Tempe Kedelai

93
i PENGARUH TEMPE KEDELAI TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Galur Wistar HIPERGLIKEMIA SKRIPSI Oleh : YULI RINAWATI NPM. 07320302 JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IKIP PGRI SEMARANG SEMARANG 2011

description

Tempe Kedelai

Transcript of Tempe Kedelai

  • i

    PENGARUH TEMPE KEDELAI TERHADAP KADAR KOLESTEROL

    TOTAL DAN KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS PUTIH

    (Rattus norvegicus) Galur Wistar HIPERGLIKEMIA

    SKRIPSI

    Oleh :

    YULI RINAWATI

    NPM. 07320302

    JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

    FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    IKIP PGRI SEMARANG

    SEMARANG

    2011

  • ii

    LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

    Kami selaku pembimbing I dan pembimbing II dari mahasiswa IKIP PGRI

    Semarang :

    Nama : Yuli Rinawati

    NPM : 07320302

    Jurusan : Pendidikan Biologi

    Judul Skripsi: Pengaruh Tempe Kedelai Terhadap Kadar Kolesterol Total Dan

    Kadar Trigliserida Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur

    Wistar Hiperglikemia.

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang dibuat oleh mahasiswa tersebut diatas

    telah selesai.

    Semarang, 17 November 2011

    Pembimbing I

    Dra.Eny Hartadiyati.W.H. M.Si.Med

    NPP. 936801102

    Pembimbing II

    Endah Rita S.D. S.Si, M.Si

    NPP. 937001100

    Mengetahui

    Dekan FPMIPA

    Drs. Nizarudin, M.Si

    NIP. 196803251994031004

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

    Skripsi Berjudul

    PENGARUH TEMPE KEDELAI TERHADAP KADAR KOLESTEROL

    TOTAL DAN KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS PUTIH

    (Rattus norvegicus) Galur Wistar HIPERGLIKEMIA

    yang dipersiapkan dan disusun oleh

    Yuli Rinawati

    NPM. 07320302

    Telah di pertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Pendidikan

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang,

    pada hari selasa tanggal 15 November 2011.

    Panitia Ujian

    Ketua

    Drs. Nizarudin, M. Si

    NIP. 196803251994031004

    Sekretaris

    Endah Rita S. Dewi, S. Si., M. Si.

    NPP. 937001100

    Anggota Penguji

    1. Dra. Eny Hartadiyati WH, M.Si, Med ( .. ) NPP. 936801102

    2. Hj. Endah Rita Sulistya D., S.Si, M.Si ( .. )

    NPP. 937001100

    3. Drs. Ben Suharno, M.Si ( ...... )

    NIP. 195106161980031002

  • iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    Barang siapa yang banyak bersedih maka fisiknya akan mengalami sakit

    (HR. Ahmad).

    Masa depan yang cerah selalu tergantung pada masa lalu yang dilupakan.

    Kesempatan tidak datang dua kali.

    Perjuangan memerlukan ketabahan.

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan untuk :

    Ayah dan Ibunda tercinta, yang telah memberikan

    kasih sayang, pengorbanan, kesabaran serta doanya

    yang tiada henti sejak aku lahir hingga kini dewasa.

    Saudaraku tersayang Mz edy, titik, admi, kristin,

    puput dan isro yang selalu memberiku semangat.

    Kekasihku tersayang Agus Purnomo yang selalu

    memberi arti dalam hidupku, memberi dukungan

    dan selalu setia mendampingiku.

    Teman-teman BIOLOGI angkatan 2007 khususnya

    kelas G, yang caem-caem dan selalu kompak,

    banyak kenangan indah yang tersimpan bersama

    kalian.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat,

    rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    dengan judul Pengaruh Tempe Kedelai Terhadap Kadar Kolesterol total

    dan Kadar Trigliserida pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar

    Hiperglikemia,

    Penulis percaya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka penulisan

    skripsi ini tidak dapat berjalan lancar. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

    terimakasih kepada:

    1. Muhdi, S.H., M.H., selaku Rektor IKIP PGRI Semarang.

    2. Drs. Nizarudin, M. Si selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang yang

    telah memberikan ijin untuk menyelesaikan penelitian.

    3. Endah Rita S.Dewi, S.Si., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi.

    4. Dra. Eny Hartadiyati WH, M.Si, Med selaku pembimbing I, yang telah

    meluangkan waktu dan pikirannya untuk terlaksanannya Skripsi ini.

    5. Dosen serta Karyawan Jurusan Pendidikan Biologi IKIP PGRI Semarang.

    6. Keluarga dan sahabat-sahabatku yang telah memberikan semangat dan

    dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

    7. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini.

    Penulis sadar sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

    sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

    membangun kepada semua pihak.

    Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam

    peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat bagi

    para pembaca pada khususnya.

    Semarang, November 2011

    Yuli Rinawati

  • vi

    ABSTRAK

    Yuli Rinawati. NPM : 07320302. Pengaruh Tempe Kedelai Terhadap Kadar

    Kolesterol Total dan Kadar Trigliserida pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur

    Wistar Hiperglikemia. Pembimbing : Dra. Eny Hartadiyati. WH. M. Si. Med dan Endah

    Rita S. Dewi, S.Si, M.Si.

    Penelitian ini bertujuan : (1) Menganalisa pengaruh tempe kedelai terhadap kadar

    kolesterol total dan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar

    hiperglikemia. (2) Menentukan dosis tempe kedelai yang tepat untuk menormalkan kadar

    kolesterol total dan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar

    hiperglikemia.

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011 sampai Juni 2011. Pengujian

    kolesterol total dan trigliserida di Balai Laboratorium Kesehatan Semarang. Metode yang

    digunakan adalah metode eksperimen (penelitian) dengan Rancangan Acak Lengkap

    (RAL), empat perlakuan dan tiga ulangan dengan dosis kontrol (I), tempe kedelai 5 gr

    (II,) tempe kedelai 10 gr (III), dan tempe kedelai 15 gr (IV), selama 14 hari. Subyek

    penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar. Data dianalisis dan di

    interprestasi dengan One-Way ANOVA, dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil

    (BNT) serta dilakukan Tes Paired (Paired-Samples T Test).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempe kedelai berpengaruh terhadap

    penurunan kadar kolesterol total pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar

    hiperglikemia yaitu pre test kolesterol total dengan Fhitung (0,645) < Ftabel 5 % (4,07) dan

    Ftabel 1% (7,59), sedangkan post test kolesterol total dihasilkan Fhitung (15,803) > Ftabel 5%

    (4,07) dan Ftabel 1% (7,59), hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima,

    kemudian uji t didapatkan nilai sig 0,04, 0,84, 0,46, dan 0,14 (p>0,05) menunjukan, tidak

    berbeda nyata atau tidak signifikan penurunan kadar kolesterol total. Pada kadar

    trigliserida untuk pre test Fhitung (0,487) < Ftabel 5% (4,07) dan 1% (7,59) yang berarti tidak

    signifikan, sedangkan pada post test Fhitung (4,554) > Ftabel 5% (4,07). hal ini menunjukan

    bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, kemudian uji t didapatkan nilai sig 0,09, 0,96, 0,75,

    dan 0,95 (p>0,05) menunjukan penurunan kadar trigliserida yang terjadi tidak berbeda

    nyata atau signifikan.

    Berdasarkan analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa tempe kedelai

    berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol total dan kadar trigliserida pada tikus

    putih (Rattus norvegicus) galur wistar hiperglikemia. Namun, secara statistik penurunan

    kadar kolesterol total dan kadar trigliserida tidak berbeda nyata atau tidak signifikan.

    Kata Kunci : Tempe Kedelai, Kadar Kolesterol total, Kadar Trigliserida, dan

    Hiperglikemia.

  • vii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

    MOTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ................................................................................... v

    ABSTRAK ..................................................................................................... vi

    DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

    BAB I. PENDAHULUAN

    1. 1Latar Belakang ....................................................................... 1

    1. 2Rumusan Masalah .................................................................. 5

    1. 3Tujuan Penelitian .................................................................... 5

    1. 4Manfaat Penelitian .................................................................. 5

    1. 5Penegasan Istilah .................................................................... 6

    1. 6Sistematika Penulisan Skripsi................................................. 8

    BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    2. 1 Tinjauan Tentang Biji Kedelai ............................................ 9

    2. 2 Tempe Kedelai .................................................................... 10

    2. 3 Isoflavon .............................................................................. 14

  • viii

    2.3.1. Struktur dan Kandungan Isoflavon ................. 14

    2.3.2. Biosintesa Senyawa Flavon/Isoflavon .................... 16

    2.3.3. Potensi Pemanfaatan Senyawa Isoflafon dalam Menurunkan Kadar Kolesterol .................... 18

    2. 4 Kolesterol ............................................................................ 21

    2.4.1. Struktur Kimia Kolesterol ....................................... 21

    2.4.2. Definisi Kolesterol .................................................. 22

    2.4.3. Fungsi Kolesterol .................................................... 22

    2.4.4. Mekanisme Transport Kolesterol dalam Tubuh ...... 22

    2.4.5. Metabolisme Kolesterol .......................................... 23

    2.4.6. Sintesis Kolesterol ................................................... 24

    2.4.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar

    Kolesterol...... 25

    2.4.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Laboratorium .......................................................... 25

    2. 5 Trigliserida (Triasilgliserol) ............................................... 26

    2.5.1. Definisi dan Stuktur Kimia Trigliserida.. 26

    2.5.2. Metabolisme Trigliserida 26

    2.5.3. Fungsi Trigliserida ..... 27

    2.5.4. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Trigliserida.. 28

    2. 6 Hiperglikemia ...................................................................... 29

    2.6.1 Type DM.. 30

    2.6.2 Faktor-Faktor Penyebab DM... 31

    2. 7 Hubungan Kadar Kolesterol dengan Hiperglikemia ........... 33

  • ix

    2. 8 Hipotesis... 38

    BAB III. METODE PENELITIAN

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 39

    3.2 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................. 39

    3.1.1. Populasi..... 39

    3.1.2. Sampel... 39

    3.3 Variabel Penelitian ................................................................. 40

    3.4 Rancangan Penelitian ............................................................. 40

    3.5 Prosedur Penelitian ................................................................. 43

    3.5.1. Persiapan Penelitian... 43

    3.5.2. Penentuan Dosis Tempe Kedelai Untuk Tikus.. 45

    3.5.3. Pelaksanaan Penelitian.... 46

    3.6 Pengambilan Data ................................................................... 48

    3.7 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................... 48

    3.8 Metode Analisis Data . 49

    BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian .................................................................. 54

    4.1.1 Data Kadar Kolesterol total Pre test dan Post test . 54

    4.1.2 Analisis Data Kadar Kolesterol total ..................... 56

    4.1.3 Data Kadar Trigliserida Pre test dan Post test ....... 62

    4.1.4 Analisis Data Kadar Trigliserida ........................... 64

    4.2 Pembahasan ....................................................................... 69

    4.2.1. Kadar Kolesterol Total Pada Darah Tikus ............. 69

  • x

    4.2.1. Kadar Trigliserida Pada Darah Tikus .................... 72

    BAB V. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan ........................................................................ 75

    5.2 Saran .................................................................................. 76

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Kandungan Gizi dalam 100 g Tempe Kedelai ................................. 11

    Tabel 2.2 Kandungan Isoflavon dalam bahan pangan per 100 gr .................... 17

    Tabel 3.1 Denah Percobaan / Lay Out ............................................................ 42

    Tabel 3.2 Konversi Dosis Manusia dan antar Jenis Hewan ............................. 45

    Tabel 3.3 Kadar Kolesterol Total dan Kadar Trigliserida dengan

    Penambahan Tempe Kedelai Pada Makanan Tikus Galur Wistar ... 49

    Tabel 3.4 Analisis Varians (Sidik Ragam) ...................................................... 52

    Tabel 4.1. Kadar Kolesterol total Pada Darah Tikus ( Rattus norvegicus )

    Galur Wistar Hiperglikemia Dalam gram Sebelum Pemberian

    Perlakuan ( Pre test ) ........................................................................ 54

    Tabel 4.2 Kadar kolesterol total Pada Darah Tikus ( Rattus norvegicus )

    Galur Wistar Hiperglikemia dalam gram Setelah Pemberian

    Perlakuan ( Post test ). .................................................................... 55

    Tabel 4.3. Test Normalitas Kadar Kolesterol total pada Darah Tikus putih

    ( Rattus norvegicus ) Galur Wistar Hiperglikemia dalam gram ..... 56

    Tabel 4.4. Test of Homogeneity of Variances kadar kolesterol pada Darah

    Tikus (Rattus norvegicus) Galur Wistar Hiperglikemia Pre test

    dan Post test. ................................................................................... 57

    Tabel 4.5 Hasil Analisis Varians ( ANAVA ) terhadap Kadar Kolesterol

    total Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) Galur wistar Hiperglikemia

    ( Pre test ) ......................................................................................... 58

    Tabel 4.6 Hasil Analisis Varians ( ANAVA ) terhadap Kadar Kolesterol total

    Tikus Putih (Rattus norvegicus ) galur wistar hiperglikemia

    (Post test) ......................................................................................... 59

    Tabel 4.7 Uji Jarak Ganda Duncan ( UJGD ) Kadar Kolesterol total Tikus

    Putih (Rattus norvegicus) Galur wistar Hiperglikemia ( Post test ) 60

    Tabel 4.8 Hasil Uji t (Paired-Samples T Tast)Kadar Kolesterol total pada

    Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar Hiperglikemia. ....... 61

  • xii

    Tabel 4.9 Kadar Trigliserida pada darah Tikus ( Rattus norvegicus ) Galur

    Wistar dalam gram Sebelum Pemberian Perlakuan (Pre test). ........ 62

    Tabel 4.10 Kadar Trigliserida pada darah Tikus Putih ( Rattus norvegicus )

    Galur Wistar Hiperglikemia dalam gram Setelah Pemberian

    Perlakuan (Post test) ...................................................................... 62

    Tabel 4.11 Test Normalitas Kadar Trigliserida pada Darah Tikus Putih

    (Rattus norvegicus) Galur Wistar Hiperglikemia dalam gram...... 64

    Tabel 4.12 Test of Homogeneity of Variances kadar trigliserida pada Darah

    Tikus Putih (Rattus norvegicus ) Galur Wistar Hiperglikemia

    Pre test dan Post test ...................................................................... 65

    Tabel 4.13 Hasil Analisis Varians ( ANAVA ) terhadap Kadar Trigliserida

    Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar Hiperglikemia

    (Pre test ) ....................................................................................... 66

    Tabel 4.14 Hasil Analisis Varians (ANAVA) terhadap Trigliserida Tikus

    (Post test) ...................................................................................... 66

    Tabel 4.15 Uji Jarak Ganda Duncan ( UJGD ) Kadar trigliserida Tikus Putih

    (Rattus norvegicus) Galur wistar Hiperglikemia ( Post test) ........ 67

    Tabel 4.16 Hasil Uji t (Paired-Samples T Tast)Kadar Trigliserida pada Tikus

    Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar Hiperglikemia. .............. 68

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Struktur Kimia Isoflavon ................................................................ 14

    Gambar 2.2 Struktur isoflavon utama pada kedelai .............................................. 15

    Gambar 2.3 Struktur Kimia Kolesterol ................................................................ 21

    Gambar 2.4 Struktur trigliserida sebagai lemak netral .......................................... 26

    Gambar 2.5 Alloxan ......................................................................................... 33

    Gambar 2.6 Kerangka Teori Penelitian ............................................................... 36

    Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 37

    Gambar 3.1 Rancangan acak lengkap Post Test dengan kelompok kontrol .... 41

    Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pembuatan Tempe ...................................... 44

    Gambar 3.3 Alur Penelitian.............................................................................. 47

    Gambar 4.1 Diagram Batang Kolesterol total Pre test dan Post test ( gram ) .......... 56

    Gambar 4.2 Diagram Batang Trigliserida Pre test dan Post test ( gram ) ................ 63

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Analisis Data Hasil Penelitian

    Lampiran 2. Hasil Analisis Uji t ( Tes-Samples T Paired )

    Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dan Dokumentasi Penelitian

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kesehatan adalah kenikmatan yang diharapkan oleh setiap manusia dalam

    kehidupan sehingga manusia diharapkan untuk mampu selalu menjaga

    kesehatannya. Dalam kehidupan sekarang telah banyak ilmuilmu yang

    mempelajari tentang kesehatan, baik ilmu tentang kesehatan dan ilmu tentang

    penyakit. Segala hal yang dilakukan seperti pola dan gaya hidup sangat

    berpengaruh terhadap kondisi kesehatan tubuh dan penyakit yang kemungkinan

    dapat diderita. Salah satunya penyakit degeneratif yang dapat timbul dikarenakan

    pola dan gaya hidup yang dapat mengganggu kesehatan seseorang adalah

    Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu kelompok

    penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena

    kelainan sekresi insulin, kerusakan kinerja insulin atau kombinasi keduanya.

    Tidak optimalnya kerja insulin merupakan akibat dari kurangnya sekresi

    insulin atau kurangnya respon jaringan terhadap insulin. Kurangnya sekresi

    insulin dan kerusakan kerja insulin sering terjadi bersamaan sehingga

    menyebabkan kelainan yang merupakan penyebab terjadinya hiperglikemia.

    Peningkatan prevalensi diabetes seiring dengan peningkatan faktor risiko yaitu

    obesitas (kegemukan), kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, merokok,

    hiperkolesterol, hiperglikemia dan lain-lain. Prevalensi faktor risiko DM dari

    2001-2004, yaitu: obesitas dari 12,7% menjadi 18,3%, hiperglikemia dari 7,9%

    menjadi 11,3% dan hiperkolesterol dari 6,5% menjadi 12,9% (Depkes, 2008).

  • 2

    Diabetes Melitus (DM) sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit

    ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam

    keluhan.

    Fungsi kerja insulin dan fungsi kerja glukagon pada metabolisme tubuh

    mempengaruhi proses glikolisis dan glukoneogenesis yang berperan dalam

    mengatur kadar gula darah dan kadar trigliserida tubuh. Reaksi insulin pada hati

    mengatur tingkat produksi trigliserida dari asam lemak bebas dan akan berdampak

    pada meningkatnya tingkat profil lemak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

    oleh Barbara Blades and Abhimanvu Garg (1995), didapatkan hasil bahwa

    kenaikan kadar trigliserida berhubungan dengan diet tinggi karbohidrat yang

    berkaitan dengan penurunan aktivitas lipoprotein lipase (LPL) dan peningkatan

    sekresi very low density lipoprotein (VLDL) pada hati. Asupan zat gizi yang

    dikonsumsi akan mengalami proses metabolisme dalam tubuh yang menghasilkan

    50% glukosa yang dimakan, dibakar menjadi CO2 dan H2O, 5% diubah menjadi

    glikogen dan sekitar 30-40% diubah menjadi lemak. Bagi penderita diabetes

    melitus terjadi penurunan pengubahan glukosa menjadi asam lemak karena

    defisiensi glukosa intrasel. Insulin menghambat lipase sensitif hormon dalam

    jaringan adiposa dan tanpa enzim ini kadar asam lemak bebas plasma lebih dari

    dua kali (Ganong, 1983).

    Peningkatan glukagon juga meningkatkan mobilisasi asam lemak. Dalam

    hati dan jaringan lain, asam lemak dikatabolisme menjadi asetil ko-A. Sebagian

    asetil ko-A dibakar bersama dengan residu asam amino menjadi CO2 dan H2O

    dalam siklus asam sitrat tetapi suplainya melebihi kapasitas katabolisme asetil ko

  • 3

    -A jaringan. Di hati penderita diabetes melitus terjadi peningkatan

    glukoneogenesis dan banyaknya glukosa dalam sirkulasi, selain itu juga terdapat

    kegagalan pengubahan asetil ko-A menjadi malonil ko-A yang kemudian menjadi

    asam lemak (Ganong, 1983).

    Guyton (1997), menyatakan bahwa insulin berperan meningkatkan

    pemakaian glukosa sebagai energi bagi jaringan tubuh dan secara otomatis

    mengurangi pemakaian sumber lain yaitu lemak. Oleh karena itu, bila insulin

    tidak ada atau tubuh kekurangan insulin maka penyimpanan asam lemak dalam

    hati menuju jaringan adiposa terhambat dan berakibat pada peningkatan

    pemecahan lemak sebagai sumber energi. Bila insulin tidak ada atau sangat sedikit

    maka enzim LSH menjadi sangat aktif untuk menghidrolisis trigliserida yang

    disimpan sehingga terjadi pelepasan asam lemak dan gliserol pada sirkulasi darah

    dalam jumlah sangat banyak.

    Trigliserida merupakan lemak utama di dalam tubuh yang sangat erat

    kaitannya dengan kolesterol, di mana keduanya mempunyai hubungan yang tidak

    dapat dipisahkan dalam proses transport dan metabolisme kolesterol dalam tubuh.

    Baik metabolisme glukosa dan lipid merupakan proses yang sangat kompleks,

    dikendalikan oleh hormon peptide dan steroid, serta diet. Gangguan metabolisme

    lemak pada penderita diabetes biasanya berupa triad lipid, yaitu

    hipertrigliseridemia, hiperkolesterolemia terutama kolesterol Low Density

    Lipoprotein (LDL) dan rendahnya kadar kolesterol HDL. Sejumlah riset baru-baru

    ini mengindikasikan, jenis lemak (kolesterol dan trigliserida) ini patut diwaspadai

    karena dapat menjadi ancaman yang lebih serius bagi kesehatan. (dalam cyber:

  • 4

    http://www.blogdokter.net/2007/12/13/seluk-beluk kolesterol-2/. diakses pada 29

    Desembar 2010).

    Kini konsumsi makanan yang disarankan adalah berasal dari bahan-bahan

    alami dan salah satunya adalah tempe kedelai, selain merupakan makanan sehari-

    hari, tempe kedelai memiliki banyak manfaat dalam penyembuhan penyakit,

    kecenderungan ini diduga karena di dalam tempe ditemukan suatu zat antioksidan

    dalam bentuk isoflavon. Tempe kedelai mengandung sekitar 500 gram isoflavon

    dapat memperbaiki kerusakan insulin yang mengakibatkan penurunkan gula darah

    tinggi pada manusia, dosis tersebut diduga berpengaruh pula pada penurunan

    kadar kolesterol dan trigliserida tinggi.

    Atas dasar alasan tersebut, maka peneliti mencoba meneliti apakah

    pemberian tempe kedelai benar-benar berpengaruh pada penurunan kadar

    kolesterol total dan kadar trigliserida, yang dilakukan pada tikus putih (Rattus

    norvegicus) galur wistar sebagai hewan eksperimen. Peneliti lebih menekankan

    pada pengaruh isoflavon dalam tempe sebagai pendugaan sementara, karena

    isoflavon tersebut dalam beberapa studi literatur telah jelas berperan dalam

    penurunan kadar kolesterol total dan kadar trigliserida meskipun faktor-faktor lain

    yang terdapat dalam tempe diduga memiliki andil dalam penurunan seperti

    protein, asam lemak esensial (ALE), zat antibakteri tempe, energi, asam amino

    lisin dan arginin. Tentu saja dosis yang diberikan kepada tikus telah dikonversikan

    terlebih dahulu dari dosis yang dikonsumsikan kepada manusia.

  • 5

    1.2. Permasalahan

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

    sebagai berikut:

    a. Bagaimanakah pengaruh kandungan isoflavon dalam tempe kedelai terhadap

    penurunan kadar kolesterol total dan kadar trigliserida pada tikus putih

    (Rattus norvegicus) galur wistar hiperglikemia ?

    b. Pada dosis berapa tempe kedelai mampu menurunkan kadar kolesterol dan

    trigliserida tikus putih (Ratus norvegicus) galur wistar ?

    1.3. Tujuan

    Penelitian ini bertujuan:

    a. Menganalisis pengaruh tempe kedelai terhadap penurunan kadar kolesterol

    total dan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar

    hiperglikemia.

    b. Menentukan dosis tempe kedelai yang tepat untuk menurunkan kadar

    kolesterol total dan kadar trigliserida pada tikus putih (Ratus norvegicus)

    galur wistar hiperglikemia.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu

    pengetahuan serta memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat

    tempe kedelai untuk menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida yang

    dilakukan pada tikus putih (Ratus norvegicus) galur wistar sebagai hewan

    eksperimen.

  • 6

    1.5. Penegasan Istilah

    Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan untuk memperjelas

    penelitian ini maka diberikan pembatasan istilah sebagai berikut :

    a. Tempe adalah produk pangan yang sangat populer di Indonesia, diolah

    dengan proses fermentasi kedelai dalam waktu tertentu menggunakan kapang

    Rhizopus Sp. Secara umum tempe mempunyai ciri berwarna putih karena

    pertumbuhan miselia-miselia jamur yang menghubungkan antar biji- biji

    kedelai sehingga terbentuk tekstur yang kompak (Syarief, 1999).

    b. Kolesterol total merupakan senyawa lemak berlilin yang sebagian besar

    diproduksi tubuh di dalam liver dari makanan berlemak yang kita makan.

    Kolesterol diperlukan tubuh untuk membuat selaput sel, membungkus serabut

    saraf, membuat berbagai hormon dan asam tubuh (Cahyowati, 2008).

    c. Trigliserida adalah sejenis lemak dalam darah yang bermanfaat sebagai

    sumber energi. Kadar trigliserida tinggi biasanya disebabkan oleh kegemukan

    dan gaya hidup kurang berolah raga. Diabetes, gangguan ginjal dan obat-

    obatan tertentu juga dapat meningkatkan kadar trigliserida (Cahyowati,

    2008).

    d. Hiperglikemia adalah suatu keadaan metabolisme karbohidrat yang ditandai

    dengan kadar gula darah yang tinggi dan terdapat glukosa dalam urin

    (Glukosuria). Pada keadaan hiperglikemia, akan menghambat pengambilan

    glukosa di sel otot dan sel lemak serta penurunan sekresi insulin oleh sel- di

    pankreas (Chotimah, 2009).

  • 7

    1.6. Sistematika Skripsi

    Penyusunan laporan skripsi di bagi menjadi tiga bagian dengan sistematika

    sebagai berikut :

    a. Bagian awal skripsi

    Berisi halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman

    pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar

    tabel, dan daftar lampiran.

    b. Bagian isi skripsi terdiri dari :

    Bab I : Pendahuluan

    Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

    penegasan istilah, dan sistematika skripsi.

    Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis

    Meliputi tentang tinjauan umum tentang tempe kedelai, kadar

    kolesterol total, kadar trigliserida, hiperglikemia, tikus alloxan.

    Bab III : Metode Penelitian

    Meliputi tempat dan waktu penelitian, alat dan bahan penelitian,

    prosedur penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian,

    rancangan penelitian, dan metode analisis data.

    Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

    Meliputi analisis yang mengkaji proses, uji data pre test dan post

    test, dan pembahasan hasil penelitian.

    Bab V : Penutup

    Meliputi kesimpulan dan saran-saran

  • 8

    c. Bagian akhir skripsi terdiri dari :

    Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

    2.1. Tinjauan Tentang Biji Kedelai

    Menurut Budisantoso (1994), Biji kedelai terdiri dari 2 bagian, yaitu kulit

    biji (testa) dan embrio. Warna biji kedelai beragam, mulai dari kuning, hijau,

    coklat, hitam, atau campuran antara warna-warna tersebut. Kulit bijinya terdiri

    dari 3 lapisan sel, sedang embrionya terdiri dari kotiledon, plumula dan poros

    hipokotil-bakal akar. Kotiledon inilah yang merupakan bagian terbesar dari biji

    kedelai dan berisi bahan makanan yang sebagian besar terdiri dari protein dan

    lemak. Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan

    lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat),

    isoflavon dan lesitin. Dalam proses pemanfaatannya sebagai makanan, kedelai

    dapat dimasak, difermentasi, atau diambil sarinya sehingga menjadi makanan

    yang mudah dicerna dan diserap tubuh. Olahan biji kedelai dapat dibuat menjadi:

    a. Tahu (tofu),

    b. Bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat

    dari kedelai hitam),

    c. Tempe

    d. Susu kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa),

    e. Tepung kedelai,

    f. Minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon,

    pelarut, dan biodiesel.

    g. Taosi

  • 10

    h. Tauco, dan lain-lain.

    Dari semua produk/ hasil olahan biji kedelai, tempe merupakan bahan

    makanan yang sangat digemari oleh masyarakat, walaupun dahulu pernah

    diremehkan sebagai bahan makanan untuk kaum miskin. Selain merupakan

    makanan sehari-hari sebagai pengganti ikan dan daging. Didaerah yang rawan

    gizi, baik dikota maupun di desa tempe dapat dijadikan bahan pangan sumber

    protein nabati dalam menu makanan sehari-hari.

    2.2. Tempe Kedelai

    Tempe merupakan produk pangan yang sangat populer di Indonesia,

    diolah dengan proses fermentasi kedelai dalam waktu tertentu menggunakan

    kapang Rhizopus Sp. Secara umum tempe mempunyai ciri berwarna putih karena

    pertumbuhan miselia-miselia jamur yang menghubungkan antar biji-biji kedelai

    sehingga terbentuk tekstur yang kompak. Jenis kapang dalam fermentasi tempe

    tidak memproduksi racun (toxin), namun sebaliknya mampu melindungi tempe

    terhadap racun aflatoxin dari kapang yang memproduksinya. Proses fermentasi

    tempe mampu meningkatkan aktivitas dan jumlah enzim superoksida dismutase,

    salah satu enzim antioksidan yang dipergunakan untuk menjaga tubuh dari

    serangan radikal bebas yang tidak terkendali yaitu penyakit kanker.

    Menurut Budi Widianarko (2002) secara kuantitatif nilai gizi tempe sedikit

    lebih rendah daripada nilai gizi kedelai, namun secara kualitatif nilai gizi tempe

    lebih besar karena tempe mempunyai nilai cerna yang lebih baik. Hal ini

    disebabkan kadar protein yang larut dalam air akan meningkat akibat aktivitas

  • 11

    enzim proteolitik. Tempe memiliki kandungan protein cukup tinggi dengan asam

    amino essensial yang lengkap karena kualitas protein sangat ditentukan oleh

    kandungan asam amino baik jumlah maupun macamnya serta susunan asam

    amino dalam molekul protein. Tabel di bawah menunjukkan kandungan gizi

    dalam 100 g tempe kedelai, dan kandungan asam amino essensial dalam 100 g

    tempe kedelai.

    Tabel 2.1 Kandungan Gizi dalam 100 g Tempe Kedelai No Kandungan Gizi Banyakanya

    1 Energi (Kkal) 149,0

    2 Protein (g) 64,0

    3 Air (g) 18,3

    4 Lemak (g) 4,0

    5 Karbohidrat (g) 12,7

    6 Abu (g) 1,0

    7 Kalsium (mg) 129,0

    8 Vitamin B1 -

    9 Vitamin B2 -

    10 Besi (mg) 10,0

    Sumber : Direktorat gizi departemen kesehatan RI,1996

    Berdasarkan tabel diatas, secara garis besar manfaat kandungan gizi tempe

    kedelai bagi tubuh adalah sebagai berikut:

    a. Asam Lemak

    Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan

    derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh

    majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya. Dalam

    proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan,

    sedangkan kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak

  • 12

    terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan

    terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif

    sterol di dalam tubuh.

    b. Vitamin

    Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B

    kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber

    vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe

    antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat

    (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin). Vitamin B12

    umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan

    nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), namun tempe mengandung vitamin

    B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari

    bahan pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok pada

    pembuatan tempe; vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama

    fermentasi dari kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali,

    niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali

    lipat. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri

    kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii. Kadar

    vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram

    tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12

    seseorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak

    perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka

    melibatkan tempe dalam menu hariannya.

  • 13

    c. Mineral

    Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup.

    Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05

    mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan

    menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan

    inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi,

    kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.

    d. Protein

    Kandungan protein yang tinggi dalam tempe mampu membentuk dan

    memperbaiki jaringan tubuh yang rusak termasuk jaringan pankreas. Kandungan

    serat pangannya yang tinggi mampu membatasi penyerapan karbohidrat sehingga

    asupan glukosa dalam tubuh berkurang. Hal ini dapat mengontrol kadar glukosa

    darah sehingga tidak terlalu tinggi.

    e. Antioksidan

    Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk

    isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan

    antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi

    pembentukan radikal bebas.

    2.3. Isoflavon

    2.3.1. Struktur dan Kandungan Isoflavon

    Flavonoida dan isoflavonoida adalah salah satu golongan senyawa

    metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan, khususnya dari

  • 14

    golongan Leguminoceae (tanaman berbunga kupu-kupu). Menurut Snyder dan

    Kwon, 1987 dalam Winarsi 2005 mengatakan bahwa kandungan senyawa

    flavonoida sendiri dalam tanaman sangat rendah, yaitu sekitar 0,25%. Senyawa-

    senyawa tersebut pada umumnya dalam keadaan terikat/konjugasi dengan

    senyawa gula. Senyawa isoflavon terdistribusi secara luas pada bagian-bagian

    tanaman, baik pada akar, batang, daun, maupun buah, sehingga senyawa ini secara

    tidak disadari juga ikut dalam menu makanan sehari-hari. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa senyawa flavon tidak membahayakan bagi tubuh dan bahkan

    sebaliknya dapat memberikan manfaat pada kesehatan.

    Gambar 2.1 Struktur Kimia Isoflavon

    Sumber : Anonim 1, (2011)

    Kandungan isoflavon yang lebih tinggi terdapat pada biji kedelai,

    khususnya pada bagian hipokotil (germ) yang akan tumbuh menjadi tanaman.

    Sebagian lagi terdapat pada kotiledon yang akan menjadi daun pertama dari

    tanaman (Anderson, 1997 dalam Winarsi, 2005). Bentuk senyawa demikian ini

    mempunyai aktivitas fisiologis kecil. Selama proses pengolahan, baik melalui

    proses fermentasi maupun proses non-fermentasi, senyawa isoflavon dapat

  • 15

    mengalami transformasi, terutama melalui proses hidrolisa sehingga dapat

    diperoleh senyawa isoflavon bebas yang disebut aglikon yang lebih tinggi

    aktivitasnya. Senyawa aglikon tersebut adalah genistein, glisitein, dan daidzein.

    Gambar 2.2 Struktur isoflavon utama pada kedelai

    Sumber: Messina MJ. Am J. Clin Nutr, 1999 dalam Winarsi 2005

    Bahkan King (2002) melaporkan bahwa dalam kedelai terdapat 12 macam

    isoflavon yaitu daidzein dengan tiga glukosida konjugasinya, yaitu daidzin,

    asetildaidzin, dan malonildaidzin; genistein dan glukosida konjugasinya yaitu

    genistin, asetilgenistin, dan malonilgenistin; dan glisitein dengan tiga glukosida

    konjugasinya, yaitu glisitin, dan malonilglisitin. Dalam kedelai glisitein dan

    glukosidanya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan

    daidzein dan genistein serta glukosidanya.

  • 16

    2.3.2. Biosintesa Senyawa Flavon/Isoflavon

    Flavon/isoflavon yang terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami

    disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenil alanin

    atau tirosin. Biosintesa ini berlangsung secara bertahap dan melalui sederetan

    senyawa antara, yaitu asam sinnamat, asam kumarat, calkon, dan flavon serta

    isoflavon. Berdasarkan biosintesa tersebut maka flavon/isoflavon digolongkan

    sebagai senyawa metabolit sekunder. Pada umumnya, senyawa metabolit

    sekunder disintesis oleh mikroba tertentu dan tidak merupakan kebutuhan

    fisiologis pokok dari mikroba itu sendiri, baik untuk pertumbuhan maupun untuk

    aktivitas kehidupannya. Meskipun tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan, senyawa

    metabolit sekunder dapat juga berfungsi sebagai nutrien darurat untuk

    mempertahankan hidup.

    Senyawa metabolit sekunder biasanya terbentuk setelah fase pertumbuhan

    logaritmik atau pada fase stationer, sebagai akibat keterbatasan nutrien dalam

    medium pertumbuhannya. Keterbatasan nutrien dalam medium akan merangsang

    dihasilkanya enzim-enzim yang berperan untuk pembentukan metabolit sekunder

    dengan memanfaatkan metabolit primer guna mempertahankan kelangsungan

    hidup. Isoflavon termasuk dalam golongan flavonoid (1,2-diarilpropan) dan

    merupakan bagian kelompok yang terbesar dalam golongan tersebut. Senyawa

    isoflavon dalam tanaman kacang-kacangan atau Legummoceae merupakan salah

    satu karakteristik/sifat yang dapat digunakan untuk identifikasi/klasifikasi

    tanaman (Luckner, 1984 dalam Winarsi, 2005).

  • 17

    Tabel 2.2 Kandungan Isoflavon dalam bahan pangan per 100 gr :

    No Bahan Pangan Kandungan Isoflavon per 100 gr

    1 Tempe 43.52 mg

    2 Kacang Polong 2.42 mg

    3 Kacang Tanah 0.26 mg

    4 Bread 0.02 mg

    5 Kacang Hitam 0.00 mg

    Sumber: USDA-Iowa State University Database on the Isoflavone, Rel. 1.3-(2002).

    Berdasarkan data diatas, jelas bahwa kandungan isoflavon tertinggi

    terdapat pada produk tempe, yang mana tempe merupakan produk kedelai yang

    difermentasi. Pada tempe terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein,

    dan genistein., di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan

    faktor II (6,7,4 trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling

    kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai maupun produk olahan kedelai

    lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka mengkonsumsi kedelai dalam bentuk

    produk olahan terfermentasi lebih dianjurkan untuk menunjang kesehatan tubuh

    kita. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai

    menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium. Penuaan

    (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari

    mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan sumber

    antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat

    mencegah terjadinya proses penuaan dini. Penelitian yang dilakukan di

    Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan

    fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat

    dan payudara.

  • 18

    Faktor-II (6,7,4' tri-hidroksi isoflavon) merupakan senyawa yang sangat

    menarik perhatian, karena senyawa ini tidak terdapat pada kedelai dan hanya

    terdapat pada tempe. Senyawa ini terbentuk selama proses fermentasi oleh

    aktivitas mikroorganisme. Gyorgy, 1964 dalam Hodijat 2009 menyatakan bahwa

    senyawa isoflavon ini mula-mula ditemukan kembali pada ekstrak tepung tempe.

    Perkembangan selanjutnya terbukti bahwa Faktor-II tersebut pada kedelai

    jumlahnya sangat kecil. Ia merupakan senyawa konjugat/terikat dengan senyawa

    karbohidrat melalui ikatan glikosidik. Setelah fermentasi oleh Faktor-II, akan

    dibebaskan walaupun jumlahnya sangat kecil. Faktor-II dipandang sebagai

    senyawa yang sangat prospektif sebagai senyawa antioksidan (10 kali aktivitas

    dari vitamin A atau karboksi kroman dan sekitar 3 kali dari senyawa isoflavon

    aglikon lainnya pada tempe) serta antihemolitik.

    2.3.3. Potensi Pemanfaatan Senyawa Isoflavon dalam Menurunkan Kadar

    Kolesterol

    Mekanisme aktivitas senyawa ini dapat dipandang sebagai fungsi "alat

    komunikasi" (molecular messenger) dalam proses interaksi antar sel, yang

    selanjutnya dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau makhluk

    hidup yang bersangkutan. Dalam hal ini, pengaruh tersebut dapat bersifat negatif

    (menghambat) maupun bersifat positif (menstimulasi). Jenis senyawa isoflavon di

    alam sangat bervariasi. Di antaranya telah berhasil diidentifikasi struktur kimianya

    dan bahkan telah diketahui fungsi fisiologisnya dan telah dapat dimanfaatkan

    untuk obat-obatan. Bukti-bukti hasil penelitian menunjukkan bahwa isoflavon

  • 19

    kedelai dapat menurunkan resiko penyakit jantung dengan membantu menurunkan

    kadar kolesterol darah. Protein kedelai telah terbukti mempunyai efek

    menurunkan kolesterol, yang dipercaya karena adanya isoflavon di dalam protein

    tersebut.

    Fakta di lapangan menunjukkan bahwa suplementasi diet dengan protein

    kedelai akan menurunkan kolesterol darah dan mengurangi penyakit kronis pada

    populasi di Barat. Hal lain yang menonjol adalah penurunan kadar kolesterol oleh

    suplementasi protein kedelai tersebut sama dengan yang disebabkan oleh obat-

    obat penurun kolesterol yang diproduksi secara sintetik, serta jumlah protein

    kedelai yang diperlukan cukup rendah. Terapi diet (terapi melalui pengaturan

    makanan) menjadi lebih efektif jika menggunakan protein kedelai dibandingkan

    jika hanya menggunakan makanan rendah lemak saja dalam mencegah penyakit

    jantung koroner. Karena mengandung isoflavon yang terdiri atas genistein,

    daidzein dan glicitein, protein kedelai dapat menurunkan resiko penyakit

    kardiovaskular dengan cara mengikatkan profile lemak darah. Khususnya, protein

    kedelai menyebabkan penurunan yang nyata dalam kolesterol total, LDL, dan

    trigliserida, serta meningkatkan HDL, terutama pada orang-orang dengan kadar

    kolesterol tinggi. Peranan isoflavon dapat diduga mirip estrogen (estrogen like),

    menghasilkan efek yang sama.

    Faktor-faktor lain yang bekerja secara bersamaan juga mempunyai efek

    menurunkan kolesterol. Dibandingkan dengan protein hewani, protein kedelai

    menurunkan penyerapan kolesterol dan asam empedu pada usus halus demi

    menginduksi peningkatan ekskresi fekal asam empedu dan steroid. Hal ini

  • 20

    mengakibatkan hati lebih banyak merubah kolesterol dalam tubuh menjadi

    empedu, yang akibatnya dapat menurunkan kolesterol dan meningkatkan aktivitas

    reseptor kolesterol LDL, yang mengakibatkan peningkatan dalam laju penurunan

    kadar kolesterol.

    Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol telah terbukti tidak saja pada

    binatang percobaan seperti tikus dan kelinci, tetapi juga pada manusia. Efek yang

    lebih luas terbukti pula pada perlakuan terhadap tempe kedelai, di mana tidak saja

    kolesterol yang turun, tetapi juga trigliserida, VLDL (very low density lipoprotein)

    dan LDL (low density lipoprotein). Di sisi lain, tempe kedelai dapat meningkatkan

    HDL (high density lipoprotein). Menurut Zilliken (1987), Faktor-II (6,7,4' tri-

    hidroksi isoflavon) merupakan senyawa isoflavon yang paling besar pengaruhnya.

    Mekanisme lain penurunan kolesterol oleh isoflavon diterangkan melalui

    pengaruh terhadap peningkatan katabolisme sel lemak untuk pembentukan energi,

    yang berakibat pada penurunan kandungan kolesterol, karena itu tempe kedelai

    baik dikonsumsi oleh penderita kadar kolesterol dan trigliserida tinggi.

    2.4. Kolesterol

    2.4.1. Struktur Kimia Kolesterol

    Kolesterol merupakan senyawa yang terdiri dari 27 atom karbon dan

    semua atom karbon pada kolesterol berasal dari asetil KoA. Pembentukan

    kolesterol melalui suatu proses yang terdiri dari beberapa langkah, antar lain:

    kondensasi dari 3 grup asetil memproduksi mevalonat, yaitu suatu senyawa yang

    terdiri dari 6 karbon, kemudian dekarboksilasi dari mevalonat mensintesis

  • 21

    isoprenoid, dan enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk diubah

    menjadi kolesterol yang terdiri dari 27 atom karbon (Guyton, 1996).

    Gambar 2.3 Struktur Kimia Kolesterol

    Sumber: Lehninger, 1990

    Kolesterol bila ditinjau dari sudut kimiawi, diklasifikasikan kedalam

    golongan lipid (lemak), berkomponen alkohol steroid sebagian besar berfungsi

    sebagai sumber kalori. Kolesterol terdapat dalam diet semua orang dan diabsorbsi

    dengan lambat dari saluran cerna ke dalam limfe usus. Kolesterol larut dalam

    lemak tetapi sedikit larut dalam air, dan mampu membentuk ester dalam asam

    lemak. Hampir 70% kolesterol dalam lipoprotein plasma adalah dalam bentuk

    ester kolesterol (Guyton,1994).

    2.4.2. Definisi Kolesterol

    Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan dan berupa seperti lilin

    yang disintesis oleh tubuh manusia terutama didalam hati (Heslet, 1997)

    kolesterol termasuk zat gizi yang sukar diserap tubuh seperti halnya lemak,

    koleterol masuk kedalam tubuh melalui sistem limpatik. Dalam plasma darah

    kolesterol terutama dijumpai berkaitan dengan asam lemak dan ikut bersirkulasi

    dari bentuk ester kolesterol.

  • 22

    2.4.3. Fungsi Kolesterol

    Fungsi kolesterol dalam tubuh antara lain merupakan zat essensial untuk

    membran sel tubuh, merupakan bahan pokok untuk pembentukan garam empedu

    yang sangat diperlukan untuk pencernaan makanan, dan merupakan bahan baku

    untuk membentuk hormon steroid, misalnya: Progesteron, dan estrogen pada

    wanita, testosteron pada pria kortikosteroid, dan lain-lain

    2.4.4. Mekanisma Transport Kolesterol Dalam Tubuh

    Lemak dalam tubuh diangkut dari satu tempat ke tempat lain karena lemak

    bersifat tidak larut dalam air, maka untuk mengangkut lemak tersebut diperlukan

    suatu alat pengangkut Apo-protein yaitu suatu jenis protein. Apoprotein dengan

    lemak yang diangkutnya membentuk suatu ikatan yang disebut lipoprotein.

    Ada 4 jenis lipoprotein:

    a. Kilomikron

    Komponen utamanya trigliserida (90-95%) yang berasal dari makanan. Plasma

    yang banyak mengandung kilomikron akan berwarna seperti susu.

    b. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)-Pre Beta Lipoprotein.

    Berfungsi terutama untuk mengangkut trigliserida yang dibentuk oleh hepar.

    c. Low Density Lipoprotein (LDL)-Beta Lipoprotein

    Komponen terdiri dari protein 25% dan kolesterol 40%. Berfungsi terutama

    untuk mengangkut kolesterol

    d. High Density Lipoprotein (HDL)-Alpha Lipoprotein.

  • 23

    Komponen utama terdiri dari protein 50% dan kolesterol 20%. Berfungsi

    terutama untuk mengangkut kolesterol dan fosfolipid.

    2.4.5. Metabolisme Kolesterol

    Kolesterol diserap dari usus dan digabung ke dalam kilomikron yang

    dibentuk di dalam mukosa. Setelah kilomikron melepaskan trigliseridanya di

    dalam jaringan adiposus, maka sisa kilomikron membawa kolesterol ke dalam

    hati. Hati dan jaringan lain juga mensintesis kolesterol. Sejumlah kolesterol di

    dalam hati di ekresikan di dalam empedu, keduanya dalam bentuk bebas dan

    sebagai asam empedu. Sejumlah kolesterol empedu diserap kembali dari usus.

    Kebanyakan kolesterol di dalam hati digabung ke dalam VLDL dan semuanya

    bersirkulasi di dalam komplek lipoprotein. Umpan balik kolesterol menghambat

    sintesisnya sendiri dengan menghambat hidroksi-metilglutaril-koA reduktase,

    enzim yang mengubah -hidroksi--metilglutaril-koA ke asam mevalonat

    sehingga bila masukan kolesterol diet tinggi, maka sintesis kolesterol hati

    menurun serta sebaliknya tetapi kompensasi umpan balik tidak lengkap, karena

    diet yang rendah dalam kolesterol dan lemak jenuh menyebabkan penurunan

    dalam kolesterol darah yang bersirkulasi (Ganong, 1995).

    2.4.6. Sintesis Kolesterol

    Kolesterol dibentuk melalui asetat yang diproduksi dari nutrien dan energi

    beserta hasil metabolisme lainnya. Disamping kolesterol, asam lemak akan

    menjadi lemak tubuh dalam proses metabolisme energi. Apabila sumber energi

  • 24

    berlebih, maka mengakibatkan pembentukan asetat sebagi perantara juga berlebih

    dan lemak tubuh akan bertambah. Demikian juga pembentukan kolesterol,

    sehingga pada mereka yang mengalami kegemukan akan membentuk kolesterol

    tubuh lebih banyak 20% dari orang yang berat badannya normal. Pembentukan

    koleterol melalui asetat merupakan proses yang kompleks, diantaranya yang

    memegang peranan penting adalah enzim reduktase HMG-CoA. Kolesterol

    sendiri membatasi kerja enzim HMG-CoA. Selain itu kolesterol juga dapat

    mengawasi produksi kolesterol didalam tubuh. Membatasi konsumsi kolesterol

    akan dapat menaikkan produksi kolesterol di dalam tubuh apabila sistem kerja

    enzim tidak normal.

    Dalam keadaan normal kolesterol disintesis dalam tubuh sejumlah dua kali

    dari kadar kolesterol dalam makanan yang dimakan. Kolesterol yang disintesis

    diubah menjadi jaringan, hormon dan vitamin yang kemudian beredar di dalam

    tubuh melalui darah. Tetapi, ada juga kolesterol kembali kedalam hati untuk

    diubah menjadi asam empedu dan garamnya. Hasil sintesis kolesterol disimpan

    dalam jaringan tubuh.

    2.4.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol

    a. Jenis kelamin, pria mempunyai resiko kadar kolesterol lebih tinggi daripada

    wanita.

    b. Umur, semakin bertambah umur bertambah kadar kolesterol di dalam darah,

    semestinya semakin tinggi faktor resiko. Resiko paling tinggi pada umur 40 ke

    atas.

  • 25

    c. Keturunan atau faktor genetik, hiperkolesterolemia dapat merupakan faktor

    genetik.

    d. Kegemukan atau obesitas, penumpukan lemak pada jaringan tubuh

    memerlukan penggunaan kolesterol yang lebih tinggi pula.

    e. Gula darah atau Diabetes Mellitus yang tidak diobati dapat menyebabkan kadar

    kolesterol dalam darah tinggi.

    f. Hormon tiroid dan estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah

    2.4.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan laboratorium:

    a. Obat Aspirin dan Kortikosteroid dapat menyebabkan peningkatan kadar

    kolesterol serum.

    b. Diet tinggi kolesterol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan dapat

    menyebabkan peningkatan kadar kolesterol serum.

    c. Hipoksia berat dapat meningkatkan kadar kolesterol serum.

    d. Hemolisis pada specimen darah dapat menyebabkan peningkatan kadar

    kolesterol serum.

    2.5. Trigliserida (Triasilgliserol)

    2.5.1. Definisi dan Struktur Kimia Trigliserida

    Gliserida netral adalah ester antara asam lemak dengan gliserol. Fungsi

    dasar dari gliserida netral adalah sebagai simpanan energi (berupa lemak atau

    minyak). Setiap gliserol mungkin berikatan dengan 1, 2 atau 3 asam lemak yang

    tidak harus sama. Jika gliserol berikatan dengan 1 asam lemak disebut

  • 26

    monogliserida, jika berikatan dengan 2 asam lemak disebut digliserida dan jika

    berikatan dengan 3 asam lemak dinamakan trigliserida. Menurut Marks, (2000)

    mengatakan bahwa trigliserida merupakan senyawa ester dari alkohol gliserol dan

    asam lemak yang juga merupakan senyawa lipid penyimpanan energi utama.

    Trigliserida merupakan cadangan energi penting dari sumber lipid.

    Gambar 2.4 Struktur trigliserida sebagai lemak netral

    Sumber:http://static.schroolrack.com/files/14204/34773/5metabolisme_lipid.doc.

    2.5.2. Metabolisme Trigliserida

    Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol,

    trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas. Asam lemak diaktifkan menjadi

    asil-KoA oleh enzim asil-KoA sintetase melalui ATP dan Ko-A. Dua molekul asil

    Ko-A bergabung dengan gliserol 3 fosfat untuk membentuk senyawa fosfidat

    (1,2- diasilgliscrolfosfat). Pengaturan biosintesis trigliserida dilaksanakan dengan

    tersedianya asam lemak bebas. Asam lemak bebas yang lolos dari oksidasi

    cenderung dikonversi menjadi fosfolipid, dan jika persyaratan ini terpenuhi, asam

    lemak yang berlebihan akan membentuk trigliserida (Murray dkk, 2003).

  • 27

    Trigliserida terutama dicerna didalam lumen usus, enzim yang paling

    penting untuk pencernaan trigliserida adalah lipase pankreas. Hampir setengah

    dari trigliserida yang berasal dari makanan dihidrolisis secara sempurna oleh

    enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Selebihnya dipecah menjadi

    digliserida, monogliserida dan asam lemak (Almatsier, 2001).

    2.5.3. Fungsi Trigliserida

    Asam lemak yang disimpan sebagai trigliserida berfungsi sebagai bahan

    bakar dan merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Asam lemak membentuk

    kompleks dengan albumin di dalam darah dan diserap oleh otot, ginjal dan

    jaringan lain, di jaringan ini terjadi oksidasi menjadi C02 dan air yang

    menghasilkan ATP. Gliserol berpindah ke hati dan digunakan untuk

    glukoneogenesis. Setelah makan asam-asam lemak diserap oleh jaringan adiposa

    dan disimpan sebagai trigliserida. Selama puasa, asam lemak dan gliserol

    dibebaskan dari tempat-tempat simpanan triasilgliserol jaringan adiposa (Marks

    dkk, 2000).

    2.5.4. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Trigliserida

    a. Aktivitas Fisik

    Olahraga teratur memberikan pengaruh baik pada profil lipid plasma.

    Konsentrasi trigliserida juga menurun, tampaknya akibat sensitivitas insulin

    meningkat, yang meningkatkan ekspresi lipoprotein lipase (Murray dkk, 2003).

    b. Genetik

  • 28

    FHT (Familial Hypertriglyceridemia) adalah penyakit genetik dimana pasien

    memiliki kadar trigliserida dan VLDL yang amat tinggi. Pada FHT terdapat

    kenaikan produksi LDL sebagai akibat dari kenaikan produksi VLDL, tetapi liver

    membuat VLDL partikel yang mengandung lebih banyak trigliserida dibanding

    ukuran normal VLDL (Soeharto, 2001).

    c. Diet Tinggi Karbohidrat

    Bila karbohidrat dalam jumlah banyak, asam lemak yang dibentuk lebih cepat

    daripada pemecahannya. Pengaruh ini sebagian disebabkan oleh sejumlah besar

    asetil-KoA yang dibentuk dari karbohidrat dan oleh konsentrasi asam lemak bebas

    yang rendah dalam jaringan adiposa, dengan demikian menimbulkan keadaan

    yang sesuai untuk konversi asetil KoA menjadi asam lemak (Guyton dan Hall,

    199V).

    d. Diet Tinggi lemak

    Ester kolesterol dalam makanan berlemak dihidrolisis menjadi kolesterol,

    yang kemudian bercampur dengan kolesterol yang tidak teresterifikasi dari

    makanan dan kolesterol empedu sebelum penyerapan dari usus bersama dengan

    unsur lipid lainnya. Senyawa ini. bercampur dengan kolesterol yang disintesis di

    usus dan kemudian disatukan dalam kilomikron. Ketika kilomikron bereaksi

    dengan lipoprotein lipase untuk membentuk sisa kilomikron, hanya sekitar 5%

    ester kolesterol yang hilang. Sisanya diambil oleh hati ketika sisa kilomikron

    bereaksi dengan sisa reseptor LDL dan dihic ol'sis menjadi kolesterol VLDL yang

    terbentuk di hati mengangkut kolesterol ke dalam plasma. Sebagian kolesterol di

    dalam VLDL tertahan pada sisa VLDL (IDL) yang diambil oleh hati atau

  • 29

    dikonversi menjadi LDL sehingga akan meningkatkan kadar trigliserida darah dan

    LDL dalam hati dan jaringan ekstra hepalik (Murray dkk, 2003)

    2.6. Hiperglikemia

    Insulin sangat mempunyai peranan sentral yaitu mengatur konsentrasi

    glukosa darah. Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel pada pulau-pulau langerhans

    pankreas sebagai reaksi langsung terhadap hiperglikemia. Hiperglikemia

    merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari rentang kadar puasa normal

    80 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 160 mg /100 ml darah.

    Defisiensi insulin merupakan keadaan patologik yang sering terjadi dan

    bersifat serius dan biasanya kelainan yang disebabkan oleh defisiensi insulin

    disebut Diabetes Mellitus (DM). Konsentrasi insulin didalam darah sejajar dengan

    konsentrasi glukosa darah. Dengan pemberian insulin akan mengakibatkan

    hipoglikemia seketika. Hormon insulin tidak memiliki efek langsung terhadap

    penetrasi glukosa pada sel-sel hati, hasil penemuan ini sesuai dengan kenyataan

    bahwa metabolisme glukosa oleh sel-sel hati tidak dibatasi kecepatannya oleh

    permeabilitasnya terhadap glukosa (Murray, 2003).

    Diabetes Mellitus merupakan gangguan kronis terhadap metabolisme

    karbohidrat, lemak dan protein. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya kadar

    gula darah (hiperglikemia). Gangguan metabolisme glukosa disebabkan oleh

    kekurangan hormon insulin sehingga glukosa tidak dapat diproses oleh tubuh

    yang menimbulkan meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Diabetes mellitus

    ditandai oleh 3P yaitu [polifagia (banyak makan), polidipsia, poliuri (banyak

  • 30

    kencing)], hiperglikemia, glikosuria, ketosis, asidosis, dan koma (Guyton dan

    Hall, 1997). Penyakit diabetes juga sebagai penyakit keturunan atau kadang bisa

    muncul diluar faktor keturunan

    2.6.1 Ada 2 macam tipe DM :

    a. DM type I. atau disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus). yang

    tergantung pada insulin. DM ini disrebabkan akibat kekurangan insulin dalam

    darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pankreas. Gejala yang

    menonjol yaitu sering kencing (terutama malam hari), sering lapar, dan sering

    haus, sebagian penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus.

    Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.

    b. DM type II atau disebut NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus).

    yang tidak tergantung insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak

    dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan

    meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada atau

    kurang. Akibat glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi

    hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obesitas atau sangat

    kegemukan dan biasanya diketahui setelah usia 30 tahun.

    c. Diabetes gestasional, Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi

    hormon-hormon plasenta.

    2.6.2 Faktor-Faktor Penyebab Diabetes Mellitus

    a. Genetik / faktor keturunan

    DM cenderung duturunkan / diwariskan, bukan ditularkan.

    b. Kegemukan / Overnutrition

  • 31

    Merupakan faktor resiko pertama yang diketahui penyebab DM. Semakin berat

    badan lebih / obesitas akibat nutrisi yang berlebih, semakin besar kemungkinan

    seorang terjangkit DM.

    c. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas

    d. Alloxan

    Alloxan adalah suatu substrat yang secara struktural merupakan derivate

    pirimidin secara sederhana. Alloxan menyebabkan efek hiperglikemik pada

    hewan hewan eksperimental melalui kemampuannya untuk merusak sel

    pancreas. Alloxan bersifat hidrofilik dan merupakan zat kimia yang tidak stabil.

    Alloxan relative toksik terhadap hati dan ginjal, tetapi dalam dosis tertentu

    menyebabakan dekstruktif selektif pada sel pancreas (Ganong, 1979).

    Tingginya konsentrasi alloxsan tidak mempunyai pengaruh pada jaringan

    percobaan lainnya. Mekanisme aksi dalam menimbulkan perusakan selektif sel

    beta pankreas belum diketahui dengan jelas. Efek diabetogeniknya bersifat

    antagonis terhadap glutathion yang bereaksi dengan gugus SH. Alloxan

    bereaksi dengan merusak substansi esensial didalam sel pankreas sehingga

    menyebabkan berkurangnya granulagranula pembawa insulin didalam sel

    pankreas. Alloxan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi

    diabetes pada binatang percobaan (dalam cyber: www.kalbe.co.id). Kemudian

    Haznam (1971) menambahkan bahwa alloxan adalah suatu derivate dari

    pyrimidin yang jika disuntikkan ke dalam hewan percobaan akan merusak sel-

    sel sedangkan sel-sel tetap utuh, sehingga timbullah Diabetes mellitus yang

    berat (Haznam, 1971).

  • 32

    Alloxan sangat reaktif terhadap thiol, mengadakan siklus redox dalam

    penyediaan gluthation dan protein oksida pengikat thiol. Alloxan rupanya juga

    secara selektif diambil oleh GLUT-2 yang merupakan glukosa tranporter ke

    dalam membran sel pankreas. Mekanisme kerja Alloxan terhadap pankreas

    telah secara intensif dipelajari dan sekarang telah dipahami cukup baik. Kerja

    sitotoksik dari agen penyebab hiperglikemik ini diperantarai oleh oksigen yang

    reaktif dari spesies itu sendiri. Alloxan dan produkproduk reduksinya, dialuric

    acid, mengadakan siklus redox dengan pembentukan radikal superoksida.

    Radikal ini mengadakan dismutasi terhadap hydrogen peroksida. Kemudian

    radikal hidroksil yang sangat reaktif dibentuk melalui proses katalisasi besi

    terhadap hydrogen peroksida yang disebut dengan reaksi fenton. Kerja dari

    oksigen reaktif spesies dengan peningkatan yang simultan dari konsentrasi

    kalsium sitosol menyebabkan kerusakan yang terus menerus dari sel

    pankreas (Szudelski, 2004 dalam Arum, 2008).

    Perusakan sel pankreas secara selektif oleh alloxan belum banyak

    diketahui. Penelitian terhadap mekanisme kerja alloxan secara invitro

    menunjukkan bahwa aloksan menginduksi pengeluaran ion kalsium dari

    mitokondria yang mengakibatkan proses oksidasi sel terganggu. Keluarnya ion

    kalsium dari mitokondria ini mengakibatkan gangguan homeostasis yang

    merupakan awal dari matinya sel (dalam cyber:

    http://www.kalbe.co.id/files/cdk_140_bunga_rampai_penyakit_dalam.pdf.

    diakses 15 April 2009 jam 12.00 WIB).

  • 33

    Berikut merupakan gambar Alloxan :

    HN C=O

    O=C C=O

    HN C=O

    Gambar 2.5 Alloxan

    Sumber: Ganong,1979

    2.7. Hubungan Kadar Kolesterol Dengan Hiperglikemia

    Insulin membantu glukosa dari darah masuk ke sel untuk menghasilkan

    tenaga. Jika kondisi hiperglikemia yang terjadi dalam jangka waktu lama, akan

    menyebabkan perubahan fungsi dan metabolisme lemak yang akan menimbulkan

    komplikasi-komplikasi lainnya. Apabila kadar insulin berkurang dalam darah,

    maka gula darah tidak dapat diproses menjadi energi akibatnya kadar gula dalam

    darah akan meningkat berlebihan. Gula yang berlebihan akan merusak pembuluh

    darah, karena gula tidak bisa diproses menjadi energi. Maka energi terpaksa

    dibuat dari sumber lain seperti lemak dan protein. Akibatnya, kolesterol yang

    terbentuk pada rantai metabolisme lemak dan protein bisa menumpuk dan

    mengancam pembuluh darah.

    Kelebihan protein di dalam tubuh diubah menjadi lemak. Perubahan ini

    terjadi di dalam hati. Lemak ini kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang dapat

    menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas. Oleh karena itu, kondisi

    hiperglikemia yang terjadi dalam jangka waktu lama akan menyebabkan

    perubahan fungsi dan metabolisme lemak. Perubaha-perubahan tersebut

  • 34

    menyebabkan kerusakan jaringan dan kerusakan jaringan inilah yang akan

    menimbulkan komplikasi-komplikasi. Untuk menghindari resiko timbulnya

    komplikasi diabetik. Penderita DM harus mengontrol dan mengendalikan kadar

    gula darah dalam jangka panjang. Pengendalian kadar gula darah secara ketat

    akan memperbaiki pula kadar kolesterol dalam darah (Almatsier, 2001).

    Kelainan utama metabolisme lemak pada Diabetes Mellitus adalah

    percepatan katabolisme lemak, disertai peningkatan pembentukan benda-benda

    keton, dan penurunan sintesis asam lemak. Pada diabetes mellitus, manifestesi

    gangguan metabolisme lemak semakin menonjol. Lima puluh persen jumlah

    glukosa yang dimakan secara normal dibakar menjadi CO2 dan H2O, 5% diubah

    menjadi glikogen, dan 30-40% diubah menjadi lemak di jaringan adiposa. Pada

    diabetes, kurang dari 5% diubah menjadi lemak walaupun jumlah yang dibakar

    menjadi CO2 dan H2O juga menurun dan jumlah yang diubah menjadi glikogen

    tidak meningkat. Dengan demikian, glukosa tertimbun dalam aliran darah dan

    dikeluarkan melalui urin.

    Pada Diabetes Mellitus, perubahan glukosa menjadi asam lemak di depot

    menurun karena defisiensi glukosa intrasel. Insulin menghambat lipase peka

    hormon di jaringan adiposa sehingga dengan tidak adanya hormon ini. Kadar

    asam lemak bebas dalam plasma menjadi lebih dari dua kali lipat. Di hati dan

    jaringan lain, asam lemak mengalami katabaolisme menjadi asetil-KoA. Sebagian

    asetil-KoA dibakar bersama residu asam amino untuk menghasilkan CO2 dan H2O

    dalam siklus asam sitrat. Namun, pasokan melebihi kapasitas jaringan

    mengkatabolisasi asetil-KoA. Selain peningkatan glukonegenesis dan

  • 35

    meningkatnya glukosa dalam sirkulasi seperti disebutkan sebelumnya, terjadi

    gangguan mencolok dalam perubahan asetil-KoA menjadi KoA lalu menjadi asam

    lemak. Hal ini disebabkan oleh karena defisiensi asetil-KoA karboksilase, enzim

    yang mengatalisis perubahan. Kelebihan asetil-KoA diubah menjadi benda-benda

    keton (Ganong, 2008).

  • 36

    KERANGKA TEORI

    Gambar 2.6 Kerangka Teori Penelitian

    Alloxan

    (C4H2N2O4)

    Hiperglikemia

    Kerusakan sel

    pankreas

    Berkurangnya

    granula-granula

    pembawa insulin di

    dalam sel

    pankreas (Gangguan

    Hormon Insulin )

    Gangguan

    Metabolisme Lemak

    HDL

    meningkat

    Kadar Kolesterol,

    Trigliserida LDL,serta

    VLDL menurun

    Kolesterol dan

    Trigliserida meningkat

    Isoflavon, protein,

    energi, asam amino

    lisin dan arginin di

    plasma tinggi

    Meningkatkan status

    antioksidan tubuh

    Jaringan hati

    Lipoprotein

    membran /

    Reseptor

    Transport

    Kolesterol

    &

    Metabolisme

    Kolesterol

    Diet isoflavon

  • 37

    KERANGKA KONSEP

    Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian

    Diet Isoflavon

    dalam Tempe

    Kedelai

    Hiperglikemia

    Kolesterol dan

    Trigliserida

    Menurun

    Induksi Alloxan

    Hiperlipidemia

    Lipid

    peroksidasi

    Trigliserida

    Kolesterol

    HDL

    LDL

  • 38

    2.8. Hipotesis

    Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai

    berikut :

    Ho : Tidak ada pengaruh tempe kedelai terhadap penurunan kadar kolesterol

    total dan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur

    wistar hiperglikemia.

    Ha : Ada pengaruh tempe kedalai terhadap penurunan kadar kolesterol total

    dan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar

    hiperglikemia.

  • 39

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Juni 2011 di Laboratorium

    Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.

    3.2. Populasi dan Sampel

    3.2.1. Populasi

    Subyek target populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus)

    galur Wistar jantan yang diperoleh dari Laboratorium Biologi UNNES. Alasan

    pemilihan tikus jantan, karena pada tikus betina terdapat hormon estrogen yang

    dikhawatirkan dapat ikut mempengaruhi kadar Trigliserida. Penggunaan tikus

    galur Wistar karena hewan tersebut mudah dikembangbiakan dan hewan tersebut

    memilki karakteristik mirip manusia baik data dasar fisiologi maupun

    pemeriksaan biokimia kolesterol, telah dibuktikan berhasil sebagai hewan coba

    karena pengambilan serum darahnya relatif mudah.

    3.2.2. Sampel

    Sampel diambil secara random dari populasi terjangkau yaitu tikus (Rattus

    norvegicus) galur Wistar jantan dengan berat 200 gr s/d 250 gr. Umur tikus adalah

    2,5-3 bulan. Banyaknya sampel 12 ekor tikus putih jantan, masing-masing

    perlakuan 4 ekor.

  • 40

    3.3. Variabel Penelitian

    Variabel pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

    a. Variabel bebas: pemberian tempe kedelai dengan dosis:

    (0 gram), (5 gram), (10 gram), dan (15 gram).

    b. Variabel tergantung: kadar kolesterol total dan kadar trigliserida tikus putih

    (Rattus norvegicus) jantan galur wistar.

    c. Variabel kendali: Jenis kelamin, genetik, berat badan, kondisi sehat, umur,

    pakan dan keadaan kandang.

    3.4. Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

    rancangan pre test post test dengan kelompok kontrol (pre test post test control

    group desaign). Perlakuan yang diterapkan berupa pemberian dosis tempe kedelai

    pada tikus putih (Rattus norvegicus Galur Wistar) yang diinduksi alloxsan,

    sehingga menghasilkan tikus hiperglikemia. Rancangan penelitian ini dengan

    menggunakan hewan uji sebanyak 12 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) galur

    wistar jantan. Tiga hari setelah diinduksi secara intraperitonial ke-12 ekor tikus

    putih dibagi dalam 4 kelompok, yaitu masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor

    tikus.

  • 41

    Berikut design percobaanya :

    Gambar 3.1 Rancangan acak lengkap Post Test dengan kelompok kontrol

    Keterangan gambar :

    S = hewan percobaan

    R = pembagian secara acak menjadi 4 kelompok

    P 0 = kelompok kontrol

    P 1 = kelompok perlakuan I

    P 3 = kelompok perlakuan II

    P 2 = kelompok perlakuan III

    O1 = Perlakuan I (kontrol)

    O2 = Perlakuan II (tempe kedelai 15 gram)

    O3 = Perlakuan III (tempe kedelai 10 gram)

    O4 = Perlakuan IV (tempe kedelai 5 gram)

    Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu suatu

    rancangan yang seragam, atau homogen yang tidak memberikan pengaruh pada

    S R

    P0

    P1

    P2

    P3

    O1

    O2

    O3

    O4

  • 42

    respon yang diamati. RAL banyak digunakan untuk percobaan laboratorium,

    rumah kaca, dan peternakan (Gomez, 1995). Hewan percobaan (tikus Rattus

    norvegicus galur Wistar) dibagi secara acak menjadi 4 kelompok besar yaitu

    kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan 3 kali ulangan, maka terdapat

    12 unit percobaan. Parameter dalam penelitian ini adalah Kolesterol total dan

    Trigliserida.

    Dengan 3 perlakuan berupa dosis yang berbeda.

    A : Kontrol

    B : Tempe kedelai 5 gram

    C : Tempe kedelai 10 gram

    D : Tempe kedelai 15 gram

    Untuk menentukan unit perlakuan dan ulangan dilakukan dengan

    menggunakan tabel bilangan teracak. Pengacakan dilakukan pada seluruh materi

    percobaan secara merata sebelum percobaan dimulai. Denah percobaan / lay out

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 3.1 Denah Percobaan / Lay Out

    (1)B1 (2)B2 (3)D1 (4)A1

    (1)B1 (7)A2 (6)D2 (5)C3

    (9)A3 (10)C2 (11)B3 (12)D3

    Keterangan :

    Huruf : menunjukkan perlakuan

    Angka : menunjukkan ulangan ke-

  • 43

    3.5. Prosedur Penelitian

    3.5.1. Persiapan Penelitian

    a. Menyiapkan kandang tikus lengkap dengan tempat pakan dan minumnya.

    b. Menyiapkan hewan uji berupa tikus putih sebanyak 12 ekor dan

    mengadaptasikan dalam kandang perlakuan masing-masing.

    c. Menimbang berat badan tikus untuk mengetahui berat badan awal tikus

    masing-masing perlakuan.

    d. Menyiapkan tempe kedelai untuk perlakuan sesuai dengan dosis yang

    diperlukan.

    1) Pembuatan Tempe Kedelai

    Menurut Dian dkk (2011), bahwa prosedur pembuatan tempe kedelai

    secara garis besar diawali dengan pencucian kedelai kemudian direbus selama

    setengah jam pada suhu 99,5C. Setelah masak kedelai langsung direndam dengan

    bekas cuciankedelai selama 28 jam. Kemudian dilakukan dua kali pembersihan

    kedelai dari kulit. Pencucian pertama menggunakan air bekas rendaman dan yang

    kedua menggunakan air bersih. Setelah bersih kemudian ditiriskan dan

    selanjutnya kedelai diberi inokulum Rhizopus oligosporus berat kedelai yang telah

    direbus1. Setelah kedelai dibungkus (packing) kemudian dilakukan fermentasi

    selama 48 jam. Berikut ini tahapan pembuatan tempe menurut Wisnu Cahyadi

    (2007).

  • 44

    Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pembuatan Tempe

    Sumber: Cahyadi, 2007

    e. Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk proses

    perlakuan hewan percobaan, serta pengamatan hasil penelitian.

    Kedelai

    Perebusan I

    Perendaman

    (48 Jam)

    Penirisan dan

    Pencucian I

    Pembelahan Biji

    Kedelai

    Pemisahan

    Pencucian II

    Perebusan II

    (20-30 menit )

    Penirisan dan

    Pendinginan

    ( 30C)

    Inokulasi

    Pengadukan

    Pembugkusan

    Fermentasi

    t=25-30C

    (36-48 jam)

    Tempe

    Air

    Air Bersih

    Ragi Tempe

    - Plastik

    - Daun Pisang

  • 45

    3.5.2. Penentuan dosis tempe kedelai untuk tikus

    Penentuan dosis tempe kedelai untuk tikus berpedoman pada beberapa hal,

    yaitu dosis yang biasa dikonsumsi manusia, dihubungkan dengan berat rata-rata

    manusia dan konversi dosis antar jenis hewan. Dalam hal ini untuk dosis manusia

    dengan berat badan 70 kg ke tikus dengan berat badan 200 gram.

    Tabel 3.2 Konversi Dosis Manusia dan antar Jenis Hewan

    Mencit Tikus Marmot Kelinci Kera Anjing Manusia

    Mencit

    100 gr 1.0 7.0 12.25 27.8 64.1 124.2 387.9

    Tikus

    200 gr 0.14 1.0 1.74 3.9 9.2 17.8 56.0

    Marmot

    400 gr 0.08 0.57 1.0 2.25 5.2 10.2 31.15

    Kelinci

    1.5 kg 0.04 0.25 0.44 1.0 2.4 4.5 14.2

    Kera

    4 kg 0.016 0.11 0.19 0.42 1.0 1.9 6.1

    Anjing

    12 kg 0.008 0.06 0.10 0.22 0.521 1.0 3.1

    Manusia

    70 kg 0.0026 0.018 0.031 0.07 0.161 0.32 1.0

    Sumber: Laurence dan Bacharah, 1964 dalam Imono Argo Donatus, 1994

    Dosis tempe kedelai untuk manusia 500 gram x dosis konversi 0,018.

    Dosis konversi pada tikus (200 gram) = 0,018 x 500 gram

    = 9 gram

    Agar diketahui hasil yang optimal, maka dosis tempe kedelai yang dipakai dalam

    penelitian adalah 5 gram, 10 gram, dan 15 gram.

  • 46

    3.5.3. Pelaksanaan Penelitian

    a. Pemberian perlakuan

    Sampel setelah dipuasakan setelah 16 jam, masing-masing sampel diberi

    perlakuan. Pemberian perlakuan dilakukan secara peroral, dengan cara sonde

    selama 30 menit yang diberikan setelah tikus dibuat hiperglikemia selama 7

    hari dengan induksi Alloxan. Kelompok 1 kontrol, kelompok II pemberian

    tempe kedelai 15 gram, kelompok III pemberian tempe kedelai 10 gram, dan

    kelompok IV pemberian tempe kedelai 5 gram.

    b. Penentuan kadar kolesterol total dan kadar trigliserida tikus putih (Rattus

    norvegicus) galur wistar. (post test)

    Setelah 2 jam sesudah perlakuan, maka tikus diambil darahnya dan kadar

    kolesterol total dan trigliserida.

  • 47

    Skema Proses Penelitian Dapat Dilihat Pada Gambar Dibawah Ini

    Gambar 3.3 Alur Penelitian

    16 ekor tikus putih jantan galur wistar dipuasakan

    selama 16 jam

    Pengelompokan secara random 4 kelompok

    (Tikus dibuat hiperglikemia selama 3 hari dengan induksi Alloxan)

    K-I

    (kelompok-

    kontrol

    positif,

    4 ekor)

    K-II

    (kelompok

    Perlakuan I

    4 ekor)

    K-III

    (kelompok

    Perlakuan II

    4 ekor)

    K-IV

    (kelompok

    Perlakuan III

    4 ekor)

    K-I

    Tanpa

    perlakuan

    K-II

    Diberi

    Tempe kedelai

    15 gram

    K-III

    Diberi

    Tempe kedelai

    10 gram

    K-IV

    Diberi Tempe

    kedelai

    5 gram

    Diukur Kadar Kolesterol total

    dan Kadar Trigliserida

    Pengukuran kadar kolesterol total dan kadar

    trigliserida (post test)

    Setelah

    14 hari

    Tikus Diabetes

    Didiamkan 7 hari dan dikasih gula

    dengan terkontrol (terkendali)

  • 48

    3.6. Pengambilan Data

    Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kadar kolesterol total dan

    kadar trigliserida tikus putih (Rattus norvegicus) yang disebabkan oleh adanya

    efek pemberian tempe kedelai pada makanan tikus terhadap kadar kolesterol total

    dan kadar trigliserida tikus putih (Rattus norvegicus). Pengamatan dilakukan

    dengan mengambil sampel darah tikus untuk mengukur kadar kolesterol total dan

    kadar trigliserida antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

    3.7. Alat dan Bahan Penelitian

    A. Alat

    1) Kamar hitung Improved Neubauer

    2) Mikroskop

    3) Pipet sahli

    4) Pipet pasteur

    5) Tabung reaksi

    6) Alat suntik

    7) Pisau

    8) Timbangan

    B. Bahan

    1) Tikus putih (Galur wistar) alloxan

    2) Tempe kedelai

  • 49

    3.8. Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

    isoflavon dalam tempe kedelai terhadap kadar kolesterol total dan kadar

    trigliserida pada tikus putih (Rattus Norvegicus) galur wistar hiperglikemia adalah

    analisis sidik ragam.

    Tabel 3.3 Kadar Kolesterol Total dan Kadar Trigliserida dengan

    Penambahan Tempe Kedelai Pada Makanan Tikus Galur Wistar

    Perlakuan Ulangan ke

    Total

    Perlakuan

    Rata-rata

    Perlakuan

    1 2 3

    A

    B

    C

    D

    Jumlah Umum (G)

    Rataan umum

    Sumber: Analisis Penyusun, 2011

    Data hasil penelitian dianalisis dan diinterpretasikan dengan analisis

    varians (Anava) satu jalan yang sebelumnya di lakukan uji normalitas.

    1. Uji normalitas data

    Uji kenormalan dalam penelitian ini menggunakan analisis SPSS dengan

    uji Kolmogrov-Smirnov dan Shapiro Wilk. Dalam hal ini yang diperhatikan

    adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sampel (skor yang diobservasi)

    dengan distribusi teoritis tertentu (normal). Jadi hipotesis statistiknya adalah

    bahwa distribusi frekuensi harapan (teoritis). Dasar pengambilan keputusan

  • 50

    jika probabilitas > 0,05 maka ho diterima atau normal dan jika probabilitas <

    0,05 maka ho ditolak atau tidak normal (Wijaya, 2002).

    2. Anlisis Varians

    Analisis varians di gunakan untuk menegtahui signifikasi pengaruh setiap

    perlakuan, dan untuk mengetahui perlakuan mana yang pengaruhnya paling

    signifikan terhadap penurunan kadar glukosa darah dan urin tikus yang

    diteliti.

    Analisis dilakukan dengan program SPSS 13,0 for windows atau secara

    manual dengan langkah-lagkah sebagai berikut.

    ( )[ ]( )[ ]

    ( )

    +

    =

    df

    1

    df

    1

    1 k 3

    1 1

    5 logdf 5df

    log df

    2,3026 X

    2

    10

    2

    10

    2df

    corr / N

    ( )[ ]1 N

    X XN varians S

    22

    2

    ==

    dimana :

    X = data individual dalam setiap kelompok

    N = jumlah data dalam setiap kelompok

    K = jumlah yang diperbandingkan

    Df = derajat bebas (degree of freedom) untuk setiap kelompok = ( N 1).

    a. Menghitung jumlah nilai setiap kelompok (perlakuan) = =t

    l

    X X

    T = jumlah perlakuan (treatments)

  • 51

    b. menghitung jumlah total nilai semua kelompok (t . r) =

    =t

    l

    r

    l

    X X

    r = jumlah ulangan (replicate) pada setiap perlakuan

    c. Menghitung total nilai kuadrat semua kelompok

    t

    l

    r

    l

    2X

    d. Menghitung faktor koreksi: FK =

    rt

    X

    2t

    l

    r

    l

    e. Menghitung jumlah kuadrat total (JK total): JK total =

    t

    1

    t

    1

    2X FK

    f. Menghitung JK perlakuan: JK perlakuan = ( ) ( ) ( )

    t

    2

    t

    2

    2

    2

    1

    2

    1

    r

    X....

    r

    X

    r

    X +

    +

    FK

    g. maenghitung JK acak (JK error): JK acak = JK total JK perlakuan

    h. menghitung derajat bebas (db): db perlakuan = (t 1); db acak = t(r 1);

    db total = tr 1

    i. menghitung kuadrat tengah (mean square) dan F:

    Acak KT

    Perlakuan KTF ;

    Acak db

    AcakJK acak KT ;

    Perlakuan db

    PerlakuanJK perlakuan KT ===

  • 52

    Tabel 3.4 Analisis Varians (Sidik Ragam) Sumber db jumlah Kuadrat kuadrat tengah F

    Keragaman (JK) (KT)

    Perlakuan t 1 rt

    X -

    r

    X 22

    Perlakuan db

    PerlakuanJK

    Acak KT

    Perlakuan KT

    Acak t(r 1) dengan pengurangan Acak db

    Acak JK

    total rt 1

    t

    1

    r

    1

    2X FK

    Sumber : Harsoyo Purnomo (2007)

    3. Post Hoc Tests

    Post hoc tests dilakukan apabila dari analisis varians diperoleh nilai F

    yang signifikan atau sangat signifikan (yang berarti eksperimen menghasilkan

    bukti adanya beda nyata atau signifikan antara rata-rata perlakuan). Post hoc

    tests digunakan untuk menentukan perlakuan mana yang signifikan dan

    perlakuan mana yang tidak signifikan. Post hoc tests yang sering atau umum

    digunakan adalah Beda Nyata Terkecil (BNT).

    Beda Nyata Terkecil (Least Significant Difference)

    Beda nyata terkecil dapat dihitung dengan rumus:

    BNT 5% =

    +=

    ji

    acak) (db 0,05X - X acak) (db 0,05r

    1

    r

    1Acak KT tS t

    ji

    = Ulangan

    Acak KT 2 t acak) (db 0,05

    BNT 1% = ji XX acak) (db 0,01S t

  • 53

    ji XXS

    = standar eror perbedaan mean perlakuan; ji rdan r

    menyatakan banyaknya pengamatan yang menyusun rata-rata yang akan

    diperbandingkan; 0,05t diperoleh dari tabel t (tabel A4).

    Hipotesis

    Ho: 1 = 2 = 3 = 4

    Ha: paling sedikit dua rata-rata tidak sama

    Kriteria uji

    Terima Ho jika 0,05hitung F F <

    Tolak Ho atau terima HA jika 0,05hitung F F > (Purnomo, 2006)

  • 54

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    4.1.1 Data Kadar Kolesterol total Pre test dan Post test

    Berikut adalah data kadar kolesterol total pada darah tikus ( Rattus norvegicus )

    galur wistar hiperglikemia sebelum ( pre test ) dan sesudah ( post test ) pemberian

    perlakuan pada masing-masing kelompok.

    Tabel 4.1 Kadar Kolesterol total Pada Darah Tikus ( Rattus norvegicus ) Galur

    Wistar Hiperglikemia Dalam gram Sebelum Pemberian Perlakuan ( pre

    test ).

    Perlakuan

    Ulangan Jumlah

    Perlakuan

    (T)

    Rataan

    Perlakuan 1 2 3

    K1 56,20 53,52 47,60 157,32 52,44

    K2 50,51 51,81 62,36 164,68 54,89

    K3 50,35 44,41 56,74 151,50 50,50

    K4 62,15 51,40 55,81 169,36 56,45

    Jumlah Umum (G) 219,21 201,14 222,51 642,86

    Rataan umum 54,80 50,29 55,63 53,57

    Keterangan :

    K1 : Kelompok 1 = dengan dosis tempe kedelai 0 gram

    K2 : Kelompok 2 = dengan dosis tempe kedelai 5 gram

    K3 : Kelompok 3 = dengan dosi