C 2 Laporan Tempe-1
-
Upload
sigit-satria-putra -
Category
Documents
-
view
92 -
download
0
Transcript of C 2 Laporan Tempe-1
Laporan Praktikum Bioproses
Fermentasi Tempe
Kelompok 2 :
A bagus nur s. (12-1116)
Ahmad j. kubro (12-1110)
Bayu oktavian (12-1118)
Faris malik i. (12-1125)
Lina izatul (12-1112)
Mariya styfani (12-1129)
Maulandha a. k. (12-1133)
Naili mawadatur (12-1136)
Syaiful bahri (12-1100)
Yasinta suci (12-1122)
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapangRhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh.
arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang
merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi
komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan
aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe
kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam
kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk
menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia.
Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai
pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di
dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti
Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha
mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang
lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe.
1.2. Tujuan
Percobaan ini bertujuan agar pratikan mampu menganalisis dan
memahami prinsip fermentasi yang terjadi pada kedelai hingga menjadi
tempe.
Mengetahui cara menggunakan tekik isolasi dan inokulasi secara aseptis
Mengetahui cara identifikasi R. Oligosporus sifat morfologi dan
fisiologinya
Mendapatkan kultur murni R. Oligosporus
Mengetahui komposisi bahan dan teknik pembuatan starter R. Oligosporus
Membedakan karakteristik tempe antara ragi pasar dan ragi buatan.
BAB 2. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1. Alat dan Bahan
2.2.1. Alat
Panci
Gelas objek
Mikroskop
Wadah plastik
Baki
Gelas piala
Plastik pembungkus
Kertas
Neraca analitik
Cawan petri
Jarum ose
Spatula
Bunsen
Cawan petri
Inkubator
Kompor
Jarum
Beaker glass
Korek api
Kapas
2.2.2. Bahan
Tisu
Sample 1 ose
Alkohol 70%
M.O hasail isolasi 1 ose
Mikroba 1 ose
Kacang Kedelai 250 gr
Laru 2,5 gr
Air steril 5 ml
Plastik
Kacang tunggak 250 gr
Isolat protein
Tepung beras 15 gr
NA
Aquades 5; 20; ml
Tepung kedelai 5 gr
Suspensi kapang tempe 2,5 ml
2.2. Skema Kerja
2.2.1. Mengisolasi Kapang pada Tempe
Tunggu hingga memadat
Goreskan pada media
Inkubasi 48 jam,300C
2.2.2 Menginokulasi Kapang ( Rhizopus oligosporus)pada tempe
Tunggu hingga padat
Goreskan pada media
Tuangkan media
Ambil 1 ose M.O hasil isolasi
Ambil 1 ose sample
Siapkan media
Inkubasi selama 48 jam, 300c
2.2.3 Mengidentifikasi kapang pada tempe
Bersihkan Gelas obyek dengan alkhohol 70
Amati dengan mikroskop
Gambar untuk laporan dan bandingkan dengan gambar
Ambil 1 ose mikroba
Tetesi aquades
2.2.4 Pembuatan Starter
Air Steril 5 ml
Sterilisasi Ditambah Isolat Rhizopus
Didinginkan Diambil 35 ml
Dicampur
Inkubasi 2 hari 30 c
Ditambah 5gr tepung kedelai
Tepung Beras 15 Gram
Ditambah 20 ml aquades
2.2.5 Produksi tempe
Direndam dalam aiR
Kedelai=24 jam
Kacang tunggak=48 jam
Di rebus
Kedelai=14 menit
Kacang tunggak=30menit
Di kukus
Kedelai=10 menit
Kacang tunggak=10 menit
Didinginkan
Di kuliti
Di kukus 5 menit
Ditambah starter 1 %
Bahan (kacang kedelai
dan kacang tunggak)
Dimasukkan dalam plastik
BAB 3. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
3.1. Hasil Pengamatan
2.2.1 Kelompok Satu
Jenis
Bahan
Jenis
Ragi
Waktu
(jam)
Karakteristik
Aroma Tekstur Warna kekompakan
Kedelai Pasar
24 + + + +
48 +++ ++ +++ +++
72 ++++ ++++ ++++ ++++
2.2.2 Kelompok Dua
Jenis
Bahan
Jenis
Ragi
Waktu
(jam)
Karakteristik
Aroma Tekstur Warna kekompakan
Kedelai Buatan
24 + - - +
48 ++++ ++++ ++++ ++++
72 ++ ++++ +++ ++
2.2.3 Kelompok tiga
Jenis
Bahan
Jenis
Ragi
Waktu
(jam)
Karakteristik
Aroma Tekstur Warna kekompakan
Tunggak Pasar
24 - - + +
48 ++ + ++ +++
72 ++++ +++ ++++ ++++
2.2.4 Kelompok empat
Jenis
Bahan
Jenis
Ragi
Waktu
(jam)
Karakteristik
Aroma Tekstur Warna kekompakan
Tunggak Buatan
24 + - + -
48 ++ + ++ +
72 ++++ ++++ +++ ++++
Keterangan:
Kekompakan = +++>>>
Tekstur = +++>>>
Aroma = +++>>> aroma tempe
--->>> aroma bukan tempe
Rasa = +++>>> enak
--->>> tidak enak
2.2. Hasil Perhitungan
Dalam praktikum tidak ada perhitungan
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1. Ciri Morfologi dan Fisiologi Tempe
4.1.1. Morfologi tempe
a. memiliki kepadatan yang mantap antara biji kedelai
b. berbau khas tempe
c. terasa hangat jika dirasakan
d. berwarna putih (karena miselium Rhizopus menyelimuti tempe)
e. tedapat bercak hitam (karena spora Rhozopus)
4.1.2. Fisiologi tempe
a. Umur simpan pendek : untuk umur simpan yang pendek pada tempe
disebabkan adanya pertumbuhan mikroba.
b. menurut Widianarko (2002), bahwa secara kuantitatif, nilai gizi tempe
sedikit lebih rendah daripada nilai gizi kedelai. Namun, secara kualitatif
nilai gizi tempe lebih tinggi karena tempe mempunyai nilai cerna yang
lebih baik. Hal ini disebabkan kadar protein yang larut dalam air akan
meningkat akibat aktivitas enzim Proteolitik.
4.1.3. Standar SNI untuk produk tempe
No kriteria uji satuan persyaratan
1 keadaan
1.1 Bau _ normal khas
1.2 Warna _ normal
1.3 Rasa _ normal
2 kadar air (b/b) % maks. 65
3 kadar abu (b/b) % maks. 1,5
4 kadar lemak (b/b) % maks 10
5kadar protein (N x 6,25)
(b/b)% maks. 16
6 kadar serat kasar (b/b) % maks. 2,5
7 cemaran logam
7.1 kadnium (Cd) mg/kg maks. 0,2
7.2 timbal (Pb) mg/kg maks. 0,25
7.3 Timah (Sn) mg/kg maks. 40
7.4 merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,03
8 cemaran arsen (As) mg/kg 0,25
9 Cemaran mikroba
9.1 bakteri coliform APM/g maks. 10
9.2 Salmonella sp. _ negatif/25g
4.2 Ciri morfologi dan fisiologi Rhizopus oligosporus.
4.2.1. Morfologi Rhizopus oligosporus :
1. Hifanya bercabang banyak tidak bersekat saat masih muda dan bersekat
setelah menjadi tua.
2. koloni abu-abu kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau lebih.
3. Menurut Fardiaz (1989) jamur Rhizopusmemiliki ciri-ciri : hifa nonseptat,
mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua,
sporangiofora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid, sporangia
biasanya besar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat dan apofisis
berbentuk seperti cangkir.
4. memiliki hifa dengan tipe:
a. Stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat
(misalnya roti)
b. rizoid, hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar
untuk menyerap makanan
c. sporangiofor, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan
memiliki sporangium globuler di ujungnya.
5. karakter R. oligosporusyang dijelaskan oleh Pitt dan Hocking (1985) yaitu
panjang sporangiosfor R. oligosporus150-400 μm lebih pendek dari
R.oryzae yaitu lebih dari 1500 μm sedangkan sporangium R.
oligosporus80-120 μm lebih pendek dari R.oryzae.
6. Samson et al., (1995) menyatakan bahwa karakter dari
R.oligosporusadalah warna sporangiospora hitam kecoklatan, warna
miselium putih, panjang sporangiosfor 150-400 μm, panjang sporangium
80-120 μm, tekstur sporangiosfor halus, bentuk kolumela globose sampai
sub globose, bentuk konidia globose atau ellipsoidal (oval), panjang
sporangiospora 7-10 μm, serta bentuk klamidospora abundant, single atau
rantai pendek.
4.2.2. Fisiologi Rhizopus oligosporus :
1. Habitat di darat, di tanah yang lembab atau sisa organisme mati.
2. dapat tumbuh optimum pada suhu 30-35 °C, dengan suhu minimum 12 °C,
dan suhu maksimum 42 °C.
3. Reproduksi vegetatif dengan cara membentuk spora tak berflagel
(aplanospora) dan generatif dengan cara gametangiogami dari dua hifa (-)
dan hifa (+) yang kompatibel/konjugasi dengan menghasilkan zigospora.
4. Butuh aw rendah untuk tumbuh.
5. Butuh pH netral.
4.3. Komposisi Media
4.3.1 Media Isolasi dan Inokulasi
Media yang digunakan pada proses isolasi dan inokulasi adalah MEA. MEA
adalah media komersial pembiakan segala jenis mikroba. MEA ( Malt Extract
Agar ). Untuk membuat media MEA sebanyak 1 liter dibutuhkan komposisi bahan
:
1. 5,0 gram malt extract
2. 10,0 gram tepung kedelai
3. 1,0 gram pepton
4. 0,5 gram KH₂PO₄
5. 0,5 gram MgSO₄.7H₂O
6. 1,0 ml larutan FeCl₃ 1%
7. 0,1 gram yeas axtract
8. 15,0 agar powder
9. 1,0 liter air aquades
4.3.2 Media Pembuatan Starter
Media pembuatan starter Rhizopus oligosporus adalah tepung
kedelai dan tepung beras. Tepung beras berfungsi sebagai sumber karbon
dan tepung kedelai sebagai sumber nitrogen. Kedua bahan dibuat adonan
dengan menambahkan aquades sebagai pelarut dari kedua bahan. Selain
sebagai pelarut penambahan aquades berfungsi sebagai sumber mineral
dan menyesuaikan kadar air pertumbuhan kapang.
4.4. Karakteristik Bahan
4.4.1. Kedelai
Kacang Kedelai adalah bahan makanan kacang-kacangan yang
biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kacang Kedelai
mengandung energi sebesar 381 kilokalori, protein 40,4 gram, karbohidrat
24,9 gram, lemak 16,7 gram, kalsium 222 miligram, fosfor 682 miligram,
dan zat besi 10 miligram. Selain itu di dalam Kacang Kedelai juga
terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,52 miligram dan
vitamin C 121,7 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan
penelitian terhadap 100 gram Kacang Kedelai, dengan jumlah yang dapat
dimakan sebanyak 100 %.
Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Kacang Kedelai :
Banyaknya Kacang Kedelai yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi = 381 kkal
Jumlah Kandungan Protein = 40,4 gr
Jumlah Kandungan Lemak = 16,7 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat = 24,9 gr
Jumlah Kandungan Kalsium = 222 mg
Jumlah Kandungan Fosfor = 682 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi = 10 mg
Jumlah Kandungan Vit. A = 0 IU
Jumlah Kandungan Vit. B1 = 0,52 mg
Jumlah Kandungan Vit. C = 121,7 mg
4.4.2. Kacang Tunggak
Tauge Kacang Tolo atau Tauge Kacang Tunggak adalah bahan
makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Tauge
Kacang Tunggak mengandung energi sebesar 35 kilokalori, protein 5
gram, karbohidrat 5,8 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 57 miligram, fosfor
88 miligram, dan zat besi 1 miligram. Selain itu di dalam Tauge Kacang
Tunggak juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,07
miligram dan vitamin C 15 miligram. Hasil tersebut didapat dari
melakukan penelitian terhadap 100 gram Tauge Kacang Tunggak, dengan
jumlah yang dapat dimakan sebanyak 90 %.
Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Kacang Tunggak :
Banyaknya Tauge Kacang Tunggak yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 90 %
Jumlah Kandungan Energi = 35 kkal
Jumlah Kandungan Protein = 5 gr
Jumlah Kandungan Lemak = 0,2 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat = 5,8 gr
Jumlah Kandungan Kalsium = 57 mg
Jumlah Kandungan Fosfor = 88 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi = 1 mg
Jumlah Kandungan Vit. A = 0 IU
Jumlah Kandungan Vi. B1 = 0,07 mg
Jumlah Kandungan Vit. C = 15 mg
4.5. Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
4.5.1.Isolasi kapang pada Tempe
Pengisolasian dilakukan untuk mendapatkan kultur murnidari
mikroba.Dalam pengisolasian,media yang digunakan harus mengandung
nutrisi yang dibutuhkan mikroba. Pada tempe,mikroba yang tumbuh yaitu
kapang sehingga media yang sesuai untuk mengisolasi kapang adalah
media Malt Extract Agar ( MEA).
Sebelum melakukan isolasi terlebih dahulu siapakan media
MEA.Isolasi merupakan mengambil mikroorganisme dalam suatu medium
buatan sehingga dihasilkan biakan murni/kultur murni. Medium
merupakan suatu subtrat yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba
yang berisi suplai nutrisi (zat gizi) yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan mikroba.Setelah menyiapkan media,kemudian
tuangkan MEA yang masih cair kedalam cawan petri dan tunggu hingga
menjadi padat.Semua perlakuan harus dilakukan secara aseptis.Ambil 1
ose kemudian goreskan pada cawan petri menggunakan goresan
sinambung.Kemudian lakukan hal yang sama pada media yang
satunya.Setelah itu diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 300C . Tidak
dilakukan pengenceran karena mikrobanya sudah spesifik dan semakin
banyak pengenceran maka mikrobanya habis.
4.5.2. Inokulasi kapang pada tempe
Tuangkan media MEA yang telah di sediakan kedalam cawan petri
dan tunggu hingga menjadi padat. Hal ini dilakukan agar media dapat di
gores. Ambil 1 ose mikroba hasil isolasi kemudian goreskan pada cawan
petri menggunakan goresan sinambung. Penggoresan dilakukan dengan
tujuan untuk memberikan biakan awal. Penggunaan goresan sinabung
bertujuan untuk mendapat kultur yang paling murni atau tidak berkoloni.
Setelah itu diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 30C. Pada waktu dan
suhu tersebut mikroba khususnya kapang mengalami pertumbuhan secara
optimum.
4.5.3. Identifikasi kapang pada tempe
Bersihakan gelas obyek dengan alkhohol (membunuh kontaminan
yang terdapat pada gelas obyek),lalu ambil 1 ose M.O berupa akpang yang
telah ditumbuhkan dari sample tempe.Kemudian tetesi dengan aquades
tujuannya agar mempermudah mengamati ose dan melekatkannya pada
gelas obyek.
Penggoresan Kuadran Praktis, hemat waktu, hanya membutuhkan
keterampilan.Penggoresan tersebut bertujuan mendapatkan koloni yang
benar-benar terpisah dari koloni sehingga mempermudah proses
berikutnya.Penggoresan ini terbagi menjadi 4 bagian saling terhubung 1
sama lain.Dengan harapan didapatkan kultur tunggal.
4.5.4. Pembuatan Starter
Dalam pembuatan starter tempe bahan yang digunakan adalah
tepung beras sebanyak 15 gram, tepung kedelai 5 gram, aquades 20 ml,
air steril dan isolat Rhizopus. Langkah awal yakni tepung beras 15 gram
dimasukkan kedalam beaker glass, tepung beras ini adalah sebagai
sumber karbohidrat.Kemudian tambahkan tepung kedelai 5 gram yang
gunanya sebagai sumber protein, setelah itu tambahkan 20 ml aquades
sebagai sumber mineral, dan setelah itu di lakukan sterilisasi.
Setelah disterilisasi kemudian didinginkan. Setelah dingin
tambahkan air steril dan isolat Rhizopus yang diambil sebanyak 2,5 ml.
Setelah semua bahan dimasukkan, campur hingga rata dengan
menggunakan spatula yang bentuknya seperti sendok agar memudahkan
proses pencampuran dan pengadukan.
Penambahan bahan-bahan tersebut harus tetap dijaga
keaseptisannya dengan cara mendekatkan bahan dan beaker glass dengan
bunsen. Proses penambahan air steril dilakukan secara perlahan-lahan
dan secukupnya agar starter tidak terlalu lembek dan tidak terlalau keras.
Setelah semua bahan telah tercampur dengan rata starter dibentuk bulat-
bulet agak pipih dan diletakkan kembali dalam beaker glass untuk
dilakukan proses inkubasi selama 2 hari dan pada suhu 30o C. Dilakukan
inkubasi selama 2 hari dan suhu 30o C karena pada suhu dan waktu
tersebut mikroba dapat tumbuh optimal.
4.5.5. Pembuatan Produk
Langkah awal dalam melakukan produksi tempe adalah
menyiapkan bahan. Bahan yang digunakan yaitu kedelai dan kacang
tunggak. Untuk kelompok 1 dan kelompok 2 memproduksi tempe dari
kadelai, kelompok 3 dan 4 memproduksi tempe dari kacang
tunggak.Petama, kedelai maupun kacang tunggak direndam dalam air.
Kedelai direndam selama 24 jam dan untuk kacang tunggak selama 48
jam. Perendaman dilakukan dengan tujuan agar kedelai dan kacang
tunggak menjadi lebih lunak ketika masuk proses perebusan. Setelah
direndam selama 24 jam dan 48 jam, kedelai dn kacang tunggak direbus.
Untuk kedelai direbus selama 14 menit dan kacang tunggak selama 30
menit. Kedelai hanya direbus selama 14 menit karena tekstur yang
dimiliki kedelai lebih lunak serta lebih cepat masak, sedangkan untuk
kacang tunggak direbus selama 30 menit karena kacang tunggak
memiliki tekstur yang sedikit lebih keras dibanding kedelai sehingga
proses masaknya lebih lama. Perebusan dilakukan agar kedelai maupun
kacang kedelai lebih cepat empuk dan memudahkan dalam proses
selanjutnya yakni proses pengukusan.
Setelah kedelai dan kacang tunggak direbus, kemudian dilakukan
pengukusan. Untuk kali ini waktu yang dibutuhkan pada proses
pengukusan sama, yaitu cukup 10 menit. Pengukusan kali ini dilakukan
hanya dalam waktu 10 menit karena agar kedelai dan kacang tunggak
tidak terlalu matang atau hancur pada proses pengukusan yang kedua.
Kemudian setelah dikukus, kedelai dan kacang tunggak diangkat dan
didinginkan. Pendinginan dilakukan dengan tujuan agar lebih
memudahkan dalam proses pengkulitan. Pengkulitan dilakukan dengan
cara diremas-remas agar kulit kedelai maupun kacang tunggak terlepas
dengan sendirinya. Setelah kulit terlepas, cuci dengan air mengalir
hingga beberapa kali agar kedelai dan kacang tunggak bersih dari kulit.
Kemudian kedelai dan kacang tunggak yang telah bersih dari kulit
dikukus kembali selama 5 menit agar kedelai maupun kacang tunggak
matang sempurna. Setelah matang kemudian didinginkan kembali dan
ditaruh dalam wadah agar uap panasnya menghilang. Kedelai dan kacang
tunggak yang telah dingin diberi starter sebanyak 1 %. Starter
ditambahkan karena dapat menumbuhkan miselia kapang yang
merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat.
Starter yang digunakan yakni ragi yang berasal dari pasar dan ragi
buatan. Aduk hingga kedelai dan ragi tercampur rata dan hasil tempenya
baik. Untuk kelompok 1 ragi yang digunakan yaitu ragi pasar, kelompok
2 ragi yang digunakan ragi buatan yakni pada kedelai. Sedangkan pada
kelompok yang menggunakan kacang tunggak, untuk kelompok 3 ragi
yang digunakan adalah ragi pasar dan untuk kelompok 4 ragi yang
digunakan adalah ragi buatan.
Tujuan digunakannya ragi pasar dan ragi buatan adalah untuk
mengamati perbedaan karakteristiknya yang meliputi aroma, tekstur,
warna, dan rasa. Setelah proses penambahan starter, kedelai dan kacang
tunggak dimasukkan kedalam kantong plastik. Sebelumnya plastik
terlebih dahulu di tusuk-tusuk menggunakan jarum sebanyak 100 kali.
Tujuannya agar oksigen masi tetap bisa masuk dan fermentasi dapat
berlangsung dengan baik serta tidak membuat tempe menjadi busuk,
kemudian jilid plastik. Setelah itu taruh kedelai dan kacang kedelai pada
tempat yang bersih dn suhunya tidak terlalu panas. Kemudian amati
tempe selama 24 jam, 48 jam dan 72 jam.
Nilai plus yang diberikan pada tabel pengamatan jika semakin
banyak plus maka karakteristik yang dimilki pada tempe tersebut
semakin baik, namun jika memilki banyak nilai minus kualitasnya
kurang baik.Sebaiknya dalam melakukan proses apapun teknik
keaseptisan tetap terus dilakukan dan dijaga.
4.6. Perubahan Selama Proses Fermentasi
4.4.1. Perubahan Kimiawi
1.Perubahan lemak
Asam lemak meningkat dari 0.5% menjadi 21.0%. Selama lemak disintetis
oleh Rhzopus sp. Dihasilkan gamma-linolenic acid (GLA). GLA adalah
prekursor prostaglandin dan leukotriene. Kedua prekoursor digunakan
untuk terapi penurunan kolesterol dan trigliserida pada darah. (Bisping et
al, 1993)
2. Perubahan Karbohidrat
The principal changes in carbohydrates are rapid decrease of hexoses and
the slow hyrolysis of stachyose, the flatulence factor in beans.
(Shallenberger et al, 1967)
3. Perubahan Protein dan Asam Amino
Amoniak (% total nitrogen) meningkat dari 0.1-0.7%. nitogen larut air
meningkat dari 6.5-39.0%. nitogen larut asam trichloroacetic meningkat
dari 5.9-28%. (Baumann et al, 1990)
4. Antibiotik dan Antioksidan
An isoflavone identified as 6,7,4’-trihydroxy isoflavone has been reported.
The antioxidative effectof factor 2 on retinol was about the same as DL-
alpha-tocopherol, and three times that of genistein. ( Jha, 1985)
5. Perubahan Vitamin
The increased content of some vitamins of the B group, especially
riboflavin, niacin, vitamin B6, and vitamin B12, because of fungal and
bacterial metabolic activities has been extensively examined (Bisping et al.
1993; Keuth and Bisping 1993; Denter et al. 1998).
4.7. Analisa Data
Tempe adalah kedelai yang telah mengalami proses fermentasi
oleh mokroba jenis Rhizopus sp.(Saono dkk. 1976). Hasil fermentasi
menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak, dan menyebabkan antar
biji kedelai melekat karena miselium dari kapang tadi. teurainya protein
yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga
mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan dari
kedelai yang tidak melalui proses fermentasi. Jamur ini akan mengubah
protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna karena adanya
perubahan-perubahan pada protein, lemak, dan karbohodrat menjadi
produk baru yang mudah dicerna tubuh manusia.
Pada praktikum mengenai produksi tempe menggunkan
mengunakan dua bahan yang berbeda yaitu menggunakan kacang kedelai
dan kacang tunggak. Proses fermentasi yang terjadi akan menghasilkan
energi. Energi tersebut sebagian ada yang berupa energi panas sehingga
menyebabkan tempe menjadi terasa hangat. Selain itu, saat inkubasi,
tempe juga mengalami perubahan warna, dan tekstur serta menghasilkan
gas CO2 (muncul titik air pada plastik).
Saat produksi tempe, kelompok satu menggunakan ragi pasar
sebagai starter pembuatan tempe. Perubahan yang terjadi diamati selama
24, 48, dan 72 jam , yaitu meliputi kekompakan antar kedelai, aroma, serta
tekstur tempe. Pada pengamatan 24 jam kekompakan sudah terbentuk
yaitu kedelai pada tempe berselimut kapas yang putih dikarenakan kapang
Rhizopus sp membentuk mycelium berwarna putih dan jaringan yang kuat
antar biji kedelai (buku petunjuk praktikum,2013), aroma tempe sudah
mulai tercium, penyebabnya adalah respirasi yang terjadi pada kedelai saat
fermentasi berlangsung, kemudian teksturnya sudah mulai memadat, yang
disebabkan oleh miselium Rhizopus sp yang memenuhi ruang kosong
didalam tempe, lalu tempe terasa sedikit hangat, ini karena Rhizopus sudah
mulai memfermentasi dan menghasilkan energi. Pada pengamatan ke 48
jam, kekompakan antara biji kedelai sudah mulai tampak jelas, karene
Rhizopus sudah tumbuh 2 hari sehingga miseliumnya sudah banyak
terbentuk. Lalu aroma sudah berbau tempe, karena hamper semua kedelai
sudah terfermentasi menjadi tempe, kemudian teksturnya sudah memadat,
karena miselium sudah banyak terbentuk. Dan pada pengamatan ke 72
jam, pada tempe muncul bercak hitam pada permukaannya, ini karena
spora dari Rhizopus sudah terbentuk, lalu kekompakan sudah sangat
terlihat kuat antar kedelai, aroma sudah khas tempe, dan untuk tekstur
sangat memadat, serta tempe sudah hangat terasa.
Kelompok dua mengunakan bahan kacang kedelai menggunakan
ragi buatan. Pengamatan 24 jam, kekompakan belum terlihat dikarenakan
myselium Rhizopus belum kuat mengikat kedelai, aromanya belum berbau
tempe karena belum terfermentasi sempurna, dan tekturnya belum ada
pemadatan karena myselium belum tumbah banyak, tetapi rarna putih
sudah tampak pada sebagian permukaan tempe, ini karena myseliumnya
sudah tumbuh di permukaannya. Pengamatan 48 jam warna, tekstur,
aroma, dan kekompakan sudah menyerupai tempe pada umumnya, ini
karena Rhizopus sudah tumbuh dengan baik pada tempe sehingga dapat
memfermentasi kedelai dengan optimum, serta myselium sudah tumbuh
banyak dan mengikat kuat kedelai pada tempe. Pengamatan 72 jam aroma
serta warna tempe mengalami perubahan yang semakin menjauhi khas
tempe, ini disebabkan karena metabolit m.o. lain yang mengkontaminasi
tempe. Kontaminasi dapat terjadi pada pemakaian starter buatan yang
sudah terkontaminasi sejak awal.
Kelompok 3 menggunakan bahan kacang tunggak dan ragi pasar
yang hasilnya semua segi yang diamati semakin lama semakin menyerupai
karakteristik tempe pada umumnya. Tetapi tekstur dan aromanya belum
muncul diawal pengamatan yang dikarenakan fermentasi baru mulai dan
miselyum kapang belum banyak yang tumbuh sehingga tempe tidak
memadat.
Kelompok 4 menggunakan bahan kacang tunggak dengan ragi
buatan. Hasil yang diperoleh adalah semua aspek yang diamati semakin
lama semakin mendekati ciri tempe, tetapi karena myselium belum
tumbuh banyak pada pengamatan ke 24 jam, maka tekstur dan
kekompakannya belum tampak pada waktu itu.
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
- Proses fermentasi paada tempe menggunakan mikroba jenis Rhizopus sp.
- Fermentasi menyebabkan kedelai mengalami perubahan morfologi dan
fisiologi.
- Penyebab hangatnya tempe adalah karena pelepasan energi oleh Rhizopus
sp.
- Tempe lebih mudah dicerna tubuh manusia karena terjadi perombakan
protein, lemak, dan karbohidrat menjadi lebih sederhana oleh kapang yang
berperan.
- Hasil percobaan dengan ragi buatan kurang baik daripada dengan ragi
pasar, hal ini dapat dikarenakan jeleknya kualitas ragi yang dibuat baik
secara nutrisi yang terkandung dalam ragi maupun ke aseptisan ragi
tersebut.
5.2. Saran
- Perhatikanlah kebersihan alat yang digunakan saat praktikum karena akan
mempengaruhi hasil produk yang didapat.
- Belajarlah dari orang yang memiliki pengalaman dalam membuat tempe
supaya dapat mengerti apa yaang terjadi saat terjadi penyimpangan
produk.
- Saat identifikasi kapang harus teliti supaya tidak keliru memilihnya untuk
pemanfaatan fermentasi kedelai.
DAFTAR PUSTAKA
Bisping, B., Hering, L., Baumann, U., Denter, J., Keuth, S. And Rehm, H.J. 1993.
Tempe fermentation – some aspects of formation of gamma-linolenic acid,
proteases and vitamins. Biotechnology Advances 11, 481–493.
Fardiaz S., 1989, Mikrobiologi Pangan, PAU-IPB, Bogor.
Pitt, J.I. and A.D Hocking, 1985, Fungi and Food Spoilage, Academic Press,
Australia.
Samson et al. (1995) menyatakan bahwa jamur R. oligosporus dan R. oryzae
memiliki warna abu-abu (kecoklatan).
Saono, S., S. Brotonegoro, S. Abu Bakar T.J. Basuki dan I.G.P. Badjra. 1976.
Microbiological studies on Tempe, Kecap and Tauco. ASEAN projecton
soybean and protein rich foods.
Steinkraus, K.H. (1995) Handbook of Indigenous Fermented Foods, 2nd revised
and expanded edn. New York: Marcel Dekker.
Widianarko . 2002. Tips Pangan ”Teknologi, Nutrisi, dan Keamanan Pangan”.
Grasindo. Jakarta
LAMPIRAN
Gambar Hasil Pengamatan kelompok 2
Pengamatan ke 24 jam
Pengamatan ke 48 jam
Pengamatan ke 72 jam