas, a/r axilla anterior sinistra.

Auskultasi : -

Perkusi : -

V. DIAGNOSA KERJA

Ca mammae sinitra dengan ekstensi ke kulit mammae sinistra, KGB axilla

sinistra, dan pulmo.

VI. PENATALAKSANAAN

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad funtional : ad bonam

Page 7: CA Mammae (Kasus)

PEMBAHASAN

A. Hernia Secara Umum

Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek

atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan

muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa

melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek

atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri

atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.

Klasifikasi

Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan akuisita.

Menurut letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical, femoral, insisional

(sering) dan hernia epigastrik, gluteal, lumbal, obturator (jarang).

Dari sifatnya dikenal hernia reponibel dan ireponibel. Reponibel bila isi

kantung bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan tangan.

Page 8: CA Mammae (Kasus)

Sedangkan bila tidak bisa direposisi disebut ireponibel. Biasanya hernia ireponibel

disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, yang

disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus. Bila

terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang ireponibel, maka

disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut mengakibatkan

gangguan vaskularisasi maka disebut hernia strangulata.

Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan

didapat (acquired) :

1. Kongenital

Kanalis inguinalis normal pada fetus :

Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis

dari abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi

penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus

vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi

sehingga isi perut tidak dapa masuk melalui kanal.

Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis

inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis

inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak

mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis

kongenital.

2. Acquired / didapat

Disebabkan oleh :

Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka

Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat

dilalui kantong dan isi hernia

Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen yang

kronik (batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan

mendorong isi hernia ke annulus inguinalis internus

Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau

kerusakan n. illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi.

Page 9: CA Mammae (Kasus)

B. Hernia Inguinalis

Anatomi Regio Inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus

yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan aponeurosis m.

transverses abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini

dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, yaitu bagian terbuka dari aponeurosis

m. oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis m. oblikus eksternus, dan

dasarnya adalah ligamentum inguinale. Akanal ini berisi funiculus spermaticus

pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan.

Gbr 2. Kanalis Inguinalis

Gbr 1. Dinding Abdomen

Page 10: CA Mammae (Kasus)

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis,

karena keluar melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari

pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis

inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika

berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan disebut hernia skrotalis. Kantong

hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial terhadap vas deferens dan

struktur lain dalam funiculus spermaticus.

Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol

langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi

ligamentum inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi otot

rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach ini dibentuk oleh fascial

transversal yang diperkuat oleh aponeurosis m. transverses abdominis yang

kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk menjadi lemah. Karena

hernia medialis ini tidak melalui kanalis umumnya tidak mengalami strangulasi

karena cincinnya cenderung longgar.

Etiologi

Gbr 3. Bagian dalam regio inguinal

Page 11: CA Mammae (Kasus)

Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau

sebab lain yang didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap

usia. Lebih banyak pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena

annulus inguinalis eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu

juga karena perjalanan embriologisnya dimana testis pada pria turun dari rongga

abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna

setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk

hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh

kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa mendorong isi

hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.

Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya

hernia inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur

m. ablikus internus yang menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia

transversa yang menutup trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak

berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya hernia.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis

yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot

dinding perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah

tersebut. Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,

mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau

konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului

hernia inguinalis.

Patofisiologi

Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi

annulus intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi

dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut

berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis

tertutup sehingga mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.

Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian

tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat

Page 12: CA Mammae (Kasus)

membentuk pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar. Sehingga

dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula factor

yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar

tersebut.

Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan

terjadi jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada

permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di

dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem

menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya

peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong

hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.

Gejala Klinis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.

Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha

yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang

waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di

daerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan

pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong

hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul

kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau

gangren.

Diagnosis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.

Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha

yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau

mengedan, dan menghilang saat berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai

turun berok, burut atau kelingsir. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada

biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral

Page 13: CA Mammae (Kasus)

karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke

dalam kantong. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi

inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.

Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat

dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis

yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan

asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan

berbaring. Pasien lalu diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan

yang asimetri dapat dilihat.

Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan

dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu

jari masih berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari

menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari

yang menyentuh, berarti hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong

kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis

kantong yang memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung

tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus,

omentum (seperti karet) atau ovarium.

Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan pemeriksaan

klinis yang teliti.

Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :

1. Hernia inguinalis medialis (direk)

Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui

trigonum hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui kanlis

inguinalis dan tidak ke scrotum.

Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan

intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach.

Oleh karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia inguinalis medialis

memiliki leher yang lebar, sulit direposisi dengan penekanan jari tangan.

Page 14: CA Mammae (Kasus)

Jarang bahkan hampir tidak pernah terjadi inkarserata dan strangulata

(hanya 0.3% mengalami komplikasi). Lebih sering pada pria usia tua.

Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus,

secara khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum.

2. Hernia inguinalis lateralis

Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu

annulus dan kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang

langsung menonjol di trigonum hasselbach. Tonjolan pada tipe lateralis

biasanya lonjong, sementara tipe medialis biasanya bulat. Hernia indirek

ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar annulus eksternus (bila

tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang sempit. Banyak terjadi

pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi strangulata.

Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga

seringkali turun ke dalam skrotum. Pada anak sering akibat belum

menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses

penurunan testis.

Tatalaksana

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang

telah direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi

hernia dan membentuk corong, tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia

dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.

Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas

lebih jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang lebih

elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan

pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil,

anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera.

Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah

direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur

Page 15: CA Mammae (Kasus)

hidup. Ini tidak dianjurkan karena merusak kulit dan tonus otot di daerah yang

tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Yang penting diperhatikan

untuk memperoleh keberhasilan terapi maka factor-faktor yang meningkatkan

tekanan intra abdomen juga harus dicari dan diperbaiki. Misalnya batuk kronis,

prostat, tumor, ascites, dan lain-lain). Dan defek yang ada direkonstruksi.

Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional. Indikasi

operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi terdiri dari

herniotomi dan hernioplasti. Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia

sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada

perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu

dipotong.

Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis

internus dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih

penting dalam mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplasti

seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup

dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus

internus abdominis dan m. transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke

ligamentum inguinale poupart menurut Bassini, atau menjahitkan fasia transversa,

m. transverses abdominis, m. oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper

menurut McVay.

Gbr 4. Herniotomi dan Hernioplasti

Page 16: CA Mammae (Kasus)

Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan

berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan metode

penggunaan prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang menjadi

dasar kanalis inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.

Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya sama

dengan yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus dinilai apakah

vital atau tidak. Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis.

Komplikasi

Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.

Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat

terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada

gejala klinis.

Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi

strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi

parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang

elastis atau kaku, sering terjadi jepitan parsial.

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi

hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau

struktur di dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin

bertmbah sehingga suplai darah terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis

dan hernia akan berisi cairan transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah

usus, bisa terjadi perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga

peritonitis.

Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan

gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan

asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan

gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat

hernia dan akan menetap karena rangsang peroitoneal.

Page 17: CA Mammae (Kasus)

Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan

kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses

local. Dalam hal ini hernia strangulate merupakan kegawatdaruratan dan butuh

penanganan segera.

Daftar Pustaka

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004.

Jakarta : EGC

2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000.

Jakarta : Media Aesculapius FKUI

3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3.

2006. Jakarta : Erlangga Medical Series

4. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse.

Last Updated December 2008. (Available from

http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on May

12th 2011)